Upload
others
View
38
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PENERAPAN PLC SIEMENS PADA AREA INDUSTRI
ROKOK TRESNO PT. BENTOEL GROUP
KERJA PRAKTIK
Program Studi
S1 Sistem Komputer
Oleh:
MUHAMMAD FARIS AKBAR
15410200070
FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA
INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA STIKOM SURABAYA
2018
ii
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PENERAPAN PLC SIEMENS PADA AREA INDUSTRI ROKOK TRESNO
PT. BENTOEL GROUP
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian Tahap Akhir
Program Strata Satu (S1)
Disusun Oleh:
Nama : Muhammad Faris Akbar
NIM : 15.41020.0070
Program : S1 (Strata Satu)
Jurusan : Sistem Komputer
FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA
INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA STIKOM SURABAYA
2018
iii
“Melestarikan hal-hal lama yang baik dan mengembangkan hal-
hal yang baru yang lebih baik dan bermanfaat ”
iv
Syukur Terima Kasih Kepada,
ALLAH SWT
Dengan Karunia, Rahmad, dan Inayah-Nya telah memberikan nikmat Iman, Islam,
dan Kesehatan sehingga dalam penyelesaian Kerja Praktek diberi kelancaran
Dan Kupersembahkan juga Kepada,
Ibu dan Bapak
Yang selalu mendukung, memotivasi, dan menyisipkan nama saya dalam doa-doa
terbaiknya.
Beserta teman-teman Komunitas STIKOM Robot, Angkatan 15 SK, dan
semua orang yang selalu membantu, mendukung, dan memotivasi agar tetap
berusaha menjadi lebih baik.
v
vi
vii
ABSTRAKSI
Dalam perkembangan teknologi yang mulai merambah pada sektor industri
saat ini, dimulai dari era revolusi industri atau yang dikenal dengan industri 1.0
pada tahun 1784 hingga industri 4.0 pada tahun 2012. Banyak perindustrian yang
sebelumnya menggunakan mesin-mesin yang masih bersifat konvensional dan
masih memakai tenaga manusia untuk membantu menghitung ataupun mengatur
mesin tersebut diahlikan menuju pada mesin-mesin yang bersifat otomasi dan mulai
memakai sensor-sensor untuk membantu mesin menghitung dan mengatur. Salah
satu penerapan PT. YEIKUMA yakni menggunakan PLC Siemens untuk area
Industri rokok Tresno PT. Bentoel Group.
PLC Siemens dipilih karena memiliki beberapa fitur yang mendukung
Industri dengan perangkat panel dan mesin yang kompleks. Mulai dari
perangkat lunak (software) yang kompatibel dengan koneksi-koneksi Standard
Internasional PLC serta perangkat yang praktis dan mudah untuk
mengkonfigurasikannya. PLC Siemens sendiri memiliki beberapa aturan
tersendiri dalam penyusunan sebuah program, mulai dari menyiapkan variabel-
variabel pada Data Block, menyusun Function Block lalu kemudian membuat
Main Program.
Salah satu program yang dijalankan di area Industri rokok Tresno PT.
Bentoel Group yakni menjalankan program motor yang dimasukkan pada sebuah
Function Block tersendiri. Dengan menerapkan program Sekuensial, program ini
dapat menetralisir resiko error yang berkepanjangan (Long Error Time) dan mudah
untuk melakukan troubleshooting ketika salah satu mesin motor error, serta
menghemat daya dan cost tinggi pada tiap mesin.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat yang telah diberikan - Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Kerja Praktik ini. Penulisan Laporan ini adalah sebagai salah satu syarat Menempuh
Tugas Akhir pada Program Studi S1 Sistem Komputer Institut Bisnis dan
Informatika STIKOM Surabaya.
Dalam usaha menyelesaikan penulisan Laporan Kerja Praktik ini penulis
banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak baik moral maupun materi. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi - tingginya
kepada :
1. Allah SWT, karena dengan rahmatnya dan hidayahnya penulis dapat
menyelesaikan Laporan Kerja Praktik ini.
2. Orang Tua yang telah memberikan dorongan dan bantuan baik moral maupun
materi sehingga penulis dapat menempuh dan menyelesaikan Kerja Praktik
maupun laporan ini.
3. PT. YEIKUMA atas segala kesempatan, pengalaman kerja yang telah
diberikan kepada penulis selama melaksanakan Kerja Praktik.
4. Kepada Bapak Sulih Ganjar Lanturno. selaku penyelia. Terima kasih atas
bimbingan yang diberikan sehingga penulis dapat melaksanakan Kerja Praktik
di PT. YEIKUMA.
