Upload
okti-rahmawati
View
51
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ikm
Citation preview
Laporan Kegiatan
Manajemen Risiko Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan dengan
HIRADC (Hazard Identification, Risk Assesment and Determining Controls)
di Puskesmas Sukoharjo
Oleh :
Kelompok 490 B
Osi Davianus A. S. P G99141168
Sales Pousror G99141169
Achmad Syarif H. G99141170
Jinan Fairuz A. R. G99141172
KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA
2014
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kegiatan K3L dengan Judul:
Manajemen Risiko Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan dengan
HIRADC (Hazard Identification, Risk Assesment and Determining Controls)
di Puskesmas Sukoharjo
Yang disusun oleh:
Kelompok 490 B
Osi Davianus A. S. P G99141168
Sales Pousror G99141169
Achmad Syarif H. G99141170
Jinan Fairuz A. R. G99141172
Telah diperiksa, disetujui dan disahkan pada:
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
Pembimbing K3L
Sumardiyono, SKM, M.KesNIP. 19650706 198803 1 002
2
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan K3L dengan judul
“Manajemen Risiko Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan
dengan HIRADC (Hazard Identification, Risk Assesment and Determining
Controls) di Puskesmas Sukoharjo”.
Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menempuh
kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran UNS/RSUD Dr.
Moewardi Surakarta.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. dr. Zainal Arifin Adnan, Sp. PD-KR selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ari Natalia Probandari, dr., MPH, Ph.D selaku Kepala Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat (IKM) Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
3. Sumardiyono, SKM, M.Kes selaku pembimbing fakultas yang telah
memberikan bimbingan mengenai K3L.
4. Dewi Kartikasari, dr. selaku Kepala Puskesmas Nguter, Kabupaten Sukoharjo.
5. Seluruh Staf Pegawai Puskesmas Nguter yang telah memberikan dukungan
selama kami menjalani kegiatan di puskesmas.
6. Seluruh Staf Pengajar Laboratorium IKM Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan ini yang tidak
dapat kami sebutkan satu-persatu.
Demikian Laporan K3L ini kami buat, semoga dapat bermanfaat untuk
para pembaca dan semua pihak yang membutuhkan. Saran dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan demi perbaikan kekurangan ataupun
kekeliruan laporan ini.
Surakarta, Januari 2015
3
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam era BPJS ini, pemanfaatan fasilitas kesehatan semakin
meningkat. Terutama Puskesmas sebagai salah satu Pemberi Pelayanan
Kesehatan di tingkat pertama. Untuk menunjang pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, diiperlukan kondisi tempat yang aman, nyaman, dan sehat. Hal
ini menunjukkan adanya tuntutan peningkatan dalam bidang Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) di Puskesmas.
Kini, K3 sudah menjadi standar dalam semua sektor industri, kecuali
sektor kesehatan. Masih sangat banyak kekurangan K3 di bidang kesehatan.
Padahal K3 merupakan salah satu upaya preventif agar terhindar dari
penyakit. Hal ini tidak hanya berlaku bagi pasien, tetapi juga bagi petugas
medis sebagai pemberi layanan kesehatan.
Terkadang, kita tidak menyadari hal-hal kecil di sekeliling kita
berpengauh besar bagi kesehatan. Kondisi bangunan puskesmas sampai
peresepan obat kepada pasien sering terdapat masalah dalam bidang K3 dan
tentu akan merugikan pasien. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) yang
kurang baik juga bisa menjadi masalah tersendiri bagi petugas kesehatan.
Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya
pasal 165 : ”Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan
melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga
kerja”. Hal juga ini menjadi salah satu dasar diperlukannya melakukan analisis
masalah dan pemecahan masalah K3 yang ada di Puskesmas Sukoharjo.
Diharapkan penulisan ini akan memberi manfaat bagi penulis sendiri
sebagai sarana pembelajaran dan bagi instansi/puskesmas dalam peningkatan bidang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Puskesmas Sukoharjo.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja sumber bahaya menurut keselamatan, kesehatan kerja dan
lingkungan di Puskesmas Sukoharjo?
