24
BAB I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budidaya kakao (Theobroma cacao L.) dewasa ini ditinjau dari penambahan luas areal di Indonesia terutama kakao rakyat sangat pesat, karena kakao merupakan salah satu komoditas unggulan nasional setelah tanaman karet, kelapa sawit, kopi, dan teh. Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang berperan penting bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia terutama dalam penyediaan lapangan kerja baru, sumber pendapatan petani dan penghasil devisa bagi negara. Kakao merupakan tanaman tahunan yang mulai berbunga dan berbuah umur 3-4 tahun setelah ditanam. Apabila pengelolaan tanaman kakao dilakukan secara tepat, maka masa produksinya dapat bertahan lebih dari 25 tahun, selain itu untuk keberhasilan budidaya kakao perlu memperhatikan kesesuaian lahan dan faktor bahan tanam. Penggunaan bahan tanam kakao yang tidak unggul mengakibatkan pencapaian produktivitas dan mutu biji kakao yang rendah, oleh karena itu sebaiknya digunakan bahan tanam yang unggul dan bermutu tinggi (Raharjo,1999). 1

laporan kakaoo

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jbhkih

Citation preview

BAB I.PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangBudidaya kakao (Theobroma cacao L.) dewasa ini ditinjau dari penambahan luas areal di Indonesia terutama kakao rakyat sangat pesat, karena kakao merupakan salah satu komoditas unggulan nasional setelah tanaman karet, kelapa sawit, kopi, dan teh. Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang berperan penting bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia terutama dalam penyediaan lapangan kerja baru, sumber pendapatan petani dan penghasil devisa bagi negara.Kakao merupakan tanaman tahunan yang mulai berbunga dan berbuah umur 3-4 tahun setelah ditanam. Apabila pengelolaan tanaman kakao dilakukan secara tepat, maka masa produksinya dapat bertahan lebih dari 25 tahun, selain itu untuk keberhasilan budidaya kakao perlu memperhatikan kesesuaian lahan dan faktor bahan tanam. Penggunaan bahan tanam kakao yang tidak unggul mengakibatkan pencapaian produktivitas dan mutu biji kakao yang rendah, oleh karena itu sebaiknya digunakan bahan tanam yang unggul dan bermutu tinggi (Raharjo,1999).Indonesia merupakan negara terbesar ketiga mengisi pasokan kakao dunia yang diperkirakan mencapai 20% bersama Negara Asia lainnya seperti Malaysia, Filipina, dan Papua New Guinea. Peningkatan luas areal pertanaman kakao belum diikuti oleh produktivitas dan mutu yang tinggi.

1.2. Tujuan1. Untuk mengetahui cara perbanyakan kakao secara generative (biji) dan secara .vegetative (okulasi).2. Untuk mengetahui kelemahan dan keunggulan perbanyakan secara vegetative dan .generatif 3. Untuk mengetahui factor yang harus diperhatikan supaya okulasi tanaman kakao .berhasil.

