39
1 LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DESAIN MUTU KURIKULUM MADRASAH UNGGULAN BERBASIS PESANTREN (STUDI MULTI KASUS DI MTS AL QODIRI 1 DAN NURUL ISLAM 1 JEMBER) Disusun Oleh: ARBAIN NURDIN , M.Pd.I AKHMAD MUNIR, M.Pd.I INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) JEMBER 2018 Kategori: Penelitian Pembinaan Kapasitas

LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DESAIN MUTU …

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DESAIN MUTU …

1

LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN

DESAIN MUTU KURIKULUM

MADRASAH UNGGULAN BERBASIS PESANTREN

(STUDI MULTI KASUS DI MTS AL QODIRI 1 DAN NURUL ISLAM 1

JEMBER)

Disusun Oleh:

ARBAIN NURDIN , M.Pd.I

AKHMAD MUNIR, M.Pd.I

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) JEMBER

2018

Kategori:

Penelitian Pembinaan Kapasitas

Page 2: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DESAIN MUTU …

2

LAPORAN PERKEMBANGAN/ KEMAJUAN PENELITIAN

(PROGRESS REPORT)

Laporan antara (progress report) penelitian Program Bantuan Operasional

Perguruan Tinggi (BOPTN) tahun 2018 sebagai berikut:

A. Identitas Penelitian

Judul Penelitian : Desain Mutu Kurikulum Madrasah Unggulan

Berbasis Pesantren (Studi Multikasus di MTs AL

Qadiri 1 Jember dan MTs Nurul Islam 1 Jember

Jenis Penelitian : Kualitatif

Kategori penelitian : Penelitian Pembinaan Kapasitas

Peneliti : Arbain Nurdin, M.Pd.I

: Akhmad Munir, M.Pd.I

B. Kegiatan yang telah dilakukan

No Kegiatan Hasil

1. Pengurusan surat izin

penelitian

Terbitnya surat izin penelitian dari

LP2M

2.

3. Penyusunan lembar

pedoman wawancara

Sudah berbentuk kisi-kisi pertanyaan

berdasarkan informan dan fokus

penelitian

4. Wawancara dengan Kepala

MTs Unggulan Al Qadiri 1

Jember

Wawancara dengan Kepala MTs

Unggulan Al Qadiri 1 Jember masih

menjawab 1 fokus penelitian, 2 fokus

yang lain masih proses.

1. Konsep pemetaan kebutuhan

kurikulum (sudah)

2. Formulasi Kurikulum (belum)

3. Kebijakan operasionalisasi kurikulum

di Madrasah unggulan berbasis

pesantren dalam kegiatan

pembelajaran(belum)

5. Wawancara Kepala

Madrasah Tsanawiyah

Unggulan Nurul Islam 1

Jember

Wawancara dengan Kepala Madrasah

Tsanawiyah Unggulan Nurul Islam 1

Jember masih menjawab 1 fokus

penelitian, 2 fokus yang lain masih

proses.

a. Konsep pemetaan kebutuhan

kurikulum (sudah)

b. Formulasi Kurikulum (belum)

c. Kebijakan operasionalisasi kurikulum

di Madrasah unggulan berbasis

Page 3: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DESAIN MUTU …

3

pesantren dalam kegiatan

pembelajaran(belum)

6. Wawancara dengan Waka

Kurikulum MTs Unggulan

Al Qadiri 1 Jember

Fokus penelitian yang pertama dan

kedua sudah terjawab dalam

wawancara, cuma perlu di kuatkan

dengan data dokumentasi dan di

triangulasi lebih lanjut. Fokus penelitian

yang ke 3 masih belum.

7. Wawancara dengan waka

Kurikulum MTs Unggulan

Nurul Islam 1 Jember

Fokus penelitian yang kedua dan ketiga

sudah terjawab dalam wawancara, cuma

perlu di kuatkan dengan data

dokumentasi. Disamping itu perlu

ditriangulasi lebih lanjut. Fokus

penelitian yang ke 1 masih belum.

8. Wawancara dengan

pengasuh atau wakil

pengasuh

Support data wawancara untuk fokus 1,

2 dan 3 sudah

9. Wawancara dengan pihak

lembaga audit mutu

Support data wawancara untuk fokus 1

dan 3 sudah selesai. Untuk fokus ke 2

belum. Perlu ditindaklanjuti lebih lanjut

10. Wawancara dengan Guru-

guru

Wawancara dengan guru bidang studi

untuk fokus penelitian ke 3 sudah,

sedangkan fokus 1 dan 2 belum.

11. Penyusunan Proposal

Penelitian (Bab I, II, dan III)

Sudah Tersusun dan terpetakan

berdasarkan BAB

C. Rencana kegiatan yang akan dilakukan

No Kegiatan Waktu

Pelaksanaan

Uraian

1. Penggalian Data

Lanjutan

Minggu ke-4 bulan

November

Melanjutkan penggalian data

wawancara, observasi dan

dokumentasi yang kurang

berdasarkan fokus-fokus

penelitian yang belum

terjawab

2. Pengolahan dan

Analisis Data

Analisis data dengan teori

yang relevan dan

perbandingan hasil dari

penelitian sebelumnya

3. Penyajian

lanjutan Bab IV

Minggu ke-4 bulan

November

Mendeskripsikan temuan

penelitian dalam bab IV

Penyajian data berdasarkan

hasil interview, pembahasan

(kolaborasi antara temuan

wawancara, observasi dan

Page 4: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DESAIN MUTU …

4

dokumentasi) dengan

kerangka teori. Kemudian di

analisis serta pembuatan

simpulan-simpulan.

4. Pembahasan

hasil penelitian

Minggu ke-1 bulan

Desember

Melakukan pembahasan

terhadap hasil penyajian data

yang tertuang dalam bab IV

berdasarkan kerangka teoretik

bab II dan di tuangkan dalam

BAB V.

5. Pelaporan Minggu ke-2 bulan

Desember

Penjilidan dan upload laporan

6. Publikasi Akhir bulan

Desember

Pembuatan jurnal

Page 5: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DESAIN MUTU …

5

A. LATAR BELAKANG

Pondok pesantren dari lahirnya, hingga di era global ini mempunyai daya

tarik yang khas sebagai institusi pengembangan dan proses pendewasaan

peserta didik, ditilik dari sisi kehidupan sehari-harinya, sistem dan metodenya,

isi pendidikanya dan lain sebagainya, baik pondok pesantren yang masih

bercorak tradisional (konvensional) maupun yang bercorak modern. Dengan

maraknya pendidikan berlabel internasional, semakin menambah ketatnya

persaingan mutu pendidikan, terlebih lagi dilingkungan pesantren. Persaingan

ini tentu saja memposisikan pesantren agar tetap menjadi lembaga pendidikan

yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Kehadiran pesantren sebagai institusi pendidikan mampu memberikan

sumbangan penting dan krusial dalam proses transmisi ilmu-ilmu Islam,

reproduksi ulama, pemeliharaan ilmu, dan tradisi Islam, bahkan pembentukan

dan ekspansi masyarakat Muslim santri.1 Pesantren menjadi bagian

infrastruktur masyarakat yang secara makro telah berperan menyadarkan

masyarakat untuk memiliki idealisme, kemampuan intelektual, dan perilaku

yang baik guna menata dan membangun karakter bangsa. Pesantren secara

berkesinambungan berusaha membentuk perilaku masyarakatnya.2

Fenomena tersebut tentu saja dinilai sebagai bentuk perubahan pendidikan

pesantren kearah yang lebih modern. Sebagaimana Marno menjelaskan, bahwa

perubahan pondok pesantren bisa dilihat dari munculnya lembaga pendidikan

formal (madrasah dan sekolah umum) di dalam pondok pesantren, hingga

akhirnya pondok pesantren menjadi sub-sistem dari pendidikan Nasional.3

Memperhatikan pentingnya reposisi pesantren dalam merespon

perkembangan zaman dan tuntutan masyarakat, maka mau tidak mau pesantren

harus mampu mengambil peran dan melakukan gerakan konstruktif dengan

memformulasi sistem pendidikan pesantren dengan menyelenggarakan

lembaga formal yang bermutu, salah satunya dengan mengadopsi filosofi dan

pendekatan manajemen peningkatan mutu dengan tidak mengadopsi

keseluruhan filosofinya yang mengutamakan kepentingan bisnis, yang pada 1 Azyumardi Azra, 1999, Konteks Berteologi di Indonesia, Pengalaman Islam (Jakarta:

Paramadina), 184-185. 2 Suwendi, 2004, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada), 117 3 Marno, 2007, Islam : By Management and Leardership, (Jakarta : Lintas Pustaka), 100.

Page 6: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DESAIN MUTU …

6

umumnya banyak diterapkan diperusahaan yang mengejar keuntungan provit

dari pada proses pemberdayaan moral, intelektual dan spiritual sehingga

memiliki kematangan mental kepribadian.

Keberadaan pesantren sebagai lembaga pendidikan, baik yang masih

mempertahankan sistem pendidikan tradisionalnya maupun yang sudah

mengalami perubahan, memiliki pengaruh besar dalam kehidupan masyarakat

Indonesia. Dari waktu ke waktu, pesantren semakin tumbuh dan berkembang

kuantitas maupun kualitasnya. Tidak sedikit masyarakat yang menaruh

perhatian dan harapan terhadap pesantren sebagai pendidikan alternatif.