5. Kepada Pauladie Susanto, S.Kom., M.T. selaku Ketua Program Studi Sistem
Komputer Surabaya atas izin yang diberikan untuk melaksanakan Kerja Praktik
di PT. YEIKUMA.
ix
6. Kepada Harianto, S.Kom., M.Eng. selaku pembimbing saya sehingga dapat
menyelesaikan laporan Kerja Praktik.
7. Teman- teman komunitas Robot yang selalu memberikan warna dan dukungan
dalam menyelesaikan laporan ini.
8. Teman-teman seperjuangan SK angkatan ’15 dan semua pihak yang terlibat
namun tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan dan
dukungannya.
Penulis berharap semoga laporan ini dapat berguna dan bermanfaat untuk
menambah wawasan bagi pembacanya. Penulis juga menyadari dalam penulisan
laporan ini banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik untuk memperbaiki kekurangan dan berusaha untuk
lebih baik lagi.
Surabaya, 23 Agustus 2018
Penulis
x
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI ........................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xx
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3. Batasan Masalah ....................................................................................... 3
1.4. Tujuan ....................................................................................................... 3
1.5. Kontribusi ................................................................................................. 4
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ................................................ 5
2.1. Profil PT. YEIKUMA .............................................................................. 5
2.2. Kemitraan PT. YEIKUMA ....................................................................... 6
2.3. Struktur Organisasi ................................................................................... 7
2.4. Visi, Misi PT. YEIKUMA........................................................................ 8
2.5. Produk dan Service PT. YEIKUMA ........................................................ 9
BAB III LANDASAN TEORI ............................................................................ 10
3.1. Programmble Logic Controller............................................................... 10
3.2. Keunggulan PLC .................................................................................... 10
3.3. Sistem PLC ............................................................................................. 11
3.4. Desain Mekanik PLC ............................................................................. 13
3.5. Arsitektur PLC........................................................................................ 15
3.5.1. CPU ................................................................................................. 16
3.5.2. Bus................................................................................................... 17
xi
3.5.3. Memori ............................................................................................ 18
3.5.4. Unit Input/output ............................................................................. 19
3.5.5. Sourcing dan sinking ....................................................................... 24
3.6. Merek dan tipe PLC................................................................................ 25
3.7. PLC Simatic Controllers Siemens .......................................................... 30
3.7.1. Tipe Data PLC Siemens .................................................................. 31
3.7.2. Struktur Pemrograman PLC ............................................................ 33
BAB IV DISKRIPSI KERJA PRAKTIK ....................................................... 124
4.1. Penerapan PLC Simatic Siemens untuk Industri .................................. 124
4.1.1. PLC Siemens dan Perindustrian .................................................... 124
4.1.2. Fitur-fitur PLC Siemens CPU S7-1500 1511-1 PN. ..................... 125
4.2. Instalasi, Konfigurasi PLC dan Pemograman pada TIA Portal V14 .... 131
4.2.1. Prosedur Instalasi TIA Portal V14 ................................................ 131
4.2.2. Konfigurasi PLC TIA Portal V14 ................................................. 143
4.2.3. Struktur Pemrograman TIA Portal V14 ........................................ 151
4.3. Penjelasan Program PLC ...................................................................... 159
4.3.1. Inisialisasi Program Function Motor ............................................. 159
4.3.2. Pembahasan Program Function Motor .......................................... 161
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 177
5.1. Kesimpulan ........................................................................................... 177
5.2. Saran ..................................................................................................... 178
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 179
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Struktur Organisasi PT. YEIKUMA ................................................. 7
Gambar 3.1 : Sistem PLC...................................................................................... 12
Gambar 3.2 : Sinyal: (a) diskrit, (b) digital, (c) analog. ........................................ 13
Gambar 3.3 : PLC kotak tunggal.......................................................................... 14
Gambar 3.4 : PLC tipe Modular/rel ...................................................................... 15
Gambar 3.5 : Arsitektur PLC ................................................................................ 16
Gambar 3.6 : Isolator optik ................................................................................... 20
Gambar 3.7 : Level-level output ........................................................................... 21
Gambar 3.8 : Output tipe relay .............................................................................. 22
