87
LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT DJARUM Disusun oleh : Rodhe Louis Yunita Sari Suyanto NPM : 10 06 06201 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2013

Laporan Kerja Praktek Di PT Djarum Analisis Jumlah Tenaga Kerja Wanita Optimum Di Bagian Material Preparation

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN KERJA PRAKTEK

DI PT DJARUM

Disusun oleh :

Rodhe Louis Yunita Sari Suyanto

NPM : 10 06 06201

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2013

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kerja Praktek yang dilaksanakan di PT Djarum

mulai tanggal 2 Juli 2013 sampai dengan 2 Agustus 2013

disusun oleh:

Nama : Rodhe Louis Yunita Sari Suyanto

NPM : 10 06 06201

Program Studi : Teknik Industri

Fakultas : Teknologi Industri

Laporan Kerja Praktek ini telah diperiksa dan disetujui

oleh pembimbing lapangan dan dosen pembimbing kerja

praktek.

Yogyakarta, September 2013

Pembimbing Lapangan Dosen Pembimbing

Kristiono Ign. Luddy Indra Purnama,

M.Sc.

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang

Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga Kerja

Praktek selama 1 bulan di PT Djarum bagian SKM OASIS

dapat terlaksanakan dengan baik dan penyusunan laporan

Kerja Praktek dapat diselesaikan.

Tujuan dari penyusunan Laporan Kerja Praktek

adalah salah satu syarat akademis yang wajib dipenuhi

dalam kuliah Teknik Industri Universitas Atma Jaya

Yogyakarta. Selain itu, tujuan dari melakukan Kerja

Praktek adalah untuk memperkenalkan dunia kerja kepada

mahasiswa sebelum lulus dari program studi Teknik

Industri.

Terselesaikannya penyusunan Laporan Kerja Praktek

tidak luput dari bantuan dan motivasi serta partisipasi

dari semua pihak, untuk itu dengan segala kerendahan

hati penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima

kasih kepada :

1. Bapak Daniel Budi Santoso selaku staff Human

Resource yang telah membantu mengurus lamaran dan

proposal kerja praktek.

2. Bapak Kristiono selaku Superintendent Department

Material Procurement dan Pre-process PT Djarum

bagian SKM Oasis yang telah banyak membantu dan

memberi masukan selama pelaksanaan Kerja Praktek.

3. Bapak Franky Natalis, Bapak Kristian, Cik Vonny,

Mas Wawan, Mbak Hesti, dan Mbak Ana yang telah

banyak memberikan saran serta penjelasan yang

dibutuhkan.

4. Bapak Ign. Luddy Indra Purnama, M. Sc. selaku

dosen pembimbing Kerja Praktek yang telah

iv

membimbing selama pelaksanaan dan penyusunan

Laporan Kerja Praktek.

5. Kedua orang tua penulis yang telah mendukung dan

memberikan doa restu.

6. Yohana Natalia Attik Primastuti dan Alderia Kurnia

selaku rekan sekerja yang telah bekerja sama

dengan baik dari awal perencanaan kerja praktek

hingga penulisan laporan.

7. Teman-teman angkatan 2010 yang telah memberikan

motivasi dan semangat selama pelaksanaan dan

penyusunan laporan akhir.

8. Ibu Yani (pengawas material), Pekerja Material

Regu A, Bapak Suyono (operator forklift), dan

seluruh karyawan PT DJARUM bagian material

preparation dan pre-process SKM OASIS yang telah

mendukung dan membantu selama pelaksanaan Kerja

Praktek.

Penulis menyadari penyusunan laporan ini masih

jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun

dari pembaca. Akhir kata penulis mengharapkan semoga

laporan ini dapat bermanfaat bukan saja bagi penulis

tetapi juga bermanfaat bagi pihak perusahaan dan

memperluas pengetahuan dan wawasan pembaca, khususnya

rekan–rekan mahasiswa.

Yogyakarta, 9 September 2013

Penulis

v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ................................. ii

SURAT KETERANGAN PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

KATA PENGANTAR ..................................... iii

DAFTAR ISI ......................................... v

DAFTAR TABEL ....................................... vii

DAFTAR GAMBAR ..................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN .................................... ix

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ................................. 1

1.2. Tujuan ......................................... 1

1.3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek ..... 2

BAB 2. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Singkat Perusahaan ..................... 3

2.2. Struktur Organisasi ............................ 4

2.3. Manajemen Perusahaan ........................... 10

BAB 3. TINJAUAN SISTEM PERUSAHAAN

3.1. Proses Bisnis Perusahaan ....................... 16

3.2. Produk yang Dihasilkan ......................... 18

3.3. Proses Produksi ................................ 20

3.4. Fasilitas Produksi ............................. 40

BAB 4. TINJAUAN PEKERJAAN MAHASISWA

4.1. Lingkup Pekerjaan .............................. 45

4.2. Tanggung Jawab dan Wewenang dalam Pekerjaan .... 48

4.3. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan ............... 49

4.4. Hasil Pekerjaan ................................ 55

vi

BAB 5. PENUTUP

5.1. Kesimpulan ..................................... 71

5.2. Saran .......................................... 72

DAFTAR PUSTAKA ..................................... xiv

LAMPIRAN

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Spesifikasi Djarum Super 12

Tabel 3.2. Spesifikasi Djarum Super Mild (MLD)

Tabel 3.3. Spesifikasi LA Lights

Tabel 3.4. Spesifikasi LA Lights Menthol

Tabel 3.5. Spesifikasi Djarum Black

Tabel 3.6. Spesifikasi Djarum Black Cappucino

Tabel 3.7. Spesifikasi Djarum Black Menthol

Tabel 3.8. Spesifikasi Djarum Black Mild

Tabel 4.1. Persentase Produktivitas Pekerja Material A

Tabel 4.2. Persentase Produktivitas Pekerja Material B

Tabel 4.3. Persentase Produktivitas Pekerja Material C

Tabel 4.4. Persentase Produktivitas Pekerja Material D

Tabel 4.5. Persentase Produktivitas Pekerja Material E

Tabel 4.6. Persentase Produktivitas Pekerja Material F

Tabel 4.7. Persentase Produktivitas Pekerja Material G

Tabel 4.8. Persentase Produktivitas Pekerja Material H

Tabel 4.9. Persentase Produktivitas Pekerja Material I

Tabel 4.10. Persentase Produktivitas Pekerja Material J

Tabel 4.11. Beban Kerja yang Dialami Pekerja Bagian

Material Preparation (Regu A)

Tabel 4.12. Pengukuran Beban Kerja Operator

Tabel 4.13. Hasil Data Percobaan Persentase, Waktu

Baku, dan Beban Kerja Pekerja Wanita Regu A

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Departemen Produksi

Gambar 3.1. Proses Bisnis PT Djarum Bagian SKM OASIS

Gambar 4.1. Tata Letak Kantor Bagian Material

Preparation dan Pre-process

Gambar 4.2. Struktur Organisasi Bagian Material

Preparation dan Pre-process

Gambar 4.3. Diagram Alir Pelaksanaan Kerja Praktek

Gambar 4.4. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja

Material A

Gambar 4.5. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja

Material B

Gambar 4.6. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja

Material C

Gambar 4.7. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja

Material D

Gambar 4.8. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja

Material E

Gambar 4.9. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja

Material F

Gambar 4.10. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja

Material G

Gambar 4.11. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja

Material H

Gambar 4.12. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja

Material I

Gambar 4.13. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja

Material J

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Pengamatan Pekerja Material A Hari 1

Lampiran 2. Lembar Pengamatan Pekerja Material A Hari 2

Lampiran 3. Lembar Pengamatan Pekerja Material A Hari 3

Lampiran 4. Lembar Pengamatan Pekerja Material A Hari 4

Lampiran 5. Lembar Pengamatan Pekerja Material B Hari 1

Lampiran 6. Lembar Pengamatan Pekerja Material B Hari 2

Lampiran 7. Lembar Pengamatan Pekerja Material B Hari 3

Lampiran 8. Lembar Pengamatan Pekerja Material B Hari 4

Lampiran 9. Lembar Pengamatan Pekerja Material C Hari 1

Lampiran 10. Lembar Pengamatan Pekerja Material C Hari

2

Lampiran 11. Lembar Pengamatan Pekerja Material C Hari

3

Lampiran 12. Lembar Pengamatan Pekerja Material C Hari

4

Lampiran 13. Lembar Pengamatan Pekerja Material D Hari

1

Lampiran 14. Lembar Pengamatan Pekerja Material D Hari

2

Lampiran 15. Lembar Pengamatan Pekerja Material D Hari

3

Lampiran 16. Lembar Pengamatan Pekerja Material D Hari

4

Lampiran 17. Lembar Pengamatan Pekerja Material E Hari

1

Lampiran 18. Lembar Pengamatan Pekerja Material E Hari

2

Lampiran 19. Lembar Pengamatan Pekerja Material E Hari

3

Lampiran 20. Lembar Pengamatan Pekerja Material E Hari

4

x

Lampiran 21. Lembar Pengamatan Pekerja Material F Hari

1

Lampiran 22. Lembar Pengamatan Pekerja Material F Hari

2

Lampiran 23. Lembar Pengamatan Pekerja Material F Hari

3

Lampiran 24. Lembar Pengamatan Pekerja Material F Hari

4

Lampiran 25. Lembar Pengamatan Pekerja Material G Hari

1

Lampiran 26. Lembar Pengamatan Pekerja Material G Hari

2

Lampiran 27. Lembar Pengamatan Pekerja Material G Hari

3

Lampiran 28. Lembar Pengamatan Pekerja Material G Hari

4

Lampiran 29. Lembar Pengamatan Pekerja Material H Hari

1

Lampiran 30. Lembar Pengamatan Pekerja Material H Hari

2

Lampiran 31. Lembar Pengamatan Pekerja Material H Hari

3

Lampiran 32. Lembar Pengamatan Pekerja Material H Hari

4

Lampiran 33. Lembar Pengamatan Pekerja Material I Hari

1

Lampiran 34. Lembar Pengamatan Pekerja Material I Hari

2

Lampiran 35. Lembar Pengamatan Pekerja Material I Hari

3

Lampiran 36. Lembar Pengamatan Pekerja Material I Hari

4

xi

Lampiran 37. Lembar Pengamatan Pekerja Material J Hari

1

Lampiran 38. Lembar Pengamatan Pekerja Material J Hari

2

Lampiran 39. Lembar Pengamatan Pekerja Material J Hari

3

Lampiran 40. Lembar Pengamatan Pekerja Material J Hari

4

Lampiran 41. Faktor Penyesuaian Pekerja Material A

Lampiran 42. Faktor Penyesuaian Pekerja Material B

Lampiran 43. Faktor Penyesuaian Pekerja Material C

Lampiran 44. Faktor Penyesuaian Pekerja Material D

Lampiran 45. Faktor Penyesuaian Pekerja Material E

Lampiran 46. Faktor Penyesuaian Pekerja Material F

Lampiran 47. Faktor Penyesuaian Pekerja Material G

Lampiran 48. Faktor Penyesuaian Pekerja Material H

Lampiran 49. Faktor Penyesuaian Pekerja Material I

Lampiran 50. Faktor Penyesuaian Pekerja Material J

Lampiran 51. Tabel Faktor Kelonggaran Pekerja Material

A

Lampiran 52. Tabel Faktor Kelonggaran Pekerja Material

B

Lampiran 53. Tabel Faktor Kelonggaran Pekerja Material

C

Lampiran 54. Tabel Faktor Kelonggaran Pekerja Material

D

Lampiran 55. Tabel Faktor Kelonggaran Pekerja Material

E

Lampiran 56. Tabel Faktor Kelonggaran Pekerja Material

F

Lampiran 57. Tabel Faktor Kelonggaran Pekerja Material

G

xii

Lampiran 58. Tabel Faktor Kelonggaran Pekerja Material

H

Lampiran 59. Tabel Faktor Kelonggaran Pekerja Material

I

Lampiran 60. Tabel Faktor Kelonggaran Pekerja Material

J

Lampiran 61. Rekapitulasi Lembar Pengamatan Pekerja

Material A

Lampiran 62. Rekapitulasi Lembar Pengamatan Pekerja

Material B

Lampiran 63. Rekapitulasi Lembar Pengamatan Pekerja

Material C

Lampiran 64. Rekapitulasi Lembar Pengamatan Pekerja

Material D

Lampiran 65. Rekapitulasi Lembar Pengamatan Pekerja

Material E

Lampiran 66. Rekapitulasi Lembar Pengamatan Pekerja

Material F

Lampiran 67. Rekapitulasi Lembar Pengamatan Pekerja

Material G

Lampiran 68. Rekapitulasi Lembar Pengamatan Pekerja

Material H

Lampiran 69. Rekapitulasi Lembar Pengamatan Pekerja

Material I

Lampiran 70. Rekapitulasi Lembar Pengamatan Pekerja

Material J

Lampiran 71. Pengolahan Uji Petik Pekerja Material A

Lampiran 72. Pengolahan Uji Petik Pekerja Material B

Lampiran 73. Pengolahan Uji Petik Pekerja Material C

Lampiran 74. Pengolahan Uji Petik Pekerja Material D

Lampiran 75. Pengolahan Uji Petik Pekerja Material E

Lampiran 76. Pengolahan Uji Petik Pekerja Material F

Lampiran 77. Pengolahan Uji Petik Pekerja Material G

xiii

Lampiran 78. Pengolahan Uji Petik Pekerja Material H

Lampiran 79. Pengolahan Uji Petik Pekerja Material I

Lampiran 80. Pengolahan Uji Petik Pekerja Material J

Lampiran 81. Tabel Faktor Penyesuaian

Lampiran 82. Tabel Faktor Kelonggaran

Lampiran 83. Absensi Pelaksanaan Kerja Praktek

Lampiran 84. Buku Harian Kerja Praktek

Lampiran 85. Lembar Bimbingan Penyusunan Laporan Kerja

Praktek

xiv

DAFTAR PUSTAKA

Laboratorium Analisis Perancangan Sistem Kerja dan

Ergonomi Institut Teknologi Bandung. 2012. Tabel

Penyesuaian dan Kelonggaran. Bandung.

Laboratorium Analisis Perancangan Sistem Kerja dan

Ergonomi UAJY. 2012. Buku Petunjuk Praktikum

Analisis Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi

Semester Genap 2012/2013. Yogyakarta.

MENPAN. 2004. Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai

Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan

Formasi Pegawai Negeri Sipil. Keputusan Nomor :

KEP/75/M.PAN/7/2004. Jakarta

Niebel, B. W., and A. Freivalds. 1998. Methods,

Standards, and Work Design. New York: WCB/McGraw-

Hill,

Rutter, R.. February 1994. “Work Sampling: As a Win/Win

Management Tool.” Industrial Engineering. pp. 30–

31.