BAB 2.TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman KakaoKakao termasuk tanaman perkebunan berumur tahunan. Tanaman tahunan ini dapat mulai berproduksi pada umur 3-4 tahun . Tanaman kakao menghasilkan biji yang selanjutnya bisa diproses menjadi bubuk coklat. Sistematik tanaman kakao menurut Tjitrosoepomo (1988) adalah sebagai berikut:Divisio : SpermatophytaSubdivisio : AngiospermaeOrdo : MalvalesFamili : SterculiaceaeGenus : TheobromaSpesies : Theobroma cacao L.Kakao merupakan tanaman perkebunan di lahan kering, dan jika di usahakan secara baik dapat berproduksi tinggi serta menguntungkan secara ekonomis. Sebagai salah satu tanaman yang dimanfaatkan bijinya, maka biji kakao dapat dipergunakan untuk bahan pembuat minuman, campuran gula-gula dan beberapa jenis makanan lainnya bahkan karena kandungan lemaknya tinggi biji kakao dapat dibuat cacao butter/mentega kakao, sabun, parfum dan obat-obatan.Sunanto (1994) mengatakan bahwa sesungguhnya terdapat banyak jenis tanaman kakao, namun jenis yang paling banyak ditanam untuk produksi cokelat secara besar-besaran hanya tiga jenis, yaitu:1) Jenis Criollo, yang terdiri dari Criollo Amerika Tengah dan Criollo Amerika Selatan. Jenis ini menghasikan biji kakao yang mutunya sangat baik dan dikenal sebagai kakao mulia. Jenis kakao ini terutama untuk blending dan banyak dibutuhkan oleh pabrik-pabrik sebagai bahan pembuatan produk cokelat yang bermutu tinggi. Saat ini bahan tanam kakao mulia banyak digunakan karena produksinya tinggi serta cepat sekali mengalami fase generatif.2) Jenis Forastero, banyak diusahakan diberbagai negara produsen cokelat dan menghasilkan cokelat yang mutunya sedang atau bulk cacao, atau dikenal juga sebagai ordinary cacao. Jenis Forastero sering juga disebut sebagai kakao lindak. Kakao lindak memiliki pertumbuhan vegetatif yang lebih baik, relatif lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit dibandingkan kakao mulia. Endospermanya berwarna ungu tua dan berbentuk bulat sampai gepeng, proses fermentasinya lebih lama dan rasanya lebih pahit dari pada kakao mulia.3) Jenis Trinitario, merupakan campuran atau hibrida dari jenis Criollo dan Forastero secara alami, sehingga kakao ini sangat heterogen. Kakao jenis Trinitario menghasilkan biji yang termasuk fine flavour cacao dan ada yang termasuk bulk cacao. Jenis Trinitario antara lain hybride Djati Runggo (DR) dan Uppertimazone Hybride (kakao lindak). Kakao ini memiliki keunggulan pertumbuhannya cepat, berbuah setelah berumur 2 tahun, masa panen sepanjang tahun, tahan terhadap penyakit VSD (Vascular streak dieback) serta aspek agronominya mudah.

2.2 Karakteristik tanaman kakao2.2.1 AkarKakao adalah tanaman dengan surface root freeder, artinya sebagian akar lateralnya (mendatar) berkembang dekat permukaan tanah, yaitu pada kedalaman (jeluk) 0 30 cm. Menurut Himme (Smyth, 1960 dalam Puslit Kopi dan Kakao 2004) 56% akar lateral tumbuh pada jeluk 0-10 cm, 26% pada jeluk 11- 20 cm, 14% pada jeluk 21-30 cm, dan hanya 4% tumbuh pada jeluk diatas 30 cm dari permukaan tanah. Jangkauan akar lateral jauh dari luar proyeksi tajuk tanaman, selain itu pada akar kakao terdapat cendawan mikoriza yang membantu penyerapan unsur hara tertentu terutama unsur P. Tanaman kakao yang dikembangkan secara vegetatif tidak memiliki akar tunggang, namun nantinya akan membentuk dua akar yang menyerupai akar tunggang (Susanto, 1994).

