Upload
aryanti-zilzal
View
57
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
STATUS PENDERITA
I. Identifikasi Penderita
Nama : Ny. A
Usia : 51 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Bercerai
Suku / Bangsa : Palembang
Pendidikan : Tamat SD
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Katolik
Alamat : Jl. Pangeran Antasari no.124, 14 ilir. Dempo dalam
Datang ke RS : Senin, 19 November 2012, pukul 11.00 wib.
Cara ke RS : Diantar keluarga
Tempat Pemeriksaan : UGD RS. dr. Ernaldi Bahar Palembang dan di
bangsal Kenanga RS. dr. Ernaldi Bahar Palembang.
II. Riwayat Psikiatri
Riwayat psikiatri diperoleh dari:
1. Autoanamesiss
a. Rabu , 12 Desember 2012
b. Kamis, 13 Desember 2012
c. Jumat , 14 Desember 2012
d. Sabtu, 15 Desember 2012
2. Alloanamnesis ( minio, 80 tahun, ibu kandung pasien)
a. Jumat , 14 Desember 2012
b. Sabtu, 15 Desember 2012
1
A. Keluhan Utama
Pasien sering mengoceh-ngoceh sendiri dan mengamuk ( membantingkan
perabotan rumah) ± 2 hari sebelum masuk rumah sakit yang lalu
B. Riwayat Penyakit Sekarang
± 20 tahun yang lalu penderita bercerai dengan suaminya dikarenakan
tidak adanya kecocokan akibat perjodohan oleh orang tua nya, suaminya
yang meminta cerai karena suaminya tidak bekerja dan hanya penderita
yang mencari uang. Selama menikah penderita tidak pernah bertengkar.
Mereka tidak dikaruniai seorang anak dan mereka hanya menikah ± 6 bulan.
Setelah bercerai penderita sering melamun dan menyendiri.
± 17 tahun yang lalu usaha toko pakaian penderita terbakar beserta
isinya, sehingga penderita mengalami kebangkrutan. Setelah kejadian
tersebut penderita tampak mengalami perubahan perilaku, penderita sering
melamun, menyendiri, marah-marah dan mengoceh tanpa sebab. Namun
penderita belum berobat kedokter, karena penderita merasa dirinya sehat.
± 16 tahun yang lalu penderita mulai mengalami perubahan perilaku,
penderita menjadi sering melamun, menangis dan menyendiri. Penderita
mulai mengoceh sendiri karena seolah-olah ada orang yang diajak berbicara.
Penderita membenci kepada ayahnya, karena ayahnya dituduh memanggil
roh jahat untuk memasuki tubuhnya. Penderita juga membenci sahabatnya
karena penderita beranggapan bahwa sahabatnya telah berselingkuh dengan
suaminya dan penderita juga mencurigai sahabatnya karena sahabatnya
sudah mengambil harta dan uang penderita. Selain itu, penderita juga tidak
bisa mengurus diri sendiri. Penderita juga sering meminta uang kepada
orang lain ditengah parkiran. Penderita sering merangkul laki-laki dan
sering menari-nari apabila hujan turun. Menurut ibu penderita perubahan
tersebut terjadi setelah usaha toko pakaianya terbakar dan bercerai dengan
suaminya. Lalu pasien dibawa berobat ke RSJ Ernaldi Bahar dan dirawat
dengan diagnosis skizofrenia paranoid selama perawatan diberi obat HDL 5
mg, TFL 5 mg dan THP 5 mg dengan dosis 2 x 1. Penderita dirawat ± 10
hari dan mengamuk meminta pulang dan akhirnya pulang dalam keadaan
2
relatif tenang. Selang beberapa minggu setelah pulang dari RSJ Ernaldi
Bahar, penderita mengalami perubahan perilaku dikarenakan tidak minum
obat secara teratur dan penderita merasa dirinya sudah sembuh. Perubahan
perilaku penderita tersebut antara lain keluyuran tanpa tujuan yang jelas,
menari-nari, apabila mendengar lagu kadang-kadang penderita sering
menangis dan tertawa sendiri, penderita juga sering menyendiri dan suka
marah-marah. Kemudian penderita dirawat kembali ke RSJ Ernaldi Bahar
dengan diagnosis skizofrenia paranoid, selama perawatan diberi obat HDL 5
mg, TFL 5 mg dan THP 5 mg dengan dosis 2 x 1.