Sutalaksana, Iftikhar Z. 2009. Teknik Tata Cara Kerja.

ITB: Bandung.

Wignjosoebroto, S. 1989. Teknik Tata Cara dan

Pengukuran Kerja. Guna Widya: Surabaya.

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi

Industri, Universitas Atma Jaya Yogyakarta (PSTI UAJY)

mewajibkan semua mahasiswanya untuk melaksanakan kerja

praktek sesuai dengan Kurikulum di PSTI UAJY. PSTI UAJY

memandang kerja praktek sebagai wahana atau sarana bagi

mahasiswa untuk mengenali suasana di industri serta

menumbuhkan, meningkatkan, dan mengembangkan etos kerja

profesional sebagai calon sarjana Teknik Industri.

Kerja praktek dapat dikatakan sebagai ajang

simulasi profesi mahasiswa Teknik Industri. Paradigma

yang harus ditanamkan adalah bahwa selama kerja praktek

mahasiswa bekerja di perusahaan yang dipilihnya.

Bekerja, dalam hal ini mencakup kegiatan perencanaan,

perancangan, perbaikan, penerapan dan pemecahanan

masalah. Oleh karena itu, dalam kerja praktek kegiatan

yang dilakukan oleh mahasiswa adalah:

a. Mengenali ruang lingkup perusahaan

b. Mengikuti proses kerja di perusahaan secara kontinu

c. Melakukan dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh

atasan, supervisor atau pembimbing lapangan

d. Mengamati perilaku sistem

e. Menyusun laporan dalam bentuk tertulis

f. Melaksanakan ujian kerja praktek

1.2. Tujuan Kerja Praktek

Hal-hal yang ingin dicapai melalui pelaksanaan

Kerja Praktek ini adalah:

a. Melatih kedisiplinan.

2

b. Melatih kemampuan berinteraksi dengan bawahan, rekan

kerja, dan atasan dalam perusahaan.

c. Melatih kemampuan untuk beradaptasi dengan

lingkungan kerja.

d. Mengamati secara langsung aktivitas perusahaan dalam

berproduksi dan menjalankan bisnis.

e. Melengkapi teori yang diperoleh di perkuliahan

dengan praktek yang ada di perusahaan.

f. Menambah wawasan mengenai sistem produksi dan sistem

bisnis.

1.3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek

Kegiatan Kerja Praktek ini dilaksanakan selama

satu bulan, yaitu dimulai sejak tanggal 2 Juli 2013

sampai dengan 2 Agustus 2013. Tempat pelaksanaan kerja

praktek ini adalah di PT Djarum bagian SKM – OASIS

Gondangmanis, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, Jawa

Tengah.

Selama pelaksanaan Kerja Praktek ini, Penulis

ditempatkan pada Departemen Material Preparation dan

Pre-Process PT Djarum bagian SKM (Sigaret Kretek Mesin)

OASIS.

3

BAB 2

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Singkat Perusahaan

Perusahaan Djarum didirikan oleh Oei Wie Gwan

(almarhum). Oei Wie Gwan memulai usaha pertama kali di

bidang produksi mercon. Oei Wie Gwan memproduksi mercon

Leeuw (Leo) yang cukup terkenal saat itu mampu

menguasai pasar Jawa.

Musibah datang dan menghancurkan usaha yang telah

dirintis di tahun 1929 ini. Tempat usaha meledak karena

kecelakaan pada tahun 1939. Tiga tahun kemudian (1942),

pabrik kembali meledak berawal dari kecerobohan para

perampok yang saat itu berupaya merampok usaha ini.

Oei Wie Gwan memutuskan untuk membuka perusahaan

rokok. Ia membeli merek rokok Djarum berikut

perizinannya. Merek Djarum itu terinspirasi dari jarum

pemutar gramafon.

Oei Wie Gwan merintis pendirian perusahaan rokok

kretek Djarum pada tanggal 23 Agustus 1950. Sembilan

bulan kemudian, tepatnya 21 April 1951, Menteri

Keuangan memberikan izin usaha kepada Djarum sebagai

perusahaan perorangan. Inilah momentum bersejarah yang

hingga kini diperingati sebagai hari ulang tahun

Djarum.

Awalnya, perusahaan ini hanya dijalankan oleh

sekitar 10 orang di jalan Bitingan Baru No. 28

(Sekarang: Jalan A.Pekerja Material A No.28). Oei mulai

memasarkan kretek dengan merek Djarum yang ternyata

sukses di pasaran. Setelah perusahaan pada tahun 1963

(Oei meninggal tidak lama kemudian), Djarum kembali

bangkit dan memodernisasikan peralatan di pabriknya.

4

Selain dunia rokok, Djarum juga dikenal aktif

terlibat dalam dunia bulu tangkis. Djarum telah

menghasilkan pemain-pemain kelas dunia seperti Liem

Swie King dan Alan Budi Kusuma. Selain itu, sejak tahun

1998 perusahaan Djarum juga telah menguasai sebagian

besar saham BCA. Untuk Bakti terhadap masyarakat dan

lingkungan, Djarum memiliki lembaga khusus yaitu Djarum

Foundation yang bergerak di bidang pendidikan, sosial,

kebudayaan, dan lingkungan.

Saat ini PT Djarum sedang membangun Pabrik Terpadu

di daerah Gondangmanis Kecamatan Bae. Pabrik Terpadu

tersebut dibangun untuk sentralisasi semua kegiatan di

PT Djarum.

2.2. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi merupakan suatu hubungan

struktural antara orang-orang yang saling berhubungan

satu sama lain dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya

masing-masing dalam suatu perusahaan.

Struktur organisasi merupakan bagian yang penting

dalam suatu perusahaan karena tanpa adanya struktur

organisasi, suatu perusahaan tidak akan dapat

menjalankan fungsi sebagaimana mestinya. Oleh sebab itu

diperlukan pembentukan struktur organisasi yang baik

yaitu dengan menempatkan orang-orang yang tepat pada

jabatan yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

sehingga orang-orang tersebut dapat melaksanakan

pekerjaannya dengan baik.

Ada bermacam-macam struktur organisasi yang

digunakan dalam perusahaan. Struktur organisasi yang

dipakai oleh satu perusahaan dapat berbeda dengan

struktur organisasi yang dipakai oleh perusahaan

lainnya. Struktur organisasi suatu perusahaan

5

disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan, bentuk

perusahaan dan besar kecilnya perusahaan.

Adapun struktur organisasi yang ada di PT Djarum

bagian SKM OASIS ditunjukkan pada Gambar 2.1.

6

Gambar 2.1.Struktur Organisasi Departemen Produksi

Manajer Produksi

Superintendent

Administrasi, GS &

Personil

Superintendent

Produksi

Staff

PPC

Supervisor

Personil GS

Staff

Administrasi

Clerk

Unit Head

GS

Foreman

Supervisor

Unit Head

Superintendent-Secondary Pre-Process

Supervisor-Secondary

Unit Head-Sweetener

Process

Unit Head-Filter

Production

Unit Head-Menthol Process

Unit Head-Procure-

ment Materials Regular

Unit Head-Finished

Good Shipment

Unit Head Procure-

ment Materials

Export

Operator Operator Operator Operator Operator OperatorOperator

7

Tugas, wewenang dan jabatan dari struktur

organisasi PT Djarum Bagian SKM OASIS dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Manajer Produksi

Berikut ini merupakan tugas manajer produksi:

a. Melaksanakan kebijakan produksi dalam bidang

produksi.

b. Menentukan strategi produksi

2. Superintendent

Seorang pengawas dan pemimpin yang berada di atas

supervisor tetapi tingkatannya di bawah manajer.

Tugasnya adalah:

a. Mengawasi kinerja supervisor dan staff yang berada

di bawahnya.

b. Memikirkan bagaimana improvement yang baik,

sehingga dapat menunjang produktivitas perusahaan.

c. Menggalang teamwork untuk menciptakan suatu

lingkungan dan suasana kerja yang baik.

d. Membantu menyelesaikan masalah yang terjadi di

lantai produksi.

3. Supervisor

Tanggung jawab utama supervisor:

a. Bertanggung jawab dalam melakukan supervisi

langsung terhadap kepala regu yang dibawahinya

(serta mampu mensupervisi secara tidak langsung

semua karyawan yang berada di bawah tanggung

jawabnya), hal ini termasuk dalam memberikan

bimbingan/pelatihan kepada anak buah guna mencapai

tingkat batas minimum kemampuan yang diperlukan

bagi teamnya dan mendisiplinkan anak buahnya

8

sesuai dengan ketentuan/peraturan yang berlaku di

perusahaan.

b. Bertanggung jawab dalam mencapai tingkat kuantitas

(output),kualitas dan schedule produksi serta

tingkat utilisasi mesin produkssi yang telah

ditetapkan dan disepakati bersama.

c. Bertanggung jawab dalam pemenuhan standard

kualitas hasil produksi sesuai dengan tingkat

kebutuhan customer & schedule pengiriman hasil

produksi sesuai PPIC schedule.

d. Bertanggung jawab terhadap keselamatan kerja dan

standard kebersihan lingkungan kerja

(keteraturan/kerapihan lingkungan kerja).

e. Bertanggung jawab dalam melakukan koordinasi dan

membina kerja sama team yang solid.

f. Bertanggung jawab dalam membuat laporan secara

berkala kepada atasannya atas hasil kerjanya

beserta analisa permasalahannya, tindakan–tindakan

perbaikan atas permasalahan tersebut serta batas

waktu estimasi penyelesaian masalah–masalah

tersebut secara singkat , padat dan kongkrit.

Adapun wewenang dari supervisor:

a. Wewenang dalam mendisiplinkan anak buahnya sesuai

dengan kententuan/peraturan yang berlaku di

perusahaan.

b. Wewenang dalam menghentikan dan mengatur

pengoperasian mesin– mesin produksi guna mencapai

hasil produksi yang sesuai dengan kebutuhan

pelanggan serta pemenuhan batas waktu pengiriman

hasil produksi.

4. Administrasi

9

Tugas administrasi secara umum adalah:

a. Membuat kuitansi untuk pembayaran yang telah

lunas.

b. Mengurus administrasi mengenai JAMSOSTEK.

c. Menyalurkan telepon yang masuk ataupun keluar di

dalam perusahaan.

d. Mengurus perpajakan yang menyangkut masalah

perusahaan.

5. Personil dan General Service

a. Mencatat semua hal yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan

b. Mengerjakan hal-hal yang berhubungan dengan

pelayanan umum seperti housekeeping dan pelayanan

pantry.

6. Production Planning and Control

a. Merencanakan dan menjadwalkan produksi perusahaan

b. Menerapkan perencanaan produksi tersebut ke lantai

produksi

c. Mengendalikan alur produksi pada suatu perusahaan

d. Mengevaluasi perencanaan dan jadwal produksi

7. Unit Head

a. Memimpin dan mengawasi anak buah (operator masing-

masing regu)

b. Memastikan kelancaran produksi

c. Merekap hasil produksi tiap shift

8. Material Preparation

Mempunyai wewenang untuk menginformasikan masalah

kelengkapan identifikasi lot produksi. Bertanggung

jawab akan persediaan material proses di sub

departemen, kelancaran distribusi part hasil dan

identitas produksi ke bagian terkait, bagian

10

handling ini mengatur persediaan material proses dan

mendata jumlah material yang keluar dan masuk.

9. Pre-Process

a. Memproduksi material pendukung dan pelengkap yang

digunakan untuk proses produksi rokok (filter,

foil ber-menthol, dan pemanis CTP)

b. Menjembatani bagian material preparation dengan

bagian proses

10. Clerk

Mencatat semua administrasi dalam produksi

11. Operator

Operator produksi mempunyai wewenang untuk

menginformasikan pada pimpinan kerja apabila terjadi

masalah kualitas terhadap barang yang diproduksinya.

Bertanggung jawab dalam pencapaian target produksi.

Mengisi laporan produksi, melaksanakan aktifitas

produksi sesuai dengan item part dan jumlah yang

telah ditentukan.

2.3. Manajemen Perusahaan

2.3.1. Visi dan misi perusahaan

Visi perusahaan:

Menjadi yang terbesar dalam nilai penjualan dan

profitabilitas di industri rokok Indonesia.

Misi perusahaan :

Kami hadir untuk memuaskan kebutuhan merokok para

perokok.

Uraian visi :

Kepemimpinan dalam pasar dengan cara menghasilkan

produk-produk yang berkualitas tinggi secara konsisten

dan inovatif untuk memuaskan konsumen. Penciptaan citra

11

positif yang kuat untuk perusahaan dan produk-produk

kita. Manajemen profesional yang berdedikasi serta

sumber daya manusia yang kompeten.

Nilai Inti

Untuk mendukung tercapainya visi masa depan tersebut,

Djarum telah mendefinisikan, menetapkan, dan akan

menerapkan lima nilai inti dari perusahaan :

a. Fokus kepada pelanggan

Mendengarkan pelanggan dan memenuhi kebutuhan

mereka dengan cara terbaik yang dapat kita lakukan.

Karakteristiknya adalah meliputi berorientasi pada

pelayanan, kualitas, perbaikan yang berkesinambungan,

inovasi, serta konsep pemasar.

b. Profesionalisme

Profesionalisme lebih merupakan suatu sikap, dan

bukan hanya suatu perangkat kemampuan. Seorang

profesional adalah orang yang bekerja dengan sikap yang

baik dan melakukannya dengan cara yang terbaik, serta

memiliki perhatian yang serius. terbaik, serta memiliki

perhatian yang serius. Karakteristiknya adalah

kompeten, integritas, sinergi, komitmen, berorientasi

pada prestasi kerja, rasa tanggung jawab, dan

excellence.

c. Organisasi yang terus belajar

Organisasi yang belajar dari karyawan internal,

pelanggan external, serta lingkungan sekitarnya secara

terus menerus. Belajar adalah kepentingan seluruh

jenjang. Dilandasi sikap keterbukaan dan saling percaya

sehingga orang berani melakukan perubahan dan percobaan

tanpa merasa terancam. Karakteristiknya adalah berpikir

12

sistematis, belajar dan bereksperimen dengan cara-cara

baru, belajar dari pengalaman dan sejarah kita sendiri,

belajar dari pengalaman orang lain dan tindak tanduk

terbaik mereka, dan menyebarluaskan pengetahuan dengan

cepat dan efisien ke seluruh jenjang organisasi.

d. Satu Keluarga

Suatu himpunan orang yang mempunyai pertalian khas

dan mau hidup bersama dengan tata cara yang disepakati

bersama untuk mencapai satu tujuan. Karakteristik yang

dimaksud yaitu setiap orang memiliki nilai dan peran,

rasa memiliki, saling mendukung, kebanggaan dan

kehormatan, dan saling memperhatikan dan menghormati.

e. Tanggung Jawab Sosial

Tanggung jawab sosial adalah peka dan peduli

terhadap kepentingan masyarakat dan lingkungan dalam

kehidupan bisnis kita. Karakteristiknya adalah

kepedulian terhadap lingkungan (internal dan

eksternal), menjadi warga negara yang baik melalui

kemitraan, kepedulian, dan kepekaan, dan rasa tanggung

jawab sosial yang hanya terbatas dimana kegiatan

berada.

