29
Laporan Kasus Hipertensi dengan Pendekatan Dokter Keluarga 1. Latar belakang masalah Di negara yang maju dan berkembang banyak penduduk yang memiliki pola hidup dan gaya hidup yang kurang baik. Semakin meningkatnya daya konsumsi masyarakat, semakin banyak dari mereka yang memakan makanan yang kurang bergizi, jarang bergerak (olahraga), dan mengkonsumsi fastfood. Salah satu penyakit yang berhubungan dengan akibat pola hidup dan gaya hidup yang tidak sehat adalah hipertensi. Hingga saat ini hipertensi masih tetap menjadi permasalahn selain diabetes dan penyakit jantung karena beberapa hal, antara lain terjadi peningkatnya prevalensi hipertensi, dan masih banyaknya pasien yang mengidap hipertensi yang belum mendapat pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi tekanan darahnya belum mencapai target, bahkan ada penderita yang tidak tahu jika memiliki tekanan darah yang tinggi. Hal ini dapat dapat membuat bersamaan dengan penyakit penyerta dan komplikasi yang lebih lanjut dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Jenis hipertensi paling banyak adalah hipertensi primer sebesar 90% dari semua angka kejadian hipertensi. Sedangkan hipertensi yang lain adalah hipertensi sekunder yang disertai adanya penyakit sistemik. Data epidemiologi menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya populasi usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga bertambah, dimana baik 1

Laporan Kasus Hipertensi Dengan Pendekatan Dokter Keluarga

Embed Size (px)