Gambar 3.9 : Bentuk-bentuk dasar output tipe transistor: (a) pembuangan arus. (b)
pensumberan arus .................................................................................................. 23
Gambar 3.10 : Level-level output ......................................................................... 23
Gambar 3.11 : Sourcing ........................................................................................ 24
Gambar 3.12 : Sinking .......................................................................................... 25
Gambar 3.13 : Struktur Tipe Data PLC Siemens .................................................. 35
Gambar 3.14 : Bentuk Pemrograman PLC Siemens ............................................. 36
Gambar 3.15 : Simbol Address Normally Open Contact ...................................... 37
Gambar 3.16 : Status Word Normally Open Contact ........................................... 37
Gambar 3.17 : Simbol dan Status Word Normally Closed Contact ..................... 38
Gambar 3.18 : Simbol XOR .................................................................................. 39
Gambar 3.19 : Alamat XOR.................................................................................. 39
Gambar 3.20 : Simbol NOT .................................................................................. 39
Gambar 3.21 : Simbol dan Alamat Coil ................................................................ 40
Gambar 3.22 : Status Word Coil ........................................................................... 41
Gambar 3.23 : Simbol Midline Output ................................................................. 41
Gambar 3.24 : Status Word Midline Output ......................................................... 42
Gambar 3.25 : Simbol Reset ................................................................................. 42
Gambar 3.26 : Status Word Reset ......................................................................... 43
Gambar 3.27 : Simbol Set Coil ............................................................................. 43
Gambar 3.28 : Status Word Set Coil ..................................................................... 43
Gambar 3.29 : Simbol Reset-Set Flip Flop ........................................................... 44
Gambar 3.30 : Status Word Reset-Set Flip Flop ................................................... 45
Gambar 3.31 : Simbol Set-Reset Flip Flop ........................................................... 45
xiii
Gambar 3.30 : Status Word Set-Reset Flip Flop ................................................... 46
Gambar 3.31 : Simbol Negativ RLO..................................................................... 46
Gambar 3.32 : Status Word Negativ RLO ............................................................ 47
Gambar 3.33 : Simbol Positive RLO .................................................................... 47
Gambar 3.34 : Status Word Positive RLO ............................................................ 48
Gambar 3.36 : Simbol Save .................................................................................. 48
Gambar 3.37 : Status Word Save .......................................................................... 49
Gambar 3.38 : Simbol NEG .................................................................................. 49
Gambar 3.39 : Status Word NEG .......................................................................... 49
Gambar 3.40 : Simbol POS ................................................................................... 50
Gambar 3.41 : Status Word POS........................................................................... 50
Gambar 3.42 : Simbol CMPI ................................................................................ 51
Gambar 3.43 : Status Word CMPI ........................................................................ 52
Gambar 3.44 : Simbol CMPD ............................................................................... 52
Gambar 3.45 : Status Word CMPD....................................................................... 53
Gambar 3.46 : Simbol CMPR ............................................................................... 53
Gambar 3.47 : Status Word CMPR ....................................................................... 54
Gambar 3.48 : Simbol BCD_I ............................................................................... 54
Gambar 3.49 : Status Word BCD_I ...................................................................... 55
Gambar 3.50 : Simbol I_BCD ............................................................................... 55
Gambar 3.51 : Status Word I_BCD ...................................................................... 56
Gambar 3.52 : Simbol I_DINT ............................................................................. 56
Gambar 3.53 : Status Word I_DINT ..................................................................... 57
Gambar 3.54 : Simbol BCD_DI ............................................................................ 57
Gambar 3.55 : Status Word BCD_DI ................................................................... 58
Gambar 3.56 : Simbol DI_BCD ............................................................................ 58
Gambar 3.57 : Status Word DI_BCD ................................................................... 59
Gambar 3.58 : Simbol DI_REAL.......................................................................... 59
Gambar 3.59 : Status Word DI_REAL ................................................................. 59
Gambar 3.60 : Simbol INV_I ................................................................................ 60
Gambar 3.61 : Status Word INV_I ....................................................................... 60
Gambar 3.62 : Simbol INV_DI ............................................................................. 61
Gambar 3.63 : Status Word INV_DI..................................................................... 61