4
2. Bagaimana manajemen risiko keselamatan, kesehatan kerja dan
lingkungan di Puskesmas Sukoharjo dengan menggunakan HIRADC
(Hazard Identification Risk Assesment and Determining Controls)?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sumber bahaya menurut keselamatan, kesehatan kerja
dan lingkungan Puskesmas Sukoharjo
2. Untuk mengetahui manajemen risiko keselamatan, kesehatan kerja dan
lingkungan di Puskesmas Sukoharjo dengan menggunakan HIRADC
D. Manfaat
1. Bagi penulis
a. Dapat menambah pengetahuan mengenai pentingnya keselamatan
kesehatan kerja dan lingkungan di Puskesmas Sukoharjo
b. Dapat menambah pengetahuan mengenai manajemen risiko yang ada
di Puskesmas Sukoharjo
2. Bagi instansi kesehatan/Puskesmas
Menjadi pertimbangan evaluasi mengenai kondisi Kesehatan,
Keselamatan Kerja dan Lingkungan Puskesmas Sukoharjo, sehingga
tercipta lingkungan kerja yang kondusif, sehat, dan aman.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
BAB III
METODE PENGAMBILAN DATA
A. Sumber Data
Sumber data yang digunakan yaitu data primer. Data primer yang
diperoleh dengan melakukan observasi langsung mengenai pelaksanaan
program keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan. Selain itu data primer
lainnya diperoleh dengan melakukan wawancara kepada pihak terkait di
puskesmas Sukoharjo.
B. Teknik Pengambilan Data
Dalam penulisan laporan ini seluruh data yang digunakan sebagai bahan
penulisan diperoleh melalui:
1. Studi Pustaka
Studi kepustakaan merupakan metode yang digunakan dalam
mengambil keputusan penyelesaian masalah dan pengumpulan data
berdasarkan buku-buku yang memberikan gambaran secara umum.
2. Studi Lapangan
Studi lapangan merupakan metode pengumpulan data di lapangan
dan dari lembaga terkait untuk mendapatkan fakta-fakta yang ada dan
mencari keterangan-keterangan secara faktual serta mendapatkan
pembenaran terhadap keadaan dan program yang sedang berlangsung
sesuai yang diharapkan.
3. Wawancara
Metode tanya jawab langsung kepada pihak yang berkepentingan
dalam hal kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan.
7
BAB IV
HASIL OBSERVASI
A. Aktivitas Kegiatan di Puskesmas Nguter
Kegiatan di Puskesmas Nguter meliputi:
1. Pasien datang
Pasien datang langsung menuju ke bagian loket pendaftaran. Jika
pasien baru dibuatkan kartu pendaftaran yang baru, jika pasien lama
menunjukkan kartu berobat kepada petugas pendaftaran.
2. Menunggu antrian
Setelah mendaftarkan diri pada bagian loket, pasien menunggu
antrian di tempat duduk yang sudah disediakan sampai dipanggil oleh
salah satu petugas bagian poli.
3. Memasuki poliklinik
Apabila pasien sudah dipanggil oleh petugas poli maka segera
memasuki salah satu ruangan yaitu poli umum, poli KIA ataupun poli
gigi. Pasien akan diperiksa dan diberikan resep obat oleh dokter.
4. Pemeriksaan Laboratorium
Pasien yang melakukan pemerikaan laboratorium adalah pasien yang
mendapat surat pengantar dari dokter yang bertugas di poli.
5. Imunisasi
Imunisasi di Puskesmas Nguter dilakukan setiap hari Rabu.
Dilayani oleh bidan puskesmas.
6. Fisioterapi
Fisioterapi diberikan di ruangan poli, dilayani oleh bidan.
Fisoterapi yang ada meliputi TENS, Sinar Inframerah.
7. Menebus resep di apotek
Setelah keluar dari poli pasien dipersilahkan menebus resep di apotik
puskesmas.
8. Pasien IGD
8
Pasien gawat langsung ditangani di IGD. Setelah kegawatan teratasi,
dinilai adakah indikasi dirujuk. Jika ada, pasien dirujuk ke RSUD. Jika
tidak ada indikasi dirujuk, pasien dipulangkan.