2.3.2. Ketenagakerjaan

Hal-hal yang berkaitan dengan ketenagakerjaan di

PT Djarum diatur sebagai berikut:

1. Pengadaan Tenaga Kerja

Prosedur dan syarat-syarat yang ditetapkan dalam

penarikan tenaga kerja pada PT Djarum antara lain:

a. Pengisian formulir, dimaksudkan untuk memperoleh

informasi dan data yang lengkap dari calon

karyawan.

13

b. Mengikuti psikotest

c. Wawancara, dalam wawancara ini biasanya mudah

dinilai tentang penampilan, kemampuan bicara,

pendidikan dan sebagainya.

d. Pemeriksaan kesehatan, untuk mencegah terhadap

kemungkinan memperoleh karyawan yang menderita

suatu penyakit yang dapat menganggu proses kerja.

2. Jam kerja karyawan

Peraturan jam kerja karyawan pada perusahaan PT

Djarum bagian SKM OASIS telah diatur sesuai dengan

ketentuan pemerintah.

Adapun peraturan jam kerja PT Djarum SKM OASIS

yang berlaku adalah sebagai berikut:

Karyawan dengan jam kerja Shift

a. Shift I Pukul 06.00 – 14.00 WIB

Jam istirahat diatur sendiri dengan durasi

istirahat selama 1 jam

b. Shift II Pukul 14.00 – 22.00 WIB

Jam istirahat diatur sendiri dengan durasi

istirahat selama 1 jam

c. Shift III Pukul 22.00 – 06.00 WIB

Jam istirahat diatur sendiri dengan durasi

istirahat selama 1 jam.

Hari Minggu, mesin beroperasi mulai shift II pukul

14.00 (sesuai shift)

Karyawan dengan jam kerja non shift

a. Hari Senin – Jumat:

Bekerja mulai pukul 07.00 – 16.00 WIB

Jam istirahat pukul 12.00 – 13.00 WIB

b. Hari Sabtu

Bekerja mulai pukul 07.00 – 12.00 WIB

14

3. Kesejahteraan Karyawan

Agar didapat hasil kerja yang sesuai dengan

tujuan serta untuk meningkatkan semangat karyawan,

maka pimpinan perusahaan memberikan fasilitas-

fasilitas antara lain:

a. Tunjangan hari raya dan tunjangan lainnya

b. Kantin

c. Mushola

d. Tempat parkir sepeda motor dan mobil

Dalam suatu perusahaan, keselamatan kerja

karyawan merupakan hal yang sangat penting karena

dapat mempengaruhi produktivitas maupun citra

perusahaan tersebut. PT Djarum telah memberi

perhatian tersendiri untuk keselamatan kerja

karyawannya. Hal ini terlihat dengan diberikannya

perlengkapan kerja, antara lain masker, sarung

tangan, google untuk workshop, safety helm, dan

safety shoes.

Penggunaan perlengkapan kerja tiap operator

berbeda-beda. Apabila terjadi suatu kecelakaan

kerja, maka akan dilihat terlebih dahulu apa

penyebabnya dan biaya pengobatan pasien ditanggung

oleh perusahaan.

Terdapat juga obat-obatan dan minuman bergizi.

Untuk Panelis atau yang disebut master diberikan

suntikan kesehatan setiap bulan sekali. Panelis

adalah orang yang bertugas untuk mencicipi rasa

rokok dari departemen R&D. Terdapat juga susu sapi

untuk ibu-ibu bagian tembakau manual. Susu

disinyalir dapat menetralkan tembakau dan berguna

15

untuk kesehatan. Terdapat juga biaya berobat bagi

karyawan yang sedang sakit.

4. Fasilitas

Djarum menyediakan beberapa fasilitas, yaitu :

a. Beasiswa Pendidikan

Untuk karyawan PT Djarum yang sudah berkeluarga

berhak mendapatkan beasiswa dari PT Djarum untuk

jenjang SD – SMA bagi anak yang berprestasi.

b. Olahraga

PT Djarum menyediakan fasilitas Lapangan

Bulutangkis, Lapangan Voli, Lapangan Basket,

tempat fitness, jogging track.

c. Kendaraan

Untuk level Manajer, Senior Manajer, dan Direktur

mendapat pinjaman mobil dinas dari PT Djarum

selama menjabat posisi tersebut.

2.3.3. Pemasaran

Pemasaran produk PT Djarum saat ini tidak hanya di

dalam negeri namun juga hingga ke luar negeri. Untuk

pemasaran di dalam negeri, PT Djarum memiliki

distributor yang tersebar di wilayah Indonesia bagian

barat dan Indonesia bagian tengah. Sedangkan untuk

pemasaran ke luar negeri, PT Djarum telah merambah ke

India, Malaysia, Singapura, Amerika, dan Eropa. PT

Djarum juga telah memiliki perusahaan di Brazil.

Sebagian para pekerjanya tetap orang Indonesia yang

ditugaskan di Brazil.

Untuk meningkatkan pelayanan, PT Djarum telah

memiliki cabang di seluruh Indonesia. Sebagian besar

cabang kantor pemasarannya berada di Pulau Jawa.

16

BAB 3

TINJAUAN SISTEM PERUSAHAAN

3.1. Proses Bisnis Perusahaan

Proses bisnis merupakan rangkaian aktivitas antar

bagian dalam suatu perusahaan. Proses bisnis sendiri

adalah sekumpulan tugas atau aktivitas untuk mencapai tujuan

yang diselesaikan baik secara berurut atau paralel, oleh

manusia atau sistem, baik di luar atau di dalam organisasi

Adapun proses bisnis yang ada di PT Djarum bagian SKM

OASIS ditunjukkan pada Gambar 3.1. di bawah ini.

Gambar 3.1. Proses Bisnis PT Djarum Bagian SKM OASIS

Logistik & SCM Administrasi Pre-Proses Quality ControlMaintenance Primary

Menerima order dari marketing

pusat

MelakukanPenjadwalan 1

periode

Meeting Kapasitas

Menerima jadwal produksi

Menerima jadwal produksi

Menerima jadwal produksi

Menerima jadwal produksi

Produksi

Menerima jadwal produksi

Menyiapkan Material (CTP, Filter,Papir,dll)

Menyiapkan proses inspeksi

Menyiapkan Tembakau siap

proses

Memproduksi sesuai jadwal

Menerima Hasil Produksi

Evaluasi hasil produksi

17

Proses Bisnis di SKM OASIS bermula dari bagian

logistik dan SCM yang menerima order dari marketing

pusat. Kemudian dari bagian logistik dan SCM mengadakan

meeting dengan bagian produksi, QC, maintenance, pre-

proses, primary, dan administrasi. Meeting tersebut

diadakan setiap hari Selasa pada pukul 14.00-16.00 di

ruang meeting SKM OASIS. Dari hasil meeting tersebut

akan digunakan untuk perencanaan dan penjadwalan

seminggu ke depan guna memenuhi order tersebut.

Administrasi PPIC (Production Planning and

Inventory Control) akan merencanakan dan menjadwalkan,

kemudian pada hari Jumat akan diedarkan kembali ke

bagian yang terkait. Dalam merencanakan dan

menjadwalkan produksi tersebut terdapat banyak elemen

yang harus dipertimbangkan dari masing-masing bagian.

Misalkan pada bagian primary sanggup atau tidak dalam

memenuhi kebutuhan tembakau pada bagian produksi rokok.

Primary adalah bagian yang berkewajiban untuk menyuplai

tembakau ke bagian produksi.

Untuk bagian maintenance dimungkinkan terjadi

perawatan berkala terhadap mesin. Hal tersebut

memungkinkan menganggu pemenuhan order atau tidak.

Bagian preproses masih memiliki stok material pendukung

atau tidak. Quality control juga harus merencanakan

berapa sampel yang harus diambil pada setiap kali

inspeksi. Perencanaan dan penjadwalan tersebut juga

dapat berubah secara mendadak misalkan terdapat

kejadian insidental. Sebagai contoh, ketika terjadi

banjir di pihak supplier dan tidak dimungkinkan untuk

mengirim material ke SKM OASIS PT Djarum atau mungkin

terjadi kerusakan mesin secara mendadak. Hal tersebut

18

biasanya diatasi dengan meeting darurat seketika itu

juga. Pada akhir produksi, produk rokok tersebut akan

dikirim ke bagian logistik dan SCM sebelum nantinya

rokok tersebut akan dipasarkan.

3.2. Produk yang Dihasilkan

Produk yang dihasilkan oleh PT Djarum bagian SKM

OASIS adalah rokok. Ada bermacam-macam rokok seperti

Djaru Super isi 12, Djarum Super Mild, Djarum Black,

Djarum Black Menthol, Djarum Black Cappucino, Djarum

Black Mild, LA Lights, LA Lights Menthol. Selain

beberapa rokok tersebut masih terdapat banyak lagi

jenis rokok yang diproduksi PT Djarum. Dari rokok

tersebut masih terbagi lagi untuk kualitas ekspor ke

luar negeri maupun reguler dalam negeri. Produk Djarum

di SKM OASIS beserta spesifikasinya dapat dilihat pada

Tabel 3.1. hingga Tabel 3.8.

Tabel 3.1. Spesifikasi Djarum Super 12

Material

Filter : Non Porous

Diamater : 7,95

Pressure Drop : 180±10

Lem CP : Lem

Cortipping

Lem TP : Lem Sigaret

Mesin

Tabel 3.2. Spesifikasi Djarum Super Mild (MLD)

Material

Filter : Porous

Diamater : 6,95

Pressure Drop : 480±10

Lem CP :Lem Cortipping

Lem TP :Lem Sigaret

Mesin

Fisik

Parameter Satuan Spesifikasi

Berat

rokok/100bt gr 152±2

Diameter mm 8±0,05

Pressure Drop mmH2O 95±5

Ventilasi %

Fisik

Parameter Sat. Spec

Berat /100bt gr 96±2

Berat tob rod/bt mgr 790

Diameter mm 7±0,05

Pressure Drop mmH2O 115±5

Ventilasi % 45±5

19

Tabel 3.3. Spesifikasi L.A. Lights

Material

Filter : Porous

Diamater : 6,95

Pressure Drop :

480±15

Lem CP :Lem

Cortipping

Lem TP :Lem Sigaret

Mesin

Tabel 3.4. Spesifikasi L.A. Lights Menthol

Material

Filter : Porous

Diamater : 6,95

Pressure Drop :

480±15

Lem CP :Lem

Cortipping

Lem TP :Lem Sigaret

Mesin

Tabel 3.5. Spesifikasi Djarum Black

Material

Filter : Non Porous

Diamater : 6,95

Pressure Drop :

360±10

Lem CP :Lem

Cortipping

Lem TP :Lem Sigaret

Mesin

Fisik

Parameter Satuan Spesifikasi

Berat

rokok/100bt gr 103±2

Berat tob

rod/bt mgr 840

Diameter mm 7±0,05

Pressure Drop mmH2O 115±5

Ventilasi % 45±5

Fisik

Parameter Satuan Spesifikasi

Berat

rokok/100bt gr 103±2

Berat tob

rod/bt mgr 840

Diameter mm 7±0,05

Pressure Drop mmH2O 115±5

Ventilasi % 45±5

Fisik

Parameter Satuan Spesifikasi

Berat

rokok/100bt gr 103±2

Berat tob

rod/100 bt mgr 86

Diameter mm 7±0,05

Pressure Drop mmH2O 130±5

Ventilasi %

20

Tabel 3.6. Djarum Black Cappucino

Material

Filter : Non Porous

Diamater : 6,95

Pressure Drop :

360±10

Lem CP :Lem

Cortipping

Lem TP :Lem Sigaret

Mesin

Tabel 3.7. Djarum Black Menthol

Material

Filter : Non Porous

Diamater : 6,95

Pressure Drop :

360±10

Lem CP :Lem

Cortipping

Lem TP :Lem Sigaret

Mesin

Tabel 3.8. Spesifikasi Djarum Black Mild

Material

Filter : Dual

Diamater : 6,95

Pressure Drop : 480

Lem CP :Lem

Cortipping

Lem TP :Lem Sigaret

Mesin

3.3. Proses Produksi

Proses produksi adalah cara atau teknik

menciptakan sesuatu melalui tahapan-tahapan dari bahan

baku untuk diubah dengan cara-cara tertentu secara urut

dan sistematis untuk menghasilkan suatu produk yang

memiliki fungsi tertentu.

Fisik

Parameter Satuan Spesifikasi

Berat

rokok/100bt gr 103±2

Berat tob

rod/100 bt mgr 86

Diameter mm 7±0,05

Pressure Drop mmH2O 130±5

Ventilasi %

Fisik

Parameter Satuan Spesifikasi

Berat

rokok/100bt gr 103±2

Berat tob

rod/100 bt mgr 86

Diameter mm 7±0,05

Pressure Drop mmH2O 130±5

Ventilasi %

Fisik

Parameter Satuan Spesifikasi

Berat

rokok/100bt gr 84±2

Diameter mm 7±0,05

Pressure Drop mmH2O 110±5

Ventilasi % 50±5

21

Suatu proses produksi melibatkan penggunaan sumber

daya. Sumber daya yang digunakan merupakan modal utama

untuk memulai suatu proses produksi. Sumber daya yang

dibutuhkan dalam proses produksi yaitu meliputi:

a. Material

Material meliputi segala jenis bahan bahan yang

diproses oleh mesin dan manusia yang sehingga

menjadi produk jadi yang bisa dipakai konsumen.

Dalam hal tersebut adalah kertas paper, CTP,

alumunium foil, kertas inner, plastik OPP, karton

pak, karton press, pita cukai, filter, dan material

utamanya adalah racikan tembakau yang telah dicampur

dengan resep-resep khusus.

b. Manusia

Manusia merupakan komponen penting dalam proses

produksi. Manusia harus merencanakan dan juga

menjadi elemen pendukung dalam terjadinya proses

produksi karena di PT Djarum bagian SKM ini proses

produksi hampir semua dilakukan oleh Mesin. Manusia

berperan sebagai perencana, operator, QC, dan

teknisi dalam proses produksi di SKM PT Djarum.

c. Metode

Metode adalah cara-cara yang digunakan untuk

mengolah bahan baku menjadi bahan jadi. Ppada SKM

OASIS ini metode pengolahan menggunakan mesin untuk

assembly rokok sampai dengan bentuk press dan

dilakukan pengepakan dalam bentuk bale dengan manual

oleh tenaga manusia.

d. Money (modal/dana)

Dana yang dimaksud adalah dana/uang yang akan

dikeluarkan untuk membeli bahan baku, biaya riset,

22

membayar tenaga kerja, membayar daya listrik, pajak,

dll.

e. Mesin

Mesin sangat dibutuhkan dalam proses produksi.