Gambar 3.64 : Simbol NEG_I ............................................................................... 62
Gambar 3.65 : Status Word NEG_I ...................................................................... 62
xiv
Gambar 3.66 : Simbol NEG_DI ............................................................................ 63
Gambar 3.67 : Status Word NEG_DI ................................................................... 63
Gambar 3.68 : Simbol NEG_R ............................................................................. 64
Gambar 3.69 : Status Word NEG_R ..................................................................... 64
Gambar 3.70 : Simbol ROUND ............................................................................ 65
Gambar 3.71 : Status Word ROUND .................................................................... 65
Gambar 3.72 : Simbol TRUNC ............................................................................. 66
Gambar 3.73 : Status Word TRUNC .................................................................... 66
Gambar 3.74 : Simbol CEIL ................................................................................. 67
Gambar 3.75 : Status Word CEIL ......................................................................... 67
Gambar 3.76 : Simbol FLOOR ............................................................................. 68
Gambar 3.77 : Status Word FLOOR ..................................................................... 68
Gambar 3.78 : Simbol S_CUD.............................................................................. 69
Gambar 3.79 : Simbol S_CU ................................................................................ 71
Gambar 3.80 : Simbol S_CD ................................................................................ 71
Gambar 3.81 : Simbol SC ..................................................................................... 72
Gambar 3.82 : Simbol CU ..................................................................................... 73
Gambar 3.83 : Simbol CD ..................................................................................... 74
Gambar 3.84 : Simbol JMP Unconditional ........................................................... 74
Gambar 3.85 : Simbol JMP Conditional ............................................................... 75
Gambar 3.86 : Simbol JMPN ................................................................................ 75
Gambar 3.87 : Simbol ADD_I .............................................................................. 76
Gambar 3.88 : Status Word ADD_I ...................................................................... 77
Gambar 3.89 : Simbol SUB_I ............................................................................... 77
Gambar 3.90 : Status Word SUB_I ....................................................................... 78
Gambar 3.91 : Simbol MUL_I .............................................................................. 78
Gambar 3.92 : Status Word MUL_I ...................................................................... 79
Gambar 3.93 : Simbol DIV_I ................................................................................ 79
Gambar 3.94 : Status Word DIV_I ....................................................................... 79
Gambar 3.95 : Simbol ADD_DI ........................................................................... 80
Gambar 3.96 : Status Word ADD_DI ................................................................... 80
Gambar 3.97 : Simbol SUB_DI ............................................................................ 81
Gambar 3.98 : Status Word SUB_DI .................................................................... 81
Gambar 3.99 : Simbol MUL_DI ........................................................................... 82
Gambar 3.100 : Status Word MUL_DI ................................................................. 82
xv
Gambar 3.101 : Simbol DIV_DI ........................................................................... 83
Gambar 3.102 : Status Word DIV_DI................................................................... 83
Gambar 3.103 : Simbol MOD_DI ......................................................................... 84
Gambar 3.104 : Status Word MOD_DI ................................................................ 84
Gambar 3.105 : Simbol ADD_R ........................................................................... 85
Gambar 3.106 : Simbol SUB_R ............................................................................ 86
Gambar 3.107 : Simbol MUL_R ........................................................................... 87
Gambar 3.108 : Simbol DIV_R ............................................................................ 88
Gambar 3.109 : Simbol ABS ................................................................................ 89
Gambar 3.110 : Status Word ABS ........................................................................ 89
Gambar 3.111 : Simbol SQR ................................................................................ 90
Gambar 3.112 : Simbol SQRT .............................................................................. 90
Gambar 3.113 : Simbol EXP ................................................................................. 91
Gambar 3.114 : Simbol LN ................................................................................... 92
Gambar 3.115 : Simbol SIN .................................................................................. 92
Gambar 3.116 : Simbol COS ................................................................................ 93
Gambar 3.117 : Simbol TAN ................................................................................ 94
Gambar 3.118 : Simbol ASIN ............................................................................... 95