9. Merujuk pasien
Pasien dengan masalah kesehatan yang tidak dapat ditangani di
Puskesmas dirujuk ke pelayanan kesehatan yang sesuai. Pasien yang
dirujuk dapat merupakan pasien poli dan IGD.
10. Pasien pulang
Setelah mendapat pelayanan yang sesuai, pasien menyelesaikan
administrasi dan bisa pulang.
B. HIRADC (Hazard Identification, Risk Assesment and Determining
Controls)
Manajemen risiko terdiri dari 3 langkah pelaksanaan yaitu identifikasi
bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko.
1. Identifikasi Bahaya
a. Bahaya kursi yang rusak
Terdapat kursi yang penyangganya sudah rusak yang masih diletakkan
di ruang tunggu. Menimbulkan resiko terjatuh saat duduk. Begitu pula
dengan kursi kerja para pegawai.
b. Bahaya pondasi atap yang rapuh
Bersumber dari beberapa pondasi atap yang sudah rapuh dan terlihat
akan terjatuh pada beberapa ruangan kerja. Hal ini membahayakan bagi
para pekerja mengingat sangat memungkinkan atap tersebut terjatuh
pada saat aktivitas pekerjaan berlangsung.
c. Bahaya terpeleset dan terjatuh
Bersumber pada lantai kamar mandi yang kurang bersih. Hal ini dapat
menyebabkan pengguna terjatuh. Selain itu, dinding kamar mandi juga
tidak dilengkapi dengan pegangan tangan yang tidak bisa digunakan
oleh pasien untuk bertumpu, terutama oleh geriatri.
d. Bahaya pada tindakan medis
9
Bersumber pada tenaga kesehatan yang tidak menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD) berupa handscoen saat melakukan tindakan
medis seperti pembersihan luka maupun injeksi.
e. Bahaya penularan infeksi dari pasien ke petugas kesehatan
Bersumber dari kurangnya kesadaran tenaga kesehatan untuk mencuci
tangan sebelum dan setelah memeriksa pasien serta menggunakan
masker. Hal ini dapat menyebabkan mudahnya penularan penyakit dari
pasien ke tenaga kesehatan maupun sebaliknya.
f. Bahaya bencana dan tidak dapat melakukan penanganan awal
kebakaran jika terjadi kebakaran.
1) Bersumber tidak tersedianya keterangan jalur evakuasi di lingkungan
Puskesmas Nguter. Keterangan jalur evakuasi sangat diperlukan
pada kondisi darurat yang dapat terjadi seperti bencana alam atau
bencana akibat ulah manusia. Dalam kondisi darurat, pengunjung
ataupun petugas dapat merasa panik dan kebingungan sehingga
memerlukan keterangan evakuasi sebagai petunjuk.
2) Bersumber pada tidak tersedianya alat pemadam kebakaran (APAR)
di Puskesmas Nguter. Hal ini menyebabkan sulitnya melakukan
penanganan awal jika terjadi kebakaran.
g. Bahaya kabel yang dipasang tidak teratur.
Bersumber dari banyaknya barang yang tidak terpakai namun
digeletakkan di luar gudang sehingga memungkinkan untuk dijadikan
sarang bagi hewan yang menjadi sumber penyakit.
2. Penilaian Risiko
Manajemen risiko Hazard Identification, Risk Assesment and
Determining Control (HIRADC) mempertimbangkan 3 aspek penting
yaitu peluang (probability), keseringan (frequency) dan keparahan
(severitas). Ketiganya berbanding lurus denga nilai risiko itu sendiri,
artinya semakin tinggi nilai peluang, keseringan dan keparahan maka nilai
risiko pun akan semakin tinggi.
a. Peluang (probability)
10
Peluang merupakan kemungkinan terjadinya suatu bahaya atau
paparan. Nilai standar terjadinya peluang terjadinya kecelakaan yang
ditetapkan sesuai dengan tabel di bawah ini:
Tabel 1. Nilai Peluang
Probability Nilai
Tidak mungkin terjadi 1
Kecil kemungkinan terjadi 2
Kemungkinan terjadi rata-rata 3
Besar kemungkinan terjadi 4
Pasti terjadi 5
b. Keseringan (frequency)
Frekuensi menunjukkan tingkat keseringan suatu bahaya atau
paparan terjadi dalam suatu waktu tertentu. Nilai frekuensi yang
ditetapkan sebagai standar HIRADC dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 2. Nilai Frekuensi
Frekuensi Nilai
Sekali dalam setahun 1
Sekali dalam sebulan 2
Sekali dalam seminggu 3
Sekali sehari 4
Berkali-kali dalam sehari 5
c. Keparahan (severitas)
Severitas menunjukkan tingkat keparahan yang harus diderita jika
kecelakaan benar-benar terjadi, baik terhadap manusia, property
maupun lingkungan. Nilai risiko akan mempengaruhi tingkat risiko.
