28
HIBAH ANALISI LEUKOCY Ketua Anggo Angg Dibiayai oleh DIPA PNBP Penugasan Pelaksanaan Pen PROGR FAK LAPORAN KEMAJUAN H UNGGULAN PROGRAM STUDI IS HISTOMORPHOMETRI ERITROCYT YT SAPI BALI PASCA PEMBERIAN MIN a : Drh. Putu Suastika, M.Kes NIDN : 0018085714 ota 1 : Dr. Drh. I Putu Sampurna, MP NIDN : 0003055808 gota 2 : Prof. Dr. Drh. Ni Ketut Suwiti, NIDN : 0016076309 P Universitas Udayana sesuai dengan nelitian No. : 1180/UN14.2/PP.07/2015, tang RAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN KULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA PEBRUARI TAHUN 2015 Bidang Unggulan :Keta Kode/ Nama Bidang Ilmu : 221/ T DAN NERAL M.Kes. Surat Perjanjian ggal 25 Mei 2015 ahanan Pangan / Sain Veteriner

LAPORAN KEMAJUAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI filePemberian hijauan saja tidak akan mencukupi kebutuhan nutrisi mineral, karena tidak semua unsur mineral yang dibutuhkan sapi bali

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN KEMAJUAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI filePemberian hijauan saja tidak akan mencukupi kebutuhan nutrisi mineral, karena tidak semua unsur mineral yang dibutuhkan sapi bali

LAPORAN KEMAJUANHIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

ANALISIS HISTOMORPHOMETRI ERITROCYT DANLEUKOCYT SAPI BALI PASCA PEMBERIAN MINERAL

Ketua : Drh. Putu Suastika, M.KesNIDN : 0018085714

Anggota 1 : Dr. Drh. I Putu Sampurna, MPNIDN : 0003055808

Anggota 2 : Prof. Dr. Drh. Ni Ketut Suwiti, M.Kes.NIDN : 0016076309

Dibiayai oleh DIPA PNBP Universitas Udayana sesuai dengan Surat PerjanjianPenugasan Pelaksanaan Penelitian No. : 1180/UN14.2/PP.07/2015, tanggal 25 Mei 2015

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWANFAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANAPEBRUARI TAHUN 2015

Bidang Unggulan :Ketahanan PanganKode/ Nama Bidang Ilmu : 221/ Sain Veteriner

LAPORAN KEMAJUANHIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

ANALISIS HISTOMORPHOMETRI ERITROCYT DANLEUKOCYT SAPI BALI PASCA PEMBERIAN MINERAL

Ketua : Drh. Putu Suastika, M.KesNIDN : 0018085714

Anggota 1 : Dr. Drh. I Putu Sampurna, MPNIDN : 0003055808

Anggota 2 : Prof. Dr. Drh. Ni Ketut Suwiti, M.Kes.NIDN : 0016076309

Dibiayai oleh DIPA PNBP Universitas Udayana sesuai dengan Surat PerjanjianPenugasan Pelaksanaan Penelitian No. : 1180/UN14.2/PP.07/2015, tanggal 25 Mei 2015

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWANFAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANAPEBRUARI TAHUN 2015

Bidang Unggulan :Ketahanan PanganKode/ Nama Bidang Ilmu : 221/ Sain Veteriner

LAPORAN KEMAJUANHIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

ANALISIS HISTOMORPHOMETRI ERITROCYT DANLEUKOCYT SAPI BALI PASCA PEMBERIAN MINERAL

Ketua : Drh. Putu Suastika, M.KesNIDN : 0018085714

Anggota 1 : Dr. Drh. I Putu Sampurna, MPNIDN : 0003055808

Anggota 2 : Prof. Dr. Drh. Ni Ketut Suwiti, M.Kes.NIDN : 0016076309

Dibiayai oleh DIPA PNBP Universitas Udayana sesuai dengan Surat PerjanjianPenugasan Pelaksanaan Penelitian No. : 1180/UN14.2/PP.07/2015, tanggal 25 Mei 2015

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWANFAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANAPEBRUARI TAHUN 2015

Bidang Unggulan :Ketahanan PanganKode/ Nama Bidang Ilmu : 221/ Sain Veteriner

Page 2: LAPORAN KEMAJUAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI filePemberian hijauan saja tidak akan mencukupi kebutuhan nutrisi mineral, karena tidak semua unsur mineral yang dibutuhkan sapi bali

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Penelitian : Analisis Histomorphometri Eritrocyt DanLeukocyt Sapi Bali Pasca Pemberian Mineral

2. Bidang Unggulan : Ketahanan Pangan/221 / Sain Veteriner3. Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap : Drh. Putu Suastika, M.Kesb. Jenis Kelamin : Laki-lakic. NIP/NIDN : 195708181987031003 / 0018085714d. Jabatan Struktural : -e. Jabatan fungsional :f. Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran Hewang. Pusat Penelitian : Fakultas Kedokteran Hewan UNUDh. Alamat : Jl. PB. Sudirmani. Telpon/Faks : ( 0361 ) 223791j. Alamat Rumah : Jl. Pendidikan I / H2 Sidakarya Denpasark. Telpon/Faks/E-mail : [email protected]

4. Jumlah anggota peneliti : 2 orang5. Jumlah mahasiswa : 2 orang6. Jangka Waktu Penelitian : 1 tahun7. Pembiayaan : Rp. 25.000.000,-

MengetahuiDekan Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Udayana

(Dr. drh. Nyoman Adi Suratma, M.P.)NIP. 19600305 198703 1 001

Mengetahui,Ketua Bagian Anatomi Unud

( Drh. Puitu Suastika, M.Kes )NIP. 195708181987031003

Denpasar, 29 Juli 2015Ketua Peneliti

( Drh. Puitu Suastika, M.Kes )NIP. 195708181987031003

i

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Penelitian : Analisis Histomorphometri Eritrocyt DanLeukocyt Sapi Bali Pasca Pemberian Mineral

2. Bidang Unggulan : Ketahanan Pangan/221 / Sain Veteriner3. Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap : Drh. Putu Suastika, M.Kesb. Jenis Kelamin : Laki-lakic. NIP/NIDN : 195708181987031003 / 0018085714d. Jabatan Struktural : -e. Jabatan fungsional :f. Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran Hewang. Pusat Penelitian : Fakultas Kedokteran Hewan UNUDh. Alamat : Jl. PB. Sudirmani. Telpon/Faks : ( 0361 ) 223791j. Alamat Rumah : Jl. Pendidikan I / H2 Sidakarya Denpasark. Telpon/Faks/E-mail : [email protected]

4. Jumlah anggota peneliti : 2 orang5. Jumlah mahasiswa : 2 orang6. Jangka Waktu Penelitian : 1 tahun7. Pembiayaan : Rp. 25.000.000,-

MengetahuiDekan Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Udayana

(Dr. drh. Nyoman Adi Suratma, M.P.)NIP. 19600305 198703 1 001

Mengetahui,Ketua Bagian Anatomi Unud

( Drh. Puitu Suastika, M.Kes )NIP. 195708181987031003

Denpasar, 29 Juli 2015Ketua Peneliti

( Drh. Puitu Suastika, M.Kes )NIP. 195708181987031003

i

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Penelitian : Analisis Histomorphometri Eritrocyt DanLeukocyt Sapi Bali Pasca Pemberian Mineral

2. Bidang Unggulan : Ketahanan Pangan/221 / Sain Veteriner3. Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap : Drh. Putu Suastika, M.Kesb. Jenis Kelamin : Laki-lakic. NIP/NIDN : 195708181987031003 / 0018085714d. Jabatan Struktural : -e. Jabatan fungsional :f. Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran Hewang. Pusat Penelitian : Fakultas Kedokteran Hewan UNUDh. Alamat : Jl. PB. Sudirmani. Telpon/Faks : ( 0361 ) 223791j. Alamat Rumah : Jl. Pendidikan I / H2 Sidakarya Denpasark. Telpon/Faks/E-mail : [email protected]

4. Jumlah anggota peneliti : 2 orang5. Jumlah mahasiswa : 2 orang6. Jangka Waktu Penelitian : 1 tahun7. Pembiayaan : Rp. 25.000.000,-

MengetahuiDekan Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Udayana

(Dr. drh. Nyoman Adi Suratma, M.P.)NIP. 19600305 198703 1 001

Mengetahui,Ketua Bagian Anatomi Unud

( Drh. Puitu Suastika, M.Kes )NIP. 195708181987031003

Denpasar, 29 Juli 2015Ketua Peneliti

( Drh. Puitu Suastika, M.Kes )NIP. 195708181987031003

i

Page 3: LAPORAN KEMAJUAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI filePemberian hijauan saja tidak akan mencukupi kebutuhan nutrisi mineral, karena tidak semua unsur mineral yang dibutuhkan sapi bali

DAFTAR ISIHalaman

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………….. i

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………... ii

RINGKASAN ………………………………………………………………………. iii

BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………………….. 11.1 Latar Belakang ………………………………………………………………….. 11.2 Tujuan Khusus ……………………………………………………………….. 21.3 Urgensi/Keutamaan Penelitian ……………………………………………… 2BAB II. TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………... 22.1 Sapi Bali …………………………………………………………………….... 22.2 Mineral …………………………………………………………………………. 42.3 Histologi Darah ……………………………………………………………… 5BAB III. METODE PENELITIAN ………………………………………………... 73.1 Objek Penelitian ……………………………………………………………… 73.2 Bahan Penelitian ………………………………………………………....…… 73.3 Alat Penelitian ………………………………………………………………... 83.4 Rancangan Penelitian ………………………………………………………… 83.5 Prosedur Penelitian …………………………………………………………... 8BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........... ………………………………….. 104.1 Hasil Penelitian ...................................................................................................... 10

4.2 Analisis Data ..........................................................................................................