Gambar 3.119 : Simbol ACOS.............................................................................. 95
Gambar 3.120: Simbol ATAN .............................................................................. 96
Gambar 3.121 : Simbol Move ............................................................................... 97
Gambar 3.122 : Status Word Move....................................................................... 97
Gambar 3.123 : Simbol Call.................................................................................. 97
Gambar 3.124 : Status Word Call ......................................................................... 98
Gambar 3.125 : Simbol CALL_FB ....................................................................... 99
Gambar 3.126 : Status Word CALL_FB............................................................. 100
Gambar 3.127 : Simbol CALL_FC ..................................................................... 100
Gambar 3.128 : Status Word CALL_FC............................................................. 101
Gambar 3.129 : Simbol CALL_SFB ................................................................... 101
Gambar 3.130 : Status Word CALL_SFB .......................................................... 102
Gambar 3.131 : Gambar CALL_SFC ................................................................. 102
Gambar 3.132 : Status Word CALL_SFC .......................................................... 103
Gambar 3.133 : Simbol Call Multiple ................................................................. 103
Gambar 3.134 : Simbol RET ............................................................................... 104
Gambar 3.135 : Status Word RET ...................................................................... 104
xvi
Gambar 3.136 : Simbol SHR_I ........................................................................... 105
Gambar 3.137 : Pengalamatan SHR_I ................................................................ 106
Gambar 3.138 : SHR_DI ..................................................................................... 106
Gambar 3.139 : Status Word SHR_DI ................................................................ 107
Gambar 3.140 : Simbol SHR_W ......................................................................... 107
Gambar 3.141 : Simbol SHL_W ......................................................................... 108
Gambar 3.142 : Pengalamatan SHL_W .............................................................. 109
Gambar 3.143 : Simbol SHL_DW ...................................................................... 109
Gambar 3.144 : Simbol SHR_DW ...................................................................... 110
Gambar 3.145 : Pengalamatan SHR_DW ........................................................... 111
Gambar 3.146 : Simbol ROL_DW Left .............................................................. 111
Gambar 3.147 : Pengalamatan ROL_DW Left ................................................... 112
Gambar 3.148 : Simbol ROR_DW Right ........................................................... 112
Gambar 3.149 : Pengalamatan ROR_DW Right................................................. 113
Gambar 3.150 : Base Timer ................................................................................ 114
Gambar 3.151 : Pengalamatan Timer.................................................................. 115
Gambar 3.152 : Simbol S_PULSE ...................................................................... 115
Gambar 3.153 : Pulse Timer S_PULSE .............................................................. 116
Gambar 3.154 : Simbol S_PEXT ........................................................................ 117
Gambar 3.155 : Pulse Timer S_PEXT ................................................................ 118
Gambar 3.156 : Simbol S_ODT .......................................................................... 119
Gambar 3.157 : Pulse Timer S_ODT .................................................................. 120
Gambar 3.158 : Simbol S_ODTS........................................................................ 120
Gambar 3.159 : Pulse Timer S_ODTS ................................................................ 121
Gambar 3.160 : Simbol S_OFFDT ..................................................................... 122
Gambar 3.161 : Pulse Timer S_OFFDT ............................................................. 123
Gambar 4.1 : CPU S7-1500 1511-1 PN .............................................................. 125
Gambar 4.2 : Komunikasi Integrasi CPU S7-1500 1511-1 PN .......................... 128
Gambar 4.3 : Folder Software TIA Portal V14 ................................................... 132
Gambar 4.4 : Tampilan Setup STEP 7 ................................................................ 132
Gambar 4.5 : Tampilan STEP 7 pilih bahasa ...................................................... 133
Gambar 4.6 : Tampilan STEP 7 pilih folder ekstrak ........................................... 133
Gambar 4.7 : Tampilan STEP 7 ekstrasi folder .................................................. 134
Gambar 4.8 : Tampilan STEP 7 folder berhasil di ekstrak ................................. 134
xvii
Gambar 4.9 : Tampilan folder yang telah diekstrak ............................................ 135
Gambar 4.10 : Tampilan file yang telah diekstrak .............................................. 135
Gambar 4.11 : Tampilan setup TIA Portal V14 .................................................. 136
Gambar 4.12 : Tampilan setup TIA Portal V14 meminta restart ........................ 136
Gambar 4.13 : Tampilan setup TIA Portal V14 instalasi ulang .......................... 137
Gambar 4.14 : Tampilan General Settings TIA Portal pilih bahasa ................... 137
Gambar 4.15 : Tampilan Configuration spesifikasi perangkat untuk TIA Portal
V14 ...................................................................................................................... 138