DESCRIPTION

KASUS HIPERTENSI

Citation preview

Laporan Kasus Hipertensi dengan Pendekatan Dokter Keluarga

1. Latar belakang masalahDi negara yang maju dan berkembang banyak penduduk yang memiliki pola hidup dan gaya hidup yang kurang baik. Semakin meningkatnya daya konsumsi masyarakat, semakin banyak dari mereka yang memakan makanan yang kurang bergizi, jarang bergerak (olahraga), dan mengkonsumsi fastfood. Salah satu penyakit yang berhubungan dengan akibat pola hidup dan gaya hidup yang tidak sehat adalah hipertensi. Hingga saat ini hipertensi masih tetap menjadi permasalahn selain diabetes dan penyakit jantung karena beberapa hal, antara lain terjadi peningkatnya prevalensi hipertensi, dan masih banyaknya pasien yang mengidap hipertensi yang belum mendapat pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi tekanan darahnya belum mencapai target, bahkan ada penderita yang tidak tahu jika memiliki tekanan darah yang tinggi. Hal ini dapat dapat membuat bersamaan dengan penyakit penyerta dan komplikasi yang lebih lanjut dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Jenis hipertensi paling banyak adalah hipertensi primer sebesar 90% dari semua angka kejadian hipertensi. Sedangkan hipertensi yang lain adalah hipertensi sekunder yang disertai adanya penyakit sistemik. Data epidemiologi menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya populasi usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga bertambah, dimana baik hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi sistolik dan diastolik sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia > 65 tahun. Selain itu laju pengendalian tekanan darah yang dahulu terus meningkat, dalam dekade terakhir tidak menunjukkan kemajuan lagi dan pengendalian tekanan darah ini hanya mencapai 34 % dari seluruh pasien hipertensi.Oleh karena itu perlunya pendekatan dokter keluarga untuk memastikan, mendiagnosis dini, mengawasi para pasien dan keluarganya untuk tercapainya tujuan kesehatan. Prinsip pokok dari dokter keluarga adalah untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kedokteran menyeluruh. Maka dari itu perlu diketahui berbagai latar belakang pasien yang menjadi tanggungannya. Untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan seperti itu diperlukan adanya kunjungan rumah (home visit) serta melakukan pelayanan kesehatan standar. Untuk dapat memajukan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada masyarakat, perlu adanya kerjasama antara petugas kesehatan dan pasien. Pemantauan terhadap penyakit pasien tidak hanya sekadar mendapatkan pengobatan di puskesmas, namun lingkungan pasien turut diikutsertakan dalam usaha meningkatkan kesehatan pasien. Home visit atau kunjungan dilakukan dengan tujuan untuk melihat lingkungan rumah pasien dan sekaligus mengedukasi dan memberi penyuluhan yang terkait dengan penyakit pasien.2. TujuanTujuan umumnya adalah untuk meningkatkan taraf mutu pelayanan kesehatan masyarakat sedangkan tujuan khusus ialah mengetahui dan memahami secara mendalam penyakit hipertensi dan penyebabnya serta dapat menerapkan prinsip-prinsip pelayanan kedokteran secara komprehensif dan menyeluruh serta adanya peran aktif dari pasien dan keluarga.3. ManfaatMenghasilkan informasi atau pengetahuan mengenai pelayanan kesehatan kedokteran dengan pendekatan keluarga pada pasien hipertensi. Bagi mahasiswa ialah lebih memahami secara dalam mengenai penyakit hipertensi bukan saja dari penyebabnya tetapi dapat dari faktor-faktor resiko serta menerapkan prinsip pelayanan kedokteran keluarga secara holistik saat melakukan observasi dan