Terlebih lagi dengan berbagai inovasi sistem pendidikan yang dikembangkan

di pesantren dengan mengadopsi corak pendidikan umum, menjadikan

pesantren semakin kompetitif untuk menawarkan pendidikan kepada

masyarakat. Meski telah melakukan berbagai inovasi pendidikan, sampai saat

ini pendidikan pesantren tidak kehilangan karakteristiknya yang unik yang

membedakan dirinya dengan model pendidikan umum yang diformulasikan

dalam bentuk sekolahan.4

Saat ini, ada kecenderungan kuat di kalangan keluarga Muslim untuk

menyekolahkan anaknya di pesantren, baik karena alasan religius ataupun

lingkungan sosial dan budaya. Fenomena ini menunjukkan bahwa lembaga

pendidikan pesantren tengah mengalami semacam “kebangkitan” atau

setidaknya menemukan “popularitas” baru. Hal ini menjadi indikasi tentang

harapan orang tua muslim untuk mendapatkan pendidikan Islami yang baik,

kompetitif, dan bermutu bagi anak-anaknya.5 Salah satu indikator dari

pendidikan bermutu adalah kemampuan institusi pendidikan tersebut

melahirkan sumberdaya manusia yang bermutu. Ada pun ciri sumber daya

yang bermutu adalah manusia yang memiliki kemampuan prakarsa, kerja sama,

kerja tim, pelatihan kesejawatan, penilaian, komunikasi, penalaran, pemecahan

masalah, pengambilan keputusan, penggunaan informasi, perencanaan

keterampilan belajar dan keterampilan multibudaya.6

4 M. Sulthon dan Moh. Khusnuridlo, 2006,Manajemen Pondok Pesantren dalam Perspektif Global

(Yogyakarta: Laksbang), 10-11 5 Sulthon dan Khusnuridlo, 2006, Manajemen Pondok Pesantren....., 29. 6 Abdul Hadis dan Nurhayati B., 2010 Manajemen Mutu Pendidikan (Bandung: Alfabeta), 70-71

Page 7: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DESAIN MUTU …

7

Pendidikan bermutu dapat dilihat dari sisi prestasi siswa, proses

pembelajaran, kemampuan lulusan dalam mengembangkan potensinya di

masyarakat serta dalam hal memecahkan masalah dan berpikir kritis. Oleh

karena itu, perlu mengkaji mutu dari segi proses, produk, maupun sisi internal

dan kesesuaian. Mutu dilihat dari proses adalah efektivitas dan efisiensi seluruh

faktor berperan dalam proses pendidikan. Faktor-faktor tersebut, misalnya,

kualitas pendidik, sarana-prasarana, suasana belajar, kurikulum yang

dilaksanakan, dan manajemen pengelolaannya. Faktor-faktor tersebut yang

akan membedakan mutu pendidikan pesantren, dan mutu proses pendidikan

dengan sendirinya akan berpengaruh terhadap lulusannya. Lulusan dari

pesantren yang mempunyai faktor-faktor yang mendukung proses

pembelajaran bermutu tinggi akan mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan

kemampuan yang tinggi pula. Atau dengan kata lain, pendidikan yang bermutu

pada dasarnya akan menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu pula.7

Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, berbagai kebijakan

penyelenggaraan pendidikan telah ditetapkan, termasuk penetapan standar

nasional pendidikan (SNP) sebagai kriteria minimal penyelenggaraan

pendidikan yang dimaksudkan sebagai acuan peningkatan mutu pendidikan.

Sebagaimana mana tertuang pada lingkup standar nasional pendidikan

meliputi: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan (kurikulum),

standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,

standar pengelolaan, standar pembiayaan, standar penilaian pendidikan.88

Kriteria tersebut merupakan standar dalam menetapkan perencanaan dan

pengelolaan pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan dalam

berbagai aspek.

Fenomena hadirnya madrasah unggulan berbasis pesantren, adalah babak

baru pesantren menggalang kebangkitan mutu dan bersinergi dengan

perkembangan zaman, bukan semata-mata mengadopsi, namun tetap kokoh

menjaga reputasi pesantren ditengah derasnya gelombang kompetisi sebagai

7 M. Sukardjo dan Ukim Kamaruddin, 2009, Landasan Kependidikan, Konsep dan Aplikasinya

(Jakarta: Rajawali Pers), 83. 8 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional

Pendidikan, Bab 2 Pasal 2 Ayat 1.

Page 8: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DESAIN MUTU …

8

konsekswensi perkembangan globalisasi. Pesantren mampu tampil dan menjadi

bagian penting dalam mengembangkan pendidikan nasional melalui

penyelenggaraan madrasah unggulan berbasis pesantren. Umumnya madrasah

unggulan berkembang di daerah perkotaan yang mayoritas sudah dilabelisasi

oleh pemerintah sebagai madrasah negeri yang mengembangkan keunggulan-

keunggulan tertentu, kini pesantren sebagai madrasah swasta juga turut serta

diapresiasi dan di dukung oleh pemerintah mengembangkan potensi

madrasahnya sesuai dengan kultur dan espektasi pesantren dan masyarakat

pada umumnya.

Berdasarkan fakta objektif diatas, proses peningkatan mutu menjadi

penting, dituntut para stake holder kelembagaan pesantren mampu melakukan

terobosan dan gagasan kreatif dan kebijakan strategis dalam rangka

peningkatan mutu madrasah unggulan berbasis pesantren, sehingga mampu

menjadikan madrasah sebagai institusi yang unggul, yang dapat melahirkan

generasi-generasi yang memiliki keluasan ilmu, kematangan jiwa, keluhuran

akhlak, serta memiliki keterampilan-keterampilan professional yang akan

menjawab tuntutan zaman dan espektasi kebutuhan masyarakat. Maka peneliti

tertarik untuk meneliti tentang Desain Mutu Kurikulum Madrasah Unggulan

Berbasis Pesantren yang objek penelitiannya di MTs Unggulan Al Qadiri 1

dan MTs Unggulan Nurul Islam 1 Jember.9 kedua lembaga pendidikan

unggulan tersebut di bawah naungan Pondok pesantren dari waktu kewaktu

mampu meramu kebijakan strategisnya, membentuk lembaga formal dan

9 Hasil observasi sementara dan data-data dokumentasi di Pondok Pesantren Nurul Islam Jember,

lembaga tersebut mengelola beberapa pendidikan formal seperti PAUD dan TK “Anaprasa” Nuris

Jember, MI “Unggulan” Nuris Jember, MTs “Unggulan” Nuris Jember, MA “Unggulan” Nuris

Jember, yang masing-masing memiliki program yang berorientasi pada mutu. Kedua, dari sisi

programnya, ada Madrasah Sains / M-Sains, Tingkat SMP, MTs, SMA, MA, SMK, yang meliputi

programM-Sains Robotika, M-Sains Astronomi Toefl, M-Sains Bahasa Inggris, M-Sains Toefl, M-

Sains Biologi, M-Sains Kimia, M-Sains Fisika, M-Sains Matematika, M-Sains Geografi, M-Sains

Ekonomi, M-Sains IPS, Public Speaking, Karya Tulis Ilmiah, Programming, Desain Grafis,

Teknik Kendaraan Ringan (TKR) Tekhnik Sepeda Motor (TSM). Dibidang pengembangan bahasa,

meliputi pengembangan bahasa arab dan inggris. Dibidang bahasa arab meliputi Al-Muhadatsah

Al-Arabiyah (Arabic Conversation) English Conversation (Al-Muhadatsah Al-Injilisiyah).

Dibidang Manajemen, pondok pesantren tersebut mengembangkan manajemen Mutu

Ekstrakurikuler MI UnggulanNuris Full Day School, Manajemen Mutu Tahfidz Al Quran,

Manajemen Mutu Aqidatul Awam, Manajemen Mutu TPA, MPKIS (Manajemen Pengembangan

Kitab Kuning). Pada program tahfidz terdapat Madrasah Tahfid Al Quran, MHQ MTs, MHQ Putra

dan putri. Disamping program diatas, lebih lanjut pada tataran uji pemahaman dan penguatan

mental dalam pengembangan kitab, terdapat program Bahtsul Masa’il.

Page 9: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DESAIN MUTU …

9

lembaga mutu dan audit mutu khas pesantren, formulasi kurikulum,

manajemen peningkatan mutu, mendesain program-program unggulan

sehingga mampu mendorong atmosfir mutu akademik dan non akademik

madrasah sehingga menjadi madrasah unggulan. Tidak jarang prestasi-

prestasinya tampak dan membanggakan.

Peneliti ingin memfokuskan galian penelitiannya pada aspek desain

formulasi kurikulum madrasah unggulan berbasis pesantren, bagaimana

kerangka konsepsi kurikulumnya, penetapan standarnya mutu kurikulumnya,

serta pola pengorganisasian sumberdaya dalam mengimplementasikan

konsepsi/ desain kurikulum madrasah unggulan berbasis pesantren.

B. PERUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana karakterisatik kurikulum di Madrasah Unggulan Berbasis

Pesantren (Studi Kasus di MTs Unggulan Al Qadiri 1 dan MTs Unggulan

Nurul Islam 1 Jember)?

2. Bagaimana formulasi pengembangan kurikulum di Madrasah Unggulan

Berbasis Pesantren (Studi Kasus di MTs Unggulan Al Qadiri 1 dan MTs

Unggulan Nurul Islam 1 Jember)?

3. Bagaimana strategi partisipasi steakholder dalam penerapan kurikulum di

madrasah unggulan berbasis pesantren (Studi Kasus di MTs Unggulan Al

Qadiri 1 dan MTs Unggulan Nurul Islam 1 Jember)

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mendeskripsikan karakteristik kurikulum di Madrasah Unggulan

Berbasis Pesantren (Studi Kasus di MTs Unggulan Al Qadiri 1 dan MTs

Unggulan Nurul Islam 1 Jember).

2. Untuk mendeskripsikan dan menemukan formulasi pengembangan

kurikulum di Madrasah Unggulan Berbasis Pesantren (Studi Kasus di MTs

Unggulan Al Qadiri 1 dan MTs Unggulan Nurul Islam 1 Jember)

3. Untuk mendeskripsikan dan menemukan strategi partisipasi steakholder

dalam penerapan kurikulum di madrasah unggulan berbasis pesantren dalam

Page 10: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DESAIN MUTU …

10

kegiatan pembelajaran (Studi Kasus di MTs Unggulan Al Qadiri 1 dan MTs

Unggulan Nurul Islam 1 Jember)

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis

maupun praktis.Baik bagi peneliti sendiri maupun beberapa pihak yang terlibat

langsung maupun tidak dalam penyelesaian penelitian ini.

Manfaat disini dapat terklasifikasikan menjadi 2 bagian, yakni manfaat

teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Dapat memberikan kontribusi cakrawala pengetahuan secara teoritis

tentang peningkatan mutu kurikulum madrasah unggulan berbasis pesantren,

yang dapat dijadikan dasar teoretis konseptual dalam menentukan suatu

kebijakan untuk memajukan dan menjadikan sekolah berkualitas yang

tercermin pada seluruh civitas akademika.