Gambar 4.16 : Tampilan Configuration pilih bahasa .......................................... 139
Gambar 4.17 : Tampilan Configuration alokasi penyimpanan aplikasi .............. 139
Gambar 4.18 : Tampilan Configuration License Aggreement ............................ 140
Gambar 4.19 : Tampilan Configuration Security Control .................................. 140
Gambar 4.20 : Tampilan Install .......................................................................... 141
Gambar 4.21 : Tampilan proses instalasi TIA Portal V14 berlangsung ............. 141
Gambar 4.22 : Tampilan Install – Modify System permintaan restart perangkat 142
Gambar 4.23 : Tampilan TIA Portal V14 ........................................................... 142
Gambar 4.24 : Tampilan Properties TIA Portal V14 .......................................... 143
Gambar 4.25 : Tampilan GUI TIA Portal V14 ................................................... 143
Gambar 4.26 : Tampilan GUI TIA Portal V14 ................................................... 144
Gambar 4.27 : Tampilan Project TIA Portal V14 ............................................... 144
Gambar 4.28 : Tampilan Message Box untuk membuat Project New TIA Portal
V14 ...................................................................................................................... 145
Gambar 4.29 : Tampilan Devices & networks TIA Portal V14 .......................... 145
Gambar 4.30 : Tampilan Hardware catalog ........................................................ 146
Gambar 4.31 : Tampilan daftar perangkat PLC .................................................. 146
Gambar 4.32 : Tampilan hasil drag perangkat .................................................... 147
Gambar 4.33 : Tampilan Perangkat CPU dan I/O CPU ...................................... 148
Gambar 4.34 : Tampilan perangkat PLC dan I/O lengkap.................................. 149
Gambar 4.35 : Tampilan perangkat PLC lainnya................................................ 150
Gambar 4.36 : Sambungan Komunikasi perangkat PLC .................................... 150
Gambar 4.37 : Sambungan Komunikasi antar PLC lainnya ............................... 151
Gambar 4.38 : Tampilan membuat folder program ............................................ 152
Gambar 4.39 : Tampilan folder yang dibuat ....................................................... 152
Gambar 4.40 : Tampilan folder untuk masing-masing program ......................... 153
Gambar 4.41 : Membuat Program ....................................................................... 153
Gambar 4.42 : Tampilan membuat Data Block Program .................................... 154
xviii
Gambar 4.43 : Tampilan tabel Data block program ............................................ 155
Gambar 4.44 : Tampilan isi Data block program ................................................ 155
Gambar 4.45 : Tampilan masing-masing Data block program ........................... 156
Gambar 4.46 : Tampilan membuat Function program ........................................ 157
Gambar 4.47 : Tampilan program Ladder Diagram Function program .............. 158
Gambar 4.48 : Tampilan isi Program Ladder Diagram....................................... 158
Gambar 4.49 : Tampilan masing-masing Function program .............................. 158
Gambar 4.50 : Data Block (DB) M ..................................................................... 160
Gambar 4.51 : Network 1 (Motor OK) ............................................................... 161
Gambar 4.52 : Network 2 (Roller Tipper IM1M1L1)......................................... 162
Gambar 4.53 : Network 3 (Motor Lifter Tipper IM1M2L1) .............................. 164
Gambar 4.54 : Network 4 (Motor Bottom Feeder IM2M1L1) ........................... 165
Gambar 4.55 : Network 5 (Motor Roller Chain Feeder IM2M2L1) ................... 166
Gambar 4.56 : Network 6 (Motor Doffer Feeder IM2M3L1) ............................. 167
Gambar 4.57 : Network 7 (Motor Band Conveyor BC1 IM3M1L1) .................. 168
Gambar 4.58 : Network 8 (Motor Band Conveyor BC2 IM4M1L1) .................. 169
Gambar 4.59 : Network 9 (Motor Band Conveyor BC3 IM5M1L1) .................. 170
Gambar 4.60 : Network 10 (Motor Band Conveyor BC4 IM6M1L1) ................ 171
Gambar 4.61 : Network 11 (Motor Band Conveyor BC5 IM7M1L1) ................ 172
Gambar 4.62 : Network 12 (Motor Bottom Buffer BFC1 IM8M1L1) ............... 173
Gambar 4.63 : Network 13 (Motor Doffer Buffer BFC1 IM8M2L1)................. 174
Gambar 4.64 : Network 14 (Motor Bottom Buffer BFC2 IM9M1L1) ............... 175
Gambar 4.65 : Network 15 (Motor Doffer Buffer BFC2 IM9M2L1)................. 176
Gambar 1 : Foto Lokasi dan Pengerjaan Project KP............ Error! Bookmark not
defined.
Gambar 2 : Form KP-3 Surat Balasan dari Instansi (halaman 1) Error! Bookmark
not defined.
Gambar 3 : Form KP-3 Surat Balasan dari Instansi (halaman 2) Error! Bookmark
not defined.
Gambar 4 : Form KP-5 (halaman 1) ...................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 5 : Form KP-5 (halaman 2) ...................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 6 : Form KP-6 ........................................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 7 : Form KP-7 ........................................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 8 : Kartu Bimbingan ................................. Error! Bookmark not defined.
xix
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Dokumentasi Kerja Praktik ................... Error! Bookmark not defined.
Lanpiran 1 Form KP-3 (Surat Balasan) ................. Error! Bookmark not defined.
Lampiran 2 Form KP-5 (Acuan Kerja) .................. Error! Bookmark not defined.
Lampiran 3 Form KP-6 (Log Harian dan Catatan Perubahan Acuan Kerja) . Error!
Bookmark not defined.
Lampiran 4 Form KP-7 (Kehadiran KP) ................ Error! Bookmark not defined.