19

4.3. Pembahasan ......................................................................................................... 20DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………… … 21

Page 4: LAPORAN KEMAJUAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI filePemberian hijauan saja tidak akan mencukupi kebutuhan nutrisi mineral, karena tidak semua unsur mineral yang dibutuhkan sapi bali

ANALISIS HISTOMORPHOMETRI ERITROCYT DAN

LEUKOCYT SAPI BALI PASCA PEMBERIAN MINERAL

RINGKASAN

Pemberian hijauan saja tidak akan mencukupi kebutuhan nutrisi mineral, karena tidak

semua unsur mineral yang dibutuhkan sapi bali terdapat pada pakan yang tumbuh di suatu

lahan. Dalam hal ini ketersediaan mineral dipengaruhi oleh lahan atau tanah. Mineral dalam

darah sangat berperan untuk proses fisiologis tubuh, proses enzimatis dan hormon, perbaikan

sel, sebagai katalis dan regulator, reproduksi serta untuk kekebalan tubuh yang diperankan

oleh sel darah putih (McDonald, 2010). Jumlah mineral yang dibutuhkan oleh sapi memang

sedikit, namun pengaruhnya sangat penting. Akibat dari kekurangan mineral ini akan

berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan sapi bali. (Darmono, 2007).

Sapi bali di Bali mengalami penyakit defisiensi mineral makro (P, K dan Cl) serta defisiensi

mineral mikro (Zn, Mn dan Cu) (Suwiti, 2012). Mikro mineral sangat berperan dalam

pembentukan darah, seperti mineral Fe berperan dalam pembentukan sel darah merah,

terutama dalam pembentukan hemoglobin. Sedangkan Zn, Mn, Se dan Cu sangat dibutuhkan

oleh tubuh untuk sistem kekebalan tubuh, baik secara humoral ataupun seluler (Arthington,

2006; Ahola et al., 2010).

penting dipelajari keadaan yang dapat mempengaruhi keberadaan dari sel-sel eritrosit

maupun leukosit tersebut, yaitu dalam hal ini yang dapat menyebabkan pengaruh pada

struktur histologi maupun ukuran (Histomorfometri). penelitian ini adalah untuk dapat

dipakai standarisasi morfologi dan morpometeri sel eritrocyt maupun sel leukocyt dalam

menentukan status kesehatan hewan yang bersangkutan. Oleh karena itu dengan mengetahui

histomorpometri sel eritrocyt dan leukocyt dapat dipakai sebagai pendeteksi awal status

kesehatan hewan tersebut

ii

Page 5: LAPORAN KEMAJUAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI filePemberian hijauan saja tidak akan mencukupi kebutuhan nutrisi mineral, karena tidak semua unsur mineral yang dibutuhkan sapi bali

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sapi bali merupakan plasma nutfah yang perlu dipertahankan keberadaannya dan

dilestarikan keberadaannya sebab memiliki beberapa keunggulan spesifik ; diantaranya

memiliki sifat reproduksi dan kualitas karkas sangat baik, tahan pada kondisi lingkungan

tropis dan pakan yang buruk, serta mempunyai fertilitas yang tinggi (Supriyantono et al.,

2008). Sapi bali (Bos sondaicus) adalah salah satu bangsa sapi asli dan murni Indonesia.

Sapi bali tidak hanya terdapat di Bali melainkan sudah banyak tersebar di beberapa daerah di

Indonesia yakni NTB, NTT, Kalimantan, Sulawesi, dan Jawa Timur.

Bagi masyarakat peternak sapi bali di Provinsi Bali, sapi bali merupakan hewan ternak

yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat petani Bali dan memiliki empat

fungsi penting bagi masyarakat petani di Bali, yaitu : sebagai tenaga kerja pertanian, sebagai

sumber pendapatan, sebagai sarana upacara keagamaan, sebagai hiburan, dan objek

pariwisata (Batan, 2006). Sapi bali banyak dipelihara oleh masyarakat sebagai tabungan

bukan sebagai bisnis yang menjanjikan. Sehingga peternak sapi bali terkadang tidak

memperhatikan kebutuhan pakan sapi-sapinya tersebut dan hanya memberikan pakan hijauan

yang didapat dari lingkungan sekitarnya tanpa ada pakan tambahan.

Pemberian hijauan saja tidak akan mencukupi kebutuhan nutrisi mineral, karena tidak

semua unsur mineral yang dibutuhkan sapi bali terdapat pada pakan yang tumbuh di suatu

lahan. Dalam hal ini ketersediaan mineral dipengaruhi oleh lahan atau tanah. Mineral dalam

darah sangat berperan untuk proses fisiologis tubuh, proses enzimatis dan hormon, perbaikan

sel, sebagai katalis dan regulator, reproduksi serta untuk kekebalan tubuh yang diperankan

oleh sel darah putih (McDonald, 2010). Jumlah mineral yang dibutuhkan oleh sapi memang

sedikit, namun pengaruhnya sangat penting. Akibat dari kekurangan mineral ini akan

berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan sapi bali. (Darmono, 2007).

Sapi bali di Bali mengalami penyakit defisiensi mineral makro (P, K dan Cl) serta

defisiensi mineral mikro (Zn, Mn dan Cu) (Suwiti, 2012). Mikro mineral sangat berperan

dalam pembentukan darah, seperti mineral Fe berperan dalam pembentukan sel darah merah,

terutama dalam pembentukan hemoglobin. Sedangkan Zn, Mn, Se dan Cu sangat dibutuhkan

oleh tubuh untuk sistem kekebalan tubuh, baik secara humoral ataupun seluler (Arthington,

iii

1

Page 6: LAPORAN KEMAJUAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI filePemberian hijauan saja tidak akan mencukupi kebutuhan nutrisi mineral, karena tidak semua unsur mineral yang dibutuhkan sapi bali

2006; Ahola et al., 2010). Kebutuhan mineral sangatlah penting dalam sistem pertahanan,

terutama proses hematopoiesis. Mineral dapat diberikan dalam berbagai bentuk, seperti

mencampurnya dalam bentuk konsentrat. Bentuk konsentrat dapat diberikan berupa :

konsentrat mix dan cetak. Mineral terbukti berpengaruh terhadap diferensiasi sel-sel leukosit

atau sel darah putih sapi bali, dimana pasca pemberian mineral ditemukan terjadi

peningkatan jumlah leukosit terutama sel limfosit. Leukosit dapat dibagi menjadi dua

kategori yaitu granulosit dan agranulosit. Granulosit adalah sel yang memiliki segmen atau

lobus pada inti sel dan granul pada sitoplasma, terdiri atas neutrofil, eosinofil, dan basofil.

Agranulosit adalah sel yang tidak memiliki segmen atau lobus pada inti dan tidak ada granul

pada sitoplasma, terdiri atas monosit dan limfosit (Samuelson 2007).

Faktor yang dapat berpengaruh terhadap jumlah leukosit darah yaitu faktor internal

dan eksternal. Yang termasuk ke dalam faktor internal yakni umur hewan, bangsa, spesies,

kebuntingan, estrus, dan digesti. Sedangkan faktor eksternal meliputi infeksi, perdarahan,

keracunan, tumor, leukimia, trauma, agen fisik, agen kimiawi, gangguan hemopoetik, shock

anafilaksis, stress, gangguan sumsum tulang (degenerasi, depresi, deplesi, dan destruksi) dan

kaheksia karena defisiensi nutrisi (Dharmawan, 2002). Oleh karena itu penting dipelajari

keadaan yang dapat mempengaruhi keberadaan dari sel-sel eritrosit maupun leukosit tersebut,

yaitu dalam hal ini yang dapat menyebabkan pengaruh pada struktur histologi maupun ukuran

(Histomorfometri). Sampai saat ini belum ada penelitian yang meneliti tentang pengaruh

menambahkan mineral pada pakan (konsentrat) sapi bali terhadap struktur histologi dan

histomorpometri sel darah.