Karena di SKM PT Djarum ini proses produksi adalah

semi otomatis. Mulai dari pelintingan sampai pada

pengemasan di dalam Press/Slope dilakukan oleh mesin

(Otomasi)

3.3.1. Bahan Baku (raw materials)

Dalam pengadaan material, PT Djarum tidak

mengandalkan hanya pada satu supplier saja. Bahan baku

yang ada terdiri atas bahan baku finished blend, bahan

baku rokok batangan, dan bahan baku rokok pak.

1. Bahan Baku Finished Blend

Bahan baku finished blend terdiri dari tembakau,

cengkeh, dan saos.

a. Tembakau

Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan rokok

adalah tembakau. Industri rokok sangat tergantung pada

keberadaan tanaman ini. Tembakau yang mempunyai

bermacam-macam jenis ini dipanen setiap setahun sekali.

Kualitas daunnya tidak sama untuk setiap bibit, bahkan

dari bibit yang sama bisa menghasilkan kualitas daun

yang berbeda bila ditanam di daerah yang berlainan atau

mengalami perawatan yang berbeda. Menanam tembakau

bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Seringkali petani

mengalami kegagalan panen. Penyebabnya antara lain

masalah air dan hama.

Untuk mengantisipasi fluktuasi persediaan tembakau,

dibuat sistem pergudangan pada saat panen. Persediaan

23

tersebut digunakan saat musim tanam atau jika terjadi

kegagalan panen. Pergudangan tembakau tidak hanya

dilakukan semata-mata untuk persediaan, tetapi juga

berguna untuk proses penempatan (aging/ fermentasi) di

mana tembakau ditempatkan di gudangn dalam keadaan

saling bertumpukkan. Secara berkala tumpukkan dirotasi

sehingga tekanan untuk setiap tembakau merata, tembakau

menjadi padat, kering, dan menimbulkan aroma tertentu.

Penyimpanan ini dilakukan minimal selama dua tahun agar

dapat menghasilkan tembakau yang memiliki aroma

tembakau bermutu tinggi.

Untuk menjada pasok tembakau dan sekaligus membantu

peningkatan penghasilan petani, dilakukan Pengembangan

Tanaman Tembakau Djarum (PTTD) pada beberapa kemitraan

yang dilakukan di Lombok, Bondowoso, dan Bromo. Dengan

cara semacam ini perusahaan memperoleh bahan baku

bermutu dan sekaligus mampu meningkatkan penghasilan

petani tembakau. Bagian pengambilan ini mempunyai suatu

divisi yang terbagi menurut daerah pembelian tembakau

dan cengkeh yang harus dijangkau. Tim ini terdiri atas

pakar dalam bidang tembakau Madura, Bojonegoro,

Temanggung, dan Weleri. Masing-masing pakar kemudian

membagi tembakau tiap daerah menjadi beberapa tingkatan

jenis (grade).

Ada dua macam tembakau yang dibeli yang dibedakan

berdasarkan keadaan fisiknya. Yang pertama adalah

tembakau krosok (leaf tobacco) di mana daunnya masih

berbentuk lembaran. Tembakau krosok ini diproses dahulu

oleh koperasi petani tembakau dengan memisahkan tulang

daun dari lamina atau helai daun, baru setelah itu

disimpan dalam gudang penyimpanan tembakau. Yang kedua

24

adalah tembakau ranjang (pre-cut tobacco). Jenis ini

sudah tidak berbentuk lembaran daun lagi, tetapi sudah

diiris menjadi potongan-potongan halus memanjang.

Penyimpanan tembakau dalam gudang harus dilakukan

secara teliti dan penempatannya berdasarkan jenis,

daerah asal, serta umur tembakau sesuai dengan grade

masing-masing. Umumnya grading tembakau di Indonesia

hanya dilakukan sampai 40, tetapi PT Djarum membaginya

hingga grade 100. Grading dilakukan berdasarkan kadar

nikotin dan kadar gula sebagai basis, di samping tiga

aspek penting lainnya (warna, aroma, dan fisik).

Masing-masing tembakau grading-nya berbeda. Misalnya

saja untuk tembakau Madura ada empat grade.

Tembakau yang telah dibeli dan dikumpulkan itu,

disimpan di berbagai gudang yang tersebar di berbagai

lokasi di Kudus dan sekitarnya. Untuk mengambil

tembakau dan cengkeh perlu persetujuan dari Production

Quality Control (PQC) agar bisa melakukan permintaan

pengambilan tembakau dari gudang melalui Pusat

Administrasi Gudang (PAG) pada siang hari. Prosedur

yang ketat ini mutlak ditaati karena semua tembakau dan

cengkeh mempunyai spesifikasi tertentu dalam umur

penggunaannya. Oleh karena itu datanya harus diolah

untuk mengetahui mana yang sudah boleh diambil dan mana

yang belum boleh diambil.

Pada saat melakukan peramuan untuk jenis rokok

tertentu, tidak sembarang tembakau boleh dicampur,

melainkan harus sesuai resep yang telah ditentukan,

termasuk dari grade mana klasifikasi tembakau tersebut.

25

b. Cengkeh

Cengkeh merupakan ciri khas rokok kretek. Cengkeh

dapat diperoleh sepanjang tahun, baik dari pasar local

maupun dari luar negeri, misalnya cengkeh Zanzibar yang

memiliki aroma khas. Cengkeh yang dipakai berbentuk

gelondongan.

c. Saos

Saos merupakan bahan baku yang kerahasiaannya

selalu terjaga. Tingkat kesulitan untuk meramu saos

jauh lebih sulit daripada meramu tembakau. Karena

kesulitan yang tinggi dan merupakan rahasia utama

perusahaan, pembuatannya langsung dikelola oleh bagian

R&D. Secara umum, pembuatan saos ini merupakan

ekstraksi dari berbagai bahan yang telah ditentukan.

Jenis saos ada dua macam, yaitu casing dan flavor.

Casing digunakan untuk memberi rasa pada campuran

(blend), sedangkan flavor digunakan untuk memberi aroma

pada blend.

2. Bahan Baku Rokok Batangan

Bahan baku rokok batangan berupa finished blend,

filter rod, cigarette paper (paper), Cork Tipping Paper

(CTP), cairan pemanis dan menthol (optional), lem

paper, dan tinta.

a. Tobacco Finished Blend

Tobacco finished blend adalah tembakau siap jadi,

di mana tembakau ini sudah melalui proses pencampuran

dengan bahan-bahan lain, seperti cengkeh, saos, dan

flavor.

b. Filter Rod

26

Filter dibuat menggunakan mesin KDF yang memiliki

kapasitas 395.000 untuk Rak Hauni hingga 396.000

batang/jam untuk Rak Gemini jika menggunakan plug wrap

yang porous. Untuk plug wrap yang non porous, mesin KDF

hanya mampu memproduksi 247.000 batang/jam untuk Rak

Gemini. Filter baru dapat digunakan empat jam setelah

diproduksi.

Bahan baku dalam pembuatan filter terdiri atas

acetate tow, hotmelt, triacetine, inner glue, dan plug

wrap. Pada pembuatan filter dihasilkan limbah berupa

paper, acetate tow yang terurai, dan filter yang tidak

memenuhi spesifikasi. Paper dan acetate tow yang di-

reject tidak dapat digunakan lagi, dengangkan filter

yang tidak memenuhi standar dijual ke pabrik rokok yang

kecil. Berikut ini adalah bahan baku dalam pembuatan

filter yang dimaksud:

1) Acetate Tow

Acetate tow berupa serat seperti kapas berwarna

putih yang sangat tipis dan tidak terputus dalam

satu gulungan. Acetate tow merupakan bahan baku

utama dalam pembuatan filter rod maupun filter roll.

Filter roll merupakan filter yang berbentuk

gulungan. Sedangkan filter rod merupakan filter yang

telah dipotiong menjadi batangan. Acetate tow

diimpor dari Jepang, Jerman, dan Amerika Serikat.

2) Hotmelt

Hotmelt berupa potongan-potongan kecil berukuran

kurang lebih 7 mm. Hotmelt berbentuk kotak dan

berwarna kekuningan. Hotmelt digunakan sebagai lem

untuk merekatkan ujung-ujung dari plug wrap.

3) Triacetine

27

Triacetine berupa larutan putih. Triacetine

digunakan untuk mengeraskan dan mengenyalkan acetate

tow.

4) Inner glue

Inner glue berupa larutan yang digunakan sebagai lem

untuk merekatkan acetate tow dengan plug wrap. Inner

glue terbuat dari campuran triacetine dan potongan

acetate tow.

5) Plug wrap

Plug wrap merupakan pembungkus filter, berupa kertas

berwarna putih. Plug wrap ini lebih kuat dari paper

dan tahan air. Plug wrap ada dua macam, yaitu porous

dan non porous

c. Cigarette Paper

Paper adalah kertas yang digunakan untuk membungkus

tobacco finished blend. Setiap Cigarette Maker (CM)

membutuhkan sekitar 28 paper/hari.

d. Cork Tipping Paper (CTP)

Cork Tipping Paper adalah kertas yang digunakan

untuk melapisi sambungan antara batangan rokok (tobacco

rod) dengan filter, CTP yang akan digunakan harus

melewati proses pemanisan CTP (pada pre-process)

e. Cairan Pemanis (optional)

CTP tawar kemudian dimaniskan dengan menggunakan

cairan pemanis yang mengandung glukosa dan alcohol.

Tujuannya untuk memberi rasa manis pada CTP.

f. Menthol (optional)

Menthol hanya digunakan pada LA Light Menthol dan

Djarum Black Menthol di mana pada aluminiumnya

dilakukan aplikasi menthol.

g. Lem

28

Lem digunakan untuk melekatkan paper, kertas CTP,

maupun untuk merekatkan bahan seperti aluminium foil,

kertas inner frame, etiket (blank), kertas craft, dan

bandrol. Penggunaan lem dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Lem yang digunakan dalam proses pembuatan sigaret

(pada mesin cigarette maker) meliputi lem cigarette/

side seam, digunakan untuk merekatkan antar dua

paper, dan lem CTP yang digunakan untuk mengelem

Cork Tipping.

2) Lem yang digunakan dalam proses pengemasan (pada

mesin packer) yaitu lem 8065 yang digunakan untuk

mengelem kertas etiket (blank) dan kertas inner

frame.

h. Tinta

Tinta hanya digunakan dalam pembuatan produk Djarum

Super, di mana tinta digunakan untuk membuat logo pada

Paper.

Dalam pembuatan rokok batangan, juga digunakan

bahan pembantu seperti alcohol (Aqua DM 1), suction

tape, dan garniture tape.

3.3.2. Proses Produksi Rokok

Proses pembuatan rokok di Sigaret Kretek Tangan

(SKT) dilakukan secara manual, sedangkan pembuatan SKM

dilakukan dengan menggunakan mesin (otomatisasi

produksi). Proses produksi pada SKM bersifat continous.

Proses produksi di departemen produksi dibagi atas dua

bagian utama, yaitu di bagian primary (processing) dan

secondary.

29

1. Proses Produksi di Primary

Bagian primary merupakan tempat mengolah tembakau,

cengkeh, dan material tambahan lainnya untuk

menghasilkan komposisi blend (tembakau stelan) yang

homogen. Outputnya dikenal dengan finished blend.

Bagian primary membuat finished blend yang beragam,

sesuai dengan kebutuhan produksi karena setiap rokok

campurannya berbeda-beda. Finished blend ini kemudian

dikirimkan ke bagian secondary, Bagian primary terdiri

dari pra-process dan main process. Di bagian ini ada 3

kegiatan utama, yaitu pengolahan tembakau, pengolahan

cengkeh, dan proses inti.

a. Pengolahan Tembakau

1) Tembakau diperlakukan hotstreaming agar memiliki

kadar air yang sudah ditentukan.

2) Tembakau tersebut kemudian dirajang/dipotong dengan

ukuran sedang kemudian dipotong lagi lebih kecil

hingga sekitar 2 mm.

3) Tembakau yang sudah dipotong lalu dikeringkan.

4) Tembakau dipisahkan dengan material asing dengan

metode penghisapan (berdasarkan berat tembakau

dibanding dengan berat material asing). Proses ini

dilakukan sampai tiga tingkat pemisahan, yaitu

dimulai dengan yang penghisapannya lebih kuat.

5) Casing process, merupakan proses pemberian rasa

(saos) dan aroma (flavor) yang diinginkan untuk

jenis merk tertentu.

6) Tembakau siap untuk dicampur.

b. Pengolahan cengkeh

1) Cengkeh dicuci agar tidak bercampur dengan material-

material lainnya

30

2) Cengkeh dikeringkan

3) Cengkeh dirajang/dipotong

4) Cengkeh siap untuk dicampur

c. Main Process

Main process meliputi proses pre-blending, proses di

material tambahan, dan proses blending.

1) Proses Pre-blending

Proses ini merupakan proses mengkomposisikan

tembakau dan krosok agar sesuai dengan formula yang

ditentukan.

2) Proses di Material Tambahan

Proses di material tambahan meliputi proses kupas

rokok, proses rajang gagang, proses tembakau

kepala/top, proses puffing, dan proses rontokan.

a) Proses kupas rokok

Proses ini dilakukan untuk memproses ulang rokok

reject dari SKM atau SKT, dan rokok return dari

pasar dengan memisahkan tembakau dengan filter dan

paper. Tembakau hasil kupasan rokok yang cacat ini

disebut tembakau rework. Dalam mesin kupas rokok

terdapat vibrator sehingga tembakau dengan

sendirinya akan turun ke bawah. Tembakau tersebut

akan digetarkan (vibrasi) dua kali. Dalam industri

rokok yang diatur oleh undang-undang, tembakau

rework ini hanya diijinkan sekitar 15% saja.

b) Proses rajang gagang

c) Proses tembakau kepala/top

Tembakau top adalah tembakau yang paling bagus

(wangi dan rasanya kuat), walaupun persentase

tembakau top ini kecil tetapi tembakau ini sangat

mempengaruhi rasa dan aromanya.

31

d) Proses puffing

Proses ini dilakukan untuk memperbesar volume

tembakau sehingga kemampatannya tinggu dengan berat

yang sama dan untuk mengurangi pemakaian tembakau.

e) Proses rontokan

Proses ini dilakukan untuk memisahkan tembakau

bersih dengan debu dan foreign material.

