Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Laporan Kepala Balai
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku, merupakan salah satu Unit
Pelaksana Tekinis (UPT) lingkup badan litbang pertanian yang ada di Provinsi, yang
menyelenggarakan kegiatan pengkajian, penelitian dan diseminasi pada dua belas gugus pulau
dengan berbagai komoditas spesifik lokasi. Kegiatan pengkajian, penelitian dan diseminasi
dituntut untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat melalui Inovasi
teknologi. Oleh karena itu program pengkajian, penelitian dan diseminasi di BPTP Maluku harus
berorientasi pada komoditas spesifik lokasi dan program-program yang terkait dengan kegiatan
strategis mendukung empat target sukses Kementerian Pertanian selama 5 tahun (2010-2014).
Keberhasilan dan kekurangan dari setiap kegiatan yang ditampilkan dalam laporan akhir
tahunan ini merupakan evaluasi yang diharapkan mempunyai muara terhadap kemajuan ilmu
dan pengetahuan teknologi pertanian khususnya di wilayah Provinsi Maluku.
Demikian laporan tahunan ini disampaikan, semoga dapat digunakan sebagai tolak ukur
kinerja BPTP Maluku dan untuk melakukan perencanaan program di masa mendatang yang
dapat bermanfaat bagi masyarakat.
Kepala Balai,
Ir. Demas Wamaer, MP
NIP. 19630519 199603 1 001
Daftar Isi
Laporan Kepala Balai
Daftar Isi
Pendahuluan..................................................................................................................................... 1
Latar Belakang .................................................................................................................................. 1
1. Kegiatan Kerjasama Dalam Negeri .......................................................................................... 4
2. Program dan Anggaran ........................................................................................................... 7
Reformasi Birokrasi ................................................................................................................................ 11
Ringkasan Kegiatan In House .......................................................................................................... 13
Kajian Peningkatan Produktivitas Ternak Kambing di Maluku ............................................................... 14
Kajian Perbaiakan uasaha tani perkebuanan Pala (Myristica SPP) rakyat di Maluku, Pengendalian
Hama Penyakit utama Tanaman Pala .................................................................................................... 17
Kajian Teknologi penyulingan Minyak Atsiri Pala (Myristica Fragrans Houtt) ....................................... 26
Kajian perbaikan pemeliharaan Itik Petelur pada petani lahan sawah di Maluku ................................ 28
Pewilayahan komoditas pertanian berdasarkan Zona Agroekologi, skala 1:50.000 di Kabupaten
Maluku Tengah ………………………......................................................................................................... ... 35
Ringkasan Kegiatan Desiminasi Inovasi Teknologi Pertanian .......................................................... 37
Siaran Tv Lokal ................................................................................................................. ...................... 38
Peningkatan efektivitas komunikasi guna perderasan adopsi inovasi teknologi pertanian................... 43
Kegiatan Pameran Inovasi Teknologi Pertanian .................................................................................... 53
MOU Kerjasama...................................................................................................................................... 57
Ringkasan Kegiatan Pendampingan dan Strategi Nasional .............................................................. 59
Pendampingan SL-PTT Padi sawah di Kabupaten Seram Bagian Timur ................................................. 60
Pendampingan SL-PTT Kedelai di Kabupaten Maluku Tengah ............................................................... 62
Pelaksana Gugus Tugas Kalender Tanam (KATAM) terpadu di Provinsi Maluku ................................... 65
Model Pengembangan Pertanian Pedesaan Melalui Inovasi (m-P3MI) di Maluku ................................ 67
Unit Pengelola Benih Sumber ................................................................................................................ 68
Website .................................................................................................................................................. 72
Perpustakaan Digital .............................................................................................................................. 75
Pendampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari di Maluku .................................................................. 77
1
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku merupakan UPT Pusat
yang berada di daerah memiliki tugas pokok melaksanakan pengkajian, perakitan
dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi, sedangkan tugas
dan fungsi (TUSI), didukung oleh Kelompok Fungsional meliputi Kelompok
Pengkaji/Kelji (Peneliti, Penyuluh maupun kelompok fungsional lainnya seperti
Litkayasa), Pustakawan, Arsiparis dan Pranata Komputer. Sesuai peraturan Menteri
Pertanian No. 16/Permentan/OT.140/3/2006 tanggal 1 Maret 2006 menjelaskan
bahwa Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat dibidang Penelitian dan Pengembangan
Pertanian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan
Litbang Pertanian, dan dalam pelaksanan tugas sehari-hari dikoordinasikan dengan
Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.
Visi BPTP Maluku adalah Menjadikan Institusi Pertanian yang Menghasilkan
dan mendistribusikan Teknologi Spesifik Lokasi untuk Mewujudkan Pertanian Maju
dan Berkelanjutan di Dua Belas Gugus Pulau di Maluku” dengan Motto
“Manggurebe Maju Membangun Pertanian Kepualaun Berbasis Inovasi ”. Untuk
mencapai hal tersebut, maka Misi BPTP Maluku adalah (a) Menghasilkan,
mengembangkan dan mendiseminasikan inovasi pertanian spesifik lokasi di dua
belas gugus pulau sesuai kebutuhan pengguna, (b) Mengembangkan jejaring
kerjasama dengan Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi, Lembaga Swadaya
Masyarakat, Swasta dan Petani dalam rangka pendayagunaan hasil pengkajian dan
pengembangan inovasi pertanian, (c) Mengembangkan kapasitas Balai dalam
rangka meningkatkan kemampuan pelayanan yang professional dan mandiri kepada
stakeholder serta peningkatan kinerja balai.
Untuk menciptakan manusia aparatur yang memiliki kompetensi diperlukan
mutu Profesionalisme, sikap pengabdian dan pengembangan PNS melalui
pendidikan dan pelatihan maupun non pendidikan dan pelatihan. Pada bidang
keuangan belum dilakukan secara optimal, sehingga perlu dilaksanakan secara
efektif, efisien, terukur dan akuntabel, selain itu pengelolaan sarana dan prasarana
2
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
telah dilakukan perawatan dan pemeliharaan namun belum optimal dan
pengadministrasiannya pun belum dilakukan secara tertib sebingga diperlukan
ketersediaan anggaran yang cukup untuk pengelolaan ketiga aspek kegiatan
tersebut.
Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, BPTP
Maluku memiliki sumberdaya manusia sebanyak 91 orang pegawai negeri Sipil
ditambah tenaga kontrak berjumlah 20 orang. BPTP Maluku secara keseluruhan
memiliki tanah seluas 419.973 M2, yang tersebar di tiga lokasi yakni perkantoran
dan perumahan di Rumah Tiga 8.873 M2, Lab. Diseminasi Waiheru 10.500 M2, KP
Makariki 307.000 M2. Selain tanah, sarana dan prasarana lain yang dimiliki BPTP
Maluku adalah bangunan gedung (bangunan laboratorium) seluas 748 M2, rumah
dinas 57 unit (sebahagian rusak berat), mess 2 unit, serta kendaraan roda 4 dan
roda 2 masing-masing 5 unit dan 3 unit.
Untuk menunjang jalannya organisasi maka perlu adanya Rencana Kegiatan
Tim Manajemen, yang meliputi aspek manajemen sumber daya manusia,
manajemen keuangan, manajemen fasilitas/ Barang Milik negara (BMN) dan
manajemen Kerumah Tanggaan, sehingga diharapkan tercapainya sasaran yang
sesuai dengan mandat dan fungsi dari BPTP Maluku.
Sumber anggaran Balai berasal dari DIPA yang dialokasikan untuk belanja
pegawai, belanja barang dan belanja modal. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.
berikut ini.
Tabel 1. Anggaran BPTP Maluku selama 3 tahun periode TA 2011-2014
No Jenis Belanja Tahun Anggaran ( x Rp.000)
2011 2012 2013 2014
1 Belanja Pegawai 4.673.684 5.269.300 5.870.865 5.842.702
2 Belanja Barang
Operasional 2.888.796 854.851 5.680.734 1.051.034
3 Belanja Barang non
Operasional - - - 4.205.250
4 Belanja Modal 201.300 333.446 7.275.700 562.880
Jumlah 7.763.780 10.775.027 18.827.299 11.661.869
3
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
Kasie Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian (KSPP) pada BPTP Maluku
mempunyai tugas :
Merencanakan kegiatan diseminasi (RDHP/RODHP/RAB),
Melakukan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi tepat guna
spesifik lokasi,
Mempersiapkan dan mengkoordinasikan kegiatan diseminasi di tingkat
lapangan,
Melaksanakan diseminasi hasil penelitian dan pengkajian melalui model
peragaan berupa gelar teknologi, demplot, visitor plot/display dan
ekpose/pameran,
Melaksanakan diseminasi hasil penelitian dan pengkajian melalui model
pengembangan media informasi (cetak/elektronik) berupa leaflet/liptan,
brosur, buku, poster, baliho, audio visual (CD/DVD/film), paket siaran
radio/televisi, publikasi media massa dan website,
Aktif dalam penyusunan Programa Penyuluhan pertanian tingkat provinsi,
Merencanakan sumberdaya penyuluh dan materi ajar untuk keperluan
sebagai narasumber teknologi pertanian spesifik lokasi dan kelembagaan
pendukung agribisnis dalam kegiatan pelatihan, workshop dan studi banding
yang diselenggarakan oleh BPP dan Dinas terkait,
Melaksanakan diseminasi hasil penelitian dan pengkajian melalui model
pertemuan tatap muka berupa temu informasi, temu aplikasi paket teknologi,
temu lapang dan temu usaha.
Dalam rangka peningkatan kapasitas penelitian, maka BPTP berupaya untuk
menjalin kerjsama dengan pihak mitra baik dalam maupun luar negeri. Kerjasama
diperlukan dalam upaya menumbuhkembangkan jaringan penelitian guna
peningkatan kemampuan pemanfaatan serta penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Kegiatan kerjasama ini diharapkan dapat saling memanfaatkan potensi
yang dimiliki dalam upaya peningkatan efektivitas dan efisiensi penelitian.
4
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
1. Kegiatan Kerjasama Dalam Negeri
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku, merupakan kepanjangan
tangan dari Badan Litbang Pertanian pusat sesuai peraturan Menteri Pertanian No.
16/Permentan/OT.140/3/2006. Oleh karenanya Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Maluku merupakan UPT Pusat yang berada di daerah memiliki tugas pokok
melaksanakan pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat
guna spesifik lokasi. yang berada disetiap provinsi di Indonesia. Sebagai lembaga
penghasil inovasi teknologi dan kelembagaan yang memiliki peranan penting dalam
pembangunan pertanian, BPTP Maluku dituntut untuk dapat mengembangkan
potensi yang dimiliki melalui pengembangan jejaring kerja sama dengan pemangku
kepentingan (stakeholders).
Kerja sama BPTP Maluku mencakup kerjasama dalam negeri (KDN). Kerja
sama dalam negeri merupakan kerja sama dengan institusi nasional. Peraturan
pemerintah yang mengatur tentang kerja sama diatur dalam Permentan no
06/Permentan/OT.140/2/2012 dan permentas no : 99/permentan/OT.140/10/2013.
Prinsip dasar dalam melaksanakan kerja sama penelitian dan pengembangan antara
lain :
1. Saling membutuhkan, saling mengisi, saling melengkapi, dan saling
memperkuat;
2. Menghindari tumpang tindih kegiatan dan pendanaan;
3. Asas kesetaraan, keadilan dan kebersamaan;
4. Memperhatikan etika profesionalisme dan asas saling membantu dan
mendukung.
BPTP Maluku melalui Badan litbang Pertanian melakukan kegiatan kerja sama
dengan instansi terkait (stakeholder) di Provinsi Maluku sejak tahun 2013.
Penandatanganan Nota kesepahaman Kerjasama (MoU) dilakukan dengan Pimpinan
daerah Kabupaten/Kota yakni Bupati Kabupaten Maluku Tengah, Bupati kabupaten
Seram Bagian Timur, Bupati Kabupaten Seram Bagian Barat, Bupati Kabupaten Buru
dan bapak Wali Kota Ambon. Sementara dengan Bapak Gubernur Maluku tertunda
pelaksanaannya karena, posisi beliau pada saat itu sedang menunggu pergantian
5
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
dengan Gubernur yang baru. Penandatangan Nota kesepahaman antar Bupati/wali
kota dilaksanakan saat pelaksanaan seminar internasional rempah pada tanggal 19
Agustus 2013.
Sementara dalam pelaksanaannya dalam bentuk program aksi (action plane)
dilakukan antara kepala dinas pertanian dari masing-masing kabupaten/kota.
Pelaksanaan penandatangan nota kesepahaman dalam bentuk program aksi
dilakukan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku, tanggal 2 Mei
2014. Pada Tabel 2 dan 3. berikut ini, diperlihatkan kegiatan kerjasama antara
Badan Litbang Pertanian dengan pemerintah daerah prov. Maluku dan
Kabupaten/Kota di Maluku tahun 2013-2014.
Tabel 2. Nota Kesepahaman antara Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian dengan Kabupaten/Kota di Maluku Tahun 2013.
Nomor Tahun Mitra
Kerjasama Judul Kerjasama
Tanggal Ditanda tangani
Tanggal/ Tahun Selesai
OUTPUT
No.: 520//04/NK/2013 No.: 1820/OT.120/I.12/8/ 2013
2013 Kabupaten Maluku Tengah
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi Mendukung Program Strategis Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah
19-8-2013 19-Agst-
2016
1). Tersedia satu dokumen MoU kerjasama dengan Kabupaten Maluku Tengah. 2). Pengembangan teknologi pertanian spesifik lokasi. 3). Keterlibatan Peneliti dan Penyuluh dalam kegiatan pengkajian dan penyuluhan
No: 27/BHO-SETDA/IV/2014 No: 1789/OT.120/I.12/8/ 2014
2013 Kabupateni Seram Bagian Barat
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi Mendukung Program Strategis Pemerintah Kabupaten Seram Bagian Barat
19 Agst '13 31-Dec-16
1). Tersedia satu dokumen MoU kerjasama dengan Kabupaten terkait. 2). Pengembangan teknologi pertanian spesifik lokasi. 3). Keterlibatan Peneliti dan Penyuluh dalam kegiatan pengkajian dan penyuluhan
No.: 521/07/2013 No.: 1823/OT.120/I.12/8/ 2013
2013 Kabupaten Buru
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi Mendukung Program Strategis Pemerintah Kabupaten Buru
19 Agst '13 31-Dec-16
1). Tersedia satu dokumen MoU kerjasama dengan Kabupaten terkait. 2). Pengembangan teknologi pertanian spesifik lokasi. 3). Keterlibatan Peneliti dan Penyuluh dalam kegiatan pengkajian dan penyuluhan
6
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
Tabel 3. Rencana Aksi Nota Kesepahaman antara Badan Litbang
Pertanian, Kementerian Pertanian dengan Kepala Dinas Pertanian se Maluku Tahun 2014.
Nomor Tahun Mitra Kerjasama Judul Kerjasama Tanggal Ditanda tangani
Tanggal/ Tahun Selesai
Output
No. : 520/47/2014 No.: 150/OT.130/I.12.27/ 2014
2014 Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Seram Bagian Barat
Pendampingan Penerapan Teknologi Produksi Padi Sawah melalui Kegiatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) di Kabupaten Seram Bagian Barat.
2-5-2014 2-5-2015 1). Satu Buah dokumen MoU Rintisan (Action Plane) antara BPTP Maluku dengan Dinas Pertanian Kabupaten Setempat. 2). Terjalin hubungan yang lebih erat antara Dinas Pertanian dan BPTP Maluku dalam berbagai kegiatan. 3). Keterlibatan peneliti dan penyuluh dalam berbagai kegiatan diantara Para PIHAK
No.: 520/60/4/2014 No.: 150/OT.130/I.12.27/ 2014
2014 Dinas Pertanian Kab. Seram Bagian Timur
Pendampingan Penerapan Teknologi Produksi Padi Sawah melalui Kegiatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) di Kabupaten Seram Bagian Timur.
2-5-2014 2-5-2015 1) Terlaksana satu buah dokumen MoU Rintisan (action plane) yang ditandatangani oleh BPTP Maluku dengan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten setempat. 2). Koordinasi dan hubungan kerja semakin kuat terlihat dengan banyaknya kegiatan yang dikerjasamakan
No.: 820.12/113/2014 No.: 150/OT.130/I.12. 27/2014
2014 Dinas Pertanian Kota Ambon
Pendampingan Penerapan Teknologi Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di Kota Ambon.
2-5-2014 2-5-2015 1) Terbentuk satu buah dokumen Nota Kesepahaman action plane yang ditandatangani oleh BPTP Maluku dengan Kepala Dinas Pertanian Kota Ambon. 2). Koordinasi dan hubungan kerja semakin kuat terlihat dengan banyaknya kegiatan yang dikerjasamakan. 3) Keterlibatan peneliti dan penyuluh dalam segala kegiatan yang dikerjasamakan.
7
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
No.: 521/165/IV/2014 No.: 150/OT.130/I.12.27/ 2014
2014 Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Buru
Pendampingan Penerapan Teknologi Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) dan Pnerapan Kalender Tanam (Katam) di Kabupaten Buru.
2-5-2014 2-5-2015 1) Terbentuk satu buah dokumen Nota Kesepahaman action plane yang ditandatangani oleh BPTP Maluku dengan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buru. 2). Koordinasi dan hubungan kerja semakin kuat terlihat dengan banyaknya kegiatan yang dikerjasamakan. 3) Keterlibatan peneliti dan penyuluh dalam segala kegiatan yang dikerjasamakan.
No : 520/111/2014 No : 150/OT.130/I.12.27/ 2014
2014 Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Maluku Tengah
Pendampingan Penerapan Teknologi Produksi Padi Sawah, Jagung dan Kedelai melalui kegiatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) di kab. Maluku Tengah.
2-5-2014 2-5-2015 1) Terbentuk satu buah dokumen MoU Rintisan (action plane) yang ditandatangani oleh BPTP Maluku dengan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten setempat. 2). Koordinasi dan hubungan kerja semakin erat terlihat dengan banyaknya kegiatan yang dikerjasamakan
2. Program dan Anggaran
Pada bagian program dan anggaran di BPTP Maluku mempunyai tugas :
o Membantu kepala Balai dalam menyusun landasan, arah dan prioritas
program pengkajian sesuai dengan mandat Balai, serta menselaraskannya
dengan program nasional/pusat.
o Menselaraskan Keterkaitan antar Balai di lingkup Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian dan antar Sub Program di tingkat BPTP Maluku.
o Mengalokasikan dan menetapkan kebutuhan dana Program Penelitian,
Alokasi biaya, Matriks Program Tahunan, Rencana Desiminasi Hasil Pengkaji
(RDHP) untuk kegiatan tahun 2013 dan Rencana Kinerja Tingkat
Manajemen (RKTM) dan Rencana Operasional Kegiatan Tingkat Manajemen
(ROKTM) yang diusulkan
8
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
o Melakukan evaluasi dan monitoring pelaksanaan dan serta pembuatan
laporan program penelitian
o Menyiapkan bahan laporan bulanan Semester I dan II.
o Menetapkan urutan prioritas Rencana Diseminasi Hasil Pengkaji (RDHP)
sesuai dengan isu dan program penelitian tingkat nasional dan kebutuhan
daerah setelah konsultasi dengan Kepala Balai
o Menetapkan sebaran kegiatan dan alokasi dana menurut skala prioritas,
ketersediaan dana, pemerataan dan kemampuan tenaga dan sarana
masing-masing Sub-Program dan/atau Kelti
o Mengalokasikan anggaran pada masing-masing kegiatan yang diselaraskan
dengan anggaran yang tersedia.
Tahun Anggaran 2014 merupakan tahun ke 5 (lima)/terakhir perjalanan
rencana strategis BPTP Maluku. Dalam melaksanakan kegiatan yang bersifat spesifik
lokasi ada sebanyak 2 (dua) RPTP, terdiri dari : kajian peningkatan produktivitas itik
pedaging, dan Kajian perbaikan usaha tani perkebunan pala rakyat di Maluku (PHT
dan Pasca panen), 1 (satu) RPTP rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian ,
pemetaan AEZ skala 1:50.000 dan Pengembangan Sumber Daya Genetik (SDG). 8
RDHP untuk teknologi yang terdiseminasikan ke pengguna, serta kegiatan
pendampingan dan program strategis 2 RDHP serta produksi benih 1 RDHP.
Kegiatan pengkajian, diseminasi dan manajemen ini didanai oleh APBN sesuai yang
tertera dalam Tabel 4. berikut ini.