Tabel 3. Nilai Keparahan (Severitas)
Severitas Nilai
Tidak signifikan 1
Minor 2
Sedang 3
Mayor 4
Bencana 5
11
Tabel 4. Matriks Penilaian Risiko
PROBABILITY
/ PELUANG
SEVERITY/ DAMPAK
1 2 3 4 5
5 MEDIUM HIGH HIGH EXTRIM EXTRIM
4 MEDIUM MEDIUM HIGH HIGH EXTRIM
3 LOW MEDIUM MEDIUM HIGH HIGH
2 LOW LOW MEDIUM MEDIUM MEDIUM
1 LOW LOW LOW MEDIUM MEDIUM
Tabel 5. Penggolongan Nilai Risiko
Tingkat Risiko Kriteria Risiko
Very highTidak dapat diterima
High
MediumDapat diterima
Low
Adapun hasil penilaian risiko dan penggolongan kriteria risiko
terhadap bahaya yang ada di Puskesmas Nguter dapat dilihat sekaligus
pada pengendalian risiko.
3. Pengendalian Risiko
a. Bahaya kursi yang rusak
Bersumber dari kursi tak layak pakai yang masih diletakkan di ruang
tunggu. Hal ini dapat menimbulkan bahaya berupa terjatuhnya
petugas dan pasien pada saat duduk. Dampak risiko yang terjadi
berupa luka ringan sampai dengan patah tulang.
Penilaian risiko dari bahaya ini dengan probability : 3, frequency : 2,
severity : 3 dan tingkat risiko medium.
Pengendalian bahaya dengan metode subtitusi dengan mengganti
kursi yang sudah rusak dengan kursi yang baru.
Dengan pengendalian bahaya yang telah dilakukan ini bahaya kursi
yang rusak termasuk dalam kriteria risiko yang dapat diterima.
12
b. Bahaya atap roboh
Bersumber dari beberapa pondasi atap yang sudah rapuh dan terlihat
akan terjatuh pada beberapa ruangan kerja. Hal ini dapat
menyebabkan petugas yang kejatuhan atap pada saat bekerja.
Dampak risiko dapat berupa luka ringan sampai dengan cidera
kepala.
Penilaian risiko dari bahaya ini dengan probability : 3, frequency : 2,
severity : 2 dan tingkat risiko medium.
Pengendalian bahaya dengan metode subtitusi yaitu dengan
memperbaiki atap yang rusak dan yang akan roboh.
Dengan pengendalian bahaya yang telah dilakukan ini bahaya atap
roboh termasuk dalam kriteria risiko yang dapat diterima.
c. Bahaya terpeleset dan terjatuh
Bersumber pada lantai kamar mandi yang kurang bersih. Hal ini
dapat menyebabkan pengguna kamar mandi terjatuh. Dampak risiko
yang terjadi dapat berupa luka ringan sampai patah tulang.
Penilaian risiko dari bahaya ini dengan probability : 3, frequency : 3,
severity : 3 dan tingkat risiko medium.
Pengendalian bahaya dilakukan melalui metode administrasi dengan
membersihkan lantai kamar mandi secara rutin setiap hari minimal
sekali.
Dengan pengendalian bahaya yang telah dilakukan ini bahaya
terpeleset dan jatuh termasuk dalam kriteria risiko yang dapat
diterima.
d. Bahaya kurangnya kesadaran penggunaan APD
Bersumber pada tenaga kesehatan yang tidak menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD) berupa handscoen saat melakukan tindakan
medis. Hal ini dapat menyebabkan tertusuknya tangan tenaga
kesehatan.