3) Proses Bending

Proses ini mencampurkan tembakau dengan material

tambahan sehingga tembakau siap dibuat rokok di bagian

SKM dan SKT. Tembakau top, tembakau yang sudah di-

casing, dan juga tembakau rework dicampur menjadi satu

dengan persentase yang berbeda-beda. Tembakau hasil

casing paling banyak komposisinya di antara tembakau-

tembakau lainnya.

Tembakau dan cengkeh yang sudah dicampurkan ini

kemudian di-mixing agar merata. Setelah itu barulah

disimpan dengan cara berlapis-lapis dalam suatu silo

untuk didiamkan sekitar 48 jam, barulah dapat digunakan

sebagai finished blend.

2. Proses di Secondary

Bagian secondary merupakan kelanjutan proses pada

bagian primary, yaitu proses pelintingan, pengepakan,

sampai pengiriman cigarette rod. Proses produksi di SKM

meliputi:

a. Pre-process

Di bagian ini dilakukan pembuatan filter rod,

pemberian pemanis pada CTP, aplikasi menthol pada

aluminium foil, lem side seam, dan proses OPP tear tape

cut sheet.

32

1) Pembuatan filter rod

Tempat pembuatan filter disebut filter house. Pada

mesin KDF, acetate tow mula-mula diuraikan dalam bentuk

tipis memanjang untuk kemudian dibounding sesuai ukuran

yang ditentukan. Kemudian acetate tow diberi triacetine

dan hotmelt melalui selang-selang yang dialirkan ke

batangan filter, setelah itu digabungkan dengan plug

wrap yang telah diberi inner glue. Filter yang keluar

langsung terbungkus oleh plug wrap.

Pada pembuatan filter rod ini, batangan filter

dipotong sepanjang 12 cm, kemudian dari 12 cm ini

kembali dipoting di mesin cigarette machine menjadi 3

bagian, tiap bagian 4 cm, dan dipotong menjadi 2 bagian

lagi sehingga tiap bagiannya 2 cm untuk setiap rokok.

Filter rod terbagi menjadi 2 macam, yaitu filter

rod porous dan filter rod non porous. Plug wrap pada

filter rod porous berporositas besar (berpori-pori).

Filter rod porous biasanya digunakan untuk rokok yang

memiliki kadar tar relatif rendah.

2) Pemanisan CTP

CTP merupakan kertas pembungkus filter dengan rokok

batangan. Ada bermacam-macam warna, seperti warna

kuning marble untuk Djarum Super, warna putih untuk LA

Light, warna hitam untuk Djarum Black baik lokal maupun

ekspor.

CTP manis ini dibentuk dari CTP tawar kemudian

diberi cairan pemanis, di mana cairan pemanis ini juga

dibuat pada bagian R&D. Pemberian pemanis pada CTP ini

dilakukan dengan bantuan mesin. Di SKM terdapat 24 unit

mesin pemanis. Setiap mesin dapat memproses dua CTP

sekaligus. Pada mesin tersebut terdapat heater agar CTP

33

yang sudah diberi pemanis cepat kering saat digulung

kembali.

3) Aplikasi Menthol

Pemberian menthol digunakan untuk memberi menthol

pada aluminium foil. Menthol akan terserap dengan

sendirinya oleh rokok yang dibungkus dengan aluminium

foil tersebut. Pada aplikasi menthol ini, cairan

menthol yang dioles pada aluminium foil diperoleh dari

bagian R&D. Cairan menthol ini relatif berwarna bening.

Aplikasi ini dilakukan oleh mesin menthol applicator.

4) Pembuatan Lem Side Seam

Lem side seam digunakan untuk mengelem kedua ujung

paper. Lem side seam ini juga diproses terlebih dahulu

pada bagian pre-process. Bagan yang digunakan berupa

gohsenol padat dan air.

b. Proses Inti di Secondary

Pada bagian secondary, dilakukan proses pembuatan

rokok batangan serta pengepakannya. Finished blend yang

merupakan bahan pokok dari rokoknya, dipindahkan dengan

menggunakan konveyor dari gedung primary ke gedung

secondary melalui konveyor dan ditampung dalam mesin

KAB lalu disalurkan ke tiap SPU dengan menggunakan pipa

pneumatic. Untuk PT-PT, masih ada finished blend yang

diangkut secara manual dengan menggunakan plastic box.

Untuk filter rod disalurkan melalui pipa-pipa

berdiameter 1cm. Pipa ini menghubungkan bagian pre-

process ke mesin.

Ada dua jenis lini pada bagian proses pada mesin

di SKM, yaitu lini terhubung dan lini terpisah. Mesin

yang digunakan pada lini terhubung bersifat kontinyu

dan memiliki karakteristik com-flex. Kontinyu berarti

34

proses pembuatan rokok sampai proses pengepakannya

dilakukan dalam satu alur proses di mana perpindahan

material dari satu tahap pengerjaan menuju tahap

lainnya dilakukan secara internal tanpa bantuan tenaga

operator sebagai alat transportasinya. Karakteristik

com-flex artinya bersifat ringkas (compact) dalam

desain layout konfigurasinya, tetapi cukup fleksibel

jika difungsikan sebagai unit-unit yang berdiri

sendiri. Hal ini sangat menguntungkan karena jika

terjadi hambatan dalam salah satu tahap produksi,

perusahaan tidak perlu menghentikan keseluruhan lini

produksi.

Tembakau dihisap lewat hisapan central pneumatic

dan diatur oleh shuit-off flap yang terdapat pada

airlock untuk membuka dan menutupnya. Level tembakau di

airlock diatur oleh suatu sensor cahaya. Jika tembakau

sudah mencapai batas minimum, maka hisapan akan terjadi

secara otomatis. Pada beberapa mesin, tembakau dihisap

secara manual melalui pipa-pipa yang digerakkan oleh

operator.

Selain itu, juga dilakukan pengadukan kembali agar

campuran lebih homogen dan pemisahan terhadap material

asing atau pun material yang berat, seperti cengkeh

yang belum terpotong sempurna. Pemisahan ini dilakukan

dengan hembusan udara ke atas pada tekanan tertentu

sehingga material yang kelebihan berat akan jatuh

dengan sendirinya.

Barulah kemudian tembakau masuk ke cigarette

forming yang berbentuk kanal untuk dilinting dengan

menggunakan paper. Sebelumnya, tembakau melewati

trimming disc yang membantu memotong dan mengatur berat

35

tembakau. Berat tembakau ini diatur oleh suatu alat

pengendali (weight control). Tembakau ini seolah-olah

dipotong menjadi dua bagian.

Paper dipasang melewati suatu printing unit yang

melakukan proses pencetakan logo dan atau tulisan PT

Djarum. Setelah tembakau memenuhi paper, kedua ujung

paper dilipat dan di sepanjang paper diberi lem side

seam sehingga setelah paper menutup, rokok berbentuk

gulungan akan merekat, kemudian langsung dipanaskan

dengan unit seam sealer pada suhu tertentu agar lem

kering. Untuk mesin Protos, suhu pada unit seam sealer

kira-kira 250˚C. Batangan rokok yang sudah sempurna

pengelemannya akan dideteksi segi fisiknya, misalnya

berat rokok secara elektronik. Hasilnya dapat

ditampilkan di layar.

Setelah itu batangan rokok yang masih dalam bentuk

lonjoran ini dipotong sepanjang 13.8 cm yang kemudian

dipotong lagi menjadi dua bagian yang sama (cut off).

Setelah itu, rokok ditempatkan secara terpisah oleh

separating drum. Drum-drum yang ada pada CM memiliki

lekukan sebagai tempat menampung rokok yang disebut

groove. Hasil potongan ini disebut sebagai tobacco rod.

Kemudian tobacco rod ini masuk ke mesin assembler.

Sebelum masuk ke dalam mesin assembler, tobacco

rod ini melewati loose end sensor (ada yang menggunakan

sensor dengan sinar radiasi beta dan ada juga yang

menggunakan microwave) yang fungsinya memeriksa

densitas rokok. Jika densitas rokok tidak sesuai dengan

standar, rokok langsung di-reject. Densitas

mempengaruhi titik bakar dan moisture content.

36

Pada feed drum, kedua rokok batangan sepanjang 6.9

cm yang terpisah, diisi dengan satu potongan dilter

berukuran 2 cm. Filter sepanjang 2 cm tersebut

merupakan hasil pemotongan filter sepanjang 12 cm pada

filter cutting drum.

Dengan cork knives, CTP dipotong sesuai dengan

standar lebar dari macam produknya. Swash plate drum

membawa CTP yang sudah terpotong dan menempel pada

filter yang dibawa oleh feed drum bersama rokok

batangan pada kedua sisi filter tersebut. Setelah

menempel, tobacco rod dan filter disambung dengan

menggunakan CTP. Setelah itu, rokok melewati rolling

drum.

Setelah proses penyambungan selesai, tobacco rod

dan filter yang semula berpasangan, dipoting tengahnya

sehingga menjadi dua batang rokok oleh rod cutting

drum. Di drum ini, rokok tanpa filter, rokok pada awal

start mesin di-reject.

Pemotongan tersebut menghasilkan dua cigarette rod

yang saling berkebalikan posisinya. Setelah dipotong,

batangan rokok ini akan dimasukkan ke dalam pak. Oleh

karena itu, batangan rokok yang berlawanan arah itu

disamakan arahnya di turning drum. Mesin ini dilengkapi

dengan pembalik arah batangan rokok itu dengan cara

kerja seperti dijepit dan dipilin secara spiral.

Rokok yang berada di luar spesifikasi akan di-

reject di injection drum. Rokok yang sudah memenuhi

spesifikasi ditransfer ke sampling drum melalui

intermediate drum. Sampel rokok dapat diambil dengan

menekan switch sampling. Apabila mesin berjalan normal,

rokok dari sampling drum akan berpindah ke catcher drum

37

untuk dibawa ke HCF hopper dengan cigarette feeding.

Rokok-rokok yang sudah digabungkan dengan CTP dan

sudah melewati sensor, dibawa menuju buffer sebagai

tempat penampungan rokok sementara sebelum rokok masuk

ke mesin packer.

Mesin packer (Focke) terdiri dari Hinge Lid Packer

(HLP 350), reservoir 802, banderoller/stamper 402 (BD),

wrapper 401 (WR), dan boxer/cartooner 361 (BX), dan

Marden Edwards/Overwrapper (OW). Mesin packer disebut

juga HO. Kata HO ini mengambil dari unit pertama dan

unit terakhir yang ada pada mesin packer, yaitu HLP dan

OW.

Mesin HO mampu menghasilkan 380 pak/menit. Pada

mesin link up, rokok akan berjalan dengan sistem COC

untuk masuk dalam cigarette vane yang berfungsi menata

rokok menjadi dua baris. Pada mesin non link up, rokok

batangan yang sudah tertata di dalam rak dimasukkan ke

tray unloader.

Pada HLP, rokok dibungkus dengan aluminium foil.

Aluminium foil ini dibuat perforasinya dan diberi logo.

Perforasi harus baik kualitasnya agar konsumen tidak

kesulitan membuka kemasan rokok dan agar rokok di

dalamnya tidak rusak saat perforasi disobek. Sementara

itu, mesin juga sudah menyiapkan teiket yang disatukan

dengan inner frame. Etiket ini sudah terbentuk sesuai

dengan bentuk pak rokoknya, hanya saja belum tertutup.

Rokok yang telah terbungkus tadi barulah dimasukkan

dalam etiket yang belum tertutup. Etiket kemudian

ditekuk menjadi kotak pada folding turret dan diberi

lem PVAC yang dipasok secara manual oleh operator. Pada

CM dan HLP tidak ada pengerjaan ulang (rework).

38

Setelah menjadi pak polos (pak rokok tanpa cukai),

rokok pak tersebut masuk dalam drying drum yang

berkapasitas 96 pak dan maturing drum yang berkapasitas

100 pak. Rokok tersebut dilewatkan pada drying drum dan

maturing drum agar perekatan pak polos pada HLP

sempurna.

Setelah itu, rokok masuk dalam area BD. Fungsinya

adalah untuk memberikan pita cukai pada pak rokok

tersebut. Di unit ini terdapat glue pot III. Pasokan

lem dan pita cukai dilakukan secara manual oleh

operator.

Jika yang akan dipak adalah rokok sortiran yang

pack-nya sudak ditempel pita cukai secara manual oleh

pekerja borongan, tombol pengatur puta diubah ke posisi

“O” agar pita cukai pada mesin tidak turun.

Jika terjadi kerusakan pada unit BD atau WR, pack-

pack yang dihasilkan akan ditampung dalam reservoir.

Dalam hal ini, reservoir berfungsi sebagai buffer

antara HLP dengan stamper. Jika kapasitasnya hampir

penuh, operator dapat menghentikan unit HLP.

Selanjutnya rokok pack masuk ke unit WR. Rokok

pack kemudian ditutup dengan menggunakan plastik (OPP)

yang sebelumnya sudah disatukan dengan tear tape.

Penyatuan ini menggunakan proses pemanasan pada melting

point tertentu agar OPP dapat menempel pada pack dan

tidak meleleh.

Pack lengkap yang sudah ada masuk dalam unit BX

untuk di-pack lagi menjadi ukuran press. Biasanya satu

press berisi 12 pack untuk Djarum Super, dan 16 pack

untuk LA Light. Pada unit ini, pengeleman dilakukan

dengan glue jet. Produk penge-press-an ini kemudian

39

dikirim ke unit OW dengan belt conveyor berkecepatan

rendah. Setelah masuk dalam dos press, barulah

dilakukan overwrapper yang bertujuan memberikan OPP

pada dos press yang sudah jadi.

Setelah proses overwrapper, rokok masuk dalam

proses bale. Proses ini juga merupakan proses

pengepakkan di mana dos press dibungkus dalam kertas

craft. Untuk produk Djarum Super, 1 bale berisi 20

press, dan untuk produk LA Light, 1 bale berisi 10

press.

Dari bale, rokok dilanjutkan dalam proses boxer,

yaitu proses pengepakan bale ke dalam tempat yang lebih

besar lagi. Biasanya 1 box berisi 4, 6, atau 8 bale

(tergantung pada jenis brand). Kemudian dos box ini

ditutup dan diberi packing tape. Box yang sudah diberi

packing tape ini disebut corrougated box.

Untuk produk ekspor, rokok dalam kemasan box

sebelumnya dimasukkan dalam plastic bag terlebih dahulu

untuk mencegah masuknya kandungan uap air ke dalam

rokok. Penutupan box juga berbeda antara produk

domestik dan ekspor. Untuk produk domestik, box hanya

ditutup dengan menggunakan packing tape, sedangkan

untuk ekspor, penutupan dilakukan dengan tali segel.