Tabel 4. Alokasi anggaran berdasarkan kegiatan dalam TA. 2014
No Uraian Kegiatan Pagu DIPA
(000)
11,661,869
I. Belanja Mengikat 6,893,739
1801.994.001 Belanja Pegawai (Pembayaran Gaji dan Tunjangan) 5,842,705
1801.994.002 Penyelenggaraan Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran 1,051,034
II. Belanja Tidak Megikat 4,205,250
1801.003 laporan Pengelolaaan Satker 1,066,436
1801.003.001 Manajemen 1,066,436
1801.003.001.011 Pengelolaan Manjemen Satker 714,462
9
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
1801.003.001.012 Penyusunan Rencana keiatan dan Anggaran 167,962
1801.003.001.013 Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan 74,240
1801.003.001.014 SPI/WBK 14,600
1801.003.001.015 Pengelolaan Website dan Kepustakaan 58,500
1801.003.001.016 Operasional dan Pemeliharaan Laboratorium 7,522
1801.003.001.017 Pemeliharaan Akreditasi Manajemen 29,150
1801.008 Laporan Kerjasama,Pengkajian, Pengembangan dan Pemanfaatan Hasil
Litbang
36,680
018 Rintisan Kerjasama dan MoU 36,680
1901.01 Laporan Koordinasi dan Sinkronisasi Kegiatan Satker 106,144
019 Koordinasi dan Sinkronisasi Kegiatan Satker 106,144
1801.013 Teknologi Spesifik Lokasi 773,361
1801.013.001 Kegiatan Pengkajian dan Perekayasaan 773,361
020.A Efektivitas Multi Nutrisi Mineral Organik Sebagai Suplemen pakan dan
Antihelmintik Untuk Meningkatkan Produktibitas Kambing
82,623
021.A Pengendalian Hama Penyakit Utama Penggerek Batang dan Penyakit
Kanker Batang Pada Pala dan Pengelolaan Pasca Panen Untuk
Mengurangi Kandungan Alfatoksin Pada Biji Pala
82,840
021.B Teknologi Penyulingan Minyak Atsiri Dari Biji pala, Buah Pala Muda,
Daging Buah Pala, Fuli dan Daun Pala dari beberapa Varietas di Provinsi
Maluku
76,432
022.A Pemetaan farming System Zona (1:50.000) di Kabupaten Maluku Tengah 73,920
023 Pengembangan Sumberdaya Genetik 176,330
024.A Kajian Perbaikan Pola Pemeliharaan Itik Lokal Pada Lahan Sawah di
Maluku (Lanjutan)
135,000
025 Model Akselerasi Percepatan Pertanian Ramah Lingkungan Lestari (M-
AP2RL)
146,216
1801.015 Rekomendasi kebijakan Pembangunan Pertanian 68,712
025 Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian 68,712
1801.016 Penelolaan instalasi Pengkajian 48,920
026 Pengelolaan Kebun Percobaan Makariki 48,920
1801.018 Teknologi Yang Terdesiminasi ke Pengguna 455,974
1801.018.001 Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian dan peningkatan Komunikasi
Inovasi Teknologi Penyuluh
455,974
10
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
027 Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian 455,974
027.A Pameran/Penas/Open House 94,914
027.B Media Cetak 44,000
027.C Siaran Radio/TV Lokal 75,000
027.D Peningkatan Komunikasi dan Koordinasi Akselerasi Inovasi Teknologi
Pertanian
242,060
1801.019 laporan Pelaksanaan Kegiatan Pendampingan Inovasi dan Program
Strategis Nasional
1,273,791
1801.019.001 Program strategis 1,273,791
028.A Implementasi Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui
Inovasi (MP3_MI)
147,520
029.A Pendampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari 334,170
029.B Kebun Bibit Inti 50,000
029.C Kebun Bibit desa 160,000
030.A Pendampingan PTT Padi Sawah di 2 Kabupaten 214,484
030.B Pendapingan PTT Jagung di 1 Kabupaten 96,228
030.C Pendampingan PTT Kedelai 82,325
031.A Gugus Tugas Katam Terpadu 73,304
032 Koordinasi Pendampingan PUAP 115,760
1801.025 Produksi Benih 375,232
1801.025.001 Produksi Benih Sumber 375,232
034 Mendukung Diversifikasi Pangan 375,232
III. Belanja Modal 562,880
1801.024 Pengadaan Buku 30,000
1801.024.001.033 Penambahan Buku Koleksi Perpustakaan 30,000
1901.997 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 532,880
035.A Pengadaan Peralatan 91,880
035.B Pengadaan peralatan BPTP Maluku (Poka) 180,000
036.A Pengadaan Meubelair Rumah jabatan Kepala Balai 52,500
036.B Pengadaan meubelair Guest House 64,500
037 Pengadaan Sarana Perlengkapan Gedung 144,000
11
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
A. Reformasi Birokrasi
1. Peningkatan kapasitas Kelembagaan
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih, BPTP
Maluku berkewajiban melaksanakan kebijakan reformasi birokrasi yang telah
diimplementasi secara nasional baik dilembaga-lembaga pemerintah maupun
institusi pemerintah secara berkelanjutan.
Untuk mendukung reformasi birokrasi tersebut BPTP Maluku wajib
menerapkan ISO 9001:2008. Sesuai dengan semangat reformasi dan perubahan
birokrasi, BPTP Maluku dituntut untuk memiliki standard performance sesuai
standard mutu dalam pelayanan terhadap masyrakat/public dan mempunyai
konsistensi dan komitmen terhadap mutu manajemen serta melaksanakan tugas
dan fungsi organisasi dengaan baik.
Reformasi birokrasi menuntut adanya perubahan kultur dalam bekerja. Salah
satunya berupa disiplin kehadiran dengan mantaati jam kerja. Untuk mendukung hal
tersebut, BPTP Maluku telah menerapkan system absensi elektronik untuk
meningkatkan disiplin kerja bagi para pegawai. Hasil absensi tersebut secara berkala
dilaporkan secara berjenjang ke BBP2TP, Badan Litbang pertanian dan Kementrian
pertanian. Selain peningkatan disiplin pegawai, diharapkan setiap aparatur Negara
(PNS) dapat memiliki sikap, tindakan dan perilaku yang dapat menginisiasi
terciptanya budaya kerja yang efisien, hemat, disiplin tinggi, dan anti KKN sesuai
dengan Peraturan Menteri Pertanian no 06/permentan/OT.140/1/2010 tanggal 22
januari 2010.
2. Kondisi dan Kompetensi SDM
Sumberdaya manusia sebagai salah satu input dalam indicator kinerja yang
dimiliki BPTP Maluku memegang peranan penting dan strategis dalam mendukung
kinerja BPTP Maluku menunju institusi yang akuntabel. Keberhasilan pengembangan
SDM pada akhirnya akan meningkatkan kinerja pelaksanaan pengkajian dan
diseminasi, serta manajemen institusi.
Keragaan SDM berdasarkan pendidikan, fungsional dan jabatan sebagai
berikut :
12
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
Keragaan SDM BPTP Maluku berdasarkan fungsional dan jabatannya adalah
sebagai berikut : presentase terbesar dari pegawai BPTP Maluku masih didominasi
oleh fungsional umum/pegawai penunjang sejumlah 68,5% yang meliputi tenaga
administrasi, tenaga ketatausahaan, tenaga keuangan, dan jabatan non fungsional
lainnya. Sedangkan jabatan fungsional peneliti 16,9%, fungsional penyuluh 9%,
sementara fungsional pustakawan 1%.
Dari keragaan jabatan fungsional dimaksud, diharapkan para pejabat
fungsional dapat mengoptimalkan peran dan tupoksi jabatannya masing-masing
dalam mendukung visi, misi dan kinerja BPTP Maluku dalam mencapai tujuan
organisasinya.
Rekapitulasi PNS menurut Gologan/Ruang
13
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
INGKASAN
Kegiatan
In-House
R
14
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
ajian Peningkatan Produktivitas Ternak Kambing di
Maluku Penanggung jawab kegiatan: Dr. Procula R. Matitaputty, SPt.,MSi
Kambing merupakan ternak ruminansia kecil dengan populasi sebanyak
265.163 ekor (BPS, 2013). Pola pemeliharaan peternak kambing di Maluku masih
sangat ekstensif dengan cara melepas ternaknya begitu saja di padang
penggembalaan alam tanpa memberikan pakan tambahan. Efek negatif dari pola
pemeliharaan yang sangat tergantung pada rumput alam di padang penggembalaan
adalah kecukupan nutrisi yang kurang, terutama mineral dan protein, serta infeksi
parasit cacing yang tinggi pada ternak.
Kandungan mineral pada hijauan sangat tergantung pada kandungan mineral
tanah. Sehingga apaibila tanah kekurangan mineral akan berpengaruh pada
kandungan mineral hijauan yang dionsumsi oleh ternak. Hal ini menyebabkan ternak
bisa mengalami defisiensi mineral. Defisiensi mineral dapat menyebabkan ternak
mengalami penurunan bobot badan, penurunan daya produksi dan reproduksi serta
terjadi retensi plasenta, anak yang lahir menjadi lemah dan angka kematian anak
yang tinggi (Darmono (2007). Rumput laut dapat dijadikan alternatif untuk
pensuplai mineral untuk ternak.
Selain mineral, protein merupakan zat gizi penting yang sangat dibutuhkan
oleh ternak kambing untuk pertumbuhan. Tanaman kelor merupakan tanaman
legum yang mengandung protein tinggi sehingga bisa mensuplai kebutuhan protein
bagi ternak kambing. Selain itu tanaman kelor juga mengandung senyawa alkaloid
yang berfungsi sebagai anti cacing (anthelminthik). Menurut beberapa peneliti
tanaman kelor mengandung protein sekitar 28.25% (Zakaria et, al. 2012) dan
mengandung senyawa athelmintik yang berfungsi sebagai pencegah cacing
(Khodijhah. 2010) ). Tanaman kelor yang diberikan dalam bentuk suplemen dapat
meningkatkan bobot badan kambing 107 g/e/hari (Marhaniyanto, 2012).
Perpaduan antara rumput laut sebagai sumber mineral organik dan kelor
sebagai sumber protein dan antelmintik dalam bentuk suplemen diharapkan dapat
mengatasi kekuranan mineral. Protein dan infeksi cacing sehingga bisa
K
15
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
meningkatkan produktivitas ternak kambing. Penelitian ini bertujuan untuk
Menghasilkan produk suplemen herbal multi nutrisi mineral organik (HMNMO) dan
mengetahui efektivitas herbal multinutrisi mineral organic terhadap pertambahan
bobot badan ternak kambing.
HNMNMO dibuat ada 2 terdiri dari HMNMO-I (sumber mineral berasal dari
top mix) dan HMNMO-II (sumber mineral rumput laut). Bahan penyususn HMNMO
adalah kelor, dedak, tapioka, semen, garam, gula aren dan sumber mineral: rumput
laut/top mix. Pengujian efektifitas HMNMO dilakukan secara in vitro dan in vivo.
Pengujian in vitro menggunakan Rancangan Acak lengkap dengan perlakuan
terdiri dari: 1). 100% hijuan (kontrol), 2). 25% HMNMO-I, 3). 50% HMNMO-I, 4)
25% HMNMO-II dan 50% HMNMO-II. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali.
Parameter yang diamati adalah kecernaan bahan kering (KCBK), kecernaan bahan
organik (KCBO) dan konsentrasi NH3. Data dianalisis menggunakan analisis sisik
ragam (ANOVA) dan jika terjadi perbedaan nyata dilanjutkan dengan uji beda nyata
terkecil..
Pengujian in vivo menggunakan 8 ekor ternak kambing unsex. perlakuan
terdiri dari pemberian HMNMO-II (yang mengandung rumput laut) pada 4 ekor
kambing dan pola petani juga menggunakan 4 ekor kambing. Parameter yang
diamati adalah : konsumsi BK, pertambahan bobot badan, Kecernaan bahan kering,
kecernaan protein kasar, kecernaan serat kasar dan kecernan abu, dan kecernaan
bahan organik. analisis data menggunakan uji T.
Hasil analisa proksimat HMNMO-I dan HMNMO-II untuk kandungan protein,
SK dan lemak tidak terlalu berbeda, perbedaan yang besar hanya pada kandungan
abu yaitu masing-masing 12,89 dan 26,33%. Hasil pengujian KCBK, KCBO dan NH3
pada uji in vitro disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Tingkat kecernaan Bahan Kering (KCBK), KCBO dan NH3 secara in vitro
Hijauan Biasa
HMNMO-1 25%
HMNMO-1 50%
HMNMO-2 25%
HMNMO-2 50%
KCBK (%) 74.7 76.8 82.3 77.78 82.24
KCBO (%) 72.83 74.5 80.4 76.76 81.37
NH3 (mM) 16.17 4.03 10.89 21.77 24.80
16
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
Hasil pengujian in vivo menunjukan bahwa terdapat perbedaan antara ternak
kambing yang diberi HMNMO-II dan pola petani terhadap semua parameter yang
diamati (Tabel. 2).
Tabel 2. Pengaruh pemberian HMNMO-II dan tanpa HMNMO (pola petani) pada ternak kambing
Parameter Pemberian HMNMO-II Tanpa HMNMO (pola
petani)
Rataan Konsumsi BK hijauan (gram/hari)
424.65 528.94
Rataan konsumsi HMNMO (gram/hari)
108.31 -
Total konsumsi BK (gram/hari)
532.96 528.94
Konsumsi PK (gram/hari) 85.68 68.13
PBB (g/e/h) 21.11 -18.35
KCBK (%) 79.37 56.42
KCPK (%) 82.10 68.13
KCSK (%) 76.12 71.62
Gambar 1. Bentuk HMNMO yang digunakan serta aktifitas kegiatan yang dilakukan
17
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
ajian Perbaikan Usahatani Perkebunan Pala
(Myristica spp) Rakyat Di Maluku Pengendalian Hama Penyakit Utama Tanaman Pala Penanggung jawab Kegiatan: Ir. Marietje Pesireron, MP.
Hasil pengkajian identifikasi awal pertanaman pala di Desa Pulau Ay, Kecamatan
Banda Naira, Kabupaten Maluku Tengah terindikasi adanya keberadaan hama
penggerek batang (Batocera hercules). Hama ini termasuk dalam ordo Coleoptera dan
family Cerambycidae yang merupakan hama penting dan hama utama yang
menyerang tanaman pala. Gejala serangan hama ini terlihat lubang pada batang
tanaman pala dimana larva membuat lubang gerekan dan masuk menggerek ke dalam
batang tanaman, ranting/cabang terlihat kering, dan pada serangan berat dapat
menimbulkan kematian tanaman pala. Imago atau kumbang serangga hama ini yang
ditemukan dilokasi pengkajian melalui pengamatan langsung sekitar 10 ekor. Hal ini
menunjukkan bahwa kondisi tanaman pala dilokasi pengkajian perlu dilakukan tindakan
pengendalian.
Kondisi tanaman pada umumnya berumur diatas 25 – 150 tahun, sebagian
besar bekas peninggalan perkebunan bangsa Belanda (Ondernaming) dan masih
berproduksi. Rata-rata 3000 - 5000 buah pohon.
a. Hasil Identifikasi Serangan Hama dan penyakit Utama
Hasil identifikasi di lapangan menunjukkan bahwa dari setiap 1 hektar
terdapat kurang lebih 3 sampai 10 pohon pala yang terserang hama penggerek
batang dengan jumlah lubang > 3 lubang per pohon yang masih mengeluarkan
cairan dan penyakit kanker batang dengan presentase serangan sekitar 30 - 50 %,
pada umumnya terjadi serangan pada pohon yang sama namun masih bisa
menghasilkan buah sedang sekitar 3 – 5 pohon pala mengalami kekeringan dan mati
akibat serangan hama penggerek batang dan penyakit kanker batang dengan
intensitas serangan 100 %. Serangan Batocera hercules juga telah dilaporkan oleh
Munaan (1991) di daerah Sulawesi Utara dengan intensitas serangan 17 - 24% dan
dapat menurunkan produksi pala sampai 24% (Harni, 2011).
K
18
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
Gambar 1. Ulat penggerek batang yang di temukan di lobang gerekan pada
tanaman yang sudah mati akibat serangan dan dilakukan eradikasi dan dibakar.
b. Tindakan Pengendalian Hama dan penyakit Utama
Tindakan eradikasi dengan cara menebang dan membakar pohon pala yang
terserang sehingga kering dan mati, agar tidak terjadi eksploitasi hama dan penyakit
ke pohon pala yang sehat. Tanaman yang terserang yang masih hidup dilakukan
aplikasi perlakuan sesuai dengan Komponen PHT yang di kaji adalah beberapa
kombinasi teknologi pengendalian yang menjadi paket pengendalian yaitu :
1. (P0) Kontrol (pola petani tanpa pengendalian).
2. (P1) Sanitasi + Furadan 3 G (100 g/pohon) yang diberikan secara larikan
dalam bentuk lingkaran dengan jarak 30 Cm dari pohon
3. (P2) Sanitasi + Beauvaria basiana spp (20 g /pohon) diberikan dengan cara
masukan ke dalam lubang gerekan dan ditutup dengan parafin
4. (P3) Sanitasi + Arang tempurung (50 g/pohon) di masukkan ke dalam lubang
gerekan dan ditutp dengan parafin + GH 10 cc/5 liter Air di semprot pada
lingkaran tajuk terluar dari pohon pala
5. (P4) Sanitasi + Arang tempurung (50 g/pohon) diberikan dengan cara
masukan ke dalam lubang gerekan dan ditutup dengan parafin + M2C 10 g/5
liter air di semprot pada lingkaran tajuk terluar dari pohon pala
Petani kooperator yang terlibat terdiri dari 4 orang yaitu Bapak Henson Banufinit,
Bpk Saman, Bapak Timmerman, Bapak Piritsz.
Hasil pengamatan di lapangan sebelum aplikasi perlakuan tahap I
menunjukkan serangan hama penggerek batang yang disebabkan oleh hama
19
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
Batocera hercules pada tanaman pala merupakan serangan primer kemudian diikuti
serangan sekunder penyakit kanker batang pala. Hal ini terlihat gejala batang
berlubang, hampir selalu diikuti penyakit kanker. Diduga hama dan penyakit muncul
akibat stimulus pembusukan batang hasil gerekan hama. Presentasi serangan
mencapai 20 – 50% dari setiap 1 hektar terdapat kurang lebih 3 sampai 10 pohon
pala yang terserang hama penggerek batang dengan jumlah rata lubang gerekan 3
lubang per pohon dengan tinggi dari permukaan tanah rata-rata 1 – 2,5 meter.
Kegiatan pengendalian dilakukan untuk setiap blok perlakuan terdiri dari 10 pohon
tanaman pala yang dulang 4 kali sehingga total 120, yang tersebar dihamparan
perkebunan pala sekitar 25 hektar, dari total luasan perkebunan pala hasil
peninggalan Belanda (Onderneming) yang ada sekitar 38 hektar. Tanaman yang
masih menghasilkan dan tanaman yang baru dilakukan peremajaan. Tanaman
yang terserang yang masih hidup dilakukan aplikasi perlakuan tahap kedua sesuai
dengan petunjuk.
Gambar 2. Hama Batocera hercules betina dan jantan yang ditemukan di tanaman
pala
Penerapan beberapa paket teknologi PHT hama penggerek batang (B.
hercules) pada tanaman pala di Kecamatan Banda Naira, Kabupaten Maluku Tengah
merupakan kegiatan tahun pertama (TA. 2014) dan mendapat apresiasi dari petani.
Petani tanaman pala mendapat pengetahuan tentang populasi hama penggerek
batang ini Tim pengkaji peneliti dan teknisi BPTP Maluku memberikan pemahaman
tentang pentingnya pengelolaan hama B. Hercules. Pengenalan serangga hama
seperti biologi (telur, larva, pupa, dan imago/kumbang) serta ekologi (berhubungan
dengan perilaku, cara hidup, habitat, dan proses perkembangbiakan) dapat
20
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
membantu petani pala dalam mengatasi hama ini secara langsung agar sumber-
sumber perkembangbiakan hama ini dapat di kurangi.
Sanitasi merupakan tindakan pengendalian membersihkan dan memusnakan
tempat-tempat yang dianggap tempat sarang serangga hama berupa pohon atau
kayu bekas lubang gerekan agar telur, larva, pupa, dan imago/kumbang tidak
berkembang.