wawancara pada pasien.4. Pembahasan penyakit hipertensi4.1 DefinisiHipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. Usia lanjut membawa konsekuensi meningkatnya morbiditas dan mortalitas berbagai penyakit kardiovaskular. Tekanan darah sistolik meningkat sesuai dengan peningkatan usia, akan tetapi tekanan darah diastolik meningkat seiring dengan TDS sehingga usia 55 tahun, yang kemudian menurun oleh karena terjadinya proses kekakuan arteri akibat aterosklerosis.1 Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus menerus sehingga melebihi batas normal. Tekanan darah normal adalah 110/90 mmHg. Hipertensi merupakan produk dari resistensi pembuluh darah perifer dan cardiac output.2 Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefenisikan sebagai hipertensi esensial. Beberapa penulis lebih memilih istilah hipertensi primer untuk membedakannya dengan hipertensi sekunder yang diketahui sebabnya. Hipertensi sistolik terisolasi (HST) didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik 140mmHg dengan tekanan darah diastolik 18 tahun4.3 AnamnesisHal-hal yang perlu atau dapat ditanyakan dalam anamnesis antara lain identitas paien seperti nama, alamat, usia, pekerjaan. Tanyakan keluhan utama pasien, alasan utama pasien datang ke rumah sakit atau puskesmas misalnya badan sering lemas-lemas, pusing, beberapa kali terjatuh. Kemudian riwayat penyakit sekarangnya: tanyakan factor-faktor yang mempengaruhi pusingnya atau lemasnya, misalnya lemasnya atau pusingnya sehabis aktifitas atau keadaan istirahat juga sama. Kemudian riwayat penyakit dahulu, apakah pasien pernah didiagnosis hipertensi atau diabetes, dan penyakit yang lain seperti penyakit pada paru-paru, ginjal maupun jantung, baik yang berhubungan dengan penyakit pasien sekarang maupun yang tidak berhubungan. Riwayat penyakit keluarga pasien, apakah dikeluarga pasien pernah memiliki keluhan yang sama dengan pasien atau adakan penyakit lain yang pernah diderita oleh kelurga pasien misalnya hipertensi, DM, penyakit darah, dsb. Riwayat sos-eko pasien seperti pola makan, pola hidup, pola jajan, merokok, minum minuman yang berakohol, keadaan atau situasi rumah pasien tersebut, penhasilan dari pekerjaan pasien.

4.4 Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik bertujuan menegakkan diagnosis hipertensi, mengidentifikasi tanda penyakit sistemik yang dapat menyebabkan hipertensi dan kerusakan target organ, diantaranya tanda vital ( tekanan darah, frekuensi nadi, suhu, RR ), tinggi dan berat badan, pemeriksaan thorax dan pemeriksaan fisik abdominal, serta pemeriksaan neurologis jika pasien memiliki DM. Sebelum dilakukan pemeriksaan tekanan darah maka pasien dianjurkan untuk beristirahat dan duduk tenang setidaknya 5 menit serta menghindari aktivitas fisik, konsumsi kafein dan rokok setidaknya 30 menit sebelumnya.4

4.5 Pemeriksaan penunjangPemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan factor risiko lainnya atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya pemeriksaan darah rutin, gula darah, asam urat, profil lipid, kolestrol HDL dan LDL ureum dan kreatinin serum, elektrolit serum, urinalisis, dan EKG 12 sadapan. Sebagai tambahan untuk mendeteksi kerusakan target organ atau membuktikan kecurigaan hipertensi sekunder adalah : rontgen thorax, EKG, ekokardiografi, funduskopi, rasio albumin kreatinin urin, CT scan cranial atau MRI.4

4.6 Diagnosis bandingDiagnosis banding untuk hipertensi esensial atau primer bisa berupa hipertensi renovaskular, hipertensi pada penyakit ginjal, hipertensi pada penyakit jantung, hipertensi ortostatik, dan vertigo.