Penilaian risiko dari bahaya ini dengan probability : 3, frequency : 2,
severity : 3 dan tingkat risiko medium.
13
Pengendalian bahaya dilakukan melalui metode rekayasa teknik.
Rekayasa teknik meliputi :
1) Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa handscoen
saat mengambil sample darah pasien dan menginjeksi obat
2) Edukasi kepada tenaga kesehatan tentang bahaya tidak
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa handscoen saat
mengambil sample darah pasien dan menginjeksi obat
3) Membuat peraturan yang tegas mengenai penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD)
Dengan pengendalian bahaya yang telah dilakukan ini bahaya
tertusuk jarum termasuk dalam kriteria risiko yang dapat diterima.
e. Bahaya kurangnya kesadaran kebiasaan aseptik
Bersumber kurangnya kesadaran tenaga kesehatan untuk mencuci
tangan sebelum dan setelah memeriksa pasien serta menggunakan
masker. Dampak risiko yang terjadi penularan infeksi dari pasien ke
petugas kesehatan.
Penilaian risiko dari bahaya ini dengan probability : 3, frequency : 2,
severity : 3 dan tingkat risiko medium.
Pengendalian bahaya dilakukan melalui metode rekayasa teknik.
Rekayasa teknik meliputi :
1) Menggunakan masker pada saat memeriksa pasien
2) Edukasi kepada tenaga kesehatan untuk mencuci tangan
sebelum dan setelah memeriksa pasien
3) Menyediakan ruangan khusus untuk menangani pasien TB
4) Memasang poster di dinding poliklinik berisikan perintah untuk
menutup mulut ketika batuk atau bersin.
Dengan pengendalian bahaya yang telah dilakukan ini bahaya
tertular infeksi termasuk dalam kriteria risiko yang dapat diterima.
f. Bahaya bencana
1) Bersumber pada tidak tersedianya alat pemadam kebakaran
(APAR) di puskesmas. Hal ini menyebabkan sulitnya melakukan
penanganan awal jika terjadi kebakaran.
14
Dampak risiko yang terjadi berupa kebakaran yang cepat
merambat ke tempat-tempat lainnya dan timbulnya korban
yang lebih banyak.
Penilaian risiko dari bahaya ini dengan probability : 3,
frequency : 1, severity : 3 dan tingkat risiko medium.
Pengendalian bahaya dilakukan melalui metode rekayasa
teknik. Rekayasa teknik seperti pengadaan alat pemadam
kebakaran dan petunjuk penggunaannya.
Dengan pengendalian bahaya tidak tersedianya alat pemadam
kebakaran (APAR) di puskesmas termasuk dalam kriteria
risiko yang dapat diterima.
2) Bersumber tidak tersedianya keterangan jalur evakuasi di
lingkungan Puskesmas Nguter. Hal ini dapat menyebabkan
kepanikan pada saat terjadi bencana dan mempersulit evakuasi
korban.
Dampak risiko yang terjadi berupa keparahan bencana yang
bertambah akibat kepanikan yang timbul.
Penilaian risiko dari bahaya ini dengan probability : 3,
frequency : 2, severity : 2 dan tingkat risiko medium.
Pengendalian bahaya dilakukan melalui metode rekayasa
teknik dengan memasang keterangan jalur evakuasi pada
beberapa dinding puskesmas.
Dengan pengendalian bahaya yang telah dilakukan ini bahaya
tertular infeksi termasuk dalam kriteria risiko yang dapat
diterima.
g. Bahaya kabel yang dipasang tidak teratur
Bersumber pada pemasangan kabel yang tidak teratur
dibiarkan tergantung di tengah ruangan. Hal ini dapat
menyebabkan sesorang yang melintasi tersangkut dan
terjantuh. Dampak risiko yang terjadi dapat berupa luka ringan
sampai patah tulang.
15
Penilaian resiko dari bahaya ini dengan probability:2,
frequency:3, severity: 2 dan tingkat risiko medium.
Pengendalian bahaya dilakukan melalui metode rekayasa
teknik dengan memasang kabel sesuai tempatnya.
Dengan pengendalian bahaya yang telah dilakukan ini bahaya
kabel yang tidak terpasang teratur termasuk dalam kriteria
risiko yang dapat diterima.