Tabel 1. Hasil pengamatan rerata tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah
ranting/cabang tanaman pala yang terserang hama penggerek batang (Batocera hercules) sebelum dan sesudah aplikasi perlakuan di desa Pulau Ay, Kecamatan Banda Naira, Kab. Maluku Tengah
Perlakuan
Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan
Tinggi Tanaman (m)
Lingkar Batang (cm)
Jumlah Pucuk
Ranting/Cabang (tengah ke atas) yang
Terserang
Jumlah
Ranting/Cabang (tengah ke bawah)
yang Terserang
Jumlah Pucuk
Ranting/Cabang (tengah ke atas) yang
Terserang
Jumlah
Ranting/ Cabang (tengah ke bawah)yang
Terserang
Sanitasi + Pestisida (Furadan 3-G)
16.37 37.10 2.03 a 2.45 b 2 b 2 b
Sanitasi +
Bioinsektisida (Beauveria bassiana)
14.23 28.14 2.50 b 2.13 a 1 a 0.5 a
Sanitasi + Arang
Tempurung +Pupuk Organik Cair (GH)
16.12 24.25 2.18 a 2.55 b 2 b 2 b
Sanitasi + Arang Tempurung
+ Pupuk Organik Bubuk (M2C)
16.69 28.92 2.33 ab 2.20 a 2 b 2 b
Kontrol 15.1 30.43 5.2 c 5.1 2 c 6.3 c 6 c
Parameter pengamatan tinggi tanaman, lingkar batang dan jumlah pucuk
atau ranting yang terserang sangat berpengaruh terhadap persentase tingkat
serangan (Tabel 1). Hasil pengkajian paket teknologi PHT memberikan pengaruh
terhadap perkembangan komponen vegetative maupun generatif tanaman pala
dimana persentase serangan mengalami penurunan setelah dilakukan perlakuan
pengendalian dibandingkan dengan kontrol. Presentase tingkat serangan hama
pada tanaman di blok perlakuan sebelum aplikasi perlakuan menunjukkan bahwa, P1
21
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
lebih rendah yaitu 20,32% namun, tidak berbeda nyata dengan persaentase tingkat
serangan pada P3 sedangkan berbeda nyata dengan P2, P4 dan P0. Persentase
tingkat serangan hama pada tanaman sesudah perlakuan menunjukkan bahwa
tingkat serangan terrendah yaitu pada P2 15,3% tidak berbeda nyata dengan P2
dan P3 namun berbeda nyata dengan P4 dan P0 (Tabel 2).
Tabel 2. Hasil pengamatan rerata jumlah pohon terserang, jumlah lubang gerekan, tinggi lubang gerekan, persentase serangan, intensitas serangan hama penggerek batang (Batocera hercules) sebelum dan sesudah aplikasi
perlakuan pada tanaman pala di desa Pulau Ay, kecamatan Banda naira, Kab.Maluku tengah
Perlakuan
Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan
Jumlah Pohon terserang
Jumlah Lubang Gerekan
Rata-rata Tinggi Lubang gerekan (cm)
Persentase Serangan (%)
Intensitas serangan
Persentase Serangan
(%)
Intensitas Serangan
(%)
Sanitasi +Pestisida (Furadan 3-G)
2 3 174.59 20,32 a 18.12 a 15,24 a 16.4 a
Sanitasi+ oinsektisida (Beauveria bassiana)
3 3 193.90 30,71 b 20.2 b 20.4 b 15.3 a
Sanitasi + Arang Tempurung + Pupuk Organik Cair (GH)
2 3 220.33 20,26 a 19 a 18.5 a 17.10 ab
Sanitasi+Arang Tempurung + Pupuk Organik Bubuk (M2C)
3 3 143.76 30,42 b 28.6 c 25.2 c 25.6 b
Kontrol 5 6.3 191.48 52.41c 47.1 d 55,4 d 48.5 c
Pengaruh aplikasi perlakuan terhadap Persentase serangan hama penggerek
batang sesudah aplikasi perlakuan menunjukkan bahwa, dari ke empat perlakuan
yang sangat efektif yaitu Sanitasi + Bioinsektisida (Beauveria bassiana) dimana
sebelum perlakuan sebesar 30,71% sesudah perlakuan mengalami penurunan
sebesar 10,3 % menjadi 20,4% dan intensitas serangan mengalami penurunan
sebesar 4,9%; kemudian diikuti perlakuan Sanitasi + Arang Tempurung + Pupuk
Organik Bubuk (M2C) sebelum perlakuan sebesar 30,42% sesudah perlakuan
mengalami penurunan sebesar 5,2% menjadi 25,2%, dimana intensitas serangan
juga mengalami penurunan sebesar 3%. Sedangkan perlakuan sanitasi + Pestisida
(Furadan 3-G) persentase serangan sebelum perlakuan sebesar 20,32% sesudah
22
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
perlakuan mengalami penurunan sebesar 5% menjadi 15,24% dan intensitas
serangannya mengalami penurunan sekitar 1,7%; Sanitasi+Arang Tempurung +
Pupuk Organik Cair (GH) sebelum perlakuan sebesar 20,26% sesudah perlakuan
mengalami penurunan sebesar 1,76% menjadi 18,5%, sedangkan intensitas
serangan mengalami penurunan sebesar 1,9%. Kontrol terjadi peningkatan
persentase serangan sebesar 2,99% dari 52,41% menjadi 55,4% dan intensitas
serangan juga mengalami peningkatan 1,4% (Tabel 2).
Jamur B. bassiana adalah jamur entomopatogen yang memiliki potensi
untuk dikembangkan sebagai mikoinsektisida atau bioinsektisida (Dunn dan
Mechalas, 1963; Feron, 1978; Vales dan Benavides, 1990). Produksi spora untuk
skala industri besar menggunakan medium cair yang dapat menghasilkan miselium
atau blastospora dalam waktu singkat dan tidak memerlukan banyak tenaga.
Gambar 3. Penggunaan jamur Beauveria bassiana dan Imago yang
terinveksi Beauveria bassiana
Jamur patogen ini bersifat polifag yang menyerang lebih dari 20 jenis
serangga yang umumnya dari ordo Lepidoptera dan Coleoptera. Serangga yang
terinfeksi B bassiana menunjukkan tanda-tanda gerakannya lambat, kemudian
menjadi diam dan akhirnya mati. Tubuh serangga menjadi mengeras (mengalami
mumifikasi) dan terlihat warna putih pada permukaannya. Warna putih tersebut
merupakan hifa jamur dan konidianya (Vales dan Benavides, 1990). Pengembangan
B. bassiana untuk pengendalian hama mempunyai potensi dan prospek baik.
Patogen ini bersifat spesifik inang dan lokasi sehingga tidak berbahaya bagi
manusia, musuh alami maupun lingkungan. Kemampuan produksi spora yang
berbeda tersebut dapat terjadi karena mempunyai materi genetik yang berbeda
23
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
sehingga mempunyai tanggapan terhadap lingkungan berbeda pula atau
mempunyai pertumbuhan dan sporulasi yang berbeda.
Penyakit kanker batang merupakan penyakit yang biasa menyerang tanaman
pala yang sudah berumur > 30 tahun. Gejala awal berupa bercak-bercak kecil pada
cabang, batang kemudian melebar dan basah karena mengeluarkan blendok.
Apabila terjadi serangan berat dapat menyebabkan daun rontok,ranting kering dan
akhirnya mati. Penyakit kanker batang diduga disebabkan oleh jamur Pytophthora
palmivara.
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah pohon yang terserang
3 pohon per blok dan jumlah spot serangan penyakit 5 -6 bagian. Persentase tingkat
serangan penyakit kanker pada tanaman pala pada blok perlakuan sebelum aplikasi
paling rendah tingkat serangannya yaitu pada blok perlakuan pertama (30,1%)
tidak berbeda nyata dengan blok pelakuan yang lain. Namun aplikasi perlakuan
yang paling efektif yaitu blok ketiga dimana jumlah spot penyakit kanker mengalami
penurunan setelah aplikasi perlakuan dilakukan dari 5 menjadi 2 ini ditandai dengan
kondisi luka pada batang dan cabang tanaman pala menjadi kering tidak lagi basah
dan mengeluarkan cairan, sehingga di indikasi sudah sembuh. Porsentase tingkat
serangan mengalami penurunan sebesar 6,4% menjadi 24%. Kemudian diikuti
Perlakuan keempat dimana jumlah spot serangan menurun dari 5 menjadi 3 bagian
dengan porsentase serangan sebelum aplikasi 30,4 mengalami penurunan 5,9%
menjadi 24,5% dan sangat berbeda nyata dengan perlakuan yang lain akibat
menggunakan arang aktif tempurung kelapa yang dihaluskan. Sedangkan kontrol
jumlah spot serangan menjadi melebar bahkan bertambah dari 5 menjadi 6
porsentase tingkat serangan sebelum 30,7% mengalami peningkatan 11,7%
mengadi 42,4% (tabel 3).
24
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
Gambar 4. Kondisi tanaman yang terserang penyakit kanker batang
Selanjutnya hasil uji coba dari BBP2TP ( Balai Besar Perbenihan dan Proteksi
tanaman Perkebunan) Ambon, dengan menggunakan arang aktif tempurung kelapa
untuk pengendalian penyakit kanker batang membuktikan bahwa dapat menekan
cairan yang keluar bahkan menyembuhkan tanaman yang terserang penyakit
kanker batang. Hal ini disebabkan karena arang aktif tempurung kelapa mampu
menyerap dan mengikat cairan yang keluar dari tanaman akibat luka dimana cairan
tersebut akan terikat masuk kedalam rongga aktif, sehingga membuat cairan
tersebut terserap dan tanaman dapat berproduksi kembali. Arang aktif tempurung
kelapa banyak mengandung fenol dan formaldehid yang berfungsi sebagai anti
bakteri dan anti cendawan sekaligus sebagai bahan pengawet penganti formalin dan
koagulen latek sehingga dinilai sangat berpotensi sebagai pestisida nabati yang tidak
dapat membahayakan manusia dan lingkungan. (Warto,2010 diakses di website :
Ditjenbun.pertanian.go.id).
Pada umumnya pengendalian hama dan penyakit utama tanaman pala
dengan pestisida hayati maupun nabati sangat efektif dan ramah terhadap
lingkungan. Sedangkan pengendalian dengan pestisida kimiawi yaitu dengan
penggunaan carbofuran (furadan 3-G) untuk hama penggerek batang cukup efektif
yaitu dapat menurunkan persentase tingkat serangan sebesar 5% dari 20,32%
sebelum aplikasi perlakuan setelak aplikasi perlakuan menjadi 15,24% dengan
intensitas serangan dari 18,12% mengalami penurunan hanya sebesar 1,72%
menjadi 16,4% (Tabel 2).
25
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
Tabel 3. Hasil pengamatan rerata jumlah pohon terserang, jumlah spot penyakit
kanker batang, dan persentase serangan penyakit kanker batang (Phytopthora palmifora) sebelum dan sesudah aplikasi perlakuan pada tanaman pala di desa Pulau Ay, kecamatan Banda naira, Kab.Maluku
Tengah
Perlakuan
Sebelum perlakuan Sesudah perlakuan
Jumlah pohon terserang
Jumlah spot penyakit kanker
Persentase Serangan (%)
Jumlah spot penyakit
kanker
Persentase Serangan (%)
Sanitasi +Pestisida (Furadan 3-G)
3 6 c 30,1 a 4 c 27,2 c
Sanitasi + Bioinsektisida
(Beauveria bassiana) 3 5 a 30,4 a 3 b 25,6 b
Sanitasi + Arang Tempurung + Pupuk
Organik Cair (GH)
3 5 a 30,4 a 2 a 24 a
Sanitasi+Arang Tempurung + Pupuk Organik Bubuk (M2C)
3 5 a 30,4 a 3 b 24,5 a
Kontrol 3 5 a 30,7 a 6 d 42.4 d
Sebaliknya untuk mengendalikan penyakit kanker batang kurang efektif
sebab dengan aplikasi furadan 3-G porsentase tingkat serangan penyakit hanya
mengalami penurunan sebesar 2,9% dan jumlah spot berkurang 6 menjadi 4 bagian
dan ini sangat beresiko terhadap keslamatan manusia dan lingkungan karena cara
aplikasinya ada yang dimasukan ke dalam lubang gerekan dan luka akibat penyakit
kanker kemudian ditutup dengan parafin dan sebagian di taburi secara melingkar di
permukaan tanah sehingga perlu perhatian serius dan kontrol setiap saat karena jika
petani atau anak-anak yang memanjat buah dan tidak sengaja mengambil parafin
untuk dijadikan mainan dapat mengakibatkan keracunan secara fatal (Tabel 3).
Penggunaan insektisida kimia sebagai pembasmi serangga dapat digunakan
dengan memperhatikan dampak negatif penggunaan insektisida kimia terhadap
kelestarian alam seperti matinya organisme bukan sasaran, tumbuhnya hama
resisten, serta penumpukan residu insektisida pada hasil tanaman dan dalam tanah
(Tarumingkeng, 1992). Resistensi dan resurjensi timbul akibat aplikasi insektisida
kimia yang tidak bijaksana, sehingga penggunaannya harus tepat sasaran.
26
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
ajian Teknologi Penyulingan Minyak Atsiri Pala
(Myristica fragrans Houtt) Penanggung jawab Kegiatan: Ir Saleh Malawat
Provinsi Maluku merupakan salah satu daerah penghasil pala. Tanaman pala
berkembang cukup baik dan tersebar di semua wilayah di Maluku, sebagian besar
merupakan perkebunan rakyat. Maluku sebagai salah satu daerah sentra penghasil
pala umumnya memperdagangkan pala dalam bentuk biji dan fuli. Sedangkan daun
pala yang juga mengandung minyak atsiri hanya berupa limbah. Untuk buah pala
muda masyarakat belum terbiasa untuk mengolahnya menjadi minyak pala. Hal ini
disebabkan oleh kurangnya informasi penggetahuan tentang teknologi pengolahan
minyak atsiri pala. Untuk itu pengolahan minyak atsiri pala dari bagian-bagian (organ)
pala yaitu fuli, biji tua, buah muda dan daun perlu dikaji untuk mendapatkan teknologi
pengolahan yang mudah dan layak diterima secara ekonomis menguntungkan. Tujuan
dari penelitian ini adalah mendapatkan minimal satu paket rekomendasi hasil
penyulingan minyak atsiri yang terkandung dalam fuli, biji tua, buah muda dan daun
pala dari varietas pala banda di Provinsi Maluku. Pengkajian ini terdiri atas dua
perlakuan yaitu perlakuan pertama cara penyulingan (A) dimana A1= penyulingan
kukus, A2 = penyulingan uap. Perlakuan kedua bagian (organ) dari pala (B), dimana
B1 = fuli kering, B2=biji tua, B3 = buah pala muda, B4 = daun pala. Rancangan yang
digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial dengan perlakuan 2 x 4 x 3
ulangan = 24 kombinasi perlakuan dan dilanjutkan dengan uji BNJ. Parameter yang
diamati meliputi : warna, bau, berat jenis, indeks bias, putaran optik, kelarutan dalam
etanol, sisa penguapan, Myristisin, dan Sabinen.
Hasil pengamatan terhadap uji fisik parameter warna menunjukan bahwa
semua perlakuan memberikan warna berwarna kuning pucat. Untuk parameter bau
menunjukan bahwa semua perlakuan memberikan bau khas pala. Hasil pengujian
berat jenis dengan viknometer terhadap minyak pala menunjukan bahwa perlakuan
fuli penyulingan kukus (A1B1) memberikan nilai tertinggi 0,898. Hasil pengujian indeks
bias dengan refraktometer terhadap minyak pala menunjukan bahwa perlakuan daun
K
27
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
pala penyulingan kukus (A1B4) dan daun pala penyulingan uap (A2B4) memberikan
nilai tertingi yaitu 1,484.
Gambar 1. Bahan Baku dan Alat Penyulingan Pala
Hasil pengujian putaran optik dengan polarimeter terhadap minyak pala
menunjukan bahwa perlakuan buah muda penyulingan uap (A2B3) memberikan niali
tertinggi nilai +12,95. Hasil pengujian sisa penguapan terhadap minyak pala
menunjukan bahwa perlakuan biji pala tua penyulingan uap (A2B2) dan perlakuan
daun pala penyulingan uap (A2B4) memberikan nilai terbaik yaitu 0,46. Hasil pengujian
kelarutan dalam etanol terhadap minyak pala menunjukan bahwa semua perlakuan
memberikan nilai kelarutan 1:1 larut, kecuali perlakuan A1B2 dan perlakuan A2B1
kelarutan dalam etanol 1:2 larut. Hasil pengamatan terhadap kandungan Myristisin
dengan metode kromatografi gas (GC) terhadap minyak pala menunjukan bahwa
perlakuan buah pala muda penyulingan uap (A2B3) memberikan nilai tertinggi yaitu
11,12. Hasil pengamatan terhadap kandungan Sabinen dengan metode kromatografi
gas (GC) terhadap minyak pala menunjukan bahwa perlakuan buah pala muda
penyulingan uap (A2B3) memberikan nilai tertinggi yaitu 21,54. Hasil pengujian
terhadap rendemen minyak perlakuan buah muda penyulingan uap (A2B3)
memberikan rendemen tertinggi yaitu sebesar 10,7%. Untuk analisis finasial nilai B/C
perlakuan buah muda penyulingan uap (A2B3) memberikan nilai B/C tertinggi yaitu
sebesar 1,63 dengan nilai tambah per satuan sebesar Rp. 37.115,-.
28
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
ajian Perbaikan Pemeliharaan Itik Petelur Pada
Petani Lahan Sawah di Maluku Penanggung Jawab Kegiatan: Dr. Procula R. Matitaputty, SPt., MSi
Kemampuan produksi itik sangat bervariasi dan masih rendah, diduga akibat
mutu bibit dan pemberian pakan yang belum sesuai dengan kebutuhan itik. Upaya
meningkatkan produktivitas itik lokal dapat dilakukan melalui perbaikan genetis dan
perbaikan lingkungan (perbaikan pakan) dan pemeliharaan. Perbaikan genetis
membutuhkan waktu yang cukup lama dan biaya yang sangat besar. Perbaikan
lingkungan seperti halnya perbaikan pakan lebih mudah dan tidak memerlukan
waktu yang lama. Sistem pemeliharaan intensif memerlukan penyediaan faktor-
faktor produksi yang berkualitas terutama temak bibit dan pakan untuk mencapai
kelayakan ekonomi. Tujuan dari kegiatan ini adalah menghasilkan formula ransum
itik Petelur berbahan baku local pada itik petelur local dan melihat performa dan
produksi telur yang dihasilkan. Keluaran yang diinginkan adalah tersedia satu paket
formula ransum berbahan baku lokal yang dapat diaplikasi oleh peternak itik dan
tersedia paket data performa dan produksi telur itik petelur local.
Perlakuan yang dilakukan dalam kaijian ini ada 2, yakni pola petani dan pola
perbaikan. Pada pola petani, ternak itik sebanyak 50 ekor ditempatkan pada10
petakan, masing-masing petak terdiri atas 5 ekor itik. pakan diberikan sesuai
dengan kondisi yang setiap harinya diberikan oleh petani, sementara pola perbaikan,
jumlah itik yang digunakan sebanyak 50 ekor dan ditempatkan sama dengan yang
dilakukan pada pola petani, hanya saja yang membedakannya adalah perlakuan
pakan, yang diberikan disusun sesuai dengan rekomendasi tim pengkaji. Bahan
pakan tim pengkaji terdiri atas : dedak padi 35%, jagung giling 35%, ela sagu 15%,
tepung ikan 11%, rumput laut 5%. Sementara pola petani hanya memberikan dedak
padi, hijau kangkung dan gabah padi tanpa batas. Dengan memperhatikan bobot
badan dan umur pertama bertelur, bobot telur, indeks telur, produksi telur dan
analisis kandungan iodium telur, serta analisis kandungan gizi pakan.
K
29
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
Hasil kajian penggunaan bahan lokal sebagai penyusun pakan itik petelur
setelah dianalisis berdasarkan jenis bahan hasilnya dapat dilihat pada Tabel.
dibawah ini.