Semua proses pembungkusan yang kompleks ini dilakukan

untuk menjamin rasa dan aroma agar tetap baik sampai di

tangan konsumen. Setelah semua proses pembungkusan

selesai, produk jadi dikirim ke gudang maupun ke

distributor.

40

3.4. Fasilitas Produksi

Tata letak fasilitas dapat didefinisikan sebagai

tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna

menunjang kelancaran proses produksi. Dalam berproduksi

diperlukan peralatan-peralatan, perlengkapan, mesin-

mesin dan fasilitas produksi. Keseluruhan fasilitas

tersebut harus diatur sesuai dengan kebutuhan proses

produksi sehingga hasil produksi dapat diproduksi

dengan jumlah dan kualitas sesuai dengan yang

diharapkan, dapat diselesaikan tepat pada waktunya

dengan biaya yang minimal. Perencanaan layout pabrik

merupakan pemilihan secara optimum penempatan mesin dan

peralatan, tempat kerja, tempat penyimpanan dan

fasilitas service, bersama-sama dengan penentuan bentuk

gedung pabriknya.

PT Djarum mengatur fasilitas produksinya

menggunakan tipe product layout. Tipe Product Layout

merupakan suatu tata letak pabrik yang mempunyai

efisiensi yang tinggi di mana peralatan disusun

berdasarkan urutan proses pembuatan produk. Aliran

produksi yang terjadi adalah Flow Shop dimana

karakteristik Flow Shop sebagai berikut:

a. Aliran pemindahan material berlangsung dengan lancer

dan sederhana, serta biaya material handling yang

rendah.

b. Total waktu yang dipergunakan untuk produksi relatif

singkat.

c. Adanya sistem insentif bagi kelompok karyawan akan

dapat memberikan motivasi guna meningkatkan

produktivitas kerjanya.

41

d. Tiap unit produksi atau stasiun kerja memerlukan

luas area yang minimal.

e. Pengendalian proses produksi mudah dilaksanakan.

Setiap bahan baku atau komponen yang masuk dalam

lantai produksi PT Djarum akan mengalami beberapa

perpindahan dari satu proses ke proses yang lain.

Sebagai contoh kertas paper yang menjadi salah satu

bahan baku utama rokok. Ketika tiba dari vendor akan

dimasukkan terlebih dahulu ke warehouse dan kemudian

dipindahkan ke departemen pre-proses untuk diproses.

Setiap perpindahan yang terjadi pasti memerlukan suatu

usaha perpindahan material atau penanganan material

(material handling).

Sistem penanganan material yang terdapat di PT

Djarum bermacam-macam tergantung dari jenis dan jumlah

bahan baku yang akan dipindahkan serta posisi bahan

baku tersebut berada sekarang. Metode pemindahan bahan

baku maupun produk jadi di PT Djarum dibedakan menjadi

3 jenis yaitu:

a. Pemindahan secara manual

Pemindahan secara manual dilakukan oleh operator

tanpa bantuan mesin. Hal ini dipakai bila tidak ada

alat khusus untuk menangani dan merupakan pekerjaan

yang ringan. Contohnya mengganti CTP dan kertas

paper secara manual. Pemindahan secara manual juga

dilakukan oleh operator pengepakan manual. Operator

tanpa bantuan alat khusus, memasukkan bale ke dalam

dus box.

b. Pemindahan dengan mesin (terotomatisasi)

Pemindahan dengan menggunakan mesin tanpa bantuan

manusia. Ini digunakan apabila tidak memungkinkan

42

untuk dilakukan secara manual. Hal ini lebih efisien

untuk pekerjaan yang berat. Contohnya pada bagian

produksi, press rokok yang telah siap dipasarkan

dipindahkan ke bagian manual packaging dengan

menggunakan konveyor. Pada SPU 41 dengan mesin maker

single track, penggantian kertas paper, CTP serta

memasukkan karton press dilakukan oleh robot.

c. Pemindahan bahan secara campuran

Sistem pemindahan yang dilakukan oleh manusia

dengan bantuan mesin atau alat bantu, biasanya

dipakai untuk memindahkan komponen dari satu

departemen ke departemen yang lain. Contohnya untuk

memindahkan komponen dari departemen manual

packaging ke warehouse dengan menggunakan forklift.

Untuk pemindahan pallet yang berisi material dari

departemen pre-proses ke mesin menggunakan hand

pallet. Untuk mengangkut sisa tembakau maupun

sampah-sampah produksi menggunakan hand truck.

Sistem penanganan material yang terdapat di bagian

produksi bermacam-macam, tergantung dari jenis

material yang akan dipindahkan. Sebagian besar

perpindahan bahan baku dilakukan oleh manusia atau

operator. Alat material handling akan digunakan jika

materialnya berat atau berjumlah banyak.

Material handling yang digunakan di SKM PT Djarum

antara lain:

a. Konveyor

Konveyor digunakan untuk memindahan produk dari

setiap departemen ke departemen lain atau pun dari

mesin satu ke mesin lainnya yang saling terhubung,

43

sebagai contoh pada pemindahan finished blend dari

bagian primary ke bagian secondary.

b. Roller conveyor

Pemindahan produk ke bagian penge-bale-an dilakukan

melalui roller conveyor. Roller conveyor merupakan

alat pemindahan material yang digunakan dalam proses

perakitan, inspeksi dan untuk memindahkan produk

dari perakitan hingga manual packaging.

c. Pipa-pipa

Filter rod dari filter house juga ditransfer ke unit

receiving CM melalui pipa-pipa transfer secara

otomatis. Transfer ini dilakukan dengan sistem

pneumatic, yaitu melalui pipa bertekanan tinggi

untuk mencegah adanya debu yang masuk

d. Forklift

Forklift digunakan untuk memindahkan bahan baku dan

membantu pemindahan komponen produk yang ada di

lantai produksi.

e. Hand truck

Hand truck digunakan untuk membawa material-material

berukuran kecil dalam jumlah yang banyak.

f. Pallet

Pallet merupakan papan kayu yang digunakan sebagai

alat bantu dalam proses pemindahan bahan baku maupun

produk jadi.

e. Hand pallet

Hand pallet merupakan alat bantu khusus untuk

memindahkan material dari suatu departemen ke

departemen lain (misal dari gudang ke setiap mesin).

Hand pallet menggunakan sistem hidrolik untuk

mengatur ketinggian penampang hand pallet. Material

44

yang diangkut antara lain berupa etiket, paper, tear

tape, CTP, outer, inner, dan filter.

f. Kletek

Kletek digunakan untuk memindahkan filter (double

filter maupun filter reguler) dari gudang material

ke bagian pre-process. Kletek dapat mengangkut 16

rak. Kletek ini memiliki bentuk semacam gerobak

dengan dua tingkat.

g. AGV (Automated Guided Vehicles)

Automated Guided Vehicles adalah mobile robot

yang dipandu dan dikendalikan secara elektronik yang

digunakan di PT Djarum untuk memindahkan material

dari departemen material ke mesin. Ada pun material

yang dipindahkan meliputi outer, inner, etiket,

paper, foil, CTP.

45

BAB 4

TINJAUAN PEKERJAAN MAHASISWA

4.1.Lingkup Pekerjaan

Pada kerja praktek di PT Djarum bagian SKM Oasis,

penulis ditempatkan di Ruang Material Preparation and

Pre-Process Secondary. Letak ruang Material Preparation

and Pre-Process dengan lantai material preparation,

sehingga memudahkan penulis untuk mengamati keadaan

preparation.

Berikut ini adalah ruang kerja Bagian Pre-Process

dan Material Preparation beserta tata letak ditunjukkan

pada Gambar 4.1. Bagian Pre-Process dan Material

Preparation terletak di lantai 1 bangunan KDF.

Pa

pa

n T

ulis

94.5 in. x 47.2 in.

Gambar 4.1. Tata Letak Kantor Bagian Material

Preparation dan Pre-process

Departemen material preparation di PT Djarum

digunakan untuk menyimpan dan menyiapkan material yang

berhubungan dengan tahapan pre-process (pembuatan

filter) dan pengepakan (packer) yang meliputi lem

(tobacoll tip jet, technomelt), paper, plugwrap, filter

(putih polos dan double filter), OPP (Oriented

Polystylene Plastic), Foil, Inner, CTP (Cigarette

46

Tipping Paper), tear tape, outer, etiket (kotak

kemasan), treacetylene (pengembang acetate tow(busa

filter)).

Outer (kemasan luar), etiket, dan inner digunakan

untuk produk rokok PT Djarum, yaitu Djarum Super,

Djarum Super Mild (MLD), Djarum Black, Djarum Black

Cappucino, Djarum Black Menthol, Djarum Black Mild, LA

Lights, LA Lights Menthol.

Penulis diberi tugas untuk menganalisa pekerja yang

ada di bagian material preparation and pre-process

untuk nantinya diketahui apakah pekerja yang ada sudah

optimum. Analisa ini dilakukan dengan menggunakan

sampling pekerjaan (work sampling). Sebelumnya belum

pernah ada pengamatan tentang hal tersebut di Bagian

Pre-Process dan Material Preparation.

Adapun tujuan sampling pekerjaan dalam kasus ini yaitu:

a. Mengetahui distribusi pemakaian waktu sepanjang

waktu kerja oleh pekerja atau kelompok kerja.

b. Mengetahui tingkat pemanfaatan material handling dan

alat-alat preparation.

c. Menentukan waktu baku bagi pekerja-pekerja secara

langsung.

d. Memperkirakan kelonggaran bagi suatu pekerjaan.

e. Menetapkan performance level dari seseorang selama

waktu kerjanya berdasarkan waktu-waktu di mana orang

ini bekerja atau tidak bekerja.

f. Mengukur beban kerja.

g. Menentukan output standar.

h. Menentukan jumlah pekerja yang diperlukan di

departemen yang bersangkutan.

47

Dalam melaksanakan pekerjaan ini, penulis

berhubungan langsung dengan Superintendent Secondary

yaitu Bapak Kristiono, Supervisor Secondary Pre-Process

dan Material Preparation SKM OASIS yaitu Bapak Franky

Natalis. Selain itu juga penulis berhubungan langsung

dengan seluruh unit head pre-process dan material

preparation, dan pekerja di Bagian Pre-Process dan

Material Preparation.

4.1.2. Struktur Organisasi Departemen Material

Preparation dan Pre-process

Departemen Material Preparation dan Pre-process

dikepalai oleh seorang Superintendent Material

Preparation dan Pre-process. Struktur organisasi

Departemen Material Preparation dan Pre-process

ditunjukkan oleh Gambar 4.2.

Superintendent-Secondary

Pre-Process

Supervisor-Secondary

Material Preparation dan

Pre-Process

Unit Head-

Sweetener

Process

Unit Head-

Filter

Production

Unit Head-

Menthol

Process

Unit Head-

Procure-

ment

Materials

Regular

Unit Head-

Finished

Good

Shipment

Unit Head

Procure-

ment

Materials

Export

Operator Operator Operator Operator Operator Operator

Gambar 4.2. Struktur Organisasi Bagian Material

Preparation dan Pre-Process

48

4.2.Tanggung Jawab dan Wewenang Dalam Perusahaan

Selama melaksanakan kerja praktek, penulis

ditempatkan preparation dan pre-process yang kemudian

memilih untuk memfokuskan pengamatan . Yang menjadi

obyek penulis dalam melakukan pengamatan adalah

produktivitas yang dilakukan pada keseluruhan karyawan

material regu A selama satu minggu (setelah dipotong

libur dan hari paruh waktu). Setelah mengamati motion

and time study, penulis diminta untuk melakukan

analisis perbaikan serta membuat usulan jika ada.

Alasan penggunaan work sampling ini karena diinginkan

hasil pengukuran yang lebih teliti dan akurat.

Penulis memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan

tugas yang diberikan oleh superintendent dan diakhir

pelaksanaan kerja praktek akan diadakan presentasi

hasil kerja praktek yang telah dilakukan selama

sebulan. Dalam penyelesaian kerja praktek, penulis

melakukan pembagian tugas dimana penulis bertanggung

jawab untuk melakukan pengamatan dan memberikan usulan

mengenai motion and time study pada 10 karyawan

departemen material preparation regu A.

Selama pelaksanaan kerja praktek, penulis diberi

beberapa wewenang oleh pembimbing lapangan maupun

perusahaan yaitu:

a. Penulis diperbolehkan untuk datang ke lantai

material preparation dan pre-process untuk melakukan

pengamatan dan menggali informasi mengenai aliran

material di bagian secondary dan proses pembuatan

filter, baik dari supervisor maupun dari semua staff

dan operator yang bersangkutan

49

b. Penulis menggunakan ruangan di bagian material

preparation dan pre-pocess yang digunakan sebagai

tempat untuk menyelesaikan tugas.

c. Penulis juga diperbolehkan untuk membantu staff

dalam menyiapkan material untuk departemen

secondary.

4.3. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Dalam pelaksanaan kerja praktek kali ini, khususnya

untuk mengamati motion and time study, penulis

menggunakan metode work sampling. Metode work sampling

dipilih karena dari ciri-ciri metode work sampling

yaitu:

a. Digunakan untuk pengukuran waktu kerja bagi pekerja

langsung, tak langsung, dan mesin

b. Pengamatan dilakukan secara random (acak)

c. Sangat cocok untuk pekerjaan yang sifatnya tidak

berulang

d. Urutan pekerjaannya tidak menentu

e. Waktu penyelesaiannya relatif panjang

Terdapat 30 kali pengamatan dalam sehari. Jam kerja

operator 1 shift adalah 8 jam. Penulis membagi satuan

pengamatan menjadi 5 menit yang ditentukan dari

pengamatan pada minggu pertama, maka akan didapat 96

kali pengamatan jika dilakukan secara utuh, tetapi

penulis hanya mengambil sampel yaitu 30 kali pengamatan

tersebut.

Waktu pengamatan tersebut ditentukan secara acak

dengan bantuan bilangan random dan waktu satuan

pengamatan adalah 5 menit. Misalkan terdapat bilangan

random 1 maka

50

06:00 + (1 x 00:05)= 6:05

Pengamatan tersebut dilakukan selama 4 hari. Penulis

mendapatkan data yang cukup maka dilakukan rekapitulasi

lembar pengamatan.