± 15 tahun yang lalu, pendererita mulai lagi sering mengoceh-ngoceh,
marah-marah, masih mencurigai sahabatnya, melamun dan sering keluyuran
keluar rumah tanpa tujuan, penderita tidak minum obat secara teratur karena
merasa dirinya sudah sembuh dan tidak pernah kontrol ke dokter selama ± 7
bulan. Sehingga penderita dirawat,dengan diadnosis skizofrenia paranoid
episode berulang selama perawatan diberi obat HDL 5 mg, TFL 5 mg dan
THP 5 mg dengan dosis 2 x 1. Penderita dirawat ± 10 hari
± 6 tahun yang lalu penderita putus obat ± selama 1 minggu dan dia
tidak minum obat karena merasa dirinya sudah sembuh dan penderita
mengalami perubahan perilaku, seperti sering melamun sendiri, gelisah,
kurang tidur, membongkar isi lemari, marah-marah, mengoceh-ngoceh
namun penderita tidak mendengar suara bisikan dan melihat sesuatu
penampakan. Penderita tidak bekerja, penderita sebelumnya minum obat
trihexyphenidyl 2 mg 3 x1, HDL 5 mg 2 x ½, trifluperazine 5 mg 3 x 1.
Penderita dirawat di RSJ Ernaldi Bahar dengan diagnosis skizofrenia
paranoid episode berulang
± 5 tahun yang lalu penderita putus obat selama ± 6 bulan karena tidak
kontrol lagi kedokter disebabkan meras dirinya sudah sembuh dan penderita
menunjukkan hal aneh yaitu tampak gelisah, mengamuk dirumah dan rumah
tetangga, telanjang didepan umum, penderita juga sering melamun dan
merasa ada suara bisikan dari hatinya. Penderita merasa ada orang yang
mengikuti dirinya dari belakang. Penderita juga sering keluyuran tanpa
tujuan pergi pagi dan pulang tengah malam setiap hari. Penderita juga sering
3
mengoceh-ngoceh sendiri namun penderita masih bisa mengurus diri sendiri
dan akhirnya penderita dirawat di RSJ Ernaldi Bahar dengan diagnosis
skizofrenia paranoid dan diberi obat obat trihexyphenidyl 2 mg 2 x1, HDL 5
mg 2 x 2, trifluperazine 5 mg 2 x 1. Selang waktu 2 bulan penderita kembali
dirawat ke RSJ Ernaldi Bahar dikarenakan mengalami putus obat ± 1 bulan,
penderita tidak mau minum obat dikarenakan merasa dirinya sudah sembuh.
Akibat tidak minum obat tersebut penderita mengalami perubahan perilaku
seperti tampak marah-marah. Penderita juga hampir menujah keponakanya,
karena merasa keponakanya akan mencelakakanya. Penderita juga suka
telanjang di depan umum, penderita merasa curiga dengan semua orang,
penderita kurang tidur dan tidak bisa mengurus diri sendiri, selain itu
penderita suka menakut-nakuti atau menggertak orang lain, penderita
mendapat pengobatan CPZ 100 mg, HDL 2 x 5 dengan diagnosis
skizofrenia paranoid.
± 1 bulan yang lalu penderita mulai lagi sering berbicara dan tertawa
sendiri seolah-olah ada yang mengajaknya mengobrol, penderita mengaku
mendengar ada suara bisikan yang mengajaknya mengobrol dan tertawa
namun penderita tidak tahu suara siapa. Penderita menjadi lebih sensitive,
mudah tersinggung dan sering mengurung diri dikamar. Penderita juga
sering marah-marah tanpa alasan yang jelas. Penderita mengalami putus
obat selama ± 1tahun karena merasa dirinya sudah sembuh sehingga tidak
pernah lagi kontrol kedokter.
± 2 hari sebelum masuk rumah sakit penderita makin sering mengoceh-
ngoceh sendiri. Membantingkan barang-barang dirumah, menari-nari dan
kadang-kadang penderita sering melamun. Penderita juga sering mendengar
suara-suara ditelinganya, namun tidak tahu itu suara siapa, karena hal itu
penderita menjadi susah tidur, mudah marah dan menjadi lebih sensitive.