Tabel 1. Hasil analisis pakan kajian (buatan sendiri) dan beberapa bahan penyusun pakan itik petelur
No
Jenis Bahan
Air g/100g
Protein g/100g
Lemak g/100g
Energi Kcal/kg
Serat Kasar g/100g
Abu g/100g
Ca g/100g
P g/100g
Fe Mg/kg
Zn Mg/kg
1 Pakan kajian
11,01 15,72 4,57 3817 8,70 8,80 0,46 0,63 * *
2 Ela sagu 11,60 1,99 0,49 3258 7,44 7,16 0,33 <0,01 * *
3 Rumput Laut
17,86 2,52 0,62 1709 5,77 47,26 0,26 0,05 148 64
4 Tp Ikan 5,48 76,72 3,69 4567 0,09 14,06 2,30 2,15 * *
5 Dedak padi
7,69 7,60 7,25 * * 12,99 * * * *
Sumber : BPTP Maluku
Menurut Hardjosworo et al, (2001) menyatakan bahwa produksi telur itik
dapat tinggi apabila : 1) itik-itik dalam kelompok tersebut unggul; 2) itik-itik mulai
bertelurnya relatif serempak; 3) manajemen terhadap itik sesuai dengan yang
dibutuhkan ternak itik. Saat itik memasuki masa produksi atau layer yang harus
ciptakan adalah agar kondisi ternak harus dalam keadaan tetap stabil. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan antara lain :
1. Ketenangan dan kenyamanan kandang dan lingkungan sekitarnya.
2. Kesehatan dan kebersihan kandang.
3. Ketepatan pemberian ransum. Artinya pemberian ransum harus benar-benar
disesuaikan dengan kebutuhan itik baik nutrisi maupun jumlahnya.
Beberapa upaya untuk meningkatkan produktivitas itik petelur, dengan
memperhatikan :
1. Umur masak kelamin berdasarkan ciri-ciri itik
2. Bobot badan pertama bertelur
3. Produksi telur harian (duck day)
4. Bobot telur pertama
30
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
Tabel 2. Bobot pertama bertelur, bobot telur, umur pertama bertelur itik local
selama kajian.
Uraian Betina
Bobot badan pertama bertelur (g) 1. Pola petani 2. Pola perbaikan
1459,45 1403,17
Bobot Telur pertama (g) 1. Pola petani 2. Pola perbaikan
42,00 44,57
Umur pertama bertelur
1. Pola petani 2. Pola perbaikan
6,3 bulan 6,1 bulan
Sumber : BPTP Maluku
Produksi telur merupakan salah satu sifat penting yang bernilai ekonomis dari
performan unggas petelur. Informasi tentang kemampuan produksi itik lokal
diperlukan untuk peningkatan produktivitas ternak itik kedepan. Gambar 1.
memperlihatkan data produksi telur itik yang dilakukan melalui pola perbaikan dan
pola petani. Data total produksi telur itik selama kegiatan pengkajian untuk pola
perbaikan sebanyak 3692 butir sedangkan untuk pola petani sekitar 946 butir. Pada
pola perbaikan, untuk produksi telur masih jauh dari apa yang kita harapkan,
kedepannya harus memperbaiki kualitas bibit itik lokal yang ada di Maluku, agar
supaya peningkatan produksi telur lebih tinggi lagi. Masalah kualitas pakan rasanya
sudah dapat memenuhi kebutuhan itik yang ada dengan bahan baku lokal yang
tersedia cukup banyak, hanya tinggal bagaimana menyeleksi itik-itik yang ada untuk
dapat dijadikan sebagi bibit unggul petelur.
Nilai indeks sebutir telur menandakan bahwa telur tersebut oval, lonjong
atau bulat (Suherlan, 2003). Menurut Sigandono (1991) menyatakan bahwa indeks
telur itik yang normal adalah berkisar antara 63,3 sampai 81,7%.
Tabel 3. Indeks telur itik lokal, selama kajian.
Uraian Panjang (mm) Lebar (mm) Index (%)
Pola perbaikan 57,53 44,03 76,66
Pola petani 57,23 44,36 77,51
Sumber : BPTP Maluku
31
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
Hasil analisis kandungan gizi telur itik yang di pelihara melalui pola perbaikan
dan pola petani menunjukkan hasil sebagai berikut :
Tabel 4. Hasil analisis kandungan gizi telur selama kajian
Jenis / Kode
Air Protein Lemak GE SK Abu Ca P Kolesterol
Contoh g/100g g/100g g/100g kcal/kg g/100g g/100g g/100g g/100g g/100g
Telur Itik*) 74,44 11,40 11,33 1888 0,14 1,30 0,07 0,16 160
Telur Itik**) 75,06 12,70 9,72 1649 0,87 0,87 0,05 0,16 199
Keterangan : *) Pola Petani; **) Pola Perbaikan
Gambar 1. Grafik produksi telur itik selama 9 bulan
Kegiatan penyuluhan dan pelatihan berupa materi tentang bagaimana
caranya memelihara itik dengan sistem pemeliharaan intensif, bagaimana caranya
membuat ransum itik berbahan baku lokal, bagaimana caranya pengelolaan hasil
panen berupa telur yang dibuat menjadi telur asin dengan berbagai rasa dan
penyuluhan tentang penyakit itik yang sering dijumpai peternak itik. Penyuluhan dan
pelatihan mendapat respons yang sangat baik dari peserta, dengan mengikuti
kegiatan sampai selesai dan tertarik untuk beternak itik selain usaha tani hortikultura
(sayuran dan buah), atau ternak sapi dan ayam buras saja.
0
200
400
600
800
1000
Pola Perbaikan
Pola Petani
32
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
engelolaan Sumber Daya Genetik Tanaman di Maluku
Penanggung jawab Kegiatan: Dr Ir Janes B. Alfons MS
Inventarisasi SDG di Maluku dilaksanakan dengan pendekatan Gugus Pulau.
Mengingat provinsi Maluku terdapat 12 Gugus Pulau meliputi 11 Kabupaten/Kota
dan terbatasnya dana, maka inventarisasi tahun 2014 yang terfokus pada empat
Gugus Pulau yaitu Gugus Pulau I (kabupaten Buru Selatan), Gugus Pulau II
(kabupaten Seram Bagian Barat), Gugus Pulau V (kabupaten Maluku Tengah Bagian
Selatan) dan Gugus Pulau VII (kota Ambon)
Jenis tanaman yang menjadi fokus inventarisasi adalah tanaman pangan
potensial potensial (padi gogo, hotong, kacang-kacangan, cocoyams, sukun),
hortikultura buah spesifik (pisang tongkat langit, gandaria, lacing, salak, durian
spesifik), dan perkebunan spesifik (cengkeh, pala, kelapa, kakao).
P
Gambar 2. Aktifitas kegiatan Kajian Itik
33
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
Keragaman sumberdaya genetik tanaman pangan, hortikultura dan
perkebunan dibedakan atas lahan pekarangan dan luar lahan pekarangan
(tegalan/kebun). Pemisahan ini disebabkan karena perbedaan komoditas dan
intensitas penangan antara kedua lokasi ini oleh para petani.
Hasil indentifikasi sumberdaya genetik pada empat Gugus Pulau (Gugus
Pulau I, Gugus Pulau II, Gugus Pulau V, Gugus Pulau VII), terdapat sebanyak 78
spesies tanaman dengan 347 aksesi yang tersebar di seluruh wilayah penelitian (4
kabupaten) meliputi 7 spesies dan 25 aksesi tanaman pangan, 13spesies dan 76
aksesi tanaman perkebunan, serta 58spesies dan 246 aksesi tanaman hortikultura.
Karakterisasi Sumber Daya Genetik tanaman spesifik di Maluku yang telah
dilakukan meliputi: (a) sembilan spesies dan 24 aksesi tanaman hortikultura buah
spesifik; (b) tiga spesies dan tiga aksesi tanaman perkebunan spesifik; dan (c) dua
spesies dan dua aksesi tanaman pangan potensial.
Kegiatan inventarisasi sumber daya genetik dan konservasi ex-situ tanaman
spesifik memberi manfaat yaitu terkoleksi dan terpelihara sumber daya genetik
tanaman pangan, hortikultura dan tanaman perkebunan sepesifik secara
berkelanjutan. Konservasi ex-situ telah dilakukan terhadap tanaman hasil
inventarisasi dan eksplorasi (2013 dan 2014) maupun tanaman koleksi di KP
Makariki meliputi; (1) tanaman pangan potensial yaituubi kayu (17 aksesi); jagung
(14 aksesi), talas (tiga aksesi), keladi (satu aksesi), dan kentang gantung (satu
aksesi); (2) tanaman hortikultura buah yaitu; pisang (14 aksesi), durian (tiga
aksesi), dan salak (dua aksesi), dan (3) tanaman perkebunan spesifik yaitu;cengkeh
(tiga aksesi), pala (empat aksesi) dan kelapa (empat aksesi).
Sumber daya genetik di kota Ambon memiliki keragaman lebih tinggi
dibandingkan dengan tiga kabupaten lainnya (Seram Bagian Barat, Buru Selatan dan
Maluku Tengah) dengan nilai H (Shanon Indeks) tertinggi 3,19 (lahan pekarangan)
dan 2,80 (luar lahan pekarangan/tegalan). Sedangkan kemiripan spesies antara
empat kabupaten (empat Gugus Pulau) sangat rendah dengan nilai SC (Sorensen
Coeffien) < 1 baik di lahan pekarangan (0,13 – 0,36) maupun di luar lahan
pekarangan/tegalan (0,16 – 0,40).
34
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
Komisi Daerah (KOMDA) SDG telah terbentuk dengan diterbitkanya SK
Gubernur No:………. dengan komposisi terdiri atas; (I) Pelindung/Penasehat, (II)
Pengarah, dan (III) Pelaksana Harian (Pengurus Inti dilengkapi oleh 5 Kelompok
Kerja Bidang SDG).
35
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
ewilayahan Komoditas Pertanian Berdasarkan Zona
Agroekologi, Skala 1:50.000 Di Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku
Penanggung jawab Kegiatan: Edwen D. Waas SP Pewilayahan komoditas pertanian berdasarkan zona agroekologi, skala
1:50.000, di Kabupaten Maluku Tengah, dimaksudkan untuk mendapatkan data dan
informasi sumberdaya lahan. Data dan informasi sumberdaya lahan yang dihasilkan
melalui identifikasi dan evaluasi sumberdaya lahan. Data dan informasi sumberdaya
lahan menghasilkan kesesuaian lahan komoditas unggulan dan arah pewilayahan
komoditas pertanian berdasarkan ZAE. Penyusunan peta pewilayahan komoditas
pertanian skala 1:50.000, dilakukan melalui beberapa tahapan metodologi, yaitu:
inventarisasi sumberdaya lahan, evaluasi kesesuaian lahan, dan pewilayahan
komoditas. Semua data diolah dalam format data base, baik data tabular maupun
spasial.
Dari hasil kajian evaluasi kesesuaian menunjukan bahwa di Kabupaten Maluku
Tengah lahan yang tergolong sesuai (S) untuk pengembangan komoditas pertanian
seluas 424.536 ha (48,87%), dan tidak sesuai (N) seluas 444.236 ha (51,13%).
Lahan yang tidak sesuai tersebut mempunyai kendala berupa: lereng terjal (>40%),
kedalaman tanah dangkal (<25%), bahaya toksisitas (xc), darinase tanah sangat
buruk/lahan tergenang (oa), tekstur tanah pasir (rc). Lahan sesuai untuk
pengembangan padi sawah , seluas 131.574 ha (14,77%), untuk komoditas jagung
seluas 179.202 ha (20,63%), untuk komoditas kedelai seluas 137.18 ha (15,79%),
untuk komoditas kelapa sawit 229.817 ha (26,45%), untuk komoditas kakao seluas
(424.537 ha (48.87%), untuk komoditas kopi seluas 41.080 ha (47,89%), untuk
komoditas jeruk seluas 175.508 ha (20,20%), untuk komoditas pisang seluas
165.176 ha (19,01%), Pewilayahan komoditas pertanian di Kabupaten Maluku
Tengah dikelompokan menjadi 9 sistem pertanian dan 31 satuan pewilayahan
komoditas. Sistem budidaya pertanian lahan basah mencakup dengan luas 37.104
ha (4,27%), termasuk dalam zona IV dengan kelerengan <3% dengan komoditas
padi sawah, jagung, kedelai, jeruk dan pisang. Sistem pertanian lahan kering,
termasuk dalam zona IV, III, dan II, seluas 150.073 ha (17,27). Komoditas
P
36
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
pertartanian yang disarankan berupa komoditas tanaman pangan, tanaman
tahunan/perkebunan, dan hortikultura. Pembudidayaan komoditas dapat secara
tumpangsari atau monokultur. Lahan yang diperuntukan sebagai kawasan
konservasi berupa hutan lahan basah seluas 10.018 ha (1,15%) dan hutan lahan
kering seluas 51.112 ha (5,88%) serta berstatus kawasan hutan seluas 616.071 ha
(70,91%).
37
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
INGKASAN
Diseminasi Inovasi
Teknologi Pertanian
R
38
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
iaran TV lokal Penanggung Jawab Kegiatan: Ir Hamid Mahu
Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan banyak inovasi teknologi meliputi
teknologi budidaya dan pasca panen berbagai komoditas unggulan nasional dan
daerah serta inovasi kelembagaan. Namun hingga saat ini masih sedikit yang
diadopsi oleh pengguna teknologi.
Siaran televisi merupakan suatu metode penyuluhan yang berfungsi untuk
mempengaruhi indra penglihatan dan pendengaran. Metode ini dianggap efisien
digunakan pada daerah-daerah kepulauan seperti Provinsi Maluku, karena mampu
menjangkau sasaran dalam jumlah banyak. Keberhasilan metoda ini akan sangat
tergantung bagaimana naskah disusun dan dikombinasikan dengan gambar visual
yang tepat. Tujuannya agar pesan yang disampaikan mudah diterima dan dicerna
oleh pemirsa yang menyaksikan siaran tersebut.
Telah dilakukan shoting terhadap tiga kegiatan utama dan telah disiarkan
melalui televisi Republik Indonesia stasiun Maluku pada bulan Agustus dan
Nopember dengan durasi penyiaran selama 30 menit.
Penyiaran inovasi berbuah produktivitas dengan tema utama peran BPTP
Maluku dalam meningkatkan produktivitas tanaman padi di Maluku
Penyiaran terhadap kegiatan pendampingan SL-PTT dan UPBS diharapkan
memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan produktivitas padi. Namun
hingga saat ini perannya belum begitu nampak. Salah satu penyebabnya adalah
diseminasi terhadap program ini belum mampu menjangkau masyarakat dalam
cakupan jumlah dan luasan wilayah yang memadai.
Kegiatan pendampingan SL-PTT padi dan UPBS oleh BPTP Maluku meliputi :
1. Display beberapa varietas unggul baru Badan Litbang Pertanian seperti
Inpari 23, 24, 25, dan 26. Dalam pelaksanaannya diterapkan melalui
pendekatan PTT seperti, sistem tanam jajar legowo 2 :1 dan 4:1,
pemupukan spesifik lokasi berdasarkan status hara tanah menggunakan
S
39
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
perangkat uji tanah sawah (PUTS), pengendalian hama dan penyakit
terpadu dan sebaginya.
2. Pelatihan PTT padi terhadap petani
3. Mencetak media penyuluhanm seperti liflet, brosur dan folder untuk
selanjutnya didistribusikan ke petani dan Balai Penyuluhan Pertanian
4. Memproduksi benih sumber bersertifikat beberapa varietas unggul padi
sawah seperti, Inpari 21, 23, 24, 27, 28, Ciherang, Mekongga, Cigeulis
dan padi gogo seperti Limboto, Inpago, Situ Patenggang dan Batu Tegi
melalui penerapan manajemen mutu produksi benih padi.
5. Melakukan temu lapang dalam rangka panen perdana padi gogo di
Kabupaten Maluku. Kegiatan ini merupakan wahana berbagi informasi
tentang inovasi teknologi pengembangan produksi padi, potensi
pengembangan, akses sarana produksi dan permodalan, dan informasi
pemasaran serta pemecahan permasalahan yang dihadapi petani dalam
pengembangan padi gogo.
Informasi-informasi di atas terangkum dengan rinci dalam siaran televisi yang
disiarkan oleh TVRI stasiun Ambon dan TVRI nasional dalam acara Indonesia
Membangun pada tanggal 26 Agustus 2014
Penyiaran Open House dalam Rangka HUT Badan Litbang Pertanian ke-40
Open house bulan bakti agroinovasi dilaksanakan oleh semua unit pelaksana
teknis Badan Litbang Pertanian untuk menyambut ulang tahunnya yang ke-40 pada
tahun 2014.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku telah melaksanakan kegiatan
open house pada tanggal 8 – 9 Oktober 2014 dengan tema :
“Peran Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi dalam Pengembangan
Bioindustri Berkelanjutan yang Ramah Lingkungan”.
Dalam open house dipromosikan berbagai hasil penelitian/pengkajian melalui
berbagai bentuk kegiatan antara lain :
40
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
Stand Pameran. Dalam stand pameran ditampilkan berbagai inovasi teknologi
pertanian Badan Litbang. Hasil-hasil penelitian tentang budidaya, pasca panen,
pemetaan agroekosistem zone, eksplorasi plasma nutfah dan sumberdaya genetik
serta Unit Pengelola Benih Sumber, dikemas dalam bentuk media tercetak,
elektronik dan contoh produk-produk pasca panen.
Demo pembuatan produk-produk olahan berbahan baku lokal.
Ketergantungan terhadap bahan baku tepung terigu dalam produk olahan,
menyebabkan tepung-tepungan lokal menjadi terabaikan. Padahal di Provinsi Maluku
terdapat berbagai bahan baku pembuatan tepung-tepungan yang melimpah dan
potensial untuk dikembangkan sebagai bahan baku pembuatan berbagai produk
olahan kue dan minuman/ice.
Kunjungan. Pengunjung open house diajak untuk melihat lebih dekat aktivitas
motivator pembangunan pertanian dan juga pelaku utama (petani) yang dianggap
berhasil dalam menjalakan usahataninya. Juga dilakukan kunjungan ke kawasan
Model Kawasan Rumah Pangan Lestari yang ada di Kota Ambon dan Kunjungan ke
perpustakaan digital BPTP Maluku
Temu Aplikasi Paket Teknologi. Kegiatan ini dilaksanakan selama sehari pada
tanggal 9 Oktober 2014 bertempat di Auditorium Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian. Peserta terdiri dari tiga unsur yaitu Peneliti – Penyuluh dan Petani.
Kegiatan ini difokuskan pada saling tukar informasi tentang inovasi teknologi yang
dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian, proses penyampaiannya oleh penyuluh
pertanian dan penerimaannya oleh pengguna teknologi (petani). Dari temu aplikasi
ini akan didapatkan informasi tentang ;
a. Teknologi apa yang dibutuhkan oleh pengguna teknologi
b. Bagaimana metode dan media penyampaian teknologi yang sesuai untuk
dikembangkan di Privinsi Maluku
c. Permasalahan utama dalam proses penyampaian dan penerimaan inovasi
teknologi di Provinsi Maluku
41
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
Penanaman beberapa aksesi Plasma Nutmah/Sumberdaya Genetik di
Halaman kantor BPTP Maluku. Maluku merupakan wilayah kepulauan yang
memiliki keragaman sumber daya genetik cukup tinggi, namun belum teridentifikais
secara baik. Sumber daya genetik tanaman (SDG) untuk pangan dan pertanian
merupakan bahan yang dapat dimanfaatkan secara langsung atau tidak langsung
untuk mendukung ketahanan pangan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
telah melakukan inventarisasi terhadap berbagai sumberdaya genetik tanaman
pangan, hortikultura dan perkebunan yang nantinya akan di bukukan untuk menjadi
database dalam buku katalog Tanaman Potensial dan spesifik lokasi. Juga telah
dilakukan upaya konservasi terhadap beberapa tanaman yang hampir punah
(langka) secara ex-situ di Kebun Koleksi KP. Makariki Kabupaten Maluku Tengah
Penyiaran Pendampingan MKRPL di Desa Waplau dan Nametek Kabupaten
Buru
Rumah pangan dimaknai sebagai rumah yang memanfaatkan pekarangan
secara intensif melalui pengelolaan sumberdaya alam lokal secara bijaksana, yang
menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan
meningkatkan kualitas, nilai dan keanekaragamannya. Menanam berbagai tanaman
yang bermanfaat bagi keluarga di lahan pekarangan sudah ada sejak dahulu, namun
dalam banyak kasus upaya tersebut tidak berkelanjutan. Oleh karena itu makna
menanami lahan pekarangan untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga sendiri,
bergeser ke makna yang mengedepankan manfaat ekonomi bagi rumah tangga
yang berkelanjutan (lestari). Istilah rumah pangan merupakan pemaknaan terhadap
upaya membangun ketahanan pangan keluarga yang memanfaatkan lahan
pekarangan. Sesuai arahan Presiden RI pada acara Konfrensi Dewan Ketahanan
Pangan di Jakarta Convention Center bulan Oktober 2010 menyatakan bahwa
ketahanan dan kemandirian pangan nasional harus dimulai dari rumah tangga
Shoting kegiatan MKRPL di Desa Waplau dan Dusun Nametek Kabupaten Buru
telah dilaksanakan pada bulan Nopember 2014 dan penyiarannya dalam acara
“Katong Pung Hal” melalui Televisi Republik Indonesia Stasiun Maluku.