16
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Tujuan utama dari Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah
untuk melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan
orang yang berada di tempat kerja sehingga perlu diupayakan adanya
program tersebut di Puskesmas Sukoharjo.
2. Manajemen risiko dengan menggunakan HIRADC terdiri dari 3 langkah
pelaksanaan yaitu identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian
risiko.
3. Dari observasi yang telah kami lakukan di Puskesmas Sukoharjo, bahaya
yang teridentifikasi terdiri dari :
a. Bahaya kursi yang rusak
b. Bahaya podasi atap berlubang
c. Bahaya terpeleset dan terjatuh
d. Bahaya tertusuk jarum pasien
e. Bahaya penularan infeksi dari pasien ke petugas kesehatan
f. Bahaya bencana dan tidak dapat melakukan penanganan awal
kebakaran jika terjadi kebakaran.
g. Bahaya kabel yang dipasang tidak teratur
3. Setelah dilakukan penilaian resiko, 7 bahaya yang teridentifikasi di
poliklinik rawat jalan dan IGD Puskesmas Nguter termasuk dalam
kriteria risiko yang dapat diterima.
4. Pengendalian risiko di Puskesmas Nguter belum terlaksana dengan baik
B. Saran
1. Dalam pelaksanaan manajemen risiko memerlukan tim yang secara
komprehensif untuk mengkaji segi keselamatan dan kesehatan kerja di
Puskesmas Nguter sehingga perlu adanya tim khusus dalam hal tersebut.
2. Mengingat puskesmas merupakan salah satu unit dari Dinas Kesehatan
maka perlu dibuat kebijakan mengenai program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di tingkat unit puskesmas. Dengan adanya program
17
tersebut, akan meningkatkan kinerja dari tenaga kerja dikarenakan
perasaan aman yang ada pada setiap tenaga kerja.
3. Metode rekayasa teknik, subtitusi, eliminasi, administrasi, dan penggunaan
APD merupakan metode yang dapat dipakai sebagai upaya untuk
pengendalian risiko di Puskesmas Nguter
4. Perlu waktu yang cukup panjang untuk melakukan manajemen risiko di
puskesmas Nguter dengan menggunakan HIRADC agar hasil dari
pengendalian risiko lebih maksimal sehingga dapat diterapkan sesuai
standar keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan.
5. Hasil HIRADC sebaiknya dijadikan acuan pembuatan program
keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan di Puskesmas Nguter.
18
DAFTAR PUSTAKA
Cipta Kridatama. 2010. Prosedur Idenifikasi Bahaya Penilaian dan
Pengendalian Risiko.Jakarta : PT. Cipta Kridatama
Depkes RI, 2005, Pedoman Pelaksanaan Upaya Kesehatan Kerja di Puskesmas,
Dessler, Gary. 2007. Manajemen Personalia. Jakarta: Erlangga.
Jakarta.
Ramli, Soehatman. (2010). Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja
OHSAS 18001. Jakarta : Dian Rakya
Rijuna Dewi. 2006. Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap
Kinerja Karyawan pada PT. Ecogreen Oleochemicals Medan Plant. Skripsi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan.
Rika Ampuh Hadiguna. 2009. Manajemen Pabrik: Pendekatan Sistem untuk
Efisiensi dan Efektifitas. Jakarta: Bumi Aksara.
Rizky Argama. 2006. Kesehatan dan Keselamatan Kerja sebagai Komponen
Jamsostek. Makalah Fakultas Hukum Universitas Indonesia Jakarta.
Schuler, Randall S. dan Susan E. Jackson. 1999. Manajemen Sumber Daya
Manusia:Menghadapi Abad Ke-21. Jakarta: Erlangga.
Suma'mur, Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES). 2009, Jakarta:
Sagung Seto
Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Produktivitas. UNIBA PRESS. Cetakan Pertama. Surakarta. Hal. 35; 97-
101;
Tarwaka. 2008, “Keselamatan Dan Kesehatan Kerja”. Harapan Press, Surakarta.
Undang-undang No.1 tahun 1997 Tentang Tujuan Keselamatan Kerja
19