Penderita juga selalu curiga dengan orang disekitarnya, terutama merasa
benci dan curiga dengan sahabatnya dan penderita beranggapan juga bahwa
orang-orang jahat dan ingin menyakitinya, penderita juga sering menggertak
atau menakut-nakuti orang lain. Penderita juga mengaku bahwa dirinya
4
sebagai malaikat dan istri dari tomi soeharto yang memiliki harta yang
banyak.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Riwayat Gangguan Medis
- Riwayat trauma kepala (-)
- Riwayat kejang/ epilepsi (-)
- Riwayat alergi obat (-)
- Riwayat penggunaan Zat Psikoaktif disangkal.
- Riwayat Penyakit Sistemik :
Riwayat hipertensi (-).
Riwayat nyeri kepala (-)
Riwayat demam lama (-)
Riwayat DM (-)
Riwayat asma (-)
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Selama kehamilan tidak ada gangguan kesehatan, dilahirkan normal
saat usia kehamilan 9 bulan, dilahirkan di rumah dukun.
2. Masa Kanak-kanak (0-3 tahun)
Tumbuh kembang pasien sama dengan anak sebayanya.
3. Masa Pertengahan (3-11 tahun)
Pasien merupakan anak yang baik, mudah sensitif dan kurang pemaaf.
dan disekolah tidak pernah tinggal kelas
4. Masa Kanak Akhir dan Remaja
Pasien tumbuh seperti anak seusianyal,memiliki sifat tertutup, mudah
marah, sensitif, mudah tersinggung dan kurang pemaaf.
5. Masa Dewasa
a. Riwayat pendidikan
5
Pasien hanya sekolah Sd kelas 5, selalu naik kelas namun pasien
berencana untuk berhenti sekolah karena ingin mencari uang dan
akibat dari pergaulan teman-teman dilingkungan rumahnya
b. Riwayat pekerjaan
Pasien dulu memiliki toko pakaian namun terbakar, lalu penderita
pernah menjual kue dan kemplang keliling dipasar dan sekarang
tidak bekerja lagi
c. Riwayat pernikahan
Pasien menikah pada tahun 1992 dengan laki-laki pilihan orang
tua. Suami pasien tidak bekerja, dia hanya di rumah, selama
menikah mereka tidak pernah bertengkar. Pasien tidak dikaruniai
anak. Pasien hanya menikah ± 6 bulan dan mengalami
ketidakcocokan akibat hasil perjodohan sehingga mereka bercerai
baik-baik
d. Agama
Pasien beragama katolik dan semenjak pasien sakit, pasien sudah
jarang sembayang
e. Aktivitas social
menurut ibu pasien, pasien adalah pekerja keras, penderita
mempunyai hubungan yang baik dengan orang tua dan tetangga
sekitar rumah. Namun keluarga mengakui kalau penderita memiliki
sikap tertutup.
f. Riwayat keluarga
Pasien merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara, memiliki 2orang
kakak dan satu orang adik perempuan. Tidak terdapat anggota
keluarga pasien yang memiliki gangguan jiwa yang sama
6
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien , 51 tahun.
g. Situasi kehidupan sekarang
Sekarang pasien tinggal dengan orangtuanya. Status ekonomi
pasien cukup
h. Persepsi pasien tentang diri dan lingkungannya
Pasien menggambarkan dirinya sebagai seorang istri Tomi
Soeharto dan memiliki harta karun tersembunyi yang melimpah.
Pasien juga mengaku bahwa dirinya sebagai malaikat. Pasien
membenci dengan adiknya karena adiknya yang membawa dia ke
RSJ. Ernaldi Bahar. Pasien juga membenci sahabatnya karena dia
beranggapan bahwa sahabatnya mencuri harta dan suaminya.
i. Persepsi keluarga tentang diri pasien
Ibu pasien menggambarkan pasien sebagai orang yang baik,
pekerja keras, tertutup, namun memang cenderung pemarah,
sensitif, kurang pemaaf, dan mudah tersinggung. Ibu pasien
berharap pasien bisa sembuh, karena ia berharap ibu bisa seperti
dulu lagi. Menurut ibu pasien, kehidupan pasien tidak pernah
merasakan kebahagaian karena sakitnya ini.
j. Riwayat pelanggaran hukum
Pasien tidak pernah melakukan tindakan pelanggaran hukum
maupun berurusan dengan pihak berwajib.