2.2.2 Batang dan cabangHabitat asli tanaman kakao adalah hutan tropis dengan naungan pohonpohon yang tinggi, curah hujan tingi, suhu sepanjang tahun relatif sama, serta kelembaban tinggi dan relatif tetap. Kondisi habitat seperti itu, tanaman kakao akan tumbuh tinggi tetapi bunga dan buahnya sedikit. Jika dibudidayakan dikebun, tinggi tanaman umur tiga tahun mencapai 1,8 3,0 meter dan pada umur 12 tahun dapat mencapai 4,50 7,0 meter (Hall, 1932 dalam Puslit Kopi dan Kakao 2004). Tanaman kakao bersifat dimorfisme, artinya mempunyai dua bentuk tunas vegetatif. Tunas yang arah pertumbuhannya ke atas disebut dengan tunas ortotrop atau tunas air (wiwilan atau chupon), sedangkan tunas yang arah pertumbuhannya ke samping disebut dengan plagiotrop (cabang kipas atau fan).2.2.3 DaunSama dengan sifat percabangannya, daun kakao juga bersifat dimosfirme artinya bersifat tumbuh ke dua arah. Pada tunas ortotrop, tangkai daunnya panjang, yaitu 7,5-10 cm, sedangkan pada tunas plagiotrop panjang tangkai daunnya hanya 2,5 cm (Hall, 1932, dalam Puslit Kopi dan Kakao, 2004). Bentuk helai daun bulat memanjang (oblongus), ujung daun meruncing (acuminatus), dan pangkal daun runcing (acatus). Susunan tulang daun menyirip dan tulang daun menonjol kepermukaan bawah helai daun. Permukaan daun licin dan mengkilap.2.2.4 BungaTanaman kakao berbunga sepanjang tahun dan tumbuh secara berkelompok pada bantalan bunga yang menempel pada bunga tua, cabangcabang dan ranting-ranting (Sunanto, 1994). Tanaman kakao bersifat kauliflori, artinya bunga tumbuh dan berkembang dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang. Tempat bunga tersebut semakin lama semakin membesar dan menebal atau biasa disebut dengan bantalan bunga ( cushion) (Puslit Kopi dan Kakao, 2004).2.2.5 Buah dan bijiWarna buah tanaman kakao sangat beragam, tetapi pada dasarnya hanya ada dua macam warna. Buah yang ketika muda berwarna hijau atau hijau agak putih jika sudah masak akan berwarna kuning. Sementara itu, buah yang ketika muda berwarna merah, setelah masak berwarna jingga (orange). Kulit buah memiliki 10 alur dalam dan dangkal silih berganti. Untuk jenis Criollo dan Trinitario alur buah nampak jelas, kulit tebal tetapi lunak dan permukaan kasar.Sedangkan jenis Forastero umumnya permukaan halus atau rata dan kulit buah tipis (Susanto, 1994; Puslit Kopi dan Kakao, 2004).

2.3 Syarat tumbuh kakaoDi daerah tempat asalnya (Amerika Selatan), tanaman kakao tumbuh subur di hutan-hutan dataran rendah dan hidup dibawah naungan pohon-pohon yang tinggi. Kesuburan tanah, kelembaban udara, suhu dan curah hujan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan tanaman kakao. Susanto (1994) mengatakan bahwa kakao mempunyai persyaratan tumbuh sebagai berikut : curah hujan 1.600 3.000 mm tahun-1 atau rata-rata optimalnya 1.500 mm tahun-1 yang terbagi merata sepanjang tahun (tidak ada bulan kering), garis lintang 20 LS samapai 20 LU, tinggi tempat 0 s/d 600 m dpl, suhu yang terbaik 24C s/d 28C dan angin yang kuat (lebih dari 10 m detik-1) berpengruh jelek terhadap tanaman kakao. Kecepatan angin yang baik bagi tanaman kakao adalah 2-5 m detik-1 karena dapat membantu penyerbukan, kemiringan tanah kurang dari 45% dan tekstur tanah terdiri dari 50% pasir, 10% - 20% debu dan 30% - 40% lempung. Tekstur tanah yang cocok bagi tanaman kakao adalah tanah liat berpasir dan lempung liat berpasir.