1.2 Tujuan Khusus

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pasca

pemberian mineral dalam bentuk cetak dan mix dan pengaruh tidak memberikan mineral

terhadap struktur histologi dan histomorfometri eritrocyt, dan leukocyt

1.3 Urgensi/Keutamaan Penelitian

Urgensi penelitian ini adalah untuk dapat dipakai standarisasi morfologi dan

morpometeri sel eritrocyt maupun sel leukocyt dalam menentukan status kesehatan hewan

yang bersangkutan. Oleh karena itu dengan mengetahui histomorpometri sel eritrocyt dan

leukocyt dapat dipakai sebagai pendeteksi awal status kesehatan hewan tersebut.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sapi Bali

Page 7: LAPORAN KEMAJUAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI filePemberian hijauan saja tidak akan mencukupi kebutuhan nutrisi mineral, karena tidak semua unsur mineral yang dibutuhkan sapi bali

Berdasarkan sistematikanya sapi bali termasuk dalam familia Bovidae, genus bos dan

sub genus Bovine yang termasuk dalam satu sub genus tersebut adalah Bibos gaurus, Bibos

frontalis dan Bibos sondaicus (Hardjono 1994). Sapi bali (Bos sondaicus) merupakan sapi

asli Indonesia yang diduga sebagai hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian

ahli yakin bahwa domestikasi tersebut berlangsung di Bali sehingga disebut sapi bali. Sebagai

keturunan banteng, sapi bali memiliki warna dan bentuk tubuh persis seperti banteng liar

(Guntoro, 2002).

Williamson and Payne (1993) mengklasifikasikan taksonomi sapi bali sebagai berikut :

Phylum : Chordata

Sub phylum :Vertebrata

Class : Mamalia

Ordo : Artiodactyla

Sub ordo : Ruminantia

Family : Bovidae

Genus : Bos

Spesies : Bos Sondaicus

Sapi bali memiliki beberapa kelebihan antara lain: kesuburan atau angka konsepsi

tinggi, tahan caplak, tingkat adaptasi yang baik, dan tahan terhadap cuaca panas. Sapi bali

memiliki tingkat berkembang biak yang cepat dengan angka kelahiran 40% - 85% (Martojo,

1988). Namun ada juga beberapa kekurangannya yaitu pertumbuhannya lambat, peka

terhadap penyakit Jembrana, penyakit ingusan (malignant catarrhal fever) dan Bali ziekte

(Darmadja, 1980; Hardjosubroto, 1994).

Ciri khas sapi bali adalah postur tubuh kecil, memiliki garis hitam pada punggung,

rambut berwarna merah bata, pada jantan dewasa bulu akan berubah menjadi coklat

kehitaman, berwarna putih pada bagian tepi daun telinga bagian dalam, kaki bagian bawah,

bagian belakang pelvis dan bibir bawah. Sapi bali juga memiliki cermin hidung, kuku, dan

bulu pada ujung ekor berwarna hitam (Guntoro, 2002).

Pakan untuk sapi bali dapat dibedakan ke dalam jenis hijauan dan konsentrat. Hijauan

ditandai dengan jumlah serat kasar yang relatif banyak pada bahan keringnya (rumput,

leguminosa, jerami padi), sedangkan pakan penguat atau konsentrat yaitu pakan yang berasal

dari biji-bijian yang mengandung serat kasar lebih sedikit daripada hijauan dan mengandung

karbohidrat, protein dan lemak yang relatif banyak tetapi jumlahnya bervariasi dengan jumlah

air yang relatif sedikit (Williamson & Payne, 1993). Bahan- bahan konsentrat memiliki

kecernaan yang relatif tinggi atau bahan tak tercerna relatif rendah. Contoh dari jenis

2

3

Page 8: LAPORAN KEMAJUAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI filePemberian hijauan saja tidak akan mencukupi kebutuhan nutrisi mineral, karena tidak semua unsur mineral yang dibutuhkan sapi bali

konsentrat antara lain dedak padi, bukil kelapa, bungkil kedelai, dan ampas tahu (Oka et al.,

2012).

Pemberian konsentrat pada sapi bali berpengaruh terhadap respon kekebalan seluler.

Semakin lama diberikan pakan campuran konsentrat, mengakibatkan terjadi peningkatan

respon kekebalan seluler. Selain itu konsentrat berpengaruh terhadap pertumbuhan bobot

badan sapi (Berata et al., 2012).

2.2 Mineral

Mineral merupakan elemen-elemen atau unsur-unsur kimia selain dari karbon,

hidrogen, oksigen dan nitrogen yang jumlahnya mencapai 95% dari berat badan. Jumlah

seluruh mineral dalam tubuh hanya sebesar 4% (Piliang, 2002). Pembagian mineral ke dalam

kelompok mineral makro dan mikro tergantung kepada jumlah mineral tersebut di dalam

tubuh hewan, kandungan mineral yang diperlukan lebih dari 50 mg/kg termasuk kedalam

mineral makro, sedangkan di bawah jumlah tersebut termasuk mineral mikro (Darmono,

1995).

Mineral memiliki peran penting dalam fisiologis tubuh sapi bali, baik untuk

pertumbuhan dan pemeliharaan kesehatan. Bagi ternak ruminansia, mineral selain digunakan

untuk memenuhi kebutuhannya sendiri juga digunakan untuk mendukung dan memasok

kebutuhan mikroba rumen. Beberapa unsur dari mineral memiliki peran yang penting dalam

penyusunan struktur tubuh seperti tulang, gigi, dan organ dalam lainnya. Unsur mineral

makro seperti Ca, P, Mg, Na, dan K memiliki peran penting dalam aktifitas fisiologis tubuh

hewan dan dibutuhkan dalam jumlah yang relatif besar, sedangkan unsur mikro hanya

dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit, seperti Fe, Cu, Zn, Mn, dan Co diperlukan untuk

sistem enzim dan hormon dalam tubuh (McDowell, 1992)

Mineral mikro dibutuhkan hanya dalam jumlah kecil, apabila termakan dalam jumlah

besar dapat bersifat racun (Widodo, 2002). Mineral esensial seperti Cu, Zn, Se, dan mineral

non esensial seperti Hg, Pb, dan As dapat menyebabkan keracunan jika dikonsumsi dalam

jumlah yang berlebihan (Darmono 1995). Beberapa mineral berperan penting dalam

meningkatkan aktivitas mikroba dalam rumen, sehingga defisiensi mineral dapat juga

mempengaruhi hasil dan proses fermentasi pakan dalam rumen. Jenis-jenis mineral seperti S,

Zn, Se, Co dan Na sangat dibutuhkan oleh mikroba untuk pembentukan vitamin B dan

protein (Arora, 1989).

Page 9: LAPORAN KEMAJUAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI filePemberian hijauan saja tidak akan mencukupi kebutuhan nutrisi mineral, karena tidak semua unsur mineral yang dibutuhkan sapi bali

2.3 Histologi Darah

Darah merupakan suatu suspensi sel dan fragmen sitoplasma di dalam cairan yang

disebut Plasma. Secara keseluruhan darah dapat dianggap sebagai jaringan pengikat dalam

arti luas, karena pada dasarnya terdiri atas unsur-unsur sel dan substansi interseluler yang

berbentuk plasma. Fungsi utama dari darah adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh

sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut

zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang

bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit.

Darah merupakan elemen paling penting bagi makhluk hidup tingkat tinggi. Darah

terdiri atas cairan dan padatan dengan perbandingan 55% cairan dan 45% padatan. Bentuk

cairan disebut plasma yang terdiri atas air, protein, elektrolit, gas terlarut, zat makanan

(nutrien), hormon, dan produk sisa (waste product). Bentuk padatan terdiri atas sel darah

merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan trombosit (platelet). Bentuk cairan dan

padatan ini dapat dipisahkan melalui sentrifugasi. Bentuk cairan lebih ringan dibandingkan

dengan bentuk padatan, oleh karena itu pada tabung sentrifugasi (centrifuge tube) plasma

terletak dibagian atas dari bentuk padatan (Cunningham & Klein 2007).

Sebagian besar sel-sel darah beredar di pembuluh darah. Eritrosit dan trombosit tidak

dapat menembus pembuluh darah, sedangkan leukosit dapat bermigrasi ke jaringan dengan

cara menembus pembuluh darah untuk melakukan pertahanan terhadap infeksi. Leukosit

merupakan sel darah yang istimewa karena merupakan satu-satunya sel darah mamalia yang

bernukleus dan memiliki organel. Leukosit tidak mengandung hemoglobin (Hb). Meskipun

jumlahnya hanya 1% dari volume darah, namun leukosit adalah komponen yang sangat

penting dalam sistem imun (Akers & Denbow 2008).

Eritrocyt

Eritrosit (sel darah merah) merupakan sel darah yang berfungsi untuk

mentransportasikan berbagai macam zat yang dibutuhkan oleh tubuh, seperti oksigen, nutrisi,

karbondioksida, hormon, dan hasil metabolisme (Soepraptini et al., 2011). Eritrosit pada

mamalia berbentuk bikonkaf dan tidak memiliki inti sel. Ukuran eritrosit mamalia berbeda-

beda tergantung pada jenis hewan, pada sapi ukuran dari sel eritrosit adalah 6.0 µm (Gregory

2000). Eritrosit merupakan produk erythropoiesis yang prosesnya terjadi dalam sumsum

tulang merah (medulla asseum rubrum) yang antara lain terdapat dalam berbagai tulang

panjang. Erythropoiesis membutuhkan bahan dasar berupa protein, glukosa dan bebagai

4

5

Page 10: LAPORAN KEMAJUAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI filePemberian hijauan saja tidak akan mencukupi kebutuhan nutrisi mineral, karena tidak semua unsur mineral yang dibutuhkan sapi bali

aktivator. Beberapa aktivator erythropoiesis adalah mikromineral berupa Cu, Fe dan Zn.