III. Pemeriksaan Status Mental
Pemeriksaan di lakukan pada tanggal 12 Desember 2012
A. Gambaran Umum :
Penampilan
7
Pasien berjenis perempuan berusia 51 tahun dengan penampilan
sesuai dengan usia. Pada saat wawancara pasien menggunakan, baju
kaos berwarna coklat dan celana dasar pendek bewarna biru serta
menggunakan sandal jepit berwarna merah. Perawatan diri cukup baik.
Perilaku dan Akitivitas psikomotor
Selama wawancara pasien berdiri sambil bernyanyi-nyanyi dan
menari-nari. Kadang sering tampak gelisah, sedih dan mondar mandir.
Kontak mata pasien dengan pemeriksa kurang,
Sikap terhadap pemeriksa
Pasien kurang kooperatif dalam bercerita dan menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh pemeriksa.sehingga pertanyaan yang diberikan
tidak sesuai dengan jawaban Pasien menolak untuk wawancara yang
lebih lanjut. Pasien menyangkal bila ia sakit.
B. Mood dan afek
Mood : mood yang labil
Afek : Appropriate
Keserasian : tidak serasi dalam hal pikiran, perasaan dan perilaku
C. Pembicaraan
Bicara lancar, spontan, volume suara naik-turun, intonasi cukup,
artikulasi jelas dan isi pembicaraan kadang tidak dapat dimengerti.
Selama wawancara, penderita menjawab semua pertanyaan tetapi
terdapat beberapa jawaban yang tidak benar. Namun sesekali juga
penderita mengalihkan pembicaraan, jika disuruh mengulang jawaban,
penderita pasti langsung menjawabnya dengan intonasi tinggi
D. Gangguan Persepsi
Dari hasil wawancara :
- Halusinasi Auditorik (+) dimana penderita mendengar seseorang
pria berkata pada malam hari disaat penderita akan tidur, dan
8
mengatakan bahwa pria tersebut seorang malaikat, pria tersebut
memerintahkan jangan melakukan hal yang aneh kalau tidak mau
mendapat hukuman. Sehingga penderita selalu merasa berhati-hati
setiap mengeluarkan perkataan, karena penderita takut dan sering
meras mendapat hukuman dari roh tersebut. Dia tidak tahu itu
siapa dan sering menakut-nakuti penderita. Penderita juga
mengalami waham kebesaran dan waham curiga
E. Pikiran
Bentuk pikiran
1. Produktivitas : wajar
2. Kontinuitas : asosiasi longgar.
3. Hendaya berbahasa : Tidak ada
Isi pikiran
- Preokupasi (-)
- Gangguan pikiran : waham curiga (+), waham kebesaran (+)
F. Sensorium dan kognitif
Taraf kesadaran
Compos mentis, Kesiagaan baik
Orientasi
Waktu : Baik, pasien dapat membedakan waktu saat pagi,
siang dan malam.
Tempat : Baik, pasien mengetahui bahwa dirinya berada di
RS ERBA Palembang.
Personal : Baik, Pasien dapat mengenali dokter pemeriksa,
koas, perawat, dan istrinya.
Daya ingat
Jangka Panjang :
Baik pasien dapat mengingat keluarga besarnya
Jangka sedang :
9
Baik, pasien dapat mengingat dengan siapa ia datang dan kapan ia
datang ke RS ERBA Palembang.
Jangka pendek :
Baik, pasien dapat mengingat kemana ia pergi sebelum dibawa ke
RS ERBA Palembang.
Jangka Segera :
Baik, pasien tidak mengalami kesulitan untuk mengulang 6 angka
maju dan selanjutnya mundur.
Konsentrasi dan perhatian
Baik, pasien tidak mengalami kesalahan saat melakukan penguarangan
100-7 dan seterusnya serta mengeja kata ”dunia” dari belakang.