4.7 Faktor resiko dan gejala klinisObesitas merupakan ciri khas penderita hipertensi. Walaupun belum diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dan obesitas, namun terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi daripada penderita hipertensi dengan berat badan normal. Stres diduga melalui aktivasi saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas). Peningkatan aktivitas saraf simpatis mengakibatkan meningkatnya tekanan darah secara intermitten (tidak menentu). Faktor Keturunan juga mempengaruhi apabila riwayat hipertensi didapat pada kedua orang tua, maka dugaan hipertensi essensial akan sangat besar. Demikian pula dengan kembar monozigot (satu sel telur) apabila salah satunya adalah penderita hipertensi. Jenis Kelamin pada pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi daripada wanita. Hipertensi berdasarkan gender ini dapat pula dipengaruhi oleh faktor psikologis. Pada wanita seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok, kelebihan berat badan), depresi dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan pada pria lebih berhubungan dengan pekerjaan, seperti perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan dan pengangguran. Dengan semakin bertambahnya usia, kemungkinan seseorang menderita hipertensi juiga semakin besar. Asupan garam juga mempengaruhi melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah yang akan diikuti oleh peningkatan eksresi kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan hemodinamik (sistem pendarahan) yang normal. Pada hipertensi essensial mekanisme inilah yang terganggu. Gaya hidup yang kurang sehat walaupun tidak terlalu jelas hubungannya dengan hipertensi namun kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol dan kurang olahraga dapat pula mempegaruhi peningkatan tekanan darah. Adapun gejala klinis yang dialami oleh para penderita hipertensi biasanya berupa: Pusing, Mudah marah,Telinga berdengung, Sukar tidur, Sesak nafas, Rasa berat di tengkuk, Mudah lelah, Mata berkunang-kunang, Mimisan (jarang dilaporkan).4,54.8 PatogenesisTekanan darah ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu Curah jantung merupakan hasil kali antara frekuensi denyut jantung dengan isi sekuncup, sedangkan isi sekuncup ditentukan oleh aliran balik vena dan kekuatan kontraksi miokard. Resistensi vascular ditentukan oleh tonus otot polos pembuluh darah, elastisitas dinding pembuluh darah dan viskositas darah. Semua parameter di atas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sistem saraf simpatis dan parasimpatis., sistem rennin-angiotensin-aldosteron (SRAA) dan faktor lokal berupa bahan-bahan vasoaktif yang diproduksi oleh sel endotel pembuluh darah.3 Sistem saraf simpatis bersifat presif yaitu cenderung meningkatkan tekanan darah dengan meningkatkan frekuensi denyut jantung, memperkuat kontraktilitas miokard, dan meningkatkan resistensi pembuluh darah. Sistem saraf parasimpatis bersifat depresif, yaitu menurunkan tekanan darah dengan menurunkan frekuensi denyut jantung. SRAA juga bersifat presif berdasarkan efek vasokonstriksi angiotensin II dan perangsangan aldosteron yang menyebabkan retensi air dan natrium di ginjal sehingga meningkatkan volume darah. Selain itu terdapat sinergisme antara sistem simpatis dan SRAA yang saling memperkuat efek masing-masing.3 Sel endotel pembuluh darah memproduksi berbagai bahan vasoaktif yang sebagiannya bersifat vasokonstriktor seperti endotelin, tromboksan, A2 dan angiotensin II lokal, dan sebagian lagi bersifat vasodilator seperti endothelium-derived relaxing factor yang dikenal dengan nitric oxide (NO) dan prostasiklin (PG12). Selain itu jantung, terutama atrium kanan memproduksi hormone yang disebut atriopeptin (atrial natriuretic peptide, ANP) yang bersifat diuretic, natriuretik, dan vasodilator yang cenderung menurunkan tekanan darah.3 Mekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus, melainkan sebagai akibat interaksi dinamis antara faktor genetik, lingkungan dan faktor lainnya. Tekanan darah dirumuskan sebagai perkalian antara curah jantung dan atau tekanan perifer yang akan meningkatkan tekanan darah. Retensi sodium, turunnya filtrasi ginjal, meningkatnya rangsangan saraf simpatis, meningkatnya aktifitas renin angiotensin alosteron, perubahan membran sel, hiperinsulinemia, disfungsi endotel merupakan beberapa faktor yang terlibat dalam mekanisme hipertensi.2,3 Mekanisme patofisiologi hipertensi salah satunya dipengaruhi oleh sistem renin angiotensin aldosteron, dimana hampir semua golongan obat anti hipertensi bekerja dengan mempengaruhi sistem tersebut. Renin angiotensin aldosteron adalah sistem endogen komplek yang berkaitan dengan pengaturan tekanan darah arteri. Aktivasi dan regulasi sistem renin angiotensin aldosterouran Tekanan Darah diatur terutama oleh ginjal. Sistem renin angiotensi aldosteron mengatur keseimbangan cairan, natrium dan kalium. Sistem ini secara signifikan berpengaruh pada aliran pembuluh darah dan aktivasi sistem saraf simpatik serta homeostatik regulasi tekanan darah.2,34.9 Penatalaksanaan4.9.1 Nonmedika mentosaMenurunkan berat badan sampai batas ideal, mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan, atau kadar kolestrol darah tinggi, mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya ( disertai dengan asupan kalsium, magnesium, dan kalium yang cukup), mengurangi kebiasaan buruk seperti alcohol,merokok, asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam makanan, olahraga, penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktifitasnya selama tekanan darah terkendali.3,54.9.2 MedikamentosaUntuk hipertensi dapat diberikan salah satu dari obat ini yaitu Hidrokloritazid (HCT) 12,5-25 mg perhari dosis tunggal pada pagi hari. Reserpin 0,1 0,25mg perhari sebagai dosis tunggal. Propanolol dimulai dari 10 mg 2 kali sehari dapat dinaikan 20 mg 2x sehari ( KI : pada penderita asma ). Captopril : 12,5 25 mg , 2-3x sehari ( KI : pada kehamilan dan asma ). Nifedipin : mulai dari 5 mg 3 x sehari bisa dinaikan 10 mg 3x sehari. Atau alur penanganan pasien hipertensi (lihat gambar 1).