2.4 Perbanyakan Tanaman KakaoTanaman kakao dapat diperbanyak dengan dua cara yaitu perbanyakan secara generatif maupun vegetatif. Cara perbanyakan generatif dewasa ini sangat jarang digunakan lagi dalam penyediaan bahan tanam untuk usaha perkebunan, karena dengan cara ini akan menghasilkan tanaman dengan tipe pertumbuhan yang tidak seragam dan terjadi segregasi genetis. Tujuan dari perbanyakan tanaman adalah untuk menghasilkan tanaman barusejenis yang sama unggul atau bahkan lebih. Caranya adalah dengan menumbuhkan bagian-bagian tertentu dari tanaman induk yang memiliki sifat unggul 2.4.1 Teknik perbanyakan kakao secara generatifPerbanyakan secara generatif dilakukan dengan menanam biji yang dihasilkan dari penyerbukan bunga jantan (serbuk sari) dan bunga betina (kepala putik). Benih kakao termasuk golongan benih rekalsitran sehingga memerlukan penanganan khusus (Puslit Kopi dan Kakao, 2004). Dikatakan benih rekalsitran karena ketika masak fisiologi kadar airnya tinggi yakni lebih dari 40%, viabilitas benih akan hilang dibawah ambang kadar air yang relatif tinggi yaitu lebih dari 25%, untuk tahan dalam penyimpanan memerlukan kadar air yang tinggi. Benih kakao yang dikeluarkan dari buahnya tanpa disimpan dengan baik akan berkecambah dalam waktu 34 hari dan dalam keadaan normal benih akan kehilangan daya tumbuhnya 10 15 hari.Keunggulan tanaman hasil perbanyakan secara generatif adalah system perakarannya yang kuat dan rimbun, oleh karena itu sering dijadikan sebagai batang bawah untuk okulasi atau sambungan. Selain itu, tanaman hasil perbanyakan secara generatif juga digunakan untuk program penghijauan dilahan kritis yang lebih mementingkan konservasi lahan dibandingkan dengan produksi buahnya. Sementara itu ada beberapa kelemahan perbanyakan secara generatif, yaitu sifat biji yang dihasilkan sering menyimpang dari sifat pohon induknya. Jika ditanam ratusan atau ribuan biji yang berasal dari satu pohon induk yang sama akan menghasilkan banyak tanaman baru dengan sifat yang beragam. Ada sifat yang sama atau bahkan lebih unggul dibandingkan dengan sifat pohon induknya, namun ada juga yang sama sekali tidak membawa sifat unggul pohon induk, bahkan lebih buruk sifatnya. Keragaman sifat dipengaruhi oleh mutasi gen dari pohon induk jantan dan betina 2.4.2 Teknik perbanyakan kakao secara vegetative Perbanyakan tanaman secara vegetatif akan menghasilkan populasi tanaman homogen dalam sifat-sifat genetiknya. Perbanyakan secara vegetative dilakukan dengan menggunakan bagian-bagian tanaman seperti cabang, ranting, pucuk, daun, umbi dan akar. Prinsipnya adalah merangsang tunas adventif yang ada dibagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang dan daun sekaligus. Perbanyakan secara vegetatif dapat dilakukan dengan cara cangkok, rundukan, setek dan kultur jaringan Perbanyakan vegetatif pada tanaman kakao dikenal tiga macam cara yang lazim digunakan, yaitu okulasi (budding), sambung pucuk (top grafting) dan sambung samping (side grafting), namun akhir-akhir ini dikembangkan juga perbanyakan tanaman dengan kultur jaringan (tissue culture) atau yang lebih dikenal dengan istilah Somatik Embryogenesis (SE).1. Okulasi (budding)Penempelan atau okulasi (budding) adalah penggabungan dua bagian tanaman yang berlainan sedemikian rupa, sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh dan tumbuh