Kemampuan membaca dan menulis
Pasien dapat membaca dan menulis
Kemampuan visuospasial
Baik, pasien dapat mengambarkan jam dan memperlihatkan arah jarum
panjang dan jarum pendek dengan baik.
Pikiran abstrak
Baik, pasien dapat mengartikan peribahasa sederhana yang diberikan
oleh pemeriksa “Tong Kosong Nyaring Bunyinya” maupun peribahasa
lain.
Intelegenesia dan kemampuan informasi
Baik, pasien dapat menjawab dengan benar nama presiden RI dan
nama presiden pertama RI.
Kemampuan menolong diri sendiri
Baik, pasien masih bisa berpakaian serta masih dapat makan, minum,
dan mandi sendiri.
G. Pengendalian impuls
Selama wawancara yang pertama pasien kurang dapat mengendalikan
diri dan berperilaku. Pasien menolak diwawancarai lebih lanjut, dan
menyangkal bahwa is sakit.
10
H. Daya Nilai dan tilikan
Daya Nilai Sosial
Baik, pasien bersikap sopan terhadap dokter, koas, perawat dan seluruh
penghuni bangsal kenanga
Penilaian Realita
Terganggu, karena pasien kurang mampu membedakan antara hal
yang nyata dan tidak nyata.
Tilikan
Derajat 1, pasien menyangkal menderita penyakit.
I. Reliabilitas
Secara umum, dapat dipercaya pada alloananmnesis. Sedangakan
autoanamnesis penjelasan yang diberikan penderita kadang-kadang tidak
dapat dipercaya karena adanya gangguan jiwa
IV. Pemeriksaan Diagnosa Lebih Lanjut
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 12 Desember 2012.
A. Status Interna
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Status Gizi : terlihat cukup
Tanda – tanda vital
TD : 130/70 mmHg
Pulse : 90x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,5 o c
Mata : Konjungtiva tidak anemik, Sklera tidak ikterik
Thorax
Cor : Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikuler kiri dan kanan, wheezing dan rhonki (-)
Abdomen : Tidak ada nyeri tekan, bising usus normal
Ekstrimitas : Akral hangat, capillary refill time <2”, edema (-)
11
Kulit : dalam batas normal
B. Status Neurologis
GCS 15
- E : membuka mata spontan (4)
- V : berbicara spontan (5)
- M : gerakan sesuai perintah (6)
Tanda Rangsangan Meningeal : Negatif
Tanda efek ekstrapiramidal : Tidak ada tremor, bradikinesia (-),
dan rigiditas (-).
Motorik : 5/5/5/5
Sensorik : Baik
Refleks fisiologis : normal
Refleks patologis : tidak ditemukan refleks patologis
V. Ikhtisar Penemuan Bermakna
Berdasarkan wawancara didapatkan informasi bahwa pasien seorang
perempuan berusia 51 tahun, agama katolik, suku Tionghoa/ indonesia, pekerjaan
pedagang, status bercerai. Pasien dirawat dengan keluhan sering mengoceh dan
marah-marah, dan membantingkan perabotan rumah
Pada pemeriksaan status mental pada tanggal 12 Desember 2012 didapatkan
seseorang perempuan, penampilan sesuai dengan usia, berbadan kurus, perawatan
diri cukup. Perilaku dan aktivitas psikomotorik pasien selama wawancara pasien
berdiri dengan gelisah dan mondar-mandir, setta tampak juga bernyanyi dan
menari-nari. Kontak mata pasien dengan pemeriksa kurang, emosinya tidak
terkendali. Sikap terhadap pemeriksa, pasien kurang kooperatif dalam bercerita
dan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pemeriksa walaupun jawabnya
tidak sesuai dengan pertanyaan. Pasien menolak untuk wawancara yang lebih
lanjut. Pasien menyangkal bila ia sakit. Mood labil, afek appropriate, pembicaraan
dengan afek sesuai. Pada gangguan persepsi ditemukan halusinasi auditorik.