2. Manfaat Praktis

Dapat memberikan kontribusi secara praktis bagi lembaga pendidikan

pada khususnya yang memiliki tanggung jawab besar dalam pengelolaan

kelembagaan. Beberapa pihak di lembaga pendidikan dapat memanfaatkan

hasil penelitian ini. Sedangkan bagi peneliti dapat memahami dan

mempunyai gambaran secara riil permasalahan yang ada dilembaga yang

diteliti, yang kemudian dapat menjadi pengalaman secara akademis dan

riset, bahwa antara teori dengan praktek sangatlah berbeda. Oleh karena itu,

bagaimana mengambil sintesa dari keduanya dengan melakukan riset yang

diharapkan dapat muncul titik terang, yang kemudian menegaskan formulasi

penyikapannya.

Page 11: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DESAIN MUTU …

11

BAB II

KAJIAN TEORI

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Dasar Pemikiran Pengembangan Madrasah Unggulan

Masyarakat Indonesia tidak sedikit yang lebih mempercayai lembaga

pendidikan madrasah dari pada sekolah umum. Lembaga pendidikan Islam

ini diminati oleh masyarakat yang menghendaki para putra-putrinya

memperoleh pendidikan agama yang cukup sekaligus pendidikan umum

yang memadai. Namun, ada empat masalah utama yang sedang dihadapi

oleh madrasah pada umumnya, yaitu : masalah identitas diri madrasah,

masalah jenis pendidikan yang dipilih sesuai titik tekan keagamaan,

masalah kemunduran kualitas ajaran Islam yang berimplikasi pada

kedangkalan pemahaman Islam dan masalah sumber daya internal yang ada

dan pemanfaatannya bagi pembangunan madrasah sendiri di masa depan.10

Berikut beberapa dasar pemikiran lain dikembangkannya model madrasah

unggulan:

a. Dasar Religius

Islam memerintahkan belajar pada ayat pertama yang diturunkan pada

Rasulullah SAW oleh karena belajar itu adalah kewajiban utama dan sarana

terbaik mencerdaskan umat.[21] Perintah belajar tersebut tidak terbatas pada

urusan duniawi saja, tetapi juga dalam urusan ukhrawi. Firman Allah SWT

dalam Al Qur’an surat At Taubah ayat 122:

“Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi

semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-

tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk

memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk

memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah

kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.

(Q.S At Taubah: 122)11

Lafadz “liyatafaqqahuu fidiin” dalam ayat tersebut memberi isyarat

tentang kewajiban memperdalam ilmu agama.[22]

10 Muhaimin. 2005, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah

dan Perguruan Tinggi. (Jakarta : Raja Grafindo Persada),186. 11 Muhammad Taufiq, Software Quran In Word, Versi 1, 3, Surat 009: 122

Page 12: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DESAIN MUTU …

12

Arti seorang muslim perlu mendalami ilmu agama dan mengajarkan

kepada orang lain berdasarkan kadar yang diperkirakan dapat memberikan

kemaslahatan bagi mereka, sehingga memberikan pengetahuan hukum-

hukum agama yang pada umumnya harus diketahui oleh orang-orang

beriman. Hal ini disebabkan banyaknya orang yang pintar dalam urusan

duniawi namun mereka lalai dalam urusan akhirat. Firman Allah SWT:

Artinya : “Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari

kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat

adalah lalai”.(Q.S. Ar Rum: 7).12

Jadi belajar agama merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

muslim sebagai benteng yang dapat menjaga diri dan tetap dalam koridor

yang disyariatkan. Begitu pentingnya belajar agama sehingga Allah SWT

memberikan kedudukan tinggi pada orang yang memusatkan perhatian

mendalami ilmu agama sebagaimana derajatnya orang-orang berjihad

dengan harta dan dirinya dalam rangka meninggikan kalimah Allah SWT.

Salah satu cara yang bisa dilakukan dengan belajar disebuah lembaga yang

khusus mengajarkan ilmu-ilmu agama yaitu Madrasah.

b. Dasar Yuridis

Penyelenggaraan Madrasah secara yuridis diatur dalam tata perundangan

kita. Sila pertama yang menyebutkan Ketuhanan Yang Maha Esa memiliki

makna bahwa agama dijadikan sebagai pembimbing sekaligus

keseimbangan hidup bangsa Indonesia. Ini berarti bahwa lembaga

keagamaan seperti Madrasah diakui sebagai tempat pembinaan mental

spiritual bangsa indonesia. Secara konstitusional pasal 29 ayat 2 negara

menjamin kebebasan rakyatnya dalam melaksanakan ajaran agamanya.

Termasuk kebebasan belajar di Madrasah. Pasal 31 ayat 3 menyebutkan

bahwa pemerintah mengusahakan satu sistem pendidikan nasional yang

meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam

mencerdaskan kehidupan bangsa, salah satunya adalah penyelenggaraan

Madrasah. Secara operasional ketentuan Madrasah terakhir diatur dalam

keputusan menteri agama No. 1 tahun 2001 setelah lahirnya Direktorat

pendidikan keagamaan dan pondok pesantren khususnya melayani pondok

12 Muhammad Taufiq, Software Quran In Word, Versi 1, 3, Surat 030: 07

Page 13: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DESAIN MUTU …

13

pesantren dan Madrasah. keberadaan Madrasah sebagai bagian dari sistem

pendidikan nasional diperkuat dengan lahirnya Undang-undang No. 20

tahun 2003 terutama pasal 30 ayat 1 hingga 4 yang menyatakan bahwa:

1) Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan oleh pemerintah dan

atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama sesuai dengan

peraturan perundangan. Ini berarti pendidikan keagamaan dapat

diselenggarakan oleh pemerintah (pendidikan keagamaan negeri) dan

dapat diselenggarakan oleh masyarakat (pendidikan keagamaan

swasta).

2) Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik

menjadi anggota masyarakat yangmemahami dan mengamalkan

nilai-nilai agamanya dan atau menjadi ahli ilmu agama.

3) Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur formal, non

formal dan informal. Ketentuan ini memberikan ruang yang sangat

luas pada lembaga pendidikan keagamaan untuk menyelenggarakan

pendidikan pada jalur formal persekolahan, non formal seperti

kursus, pelatihan, kelompok belajar keagamaan

(majlis ta’lim), atau jalur informal seperti pendidikan dalam keluarga.

4) Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan madrasah, pesantren,

dan bentuk lain yang sejenis.13

2. Konsep Pengembangan Kurikulum

Kata kurikulum berasal dari bahasa yunani yang semula digunakan dalam

bidang olah raga, yaitu currere yang berarti jarak tempuh lari, yakni jarak

yang harus ditempuh dalam kegiatan berlari mulai dari start hingga finish.

Pengertian ini kemudian diterapkan dalam bidang pendidikan. Dari bahasa

Arab, istilah kurikulum diartikan dengan manhaj, yakni jalan yang terang,

atau jalan terang yang dilalui oleh manusia pada bidang kehidupannya. Dalam

konteks pendidikan, kurikulum berarti jalan terang yang dilalui oleh

pendidik/guru dengan peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan,

keterampilan dan sikap serta nilai-nilai.

13 Azizy, A. Qodri dkk, 2003, Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah: Pertumbuhan dan

Perkembangan, (Jakarta: Departemen Agama), 58-59

Page 14: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DESAIN MUTU …

14

Al-Khauly (1981) menjelaskan almanhaj sebagai seperangkat rencana

dan media untuk mengantarkan lembaga pendidikan dalam mewujudkan

tujuan pendidikan yang diinginkan. Dalam kontek pendidikan kurikulum

diartikan sebagai jalan terang yang dilalui pendidik dengan peserta didik

untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap serta nilai-nilai.

Menurut Al-Khauly, bahwa al-manhaj sebagai seperangkat rencana dan media

untuk mengantarkan lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan

pendidikan nasional.14

Sedangkan secara terminologi, menurut pandangan lama, kurikulum

merupakan kumpulan-kumpulan mata pelajaran yang harus disampaikan

pendidik atau dipelajari peserta didik. Selanjutnya telah beralih dari

menekankan pada isi menjadi lebih memberikan tekanan pada pengalaman

belajar. Menurut Caswel dan Campbell dalam buku mereka yang terkenal

Curriculum Development (1935)15 mengemukakan kurikulum adalah

To be composed of all the experiences children have under the

guidance of teachers. Perubahan penekanan pada pengalaman ini

lebih ditegaskan oleh Ronald C. Doll, The

commonly accepted definition of the curriculum has changed from

content of courses of study and list of subjects and courses to all

experiences which are offered to learners under the auspices or

direction of the school…

Definisi yang dikemukakan oleh Doll tidak hanya menunjukkan adanya

perubahan penekanan dari isi kepada proses, tetapi juga menunjukkan adanya

perubahan lingkup, dari konsep yang sangat sempit kepada yang lebih luas

cakupannya.

Lebih lanjut Hilda Hilda Taba mempunyai pendapat yang berbeda dengan

pendapat-pendapat tersebut. Perbedaan antara kurikulum dan pengajaran

menurutnya bukan terletak pada implementasinya, tetapi pada keluasan

cakupannya. Kurikulum berkenaan dengan cakupan tujuan, isi dan metode

yang lebih luas atau lebih umum, sedangkan yang lebih sempit atau lebih

khusus menjadi tugas pengajaran. Menurut Taba keduanya membentuk suatu

kontinum, kurikulum terletak pada ujung tujuan umum atau tujuan jangka

14 Muhaimain. 2005, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (upaya mengefektifan

pendidikan agama Islam disekolah). (Bandung, PT. Rosdakarya), 1 15 Nana Syaodih Sukmadinata, 2002, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya), 4

Page 15: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DESAIN MUTU …

15

panjang, sedangkan pengajaran pada ujung lainnya yaitu yang lebih khusus

atau lebih dekat. Kurikulum memberikan pegangan pada pelaksanaan

pengajaran di kelas, tetapi merupakan tugas dan tanggung jawab pendidik

untuk menjabarkannya.16

Pendapat-pendapat yang muncul dalam proses kurikulum meliputi semua

pengalaman didalam lingkungan pendidikan, baik yang direncanakan maupun

tidak direncanakan, terkait belajar dan perkembangan siswa. ada tiga aspek

yang berkaitan dengan proses kurikulum, pertama) keputusan yang dibuat

mengenai tujuan (umum dan khusus) institusional pendidikan. Kedua)

keputusan, terkait dengan isi/materi pelajaran yang sesuai dan diyakini dapat

mencapai tujuan. Ketiga) metode mengajar yang sesuai untuk

mengorganisasikan dan menyampaikan isi kontek pelajaran. metode dalam

pembelajaran itu akan menjadi pengalaman pendidikan bagi siswa,

pengalaman tersebut merupakan produk dari interaksi apa yang diajarkan,

bagaimana menyajikan dan cara siswa belajar.17

Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU. No. 20/2003)

bahwa dalam menyusun kurikulum harus memperhatikan peningkatan iman

dan taqwa, peningkatan akhlak mulia, peningkatan potensi, kecerdasan, dan

minat peserta didik, keragaman potensi daerah dan lingkungan, tuntutan

pembangunan daerah dan nasional, tuntutan dunia kerja, perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi, seni dan agama, dinamikan perkembangan global dan

persatuan dan kesatuan serta nilai kebangsaan.18

Dalam proses pengembangan kurikulum, setidaknya memperhatikan

beberapa hal, meliputi: landasan pengembangan, prinsip-prinsip, pendekatan-

pendekatan, prosedur-prosedur serta beberapa model pengembangan

kurikulum.