sebagai satu tanaman setelah terjadi regenerasi jaringan pada bekas luka sambungan atau tautannya. Bagian bawah (yang mempunyai perakaran) yang menerima sambungan disebut batang bawah (rootstock atau understock) atau sering disebut stock. Bagian tanaman yang ditempelkan ataudisebut batang atas, entres (scion) dan merupakan potongan satu mata tunas.Hal yang penting untuk diperhatikan dalam perbanyakan tanaman dengan okulasi adalah persyaratan batang bawah dan batang atas. Batang bawah harus memenuhi persyaratan antara lain: pertumbuhan dan perakarannya baik (kuat), tahan kekurangan dan kelebihan air, memiliki pertumbuhan yang seimbang dengan batang atas dan tahan terhadap hama dan penyakit. Persyaratan batang atas adalah berproduksi tinggi, berpenampilan menarik, tahan terhadap hama dan penyakit dan digemari oleh masyarakat luas. Syarat lain yang perlu diperhatikan pada waktu pengambilan entres adalah kesuburan dan kesehatan pohon induk. Peningkatkan kesuburan pohon induk, biasanya tiga minggu sebelum pengambilan batang atas dilakukan pemupukan dengan pupuk NPK. Kesehatan pohon induk ini penting karena dalam kondisi sakit, terutama penyakit sistemik mudah sekali ditularkan pada bibit. Entres diambil setelah kulit kayu cabangnya dengan mudah dapat dipisahkan dari kayunya (dikelupas). Bagian dalam kulit kayu (kambium) akan tampak berair menandakan kambiumnya aktif, sehingga bila mata tunasnya segera diokulasikan akan mempercepat pertautan dengan batang bawah.Pada okulasi tanaman kakao telah dibuktikan bahwa batang bawah juga mempengaruhi kadar unsur hara daun batang atas dan kualitas hasilnya, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap mutu hasil biji. Penyambungan tanaman dari satu varietas atau dari satu spesies memang dapat dilakukan tanpa mengalami kesukaran. Lain halnya dengan okulasi yang dilakukan antar spesies biasanya sedikit mengalami kesukaran karena antar batang atas dan batang bawah kadang-kadang terdapat perbedaan fisiologis. Okulasi dilakukan dengan metode okulasi fokert. Kulit batang bawah disayat secara melintang dengan lebar 6-12 mm, kemudian dikupas ke arah bawah dengan panjang 2-3 cm sehingga terbentuk lidah. Lidah kemudian dipotong dengan menggunakan pisau okulasi dan disisakan seperempat bagian. Mata tunas dari cabang entres disayat dengan kayunya sepanjang 2 cm. Selanjutnya mata tunas disisipkan pada sayatan batang bawah, lalu diikat dengan tali plastik yang telah disiapkan (Gambar 2.1). Pengikatan dimulai dari bagian bawah ke atas (sistem genting bertingkat) agar pada waktu hujan atau penyiraman air tidak masuk ke dalam okulasian. Setelah okulasi berumur dua minggu, tali plastic dibuka. Mata tunas yang berwarna hijau menandakan bahwa okulasi berhasil (hidup). Batang bawah kemudian dipotong dengan menyisakan dua helai daun. Mata tunas yang berwarna coklat menandakan okulasi mengalami kegagalan. Keberhasilan okulasi sangat tergantung pada kondisi batang bawah dan jenis tali okulasi. Waktu terbaik pelaksanaan okulasi adalah pada pagi hari, antara jam 07.00 - 11.00, karena saat tersebut tanaman sedang aktif berfotosintesis sehingga cambium tanaman juga dalam kondisi aktif dan optimum, diatas jam 12.00 daun mulai layu, tetapi ini bisa diatasi dengan menempel di tempat yang teduh sehingga terhindar dari sinar matahari langsung (Puslit Kopi dan Kakao Indonesia, 2004)