Pemberian mineral Cu dan Fe dengan rasio tertentu mampu meningkatkan status hematologis

dan pertumbuhan hewan (Praseno, 2005). Mineral Cu, Fe dan Zn berperan dalam

metabolisme protein, khususnya Cu akan berperan dalam pembentukan protein kollagen, Fe

berperan dalam pembentukan senyawa heme dan Zn berperan dalam pembentukan protein

pada umumnya. Selain itu, dalam pembentukannya eritrosit juga dipengaruhi oleh konsentrasi

hemoglobin dan hematokrit. Faktor lain yang juga turut mempengaruhi erythrophoeiesis

yaitu umur, jenis kelamin, aktivitas, nutrisi, bangsa, suhu lingkungan dan faktor iklim

(Swenson, 1984).

Ukuran eritrosit dapat berubah-ubah dikarenakan berbagai faktor. Faktor yang dapat

menyebabkan perubahan ukuran dari eritrosit antara lain faktor genetik, lingkungan (stres

osmotik, toksin, dan radioaktif), infeksi mikroorganisme, dan iatrogenik. Faktor genetik dapat

menyebabkan kelainan pada eritrosit, seperti thalassemia major dan sickle cell anemia.

Faktor lingkungan, infeksi mikroorganisme, dan iatrogenik pada umumnya menyebabkan

hemolisis dan hemoragi sehingga terjadi kelainan, seperti anemia makrositik, anemia

mikrositik, dan anemia normositik (Ford 2013).

Leukocyt

Leukosit adalah sel darah yang bergerak aktif dan berfungsi sebagai pertahanan tubuh

suatu organisme dari benda asing atau bahan infeksi yang masuk ke dalam tubuh. .Sel

leukosit memiliki diameter 7-20 µm dan berjumlah 1% dari volume total darah. Leukosit

dibagi menjadi kelompok granulosit yaitu neutrofil, eosinofil, dan basofil sedangkan

kelompok agranulosit yaitu monosit dan limfosit. Leukosit sebagian dibentuk di dalam

sumsum tulang dan sebagian lagi di jaringan limfa (Guyton & Hall 2006). Granulosit adalah

sel yang memiliki segmen atau lobus pada inti sel dan granul pada sitoplasma, terdiri atas

neutrofil, eosinofil, dan basofil. Agranulosit adalah sel yang tidak memiliki segmen atau

Gambar Eritrosit (Handayani 2008)

6

Page 11: LAPORAN KEMAJUAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI filePemberian hijauan saja tidak akan mencukupi kebutuhan nutrisi mineral, karena tidak semua unsur mineral yang dibutuhkan sapi bali

lobus pada inti dan tidak ada granul pada sitoplasma, terdiri atas monosit dan limfosit

(Samuelson 2007). Jumlah dari sel leukosit dalam tubuh makhluk hidup berbeda-beda sesuai

dengan kebutuhan masing-masing individu. Perbedaan jumlah leukosit pada suatu individu

cukup besar pada kondisi tertentu, misalnya : stress, aktivitas fisiologis, status gizi, umur dan

lain-lain (Dellmann & Brown, 1992).

Histomorfometri

Histomorfometri adalah suatu metode untuk mengetahui ukuran sel yang dilihat di

bawah mikroskop dengan lensa okuler dilengkapi skala. Ukuran tersebut dapat meliputi

ukuran panjang, lebar maupun diameter sel. Pengukuran dapat juga untuk mengetahui

pengukuran volume, ketebalan, panjang, dan lebar suatu sel atau jaringan (Eriksen et al.,

1994). Histomorfometri untuk pemeriksaan sel darah akan mempelajari tentang ukuran sel,

sitoplasma, dan ukuran nukleus dari sel darah. Tujuan dari pemeriksaan histomorfometri

dapat digunakan untuk bahan pertimbangan dalam menentukan adanya kelainan pada sel

darah atau sebagai perbandingan sel darah satu spesies dengan spesies lain dengan cara

membandingkan ukuran-ukuran yang diperoleh.

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sapi bali jantan dengan berat

antara 250-325 kg yang digunakan sebanyak 24 ekor. Semua sapi bali ini dibeli dari pasar

hewan bringkit-badung dan dipastikan semua dalam keadaan sehat. Penelitian ini dilakukan

di Desa Catur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Sapi bali dipelihara

dengan cara yang sangat sederhana yaitu dengan perawatan diladang dengan kandang yang

seadanya. sumber pakan untuk sapi-sapi ini berasal dari lingkungan sekitar tempat

pemeliharaan sapi.

3.2 Bahan Penelitian

Bahan untuk pemberian ransum untuk sapi ini terdiri dari 3 jenis yaitu : formulasi

ransum I (kontrol) terdiri dari rumput 70% dan leguminosa 30%. Formulasi ransum II yaitu

formulasi ransum I ditambah dengan konsentrat mix yang terdiri dari 0,5 kg dedak padi, 0,5

kg jagung kuning dan 7,5 gram mineral premix. Formulasi ransum III diberikan formulasi

ransum I ditambah dengan konsentrat cetak dengan komposisi seperti formulasi ransum II.

Bahan yang digunakan pada pembuatan apusan darah adalah methyl alkohol absolut (metanol

absolut), pewarna Giemsa, alkohol, aquadest, minyak Emersi dan mineral premix (produk

7

Page 12: LAPORAN KEMAJUAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI filePemberian hijauan saja tidak akan mencukupi kebutuhan nutrisi mineral, karena tidak semua unsur mineral yang dibutuhkan sapi bali

Ultra-Mineral® produksi PT. Eka Farma Semarang) dengan komposisi kalsium karbonat

(50%), fosfor (25%), mangan (0,35%), iodium (0,2%), kalium (0,1%), tembaga (0,15%),

sodium klorin (23,05%), besi (0,8%), seng (0,2%) dan magnesium (0,15%).

3.3 Alat Penelitian

Alat untuk pembuatan pakan mix dan cetak adalah sebagai berikut: timbangan, alat

cetakan, mortir, kompor, panci pemanas, oven, dan plastik. Alat alat yang digunakan untuk

pembuatan apusan darah berupa : Spuit 3 ml, obyek gelas, gelas fiksasi (coplin jar), beaker

gelas, rak pewarna dan mikroskop

3.4 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan Rancangan Acak Lengkap

(RAL) dengan 3 jenis formulasi ransum yaitu : formulasi ransum I (kontrol), formulasi

ransum II (konsentrat mix) dan formulasi ransum III (konsentrat cetak). Setiap perlakuan

digunakan 8 ekor sapi, sehingga untuk 3 perlakuan digunakan 24 ekor sapi.

3.5 Prosedur Penelitian

Perlakuan sampel

Perlakuan sampel dilakukan dengan pemberian ransum dengan formulasi I, II, dan III.

Pembuatan ransum dilakukan dengan cara :

a. Pembuatan konsentrat mix

Ditimbang 0,5 kg dedak padi dan 0,5 kg jagung kuning, kemudian ditambah dengan

mineral premix sebanyak 7,5 gram lalu diaduk sampai rata dan dikemas di dalam

plastik.

b. Pembuatan konsentrat cetak

Dipanaskan oven terlebih dahulu, kemudian dipanaskan 600ml air yang dicampur

dengan 30 gram tepung tapioka lalu di tambahkan dalam formulasi dari konsentrat

mix yang terdiri dari 0,5 kg dedak padi, 0,5 kg jagung kuning, dan 7,5 mineral

premix. Diaduk samapai rata. Kemuadian dicetak dan di oven selama 24 jam dengan

suhu 700C. pakan yang sudah kering akan dimasukkan kedalam kemasan plastik.

Uji palatabilitas

Uji palatabilitas dilakukan sebelum perlakuan yang sesungguhnya diberikan. Uji ini

dilaksanakan selama 1 minggu dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kesukaan sapi

terhadap formula konsentrat yang diberikan. Tujuan yang lainnya adalah secara tidak

langsung melakukan adaptasi pada sapi dan mencari metode yang baik untuk memberikan

konsentratnya.

7

Page 13: LAPORAN KEMAJUAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI filePemberian hijauan saja tidak akan mencukupi kebutuhan nutrisi mineral, karena tidak semua unsur mineral yang dibutuhkan sapi bali

Pengambilan darah

Setelah tiga bulan pemberian mineral premix, sampel darah diambil melalui vena

jugularis dengan menggunakan spuit 10 ml aseptik, lalu dibuat apusan darah sebanyak 24

buah sesuai jumlah sampel sapi. Pembuatan dan fiksasi apusan darah langsung dibuat di

lahan tempat pemeliharaan sapi.