Beberapa informasi penting yang dapat ditarik dari penyiaran ini adalah :
42
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
1. Adanya dukungan yang positif dari pemerintah daerah Kabupaten Buru melalui
Kepala Dinas Pertanian. Bentuk dukungan tersebut antara lain diwujudkan
dengan adanya sinergi dengan BPTP Maluku untuk terus melakukan
pendampingan terhadap petani di kawasan MKRPL agar dapat tereplikasi di
dalam kawasan atau di luar kawasan
2. Lokal champion di dua kawasan pengembangan MKRPL sangat mengharapkan
agar kegiatan ini terus dikembangkan ditahun mendatang. Menurut mereka
program ini memilliki peran positif dalam pemenuhan kebutuhan pangan
keluarga yang seimbang dan aman dari sisi kesehatan. Hal ini karena sistim
budidaya yang dikembangkan adalah pertanian organik
3. Petani kooperator sangat antusias dengan adanya program ini, karena hal
positif yang diperoleh misalnya dengan memanfaatkan pekarangan secara baik,
maka keluarga dapat menyisihkan sebagian biaya untuk ditabung, keluarga
tidak perlu membuang waktu lama untuk pergi ke pasar membeli kebutuhan
pangan keluarga, tetapi cukup ke luar di pekarangan memanen lantas memasak
dan menyajikannya untuk anggota keluarga, dan yang terpenting adalah bahwa
pangan yang disajikan tersebut merupanan pangan yang sehat.
4. Masyarakat bisa memanfaatkan sumberdaya lokal seperti kotoran sapi, limbah-
limbah organik lainnya untuk sebagai pupuk organik. Hal ini dapat dilakukan
setelah adanya pelatihan tentang teknologi pemanfaatan limbah organik lokal
untuk dijadikan sebagai pupuk organik oleh pendamping MKRPL dari BPTP
maluku bersama-sama dengan penyuluh pendamping dari Kabupaten Buru.
5. Petani dapat memahami model penataan pekarangan yang baik sehingga tidak
mengesampingkan makna estetika. Keindahan pekarangan dapat terlihat
melalui teknik pemilihan tanaman yang beragam dan model budidaya yang
dapat dipindah-pindahkan seperti vertikultur.
Siaran televisi ini diharapkan mampu mentransfer inovasi teknologi yang
disampaikan yang bisa berdampak pada peningkatan kesejahteraan keluarga pelaku
utama dalam pembangunan pertanian.
43
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
eningkatan Efektivitas Komunikasi Guna Perderasan
Adopsi Inovasi Teknologi Pertanian
Penanggung Jawab Kegiatan: Maryke Van Room SP MSi
Kegiatan peningkatan efektivitas komunikasi dilakukan dengan melaksanakan
kegiatan:
1. Writeshop. Writeshop dilakukan bagi penyuluh lingkup BPTP dalam meningkatkan
kemampuan penyuluh; mengidentifikasi temuan yang paling menarik dari suatu
penelitian, paket-paket teknologi, isu-isu terbaru; dan menyebarkannya dalam
bentuk yang dapat diakses dan dipahami oleh petani melalui berbagai media.
Pelaksanaan kegiatan ini berlangsung selama 3 hari dengan output akhirnya media
komunikasi hasil kegiatan.
2. Temu Aplikasi Teknologi dilakukan bagi penyuluh, peneliti, KTNA, petani dan para
siswa maupun mahasiswa dalam rangka memperingati HUT Badan Litbang pertanian
(Bulan Bakti Agroinovasi) yang dilaksanakan di BPTP Maluku. Kegiatan ini
berlangsung satu hari dengan output akhirnya teraplikasi teknologi hasil litkaji
kepada pelaku utama maupun pelaku usaha.
3. Pengumpulan data primer dan sekunder efektivitas komunikasi penyuluh
dilakukan bagi penyuluh yang ada di 3 kabupaten yaitu Maluku Tengah, Seram
Bagian Barat dan Buru. Kegiatan ini dilakukan dengan berkomunikasi secara
langsung dengan penyuluh yang ada di 3 kabupaten tersebut. Output akhirnya
tulisan ilmiah menyangkut peningkatan efektivitas komunikasi penyuluh yang ada di
kabupaten.
Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Efektivitas
Komunikasi Guna Perderasan Adopsi Inovasi Teknologi Pertanian
Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang diperoleh antara lain umur, tingkat pendidikan dan
pengalaman kerja. Pengelompokkan responden berdasarkan umur, yang terbanyak
adalah kelompok umur antara 47-56 tahun yaitu sebanyak 12 orang (48 %) untuk
Kabupaten Malteng, diikuti oleh 15 orang (60 %) untuk SBB dan 11 orang (61.11
P
44
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
%) untuk Buru, dengan rata-rata umur penyuluh yang berada pada usia tersebut
adalah 56.37 %. Diikuti oleh kelompok umur 38-46 tahun yaitu sebanyak 7 orang
(28 %), 6 orang (24 %) dan 3 orang (16.67 %) dengan rata-rata umur penyuluh
22.89 %, dan kemudian kelompok umur 29-37 tahun masing-masing sebanyak 6
orang (24 %), 4 orang (16 %) dan 4 orang (22.22 %), dengan rata-rata umur
penyuluh 20,74% untuk 3 Kabupaten. Tingkat pendidikan responden dibagi menjadi
tiga kelompok yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA), Diploma, dan Sarjana dengan
persentase masing-masing sebesar 48,44 %, 8,52%, dan 43,04%. Pengalaman
kerja penyuluh sampel terbanyak adalah pada kelompok 23-32 tahun rata-rata 56,07
% diikuti oleh 5-13 tahun (23,41 %) dan 14-22 tahun atau 20,52 %.
No. Karakteristik
Responden Kelompok
Kabupaten Rata2
(%) Maluku
Tengah
SBB Buru
N % N % N % 1.
Umur 29-37
38-46 47-56
6
7 12
24
28 48
4
6 15
16
24 60
4
3 11
22.22
16.67 61.11
20.74
22.89 56.37
Jumlah 100 2. Pendidikan SMA 11 44 17 68 6 33.33 48.44 Diploma 3 12 2 8 1 5.56 8.52
S1 11 44 6 24 11 61.11 43.04 Jumlah 100 3. Tanggungan keluarga
< 15 thn
1-2 7 28 3 12 6 33.33 24.44
3-4 5 20 6 24 3 16.67 20.22 5-6 1 4 2 8 1 5.55 5.85
Jumlah Tanggungan keluarga
> 15 thn 1-2 14 56 12 48 11 61.11 55.04
3-4 7 28 4 16 5 27.78 23.93 5-6 - 1 4 1 5.56 3.19 Jumlah 4. Pengalaman Kerja 5-13 7 28 5 20 4 22.22 23.41
14-22 9 36 5 20 1 5.56 20.52 23-32 9 36 15 60 13 72.22 56.07 100
45
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
Sumber Informasi
Sumber informasi adalah suatu bentuk informasi yang diperoleh penyuluh
dari instansi terkait atau media penyuluhan yang dapat digunakan sebagai informasi
dalam kegiatan penyuluhan.
Tabel 2. Sumber Informasi
No Sumber Informasi
Kabupaten Rata2
(%) Malteng SBB Buru
N % N % N %
1. BPTP 18 72 17 68 16 89 76.33 2. Bakorluh 16 64 18 72 14 77 71
3. Distan Prov 11 44 15 60 15 83 62.33 4. Bapeluh (BP4K) 12 48 14 56 4 22 42
5. Distan Kab 14 56 16 64 18 100 73.33 6. BPP (BP3K) 14 56 17 68 18 100 74.67 7. Mantri Tani/Koord peny 25 100 10 40 13 72 70.67
8. Srt kabar sinar Tani 11 44 21 84 17 94 74 9. Majalah Trubus 2 0.08 4 16 11 61 25.69
10. Lainnya, sesama petani - 10 40 5 27 22.33
Tabel 2 terlihat bahwa responden mendapat informasi untuk melakukan
kegiatan penyuluhan terbanyak melalui BPTP (76.33%) dan BPP (BP3K) (74.67 %)
diikuti surat kabar sinar tani (74 %), Distan Kabupaten (73.33 %), Bakorluh (71 %),
Mantri tani/koordinator penyuluh (70.67), Distan Provinsi (62.33), Bapeluh (42 %),
Majalah trubus (25.69 %) serta sesama petani (22.33 %). Ini berarti bahwa BPTP
dan BPP (BP3K) masih memberikan kontribusi besar dalam mentransfer informasi
tentang inovasi teknologi yang akan disuluhkan ke pengguna.
Jenis informasi
Jenis informasi yang terbanyak diperoleh penyuluh di provinsi Maluku
sebelum melakukan proses penyuluhan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3 untuk
Kabupaten Maluku Tengah adalah bentuk informasi brosur, sumber informasi
Bakorluh 84 %, Mantritani/koordinator penyuluh 48 %, BPTP 36 %. Kabupaten
Seram Bagian Barat, bentuk informasi selebaran sumber informasi sinartani 72 %,
mantritani 60 %, brosur dengan sumber informasi dari BPTP 40 %, Bakorluh 36 %,
46
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
serta leaflet sumber informasi dari BPTP 40 %; Kabupaten Buru, bentuk informasi
leaflet sumber informasi dari BPTP 88.89 % dan Mantri tani/Koordinator PPL 83.33
% diikuti brosur dengan sumber informasi dari Bakorluh 83.33 %, Surat Kabar
Sinartani 77.78 % dan Dinas Pertanian Provinsi 72.22 %.Ini berarti diperlukan lebih
banyak lagi jenis informasi dalam mendukung proses penyuluhan.
Kemudahan Memperoleh dan Pengelolaan Informasi
Rata-rata persentase kemudahan mendapatkan informasi yang diperoleh
penyuluh adalah tidak lancar 10.33 %, kurang lancar 59.67 % dan lancar 30 %.
Kemudahan penyuluh dalam mengakses media penyuluhan yang berkualitas dengan
jumlah yang cukup sangat berpengaruh dalam pelaksanaan tugas seorang penyuluh
dalam mempercepat proses transfer inovasi teknologi kepada pelaku utama dan
pelaku usaha. Pada pengelolaan informasi, persentase rata-rata evaluasi kecocokan
adalah 98.67 % dan 89 % untuk evaluasi kelayakan. Ini berarti bahwa penyuluh
telah dapat melakukan tugas dengan baik.
Media Informasi
Media informasi adalah suatu bentuk penyuluhan yang biasanya penyuluh
gunakan dalam kegiatan penyuluhan. Media informasi yang biasanya digunakan oleh
penyuluh dalam menunjang kegiatan penyuluhan yang dilakukan sehari-hari secara
umum untuk 3 Kabupaten adalah latihan dan kunjungan (96.67 %) diikuti demplot
(84.33 %), koran (62 %), juknis (59 %), Liptan (56.33 %), Laeflet (47.33 %),
Temu Lapang (42 %), Buletin (39%), SK Rekomendasi (33.33 %) dan Gelar
Teknologi (30.33 %). Hal ini berarti banwa metoda Latihan dan kunjungan menjadi
metoda yang utama dalam setiap kegiatan penyuluhan diikuti demonstrasi dan
media koran sinartani.
Informasi Pendukung Lainnya
Informasi pendukung lainnya yang mendukung kegiatan penyuluh dalam
pelaksanaan penyuluhan adalah Sumber biaya. Sumber biaya merupakan faktor
utama bagi penyuluh dalam melaksanakan penyuluhan. Sumber biaya yang
47
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
diperoleh penyuluh dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan adalah berasal dari
Biaya Operasional Penyuluh (BOP), biaya sendiri dan SKPD. Biaya Operasional
Penyuluh untuk masing-masing Kabupaten rata-rata persentasenya 94.15 %, biaya
sendiri (33.56 %) dan SKPD (17.56 %). Hal ini dilakukan penyuluh agar kegiatan
penyuluhan di lapangan dapat terlaksana dengan baik. Materi yang disuluhkan oleh
penyuluh pada 3 Kabupaten bervariasi. Persentase rata-rata materi penyuluhan yang
disuluhkan adalah : dinamika kelompok (82.15 %), Pemasaran (62.96 %), teknik
kerjasama (61.63 %) dan kewirausahaan (55.78 %). Dengan demikian masih
banyak materi penyuluhan lainnya yang harus diberikan ke penyuluh di tingkat
Kabupaten dalam menunjang kegiatan penyuluhan di lapangan. Sementara sarana
prasarana yang dimiliki penyuluh dalam menunjang kegiatan penyuluhan presentase
rata-rata untuk 3 Kabupaten adalah : HP (98.15 %), sepeda motor (62.96 %),
PUTS/PUTK (29.33 %), pengukur kadar air (23.04 %) dan pH meter (21.19%). Hal
ini menunjukkan bahwa keberhasilan dan kelancaran proses penyuluhan terletak
pada sarana dan prasarana yang dimiliki oleh penyuluh itu sendiri.
Pertemuan rutin di BPP menunjukkan bahwa sebelum penyuluh melakukan
proses penyuluhan di lapangan, mereka terlebih dahulu melakukan pertemuan rutin
di BPP untuk mempersiapkan proses penyuluhan yang akan dilaksanakan,
membahas kendala atau masalah-masalah yang dihadapi serta pemecahannya dan
kemungkinan teknologi baru. Pertemuan rutin di BPP yang diikuti penyuluh di 3
Kabupaten persentase rata-ratanya adalah 2 kali sebulan (58 %) dan penyuluh yang
mengikuti pertemuan tersebut juga rata-rata sebulan 2 kali (56.67 %). Dengan
semakin seringnya penyuluh mengikuti pertemuan di BPP maka penyuluh semakin
mengetahui setiap perkembangan pengetahuan ataupun teknologi yang ada.
Sementara penyuluh yang jarang mengikuti pertemuan di BPP karena kuantitas
pertemuan sering (16.67 %) serta jarak dari rumah ke BPP jauh (11.70 %).
Permasalahan utama yang dihadapi penyuluh dalam melakukan proses
penyuluhan di lapangan adalah sarana prasarana untuk mendukung kegiatan kurang
(85.67 %) diikuti oleh kurangnya penyuluh mengikuti diklat (71 %) serta pendidikan
SMA 53.67 %. Ini menunjukkan bahwa proses penyuluhan akan berjalan dengan
baik dan lancar kalau semua permasalahan yang dihadapi penyuluh di lapangan
48
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
dapat terjawab. Sehingga yang menjadi harapan penyuluh agar proses penyuluhan
berjalan dengan baik adalah alat peraga ditambah dan diklat peningkatan kapasitas
penyuluh ditingkatkan (85.33 %) serta sarana prasarana di BPP dan bagi penyuluh
ditambah (76.67 %) dapat terpenuhi. Sementara itu, dukungan Pemerintah Daerah
untuk kegiatan penyuluhan di Maluku persentase rata-ratanya 65 % tidah
mendukung dan 36 % mendukung. Bentuk dukungan yang diberikan dalam bentuk
pembiayaan 23 %, kebijakan 19.85 % dan peraturan daerah 13.85 %.
Apresiasi dan persepsi penyuluh terhadap informasi teknologi secara umum,
rata-rata responden menyatakan setuju dalam hal jenis informasi yang diterima
banyak, informasi tidak focus, kemasan beragam, informasi tidak sesuai dengan
kebutuhan pengguna, waktu penyampaian penyuluhan tidak tepat, sifat inovasi tidak
sesuai karakteristik pengguna, sumber teknologi tidak diketahui pengguna dan
komponen teknologi sudah cukup namum sulit diperoleh untuk ke-3 kabupaten. Ini
menunjukkan apresiasi dan persepsi responden terhadap teknologi secara umum
harus terus ditingkatkan, karena kadang-kadang juga tidak sesuai dengan yang
dibutuhkan pengguna. Hal ini dapat dicegah dengan melakukan sesuai yang
dibutuhkan pengguna agar usahatani mereka dapat tercapai.
Mengikuti Pekan Nasional Petani-Nelayan XIV Tahun 2014 di Malang
Keikutsertaan penyuluh BPTP Maluku pada ajang Penas XIV tahun 2014 di
Malang, bukan saja berperan sebagai pendamping bagi peserta utama. Tetapi lebih
dari itu, penas memiliki arti penting bagi penyuluh BPTP Maluku dalam upaya
meningkatkan kapasitasnya. Beberapa kegiatan yang dianggap dapat meningkatkan
kapasitas penyuluh adalah :
Temu Wicara dengan Menteri Pertanian
Kegiatan Penas Petani Nelayan ini merupakan ajang berkumpul dan
bersilaturahmi para kontak tani, nelayan dan hutan untuk saling memperlihatkan
pencapaiannya serta mempererat hubungan antara pelaku utama dalam
pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan dengan pemangku kepentingan
pembangunan pertanian, baik pemerintah, pengusaha pertanian swasta, BUMN,
pakar dan pemerhati pertanian serta lembaga penelitian. Menurut Mentan, kegiatan
49
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
ini dapat menjadi wahana diskusi dan transfer ilmu bagi petani dan nelayan dari
berbagai daerah. Kegiatan Penas ini bisa juga dimanfaatkan petani untuk
menyelesaikan permasalahan yang timbul dalam pembangunan pertanian, perikanan
dan kehutanan di pedesaan.
Temu Penyuluh
Ada beberapa isu strategis yang dapat dipetik dari hasil pertemuan
tersebut antara lain:
1. Diperlukan koordinasi, integrasi serta sinergitas program 3 kementerian di
lapangan untuk kesinambungan program penyuluhan dari kelembagaan,
ketenagaan, penyelenggaraan dan sistem informasi
2. Penguatan BP3K di kecamatan oleh 3 Kementerian sebagai pos simpul koordinasi
program dan pelaksanaan kegiatan pembangunan pertanian, perikanan dan
kehutanan di kecamatan
3. Penguatan BP3K di kecamatan melalui DAK belum dapat dikelola secara langsung
oleh kelembagaan penyuluhan di kabupaten
4. Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Kementerian
Kehutanan secara terus menerus mendorong Gubernur, Bupati/Walikota dan
DPRD untuk melakukan penguatan kelembagaan penyuluhan melalui pemenuhan
prasarana, sarana dan pembiayaan penyelenggaraan penyuluhan
5. Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Kementerian
Kehutanan segera menyelesaikan permasalahan penilaian angka kredit penyuluh
untuk mendorong pembinaan karier penyuluh
6. Penguatan dan pengembangan penyelenggaraan penyuluhan sangat ditentukan
oleh peran pimpinan daerah seperti Gubernur, Bupati/Walikota dan DPRD.
7. Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Kementerian
Kehutanan segera mendorong percepatan penyelesaian rancangan peraturan
Presiden tentang kelembagaan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
melalui Sekretaris Kabinet RI untuk segera ditandatangani oleh Presiden
8. Diperlukan komitmen Pemda dalam pembiayaan penyelenggaraan penyuluhan
guna mereplikasi pembinaan penyuluhan yang telah dilakukan oleh pemerintah
pusat melalui APBD.
50
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
Writeshop
Writeshop (program penulisan) dengan tema ‘Menterjemahkan hasil penelitian ke dalam bahasa penyuluhan yang dapat diakses dan dimengerti oleh
petani’, diselenggarakan pada tanggal 17-19 September 2014 di Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Maluku. Kegiatan pengembangan kapasitas ini bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan penyuluh dalam menerjemahkan bahasa penelitian ke
bahasa penyuluhan dan mengkomunikasikan serta menyebarkannya kepada
pengguna dalam bentuk yang dapat diakses dan dipahami oleh petani melalui
berbagai media. Sebanyak 30 orang berpartisipasi dalam writeshop ini yaitu
penyuluh dari BPTP sebanyak 11 orang, Bakorluh 9 orang dan dari Kabupaten/BPP
10 orang, dengan narasumber dari BBP2TP dan Harian Suara Maluku.