Penulis memisahkan aktivitas produktif dan non

produktif. Ada pun aktivitas produktif yang dilakukan

dibagi menjadi 2 kategori yaitu:

1. Untuk pengawas material (Golongan 2 : Pekerja

Material A)

a. Memastikan kesesuaian stock supply real dengan

administrasi

b. Memastikan kesesuaian stock supply real dengan

administrasi

c. Memastikan pekerja bagian material bekerja dengan

baik bagian material

d. Menghitung pemakaian material

e. Membantu karyawan memindahkan material

2. Untuk karyawan material (Golongan 4 dan 5)

a. Men-supply material ke mesin

b. Men-supply material ke terminal AGV atau pun hand

pallet

c. Memindahkan hand pallet untuk mengambil material

d. Mengumpulkan dan merapikan aval (ampalan, sampah

plastic, dan tali pengikat)

e. Mengecek ketersediaan material di mesin

f. Memastikan kesesuaian stock supply real dengan

administrasi

g. Memindahkan filter dari kardus ke rak

h. Menulis label untuk ditempelkan pada karung sortiran

i. Mengepak sortiran rokok ke karung di gudang sortiran

j. Menimbang karung sortiran rokok di gudang sortiran

51

k. Membersihkan gudang sortiran

l. Mengumpulkan aval

m. Membuka kemasan material

n. Membersihkan lantai (di area meja kerja material)

o. Membersihkan lem di mesin

p. Mengambil sisa material

Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh penulis

adalah menentukan nilai faktor penyesuaian dan

kelonggaran. Faktor penyesuaian adalah teknik untuk

menyamakan waktu hasil observasi terhadap seorang

operator dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dengan

waktu yang diperlukan oleh operator normal dalam

menyelesaikan pekerjaan tersebut (Niebel, 1988).

Menurut Sutalaksana (1979), besarnya nilai faktor

penyesuaian (p) memiliki tiga batasan, yaitu:

a. p > 1 bila pengukur berpendapat bahwa operator

bekerja di atas normal (terlalu cepat)

b. p < 1 bila pengukur berpendapat bahwa operator

bekerja di bawah normal (terlalu lambat)

c. p = 1 bila pengukur berpendapat bahwa operator

bekerja dengan wajar.

Untuk mentukan faktor penyesuaian, penulis menggunakan

Metode Westinghouse karena penggunaannya yang lebih

mendetail dari masing-masing kemampuan yang dialami

oleh operator.

Ada pun pemberian faktor kelonggaran dimaksudkan

untuk memberikan kesempatan kepada operator untuk

melakukan hal-hal yang harus dilakukannya, sehingga

waktu baku yang diperoleh dapat dikatakan data waktu

kerja yang lengkap dan mewakili sistem kerja yang

diamati. Kelonggaran yang diberikan antara lain:

52

a. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi

b. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa lelah (fatique)

c. Kelonggaran untuk hal-hal yang tidak dapat

dihindarkan.

Langkah-langkah yang dilakukan oleh penulis sebelum

work sampling adalah:

1. Studi pendahuluan

a. Mendefinisikan masalah, menentukan tujuan

pengukuran, yaitu untuk apa sampling dilakukan,

menentukan besarnya tingkat ketelitian dan

keyakinan.

b. Memilih operator

c. Membuat lembar pengamatan

d. Mendefinisikan aktivitas yang diamati (produktif/

non produktif serta Output Identification Unit

(OIU))

2. Perancangan sampling pekerjaan

a. Menentukan satuan waktu pengamatan

b. Menentukan jumlah hari atau shift yang akan diamati

c. Menentukan jumlah pengamatan dengan mempertimbangkan

jam kerja perusahaan.

d. Membangkitkan bilangan acak untuk menentukan waktu

pengamatan dari table bilangan acak

e. Menentukan waktu pengamatan

3. Pengamatan dan pencatatan data

4. Menetapkan waktu baku dan waktu normal

Wn = 𝑇 .

𝑛𝑖

𝑛 . 𝑝

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 ... (persamaan 1)

Wb = Wn (1+a) ... (persamaan 2)

Keterangan :

Wn : waktu normal

Wb : waktu baku

53

T : selisih waktu kerja dengan waktu istirahat

ni : jumlah kejadian aktivitas ke–i

n : jumlah kejadian seluruh aktivitas

p : penyesuaian

a : kelonggaran (allowance)

54

4.3.1. Diagram Alir Pelaksanaan Kerja Praktek

Untuk memahami lebih jelas mengenai pelaksanaan kerja

praktek di PT Djarum dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Mulai

Mempelajari Aliran

Material dan Proses

Produksi Filter

Mengumpulkan data-data

untuk persiapan work

sampling

Merekapitulasi Lembar

Data Pengamatan

Mengelompokkan aktivitas

operator ke dalam

beberapa elemen kegiatan

Membuat analisa faktor

penyesuaian & kelonggaran

Membuat tabel perhitungan

uji petik (waktu baku)

Analisa persentase

produktivitas

operator

Membuat perhitungan

beban kerja

Selesai

Gambar 4.3. Diagram Alir Pelaksanaan Kerja Praktek

55

4.4.Hasil Pekerjaan

Penulis mendapatkan tugas untuk mengamati motion

and time study pada karyawan bagian material. Hasil

pekerjaan ini meliputi lembar penilaian Lembar data

yang diambil ketika Kerja Praktek kali ini meliputi

lembar pengamatan terhadap 10 orang pekerja yang

diambil selama 4 hari.

4.4.1.Lembar Data

Pada lembar data yang dapat dilihat pada Lampiran 1

hingga Lampiran 40 berisi pengambilan data secara acak

dengan metode time study sesuai dengan bilangan random

yang telah ditentukan sebelumnya, dengan masing-masing

hari sejumlah 30 data.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, satuan

waktu yang digunakan sejumlah 5 menit. Untuk

keseluruhan pekerja, data diambil pada waktu yang sama

yaitu pada hari Senin, Kamis, Jumat, dan Sabtu 8 Juli

2013, 11-14 Juli 2013.

4.4.2. Perhitungan

Perhitungan yang digunakan untuk mengolah data

yang telah diperoleh, seperti yang tercantum pada

lembar data meliputi perhitungan faktor penyesuaian dan

kelonggaran.

Mengenai faktor penyesuaian, metode yang digunakan

adalah metode Westinghouse dengan faktor yang menjadi

pertimbangan meliputi skill, effort, condition, dan

juga consistency dari masing-masing pekerja dalam

melakukan setiap elemen kegiatan sesuai dengan job

desknya. Untuk lebih jelasnya, lihat Lampiran 41 hingga

Lampiran 50.

56

Hampir sama halnya dengan perhitungan faktor

penyesuaian, perhitungan faktor kelonggaran pun

diterapkan pada keseluruhan pekerja. Jika dilihat pada

Lampiran 51 hingga Lampiran 60, ada beberapa hal yang

termasuk ke dalam faktor kelonggaran, yang meliputi

tenaga yang dikeluarkan (TD), sikap kerja (SK), gerakan

kerja (GK), kelelahan mata (KM), keadaaan temperatur

tempat kerja (KTK), keadaan atmosfer (KA), keadaaan

lingkungan yang baik (KL), dan kebutuhan pribadi (KP).

Pada setiap elemen kegiatan, terdapat persentase faktor

kelonggaran yang nantinya dijumlahkan sehingga

diperoleh total faktor kelonggaran tiap elemen

pekerjaan.

Lembar data yang ada kemudian digabungkan dengan

faktor penyesuaian dan kelonggaran untuk memudahkan

dalam melakukan analisis dan pengolahan data.

Penggabungan ketiga elemen ini disajikan dalam

Rekapitulasi Lembar Pengamatan Pekerja Material yang

tertera pada Lampiran 61 hingga Lampiran 70. Pada

rekapitulasi ini juga terdapat jumlah aktivitas

produktif dan non produktif dalam keseluruhan

pengamatan yang dilakukan pada masing-masing pekerja.

Hal selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan

pengolahan data untuk menghitung waktu baku tiap elemen

kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing pekerja.

Tabel perhitungan uji petik ini dapat dilihat pada

Lampiran 71 hingga Lampiran 80. Meskipun elemen

aktivitas yang dimiliki oleh beberapa pekerja adalah

sama, akan tetapi dengan faktor kelonggaran dan

penyesuaian yang berbeda, tentunya akan menghasilkan

waktu baku yang berbeda pula.

57

Perhitungan persentase produktivitas untuk masing-

masing pekerja dilakukan dengan menjumlahkan

keseluruhan persentase produktif pada keseluruhan hari

pengamatan yang kemudian dibagi dengan jumlah hari (4

hari). Untuk lebih jelasnya, lihat tabel 4.1 hingga

tabel 4.10 di bawah ini.

1. Pekerja Material A

Tabel 4.1. Persentase Produktivitas Pekerja Material A

PEKERJA

MATERIAL A Kegiatan

Hari Jumlah

1 2 3 4

Produktif 20 22 27 28 97

Non

Produktif 10 8 3 2 23

Total 30 30 30 30 120

% Produktif 66.67% 73.33% 90.00% 93.33% 80.83%

𝑃 = Pi

k =

66.67% + 73.33% + 90% + 93.33%

4

= 80.83 %

Gambar 4.4. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja

Material A

66.67%73.33%

90.00% 93.33%

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

1 2 3 4

Hari ke-

Persentase Produktivitas Pekerja Supply A

% Produktif

58

2. Pekerja Material B

Tabel 4.2. Persentase Produktivitas Pekerja Material B PEKERJA

MATERIAL B Kegiatan

Hari Jumlah

1 2 3 4

Produktif 26 21 18 27 92

Non

Produktif 4 9 12 3 28

Total 30 30 30 30 120

% Produktif 86.67% 70.00% 60.00% 90.00% 76.67%

𝑃 = Pi

k =

86.67% + 70.00% + 60% + 90.00%

4

= 76.67 %

Gambar 4.5. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja

Material B

3. Pekerja Material C

Tabel 4.3. Persentase Produktivitas Pekerja Material C

PEKERJA

MATERIAL C Kegiatan

Hari Jumlah

1 2 3 4

Produktif 26 23 25 25 99

Non

Produktif 4 7 5 5 21

Total 30 30 30 30 120

% Produktif 86.67% 76.67% 83.33% 83.33% 82.50%

86.67%

70.00%60.00%

90.00%

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

1 2 3 4

Hari ke-

Persentase Produktivitas Pekerja Supply B

% Produktif

59

𝑃 = Pi

k =

86.67% + 76.67% + 83.33% + 83.33%

4

= 82.50 %

Gambar 4.6. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja

Material C

4. Pekerja Material D

Tabel 4.4. Persentase Produktivitas Pekerja Material D

𝑃 = Pi

k =

86.67% + 86.67% + 80.00% + 86.67%

4

= 85.00 %

86.67%

76.67%

83.33% 83.33%

70.00%

75.00%

80.00%

85.00%

90.00%

1 2 3 4

Hari ke-

Persentase Produktivitas Pekerja Supply C

% Produktif

PEKERJA

MATERIAL D Kegiatan

Hari Jumlah

1 2 3 4

Produktif 26 26 24 26 102

Non

Produktif 4 4 6 4 18

Total 30 30 30 30 120

% Produktif 86.67% 86.67% 80.00% 86.67% 85.00%

60

Gambar 4.7. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja

Material D

5. Pekerja Material E

Tabel 4.5. Persentase Produktivitas Pekerja Material E

𝑃 = Pi

k =

80.00% + 76.67% + 76.67% + 83.33%

4

= 79.17 %

Gambar 4.8. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja

Material E

86.67% 86.67%

80.00%

86.67%

75.00%

80.00%

85.00%

90.00%

1 2 3 4

Hari ke-

Persentase Produktivitas Pekerja Supply D

% Produktif

80.00%

76.67% 76.67%

83.33%

72.00%

74.00%

76.00%

78.00%

80.00%

82.00%

84.00%

1 2 3 4

Hari ke-

Persentase Produktivitas Pekerja Supply E

% Produktif

PEKERJA

MATERIAL E Kegiatan

Hari Jumlah

1 2 3 4

Produktif 24 23 23 25 95

Non

Produktif 6 7 7 5 25

Total 30 30 30 30 120

% Produktif 80.00% 76.67% 76.67% 83.33% 79.17%

61

6. Pekerja Material F

Tabel 4.6. Persentase Produktivitas Pekerja Material F

𝑃 = Pi

k =

83.33% + 83.33% + 80.00% + 86.67%

4

= 83.33%

Gambar 4.9. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja

Material F

7. Pekerja Material G

Tabel 4.7. Persentase Produktivitas Pekerja Material G

𝑃 = Pi

k =

73.33% + 83.33% + 80.00% + 86.67%

4

= 80.03 %

83.33% 83.33%80.00%

86.67%

75.00%

80.00%

85.00%

90.00%

1 2 3 4

Hari ke-

Persentase Produktivitas Pekerja Supply F

% Produktif

PEKERJA

MATERIAL F Kegiatan

Hari Jumlah

1 2 3 4

Produktif 25 25 24 26 100

Non

Produktif 5 5 6 4 20

Total 30 30 30 30 120

% Produktif 83.33% 83.33% 80.00% 86.67% 83.33%

PEKERJA

MATERIAL G Kegiatan

Hari Jumlah

1 2 3 4

Produktif 22 25 24 26 97

Non

Produktif 8 5 6 4 43

Total 30 30 30 30 120

% Produktif 73.33% 83.33% 80.00% 86.67% 80.83%

62

Gambar 4.10. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja

Material G

8. Pekerja Material H

Tabel 4.8. Persentase Produktivitas Pekerja Material H

𝑃 = Pi

k =

66.67% + 66.67% + 73.33% + 76.67%

4

= 70.83 %

Gambar 4.11. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja

Material H

73.33%

83.33%

80.00%

86.67%

65.00%

70.00%

75.00%

80.00%

85.00%

90.00%

1 2 3 4

Hari ke-

Persentase Produktivitas Pekerja Supply G

% Produktif

66.67% 66.67%

73.33%

76.67%

60.00%

65.00%

70.00%

75.00%

80.00%

1 2 3 4

Hari ke-

Persentase Produktivitas Pekerja Supply H

% Produktif

PEKERJA

MATERIAL H Kegiatan

Hari Jumlah

1 2 3 4

Produktif 20 20 22 23 85

Non

Produktif 10 10 8 7 35

Total 30 30 30 30 120

% Produktif 66.67% 66.67% 73.33% 76.67% 70.83%

63

9. Pekerja Material I

Tabel 4.9. Persentase Produktivitas Pekerja Material I

𝑃 = Pi

k =

66.67% + 70.00% + 83.33% + 70.00%

4

= 72.50 %

Gambar 4.12. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja

Material I

10. Pekerja Material J

Tabel 4.10. Persentase Produktivitas Pekerja Material J

𝑃 = Pi

k =

80.00% + 76.67% + 83.33% + 100.00%

4

= 85.00 %

66.67% 70.00%

83.33%

70.00%

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

1 2 3 4

Hari ke-

Persentase Produktivitas Pekerja Supply I

% Produktif

PEKERJA

MATERIAL H Kegiatan

Hari Jumlah

1 2 3 4

Produktif 20 21 25 21 87

Non

Produktif 10 9 5 9 33

Total 30 30 30 30 120

% Produktif 66.67% 70.00 83.33% 70.00% 72.50%

PEKERJA

MATERIAL H Kegiatan

Hari Jumlah

1 2 3 4

Produktif 24 23 25 30 102

Non

Produktif 6 7 5 0 18

Total 30 30 30 30 120

% Produktif 80.00% 76.67% 83.33% 100.00% 85.00%

64

Gambar 4.13. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja

Material J

Ketika diperhadapkan dengan sepuluh tabel dan

gambar grafik di atas, tentunya kita tidak dapat dengan

mudah memahami persentase produktivitas pekerja wanita

regu A di bagian material preparation PT Djarum. Oleh

karena itu, untuk mempermudah mengamati dan menarik

kesimpulan dari hasil analisis tersebut, penulis

membuat tabel rekapitulasi persentase produktivitas

pekerja wanita regu A yang tercantum pada gambar 4.12.