Pembuatan apusan darah

Metode yang digunakan dalam pembuatan apusan darah dengan menggunakan

metode slide. Obyek gelas dibersihkan dengan alkohol 95% dan dikeringkan. Darah

diteteskan ke salah satu ujung obyek gelas. Obyek gelas kedua untuk penghapus diletakkan

dekat tetesan darah membentuk sudut 30o – 45o dengan obyek gelas yang tertetesi darah

(Dharmawan, 2002).

Gelas penghapus digeser ke arah tetesan darah sehingga darah tersebar ke seluruh

permukaan gelas penghapus. Gelas penghapus dengan cepat digeser berlawanan dengan arah

geseran sebelumnya, akan didapatkan apusan darah yang tipis dan merata. Hapusan darah

dikeringkan dengan cara digoyang – goyangkan. Setelah kering apusan dimasukkan ke coplin

jar yang telah diisi dengan methyl alkohol selama 3 menit yang berguna untuk fiksasi

(Dharmawan, 2002).

Pewarnaan giemza

Pembuatan larutan pewarna Giemsa dilakukan dengan mencampurkan 2 ml Giemsa

stock dan 8 ml aquadest atau larutan buffer (pH 6,8) ke dalam beaker gelas. Sampel apusan

darah diletakkan pada rak pewarna kemudian diteteskan larutan pewarna hingga merata.

Sampel dibiarkan selama 25 menit, kemudian dibilas dengan air mengalir. Sampel

dikeringkan dengan cara diangin – anginkan (Dharmawan, 2002).

Pewarnaan HE

Pembuatan larutan pewarna Hematoxilin eosin dilakukan dengan mencampurkan 2 ml

Giemsa stock dan 8 ml aquadest atau larutan buffer (pH 6,8) ke dalam beaker gelas. Sampel

hapusan darah diletakan pada rak pewarna kemudian diteteskan larutan pewarna hingga

merata. Diamkan sampel selama 25 menit, kemudian dibilas dengan air mengalir. Keringkan

sampel dengan cara diangin-anginkan (Dharmawan, 2002).

Pengukuran sel eritrosit, monosit, dan limfosit

Pengamatan struktur histologi darah dilakukan dibawah mikroskop dengan perbesaran

lensa objektif 100x yang dibantu dengan meneteskan minyak Emersi untuk mengurangi

terjadinya bias. Pengamatan sel eritrosit, monosit, dan leukosit dimulai dari ujung preparat

9

8

Page 14: LAPORAN KEMAJUAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI filePemberian hijauan saja tidak akan mencukupi kebutuhan nutrisi mineral, karena tidak semua unsur mineral yang dibutuhkan sapi bali

dan bergerak kesisi selanjutnya, lalu berpindah sejauh 2-3 lapang pandang dengan

menggunakan battlement metode. Untuk pengukuran sel eritrosit, monosit, dan limfosit

menggunakan metode yang sama dengan pengamatan, namun pada mikroskop digunakan

lensa ukur khusus yaitu lensa mikrometer. Langkah pertama sebelum pengukuran diameter

yaitu melakukan kalibrasi. Mikrometer okuler diletakkan pada lensa okuler dengan cara

membuka tabung lensa okuler. Kemudian mencari bayangan mikrometer okuler hingga

skalanya dapat terlihat jelas. Selanjutnya meletakkan mikrometer objektif yang berbentuk

slide, ditempatkan pada meja preparat mikroskop di bawah lensa objektif dan seperti yang

dilakukan pada mikrometer okuler, bayangan skala pada mikrometer juga dicari hingga

terlihat jelas. Kalibrasi dimulai dengan mensejajarkan kedua bayangan skala dan

menghimpitkan kedua angka 0 pada masing-masing skala mikrometer. Lalu mencari

bayangan garis skala kedua mikrometer yang berhimpit serta menghitung jumlah bagian

skala pada masing-masing mikrometer dari titik 0 sampai garis skala yang berhimpit. Dengan

cara ini nilai skala mikrometer okuler dapat diketahui. Pengukuran dilakukan pada sel

eritrosit, limfosit, dan monosit sebanyak 5 sel pada setiap preparat (Saktiyono, 2006).

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil Pengamatan Sel Eritrocyt

Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian mineral dalam bentuk

mix dan cetak terhadap struktur histologi dan histomorfometri eritrosit, limfosit, dan monosit

sapi bali. Hasil pengamatan struktur histologi eritrosit, limfosit, dan monosit setelah diberikan

perlakuan kontrol (tanpa tambahan mineral), dengan penambahan mineral mix, dan cetak

disajikan pada Gambar di bawah ini.

(a) (c)(b)

Page 15: LAPORAN KEMAJUAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI filePemberian hijauan saja tidak akan mencukupi kebutuhan nutrisi mineral, karena tidak semua unsur mineral yang dibutuhkan sapi bali

Gambar variasi struktur eritrosit sapi bali antara (a) kontrol, (b) mineral mix, dan (c) cetak

Pengamatan terhadap struktur histologi eritrosit dari gambar di atas dapat dilihat bahwa

terdapat berbagai variasi struktur histologi. Gambar (a) terlihat struktur histologi dari eritrosit

pada kelompok kontrol memiliki bentuk yang bulat bikonkaf dan hampir seragam.

Pengamatan selanjutnya dapat dilihat bentuk eritrosit ada yang oval dan bertumpuk.

Pengamatan struktur histologi pada Gambar (b) yaitu eritrosit pada kelompok sapi bali

dengan tambahan mineral mix, dapat dilihat eritrosit tersebut memiliki bentuk bulat dan

bikonkaf. Pada gambar dapat dilihat adanya bentuk eritrosit yang oval dan lonjong. Selain itu

sama halnya dengan eritrosit pada kelompok kontrol, pada gambar juga ditemukan eritrosit

yang bertumpuk. Gambar (c) eritrosit memiliki bentuk yang seragam yakni bulat dan

bikonkaf. Pada gambar terlihat cekungan dengan jelas, namun pada Gambar (c) juga

ditemukan bentuk eritrosit yang oval dan bertumpuk.

Variasi struktur histologi eritrosit dapat ditandai dengan perbedaan/perubahan warna,

bentuk dan adanya badan inklusi pada eritrosit (Colville dan Bassert, 2008). Pada hasil

pengamatan sel eritrosit, didapatkan hasil perbandingan antara eritrosit pada sampel kontrol

dengan sampel yang diberi tambahan mineral ditemukan berbagai variasi bentuk. Bentuk

eritrosit bulat dan bikonkaf, dengan warna eritrosit biru pucat dikarenakan pewarnaan

Giemza yang digunakan. Pewarnaan Giemza menyebabkan warna dari eritrosit menjadi biru

pucat bukan merah pada umumnya dikarenakan kandungan hemoglobinnya. Bentuk eritrosit

pada sapi biasanya seragam kecuali jika ada anemia berat. Bentukan eritrosit rata-rata

seragam yaitu bulat selain itu ditemukan posisi eritrosit yang berkumpul dan saling tumpang

tinding dengan yang lain, selain itu terlihat juga beberapa eritrosit tidak berbentuk bulat

penuh namun ada yang bentuknya sedikit pipih dan ada yang berbentuk oval.

Hasil Pengamatan Sel Aganulocyt

Gambar variasi struktur limfosit sapi bali antara (a) kontrol, (b) mineral mix, dan (c) cetak

(b) (c)(a)

10

Page 16: LAPORAN KEMAJUAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI filePemberian hijauan saja tidak akan mencukupi kebutuhan nutrisi mineral, karena tidak semua unsur mineral yang dibutuhkan sapi bali

Hasil pengamatan struktur histologi limfosit pada kelompok kontrol terlihat pada

Gambar (a), limfosit memiliki nukleus yang bulat dan besar. Terlihat pada gambar nukleus

dari limfosit kontrol memiliki bentuk yang padat dan hampir memenuhi seluruh selnya

sedangkan sitoplasmanya terlihat tipis. Pada Gambar (b) limfosit dari sapi bali yang diberikan

mineral mix terlihat memiliki nukleus yang besar. Nukleus pada Gambar (b) jika diperhatikan

lebih teliti tidak padat seperti pada Gambar (a), pada kelompok ini nukleusnya terlihat seperti

memiliki rongga atau cairan di dalamnya. Selain itu limfosit ini juga memiliki sitoplasma

yang tebal dengan bentuk sel yang tidak bulat penuh. Berbeda dengan Gambar (a) dan (b),

pada Gambar (c) limfosit tidak terlihat adanya sitoplasma. Limfosit pada Gambar (c) yaitu

kelompok sapi bali yang diberikan tambahan mineral cetak memiliki nukleus yang besar dan

menutupi seluruh selnya. Pada limfosit ini juga ditemukan adanya rongga pada nukleusnya,

selain itu bentuk dari limfosit dari gambar ini terlihat tidak memiliki bentuk yang bulat hal ini

terlihat dari bentuk nukleus yang tidak rata.

Gambar variasi struktur histologi monosit sapi bali antara (a) kontrol, (b) mineral mix, dan (c)

cetak.