Materi yang disampaikan pada kegiatan tersebut antara lain :
1. Teknik penulisan ilmiah popular di Koran
2. Metode penulisan yang efektif
3. Menulis dan meringkas isi tulisan yang kompleks menjadi lebih sederhana tanpa
mengurangi arti
4. Teknik menulis yang baik (dari kalimat pasif ke aktif, kalimat yang menarik,
simple serta efektif)
5. Penulisan Karya Tulis Ilmiah
Hasil Evaluasi Kegiatan yang dilakukan selama tiga hari : sebanyak 90 %
peserta menilai materi yang disampaikan baik sekali, dan materi yang baik pada saat
kegiatan sebanyak 95 % peserta menyatakan : menulis yang efektif dan efisien,
penulisan KTI dan teknik penulisan ilmiah populer di koran/surat kabar. Sementara
untuk proses kegiatan yang dilakukan sebanyak 98 % peserta menilai baik.
Aspek-aspek yang harus diperbaiki ke depan menurut peserta sebanyak 90
% menyatakan : harus lebih banyak latihan, materi tambahan yang lain dan harus
lebih banyak narasumber lagi dalam kegiatan. Sedangkan yang menjadi harapan
peserta terhadap kegiatan ini sebanyak 95 % menyatakan: meningkatnya
kemampuan penyuluh dalam hal tulis-menulis setelah mengikuti kegiatan ini.
51
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
TEMU APLIKASI PAKET TEKNOLOGI PERTANIAN
Kegiatan ini dilaksanakan dengan sesi presentasi yang dilanjutkan tanya
jawab antara nara sumber dan peserta. Adapun nara sumber adalah berikut:
1. Presentasi (I) Pertama :
Pembicara pertama yang disampaikan oleh Bapak Ir. Alexander Rieuwpassa dengan
makalah berjudul Aplikasi komponen Teknologi PTT pada Tanaman Kedelai di
Maluku.
2. Presentasi (II) Kedua :
Pembicara kedua disampaikan oleh Bapak Dr. Ir. Janes Alfons, MSi dengan makalah
berjudul Inovasi Teknologi Spesifik Lokasi Peningkatan Produktivitas Tanaman
Pangan di Lahan Kering.
3. Presentasi (III) Ketiga :
Pembicara ketiga disampaikan oleh Bapak Dr. Procula Matitaputty,SPt.MSi dengan
makalah berjudul Budidaya Unggas sebagai Sarana dan Solusi Mengatasi Krisis
Ketahanan Pangan Khususnya Pangan Hewani.
4. Presentasi (IV) Keempat :
Pembicara keempat disampaikan oleh Bapak J. M. Ayal, SP dengan makalah berjudul
Sistem Informasi Kalender Tanam (Katam) Terpadu dalam Mendukung Percepatan
Swasembada dan Kemandirian Pangan.
Pembinaan Penyuluh Pertanian
Salah satu bentuk nyata dari peran penyuluh BPTP Maluku dalam
meningkatkan kapasitas penyuluh pertanian Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) telah
dilaksanakan Workshop dengan tema “ Peran Penyuluh Pertanian BPTP Maluku
dalam Meningkatkan Kapasitas Penyuluh Pertanian BPP Amalatu Kecamatan
Amalatu Kabupaten Seram Bagian Barat”, dimana penyuluh BPTP Maluku menjadi
narasumber dengan menyampaikan berbagai inovasi teknologi pertanian yang telah
dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian. BPP Amalatu dipilih dalam kegiatan
workshop ini, karena koordinator BPP telah melakukan koordinasi langsung dengan
BPTP Maluku agar dapat melakukan pembinaan terhadap penyuluh pertanian BPP
52
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
Amalatu dalam upaya mendorong pembangunan sektor pertanian di wilayah
tersebut.
Kecamatan Amalatu merupakan salah satu wilayah yang memiliki
agroekosistem lahan kering. Memiliki potensi dalam pengembangan komoditas
perkebunan (pala, cengkih, kelapa dan kakao), komoditas tanaman pangan dan
hortikultura (jagung, padi ladang, ubi-ubian, dan berbagai jenis sayuran dan buahan)
serta komoditas peternakan (sapi, kambing dan unggas).
Kegiatan Workshop ini dibuka oleh Camat Kecamatan Amalatu, dan peserta
sebanyak 20 (dua puluh) orang terdiri dari penyuluh pertanian BPP Amalatu, Guru
dan Murid SMP Latu, petani serta staf kantor Kecamatan Amalatu. Materi workshop
yang disampaikan antara lain :
1. Informasi tugas, fungsi dan peran BPTP Maluku oleh Koordinator
Penyuluh Pertanian BPTP Maluku (Ir. Max. L.J. Titahena, MSi)
2. Mengembangbiakkan Mikroorganisme Lokal (MOL) sebagai Sumber
Hara Tanaman dalam Pengembangan Pertanian Organik (Ir. Hamid
Mahu dan Ir. Florentina Watkaat)
3. Informasi Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (Ir.
Alexander Rieuwpassa)
4. Teknologi Pengolahan Telur berbagai Rasa (Ir. Elizabeth Kotadiny)
5. Teknologi Budidaya Ternak Kambing (Ir. Max. L.J. Titahena, MSi)
6. Teknologi Budidaya Bawang Merah (Aksan Loou, SP. MSi)
7. Pengelolaan Tanaman Terpadu Jagung (Maryke Van Room, SP. MSi)
8. Pengelolaan Tanaman Terpadu Kedelei (Ir. Rizal Latuconsina)
53
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
egiatan Pameran Inovasi Teknologi Pertanian Penanggung Jawab Kegiatan: Drs Julius Matital
Upaya dan metode yang dilaksanakan agar hasil-hasil pengkajian akan
berdayaguna dan berhasil guna untuk diketahui oleh dimasyarakat adalah dengan
diadakannya kegiatan Ekspose (pameran). Kegiatan ini merupakan salah satu
strategi yang digunakan dalam rangka mengkomunikasikan berbagai inovasi yang
telah dilaksanakan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian terus berkiprah dengan
masyarakat dan jajaran penentu kebijakan lingkup pertanian baik di tingkat pusat
maupun tingkat wilayah serta bagi kepentingan pembangunan pertanian di
indonesia. Balai Pengkajian Teknolgi Pertanian Maluku ditahun Anggaran 2014 ini
telah mengikuti pameran tingkat nasional maupun regional sebanyak 3 kali antara
lain :
Pameran dalam rangka kegiatan Pekan Nasional Petani Nelayan di Jawa
Timur tanggal 07 – 12 Juni 2014
Pemeran dalam rangka Open House dan hari Ulang Tahun Badan Litbang
Pertanian ke 40 tgl 8 – 9 oktober 2014 di Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Maluku, Ambon
Pameran dalam rangka hari Pangan Sedunia di Sulawesi Selatan, Makasar.
Tgl 06 – 10 November 2014.
Keikutsertaan Balai Pengkajian teknologi Pertanian Maluku pada setiap kali
moment kegiatan Ekspose (Pameran) baik yang diselenggarakan oleh Badan
Litbang Pertanian dalam bentuk Open House dan Bulan Bakti Agro Inovasi
Balitbangtan ke 40 di setiap Balai Pengkajian Teknologi Pertanian di Daerah maupun
yang diselenggarakan oleh Kementerian Pertanian dapat memberikan hasil sebagai
berikut:
Stand pameran khas Plasma Nutfah dan Peternakan Provinsi Maluku
memperoleh juara harapan pertama.
K
54
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
Keterlibatan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku dalam kegiatan
Penas (Pameran) mewakili Provinsi Maluku, di bawah koordinasi bakorluh
dan Dinas Pertanian Provinsi Maluku.
Stand pameran open house yang diselenggarakan oleh Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Maluku pada tgl, 8-9 oktober 2014 mendapat apresiasi
yang baik dari para undangan yang hadir maupun pengunjung lainnya,
terkhususnya yang mewakili Kepala Badan Litbang Pertanian Prof Darman
dan Bpk Walikota Ambon Richard Louhenapessy.
Peserta Pameran yang hadir banyak mendapat pengetahuan ketika mereka
mendapat penjelasan dari petugas tentang pembuatan Pestisida Nabati,
cara pembuatan telur asap, telur asin dan cara pembuatan berbagai aneka
kue dari bahan pangan lokal.
Keterlibatan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku pada saat
kegiatan pameran menyongsong hari pangan sedunia di Makasar Sulawesi
Selatan mendapat apresiasi yang baik dari Kepala KSPP Balai Besar
Pengkajian Teknologi Pertanian, DR.Ir.Retno, M.Si dan panitia
penyelenggara kegiatan pameran.
Materi yang ditampilkan oleh BPTP Maluku dalam bentuk bahan olahan
maupun bahan mentah dari bahan pangan lokal sangat diminati oleh
pengunjung pameran ditandai dengan begitu banyaknya pengunjung yang
mencicipi jenis-jenis kue yang dipamerkan.
Melalui kegiatan pameran pengunjung dapat mengetahui tentang tugas dan
fungsi dari masing-masing instansi yang dikunjungi.
Adapun jumlah pengunjung pada stand pameran Provinsi Maluku pada
kegiatan Penas di Malang Jawa Timur sebanyak 2.750 orang yang terdiri
dari :
1. Petani : 525 orang
2. Mahasiswa : 75 orang
3. Pelajar : 400 orang
4. Pegawai negeri : 1.550 orang
5. Pengusaha : 20 Orang
55
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
Jumlah Pengunjung Pameran pada kegiatan Open House yang diselenggarakan oleh
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku sebanyak 925 orang yang terdiri dari :
1. Petani : 25 orang
2. Mahasiswa : 15 orang
3. Pelajar : 35 orang
4. Pegawai negeri : 40 orang
Sedangkan jumlah pengunjung pameran pada stand Badan Litbang pertanian di
Makasar dalam rangka Hari Pangan Sedunia sebanyak 2.975 orang yang terdiri dari :
1. Mahasiswa : 75 orang
2. Petani : 90 Orang
3. Pengusaha : 50 orang
4. Pegawai negeri : 1.950
Materi Pameran yang ditampilkan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Maluku pada Pameran Penas Petani Nelayan XIV tahun 2014 dengan Tema :
Memanfaatkan Kepemimpinan dan Kemandirian Kontak Tani Nelayan, yang
diselenggarakan di Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur dalam bentuk Produk-
produk Pasca panen, produk pertanian, media cetak dan roll bener.
Materi Pameran yang ditampilkan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Maluku pada Pameran Bulan Bakti Agro Inovasi Balitbangtan ke 40 dengan Tema :
Peran Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi dalam pengembangan Bioindustri
berkelanjutan yang ramah lingkungan. Produk-produk olahan dari bahan baku
pangan lokal (ubi-ubian) media cetak, poster, fleksi frime, roll baner, ubi mentah
dan produk-produk lainnya.
56
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
Produk-produk yang ditampilkan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Maluku pada kegiatan Hari Pangan Sedunia tahun 2014 dengan Tema : Pangan
Lokal, dengan tempat pelaksanaannya di Makasar Sulawesi Selatan, dengan
menampilkan aneka olahan dari pangan lokal, ubi-ubian, pisang tongka langit dan
sirup dari buah pala.
57
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
oU Kerja Sama
Penanggung Jawab Kegiatan: Drs Julius Matital
Kegiatan rintisan kerjasama dan pendayagunaan hasil kegiatan di Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku merupakan bagian dari kegiatan
manajemen untuk mengimplementasikan hasi-hasil inovasi teknologi Badan Litbang
Pertanian melalui tranfer inovasi Teknologi oleh Peneliti, Penyuluh, Perekayasa yang
ada pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku. Dalam kurun waktu
tahun 2014, telah terjalin kerjasama penelitian dan pengkajian antara Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku dengan Kepala Dinas Pertanian Kota
Ambon, dan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten SBB, SBT, Buru dan Malteng. Dalam
upaya mempercepat transfer inovasi teknologike pengguna di Daerah, Peneliti,
Penyuluh dan Perekayasa dengan melakukan pendekatandengan Dinas Pertanian
Provinsi dan Kabupaten/Kota serta menyampaikan presentasi dari hasil-hasil
penelitian dan pengkajian serta inovasi teknologi Badan Litbang Pertanian.
Dokumen MOU action plan Kerjasama dengan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota
yang telah dipersiapkan dan ditandatangani oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten
dan Kepala Dinas Pertanian Kota Ambon untuk mendukung pembangunan Pertanian
di setiap Kabupaten dan Kota Ambon. Melaluai rintisan Kerjasama di tahun 2014
M
58
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
Balai Pengkajian teknologi pertanian (BPTP) Maluku akan melakukan kegiatan
bersama dengan dinas pertanian dan peternakan Kabupaten Seram Bagian Timur.
Dengan penetapan Surat Keputusan Pemerintah kab Seram Bagian Timur, Kepala
Dinas Pertanian dan Peternakan No.520/276a/XI/2012 menyangkut proposal dari
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku tentang pemurnian varietas
Pala Lokal Seram Bagian Timur dimana Kegiatannya akan berlangsung mulai sejak
tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 dan akan disusul oleh Kabupaten-Kabupaten
Lainnya Serta Pemerintah Kota Ambon.
59
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
INGKASAN
Kegiatan Pendampingan dan Program Strategis
Nasional
R
60
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
endampingan SL-PTT Padi Sawah di Kabupaten Seram Bagian Timur 2014
Penanggung Jawab Kegiatan: Shenny Kaihatu SP
Peningkatan produksi padi di Maluku masih rendah bila dibanding dengan
potensi yang dapat dicapai. Potensi hasil varietas unggul baru atau hibrida mencapai
10 t/ha, sedangkan produksi yang dicapai di propinsi Maluku untuk padi sawah 4,24
t/ha, sedangkan padi ladang/gogo 2,44 t/ha (BPS Promal 2013). Penyebab
rendahnya produktivitas adalah tidak tersedianya varietas unggul spesifik lokasi
sehingga petani menggunakan varietas lokal bermutu rendah, juga petani masih
mengunakan teknik budidaya konvensional tanpa menerapkan teknologi inovatif.
Upaya peningkatan produktivitas dilakukan Kementerian Pertanian melalui BPTP
Maluku adalah penerapan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang
merupakan pendekatan untuk menghasilkan rakitan teknologi dalam pengelolaan
hara, air, tanaman dan organisme pengganggu tanaman (OPT) secara terpadu dan
berkelanjutan. Kabupaten Seram Bagian Timur merupakan salah satu sentra
produksi padi di Maluku. Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT)
yang dilaksanakan di Kabupaten Seram Bagian Timur bertujuan menyedian
rekomendasi PTT spesifik lokasi padi sawah, merekomendasikan pemakaian VUB,
menyiapkan kalender tanam padi sawah, peragaan varietas padi sawah, memberi
informasi teknologi dan pelatihan, menyediakan publikasi.
Kegiatan pendampingan SL-PTT padi sawah di Kabupaten Seram Bagian Timur
(SBT) diawali dengan kegiatan koordinasi dengan Kepala Bidang Tanaman Pangan,
melakukan CPCL (Calon Petani dan Calon Lahan) dan sosialisasi SL-PTT. Setelah
melakukan CPCL terpilihlah 4 orang petani sebagai petani kooperator yang berada di
desa Jakarta Baru dan Waeketam Baru. Kegiatan SL-PTT padi sawah dilakukan
melalui demplot uji Varietas Unggul Baru (VUB), display yang di uji yaitu VUB Inpari
21, Inpari 24, Inpari 26, Inpari 27 dan Inpari 28. Demplot uji VUB menggunakan
system tanam jajar legowo 4:1 dan 2:1. Hasil display 5 VUB padi sawah di desa
Jakarta Baru dengan system tanam jajar legowo 4:1 masing-masing varietas
menghasilkan Inpari 21 (4,11 ton/ha GKG), Inpari 24 (4,20 ton/ha GKG), Inpari 26
P
61
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
(3,68 ton/ha GKG), Inpari 27 (3,76 ton/ha GKG dan Inpari 28 (4,29 ton/ha GKG),
sedangkan system tanam legowo 2:1 masing-masing varietas menghasilkan Inpari
21 ton/ha GKG), Inpari 24 (4,08 ton/ha GKG), Inpari 26 (3,79 ton/ha GKG), Inpari
27 (3,89 ton/ha GKG) dan Inpari 28 (4,29 ton/ha GKG). Hasil produksi tertinggi dari
display 5 VUB padi sawah dengan system tanam jajar legowo 2:1 dan 4:1 adalah
Inpari 28 (4,29 ton/ha GKG dan 4,28 ton/ha GKG)
Peserta Panen perdana dan temu lapang kegiatan SL-PTT padi sawah
sebanyak 50 orang yang dilaksanakan di Kabupaten Seram Bagian Timur dihadiri
oleh Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten SBT, Kepala Kecamatan
Bula Barat, Kepala Dinas PU, Kepala BPS Kabupaten SBT, BPTP Maluku (Koordinator
SL-PTT), Kepala Desa Jakarta Baru, Kepala Desa Waeketam Baru, Penyuluh
pendamping,Ketua Gapoktan (Desa Jakarta Baru dan Waekatam Baru, Petani
kooperator, Ketua dan Sekertaris Kelompok Tani (Desa Jakarta Baru dan Waekatam
Baru).
62
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
endampingan SL-PTT Kedelai di Kabupaten Maluku Tengah
Penanggung Jawab Kegiatan: Ir Rizal Latuconsina
Kabupaten Maluku Tengah merupakan salah satu wilayah potensial untuk
pengembangan pertanian dan perlu mendapat perhatian tersendiri mengingat
bahwa potensi lahan di daerah ini masih cukup luas. Berdasarkan data AEZ provinsi
Maluku, bahwa potensi lahan yang masih tersedia di Kabupaten Maluku Tengah
seluas 287.585 ha (Irianto et al, 1999; A. Noto susanto & Bustaman 2006),Termasuk
dalam tipe iklim Af berdasarkan klasifikasi Koppen dan memiliki tipe Agroklimat B1,
C1 dan C2 berdasarkan klasifikasi Oldeman sedangkan menurut Shimidt dan
Ferguson memiliki tipe iklim A dab B. Sebagaimana yang dilaporkan oleh
Leimeheriwa et al., (2002) cit, Susanto dan Bustaman, (2006) bahwa kecamatan
Seram Utara masuk pada tipe iklim C2 berdasarkan klasifikasi iklim Oldeman, tipe
iklim Af berdasarkan klasifikasi iklim Koppen dan B berdasarkan klasifikasi iklim
Schmidt dan Ferguson, di mana periode musim kemarau jatuh pada bulan
Juli/Agustus sampai dengan November. Namun kenyataan yang terjadi sekarang
mulai tahun 2011 sampai 2013 terjadi perubaham musim dimana pada bulan
Desember – Januari curah hujan tinggi dan dilanjutkan pada bulan Agustus -
September.
Kegiatan pertama yang dilakukan adalah koordinasi. Setelah mendapatkan
informasi saat melakukan koordinasi pelaksanaan SL-PTT Kedelai maka kegiatan
selanjutnya dilakukan peninjauan lapangan sekaligus pengambilan sampel tanah
untuk mengetahui status hara tanah dengan menggunakan PUTK. Hasil analisis
status hara tanah menunjukkan bahwa pada umumnya lokasi kegiatan mempunyai
status hara N = Tinggi, P = Rendah, K = Rendah, PH : Agak masam (5-6) sehingga
rekomendasi pupuk adalah 50 Kg Urea, 200 Kg SP-36, 100 Kg KCL + Bahan Organik.
Oleh karena pupuk yang tersedia di lapangan adalah pupuk majemuk, maka dosis
rekomendasi pupuk tunggal tersebut perlu disetarakan dengan pupuk majemuk. Hasil
konversi pupuk tunggal ke pupuk majemuk diperoleh dosis rekomendasi pupuk
majemuk sebagai berikut: 50 Kg Urea, 240 kg NPK Phonska dan 5 Ton Pupuk organik.
P
63
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
Sosialisasi dan apresiasi program pengembangan teknologi PTT kedelai
disampaikan oleh Koordinator SL-PTT BPTP Maluku. Dalam sosialisasi pihak-pihak
yang terlibat dalam kegiatan SL-PTT mendapatkan penjelasan menyangkut semua
aspek teknis (teknologi PTT) maupun aspek non teknis diantaranya pemupukan
spesifik lokasi, dan teknologi pengomposan jerami dengan promi. Materi pelatihan
disesuaikan dengan tahapan pertanaman yaitu mulai dari pengolahan tanah,
penentuan dosis pemupukan menggunakan PUTK, pengendalian OPT berdasarkan
prinsip PHT, penanganan panen dan pasca panen serta penanganan dan
pengelolaan perbenihan. Selain itu juga dilakukan motivasi untuk meningkatkan
kerjasama petani didalam kelompok melalui pembenahan manajemen kelompok
tani.