BAB 3. METODELOGI

3.1 Waktu dan TempatTempat dilaksanakannnya ialah di Politeknik Negeri Jember

3.2 Alat dan Bahan1. Alat yang digunakan yaitu: a. Perbanyakan generatif (biji) yaitu: timba, nampan penjemuran dllb. Perbanyakan vegetative (okulasi ) yaitu : pisau dll2. Bahan yang digunakan yaitu:a. Perbanyakan generatif (biji) yaitu: buah kakao, pasir, kertas label dllb. Perbanyakan vegetative (okulasi ) yaitu : batang bawah kakao, batang atas untuk okulasi, tali pengikat, pelastik sungkup, label dll

3.3. Prosedur kerja1. Prosedur kerja perbanyakan generatif ( biji) yaitu:a. Sortasi buah kakao dan pilih yang baik untuk perbanyakan tanaman kakao.b. Buka buah kakao dengan cara membanting buah kakao hingga terbelahc. Ambil biji dalam buah kakao.d. Pisahkan biji kakao dari daging buah dengan cara menggosoknya menggunakan pasire. Cuci biji kakao yang sudah terpisah dari daging buah.f.Jemur biji kakaog. Simpan biji kakao h. Minggu berikutnya baru dikecambahkan di media pasir.

2. Prosedur kerja perbanyakan vegetatif ( okulasi) yaitu:a. Sediakan alat dan bahanb. Ambil bibit kakao untuk dijadikan bagian bawah dan kakao yang akan diambil mata tunasnyac. Ambil mata tunas kakao d. Sayat batang kakao bagian bawah dengan lebar sesuai mata tunas dan buat jendela.e. Tempel mata tunas ke batang kakao yang telah disayat.f. Ikat mata tunas yang telah disayat dengan pelastik pengikatg. Buang daun pada tanaman yang di okulasi sisakan 2 buah.h. Sungkup tanaman yang telah diokulasi dengan pelastik sungkupi. Beri label.j. Hasil okulasi diletakkan ditempat yang naung tidak terkena matahari secara langsung

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Biji kakao dikatakan benih rekalsitran karena ketika masak fisiologi kadar airnya tinggi yakni lebih dari 40%, dan apabila kadar airnya diturunkan kurang dari 25% maka viabilitas benih akan menurun dan kualitas benih akan rendah. Karena itu benih kakao tidak tahan disimpan lama. Untuk perbanyakan tanaman kakao dapat diperbanyak secara generatif dan vegetative1. Perbanyakan secara generative (biji)Perbanyakan secara generatif ialah perbanyakan dengan menanam biji yang dihasilkan dari penyerbukan bunga jantan (serbuk sari) dan bunga betina (kepala putik). Biji yang dihasilkan dari hasil penyerbukan bunga jantan (serbuk sari) dan bunga betina (kepala putik) bila ditanam kembali tumbuhnya tidak seragam, Ada sifat yang sama dengan indukannya, ada yang lebih unggul dibandingkan dengan sifat pohon induknya, namun ada juga yang sama sekali tidak membawa sifat unggul pohon induk, bahkan lebih buruk kualitasnya. Keragaman tersebut dipengaruhi oleh mutasi gen dari pohon induk jantan dan betina. Tetapi perbanyakan secara generative juga memiliki kelebihan yaitu system perakarannya yang kuat dan rimbun, oleh karena itu sering dijadikan sebagai batang bawah untuk okulasiPerbanyakan secara generatif akan menghasilkan tanaman kakao semaian dengan batang utama ortotrop (pertumbuhan cabang atau tunas yang mengarah ke atas) yang tegak, mempunyai rumus daun 3/8, dan pada umur tertentu akan mempunyai jorket (jorquet) dengan cabang-cabang plagiotrop yang mempunyai rumus daun . Rumus daun 3/8 artinya sifat duduk daun seperti spiral denga letak duduk daun pertama sejajar sejajar dengan daun ketiga pada jumlah daun delapan. Sementara itu, rumus daun artinya sifat duduk daun berseling denga letak daun pertama sejajar kembali setelah daun kedua.