Gambar 1: Penanganan pasien Hipertensi4.10 KomplikasiPada hipertensi ringan dan sedang komplikasi yang terjadi adalah pada mata, ginjal, jantung, dan otak. Pada mata berupa pendarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat disamping kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi pendarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibatkan kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara (transient ischaemic attack). Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses akut seperti pada hipertensi maligna.35 Laporan Kasus5.1 Data dan identitas pasien serta keluarga pasien Nama Pasien: Mariam Tanggal lahir: lahir tahun 1949 (66 thn) Jenis kelamin: perempuan Alamat : jln. Gili Sampeng Pinggir Kali RT 1/RW 5 kebon jeruk Jakarta barat No telepon: 087833264739 Pekerjaan: ibu rumah tangga, sampingan: mengamen, dulu: berdagang Pendidikan terakhir: SD kelas 6 tidak tamatNama Keluarga dan anggota serumah yang bukan keluargaNama dan jenis kelaminTanggal lahir (usia)pekerjaanpendidikanHubungan keluargaStatus perkawinanDomisili serumah atau tidakKeadaan kesehatan penyakit bila ada

1. Airani20anIbu rumah tangga1 SDanakmenikahserumah-

2. Rahman40 thnpemulunganak-serumah-

3. Hartaman30ansatpammenantumenikahserumah-

4. Rendy3 thn-Belum sekolahcucu-serumah-

5. RohiahBerdagang sayurTidak serumah-

6. RosadaTidak serumah-

7. MesaroTidak serumah-

8. YusniTidak serumah-

9. NinaTidak serumah-

Tingkat ekonomi : rendah, oleh karena penghasilan tidak tetap Status imunisasi dasar pasien: pasien tidak ingat Status imunisasi keluarga: tidak pernah diimunisasi semenjak ada saudara pasien meninggal karena imunisasi Status gizi keluarga: kurang, oleh karena pasien kadang makan kadang tidak dan tak jarang pasien mengatakan bahwa makan nasi dan kecap atau garam Jaminan pemeliharaan kesehatan: (pribadi, BPJS, asuransi dll)5.2 Anamnesis Keluhan utama pasien: suka lemas-lemas Keluhan tambahan: sering jatuh dan nyeri pinggang serta kaki Riwayat penyakit sekarang: Hipertensi yang terkontrol Riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan keadaan penyakit sekarang: tidak ada Perilaku pasien yang berhubungan dengan penyakitnya sekarang: Pasien senang makan makanan yang asin-asin, kurang gerak, dan pernah merokok sewaktu muda (BAB atau setelah makan pete) Perilaku keluarga yang berhubungan dengan penyakit pasien sekarang: pasien mengatakan tidak ada, hanya anaknya suka memasak makanan yang asin-asin dulu saat pasien belum terdiagnosis hipertensi Riwayat penyakit dahulu yang tidak berhubungan dengan penyakit sekarang: Pasien pernah mengalami muntaber sekitar umur 30an. Riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit pasien sekarang: pasien tidak mengingat penyakit apa dahulu yang pernah diderita keluarganya atau orangtuanya Riwayat penyakit keluarga yang tidak berhubungan dengan penyakit sekarang: Pasien juga tidak ingat5.3 Perilaku sosial pasien dan keluarga ( tulis nama, sudah berapa lama dan berapa banyak atau berapa kali dalam sehari atau seminggu atau sebulan) Merokok: Suami ibu Mariam (Bpk udin) : dari usia belasan hingga meninggal, menurut pasien hanya saat BAB dan setelah makan pete.Ibu Mariam: saat usia belasan dan berhenti saat suaminya meninggal, hanya saat BAB dan setelah makan pete. Minum yang mengandung alcohol: tidak pernah Pola jajan ( yang mempengaruhi penyakit dalam keluarga): Jarang jajan Pola makan (yang mempengaruhi penyakit dalam keluarga): suka makan yang asin-asin sebelum terdiagnosis hipertensi, karena sekarang ekonimi tidak tetap jadi pasien kadang makan kadang tidak (tidak teratur). Pola penyimpanan atau memasak makanan: pola penyimpanan di wadah tanpa tutup Pola minuman sehari hari: minum air dari dispenser dengan air isi ulang seharga Rp. 5000, sehari minum sekitar 6-7 gelas. Olahraga (yang mempengaruhi penyakit dalam keluarga): tidak pernah, hanya berjalan kaki jika ingin berpergian Kebersihan hygiene: (mandi, cuci tangan , kuku, sandal, keramas, sikat gigi , ganti baju..dll): pasien mandi 2xsehari sama dengan keluarganya, kuku terlihat cukup bersih, pasien memakai sandal jika diluar rumah, keramas 2 hari sekali dengan menggunakan shampoo sachet, sikat gigi setiap hari, pasien dapat memakai baju yang sama hingga 2x. Rekreasi: pasien hanya setahun sekali pergi lebaran ke Jawa untuk bertemu anaknya yang seorang pedagang jika ada biaya, jika tidak pasien hanya dirumah dan mencari pekerjaan sampingan Ibadah: kadang sholat (seorang muslimah) Pola membersihkan rumah/ lingkungan: disapu dan dipel setiap hari oleh anak perempuan pasien (Airani) Pola pengobatan (tradisional, puskesmas dll): pasien rutin ke puskesmas untuk mengontrol tekanan darah setiap seminggu sekali Pola hubungan social: jarang berkumpul dengan tetangga karena pasien takut membicarakan orang lain takutnya jadi masalah. Pola aktifitas kemasyarakatan: tidak ada Pola kunjungan ke posyandu: tidak pernah

5.4 Keadaan psikologis pasien dan keluarga yang mempengaruhi atau dipengaruhi penyakit dalam keluargaPasien menjadi sedikit takut untuk makan yang asin-asin, namun karena pasien berpikir bahwa penyakit yang dialaminya oleh karena dikontrakan lama pasien dan tetangganya sering membicarakan orang lain. Jadi sekarang pasien tidak mau bergaul dengan tetangga sekitar. Pasien juga menyadari bahwa berat badanya juga membuatnya merasa kurang nyaman pada saat bergerak, hal ini membuat pasien menjadi sedikit kesal.5.5 Adat istiadat/ social budaya yang mempengaruhi Ibu Mariam ialah orang betawi namun beliau tidak terlalu mengikuti adat-adat lagi dikarenakan ekonomi dan sakit yang dideritanya.