16 Hilda Taba, 1872, Curriculum Development Theory and Practice, (New York: Harcourt, Brace

and World,), 7 17 Bafadal, Ibrahim, 2006, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar Sentralisasi Menuju

Desentralisasi (Jakarta, PT Bumi Aksara), 9 18 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta UUD

republik Indosia Nomer 20 Tahun 2003 tentang Sikdiknas.(Bandung. Penebit Citra Umbara), 117

Page 16: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DESAIN MUTU …

16

a. Landasan-landasan Pengembangan Kurikulum

Pada sisi yang pertama aspek landasan pengembangan kurikulum. Dalam

pengembangan kurikulum program studi PAI setidaknya memperhatikan

beberapa landasan, diantaranya:

1) Landasan Religius

Landasan religius (agama) yang ditetapkan berdasarkan nilai-nilai

Ilahi dalam al Qur’an dan as-Sunnah.

2) Landasan Yuridis

Hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian

dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah, serta berlangsung seumur

hidup. Pembangunan di bidang pendidikan didasarkan atas Falsafah

Negara Pancasila dan diarahkan untuk membentuk manusia Indonesia yang

sehat jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan dan keterampilan, mampu

mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, mampu mengembangkan

kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti luhur dan mencintai

bangsa dan sesama manusia, sesuai dengan ketentuan yang termaktub

dalam Undang-Undang Dasar 1945,19 dan Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.

3) Landasan Filosofis

Ada empat fungsi filsafat dalam proses pengembangan kurikulum.

Pertama, filsafat dapat menentukan arah dan tujuan pendidikan. Kedua,

filsafat dapat menentukan isi atau materi yang harus diberikan sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai. Ketiga, filsafat dapat menentukan

strategi atau cara pencapaian tujuan. Keempat, melalui filsafat, dapat

ditentukan bagaimana tolok ukur keberhasilan proses pendidikan.20

b. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum

Dalam pengembangan kurikulum program studi PAI memperhatikan

prinsip-prinsip pengembangan sebagai berikut:

19 Oemar Hamalik, 2008, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja

Rosdakarya), 64-65 20 Wina Sanjaya, 2008, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana Prenada Media Group), 43

Page 17: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DESAIN MUTU …

17

Prinsip Pertama, prinsip relevansi. Ada dua macam relevansi yang

harus dimiliki kurikulum, yaitu relevan ke luar dan relevansi di dalam

kurikulum itu sendiri. Relevansi ke luar maksudnya tujuan, isi dan proses

yang tercakup dalam kurikulum harus relevan dengan tuntutan, kebutuhan

dan perkembangan masyarakat. Sedangkan relevansi ke dalam yaitu terdapat

kesesuaian atau konsistensi antara komponen-komponen kurikulum, yakni

antara tujuan, isi, proses penyampaian dan penilaian. Relevansi internal

menunjukkan suatu keterpaduan kurikulum.

Prinsip kedua, adalah fleksibelitas. Kurikulum hendaknya bersifat luntur

atau fleksibel. Suatu kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berisi hal-

hal yang solid, tetapi dalam pelaksanaannya memungkinkan terjadinya

penyesuaian-penyesuaian berdasarkan kondisi daerah, waktu maupun

kemampuan dan latar belakang peserta didik.

Prinsip ketiga adalah kontinuitas yaitu kesinambungan. Perkembangan

dan proses belajar peserta didik berlangsung secara berkesinambungan, tidak

terputus-putus. Oleh karena itu, pengalaman-pengalaman yang disediakan

kurikulum juga hendaknya berkesinambungan antara satu tingkat kelas

dengan kelas lainnya, antara satu jenjang pendidikan dengan jenjang

pendidikan lainnya hingga ke jenjang pekerjaan.

Prinsip keempat adalah praktis yakni mudah dilaksanakan,

menggunakan alat-alat sederhana dan biayanya juga dapat dijangkau oleh

semua kalangan masyarakat. Prinsip ini juga disebut dengan prinsip

efisiensi.

Prinsip kelima adalah efektivitas. Dalam suatu kurikulum, yang juga

harus diperhatikan yaitu keberhasilan dari pelaksanaan proses kegiatan

belajar mengajar.21

c. Pendekatan-pendekatan Pengembangan Kurikulum

Pada sisi ketiga, aspek pendekatan-pendekatan pengembangan kurikulum.

Dalam pengembangan kurikulum program studi PAI, memperhatikan

beberapa pendekatan-pendekatan. Mengingat pendekatan adalah cara kerja

21 Hoover, Kenneth H. (1982). The Professional Teacher‟ s Handbook dalam Nana Syaodih

Sukmadinata, 2002, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 150-151

Page 18: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DESAIN MUTU …

18

dengan menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti

langkah-langkah pengembangan yang sistematis agar memperoleh kurikulum

yang lebih baik.

Adapun pendekatan pendekatan yang dikembangkan adalah sebagai

berikut:

1) Pendekatan Bidang Studi (Pendekatan Subjek atau Disiplin Ilmu)

Pendekatan ini menggunakan bidang studi atau mata pelajaran sebagai

dasar organisasi kurikulum. Prioritas pendekatan ini adalah

mengutamakan sifat perencanaan program dan juga mengutamakan

penguasaan bahan dan proses dalam disiplin ilmu tertentu.22

2) Pendekatan berorientasi pada tujuan.

Kelebihan pendekatan pengembangan kurikulum yang berorientasi

pada tujuan ini adalah a) Tujuan yang ingin dicapai jelas bagi

penyusun kurikulum, b) Tujuan yang jelas akan memberikan arah yang

jelas pula di dalam menetapkan materi pelajaran atau bidang studi,

metode, jenis kegiatan dan alat yang dipergunakan untuk mencapai

tujuan. c) Tujuan-tujuan yang jelas tersebut juga akan memberikan arah

dalam mengadakan penilaian terhadap hasil yang dicapai. d) Hasil

penelitian yang terarah tersebut akan membantu penyusun kurikulum

dalam mengadakan perbaikan-perbaikan yang diperlukan.23

3) Pendekatan Rekonstruksionalisme

Pendekatan ini disebut juga rekontruksi sosial karena memfokuskan

kurikulum pada masalah penting yang dihadapi masyarakat.24

4) Pendekatan Humanistik

Kurikulum ini berpusat pada siswa atau peserta didik (student-centered)

dan mengutamakan perkembangan afektif peserta didik sebagai

prasyarat dan sebagai bagian integral dari proses belajar. Prioritasnya

adalah pengalaman belajar yang diarahkan pada tanggapan minat,

kebutuhan, dan kemampuan peserta didik.25

22 Abdullah Idi, 2007, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. (Yogjakarta: Ar-Ruzz

Media), 199. 23 Subandijah, 1993, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. (Jakarta: Raja Grafindo Persada), 56 24 Nasution, S. 1993, Pengembangan Kurikulum. (Bandung: Citra Aditya Bakti) 48. 25 Idi, 2007, Pengembangan Kurikulum….. 203

Page 19: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DESAIN MUTU …

19

5) Pendekatan Akuntabilitas (Accountability).

Suatu sistem yang akuntabel menentukan standar dan tujuan spesifik

yang jelas serta mengatur efektifitasnya berdasarkan taraf keberhasilan

peserta didik dalam mencapai standar tersebut. Agar memenuhi tuntutan

tersebut, para pengembang kurikulum mengkhususkan tujuan pelajaran

agar dapat mengukur prestasi belajar. Dalam banyak hal gerakan ini

menuju kepada ujian akademis yang ketat sebagai syarat memasuki

lembaga pendidikan yang lebih tinggi.2626

6) Pendekatan Interdisipliner.

Banyak usaha telah dijalankan selama ini untuk mendobrak tembok

pemisah yang dibuat-buat antara berbagai mata pelajaran atau disiplin

ilmu yang terdapat dalam pendekatan bidang studi. Masalah-masalah

dalam kehidupan tidak hanya melibatkan satu disiplin, akan tetapi

memerlukan berbagai ilmu secara interdisipliner.

3. Karakteristik Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran di

Madrasah Unggulan

Sekolah atau madrasah unggulan dilihat dari aspek kurikulum bersandar

pada kebijakan pendidikan nasional. Secara bertahap dilakukan penulisan

materi ajar dalam bahasa Inggris (untuk mapel umum) dan Arab (untuk

mapel PAI dan Bahasa Arab), khususnya untuk jenjang MTs. Selain itu

kurikulum diperkaya dengan mengadopsi kurikulum dari sekolah pada

negara maju. Adapun keunggulan yang dapat dikembangkan adalah

sebagai berikut:

a. Mengembangkan program khusus penguatan baca tulis Al-Qur’an baik

untuk guru maupun peserta didik.

b. Memiliki standar dalam pengembangan kemampuan berfikir kritis dan

budaya akademik, dengan mengembangankan kegiatan karya tulis

ilmiah bagi MTs 17

c. Menetapkan standar dalam Menetapkan standar dalam penggunaan

Teknologi informasi dan Komunikasi (TIK) dalam pembelajaran

26 Idi, 2007, Pengembangan Kurikulum….. 203

Page 20: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DESAIN MUTU …

20

(email, blog atau e-learning project, e-library) dan menjadikan internet

sebagai sumber belajar

d. Menyusun perencanaan, implementasi dan evaluasi penerapan bahasa

inggris dan arab di madrasah secara bertahap

e. Mengembangkan budaya islami di madrasah

f. Mengembangkan muatan karakter santri meliputi : pengembangan etos

keilmuan yang tinggi, tafaqquh fi ad-din, pembiasaan beribadah secara

istiqomah, pembinaan akhlakul karimah, riyadhah spiritual, penanaman

visi dan orientasi hidup sebagai penyampaian risalah dakwah,

penanaman nilainilai moral utama.

g. Pada aspek Standar Kompetensi Lulusan Standar keunggulan

kompetensi lulusan setidaknya memuat: pertama, dari Rata-rata hasil

UN minimal 7,5. Kedua, memiliki kompetensi bahasa inggris dan arab

bagi guru dengan skor TOEFL minimum 350 dan TOEAFL 300.