Gambar di atas menunjukkan berbagai variasi struktur histologi dari monosit. Gambar (a)

menunjukkan monosit pada kelompok kontrol yang terlihat memiliki bnetuk nukleus yang

seperti ginjal dan berwarna pucat. Nukleus terlihat memiliki lekukan yang berada pas di

tengahnya, selain itu limfosit ini memilki sitoplasma yang terlihat jelas dengan bentuk sel

yang bulat. Berbeda dengan Gambar (b) monosit memiliki nukleus yang tidak berbentuk

seperti ginjal melainkan terlihat berbentuk seperti angka “8”. Bentuk nukleus ini terlihat

dengan adanya dua lekukan pada kedua sisi nukleus monosit tersebut. Sitoplasma pada

monosit ini juga terlihat jelas dengan bentuk selnya yang bulat. Gambar (c) yaitu monosit

pada kelompok sapi bali yang diberi mineral mix terlihat memilki nukleus yang tidak

simetris. Nukelus pada monosit ini terlihat memiliki lekukan yang tidak simetris dimana

(c)(a) (b)

11

12

Page 17: LAPORAN KEMAJUAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI filePemberian hijauan saja tidak akan mencukupi kebutuhan nutrisi mineral, karena tidak semua unsur mineral yang dibutuhkan sapi bali

terlihat segmen nukleus bagian bawah terlihat lebih besar dibandingakan bagian lainnya.

Selain itu bentuk selnya juga terlihat bulat dan memiliki sitoplasma yang jelas sama seperti

pada monosit sapi bali kelompok yang lainnya.

Ukuran histomorfometri Eritrocyt

No sampel Data kalibrasi RERATAKontrol 1 3,5 3,5 2,1 1,4 2,8 13,3 2,66

2 2,8 3,5 2,8 2,8 3,5 15,4 3,083 2,8 2,1 3,5 2,8 3,5 14,7 2,944 2,8 3,5 3,5 3,5 3,5 16,8 3,365 2,8 3,5 2,8 3,5 4,2 16,8 3,366 3,5 2,8 3,5 2,8 3,5 16,1 3,227 2,8 3,5 2,1 2,8 4,2 15,4 3,088 2,8 3,5 2,8 2,1 3,5 14,7 2,94

Mineral 1 4,2 2,8 2,1 3,5 3,5 16,1 3,22Mix 2 3,5 2,8 3,5 2,8 3,5 16,1 3,22

3 2,8 3,5 2,1 2,8 4,2 15,4 3,084 2,8 3,5 2,8 2,1 3,5 14,7 2,945 2,8 3,5 2,1 3,5 2,8 14,7 2,946 3,5 3,5 2,1 3,5 3,5 16,1 3,227 3,5 4,2 2,8 2,8 2,1 15,4 3,088 2,1 2,8 3,5 2,8 3,5 14,7 2,94

Mineral 1 2,1 2,8 3,5 3,5 3,5 15,4 3,08cetak 2 3,5 4,2 2,1 2,1 2,8 14,7 2,94

3 2,1 3,5 2,8 2,8 3,5 14,7 2,944 2,8 2,1 3,5 2,8 3,5 14,7 2,945 2,8 3,5 2,1 3,5 3,5 15,4 3,086 2,8 3,5 2,8 3,5 4,2 16,8 3,367 2,8 3,5 2,1 2,8 3,5 14,7 2,948 2,8 2,1 3,5 2,8 3,5 14,7 2,94

Ukuran histomorfometri limfosit

No sampel Data kalibrasi Jumlah Rata-rata

Kontrol 1 0,7 5,6 5,6 4,2 4,2 4,9 24,5 4,92 0,7 5,6 4,9 4,9 4,9 4,9 25,2 5,043 0,7 3,5 5,6 5,6 4,9 4,9 24,5 4,94 0,7 4,2 5,6 4,2 6,3 4,9 25,2 5,045 0,7 4,9 4,2 3,5 5,6 4,9 23,1 4,626 0,9 4,2 3,5 4,9 5,6 6,3 24,5 4,97 0,8 4,2 4,2 4,2 5,6 5,6 23,8 4,768 0,8 3,5 4,9 4,9 5,6 5,6 24,5 4,9

Mineral 1 0,8 4,2 3,5 5,6 4,9 5,6 23,8 4,76Mix 2 0,6 4,2 5,6 4,9 4,2 4,2 23,1 4,62

3 0,6 4,9 4,2 3,5 4,9 4,2 21,7 4,34

Page 18: LAPORAN KEMAJUAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI filePemberian hijauan saja tidak akan mencukupi kebutuhan nutrisi mineral, karena tidak semua unsur mineral yang dibutuhkan sapi bali

4 0,5 4,2 5,6 4,2 2,8 3,5 20,3 4,06

5 0,5 4,2 2,8 4,9 4,2 3,5 19,6 3,926 0,9 4,2 4,9 5,6 4,9 6,3 25,9 5,187 0,9 4,9 4,2 4,2 6,3 6,3 25,9 5,188 0,8 4,2 3,5 3,5 5,6 5,6 22,4 4,48

Mineral 1 0,6 4,2 5,6 3,5 5,6 4,2 23,1 4,62cetak 2 0,7 3,5 4,9 4,9 4,2 4,9 22,4 4,48

3 0,8 2,8 3,5 4,9 3,5 5,6 20,3 4,064 0,9 4,2 3,5 5,6 3,5 6,3 23,1 4,625 0,8 4,2 4,2 4,9 5,6 5,6 24,5 4,96 0,6 5,6 4,9 3,5 4,9 4,2 23,1 4,627 0,7 3,5 5,6 5,6 4,9 4,9 24,5 4,98 0,8 2,8 3,5 5,6 4,9 5,6 22,4 4,48

Ukuran histomorfometri monosit

No sampel Data setelah kalibrasi Jumlah Rata-rata

Kontrol 1 4,2 5,6 4,2 4,9 4,9 23,8 4,762 3,5 7 7,7 5,6 6,3 30,1 6,023 6,3 4,9 5,6 4,9 6,3 28 5,64 6,3 5,6 7 4,9 6,3 30,1 6,025 3,5 4,9 4,2 5,6 4,2 22,4 4,486 4,2 4,9 6,3 7 6,3 28,7 5,747 6,3 4,9 5,6 4,9 6,3 28 5,68 4,2 5,6 5,6 5,6 4,9 25,9 5,18

Mineral 1 4,2 5,6 4,9 5,6 4,9 25,2 5,04Mix 2 4,2 7 7,7 5,6 6,3 30,8 6,16

3 5,6 3,5 4,9 5,6 3,5 23,1 4,624 4,9 4,2 5,6 3,5 4,2 22,4 4,485 3,5 5,6 4,9 4,2 4,9 23,1 4,626 5,6 4,9 7 5,6 4,2 27,3 5,467 3,5 4,9 4,9 5,6 6,3 25,2 5,048 4,9 5,6 4,9 6,3 6,3 28 5,6

Mineral 1 4,9 6,3 4,9 4,2 3,5 23,8 4,76cetak 2 4,2 5,6 5,6 6,3 4,9 26,6 5,32

3 4,9 3,5 4,2 4,9 5,6 23,1 4,624 5,6 4,9 3,5 6,3 4,2 24,5 4,95 4,2 4,2 4,2 5,6 5,6 23,8 4,766 4,2 5,6 4,9 3,5 4,2 22,4 4,487 4,2 4,9 4,9 5,6 3,5 23,1 4,628 4,9 4,2 4,2 3,5 6,3 23,1 4,62

Hasil Pengamatan Sel Granulocyt

13

Page 19: LAPORAN KEMAJUAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI filePemberian hijauan saja tidak akan mencukupi kebutuhan nutrisi mineral, karena tidak semua unsur mineral yang dibutuhkan sapi bali

Hasil pengamatan struktur histologi sel granulosit sapi bali kontrol, bentuk mix, dan

cetak disajikan dalam bentuk gambar .

Kontrol Bentuk Mix Bentuk Cetak

Gambar Variasi struktur histologi sel neutrofil sapi

Hasil pengamatan struktur histologi sel granulosit sapi bali pasca pemberian mineral

dalam bentuk mix dan cetak terhadap struktur histologi pada 24 sampel menunjukkan

berbagai variasi. Pada perbandingan struktur histologi ditemukan bentukan sel neutrofil pada

sapi kontrol dengan sapi yang diberi tambahan mineral dalam bentuk mix dan cetak tidak

berbeda. Terlihat dari bentuk sel yang yang sama yaitu bulat dengan sitoplasma yang jelas

dan agak pucat, serta memiliki jumlah lobus yang sama yaitu 3 lobus.