5.6 Keadaan rumah yang mempengaruhi penyakit dalam keluarga atau dapat menimbulkan penyakit di kemudian hari. Kebersihan rumah: kurang, karena beberapa barang masih bertumpuk di atas tempat tidur, ada hewan peliharaan berupa kelinci yang dipelihara oleh cucu beliau di dalam rumah, rumah kelihatan berdebu. Vector penyakit: nyamuk, lalat dan tikus yang sering ada di sekitar tempat tinggal beliau. Keadaan udara/ polusi dalam rumah: agak pengap karena ventilasi berupa jendela cuma 1 yang digunakan. Luas rumah/bangunan: kontrakan 1 pintu (8X3 m2) dihuni sejak 2 tahun yang lalu Luas tanah: - Jumlah orang yang tinggal dalam rumah: 5 orang Luas kamar pasien atau yang sakit: tidak ada kamar Jumlah orang yang tinggal sekamar dengan yang sakit: pasien tidur sendiri diatas kasur dan 4 orang yang lain melantai Jenis lantai: keramik/ubin Jenis tembok: batu putih tidak di cat Jenis atap: atap terbuat dari seng Perbandingan Ventilasi rumah (udara, sinar matahari dll): jendela ada 2, namun yang dipakai hanya 1 saja, udara hanya sedikit yang masuk jadi membuat rumahnya agak pegap, sinar matahari kurang menjangkau area dalam rumah. Perbandingan Ventilasi kamar (udara, sinar matahari dll): tidak ada kamar dan ventilasi kamar Keadaan dapur dan kebersihan: pasien tidak memiliki dapur khusus, hanya kompor minyak tanah yang diletakkan didekat kamar mandi. Tempat penyimpanan makanan (tercemar debu, kotoran, vector dll): pasien meletakkan makanan di wadah yang tidak tertutup, tidak terlihat tercemar kotoran atau debu secara kasat mata serta tidak terlihat adanya lalat yang menggerubungi makanan Tempat penyimpanan alat makan: di rak piring khusus Tempat cuci tangan (air mengalir, sabun dan lap tangan bersih dll): pasien dan keluarga menggunakan air yang ditampung diambil melalui selang yang lansung terhubung dengan kran air dan ada bak penampungnya. Keadaan kamar mandi ( kebersihan, sabun, air, bak,dll): air yang ditampung cukup jernih di berbagai wadah dan tidak ditutupi dengan penutup, alasannya beliau dan keluarga memakai air tersebut habis pada hari dimana pasien dan keluarga menampung air setiap harinya. Tipe kakus dan system pembuangan: kakus menggunakan kakus jongkok, dan pembuangan berupa septik tank Keadaan wc: dalam rumah agak sempit dan sedikit gelap, namun tingkat kebersihan sedang. Untuk wc luar atau umum kurang layak dan kurang bersih, wc tersebut khusus untuk BAB saja. Sumber air sehari hari: untuk air sehari hari menggunakan air pam Tempat penyimpanan air: di luar kontrakan ada sebuah bak penampung besar yang tidak ditutup.. Sumber air minum: air isi ulang yang dibeli oleh pasien Kebersihan tempat penyimpanan air minum: di galon di letakkan di dispenser Tempat sampah di dalam rumah (tertutup atau terbuka , vector, bau dll): tidak ada Sumber Pencahayaan dalam rumah (jenis dan keadaan pe ncahayaan): lampu neon dan cahaya matahati yang masuk tapi hanya sedikit System pembuangan air limbah: dengan pipa dan saluran air (selokan) Kebersihan sekitar rumah: kurang bersih oleh karena banyak bungkus shampoo di selokan sekitar rumah kontrakan tersebut, sampah berserakan sekitar wc umum tersebut. Tempat sampah di luar rumah: ada berupa plastic, pasien tinggal di sekitar tempat penampungan sampah sementara. Keadaan udara/ polusi luar rumah: berbau pegap dan sedikit panas Keadaan pekarangan (tanaman, keb ersihan, tanah dll): pekarangan kontrakan pasien ada saluran pembuagan limbah berupa selokan.5.7status upaya pencegahan penyakit dalam keluarga yang dilakukan oleh keluargaNamaPromotifPreventifKuratifrehabilitatif