Peragaan/display varietas Kedelai meliputi pengolahan tanah, penanaman,
pemeliharaan, panen dan temu lapang. Pengolahan tanah, tanah dibajak sedalam 15
-20 cm dengan menggunakan hand taktor kemudian dibuat petakan dan saluran
drainase. Kegiatan display dilaksanakan pada lahan seluas 1 ha dengan luas masing-
masing petakan sebanyak 0.25 ha untuk 4 orang petani kooperator. Sebelum
penanaman diadakan pertemuan dengan petani kooperator, penyuluh pendamping
dan staf BPSB untuk bersama-sama dengan BPTP melakukan persiapan penanaman
meliputi tenaga kerja dan sistem tanam yang direkomondasikan sesuai petunjuk
teknis display varietas, selanjutnya penanaman dilaksanakan pada tanggal 4 dan 5
Mei 2014. Benih kedelai varietas unggul baru (VUB) yang ditanam adalah varietas
Agromulyo, ijen, Tanggamus, Kaba dan Wilis. Benih ditanam dengan cara di tugal dua
biji per lubang tanam dengan jarak tanam 40 x 20 cm.
Pemeliharaan dari hasil monitoring atau pengamatan perkembangan OPT di
lapangan terdapat beberapa hama yang menyerang tanaman kedelai sedangkan
untuk penyakit tidak ditemukan pada lokasi display varietas. Untuk
mengantisipasi/menekan serangan hama tersebut telah diatasi dengan
menggunakan mulsa jerami dan pestisida.. Adapun hama yang menyerang tanaman
kedelai adalah ulat daun, kepik hijau dan hawar. Penanganan serangan hama di
lakukan pada tanggal 29 Juni 2014 antara lain : (1) untuk penanganan kepik hijau
mengunakan Poltas atau Decis, (2) untuk hawar mengunakan Ditane M.45.
64
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
Pemupukan dilakukan sesuai juknis secara di tugal dan sesuai kebiasaan petani
yakni secara larikan. Kegiatan pemupukan melibatkan 22 orang petani termasuk 4
petani kooperator. Kondisi pertumbuhan tanaman semula cukup baik hanya pada
saat tanaman menjelang pengisian polong terjadi perubahan iklim ke musim
kemarau panjang sehingga pertumbuhan tanaman agak kerdil disebabkan tanaman
kekurangan air.
Kegiatan panen dan temu lapang dilaksanakan pada tanggal 24 Juli 2014,
yang dihadiri oleh petani, gapoktan, Kepala BPP, Kepala desa, penyuluh lapangan,
Penyuluh dan Peneliti BPTP, Petugas POPT dan Pengawas benih (BPSB). Pada
kegiatan temu lapang disampaikan materi pendampingan SL-PTT Kedelai dan
selanjutnya terjadi dialog dengan peserta temu lapang untuk mendapatkan umpan
balik. Permasalahan yang dikemukakan oleh petani peserta temu lapang adalah (1)
Ketersedian air pada musim tanam kedelai sering terjadi kekurangan terutama
menjelang fase pengisian polong. Disi lain ada sumber air yang letaknya berdekatan
dengan areal penanaman kedelai, tetapi belum ada saluran untuk mengairi areal
tanaman kedelai. Oleh sebab itu petani mengusulkan kepada pemerintah supaya
dibuat bendungan atau tandon (bak penampung air hujan) untuk dapat mengairi
areal tanaman kedelai; (2) petani setempat selama ini masih menanam kedelai
dengan varietas lokal (Willis) karena benih berlabel dan VUB kedelai sulit diperoleh.
Dengan adanya kegiatan uji adaptasi 5 VUB kedelai oleh BPTP Maluku dan
bekerjasama dengan Petugas BPSB setempat maka hasilnya dapat dijadikan benih
unggul yang berlabel untuk menggantikan varietas lokal yang selama ini mereka
tanam; (3) masih kekurangan mesin pengolahan tanah kering sehingga mohon
bantuan mesin pengolahan tanah kering.
Rata-rata hasil panen ubinan (2.5 m x 2.5 m) dari varietas-varietas unggul baru
yang di uji menunjukkan bahwa varietas Ijen (FS) = 1.06 t/ha; Willis (SS) = 0.93
t/ha; Kaba (FS) = 0.91 t/ha; Argomulyo (SS) = 0.85 t/ha dan Tanggamus (FS) =
0.69 t/ha. Hasil panen kelima VUB ini selanjutnya disertifikasi oleh pengawas benih
(BPSB) untuk digunakan sebagai benih berlabel.
65
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
elaksanaan Gugus Tugas Kalender Tanam (Katam) Terpadu Menghadapi Dinamika Perubahan Iklim Di Provinsi Maluku
Penanggung Jawab Kegiatan: Jacob M. Ayal, SP
Kegiatan Sosialisasi dan pendampingan Kalender Tanam ( KATAM ) Terpadu
untuk tahun 2014 dilaksanakan pada empat Kabupaten yang merupakan daerah
penghasil beras untuk Provinsi Maluku, yaitu Kabupaten Seram Bagian Barat,
Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten Seram Bagian Timur, Kabupaten Buru.
Metode Sosialisasi yang digunakan berupa Kegiatan Tatap Muka secara langsung
dengan petani pada tiap-tiap lokasi yang dimaksud. Dan pada saat yang sama
dibagikan leaflet Katam, brosur Info Katam untuk BPP dan Poster, sehingga
informasi Katam dapat diterima secara langsung oleh petani dan penyuluh. Pada
kegiatan sosialisasi ini juga dilakukan pelatihan tentang “Cara Mengakses Informasi Katam” baik melalui pesan singkat (SMS) ataupun melalui aplikasi Katam Terpadu
pada Smartphone berbasis sistem operasi Android.
Pelaksanaan kegiatan sosialisasi Kalender Tanam terpadu, Materi yang
disosialisasikan adalah :
Penjelasan tentang latar belakang katam Terpadu.
Penjelasan tentang defenisi dan fungsi katam Terpadu.
Penjelasan tentang manfaat dan sasaran dari katam terpadu,
Penjelasan tentang keunggulan katam terpadu.
Pada kesempatan tersebut juga dilakukan kegiatan praktek cara mengakses
informasi Katam melalui pesan singkat. Mengawali pelatihan disampaikan pula
beberapa informasi tambahan sbb:
a. Informasi katam Terpadu dapat diperoleh dengan menggunakan SMS dan
Android.
b. Aplikasi Android untuk kalender tanam terpadu melalui Google Play Store dengan
nama aplikasi ” Kalender Tanaman Versi Ringan”.
c. Penggunaan nomor SMS-Center 08-123-565-1111 atau 082-123-456-500 untuk
mengirim pesan
P
66
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
d. Praktek mengirim pesan/SMS ke nomor SMS-Center diatas untuk mendapat
informasi katam meliputi informasi waktu tanam, kebutuhan pupuk dan informasi
varietas rekomendasi yang tersedia di level kabupaten dan kecamatan.
Misalnya yang dipraktekkan peserta di Kec. Kairatu adalah Caranya: peserta
dianjurkan untuk simpan salah satu nomor SMS-Center 082-123-456-500 pada HP
masing-masing peserta. Kemudian untuk mengetahui info potensi awal tanam di
kec. Kairatu, peserta dianjurkan ketik Info Katam Kec. Kairatu. Selanjutnya SMS
tersebut di kirim ke nomor SMS-Center 082-123-456-500. Kemudian, tunggu sekitar
1 menit, terjadi balasan yang ditandai dengan bunyi dering di HP. Balasan hasil sms
dapat di baca pada HP masing-masing peserta. Hal yang sama pula dilakukan untuk
mengetahui info VUB yang direkomendasikan, jenis dan dosis pupuk yang di
butuhkan untuk padi sawah di kec. Kairatu.
Hasil sms yang dibalas: MT III 2014. info katam di KEC. KAIRATU/KAB.SERAM
BAGIAN BARAT : Potensi Awal Tanam Padi Sawah:, Potensi Awal Tanam Palawija
JUL III-AGS I, Prediksi sifat hujan: ATAS NORMAL, Luas Baku: 957 ha, Potensi Luas
Tanam Padi Sawah:0 ha, Jagung/Kedelai: 957ha, Kedelai: 0 ha.
@BALITBANGTAN/web:katam.litbang.deptan.go.id
Informasi pupuk.
Hasil sms yang dibalas: MT III 2014: info Rekomendasi Pupuk Tunggal di
KEC. KAIRATU/KAB. SERAM BAGIAN BARAT :Tunggl Tanpa Bahan Organik :
Urea:200 kg/ha, SP-36: 100 kg/ha, KCl:100 kg/ha,. Untuk Tunggal + Kompos Jerami
2 ton/ha: Urea: 180 kg/ha, SP-36: 100 kg/ha, KCl:50 kg/ha. Untuk Tunggal + Pupuk
Organik 2 ton/ha: Urea: 175 kg/ha, SP-36: 50 kg/ha, KCl: 80 kg/ha,.
@BALITBANGTAN/web:katam.litbang.deptan.go.id
Informasi varietas rekomendasi.
Hasil sms yang dibalas: MT III 2014: Info varietas rekomendasi Padi Sawah
di KEC. KAIRATU/KAB.SERAM BAGIAN BARAT : REKOMENDASI UMUM : INPARI 12;
@BALITBANGTAN/web:katam.litbang.deptan.go.id
67
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
odel Pengembangan Pertanian Pedesaan
Melalui Inovasi (m-P3MI) di Maluku
Penanggung Jawab Kegiatan: Dr Ir Janes B. Alfons MS
Model usahatani berbasis pangan lokal (ubikayu/enbal) dapat meningkatkan
hasil tanaman pokok (ubikayu/enbal) maupun tanaman ikutan jagung dan kacang
hijau, kecuali tanaman kacang tanah. Produktivitas ubikayu (tanaman pokok) yang
dicapai sebesar 14.17 t/ha meningkat sebesar 14,36 % dibandingkan dengan
produktivitas eksisting (12,39 t/ha). Demikian juga produktivitas jagung dan kacang
hijau yang dicapai sebesar berturut-turut 3,89 t/ha dan 2,25 t/ha atau terjadi
peningkatan produktivitas eksisting jagung (0,89 t/ha) dan kacang hijau (0,25
t/ha) berturut-turut sebesar 29,77 % dan 12,63 %.
Penerapan model usahatani berbasis pangan lokal “ubikayu/enbal” juga memberi keuntungan usahatani sebesar Rp. 164,186,000,-/ha/tahun untuk satu
kelompok tani (10 orang). Dengan demikian seorang petani memperoleh
pendapatan bersih sebesar Rp. 16,418,600,-/ha/tahun atau sekitar Rp. 1.368.200,-
/ha/bulan.
Model usahatani berbasis pangan lokal “ubikayu/enbal” layak secara ekonomis
untuk dikembangkan pada agroekosistem lahan kering dataran rendah iklim basah di
kabupaten Maluku Tenggara karena nilai MBCR ratio > 1 (8.55), artinya setiap
penambahan input (biaya prosuksi) usahatani sebesar Rp. 1.000,- akan memberi
penambahan pendapatan sebesar Rp. 8.550,-.
m-M-P3MI Kabupaten Seram Bagian Barat
Model Usahatani Integrasi Padi Sawah dan Ternak Sapi berpeluang
dikembangkan pada lahan sawah irigasi dataran rendah di Seram Bagian Barat
karena limbah padi sawah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk dan pakan ternak
demikian juga kotoran sapi dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif
(biogas) dan sebagai pupuk organik (padat dan cair) untuk digunakan pada tanaman
padi sawah.
M
68
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
UPBS (Unit Pengelola Benih Sumber)
69
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
nit Pengelola Benih Sumber
Penanggung Jawab Kegiatan: Dr Ismatul Hidayah MP SP
Varietas unggul merupakan salah satu teknologi yang berperan penting dalam
peningkatan kuantitas dan kualitas produk pertanian. Secara terus menerus,
varietas-varietas unggul tersebut terus diperbaiki keunggulannya melalui proses
pemuliaan, dan apabila memenuhi persyaratan, selanjutnya dilepas secara resmi
oleh pemerintah (Menteri Pertanian) sebagai varietas unggul baru (VUB). Sebagai
gambaran, selama tiga dasawarsa terakhir, telah dilepas sekitar 83 varietas padi,
yang terdiri atas padi sawah inhibrida dan hibrida, padi ketan, padi gogo, padi rawa
pasang surut, dan selama dasawarsa terakhir juga telah dilepas 35 varietas jagung
dan 26 varietas kedelai.
Produksi benih sumber menjadi sangat penting dan menempati posisi strategis
dalam industri perbenihan nasional guna mendukung peningkatan produksi padi,
jagung dan kedelai. Selanjutnya benih sumber akan menjadi sumber bagi produksi
benih dari kelas di bawahnya yang akhirnya digunakan petani. Untuk mempercepat
laju penyaluran benih sumber yang bersertifikat hingga ketingkat petani perlu
dibangun suatu sistem produksi benih sumber secara partisipatif mulai dari
pemilihan komoditas dan varietas yang mendapat respon cukup baik dari petani
maupun penangkar benih lokal.
Di Provinsi Maluku terdapat 4 (empat) kabupaten sentra produksi padi sawah
yaitu : Kabupaten Maluku Tengah, Seram Bagian Barat, Seram Bagian Timur dan
Buru. Luas areal sawah irigasi di keempat kabupaten tersebut masing-masing 4.750
ha, 932 ha, 1.500 dan 6.649 ha (SL-PTT Provinsi Maluku, 2012). Dengan total areal
pertanaman seluas 13.831 ha, maka kebutuhan benih sebar (ES) untuk dua kali
musim tanam adalah sebesar 691 ton. Dengan mengetahui kebutuhan benih sebar
(ES) sebesar itu pertahunnya, maka dapat dihitung kebutuhan benih padi kelas SS
(benih pokok) dan benih dasar (FS) masing-masing sebesar 5,75 ton dan 50 kg.
Dengan dasar pertimbangan ini maka UPBS BPTP Maluku sebaiknya mengambil
U
70
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
peran untuk hanya memproduksi benih padi kelas SS dan ES dengan kisaran antara
10 – 15 % dari total kebutuhan benih padi di Provinsi Maluku.
Kegiatan dilaksanakan pada bulan Maret – Desember 2014 bertempat di
Kabupaten Maluku Tengah, Seram Bagian Barat dan Seram Bagian Timur.
Pelaksanaan kegiatan meliputi : penyiapan lahan persemaian dan penyemaian benih,
pengolahan tanah dan penanaman, pemeliharaan pertanaman (pengairan,
pemupukan, penyiangan, pengendalian OPT), seleksi (roguing) pertanaman calon
benih (tahap 1 – 2), panen, pasca panen dan sertifikasi benih.
Hasil kegiatan menunjukkan:
Terjadinya penurunan produksi sebesar 19,76% dari produksi yang ditargetkan
(41 ton) akibat adanya serangan hama penyakit (pengerek batang) dan
kekeringan.
Total Produksi benih sebesar 33.700 kg ( bagian petani penangkar 22.700 kg dan
bagian BPTP 11.000 kg.
71
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
Benih yang diproduksi sudah memenuhi standar benih yang ditetapkan
Stok benih yang di Label yaitu varietas Limboto (kelas FS) 700 kg,
situpatenggang (kelas FS) 700 kg, Situbagendit (kelas FS) 440 kg, Conde (kelas
FS) 580 kg, Cigeulis (kelas FS) 640 kg, Inpari 20 (kelas FS) 520 kg, Inpari 21
(kelas SS) 2.120 kg, Inpari 23 (kelas SS) 1.950 kg, Inpari 24 (kelas SS) 1.120 kg,
Inpari 27 (kelas ES) 660 kg dan Inpari 28 (kelas ES) 1.570 kg.
Potensi benih sebanyak 17,550 kg (bagian dari petani penangkar yang belum
dilakukan pelabelan).
72
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
ebsite Penanggung Jawab Kegiatan: Helena M. Tarumasely Amd
Aktivitas penyebaran informasi yang dilakukan website harus dapat
menyebarluaskan keberhasilan berbagai teknologi dan inovasi yang telah dihasilkan
oleh Badan Litbang Pertanian dan BPTP Maluku. Disamping menyebarkan informasi,
website juga diharapkan dapat dijadikan sebagai sarana tukar-menukar informasi
kepada pengguna. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan informasi, sistem
pengelolaan website BPTP Maluku selalu mengikuti perkembangan digitalisasi dan
kecepatan akses dan selalu aturan pengembangan website Badan Litbang Pertanian.
Guna mengembangan website maka tahun 2014 kegiatan yang dilakukan antara lain
: 1) melakukan pengolahan informasi hasil kajian ke informasi online, 2) menyusun
koleksi informasi terkini dari situs website, 3) mengupload database ke situs website.
Metode yang digunakan pada kegiatan pengelolaan website ini berupa metode
pengumpulan data; 1) Metode observasi, yaitu mengamati perkembangan teknologi
informasi terbaru. 2) Metode wawancara, yaitu mewawancarai berbagai pihak guna
mendapat informasi. 3) Metode Kepustakaan, yaitu menggunakan materi-materi
yang diterima dari bahan-bahan publikasi. Ruang lingkup pelaksanaan kegiatan
pengelolaan dan pengembangan situs website adalah penatalaksanaan manajemen
pengelolaan website, perumusan materi inovasi-inovasi hasil kajian para pengkaji
dan aktivitas intitusi BPTP untuk di komunikasikan interaktiv dinamis secara online
dengan pengguna.
Informasi yang ditampilkan dalam web adalah:
1. Profil: Sumber Daya Manusia
2. Berita, meliputi:
a. Bukan Cuma Goreng Dan Rebus Tapi Kuepun Jadi
b. Bulan Bakti Agro Inovasi Balitbangtan ke 40 dan Hari Kunjung Perpustakaan 2014
c. Dari Provinsi Seribu Pulau Mari Rangkai Pertanian Yang Ramah Lingkungan
d. Bahasa Penyuluh Menyentuh Dinamika Bahasa Petani
e. Panen Kedelai Pada Kegiatan Demfarm Kedelai di Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB)
W
U
73
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
f. UPBS 2014 di Maluku
g. Detik-Detik Proklamasi Menyentuh Relung Hatiku
h. Pendampingan teknologi SL-PTT Kedelai Maluku Tengah
i. Audens Kepala BPTP Maluku bersama staf dengan Bapak Gubenur Provinsi Maluku
j. Implementasi MP3MI Berbasis Tanaman-Ternak di Maluku
k. Penyegaran yang berarti
l. Kegiatan BPTP Maluku T.A. 2014
m. Gugus Tugas Kalender Tanam (KATAM)
n. Pendampingan teknologi SL-PTT padi sawah di Maluku (SBT)
o. Pemeliharaan Itik Fase Grower (Fase Dara)
p. Pendampingan Program SL-PTT Kedelai
q. Pendampingan teknologi SL-PTT Padi Sawah di Kabupaten SBB
3. Info teknologi
a. Masih Perlukah Kedelai Di Budidayakan? b. Kegiatan Demfarm kedelai
4. Litkaji a. Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (Model KRPL) Kabupaten Seram Bagian
Timur 2013
b. Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (m-KRPL) Kabupaten Buru 2013 c. Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (m-KRPL) Kabupaten Buru Selatan 2013
d. Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (m-KRPL) Kabupaten Kepulauan Aru 2013
e. Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (m-KRPL) Kabupaten Kota Ambon 2013
f. Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (m-KRPL) Kabupaten Maluku Tengah 2013
g. Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (m-KRPL) Kabupaten Maluku Barat Daya 2013
h. Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (m-KRPL) Kabupaten Maluku Tengara Barat 2013
i. Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (m-KRPL) Kabupaten Seram Bagian Barat
2013
j. Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (m-KRPL) Kabupaten Kota Tual 2013
k. Analisis Kebijakan Pertanian : Kajian Dampak Penambangan Emas Terhadap Kegiatan Usaha Pertanian Dan Produksi Pertanian Di Kabupaten Buru 2013
l. Peningkatan Manfaat Bahan Pangan Non Beras Mendukung Upaya Diversifikasi
Ketahanan Pangan Di Maluku 2013
m. Pengelolaan Sumber Daya Genetik di Maluku 2013
74
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
n. Integrasi Padi - Ternak Pada Agroekosistem Lahan Sawah Di Desa Waihatu,
Kecamatan Kairatu Barat-Kabupaten Seram Bagian Barat 2013
o. Kajian Potensi Dan Perbaikan Teknologi Budidaya Beberapa Pangan Lokal Sebagai Sumber Pangan Alternatif Di Maluku 2013
p. Inventarisasi, Dokumentasi Dan Karakterisasi Penyebaran Plasma Nutfah Komoditas Perkebunan, Tanaman Pangan Dan Hortikultura Spesifik Lokasi Di
Propinsi Maluku 2013
q. Pendampingan SLPTT Padi Sawah di Kabupaten Seram Bagian Barat 2013
75
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
erpustakaan Digital Penanggung Jawab Kegiatan: Helena M. Tarumasely Amd
Perpustakaan BPTP Maluku merupakan bagian dari sebuah penyelenggara
informasi pertanian, oleh karena itu visi, misi dan rencana strategis perpustakaan
harus sejalan dengan kebutuhan pemustaka. Layanan perpustakaan BPTP Maluku
sebagai institusi penyedia layanan informasi tidak mencari keuntungan atau nirlaba.