Bentuk pikiran non realistik, isi pikir waham curiga , waham kebesaran dengan
proses isi pikir asosiasi longgar, penderita terus menerus berbicara, bicaranya
12
tidak terputus dan produktivitasnya baik. RTA terganggu dengan tilikan derajat
satu. Pada pemeriksaan fisik Interna dan pemeriksaan yang lain tidak ditemukan
kelainan.
VI. Formulasi Diagnosis
Aksis I :
Berdasarkan anamnesis, riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan,
pada pasien ini ditemukan adanya pola perilaku, pikiran, dan perasaan yang
secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan
hendaya (disability) dalam fungsi pekerjaan dan sosial. Dengan demikian
berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami
suatu gangguan jiwa.
Selain itu, berdasarkan anamnesis riwayat penyakit medis, pasien
tidak pernah mengalami trauma kepala atau penyakit lainnya yang secara
fisiologis dapat menimbulkan disfungsi otak sebelum menunjukkan gejala
gangguan jiwa. Oleh karenanya, gangguan mental organik dapat
disingkirkan (F00-09). Pada pasien tidak didapatkan riwayat penggunaan
alkohol atau zat psikoaktif sebelum timbul gejala penyakit yang
menyebabkan perubahan fisiologis otak, sehingga kemungkinan adanya
gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif dapat
disingkirkan (F10-19).
Pada pasien terdapat adanya gangguan dalam penilaian realita karena
adanya psikopatologi gangguan persepsi yaitu halusinasi auditorik. Dan juga
ditemukan adanya gejala positif dan Gangguan isi pikir yaitu waham curiga,
waham kebesaran.
Pada aksis I ditemukan adanya halusinasi auditorik, dan pada
penderita gejala-gejala definitif adanya skizofrenia dan gangguan afektif
sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan. Selain itu juga
ditemukan kegelisahan pada penderita. Maka diagnosis pada penderita ini
termasuk dalam “Gangguan Skizoafektif Tipe Manik (F25.0).
Aksis II
13
Pada pasien ini didapatkan informasi yang bermakna dari riwayat
premorbid, riwayat kehidupan pribadi pada masa kanak, remaja, dan dewasa
yaitu ia punya sifat kurang pemaaf, sensitif, sehingga untuk aksis II F 60.0
Gangguan Kepribadian paranoid.
Aksis III
Pada pasien ini berdasarkan pemeriksaan fisik tidak ditemukan
kelainan.
Aksis IV
Pada pasien untuk aksis IV yaitu Masalah pekerjaaan dan ekonomi
Aksis V
GAF pada saat ini adalah 70-61, adanya beberapa gejala ringan dan
menetap dan diabilitas ringan, misalnya pekerjaan, hubungan dengan
keluarga dan proses pikir.
VII. Diagnosis Multiaksial
Aksis I : F25.0 gangguan Skizoafektif tipe manik
Aksis II : F60.0 Gangguan Kepribadian Paranoid
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Masalah pekerjaan dan ekonomi
Aksis V : GAF Current 70-61
MRS GAF Scale 80-71
VIII. Daftar Masalah
A. Organobiologik
Tidak Ada faktor genetik gangguan kejiwaan
B. Psikologik
Mood : labil
Afek : Appropriate
Keserasian : tidak Sesuai dalam hal pikiran, perasaan dan
perilaku
Gangguan Persepsi : Halusinasi auditorik (+)
Isi pikir : Waham curiga (+), waham kebesaran (+)
RTA : Terganggu
Tilikan : Derajat 1
14
C. Lingkungan dan Sosioekonomi
Kurangnya pengetahuan keluarga, mengenai penyakit pasien, gejala-
gejalanya, faktor-faktor yang memberatkan lainnya. Selain itu, masalah lingkungan
sosial, bagaimana hubungan ia dengan para tetangganya. Penderita selalu
menyimpan perasaanya sendiri. Enggan menceritakanya pada orang lain.Sekarang
pasien tinggal dengan orangtuanya. Status ekonomi pasien cukup
IX. Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad Sanationam : dubia
Ad Fungsionam : dubia ad bonam
X. Rencana Terapi
A. Psikofarmaka
Risperidone 2 mg dosis 2 x 2 mg
Tryhexyphenidyl 2 mg dosis 2 x 2 mg
B. Psikoterapi
Memberikan pengertian dan penjelasan pada pasien yang bersifat
komunikatif, edukatif dan informatif tentang keadaan pasien bahwa
pasien harus bisa mengendalikan diri dan mau mematuhi pengobatan
demi kepentingan si pasien tersebut sehingga pasien dapat menjaga
kepatuhan minum obat, mengerti tentang gangguan yang dideritanya dan
juga menyadari bahwa ada kemungkinan bahwa keluhan-keluhan yang
dideritanya disadari oleh faktor psikologis dan dapat meminta bantuan
psikiatri pada saat pasien membutuhkannya.