Ketiga, memiliki kompetensi bahasa inggris dan arab bagi peserta didik

didik MTs didorong untuk mencapai kompetensi bahasa inggris dan

arab dengan TOEFL minimum 300 dan TOEAFL 250 melalui program

yang dilakukan secara bertahap. Keempat, menetapkan standar

pembinaan prestasi bidang akademik, keagamaan, olahraga dan seni,

dan memperoleh prestasi minimal dalam kurun waktu tiga tahun meraih

6 kejuaraan tingkat kabupaten (juara I), 4 kejuaraan tingkat Provinsi

(juara I, II, III), 2 kejuaraan tingkat Nasional (Juara I-VI, dan harapan I,

II, III).2727

h. Pada aspek pembelajaran, bahwa proses pembelajaran bersifat

interaktif, inspiratif, menyenangkan, dan menantang sehingga dapat

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif. Proses

pembelajaran memberikan ruang yang cukup untuk peserta didik agar

memiliki akhlak mulia, kepribadian unggul, kepemimpinan, jiwa

entrepreneurship, jiwa patriot, jiwa inovator, prakarsa, kreativitas,

kemandirian berdasarkan bakat, minat dan perkembangan fisik maupun

27 Lampiran Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta Nomor: 609B Tahun 2012 Tentang Rintisan Madrasah Unggulan, Petunjuk

Teknis Penyelenggaraan Rintisan Madrasah Unggulan.

Page 21: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DESAIN MUTU …

21

psikologisnya secara optimal yang terintegrasi pada keseluruhan

kegiatan pembelajaran. Pendidik harus dapat mengembangkan proses

pembelajaran yang membangun pengalaman belajar peserta didik

melalui kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi yang efektif dan

efisien. Mutu pembelajaran ditingkatkan dengan dukungan penerapan

TIK pada semua mata pelajaran serta menggunakan bahasa Inggris

untuk kelompok sains dan matematika dan bahasa Arab untuk mata

pelajaran PAI dan Bahasa Arab untuk jenjang MTs.

Ada pun model keunggulan yang perlu dikembangkan sebagai berikut :

a) Menetapkan standar minimal indicator hasil belajar secara komprehensif

dengan mengembangkan seluruh ranah pembelajaran; b) Menetapkan

prosedur operasional dan administrasi standar pelaksanaan pembelajaran

yang interaktif inspiratif, menyenangkan dan menantang; c) Menetapkan

indikator pembelajaran yang mengembangkan akhlak mulia, kepribadian

unggul, kepemimpinan, jiwa entrepreneurship patriotisme,inovator, kreatif,

dan mandiri; d) Menetapkan standar prosedur pembelajaran dengan

eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi beserta prosedur evaluasinya dan

melakukan langkah penguatan dengan memberikan fasilitasi pendukung di

madrasah serta dengan mengoptimalkan peran MGMP; e) Menggunakan

metode pembelajaran yang bervariasi; f) Menetapkan indikator mutu

pengelolaan kelas dengan model kelas interaktif dan kompetitif; g)

Menerapkan standar penggunaan bahasa Inggris dan Arab pada proses

pembelajaran (MTs) secara bertahap. h) Mengembangkan alat peraga

proses pembelajaran berbasis ICT; i) Penggunaan teknologi informasi

sebagai penunjang administrasi akademik khususnya dalam pengelolaan

administrasi hasil belajar; j) Menetapkan tahapan pengembangan

perpustakaan madrasah menuju perpustakaan unggul dan menetapkan

indicator kesuksesan pengelolaan perpustakaan; k) Bagi MTs memiliki

Laboratorium IPA, IPS, Bahasa/ Multimedia disertai dengan program

pengelolaan, indicator sukses dan rencana tahapan pengembangan; l)

Melaksanakan remedial berbasis pemetaan dalam KKM dan

mengadministrasikannya; m) Melaksanakan kegiatan pengayaan dengan

Page 22: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DESAIN MUTU …

22

merujuk pada standar soal olimpiade, menetapkan target pencapaian

standar pengayaan dan melakukan evaluasi pencapaian hasil belajar.28

4. Karakteristik Madrasah Unggulan

Menurut Moedjiarto, setidaknya dalam praktik dilapangan terdapat tiga

tipe madrasah atau sekolah Islam unggulan. Pertama, tipe madrasah atau

sekolah Islam berbasis pada anak cerdas. Tipe seperti ini sekolah atau

madrasah hanya menerima dan menyeleksi secara ketat calon siswa yang

masuk dengan kriteria memiliki prestasi akademik yang tinggi. Meskipun

proses belajar-mengajar di lingkungan madrasah atau sekolah Islam tersebut

tidak terlalu istimewa bahkan biasa-biasa saja, namun karena input siswa yang

unggul, maka mempengaruhi output nya tetap berkualitas.Kedua, tipe

madrasah atau sekolah Islam berbasis pada fasilitas. Sekolah Islam atau

madrasah semacam ini cenderung menawarkan fasilitas yang serba lengkap

dan memadahi untuk menunjang kegiatan pembelajarannya. Tipe ini

cenderung memasang tarif lebih tinggi ketimbang rata-rata sekolah atau

madrasah pada umumnya. Ketiga, tipe madrasah atau sekolah Islam berbasis

pada iklim belajar. Tipe ini cenderung menekankan pada iklim belajar yang

positif di lingkungan sekolah/madrasah. Lembaga pendidikan dapat menerima

dan mampu memproses siswa yang masuk (input) dengan prestasi rendah

menjadi lulusan (output) yang bermutu tinggi. Tipe ketiga ini termasuk agak

langka, karena harus bekerja ekstra keras untuk menghasilkan kualitas yang

bagus.29

5. Upaya Peningkatan Mutu Madarasah Unggulan

Konsep peningkatan mutu seperti yang dikembangkan Philip Crosby,

Edward Deming dan Joseph Juran yang mengembangkan konsep Total quality

manajemen, pada prinsipnya, bahwa dalam meraih kualitas maka komitmen

harus dibangun dalam setiap diri karena pertama, kualitas merupakan kunci

28 Lampiran Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta Nomor: 609B Tahun 2012 Tentang Rintisan Madrasah Unggulan, Petunjuk

Teknis Penyelenggaraan Rintisan Madrasah Unggulan. 29 Moedjiarto, 2002, Sekolah Unggul, (Surabaya: Duta Graha Pustaka). 34.

Page 23: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DESAIN MUTU …

23

ke arah program yang berhasil. Kedua, perbaikan-perbaikan kualitas menuntut

komitmen menajemen sepenuhnya untuk dapat berhasil.Komitmen kepada

kualitas ini harus terus-menerus. Ketiga, perbaikan kualitas adalah kerja

keras.Tidak ada jalan pintas atau perbaikan cepat. Menuntut perbaikan budaya

bagi organisasi secara keseluruhan. Keempat, perbaikan kualitas menuntut

banyak pelatihan. Kelima, perbaikan kualitas menuntut keterlibatan semua

karyawan secara aktif, dan komitmen mutlak dari manajemen senior.30

Total quality manajemen (manajemen mutu terpadu) sebagai salah satu

suatu filosofi dan suatu metodologi untuk membantu para pengelola dalam

mengelola perubahan dan inti dari TQM adalah perubahan budaya dari

pelakunya.31 Lebih lanjut Slamet (1995) menegaskan bahwa TQM adalah

suatu prosedur dimana setiap orang berusaha keras secara terus menerus

memperbaiki jalan menuju sukses.TQM bukanlah seperangkat peraturan dan

ketentuan yang kaku, tetapi merupakan proses-proses dan prosedur-prosedur

untuk memperbaiki kinerja. TQM juga menselaraskan usaha-usaha orang

banyak sedemikian rupa sehingga orang-orang tersebut menghadapi tugasnya

dengan penuh semangat dan berpartisipasi dalam perbaikan pelaksanaan

pekerjaan.32

Pada tataran aplikasi, ada lima unsur utama dalam penerapan TQM, yaitu:

(1) berfokus pada pelanggan, (2) perbaikan pada proses secara sistematik, (3)

pemikiran jangka panjang, (4) pengembangan sumber daya manusia, dan (5)

komitmen pada mutu.33 Dalam konteks sekolah pertama seluruh program

sekolah diarahkan dan difokuskan pada pelanggan dalam hal ini siswa sebagai

pelanggan internal, orang tua dan masyarakat. Kedua, seluruh

kegiatan(program) senantiasa disusun secara sistemik dan terorganisir. Ketiga,

komitmen sekolah dalam proses pendidikan lebih diorientasikan pada

pemikiran jangka panjang, artinya bukan semata hanya memproduk siswa

secara spontan dan sekedar lulus, tanpa dibekali dengan potensi, keterampilan

30 Edward Sallis, 1993, Total Quality Management in Education, (London: Kogan Page Limited),

25. 31 Salis, 1993, Total Quality Management..... 32 Slamet, Margono. 1994, Manajemen Mutu Terpadu Dan Perguruan Tinggi Bermutu. (Proyek

Heds Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan) 33 Margono. Manajemen Mutu........

Page 24: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DESAIN MUTU …

24

dan mental yang kuat dengan prinsip-prinsip yang telah dirumuskan..

Keempat, seluruh sumber daya sekolah senantiasa dipacu dan terus

ditingkatkan baik kinerja maupun potensi-potensinya demi tercapainya

sumber daya yang berkualitas.34

Proses peningkatan mutu yang dilakukan sekolah/ madrasah, faktanya

tidak semua mampu menerapkan seluruh filosofi dan prosedur peningkatan

mutu, dengan beberapa faktor: Pertama, kurangnya sosialisasi kepada semua

unsur sekolah, hal ini dibuktikan dengan masih rendahnya pengetahuan dan

pemahaman impelementor terhadap manajemen peningkatan mutu sehingga

sumberdaya manusia belum siap. Kedua, Kurangnya kepekaan dalam

mengidentifikasi tantangan nyata sekolah, hal ini dibuktikan dengan belum

adanya susunan data khusus oleh sekolah mengenai tantangan nyata

sekolah.Hal ini disebabkan karena sekolah belum maksimal

mengoperasionalkan pendekatan SWOT, sekolah masih disibukkan kegiatan

rutinitas, tetapi untuk bersaing dan meningkatkan lembaganya masih terbentur

dengan kegiatan-kegiatan tekhnis. Ketiga, alternatif langkah pemecahan

persoalan, artinya sekolah mampu mencari solusi / alternatif untuk mengatasi

permasalahan yang ada, namun dalam kenyataannya sekolah belum mampu

mengambil tindakan yang dapat mengubah kondisi tidak siap menjadi siap.