Lampiran 5 Kartu Bimbingan Kerja Praktik .......... Error! Bookmark not defined.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Diawali dengan ditemukannya mesin uap yang mendorong revolusi industri
atau dikenal juga dengan industri 1.0 pada tahun 1784, revolusi industri terus
berkembang mulai saat itu. Revolusi industri menyebabkan peralihan penggunaan
tenaga manusia dan hewan yang digantikan dengan teknologi mekanik. Industri 1.0
ini berkembang hingga akhir abad 19, yang kemudian pada awal abad 20 digantikan
dengan industri 2.0 yaitu produksi massal yang menggunakan tenaga listrik. Pada
awal tahun 1970 terjadi revolusi industri ketiga yaitu industri 3.0, pada revolusi ini
mulai dikenal penggunaan alat elektronik dan IT untuk proses manufaktur otomatis.
Proses manufaktur otomatis ini mulai menggantikan tugas-tugas operator dengan
mesin dan robot. Revolusi industri keempat atau industri 4.0 terjadi pada tahun
2012, industri 4.0 memperkenalkan proses produksi Cyber-Physical. Industri 4.0
ini mengarah kepada proses manufaktur yang berbasis internet atau jaringan
wireless. Penggunaan teknologi ini tidak hanya sebatas pada komunikasi, akan
tetapi juga mencakup kontrol dan kendali jarak jauh (Wahlster, 2012).
Sehingga banyak mendorong perusahaan industri untuk bergerak ke arah
industri 4.0 guna menunjang produksi yang lebih cepat, tepat, dan efisien. Dengan
beralihnya mesin-mesin yang bersifat konveksional menuju pada mesin-mesin yang
bersifat otomasi, banyak perubahan yang dilakukan oleh industri untuk
menyesuaikan mesin-mesin tersebut seperti penggunaan sensor-sensor dan juga
salah satunya penggunaan Programable Logic Control (PLC) sebagai otak
berjalannya mesin dan sensor serta pengatur sistem kerja mesin otomasi itu sendiri.
2
PLC merupakan alat yang digunakan untuk menggantikan rangkaian
sederetan relay yang dijumpai pada sistem kontrol proses otomasi. PLC bekerja
dengan cara mengamati masukan (melalui sensor-sensor terkait), kemudian
melakukan proses dan malakukan tindakan sesuai yang dibutuhkan, yang berupa
menghidupkan atau mematikan keluarannya (logik, 0 atau 1, hidup atau mati).
Pengguna membuat program (yang umumnya dinamakan diagram tangga atau
ladder diagram) yang kemudian harus dijalankan oleh PLC yang bersangkutan.
Dengan kata lain, PLC menentukan aksi apa yang harus dilakukan pada instrumen
keluaran berkaitan dengan status ukuran atau besaran yang diamati.
1.2. Perumusan Masalah
Dalam perumusan masalah yang ada pada kerja praktik yang dilakukan oleh
penulis terdapat beberapa masalah yang harus diselesaikan. Adapun masalah yang
harus diselesaikan berdasarkan latar belakang diatas adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana alur proses PLC Siemens yang digunakan di area industri rokok
Tresno PT. Bentoel Group?
2. Bagaimana cara konfigurasi PLC Siemens CPU S7-1500 1511-1 PN dengan
Module Input-Output (I/O).
3. Bagaimana cara konfigurasi PLC Siemens CPU S7-1500 1511-11 PN dengan
perangkat Panel.
4. Bagaimana struktur pemrograman PLC Siemens dengan menggunakan
aplikasi TIA PORTAL V14 pada PT. Bentoel Group.
3
1.3. Batasan Masalah
Melihat permasalahan yang ada, maka penulis membatasi masalah dari
kerja praktik, yaitu:
1. PLC yang digunakan oleh industri yakni PLC Siemens dan lingkup kerja yang
dilaksanakan dibagian Programer Developer.
2. PLC Siemens yang digunakan yaitu CPU S7-1500 1511-1 PN.
3. Pembahasan yang dibahas adalah salah satu function dari program PLC
keseluruhan yakni function Motor.
4. Program yang disusun merupakan program yang telah dikerjakan sebelumnya
oleh pihak programer PT. YEIKUMA untuk perusahaan industri rokok PT.
Bentoel Group.
5. Tidak mencantumkan PnID dan Wiring Diagram karena termasuk rahasia
perusahaan PT. YEIKUMA dan perusahaan industri rokok PT. Bentoel Group.
1.4. Tujuan
Tujuan umum dari kerja praktik yang dilaksanakan mahasiswa adalah agar
mahasiswa dapat melihat serta merasakan kondisi dan keadaan real yang ada pada
dunia kerja sehingga mendapatkan pengalaman yang lebih banyak lagi dan dapat
memperdalam kemampuan pada suatu bidang. Tujuan khusus adalah sebagai
berikut:
1. Mampu memahami dan membuat Program PLC pada PLC tipe SIEMENS.
2. Mampu mengkonfigurasi perangkat PLC Siemens CPU S7-1500 1511-1 PN.
3. Mampu memahami kinerja motor yang berfungi sebagai penggerak pada
masing-masing bagian yakni roller, tipper, feeder, dan buffer.