Mengembalikan kepercayaan diri pasien pada fungsi optimal
terutama dalam kehidupan sosioekonomi, sehingga pasien bisa
menjalani aktivitas sehari-hari dan merawat kebersihan diri dengan baik
tanpa disuruh.
Memberikan dukungan untuk meningkatkan rasa percaya diri
individu, perbaikan fungsi sosial, dan pencapaian kualitas hidup yang
15
baik serta memotivasi penderita agar tidak merasa putus asa dan
semangat dalam menjalani hidup.
Memberikan penjelasan yang bersifat komunikatif, informatif dan
edukatif mengenai penyebab penyakit pasien, gejala-gejalanya, faktor-
faktor yang memberatkan, dan bagaimana cara pencegahannya. Pada
keluarga. Sehingga keluarga bisa menerima dan mengerti keadaan
pasien serta mendukung proses terapi dan mencegah kekambuhan.
Menjelaskan pada keluarga bahwa pasien perlu dukungan penuh, perlu
dirangkul dan di ajak berkomunikasi dengan lebih sabar lagi, jangan di
kurung maupun jangan membuat pasien merasa di kucilkan, karena hal
tersebut dapat memparah keadaan pasien.
Keluarga diharapkan mampu mengawasi kepatuhan pasien untuk
kontrol minum obat maupun kontrol berobat jika obat habis untuk
memantau perjalanan penyakit pasien dan tindak lanjut dari pengobatan
yang didapat pasien.
BAB II
DISKUSI
Pada penderita ditemukan halusinasi auditorik, waham curiga dan waham
kebesaran. Selama wawancara sikap penderita kurang kooperatif, ekspresi wajah
tidak sesuai, penderita tertawa namun terlihat seperti sedang menangis, artikulasi
16
jelas dan volume suara naik turun, pandangan tertuju pada pemeriksa kalau
dipanggil..
Pengobatan pada pasien ini dipilih risperidone dengan dosis awal 2 mg
diberikan 2 kali perhari. Karena risperidon merupakan obat antipsikotik atipikal
dengan efek samping yang minimal.
Indikasi pemberiannya adalah terapi pada skizofrenia akut dan kronik serta
pada kondisi psikosis yang lain, dengan gejala-gejala tambahan (seperti;
halusinasi, delusi, gangguan pola pikir, kecurigaan dan rasa permusuhan) dan atau
dengan gejala-gejala negatif yang terlihat nyata (seperti; blunted affect, menarik
diri dari lingkungan sosial dan emosional, sulit berbicara). Juga mengurangi gejala
afektif (seperti; depresi, perasaan bersalah dan cemas) yang berhubungan dengan
skizofrenia. Aktivitas antipsikosis diperkirakan melalui hambatan terhadap
reseptor serotonin dan dopamine.
Pemberian obat-obatan antipsikotik diberikan dari dosis terkecil yang
menimbulkan efek terapeutik, dalam hal ini pemberian Risperidone yaitu :
2 mg/hari, 1-2 x sehari, jika belum ada perbaikan, dinaikkan menjadi
4 mg/hari, 1-2 x sehari, jika belum ada perbaikan, dinaikkan menjadi
6 mg/hari, 1-2 x sehari. Dosis umum Risperidon adalah 3-6 mg per hari.
Trihexylphenidil diberikan apabila terjadi efek samping ekstrapiramidal.
Semua antagonis reseptor dopamin berkaitan dengan efek samping ekstra
piramidal. Hal ini disebabkan karena berkurangnya aktivitas dopamin pada
ganglia basalis, yang diakibatkan karena afinitasnya terhadap reseptor D2.