2. Perbanyakan secara vegetative (okulasi)Perbanyakan secara vegetative adalah perbanyakan menggunakan bagian tanaman selain biji bisa berupa akar, batang, cabang, daun dll. Perbanyakan vegetatif pada tanaman kakao dikenal tiga macam cara yang lazim digunakan, yaitu okulasi (budding), sambung pucuk (top grafting) dan sambung samping (side grafting), namun akhir-akhir ini dikembangkan juga perbanyakan tanaman dengan kultur jaringan (tissue culture) atau yang lebih dikenal dengan istilah Somatik Embryogenesis (SE).Sampai saat ini perbanyakan vegetatif tanaman kakao yang banyak digunakan sebagai bahan tanam adalah perbanyakan secara okulasi dengan penempelan (entres) batang atas pada batang bawah. Ciri entres yang baik antara lain tidak terlalu muda dan tua, ukuran batang tempat entres yang akan diambil relatif sama dengan batang bawah, tidak terkena hama dan penyakit, dan masih segar.Dalam melaksanakan kegiatan okulasi kakao maka batang bawah yang digunakan harus kakao dengan varietas perakarannya baik (kuat), tahan kekurangan dan kelebihan air. Sedangkan untuk batang atas entres yang diambil ialah dari tanaman yang memiliki keunggulan hasil produksi yang tinggi dan tahan hama penyakit, dan memiliki batang yang kuat. Sehingga hasil okulasi akan menghasilkan tanaman yang lebih unggul dari indukannya karena merupakan gabungan dari sifat unggul batang bawah (perakaran bagus) dan batang atas (hasil produksi tinggi dan tahan hama penyakit).Dalam melaksanakan kegiatan okulasi ada berapa factor yang harus diperhatikan supaya okulasi berhasil yaitu:a. Dalam menyayat batang bawah harus menggunakan pisau yang tajam dan tidak berkaratb. Saat menyayat kulit pada batang bawah harus berhati2 supaya batangnya tidak terlukac. Dalam melaksanakan okulasi harus cepat karena semakin lama maka semakin tinggi tingkat kegagalan okulasi karena saat penempelan bila terlalu lama maka kambium yang terkandung pada batang akan kering.d. Ukuran penyayatan pada batang bawah harus sama dengan ukuran entres pada batang atas yang diambil.e. Batang bawah dan mata entres untuk batang atas yang diambil bebas penyakit.

BAB 5. PENUTUP

KESIMPULAN1. Perbanayakan tanaman kakao dapat dilaksanakan secara vegetative dan secara generative. Perbanyakan generatif ialah perbanyakan menggunakan biji yang dihasilkan dari penyerbukan bunga jantan (serbuk sari) dan bunga betina (kepala putik). Sedangkan perbanyakan vegetative ialah perbanyakan tanaman menggunakan bagian tanaman selain biji bisa berupa akar, batang, cabang, daun dll.2. Biji (perbanyakan secara generative) yang dihasilkan dari hasil penyerbukan bunga jantan (serbuk sari) dan bunga betina (kepala putik) bila ditanam kembali tumbuhnya tidak seragam, Ada sifat yang sama dengan indukannya, ada yang lebih unggul dibandingkan dengan sifat pohon induknya, namun ada juga yang sama sekali tidak membawa sifat unggul pohon induk, dan kualitasnya buruk.3. Okulasi (perbanyakan secara vegetative) akan menghasilkan tanaman yang lebih unggul dari indukannya karena merupakan gabungan dari sifat unggul batang bawah (perakaran bagus) dan batang atas (hasil produksi tinggi dan tahan hama penyakit).

DAFTAR PUSTAKA

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2006, Panduan Lengkap Budidaya Kakao (Kiat mengatasi permasalahan praktis), PT. Agromedia Pustaka.

Rahardjo, 1999. Pengantar Sosiologi dan Pedesaan. Yogyakarta. University GajahMada Tjitrosoepomo, Gembong, 1988, Taksonomi Tumbuhan (Spermathopyta),Yogyakarta Universitas Gadjah Mada.

Sunanto, H. 1994. Buku Pintar Budidaya Kakao. Yogyakarta Kanisius16