14

Page 20: LAPORAN KEMAJUAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI filePemberian hijauan saja tidak akan mencukupi kebutuhan nutrisi mineral, karena tidak semua unsur mineral yang dibutuhkan sapi bali

Kontrol Bentuk Mix Bentuk Cetak

Gambar Variasi struktur histologi sel eosinofil sapi baliHasil pengamatan struktur histologi sel granulosit sapi bali pasca pemberian mineral

dalam bentuk mix dan cetak terhadap struktur histologi pada 24 sampel menunjukkan

berbagai variasi. Pada perbandingan struktur histologi ditemukan bentukan sel eosinofil pada

sapi kontrol dengan sapi yang diberi tambahan mineral dalam bentuk mix dan cetak tidak

15

15

Page 21: LAPORAN KEMAJUAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI filePemberian hijauan saja tidak akan mencukupi kebutuhan nutrisi mineral, karena tidak semua unsur mineral yang dibutuhkan sapi bali

berbeda. Terlihat dari bentuk sel yang yang sama yaitu bulat hanya saja ukurannya relatif

berbeda yaitu ada yang lebih kecil dan ada yang lebih besar, dengan sitoplasma yang jelas

dan berwarna merah, serta memiliki jumlah lobus yang sama yaitu 2 lobus.

Kontrol Bentuk Mix Bentuk Cetak

Gambar Variasi struktur histologi sel basofil sapi bali

Hasil pengamatan struktur histologi sel granulosit (neutrofil, eosinofil, dan basofil) sapi

bali pasca pemberian mineral dalam bentuk mix dan cetak terhadap struktur histologi pada 24

sampel menunjukkan berbagai variasi. Pada perbandingan struktur histologi ditemukan

bentukan sel basofil pada sapi kontrol dengan sapi yang diberi tambahan mineral dalam

bentuk mix dan cetak tidak berbeda. Terlihat dari bentuk sel yang yang sama yaitu bulat

16

Page 22: LAPORAN KEMAJUAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI filePemberian hijauan saja tidak akan mencukupi kebutuhan nutrisi mineral, karena tidak semua unsur mineral yang dibutuhkan sapi bali

hanya saja ukurannya relatif berbeda yaitu ada yang lebih kecil dan ada yang lebih besar,

dengan sitoplasma yang jelas dan berwarna biru, serta memiliki 2 lobus dengan bentuk tidak

beraturan.

Ukuran histomorfometri GranulocytKONTROL

Neutrofil

No Ukuran (µm) Rata-rata (µm)

1 4.9, 4.9, 3.5, 3.5, 4.9 4.3

2 4.9, 4.9, 4.2, 4.2, 4.2 4.4

3 4.2, 4.2, 4.9, 4.2, 3.5 4.2

4 3.5, 4.9, 4.9, 5.6, 5.6 4.9

5 4.2, 3.5, 4.9, 4.2, 4.9 4.3

6 4.2, 4.2, 4.2, 3.5, 3.5 3.9

7 3.5, 4.2, 4.9, 4.9, 3.5 4.2

8 4.2, 4.9, 4.9, 4.2, 3.5 4.3

Eosinofil

1 4.2, 3.5, 4.9, 4.9, 4.9 4.4

2 4.2, 3.5, 4.2, 4.2, 4.9 4.2

3 4.2, 3.5, 4.2, 3.5, 4.2 3.9

4 4.2, 4.2, 4.9, 4.9, 5.6 4.7

5 3.5, 4.2, 3.5, 4.2, 4.9 4.0

6 3.5, 3.5, 3.5, 4.9, 4.2 3.9

7 3.5, 4.2, 3.5, 4.9, 4.2 4.0

8 3.5, 4.9, 4.2, 4.9, 4.9 4.4

Basofil

1 4.2, 4.9, 4.9, 4.2, 4.2 4.4

2 4.2, 4.9, 4.9, 4.9, 4.2 4.6

3 5.6, 4.9, 4.9, 4.9, 4.2 4.9

4 3.5, 3.5, 3.5, 3.5, 3.5 3.5

5 3.5, 4.2, 4.9, 3.5, 4.2 4.0

6 3.5, 4.2, 4.2, 4.2, 3.5 3.9

7 4.9, 4.9, 4.2, 4.2, 4.9 4.6

8 4.2, 4.9, 4.9, 4.2, 4.9 4.6

BENTUK MIX

Neutrofil

No Ukuran (µm) Rata-rata (µm)

1 3.5, 4.9, 4.2, 4.9, 3.5 4.2

2 4.2, 4.9, 4.2, 4.9, 3.5 4.3

3 4.2, 4.9, 3.5, 3.5, 4.9 4.2

4 4.9, 4.9, 4.2, 5.6, 4.9 4.9

Page 23: LAPORAN KEMAJUAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI filePemberian hijauan saja tidak akan mencukupi kebutuhan nutrisi mineral, karena tidak semua unsur mineral yang dibutuhkan sapi bali

5 4.2, 3.5, 4.9, 4.9, 3.5 4.2

6 4.9, 4.2, 4.2, 3.5, 4.9 4.3

7 5.6, 4.2, 4.2, 4.2, 3.5 4.3

8 4.9, 3.5, 3.5, 3.5, 4.2 3.9

Eosinofil

1 4.9, 4.2, 4.2, 5.6, 4.9 4.7

2 4.9, 3.5, 4.2, 4.2, 4.2 4.2

3 4.2, 3.5, 4.2, 2.8, 3.5 3.6

4 4.9, 4.2, 4.2, 4.9, 3.5 4.3

5 4.2, 4.2, 4.2, 3.5, 4.2 4.0

6 4.9, 4.2, 4.9, 3.5, 4.2 4.3

7 5.6, 4.2, 4.9, 4.2, 3.5 4.4

8 4.2, 4.2, 3.5, 3.5, 4.2 3.9

Basofil

1 4.2, 4.2, 5.6, 4.9, 4.9 4.7

2 5.6, 4.9, 5.6, 4.2, 4.9 5.0

3 3.5, 3.5, 3.5, 4.2, 2.8 3.5

4 3.5, 4.2, 5.6, 4.2, 4.9 4.4

5 3.5, 4.9, 4.2, 4.9, 4.2 4.3

6 4.9, 5.6, 4.9, 4.2, 4.9 4.9

7 4.9, 4.9, 4.2, 3.5, 3.5 4.2

8 4.2, 4.9, 4.2, 3.5, 4.2 4.2

BENTUK CETAK

Neutrofil

No Ukuran (µm) Rata-rata (µm)

1 4.9, 4.2, 4.9, 4.9, 3.5 4.4

2 4.2, 2.8, 3.5, 3.5, 3.5 3.5

3 4.2, 3.5, 3.5, 4.2, 3.5 3.7

4 4.2, 4.9, 4.2, 4.9, 4.9 4.6

5 5.6, 3.5, 4.2, 4.2, 4.2 4.3

6 3.5, 4.2, 3.5, 4.9, 4.2 4.0

7 4.2, 4.2, 3.5, 4.9, 4.9 4.3

8 4.2, 4.9, 3.5, 4.9, 4.2 4.3

Eosinofil

1 4.2, 3.5, 4.9, 4.2, 4.2 4.2

2 3.5, 4.2, 4.9, 4.2, 4.2 4.2

3 4.2, 3.5, 4.2, 4.2, 3.5 3.9

4 5.6, 4.9, 3.5, 5.6, 4.2 4.7

5 4.2, 3.5, 4.2, 4.2, 3.5 3.9

6 4.2, 4.2, 3.5, 3.5, 4.2 3.9

7 3.5, 3.5, 4.9, 4.2, 4.9 4.2

17

Page 24: LAPORAN KEMAJUAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI filePemberian hijauan saja tidak akan mencukupi kebutuhan nutrisi mineral, karena tidak semua unsur mineral yang dibutuhkan sapi bali

8 3.5, 4.2, 4.9, 2.8, 3.5 3.7

Basofil

1 4.2, 4.9, 3.5, 4.2, 4.9 4.3

2 4.2, 4.2, 4.9, 4.2, 4.2 4.3

3 3.5, 4.2, 4.2, 4.9, 4.2 4.2

4 4.2, 4.9, 3.5, 4.9, 4.2 4.3

5 4.9, 4.2, 4.2, 5.6, 4.9 4.7

6 3.5, 5.6, 4.9, 4.2, 3.5 4.3

7 4.9, 3.5, 4.2, 5.6, 4.9 4.6

8 4.9, 4.2, 3.5, 2.8, 4.9 4.0

4.2 Analisis Data

Analisis data histomorfometri eritrosit sapi bali.

Kelompok Mean F HitungSignifikansi

(P)Kontrol 3.0800 ± 0.23664

0.232 0.795Mix 3.0800 ± 0.12961Cetak 3.0275 ± 0.14849

*Analisis ANOVA

pemberian mineral dalam bentuk mix dan cetak terhadap histomorfometri eritrosit sapi bali

tidak berpengaruh nyata (P>0,05).

Analisis data histomorfometri limfosit sapi bali

Kelompok Mean F HitungSignifikansi

(P)Kontrol 4.8825 ± 0.13874

2.437 0.112Mix 4.5675 ± 0.46696Cetak 4.5850 ± 0.26721

*Analisis ANOVA

pemberian mineral dalam bentuk mix dan cetak terhadap histomorfometri limfosit sapi bali

tidak berpengaruh nyata (P>0,05).