34 Prinsip tersebut menurut Deming pertama,miliki tekad yang kuat dan terus menerus untuk

memperbaiki mutu produk dan jasa, kedua, menggunakan filosofi yang tidak bisa menerima

keterlambatan, kesalahan, cacat materi dan cacat pekerjaan.Ketiga, menghentikan pemeriksaan

mutu pada akhir proses, ganti dengan adanya proses yang baik sejak awal sampai akhir guna

mendapatkan hasil yang bermutu. Keempat, hendaknya jangan terkecoh oleh besarnya biaya saja;

yang mahal belum tentu baik, yang mudah belum tentu baik, demikian pula sebaliknya.Kelima,

intens melakukan terus menerus berupa kegiatan sampai kearah pada pencapaian

mutu.Keenam,hendaknya melembagakan pembinaan dalam bentuk on the job atau training untuk

semua orang (pimpinan, guru, dan staf sekolah lainnya) agar masing-masing dapat selalu

meningkatkan kualitas kerjanya, Ketujuh, hendaknya melembagakan kepemimpinan yang

membantu setiap orang untuk dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Kedelapan, hendaknya

menghilangkan sumber-sumber yang menyebabkan orang merasa takut dalam organisasi, artinya

berbagai masalah yang timbul perlu di sharingkan, bukan dipendam, sehingga nantinya dicarikan

alternatif solusinya dan mengajak seluruh civitas sekolah berani menghadapi masalah.Kesembilan,

hendaknya menghilangkan segala yang menghambat komunikasi antar bagian dan antar individu

dalam organisasi sekolah, artinya perlu adanya keterbukaan menjadi penting antara bawahan

dengan atasan meskipun ada perasaan sungkan.Kesepuluh, singkirkan penghalang yang merebut

hak para pimpinan dan pelaksana untuk bangga atas hasil kerjanya.Kesebelas, lembagakan

program yang kuat untuk pendidikan, pelatihan dan pengembangan diri bagi semua orang. Kedua

belas, Ciptakan struktur yang memungkinkan semua orang bisa ikut serta dalam usaha

memperbaiki mutu organisasi sekolah (Deming dalam Sallis, Edward Total Quality Management

in Education; 1993:48-49)

Page 25: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DESAIN MUTU …

25

Keempat, melakukan rencana peningkatan mutu kurang efektif, hal ini

dibuktikan dengan belum optimalnya pelaksanaan rencana peningkatan mutu.

Sebagai sebuah contoh guru masih belum sepenuhnya mampu menciptakan

kondisi/ metode pembelajaran yang efektif, siswa masih kurang siap dalam

menerima pelajaran, adanya kesenjangan di bidang keahilan tertentu (guru

mengajar tidak sesuai dengan bidang studi) buku setiap pelajaran kurang

lengkap, serta sarana prasarana dan dana kurang memadai.35

Untuk menyikapi hal tersebut pemerintah tetap dan terus mengupakan,

mulai dengan melakukan pembinaan dan pelatihan peningkatan kapasitas

ketenagaan dan tata kelola kelembagaan dengan melibatkan stake holder di

lembaga pendidikan. Disamping itu kegiatan supervisi tetap dilaksanakan,

melalui supervisi akademik dan supervisi manajerial sebagai bentuk upaya

menampung aspirasi dan menindaklanjuti progress report perkembangan

sekolah. Kebijakan evaluasi diri sekolah/madrasah yang rutin setiap tahun

dilakukan oleh sekolah/ madrasah sebagai bentuk pertanggungjawaban

kepada pemerintah, masih dimaknai sebagai bentuk kegiatan pelaporan

administratif yang pada tataran aplikatif masih belum dimaknai sebagai follow

up perbaikan sekolah/ madrasah, karena sebab kondisi lembaga masih

memiliki kompleksitas problem internal. Setiap sekolah/madrasah memiliki

minesite dan kultur yang beragam, sehingga komitmen meraih mutu,

kadangkalanya masih terjebak dengan anggaran dan mental sumberdaya

manusia yang fruktuatif yakni antara maju dan tidak, sehingga kegiatan di

sekolah terkesan berjalan apa adanya.

Secara ideal, sebenarnya semangat otonomi pendidikan memberikan

kewenangan bagi sekolah untuk mengelola secara profesional, akuntabel dan

transparan guna mencapai mutu pendidikan yangdiharapkan dengan

melibatkan sumberdaya yang ada untuk berpacu meningkatkan etos kerja

demi terwujudnya prestasi akademis dan non akademis, sehingga harapannya

menjadikan sekolah atau madrasah unggulan. Kewenangan di era otonomi

daerah ini merupakan momentum strategis untuk mengelola sekolah menjadi

35 Dwi Ningsih, Rahayu, Efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah Pada Sekolah Menengah Atas

Negeri 1 Tebing Tinggi Kabupaten Kepulauan Meranti, Jurnal, Program Studi Ilmu Administrasi

Negara Fisip Universitas Riau, 2012:3

Page 26: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DESAIN MUTU …

26

sekolah unggulan, disamping karena tuntutan zaman dan perubahan sosial,

disisi lain karena tuntutan dunia kerja. Peserta didik tidak hanya dibekali ilmu

pengetahuan agama, tetapi harus di imbangi dengan penguasaan disiplin ilmu

pengetahuan umum, keterampilandan kecakapan-kecakapan lain yang harus

terus ditingkatkan sekolah melalui tenaga pendidik yang profesional.36

Merefleksikan tentang harapan lembaga pendidikan menjadi sekolah/

madrasah unggulan, bahwa madrasah unggulan adalah madrasah program

unggulan yang lahir dari sebuah keinginan untuk memiliki madrasah yang

mampu berprestasi di tingkat nasional dan dunia dalam penguasaan ilmu

pengetahuan dan teknologi ditunjang oleh akhlakul karimah. Sementara

sekolah Islam unggulan adalah sekolah yang dikembangkan untuk mencapai

keunggulan dalam keluaran (out put) pendidikannya. Untuk mencapai

keunggulan tersebut, maka masukan (input), proses pendidikan, guru dan

tenaga kependidikan, manajemen, layanan pendidikan, serta sarana

penunjangnya harus diarahkan untuk menunjang tercapainya tujuan tersebut.37

Oleh karena itu ada beberapa faktor pendukung dalam terselenggaranya

sekolah yang unggul. Sebagaimana menurut Imron Arifin, unsur pendukung

madrasah atau sekolah Islam berprestasi (unggul) itu setidaknya ada sembilan

faktor, yaitu: Faktor sarana dan prasarana, Faktor guru, Faktor murid, Faktor

tatanan organisasi dan mekanisme kerja, Faktor kemitraan, Faktor komitmen

/sistem nilai, Faktor motivasi, iklim kerja, dan semangat kerja., Faktor

36 Sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan Asep Deni Nurmansyah yang fokusnya meneliti

tentang Implementasi Manajemen Mutu Terpadu Di Sekolah Menengah Kejuruan Dilingkungan

Dinas Pendidikan Kabupaten Subang, yang diterbitkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia,

tahun 2012. Hasil penelitiannya efektif dilakukan, melalui siklus manajemen mutu, mulai dari

perencanaannya, pengendalian mutu, proses peningkatan mutu terutama pelayanan pendidikannya.

Hal itu juga tidak lepas dari peran pemimpin yang memiliki etos kerja yang tinggi dan berorientasi

pada bawahan. Upaya yang dilakukan kepala sekolah di SMK mampu mendorong para

bawahannya untuk komitmen pada etos kerja dan spirit mendorong kualitas peserta didiknya

sehingga output yang dihasilkan membanggakan. 37 Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Wardiman Djojonegoro tahun 1994

tepatnya setahun setelah pengangkatannya,. Istilah sekolah unggul lahir dari satu visi yang jauh

menjangkau ke depan, wawasan keunggulan. Menurut Wardiman, selain mengharapkan terjadinya

distribusi ilmu pengetahuan, dengan membuat sekolah unggul ditiap-tiap propinsi, peningkatan

SDM menjadi sasaran berikutnya. Lebih lanjut, Wardiman menambahkan bahwa kehadiran

sekolah unggul bukan untuk diskriminasi, tetapi untuk menyiapkan SDM yang berkualitas dan

memiliki wawasan keunggulan. Sinergi, Jurnal Populer Sumber Daya Manusia, Volume 1, No. 1

Januari-Maret 1998. Hal. 15.

Page 27: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DESAIN MUTU …

27

keterlibatan semua pihak, Faktor kepemimpinan kepala sekolah.38 Dengan

demikian, harapan menjadikan sekolah unggulan dapat terwujud melalui

strategi manajemen peningkatan mutu yang efektif dan berkelanjutan.

38 Arifin, Imron, 2008, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengelola Sekolah Berprestasi,

(Yogyakarta: Aditya Media), 322-323.

Page 28: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DESAIN MUTU …

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN

Sesuai dengan judul yang peneliti angkat, maka penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif.Menurut Moleong “Metode Kualitatif”

adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang perilaku yang dapat

diamati.39 Pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa

angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan

lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya.

Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah ingin

menggambarkan realita empirik di balik fenomena secara mendalam, rinci dan

tuntas.

1. Kehadiran Peneliti dan Lokasi Penelitian

a. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif mutlak diperlukan, karena

peneliti sendiri merupakan alat (instrumen) pengumpul data yang utama

sehingga kehadiran peneliti mutlak diperlukan dalam menguraikan data.