Pada penderita ini juga diberikan terapi lain berupa psikoterapi. Dalam hal ini
diberikan melalui edukasi terhadap penderita agar memahami gangguannya, cara
pengobatan, efek samping yang dapat muncul, pentingnya kepatuhan dan
keteraturan minum obat sehingga penderita sadar dan mengerti akan sakitnya, dan
menjalankan pengobatan secara teratur, tidak dengan terpaksa. Hal lain yang
dilakukan adalah dengan intervensi langsung dan dukungan untuk meningkatkan
rasa percaya diri individu, perbaikan fungsi sosial dan pencapaian kualitas hidup
yang baik sehingga memotivasi penderita agar dapat menjalankan fungsi sosianya
dengan baik.
17
Keluarga penderita juga diberikan terapi keluarga dalam bentuk psikoedukasi
berupa penyampaian informasi kepada keluarga mengenai penyebab penyakit
yang dialami penderita serta pengobatannya sehingga keluarga dapat memahami
dan menerima kondisi penderita untuk minum obat dan kontrol secara teratur serta
mengenali gejala-gejala kekambuhan secara dini. Pengertian kepada keluarga
akan pentingnya peran keluarga pada perjalanan penyakit juga penting untuk
disampaikan.
Prognosis penderita ini adalah dubia dan gejala ini bisa berulang karena
adanya riwayat gangguan psikiatri dalam keluarga. Bila pasien taat menjalani
terapi, adanya motivasi penderita untuk sembuh, serta adanya dukungan dari
keluarga yang cukup maka akan membantu perbaikan pasien.
TABEL FOLLOW UP
Rabu, 12 Desember 2012
KU baik, os tampak tenang, kontak (+), os bisa makan, minum, mandi dan tidur. Waham curiga (+) Halusinasi (+). TD = 130/70 mmHg.Emosi : stabil
18
Th/ :Clonilex 2 x 25 mgNeripros 2 x 2 mgResperidone 2 x 2 mgDepakote 2 x 25 mgThrihexipenidil 2 x 2 mgSeroquil 2 x 300 mg
Kamis , 13 Desember 2012
KU baik, os tampak tenang, kontak (+), os bisa makan, minum, mandi dan tidur. Waham curiga (+) Halusinasi (+) TD = 130/70 mmHg.mmHg.Emosi : stabil Th/ :Clonilex 2 x 25 mgNeripros 2 x 2 mgResperidone 2 x 2 mgDepakote 2 x 25 mgThrihexipenidil 2 x 2 mgSeroquil 2 x 300 mg
Jumat, 14 Desember 2012
KU baik, os tampak tenang, kontak (+), os bisa makan, minum, mandi dan tidur. Halusinasi (+) TD = 130/70 mmHg.mmHg.Emosi : stabil Th/ :Clonilex 2 x 25 mgNeripros 2 x 2 mgResperidone 2 x 2 mgDepakote 2 x 25 mgThrihexipenidil 2 x 2 mgSeroquil 2 x 300 mg
Sabtu , 15 Desember 2012
KU baik, os tampak tenang, kontak (+), os bisa makan, minum, mandi dan tidur. Halusinasi (+) TD = 120/70 mmHg.mmHg.Emosi : stabil Th/ :Clonilex 2 x 25 mgNeripros 2 x 2 mgResperidone 2 x 2 mgDepakote 2 x 25 mgThrihexipenidil 2 x 2 mgSeroquil 2 x 300 mg
DAFTAR PUSTAKA
19
1. Sadock BJ and Sadock VA. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry:
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, Lippincott Williams & Wilkins 10th
Edition. 2007.
2. Depkes RI. Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi ke-III.
Jakarta. 1993.
3. Jager M, Hintermayr M, Bottlender R, Strauss A, Möller HJ, Course and
outcome of first-admitted patients with acute and transient psychotic
disorders (ICD-10:F23) Focus on relapses and social adjustment, Eur Arch
Psychiatry Clin Neurosci. 2003.
4. Maslim Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik edisi ketiga. Penerbit
bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK- Atma Jaya. Jakarta, 2007.
5. Tim Psikiatri FKUI. 2005. Buku Ajar: Psikiatri. Jakarta: FK UI P
20