Analisis data histomorfometri monosit sapi bali

Kelompok Mean F HitungSignifikansi

(P)Kontrol 5.4425 ± 0.53670

3.146 0.064Mix 5.1625 ± 0.23367Cetak 4.8650 ± 0.50167

*Analisis ANOVA

pemberian mineral dalam bentuk mix dan cetak terhadap histomorfometri monosit sapi bali

tidak berbeda (P>0,05).

18

Page 25: LAPORAN KEMAJUAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI filePemberian hijauan saja tidak akan mencukupi kebutuhan nutrisi mineral, karena tidak semua unsur mineral yang dibutuhkan sapi bali

Analisis data histomorfometri neutrofil sapi bali

Kelompok Rata-rata + SD (µm) F P

Kontrol

Mix

Cetak

4,31 + 0,28

4,28 + 0,28

4,13 + 0,37

0,752 0,484

*Analisis ANOVA

pemberian mineral dalam bentuk mix dan cetak tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap ukuran

sel neutrofil sapi bali.

Analisis data histomorfometri eosinofil sapi bali

Kelompok Rata-rata + SD (µm) F P

Kontrol

Mix

Cetak

4,19 + 0,28

4,17 + 0,33

4,08 + 0,30

0,252 0,779

*Analisis ANOVA

pemberian mineral dalam bentuk mix dan cetak tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap ukuran

sel eosinofil sapi bali.

Analisis data histomorfometri basofil sapi bali

Kelompok Rata-rata + SD (µm) F P

Kontrol

Mix

Cetak

4,31 + 0,46

4,40 + 0,47

4,33 + 0,22

0,098 0,907

*Analisis ANOVA

pemberian mineral dalam bentuk mix dan cetak tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap ukuran

sel basofil sapi bali.

4.3 Pembahasan

19

Page 26: LAPORAN KEMAJUAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI filePemberian hijauan saja tidak akan mencukupi kebutuhan nutrisi mineral, karena tidak semua unsur mineral yang dibutuhkan sapi bali

DAFTAR PUSTAKA

Akers RM, Denbow DM. 2008. Anatomy & Physiology of Domestic Animals. USA:Blackwell Publishing.

Arora, S. P. 1995. Pencernaan Mikroba Pada Ruminansia. Cetakan Kedua. Yogyakarta:Gajah Mada University Press.

Arthington, J.D. 2006. Trace Mineral Nutrition and Immune Competence in Cattle. FloridaRuminant Nutrition Symposium, Best Western Gateway Grand, Gainesville FL.February 1-2, 2006.

Aspinall V, O’Reilly. 2004. Introduction to Veterinary Anatomy and Physiology. China:Butterworth Heinemann an Imprint of Elsevier.

Berata, I.K., Winaya, I.B.O., Kardena, I.M. 2012. Perubahan Histologis dan Respon ImunSapi Bali yang Diberikan Pakan Campuran Konsentrat. Jurnal Kedokteran Hewan6 (2) : 84-86.

Cunningham, J.G., Klein, B.G. 2007. Textbook of Veterinary Physiology. China: Saunders anImprint of Elsevier Inc.

Darmadja, S.D.N.D. 1980. Setengah Abad Peternakan Sapi Tradisional dalam EkosistemPertanian di Bali. Bandung. Disertasi Universitas Padjajaran.

Darmono. 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta: Penerbit UI- Press.

Darmono. 2007.Penyakit Defisiensi Mineral Pada Ternak Ruminansia dan UpayaPencegahannya. Jurnal Litbang Pertanian 26(3) : 104-108.

Dellmann, H.D., Brown E.M. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner I. Jakarta: UI Press.

Dellmann, H.D., Eurell J. 1998. Text Book of Veterinary Histology. USA: LippincottWilliams & Wilkins.

Dharmawan, N.S. 2002. Pengantar Patologi Klinik Veteriner, Hematologi Klinik. Denpasar:Pelawa Sari.

Eriksen, E.F, Axelrod, D.W., Melsen F, Obrant K (1994). Bone histomorphometry. NewYork, USA: Raven press.

Ford, J. 2013. Red blood cell morphology. Int J Lab Hematol. 35(3): 351-7.

Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta: Gajah Mada UniversityPress.

Gregory, T.R. (2000). Nucleotypic effects without nuclei: genome size and erythrocyte size inmammals. Genome 43: 895-901.

20

Page 27: LAPORAN KEMAJUAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI filePemberian hijauan saja tidak akan mencukupi kebutuhan nutrisi mineral, karena tidak semua unsur mineral yang dibutuhkan sapi bali

Guntoro, S, 2002. Membudidayakan Sapi Potong . Kanisius, Yogyakarta.

Guyton, A.C., Hall J.E. 2006. Textbook of Medical Physiology 11th Ed. Elsevier Inc,Philadelphia.

Guyton, A.C. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Setiawan I, penerjemah; Setiawan I,editor. Ed ke-11. Jakarta:Puspa Swara. Terjemahan dari: Textbook of MedicalPhysiolog

Handayani, W. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan SistemHematologi. Jakarta: Salemba Medika.

Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. Jakarta : PT.Gramedia Widiasarana Indonesia.

Hoffbrand, V. 2006. At a Glance Hematology. Jakarta: EMS.

Jain, N.C. 1993. Essentials of Veterinary Hematology. Philadelphia: Lea &Febiger.

Martojo, H. 1988. Performans Sapi Bali dan Persilanggannya. Dalam “Seminar EksportTernak Potong”. Jakarta.

McDonald, P., Edwards, R.A., Greenhalgh, J.F.D. 1988. Animal Nutrition, 4th edition. NewYork: Longman Scientific and Technical, Copublihsed in The United States withJohn Witey and sons, Inc. Pp. 236.

McDonald, P., Edwards, R.A., Greenhalgh, J.F.D. 2002. Animal Nutrition, 6th edition.London and New York: Longman. Pp.543.

McDonald, P., Edwards, R.A., Greenhalgh, J.F.D., Morgan, C.A., Sinclair, L.A., Wilkinson,R.G. 2010. Animal Nutrition. Seventh Edition. England : Pearson Publishers.

McDowell LR., 1992. Minerals In Animal and Human Nutrition. London : Academic Press.

Oka, I.G.L., Suyadnya, I.P., Putra, S., Suarna, I.M., Suparta, N., Saka, I.K., Suwiti, N.K.,Antara, I.M., Puja, I.N., Sukanata, I.W., Oka, A.A., Mudita, I.M. 2012. Sapi BaliSumberdaya Genetik Asli Indonesia. Denpasar : Udayana University Press.

Piliang, W. G. 2002. Nutrisi Vitamin. Volume I. Edisi ke-5. Bogor: Institut Pertanian Bogor.Press. Hal : 50-53.

Praseno, K. 2005. Respon eritrosit terhadap perlakuan mikromineral Cu, Fe dan Zn padaayam (Gallus gallus domesticus). J. Indo. Trop. Anim. Agric. 30 (3): 179-185.

Saktiyono. (2006). IPA Biologi Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga

Sampurna, I.P., Nindhia, T.S. 2008. Analisis Data Dengan SPSS : Dalam RancanganPercobaan. Denpasar: Udayana University Press.

Samuelson, D.A. 2007. Textbook of Veterinary Histology. China: Saunders, an imprint ofElsevier Inc.

21

22

Page 28: LAPORAN KEMAJUAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI filePemberian hijauan saja tidak akan mencukupi kebutuhan nutrisi mineral, karena tidak semua unsur mineral yang dibutuhkan sapi bali

Soepraptini, J., Widyayanti K., Estoepangatie, A.T.S. 2011. Perubahan bentuk eritrosit padahapusan darah anjing sebelum dan sesudah penyimpanan dengan menggunakancitrate phosphate dextrose. JIKH.4(1). 23.

Suwiti, N.K., Putra, S., Puja, N., Watiningsih, N.L. 2012. Peningkatan Produksi Sapi BaliUnggul Melalui Pengembangan Model Peternakan Terintegrasi. LaporanPenelitian Prioritas Nasional (MP3EI) Tahap I Pusat Kajian Sapi Bali UniversitasUdayana

Suwiti, N,K., Sampurna, I.P., Puja, N., Watiningsih, N.L. 2014. Peningkatan Produksi SapiBali Unggul Melalui Pengembangan Model Peternakan Terintegrasi. LaporanPenelitian Prioritas Nasional (MP3EI) Tahap III Pusat Kajian Sapi Bali UniversitasUdayana

Swenson, M. J. 1984. Duke’s Physiology of Domestic Animal. 10th Edition. Ithaca andLondon :Cornell University Press.

Swenson, M. J., William, R.O. 1993. Duke’s Physiology of Domestik Animal. 11th Edition.Ithaca and London :Cornell University Press.

Widodo, W. 2002. Nutrisi dan Pakan Unggas Kontekstual. Fakultas Peternakan – Perikanan,Universitas Muhammadiyah Malang.

Williamson, G., Payne, W. J. A. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Yogyakarta:Gajah Mada University Press.

23