Karena dengan terjun langsung ke lapangan maka peneliti dapat melihat

secara langsung fenomena di daerah yang akan diteliti. Peneliti sekaligus

merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis, penafsir

data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya".40 Peneliti

berusaha sebaik mungkin bersikap selektif, penuh kehati-hatian, dan serius

dalam menyaring data sesuai dengan realitas di lapangan sehingga data yang

terkumpul benar-benar relevan dan terjamin keabsahannya.Peneliti sebisa

mungkin menghindari kesan-kesan yang dapat menyinggung perasaan

maupun merugikan informan. Proses pemilihan informan, peneliti

menggunakan teknik purposive (bertujuan) yaitu peneliti memilih orang-

orang yang dianggap mengetahui secara jelas permasalahan yang diteliti.

Kehadiran peneliti di lapangan dalam rangka menggali informasi, peneliti

39 Lexy.J.Meleong, 1992, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Pt. Remaja Rosda Karya),.6 40 .Meleong, 1992, Metodologi Penelitian...., 121

Page 29: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DESAIN MUTU …

29

menggunakan tiga tahapan, yaitu: pemilihan informan awal, pemilihan

informan lanjutan, menghentikan pemilihan informan lanjutan, peneliti

menganggap penelitian telah selesai, kecuali bila ditemukan lagi informasi-

informasi baru yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini.

b. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Al Qadiri 1 Jember dan

Nurul Islam I Jember. Peneliti memilih lokasi tersebut karena banyak

prestasi-prestasi gemilang yang membanggakan.

2. Instrumen Penelitian

Dalam kegiatan penelitian untuk memperoleh data yang berasal dari

lapangan, seorang peneliti biasanya menggunakan instrumen yang mampu

mengambil informasi dari objek atau subjek yang diteliti. Untuk mencapai

tujuan tersebut seorang peneliti dapat membuat instrumen.41 Instrumen

penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data.42

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam penelitian ini,

peneliti menjadi instrumen kunci atau utama, sebagai instrumen kunci,

peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan instrumen tambahan

berupa pedoman wawancara, pedoman observasi dan pedoman

dokumentasi.

3. Data Dan Sumber Data

Dalam penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka menurut

Lutfand bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata

dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-

lain.43 Adapun sumber data dalam hal ini adalah:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer merupakan data yang dikumpulkan, diolah dan

disajikan oleh peneliti dari sumber utama. Dalam penelitian ini yang

41Sukardi, 2005, Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi Dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi

Aksara), 121 42 Suharsimi Arikunto, 2000, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta), 177 43 Arikunto, 2000, Manajemen Penelitian, 112

Page 30: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DESAIN MUTU …

30

menjadi sumber data utama yaitu Pimpinan Pondok Pesantren Nurul Islam,

para madrasah formal unggulan, guru, beberapa staf siswa.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data pelengkap yang

berfungsi melengkapi data yang di perlukan oleh data primer. Adapun

sumber data sekunder yang diperlukan yaitu: pedoman manajemen, buku

profil pondok pesantren dan sekolah/madrasah formal, majalah, jurnal,

dokumentasi foto kegiatan-kegiatan dan lain sebagainya.

4. Tekhnik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi sebagai

bahan utama yang relevan dan obyektif. Dalam penelitian ini adalah:

a. Metode Interview (wawancara)

Metode interview adalah “cara pengumpulan data dengan tanya jawab

sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berdasarkan pada tujuan

penelitian.44 Dalam penelitian ini, metode interview ini digunakan untuk

memperoleh data tentang desain mutu kurikulum madrasah unggulan

berbasis pesantren melalui proses wawancara dengan pimpinan pondok

pesantren, kepala madrasah, sekolah, Guru, para staf dan siswa serta

beberapa informan pendukung lainnya.

b. Metode Observasi

Dalam penelitian kualitatif, observasi dapat digunakan untuk memeriksa

latar, aktivitas individu atau kelompok individu dalam latar, orang yang

berperan serta dalam suatu aktifitas dan maknanya.45 Metode observasi

adalah “suatu pengamatan dan pencatatan secara sistematik fenomena-

fenomena yang diselidiki".46 Metode ini digunakan untuk memperoleh data

tentang keakuratan dan kepastiannya dalam hasil wawancara.

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah “apabila menyelidiki ditujukan dalam

penguraian dan penjelasan apa yang telah lalu dengan melalui sumber-

44 Arikunto, Manajemen Penelitian 193 45 M. Patton, 1987, Qualitative Evaluation Methods, (Beverly Hill: Sage Publications), 16 46 Sutrisno Hadi, 1994, Metodologi Reseach Ii, (Yogyakarta: Fak. Psikologi UGM), 136

Page 31: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DESAIN MUTU …

31

sumber dokumen.47 Data dokumentasi ini digunakan untuk melengkapi data

yang diperoleh dari wawancara dan observasi. Salah satu cara yang

dilakukan adalah menela’ah rekaman dan dokumen. Selain itu metode

dokumentasi ini pula digunakan untuk mengetahui: Profil pondok pesantren

dan lembaga pendidikan formal unggulan yang meliputi: Sejarah berdirinya,

Visi, Misi dan Tujuan, Struktur organisasi dan deskripsi tugas Data tenaga

pendidik dan kependidikan, Kebijakan Program, dan aturan (Tata tertib

sekolah), Rencana strategis pondok pesantren dan Sekolah/madrasah,

Fasilitas-fasilitas pendukung.

5. Tekhnik Analisa Data

Moleong mengklasifikasikan tiga model analisis data dalam penelitian

kualitatif, yaitu (1) metode perbandingan konstan (constant comparative

method) seperti yang dikemukakan oleh Glaser & Strauss, (2) metode analisis

data menurut Spradley, dan

(3) metode analisis data menurut Miles & Huberman.48 Dalam penelitian ini,

metode yang digunakan adalah metode analisis data menurut Miles &

Huberman yaitu analisis model interaktif. Analisis data berlangsung secara

simultan yang dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data dengan

alur tahapan: pengumpulan data (data collection), reduksi data (data

reduction), penyajian data (data display) dan kesimpulan atau verifikasi

(conclution drawing & verifying).49

6. Pengecekan Keabsahan Data.

Dalam penelitian kualitatif, keabsahan data merupakan usaha untuk

meningkatkan derajat kepercayaan data.50 Untuk menjamin kesahihan dan

keabsahan data, maka peneliti berupaya menggunakan metode pengecekan

keabsahan temuan.Dalam penelitian ini, pemeriksaan keabsahan data

didasarkan pada kriteria-kriteria untuk menjamin kepercayaan data yang

diperoleh melalui penelitian.Terdapat empat kriteria untuk menjaga keabsahan

47 Winarno Surachmad, 1990, Dasar-Dasar Dan Teknik Research, (Jakarta: Tarsito), 132 48 Moleong, Metodologi Penelitian...., 15 49 Miles, M. B. dan Huberman Am, 1984, An Expenden Source Book, Qualitative Data Analysis, (London: sage publication), 20 50 Moleong, Metodologi Penelitian...., 107

Page 32: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DESAIN MUTU …

32

data menurut Nasution dan Moleong, sedangkan dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan dua kriteria, yaitu kredibilitas atau derajat kepercayaan,

dependibiltas atau kebergantungan.

Page 33: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DESAIN MUTU …

33

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. TEMUAN PENELITIAN

1. KARAKTERISTIK KURIKULUM DI MADRASAH UNGGULAN

BERBASIS PESANTREN

Kurikulum yang menjadi unggulan di madrasah ini ada lima,

program tahfidz, bahasa Arab dan bahasa Inggris (lugghotaini),

tartil al-Qur’an, membaca kitab kuning dan karakter atau akhlak.

Kurikulum ini sudah dimulai sejak tahun 2012 selain program

tahfidz, oleh karenanya sudah hampir 6 tahun ini program-

program tersebut sudah kita mulai dan hasilnya bisa dilihat.51

Kurikulum unggul di madrasah ini lebih ditekankan kepada

kejujuran siswa, bila tahap kejujuran ini terlaksana maka semua

program unggulan yang direncanakan menjadi berhasil atau

unggul tadi, jadi kami selaku pengelola madrasah memiliki rasa

tanggung jawab untuk menanamkan nilai-nilai jujur dalam

setiap program yang kami unggulkan.52

Lima program unggulan ini menjadi lima jaminan

kompetensi di madrasah ini, tapi secara latar belakang alasan

memilih lima program unggulan ini adalah karena merupakan

ciri khas pesantren seperti program dua bahasa dan membaca

kitab kuning, selanjutnya bahasa Inggris dan program tahfidz

dipilih karena merupakan tuntutan masyarakat saat ini,

sedangkan program tartil al-Qur’an menjadi landasan dasar

semua jaminan kompetensi tadi.53

Ditambahkan oleh Waka kesiswaan MTs al-Qodiri 1 Jember, bahwa latar

belakang munculnya ide program unggulan yang menjadi bagian kurikulum

madrasah ini adalah :

Adanya fenomena di masyarakat akan minimnya nilai-nilai

pesantren yang terlihat dan muncul dari para santri alumni

pondok pesantren, fenomena ini yang memberikan landasan

akan munculnya ide menerapkan kurikulum pesantren yang

51 Wawancara bersama Bapak Eko (Waka Kurikulum MTs Unggulan al-Qodiri 1 Jember), tanggal 20 Desember 2018 52 Wawancara bersama Waka Kesiswaan MTs Unggulan al-Qodiri 1 Jember, tanggal 06 Desember 2018 53 Wawancara bersama Bapak Eko (Waka Kurikulum MTs Unggulan al-Qodiri 1 Jember), tanggal 20 Desember 2018

Page 34: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DESAIN MUTU …

34

unggul dan dapat dilihat langsung oleh masyarakat hasilnya

(alumninya).54

Di madrasah ini integrasi antara kurikulum sekolah dan

kurikulum pesantren dilakukan, dalam prakteknya ya seperti full

day school itu. Dan untuk menerapkannya diperlukan

kedisplinan semuanya. Contohnya program-program tadi yang

lima bisa berjalan bila semua elemen di madrasah ini memiliki

sikap disiplin. Itu yang kami tanamkan sejak dini baik kepada

siswa maupun guru-guru.55

Masalah disiplin ini memang kami tekankan karena

merupakan bagian daripada unggul dalam konteks kurikulum

madrasah, sehingga bila ingin madrasah itu dikatakan unggul

maka madrasah harus disiplin, ini yang kami tanamkan kepada

semuanya untuk selalu disiplin dalam belajar maupun lainnya.