1. Mariam-menggunakan air isi ulang untuk minumMinum obat (Captopril, vit.B12, Analgesik) dari puskesmasMulai mengurangi mknan yang mengandung banyak garam

2. Airani-Jarang masak atau membeli makan yang asin-asin setelah ibunya terdiagnosis hipertensi, menggunakan air isi ulang untuk minum

--

3. Rahman---

4. Hartaman---

5. Rendy---

5.8 Pemeriksaan kesehatan pasien dan keluarga oleh mahasiswa Keadaan umum: baik Tanda vital: TD 130/80, RR 20x/menit, N 60x/menit, suhu 36.7C Status gizi: kurang TB: 150 cm, BB: 58 kg Pemeriksaan fisik: cek adanya krepitasi (ada sedikit), pemeriksaan thorax dan abdomen ditolak Pemeriksaan hygiene: Cukup baik pada saat itu Hasil pemeriksaan penunjang yang sudah dilakukan: tidak ada Diagnosis pasien: Hipertensi primer terkontrol (awal TD sekitar 200/-, turun menjadi 130/80) Diagnosis banding: hipertensi renovaskular, hipertensi pada penyakit ginjal, hipertensi pada penyakit jantung, hipertensi ortostatik, dan vertigo. Diagnosis keluarga: belum ada, tapi ada resiko untuk hipertensi dan DM5.9 Usulan pemeriksaan penunjang untuk pasien dan keluarga mulai tingkat pelayanan primer (pemeriksaan di puskesmas) hingga rujukan Resume masalah kesehatan pasien dan keluarga serta faktor risikonyaPasien ialah seorang ibu (Ny.Mariam) berumur 64 tahun dengan keluhan badan lemas-lemas dan sering jatuh seiring dengan keluhan tersebut. Keluhan lain ialah pasien mengalami pusing yang sangat saat jatuh dan nyeri pada pinggang dan kaki. Pasien tinggal di pemukiman padat penduduk yang kebersihannya kurang diperhatikan. Pasien mempunyai kebiasaan merokok dan berhenti setelah suaminya meninggal belasan tahun yang lau karena hipertensi dan DM, selain itu pasien juga memiliki pola makan yang suka makan makanan yang tingga garam. Pasien juga mengatakan bahwa anggota keluarganya yang lain tidak ada mengalami keluhan yang sama seperti dia. Pasien didiagnosis hipertensi di sebuang puskesmas di tanjung duren selatan dengan tekanan darah sekitar 200/.mmHg Pasien telah control di puskesmas sebanyak 3x dan berhasil terkontrol (info yang kami dapat di puskesmas), dan saat kami ukur tekanan darah sekitar 130/80 mmHg. Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan tekanan darah rutin, denyut nadi, suhu, dan pernapasan, pemriksaan fisik krepitasi +, pemeriksaan thorax dan abdomen untuk memeriksa organ-oragan terkait tidak dilakukan karena pasien menolak. Pemeriksaan penunjang yang akan nanti dilakukan ialah test darah rutin, pemeriksaan gula darah, kolesterol total serum, kolesterol HDL dan LDL.Tidak diketahui secara pasti masalah kesehatan keluarga apa yang dialami oleh keluarga pasien oleh karena menurut pasien keluarganya semua saat ini sehat-sehat saja, tidak ada keluhan. Namun factor resiko keturunan ada oleh karena pasien mengalami hipertensi yang bisa menurun ke anaknya, dan suami pasien yang telah meninggal bapak udin memiliki riwayat DM dan hipertensi. Resiko terkena DBD juga ada oleh karen tempat penampungan ait yang tidak ditutup, serta lingkungan yang terlalu padat dan ventilasi serta pencahayaan yang kurang baik dapat menyebarkan penyakit menular jika salah seorang tetangganya ada yang menderita penyakit tersebut. Prognosis penyakit pasien dan keluargaPrognosisnya baik dilihat dari kondisi pasien sudah dengan hipertensi terkontrol namun gaya hidup dan pola hidup pasien yang masih kurang baik dapat meningkatkan kembali tekanan darahnya.5.10 Perkiraan akan timbulnya keadaan penyakit ditinjau dari perilaku dan lingkungan: Jika pasien tetap tidak menurunkan berat badan dan jarang olahraga serta pola makan yang kuran sehat maka tekanan darah pasien bias naik kembali. Jika penampungan air tidak ditutup beresiko untuk tempat jentik-jentik nyamuk yang dapat menjadi sumber DBD di musim penghujan. Ventilasi yang seharusnya 2 hanya di fungsikan 1 jadi ruangan terasa pengap dan panas, serta penerangan juga kurang dengan hanya mengandalkan 1 lampu saja, sinar matahari yang masuk sedikit, lingkungan sekitar terlalu padat, jika ada penyakit menular seperti TBC jadi mudah untuk tertular5.11 Strategi intervensi mahasiswa ke pasien dan keluarga: Psikobiologi: memberitahu pada pasien untuk jangan terlalu stress karena dapat membuat penurunan daya tahan tubuh yang dapat membuat pasien menjadi banyak sakitnya. Social: mendekatkan pasien dengan tetangga sekitar dan anak pasien yang laki-laki, serta mengatur waktu untuk kebersamaan keluarga. Gaya hidup dan perilaku: mengatur pola makan pasien karena pasien kelebihan berat badan, mencoba menghindarkan pasien untuk makan yang asin-asin, menjadwalkan pasien untuk berolahraga ringan setiap harinya untuk penurunan berat badan. Lingkungan rumah dan sekitar rumah:.memberikan informasi tentang perilaku hidup sehat dan bersih salah satunya mengenai tempat penampungan air yang baik dan cara agar terhindar DBD untuk musim penghujan nanti Pelayanan kesehatan: pasien harus rutin untuk kontrol dipuskesmas setiap minggunya, tetap di cek TTVnya, dan cek lab juga penting seperti kolestrol, gula darah dan asam urat. Untuk keluarga pasien, kami arankan untuk check-up di puskesmas untuk memastikan keluarga pasien ada atau tidak memiliki penyakit hipertensi atau DM.5.12 Saran upaya pencegahan penyakit pasien dan keluarga oleh mahasiswaNamaPromotifPreventifKuratifrehabilitatif