Layanan perpustakaan mulai dari mencari, mengumpulkan, mengolah dan
menyebarkan informasi selalu mengutamakan kebutuhan pemustaka. Layanan pada
perpustakaan BPTP Maluku adalah layanan manual dan elektronis. Layanan
elektronis adalah pengguna bisa langsung menelusur ke pangkalan data pada OPAC
(Online Public Access Catalog) atau langsung ke jurnal elektronis yang dilanggan
oleh PUSTAKA Bogor seperti Proquest dan Science Direct. Jurnal Proqest dan
Science Direct yang bisa di searching. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan
informasi baik intern maupun ekstern, sistem pengelolaan perpustakaan digital BPTP
Maluku selalu mengikuti perkembangan digitalisasi dan kecepatan akses yang
terfokus pada metadata dan jaringan komputer (internet). Pengelolaan/pengisian
pangkalan data (database) perpustakaan dilakukan melalui program bersama Badan
Litbang Pertanian, yang pimpin oleh Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi
Informasi Pertanian (Pustaka). Untuk memenuhi kebutuhan akan informasi
pemustaka maka selama tahun 2012 kegiatan yang telah dilakukan antara lain: 1)
Menginfentarisasi koleksi perpustakaan, 2) pengisian pangkalan data, 3)
melayani pemustaka dan peminjaman, 4) memelihara koleksi perpustakaan, 5)
mengalih mediakan publikasi menjadi koleksi on-line, 6) mengirim semua pangkalan
data melalui program core FTP Lite. Prosedur pelaksanaan dilakukan mulai dari
penerimaan koleksi, mencatat publikasi masuk pada buku induk, pemberian cap
perpustakaan, pemberian nomor klasifikasi, label buku dan kartu buku serta
penataan koleksi pada rak buku.
P
76
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
Pengisian pangkalan secara digital dilakukan mulai dari memilah koleksi atas
katagori buku, iptan, majalah dan pptan. Untuk database buku ( Menentukan
nomor klasifikasi dari buku tersebut, Agrovoc/kata kunci yang diakui secara
Nasional/internasional, menentukan format/tipe file, memberi nama file fulteks yang
telah di scan (alihmedia)), database iptan : a) menentukan kategori subjek dari
judul publikasi, b) menentukan type publikasi (jurnal masuk dalam type publikasi
artikel serial, prosiding masuk dalam type publikasi artikel monograf, monograf
yang mempunyai banyak judul termasuk type publikasi monograf berseri, sedangkan
monograf tunggal masuk type publikasi buku, c) menentukan Bibliografi level, d)
menentukan komoditas spesifik, e) menentukan Agrovoc utama, f) abstak Bahasa
Indonesia, g) abstak Bahasa Inggris, h) format/tipe file, i) nama file fulteks,
database pptan : a) menentukan nomor klasifikasi, b) agrovoc, c) format/tipe file,
d) nama file fulteks.
Kunjungan ke perpustakaan sebanyak 1.524 orang yang meliputi peneliti 554
orang, penyuluh 141 orang, mahasiswa 661 orang, dosen 3 orang. Peminjaman
dilakukan sebanyak 108 orang meliputi peneliti 51 orang, penyuluh 24 orang, staf
umum 33 orang. Publikasi yang masuk meliputi 190 buku, 39 Iptan, 4 Pptan edisi
Januari hingga Desember 2014. Mengalihmediakan semua koleksi tercetak (scan
data) sebanyak 123 buku. Pengiriman database ke pustaka yaitu semua data yang
telah selesai dientri (buku, iptan dan pptan) dikirim melalui program Core FTP Lite
(program bersama Pustaka) untuk menambah pangkalan data perpustakaan digital
BPTP Maluku yang berada di sever Pustaka Bogor.
77
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
endampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari di Maluku
Kegiatan pendampingan KRPL di 4 (empat) kabupaten/kota diawalai dengan
mempelajari laporan perkembangan dari lokasi-lokasi KRPL melalui komunikasi
telepon, maupun tatap muka langsung dengan penyuluh pendamping, disamping
membaca hasil monitoring dan evaluasi (MONEV) oleh tim Monev BPTP Maluku.
Selanjutnya tim pendampingan mempelajari dan menyiapkan kebutuhan dalam
bentuk materi tertulus (lifleat,brosur) tentang budidaya sayuran, budidaya tanaman
spesifik lokasi/ tanaman rempah dan obat, disamping pencegahan OPT dengan
menggunakan pestisida nabati. Untuk memperlancar kerja dilapangan terutama di
kelompok RPL, tim pendampingan berkoordinasi dengan pimpinan wilayah setempat
yaitu Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, Camat setempat, Pimpinan Pertanian
Kecamatan, Koordinator Penyuluh Kecamatan, Kepala Desa disamping penyuluh
pertanian setempat.
Perkembangan pendampingan m-KRPL pada tahun 2014 meliputi 4 wilayah
kabupaten/kota yaitu Kota Ambon, Maluku Tengah, Seram Bagian Barat dan Buru
seperti yang sudah diuraikan di table-tabel diatas. Dengan demikian terlihat jelas
bahwa dari pendampingan yang sudahdilaksanakan mengacu kepada petunjuk
teknis/petunjuk pelaksanaan yang baku dan sudah dilaksanakan sejak kegiatan m-
KRPL digulirkan secara nasional yaitu dengan mengikuti langkah kerja mulai dari
perencanan,pelaksanaan pendampingan, proses pendampingan, sampai pada
evaluasi bersama antara pendamping dengan anggota kelompok m-KRPL dalam
bentuk pertemuan yang dilaksanakan dipekarangan anggota kelompok dihadiri oleh
instansi terkait pada tingkat kecamatan. Perhitungan skor Pola Pangan Harapan
(PPH) juga dilaksanakan oleh tim pendamping dengan mengikuti prosedur yang
sudah berlangsung selama pelaksanaan kegiatan m-KRPL denga langkah-langkah
antara yaitu skor PPH yang dihitung adalah skor PPH tingkat konsumsi keluarga/
rumah tangga yang didekati dengan Pengeluaran pangan satu hari yang lalu. Yang
dimaksudkan keluarga/rumah tangga disini adalah sekelompok orang yang
P
78
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik dan makan bersama dari satu
dapur.Untuk menjaring data tingkat konsumsi keluarga/rumah tangga digunakan
kuesioner konsumsi Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang digunakan
oleh BPS. Demikian pula angka konversi zat gizi mengikuti angka konversi yang
digunakan dalam SUSENAS. Dari perhitungan PPH yang diambil dari masing-masing
kabupaten/kota terutama pada lokasi m-KRPL pada saat sebelum dan sesudah
pendampingan ternyata nilai rata-rata kisarannya ada pada 61,40 – 78,90.
Dari pola pendampingan yang dilaksanakan oleh tim pendamping BPTP
Maluku telah memberikan dorongan sekaligus membangun partisipasi anggota
kelompok pada kawasan tersebut secara visual data dan faktanya seperti di bawah
ini :
1. Pendampingan m-KRPL Kota Ambon :
1.1. KRPL Dususn Kamiri – Desa Hatiwe Besar
Pendampingan KRPL di Kota Ambon dilaksanakan pada kelompok RPL tahun
2013 yaitu di Dusun Kemeri Desa Hatiwe Besar denga jumlah kelompok sebanyak 20
kepala keluarga/keluarga yang sebagaian besar adalah ibu rumah tangga. Kegiatan
pendampingan ini dilaksanakan pada bulan Mey 2014. Inti pendampingan adalah
membantu kelompok KRPL setempat untuk melakukan evaluasi terhadap kegiatan
KRPL tahun 2013, merencanakan, melaksanakan kembali kegiatan KRPL tahun 2014
dengan tetap mempedomani petunjuk teknis pengembangan KRPL dalam rangka
meningkatkan fungsi pekarang menjadi lebih produktif, memenuhi kebutuhan gizi
keluarga, sebagai ketahan pangan keluargadan dapat dipasarkan jika ada kelebihan
produk saat panen. Berdasarkan fakta lapangan bahwa kegiatan KRPL di dusun
kamiri-Hatiwe besar kota ambon sampai awal tahun 2014 perkembangannya
menurun. Penyebap utamanya adalah kesibukan ibu-ibu mengurus rumah tangga
termasuk mencari nafkah diluar rumah sehingga waktunya tersita karena kesibukan
tersebut. Kegiatan tanam-menanan di KRPL membutuhkan waktu ekstra untuk
mengolah tanah (bedengan,polybag), menyemai benih/bibit, menanam,
merawat/menyiram hingga panen.
79
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
Oleh karena ada peran ganda mencari nafkah dengan membantu suami
berjualan dipasar, maka perhatian untuk menata pekarangan dengan tanaman
bergizi ; sayuran, buah dll jelas terganggu. Oleh karena itu ada kegiatan
pendampingan KRPL di dusun kamiri-hatiwe besar dititikberatkan pada upaya
menyakinkan ibu-ibu dalam kelompok untuk menata kembali usaha pekarangannya.
Tim pendamping juga memperbaiki KBD dengan memperbaiki pompa air untuk
mempermudah penyiraman tanaman, memberikan pupuk organic/pupuk kandang.
Pembenahan terhadap KBD adalah menjadi perhatian Karena melalui KBD anggota
kelompok dapat memanfaatkan bibit/benih tanam yang sudah disemai sehingga
kebutuhan anggota kelompok KRPL dapat dihitung secara efisien karena benih/bibit
tanaman dalam bentuk sayuran adalah benih hibrida yang harganya juga sering
berfluktuatif.
1.2. Kegiatan pendampingan m-KRPL di Desa Hunuth – Kota Ambon
Kegiatan pendampingan m-KRPL di Desa Hunuth-Kota Ambon sejatinya
sudah memasuki tahun ke 3 (2012-2014). Kegitan pendampingan di tahun 2014
sebenarnya adalah melanjutkan kegiatan sebelumnya yang perkembangannya
sangat baik pada akhir tahun 2012-2013 (pernah dikunjungi Menteri Pertanian),
namun memasuki tahun 2014 terjadi stagnasi karena kondisi musim kemarau dan
kesulitan air. Pendampingan m-KRPL di desa Hunuth yang dilaksanakan oleh tim
pendamping oleh BPTP Maluku kembali mendorong/memotivasi anggota kelompok
untuk bergiat kembali dan sampai dengan Desember 2014 kelompok m-KRPL
tersebut kembali berkembang. Kondisi psikolog anggota kelompok m-KRPL di desa
ini tidak berbeda jauh dengan desa yang lain, disamping ada dinamika yang terus
berkembang tetapi tingkat kecurigaan anggota kelompok satu terhadap yang lain
tetap ada. Untuk mengatasi hal tersebut pada saat pendampingan dilakukan diskusi
kelompok sehingga hal-hal yang terjadi diantara sesama anggota kelompok dapat
mencair dan kembali dinamis.
80
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
1.3. Kegiatan pendampingan m-KRPL di Desa Hukurila – Kota Ambon
Kegiatan pendampingan m-KRPL di Desa Hukurila – Kota Ambon sejatinya
sudah memasuki tahun ke 2 (2014). Kegiatan pendampingan ditahun 2014
sebenarnya adalah untuk melanjutkan kegiatan tahun sebelumnya yang
perkembangannya cukup stabil tetapi untuk kekompakan kelompok dalam
bekerjasama masih belum baik. Hal ini terlihat dari pengelolaan KBD yang belum
maksimal dalam arti bahwa pengelolaan KBD hanya diserahkan untuk 2-3 anggota
kelompok. Disamping itu ada unsur kecurigaan anggota terhadap ketua kelompok
KRPL setempat. Untuk mengantisipasi keadaan tersebut, maka dalam
pendampingan telah dilakukan diskusi bersama dimana ada keterbukaan dalam
kelompok dan ganjalan tersebut sedikit demi sedikitmencair dan sesame anggota
dapat melakukan kesepakatan bersama untuk bekerja sama meningkatkan usaha
pekarangannya. Hal penting juga yang perlu diantisipasi adalah masalah air yang
dibutuhkan untuk menyiram tanaman, karena kondisi desa yang berbukit sehingga
mereka kesulitan air. Oleh karena itu pada saat pendampingan telah dilakukan
pembenahan terhadap instalasi air dengan didukung partisipasi anggota kelompok
KRPL Desa tersebut.
2. m-KRPL Kab Seram Bagian Barat
Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) merupakan salah satu wilayah
administrasi yang termasuk dalam wilayah Pemerintahan Provinsi Maluku. Piru
sebagai ibukota kabupaten SBB berjarak sekitar 86,2 Km dari Kota Ambon dapat
ditempuh sekitar 3 jam dengan menggunakan kapal feri dan angkutan darat. Kab
SBB dibagi dalam 5 Kecamatan Yaitu Kecamatan Huamual Belakang, Kecamatan
Seram Barat, Kecamatan Kairatu, Kecamatan Kairatu Barat, Kecamatan Taniwel.
Aksesibilitas di Kairatu barat cukup baik, sarana transportasi dari dan ke ibukota
kabupaten maupun antar kecamatan dan antar desa sangat lancer setiap hari, baik
angkutan roda empat maupun roda dua. Kegiatan pendampingan m-KRPL di Seram
Bagian Barat (SBB) tepatnya di Desa Waisamu dan Desa Lohiatala Kecamatan
Kairatu Barat. Lokasi tersebut merupakan lokasi kegiatan tahun 2013 dan dipilih
untuk didampingi lagi karena kegiatannya masih baik dan masuk dalam kriteria
81
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
hijau. Kegiatan pendampingan di SBB baru dilakukan setelah pemeriksaan Irjen
bulan Agustus 2014.
3. m-KRPL Kab Pulau Buru
Kegiatan m-KRPL di Kab P. Buru sejak tahun 2013 telah dilaksanakan di 2
(dua) lokasi/kawasan/desa yaitu desa Namlea dan desa Waplau. Dari beberapa
indicator untuk melihat keberhasilan pengembangan KRPL, maka sejauh ini KRPL di
Kab Buru belummemperlihatkan adanya dukungan yang signifikan dalam
pengembangan pertanian di wilayah tersebut. Oleh karena itu dalam tahun 2014,
kelompok KRPL yang ada di pulau buru didampingi atau didekati dengan metode
penyuluhan yang dapat menggunggah, memotivasi lagi anggota KRPL di Namatek –
Namlea maupun Waplau supaya dapat berkembang secara baik. Dan pada bulan
September-Desember 2014 kegiatan pendampingan dilakukan untuk meningkatkan
fungsi pekarangan.
4. m-KRPL Kab Maluku Tengah
Kabupaten Maluku Tengah merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi
Maluku yang terdiri dari 17 Kecamatan, 6 Kelurahan, 171 Desa. Kab Maluku Tengah
letaknya diapit oleh Kab Seram Bagian Barat dan Kab Seram Bagian Timur.
Pendampingan m-KRPL di kabupaten Maluku Tengah tahun 2014 dilakukan di
Desa Haruru kecamatan Amahai. Jumlah kepala keluarga 1.163 jumlah jiwa. Mata
pencarian pada umumnya nelayan dan petani, sedangkan Desa Haruru berbatasan
dengan sebelah utara desa waipo, sebelah timur dengan kelurahan letwaru.
Karekteristik kelompok m-KRPL desa haruru adalah ibu rumah tangga yang
setiap harinya sibuk dengan urusan rumah tangga dan yang tergabung dalam tim
penggerak PKK di kelurahan/desa tersebut. Kegiatan m-KRPL yang melibatkan ibu-
ibu tersebut dengan memanfaatkan lahan pekarangan mereka untuk penanaman
sayuran baik di polybag maupun dengan membuat bedengan kecil. Pemanfaatan
lahan pekaran merupakan salah satu factor untuk mencukupi kebutuhan gizi dan
meningkatkan ketahanan pangan keluarga. Petani kooperator di Kelurahan Lasane
maupun Desa Haruru berjumlah 20 orang untuk masing-masing keluranan dan desa
82
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
pengelompokan lahan pekarang dikelompokan menjadi 3 yaitu pekarangan sangat
sempit, pekarangan sempit dan pekarangan sedang. Dengan demikian yang
berpekarangan sangat sempit (tanpa halaman) model budidayanya menggunakan
rak vertikultur, pot/polybag, pekarangan sempit model budidayanya menggunakan
rak vertikultur, pot/polybag, dan tanam langsung, sedangkan pekaran sedang model
budidayanya dengan pot/polybag, tanam langsung, bedengan dan multistrata.
Setelah kurang lebih 3 tahun (2011-2013) kegiatan pendampingan m-KRPL di
kabupaten Maluku Tengah dilaksanakan ternyata ada penurunan partisipasi anggota
tergadap kekompakan kelompok m-KRPL, itu berdampak pada dinamika kelompok
yang tidak berkembang. Hasil penilaian melalui Monev maupun kunjungan langsung
dari tim Pembina m-KRPL di BPTP Maluku menunjukan bahwa ada kelompok yang
perlu dibina dan adalagi yang tidak bisa dibina dalam pendampingan. Kelompok m-
KRPL yang masih bisa dibina adalah kelompok m-KRPL Desa Haruru. Kegiatan
pendampingan m-KRPL di Desa Haruru Kabupaten Maluku Tengah tahun 2014
berlangsung bulan September-desember 2014.
Dari kegiatan pendampingan yang telah dilaksanakan oleh BPTP Maluku tahun
2014 dapat disimpulkan sekaligus disarankan beberapa hal :
1. Keterlambatan kegitan pendampingan m-KRPL 2014 akibat dari perubahan
anggaran/revisi anggaran secara berturut-turut pada bulan Mey dan Juni dan
bersamaan dengan itu ada pemeriksaan irjen Kemtan dan melalui laporan
pemeriksaan itu disarankan untuk melakukan pendampingan m-KRPL hanya di
8 lokasi/kawasan dari 16 lokasi hasil pemetaan yang masih layak untuk
didampingi terutama didaerah perbatasan misalnya, Kabupaten Kep.Aru, P.
Kisar, Maluku tenggara barat, Maluku Tenggara, Kota Tual, Kota Bula.
2. Akibat dari jumlah lokasi pendampingan yang diturunkan dari 16 kawasan
menjadi 8 lokasi m-KRPL, maka ada 8 (delapan) lokasi yang sedianya
didampingi menjadi tidak terdampingi dan otomatis kegitan m-KRPL dikawasan
tersebut terdeklarasi dan akan tamat riwayatnya. Disis lain BPTP Maluku telah
menandatangani MOU dengan beberapa Kabupaten/Kota sehingga kalau ada
83
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
kegiatan diseminasi seperti m-KRPL dihentikan sangat berpengaruh terhadap
relasi yang sudah terbangun.
3. Dari pendampingan m-KRPL yang sudah dilaksankan tahun 2014 ini ternyata
ada perubahan dengan peningkatan kualitas pekarangan dengan menanam
berbagai jenis sayuran, tanaman obat dan rempah dan akses ke pasar semakin
terbuka.
4. Pemanfaatan hasil pekarangan dalam bentuk sayuran, tanaman rempah untuk
kebutuhan makan setiap hari terpenuhi dan selebihnya dijual ke pasar untuk
memenuhi kebutuhan yang lain.
5. Untuk pendampingan m-KRPL tahun 2015 disarankan untuk lebih focus pada
membangun dinamika partisipasi anggota kelompok m-KRPL dalam upaya
meningkatkan kualitas produksi pekarangan.
6. KBI sebaiknya dipindahkan ke Kebun Percobaan/KP Makariki supaya fungsinya
bisa berjalan karena didukung oleh tenaga teknisi yang ada walaupun harus
ditingkatkan kemampuannya melalui kursus pada waktu mendatang.