Konsekuensinya ialah anak mendapat perhatian dan pengawasan

yang full baik dari tingkat pendar sampai kepada waka.56

Untuk mengontrol mutu kurikulum di madrasah ini, kami

memiliki Kabag pendidikan, namun Kabag sudah memberikan

keleluasaan kepada kami sebagai pengelola madrasah untuk

menerapkan dan mengembangkan kurikulum yang sudah

direncanakan. Dan program unggulan ini di evaluasi seminggu

sekali dari pihak sekolah.57

2. FORMULASI PENGEMBANGAN KURIKULUM DI MADRASAH

UNGGULAN BERBASIS PESANTREN

Di madrasah ini ada dua bentuk laporan penilaian, ada rapot

seperti sekolah-sekolah lainnya, lalu ada lagi syahadah,

semacam sertifikat kelulusan program-program yang menjadi

unggulan di madrasah ini. syahadah ini menjadi karakter dan ciri

madrasah ini menjadi madrasah unggulan.58

54 Wawancara bersama Waka Kesiswaan MTs Unggulan al-Qodiri 1 Jember, tanggal 06 Desember 2018 55 Wawancara bersama Bapak Eko (Waka Kurikulum MTs Unggulan al-Qodiri 1 Jember), tanggal 20 Desember 2018 56 Wawancara bersama Waka Kesiswaan MTs Unggulan al-Qodiri 1 Jember, tanggal 06 Desember 2018 57 Wawancara bersama Bapak Eko (Waka Kurikulum MTs Unggulan al-Qodiri 1 Jember), tanggal 20 Desember 2018 58 Wawancara bersama Bapak Eko (Waka Kurikulum MTs Unggulan al-Qodiri 1 Jember), tanggal 20 Desember 2018

Page 35: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DESAIN MUTU …

35

Penilaian KKM di madrasah ini, alhamdulillah hampir 80%

siswa dapat mencapai nilai terbaik yaitu 95, hal ini dibuktikan

dengan hasil raport siswa. Sehingga evaluasi-evaluasi terus kami

lakukan agar semua siswa dapat mencapai nilai KKM terbaik.

Karena menurut kami tidak ada siswa bodoh itu.59 Di madrasah

ini juga memiliki penilaian pada aspek akhlak seperti buku di

gambar ini :

Gambar 4.1

Buku Saku Jujur

Di dalam buku saku jujur di atas memiliki lima aspek penilaian sebagai

berikut : penilaian kedisiplinan, penilaian ketertiban, penilaian keteraturan,

penilaian kemandirian dan penilaian kebersihan kesehatan.

Pembinaan pengelola madrasah terhadap peningkatan

kompetensi guru dalam menjalankan program unggulan, sejak

awal kami memberikan kesempatan kepada guru untuk

mengikuti pelatihan di Pare/kampung Inggris bagi guru bidang

bahasa Inggris, ada juga guru yang kami sekolahkan di waktu

liburan ke pondok pesantren Mambaul Falah Bondowoso, ada

juga guru kami yang belajar bahasa Arab di Pondok Pesantren

Dalwa Bangil, ada juga yang ke Yasinat dan Nurul Jadid.60

Khusus kedisiplinan kami melalukan studi banding ke

Pondok Pesantren Gontor Ponorogo, karena memang pondok

tersebut sudah memberikan bukti keberhasilan menjalankan

59 Wawancara bersama Waka Kesiswaan MTs Unggulan al-Qodiri 1 Jember, tanggal 06 Desember 2018 60 Wawancara bersama Bapak Eko (Waka Kurikulum MTs Unggulan al-Qodiri 1 Jember), tanggal 20 Desember 2018

Page 36: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DESAIN MUTU …

36

program kedisiplinan itu. Karena kita menyakini bahwa dengan

disipilin semua program dapat berjalan dengan baik.61

Di lain waktu kadang madrasah juga mendatangkan pemateri

dari dosen untuk memberikan wawasan terkait kompetensi yang

perlu dikembangkan oleh guru-guru di madrasah ini, hal ini

sering kita lakukan biasanya satu semester satu kali. Sehingga

momen liburan bisa dimanfaatkan oleh guru-guru untuk belajar

mengembangkan diri.62

3. STRATEGI PARTISIPASI STEAKHOLDER DALAM PENERAPAN

KURIKULUM DI MADRASAH UNGGULAN BERBASIS

PESANTREN

Kepala sekolah dalam hal ini bu Nyai ya memiliki peran yang

cukup besar, karena beliau lah yang membantu kita sebagai

pengelola untuk menyakinkan kepada pihak yayasan agar

program unggulan yang kita canangkan ini dapat diterapkan

dalam sistem integrasi antara kurikulum sekolah dengan

kurikulum pesantren atau diniyah, sehingga siswa tidak perlu

mengikuti kurikulum diniyah yang dilaksanakan oleh yayasan

pondok pesantren.63

Kepala sekolahlah yang mengusulkan kepada pimpinan

pesantren dalam hal ini pimpinan yayasan agar kurikulum

unggulan ini dapat diterima dan dilaksanakan di madrasah

Tsanawiyah, sehingga keikutsertaan kepala sekolah dalam hal

kebijakan ini menjadi penting bagi kami sebagai pengelola

menerapkan kurikulum unggulan dengan penuh tanggung jawab

karena mendapat banyak perhatian dari pihak pimpinan terutama

Kiai dan Nyai pesantern.64

B. PEMBAHASAN

61 Wawancara bersama Bapak Eko (Waka Kurikulum MTs Unggulan al-Qodiri 1 Jember), tanggal 20 Desember 2018 62 Wawancara bersama Waka Kesiswaan MTs Unggulan al-Qodiri 1 Jember, tanggal 06 Desember 2018 63 Wawancara bersama Bapak Eko (Waka Kurikulum MTs Unggulan al-Qodiri 1 Jember), tanggal 20 Desember 2018 64 Wawancara bersama Waka Kesiswaan MTs Unggulan al-Qodiri 1 Jember, tanggal 06 Desember 2018

Page 37: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DESAIN MUTU …

37

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim Soebahar, Modernisasi Pesantren, Studi Transformasi

Kepemimpinan Kiai dan Sistem Pendidikan Pesantren,

(Yogyakarta: LKIS, 2013)

Abdurrahman Wahid, 2001.Menggerakkan Tradisi; Esai-Esai Pesantren,

(Yogyakarta: LKIS)

Arifin, Imron, 2008. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengelola Sekolah

Berprestasi, (Yogyakarta: Aditya Media)

Arikunto, Suharsimi, 2000. Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta).

Azizy, A. Qodri dkk, 2003. Pondok Pesantren dan Madrasah

Diniyah: Pertumbuhan dan Perkembangan, Jakarta:

Departemen Agama

Azyumardi Azra, 1999. Konteks Berteologi di Indonesia, Pengalaman Islam

(Jakarta: Paramadina)

Bafadal, 2006. Ibrahim ”Manajemen peningkatan mutu sekolah dasar sentralisasi

menuju desentralisasi (Jakarta, PT Bumi Aksara)

Departemen Penddikan Nasional, 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis

Sekolah. Jakarta: Dirjen DIKDASMEN

Dwi Ningsih, Rahayu, Efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah Pada Sekolah

Menengah Atas Negeri 1 Tebing Tinggi Kabupaten Kepulauan

Meranti, Jurnal, Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip

Universitas Riau, 2012:3

Hilda Taba, 1872. Curriculum Development Theory and

Practice, (New York: Harcourt, Brace and World)

Hoover, Kenneth H. (1982). The Professional Teacher‟s Handbook dalam Nana

Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, (Bandung:

PT Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 150-151

Idi, Abdullah, 2007, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Yogjakarta:

Ar-Ruzz Media

Lampiran Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor: 609B Tahun 2012

Tentang Rintisan Madrasah Unggulan, Petunjuk Teknis

Penyelenggaraan Rintisan Madrasah Unggulan.

Lexy.J.Meleong, 1992. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Pt. Remaja

Rosda Karya)

M. Patton, Qualitative Evaluation Methods, (Beverly Hill: Sage Publications,

1987) Marno, Islam : By Management and Leardership, (Jakarta

: Lintas Pustaka, 2007) Miles, M. B. dan Huberman Am,

1984.An Expenden Source Book, Qualitative Data Analysis,

(london: sage publication).

Page 38: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DESAIN MUTU …

38

Moedjiarto, 2002. Sekolah Unggul(Surabaya: Duta Graha Pustaka)

Moh. Mahfud MD, 2012. Gus Dur, Islam, Politik dan Demokrasi, (Yogyakarta:

LKIS).

Moleong, Lexy J., 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja

Rosdakarya)

Muhaimin, 2005. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (upaya

mengefektifan pendidikan agama Islam disekolah). (Bandung,

PT. Rosdakarya)

M. Sukardjo dan Ukim Kamaruddin, 2009. Landasan Kependidikan, Konsep dan

Aplikasinya (Jakarta: Rajawali Pers)

Nana Syaodih Sukmadinata, 2002. Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya)

Nasution, S, 1993, Pengembangan Kurikulum. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar

Nasional Pendidikan.

Sallis, Edward, 1993.Total Quality Management in Education, (London: Kogan

Page Limited.)

Sinergi, 1998. Jurnal Populer Sumber Daya Manusia, Volume 1, No. 1 Januari-

Maret.

Slamet, Margono, 1994. Manajemen Mutu Terpadu Dan Perguruan Tinggi

Bermutu. Proyek Heds Departemen Pendidikan Dan

Kebudayaan

Sukardi, 2005.Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi Dan Praktiknya,

(Jakarta:

Bumi Aksara) Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor 129a/u/2004 Tentang

Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan. Sutrisno Hadi, 1994. Metodologi Reseach, (Yogyakarta: Fak. Psikologi Ugm) Subandijah, 1993. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: Raja Grafindo

Persada Suwendi, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2004) Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta UUD Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sikdiknas.(Bandung. Penebit Citra Umbara).

Page 39: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DESAIN MUTU …

39

Oemar Hamalik, 2008. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung:

Remaja Rosdakarya) Winarno Surachmad, 1990. Dasar-Dasar Dan Teknik Research, (Jakarta: Tarsito) Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008)

Zamakhsyari Dhofier, 2009,Tradisi Pesantren; Memadu Modernitas untuk

Kemajuan Bangsa, (Yogyakarta: Pesantren Nawesea Press).

Zamakhsyari Dhofier, 2011. Tradisi Pesantren; Studi Pandangan Hidup Kyai dan

Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia, (edisi revisi)

(Jakarta: LP3ES).