1. MariamMenghimbau pasien untuk menjalankan pola hidup sehatCek lab darah rutin, gula darah, kolestrol total, HDL, LDL, asam uratMinum obat yang diberikan puskesmas secara teratur-

2. AiraniCheck-up untuk mengetahui ada hipertensi sebelum komplikasi lebih lanjut--

3. Rahman--

4. Hartaman--

5. Rendy--

5.13 Lampiran : foto foto perilaku atau lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit atau yang nantinya akan mempengaruhi keadaan kesehatan keluarga

Foto 1: ruangan dalam dan barang-barang bu Mariam

Foto 2: Kasur bu Mariam yang penuh dengan barang dan tidak di alasi sprei

Foto 3: foto bu Mariam dan saya

Foto 4: Kamar mandi bu Mariam

Foto 5: Kakus umum6 KesimpulanHipertensi merupakan penyakit multifaktorial karena banyaknya faktor resiko yang bisa menyebabkan terjadinya hipertensi. Pada usia lanjut,prevalensi gagal jantung dan strok tinggi, yang kedua tinggi ialah hipertensi. Oleh karena itu,pengobatan hipertensi yang optimal penting dalam mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskular. Perilaku hidup bersih dan sehat serta diet yang seimbang membantu mencegah penyakit dari memburuk. Dan dengan pendekatan dokter komunitas ini kami sebagai seorang mahasiswa kedokteran dapat belajar lebih dalam mengenai pendekatan dokter keluarga, berkomunikasi langsung bukan hanya tentang atau dengan pasien tetapi juga dengan keluarga yang terlibat. Dokter keluarga lebih fokus dalam meningkatkan kesehatan fisik dan mental dan efisiensi melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk meningkatkan sanitasi lingkungan, maupun kondisi psikologis masing-masing individu. Pendidikan individu tentang kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan medis dan peralatan untuk diagnosa dini, pencegahan penyakit dan pengembangan aspek social, yang akan mendukung agar setiap warga menpunyai standar kehidupan yang kuat dalam menjaga kesehatannya merupakantanggung jawab dokter keluarga.

20