Gambar 4.12. Grafik Persentase Produktivitas Pekerja

Wanita Regu A

80.00% 76.67% 83.33%100.00%

0.00%

50.00%

100.00%

150.00%

1 2 3 4

Hari ke-

Persentase Produktivitas Pekerja Supply J

% Produktif

80.83% 76.67%82.50% 85.00%

79.17% 83.33% 80.83%70.83% 72.50%

85.00%

0.00%10.00%20.00%30.00%40.00%50.00%60.00%70.00%80.00%90.00%

Pekerja A

Pekerja B

Pekerja C

Pekerja D

Pekerja E

Pekerja F

Pekerja G

Pekerja H

Pekerja I

Pekerja J

Pe

rse

nta

se

Nama Pekerja

Tabel Rekapitulasi Persentase Produktivitas Pekerja Wanita Regu A

65

Secara keseluruhan, pekerja yang memiliki

persentase produktivitas tertinggi adalah Pekerja

Material D dan Pekerja Material J dengan nilai 85%,

sedangkan pekerja dengan persentase produktivitas

terendah adalah Pekerja Material H dengan nilai 70.83%.

Pada pekerja golongan tertinggi pada kelompok ini,

yaitu golongan 2 (Pekerja Material A), hal yang

mengakibatkan produktivitas yang ada lebih rendah

karena adanya aktivitas Istirahat dengan atasan (kepala

regu) untuk membicarakan material yang harus

dipersiapkan untuk hari tersebut. Lain halnya dengan

pekerja golongan 4 (Pekerja Material H dan Pekerja

Material I). Mereka memiliki nilai persentase

produktivitas yang lebih rendah karena banyaknya

aktivitas Istirahat dan menunggu.

Berdasarkan hasil analisis dengan perhitungan

persentase produktivitas di atas, hal tersebut

membuktikan bahwa produktif atau tidaknya suatu pekerja

dalam melakukan aktivitasnya selama 1 hari tidak

dipengaruhi oleh tinggi rendahnya golongan pada masing

masing pekerja. Dapat dilihat pada pekerja yang bernama

Pekerja Material J dengan golongan 5 justru dapat

dikatakan lebih produktif dari pada pekerja lainnya.

4.4.3. Analisis Beban Kerja Pekerja

Rumus beban kerja operator yang digunakan:

𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝐵𝐾 = 𝛴 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑏𝑎𝑘𝑢

𝛴 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑥 100% ... (persamaan 3)

Sesuai dengan rumus pada persamaan 3 di atas,

dihasilkan nilai beban kerja yang dialami oleh masing-

masing pekerja yang dapat dilihat pada tabel 4.91.

66

Tabel 4.11. Beban Kerja yang Dialami Pekerja Bagian

Material Preparation (Regu A)

Nama

Waktu

Baku

(menit)

Waktu

kerja

(menit)

Beban

Kerja

Pekerja Material A 2038 1920 106%

Pekerja Material B 1984.23 1920 103%

Pekerja Material C 2042.68 1920 106%

Pekerja Material D 2170.52 1920 113%

Pekerja Material E 2047.42 1920 107%

Pekerja Material F 2072.42 1920 108%

Pekerja Material G 2072.4 1920 108%

Pekerja Material H 1767.6 1920 92%

Pekerja Material I 1637.29 1920 85%

Pekerja Material J 2149.49 1920 112%

Jumlah 19972.88

Suatu beban kerja dapat dikatakan optimal dengan

nilai beban kerja sejumlah 100%. Dari tabel di atas

dapat diketahui bahwa beban kerja yang dialami oleh

masing-masing pekerja sangat tinggi dan karena lebih

dari 100%.

Yang menyebabkan tingginya beban kerja yang

dialami oleh masing-masing operator adalah karena

material yang harus dipindahkan memiliki massa yang

sangat berat dan harus dipindahkan secara manual dari

pallet tempat meletakkan material ke hand pallet untuk

nantinya di-supply ke produksi. Berat material yang

dimaksud kurang lebih 15 kg ke atas dan yang mengangkat

material ini adalah pekerja wanita secara keseluruhan.

Hal ini pun tidak cukup terjadi hanya sekali atau pun

dua kali selama satu shift mereka melakukan

pekerjaannya, melainkan secara terus menerus.

Selain itu, ada pula pekerjaan di bagian sortiran

yang mengharuskan pekerja untuk menunggu karyawan

produksi untuk mengambil produk sortiran di bagian

67

produksi sehingga muncul aktivitas menunggu yang

mengakibatkan beban kerja pada pekerja ini cenderung

terlihat lebih rendah dibandingkan dengan pekerja

lainnya.

4.4.4. Analisis Jumlah Tenaga Kerja yang Dibutuhkan

Untuk menghitung jumlah tenaga kerja standar yang

dibutuhkan, dapat digunakan rumus berikut ini:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 = 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎 ...(pers. 4)

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 = 19972.88

1920

= 10.4 orang

Dari rumus di atas, dapat dihasilkan jumlah tenaga

kerja 10 orang untuk departemen material.

Pada departemen material preparation, khususnya

untuk regu A, tim pekerja yang ada dapat bekerja sama

dengan baik dan karena adanya pengalaman kerja yang

cukup lama, mereka dapat bekerja dengan cepat dan sigap

meskipun beban kerja yang ada melebihi 100% (standar

beban kerja maksimum). Pekerja yang ada pun sudah dapat

melakukan pekerjaannya dengan tangkas dan tidak perlu

diberi aba-aba setiap waktu.

Untuk mengetahui jumlah pekerja optimum yang

sebaiknya melakukan tugas pekerjaan ini, dapat dilihat

tabel 4.92 yang merupakan tabel untuk analisis jumlah

pekerja berdasarkan pengukuran beban kerja operator

yang dapat ditinjau berdasarkan tabel 4.91.

Tabel 4.12. Pengukuran Beban Kerja Operator

Nilai Beban Kerja Prestasi Kerja Jumlah Karyawan

A >1 Sangat Baik Sangat Kurang

B 0.9-1.00 Baik Kurang

68

C 0.7-0.89 Cukup Cukup

D 0.5-0.69 Kurang Banyak

E <0.5 Sangat Kurang Sangat Banyak

Dari analisa menggunakan tabel di atas, dapat

diketahui bahwa 80% operator wanita untuk regu A yang

ada termasuk dalam beban kerja dengan nilai A yang

memiliki prestasi kerja yang sangat baik karena beban

kerja yang ada melebihi 100%, dan jika dilihat dari

jumlah karyawannya masih termasuk kategori kurang.

Sedangkan 10% lainnya termasuk dalam nilai B dengan

prestasi kerja baik, dan 10% sisanya termasuk dalam

nilai C dengan prestasi kerja cukup. Akan tetapi,

dengan beban kerja maksimal adalah 112%, penambahan

pekerja pun tidak perlu dilakukan.

4.4.5. Analisis Produktivitas Pekerja dengan Pekerjaan

sesuai Job Desk Masing-masing Pekerja

Jika dilihat dari hasil data pengamatan yang

tertera pada Lampiran 1 hingga Lampiran 40, pekerja

yang ada cenderung melakukan pekerjaan multi tasking.

Dengan kata lain, setiap pekerja harus memiliki

kemampuan untuk mengerjakan keseluruhan pekerjaan yang

ada di bagian material preparation. Baik itu

memindahkan material, memastikan kesesuaian stock

material, men-supply material, dan membersihkan lantai

di bagian material preparation. Selain itu, ada pula 2

pekerja wanita pada regu A yang ternyata hanya sebagai

pekerja sementara pada bagian material preparation,

yaitu pekerja H dan pekerja I. Hal inilah yang

menjadikan data produktivitas yang dimiliki oleh

pekerja bagian material ini menjadi terlihat ambigu.

69

Berikut ini rincian job desk yang seharusnya

masing-masing pekerja lakukan:

a. Pekerja A : pengawas material, bertugas untuk

melakukan hal-hal yang berkaitan dengan pengawasan

material, memastikan kesesuaian material dengan

stock, membantu pekerja lain mensupply material.

b. Pekerja B dan E : pekerja supply, bertugas untuk

menyuplai material yang berupa lem, filter, alcohol,

dan bekerja di gudang sortiran untuk mengurus

material yang nantinya akan disortir.

c. Pekerja C, D, F, G, H : pekerja material, bertugas

untuk menyuplai material dan mengurus material di

lantai material preparation.

Oleh karena itu, untuk menemukan hasil

produktivitas bersih yang dialami masing-masing

pekerja, dengan cara menganggap aktivitas pekerja yang

tidak sesuai dengan job desknya dianggap sebagai idle

atau pekerjaan menganggur. Dengan demikian diasumsikan

jika pekerja tersebut tidak melakukan job desknya

berarti pekerja yang bersangkutan sedang tidak memiliki

pekerjaan pada waktu ketika diamati. Di samping itu,

pada analisis tambahan ini, kedua pekerja wanita

sementara di regu A di bagian material preparation

tidak dianggap karena tidak seharusnya berada di bagian

ini sehingga pada data analisis ini kemudian

dihilangkan.

Dengan cara yang sama seperti langkah-langkah pada

sub bab 4.4.1 hingga 4.4.3 di atas, diperoleh hasil

pada tabel 4.13 berikut ini.

70

Tabel 4.13. Hasil Data Percobaan Persentase, Waktu

Baku, dan Beban Kerja Pekerja Wanita Regu A

Nama Persentase

Produktivitas Waktu Baku Beban Kerja

Pekerja A 80.83% 2037.66 106%

Pekerja B 67.50% 1984.23 103%

Pekerja C 83% 2040.04 106%

Pekerja D 83.33% 2170.52 113%

Pekerja E 69.70% 1811.04 94%

Pekerja F 83.33% 2072.40 108%

Pekerja G 79.17% 2030.688 106%

Pekerja J 84.17% 2144.032 112%

Dari data di atas, ternyata ada perbedaan dengan

hasil analisis data pada tabel 4.11 dan gambar 4.12.

Jika masing-masing pekerja diharuskan untuk melakukan

pekerjaan sesuai dengan job desk masing-masing,

persentase produktivitas pekerja tersebut cenderung

kecil, yaitu sekitar 67% hingga 83.33%, meskipun beban

kerja yang dialami masing-masing pekerja cenderung

besar karena bernilai lebih dari 90% dengan prestasi

kerja yang tergolong baik.

Hal ini cukup membuktikan bahwa dengan adanya 8

pekerja saja sudah sangat cukup untuk ditempatkan di

bagian material preparation dan tidak diperlukan lagi

adanya penambahan pekerja.

71

BAB 5

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan selama Kerja Praktek di

bagian material preparation PT Djarum Kudus yang

bertempat di OASIS, mengenai produktivitas pekerja

wanita regu A, dapat diketahui bahwa pekerja wanita

regu A menerapkan pekerjaan multi tasking di mana

setiap pekerja harus mampu untuk melakukan keseluruhan

pekerjaan yang ada di bagian material preparation.

Pekerjaan yang dimaksud meliputi menyuplai material,

memastikan kesesuaian stock material, mengumpulkan

aval, membersihkan lantai di bagian material

preparation, memindahkan material, menata material di

bagian material preparation.

Dengan adanya pekerjaan multi tasking ini ternyata

sangat mempengaruhi tingkat produktivitas yang dialami

oleh masing-masing pekerja. Ada pun hal positif yang

ditimbulkan adalah ketika pekerja seharusnya

menganggur, pekerja tersebut dapat membantu pekerja

lain dalam melakukan pekerjaannya sehingga mempermudah

pekerjaan yang ada.

Dalam konteks pekerjaan yang multi tasking,

produktivitas pekerja yang ada termasuk dalam kategori

baik karena nilai produktivitas yang ada lebih besar

dari 70%. Jika dilihat dari kondisi saat ini, pekerja

wanita regu A yang berjumlah 8 orang (dengan pekerja H

dan pekerja I yang berjabat sebagai pekerja sementara

di bagian material preparation diabaikan) sudah

tergolong sangat cukup dengan prestasi kerja yang dapat

72

dikatakan baik. Oleh karena itu, penambahan pekerja pun

tidak perlu dilakukan.

5.2. Saran

Berkaitan dengan perbaikan ke depannya, penulis

mengusulkan beberapa saran yang berkaitan dengan

produktivitas pekerja beserta usulan berdasarkan hasil

wawancara yang dilakukan secara langsung dengan pekerja

wanita regu A yang meliputi:

1. Berdasarkan analisis produktivitas pekerja, dengan

adanya produktivitas yang ada masih belum optimal

karena masih jauh dari nilai 100%. Sehingga

pekerjaan yang ada perlu ditambah, yang dapat

dilakukan dengan cara membantu pekerja di bagian pre

filter maker dalam mensuplai acetate tow.

2. Penataan layout di material preparation sebaiknya

diusahakan lebih optimal dan pasti. Hal ini sering

kali dikeluhkan oleh pekerja wanita regu A karena

peletakkan material yang cenderung tersebar dan

tidak teratur. Masalah ini justru sangat menyulitkan

pekerja yang tentunya dituntut untuk bekerja dengan

cepat tetapi dikarenakan oleh hal ini mereka

diharuskan untuk mencari terlebih dahulu material

yang tersedia.

3. Untuk dapat menyelaraskan pendapat dan peraturan

antar regu, sebaiknya diperlukan adanya meeting

antar kepala regu dan pengawas pada masing-masing

regu sehingga nantinya dapat membicarakan hal-hal

yang berkenaan dengan pengaturan dan penyelesaian

arsip-arsip di bagian material preparation.

73

4. Pemberian reward dan penghargaan terhadap regu yang

prestasi kerjanya baik yang berguna untuk memotivasi

pekerja. Di samping itu, dapat juga dilakukan dengan

cara diadakan refreshing paling tidak setiap 2 tahun

sekali sehingga pekerja tidak jenuh dalam

menjalankan rutinitas pekerjaannya sehari-hari.