4
1.5. Kontribusi
Adapun Kontribusi dari kerja praktik terhadap PT. YEIKUMA adalah
membantu melakukan maintenance sesuai plan yang telah dibuat oleh PT.
YEIKUMA pada proyek yang diberikan oleh PT. Bentoel Group dan memberikan
tenaga serta pengetahuan yang dimiliki oleh penulis untuk di sharing-kan kepada
teman-teman dari PT. YEIKUMA.
5
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Profil PT. YEIKUMA
PT. YEIKUMA adalah sebuah perusahaan kontraktor yang bergerak
dibidang jasa service maintenance, supply parts control systems & mechanical,
serta upgrade dan desain control system yang berhubungan dengan PLC dan Drive
System (GE, ABB, TELE dan Siemens) untuk aplikasi di bidang Industri Gula
Rafinasi, Baja, Minyak & Gas, Pelabuhan dan lain-lain.
Didirikan pada tahun 2011, dimulai dengan pengalaman masing-masing
pendirinya yang mempunyai latar belakang pengalaman di bidang alat-alat berat
serta visi dan misi yang jelas dan komitmen untuk berkembang dan maju bersama
dengan mengutamakan kualitas dan kepuasan konsumen.
Personel-personel di dalam perusahaan adalah kumpulan orang-orang yang
mempunyai latar belakang pendidikan dan kemampuan dari berbagai bidang:
structure, mechanical, electric/electronic, instrumentasi, construction, power
generation dan hydraulic.
PT. YEIKUMA sangat peduli dalam pengembangan teknologi, sarana-
prasarana dan swadaya manusia dalam mencapai kepuasan konsumen yang menjadi
prioritas utama dalam tercapainya visi dan misi perusahaan.
6
2.2. Kemitraan PT. YEIKUMA
Berikut adalah daftar perusahaan industri yang menjadi bagian dari proyek
dari PT. YEIKUMA dan bekerja sama dalam membangun struktural perindustrian
di Indonesia:
1. PT. AKR Corporindo
2. PT. MECO INOXPRIMA
3. PT. UEPN (USAHA ERA PRATAMA NUSANTARA)
4. PT. DOK dan PERKAPALAN SURABAYA
5. PABRIK-PABRIK GULA (PTPN X, XI)
6. PT. HASNUR JAYA UTAMA
7. PT. DJARUM KUDUS
8. PT. KUDA INTI SAMUDERA
9. PT. EQUIPORT INTI INDONESIA
10. PT. UNIKA BINA MANDIRI
11. PT. ANGKASA PURA (AP-1)
12. PT. DURO FELGUERA INDONESIA
13. PT. PEMBANGKIT JAWA-BALI (PJB-UP II) GRESIK
14. PT. PEMBANGKIT JAWA-BALI (PJB-UP I) INDRAMAYU
15. CARGOTEC MALAYSIA
16. HEXA THAILAND
17. PT. BENTOEL INTERNASIONAL INVESTAMA
7
2.3. Struktur Organisasi
Gambar 2.1 : Struktur Organisasi PT. YEIKUMA
PT. YEIKUMA (Gambar 2.1), terdiri atas :
A. Direktur bertanggung jawab pada General Administrasi serta pada masing-
masing divisi.
B. Direktur, membawahi :
1. Project Division
a. Head Division
b. Site Engineer
c. Spv. Mechanical/Electrical
8
d. Administrasi Project
e. Mechanical/Electrical Team Project Site
f. General Logistic
2. Service Division
a. Head Division
b. Site Engineer
c. Spv. Mechanical/Engineer
d. Administrasi Project
e. Mechanical/Electrical Team Project Site
f. General Logistic
3. Engineering Division
a. Head Division
b. Spv. Engineer Mechanical/Electrical
c. Mechanical/Electrical Team Engineering
4. Product Division
a. Head Division
b. Mechanical/Electrical Team Manufacture & Fabrication
c. General Logistic
2.4. Visi, Misi PT. YEIKUMA
A. Visi
Menjadi perusahaan yang inovatif dan terpercaya, serta selalu menampilkan
hasil pekerjaan yang terbaik.
9
B. Misi
Sebagai perusahaan kontraktor pada bidang service & maintenance, suplier,
upgrade & desain control automation yang disukai oleh pelanggan karena kami
lebih kompetitif, efisien, koorperative dan supportive dengan tetap
mengutamakan hasil yang berkualitas.
2.5. Produk dan Service PT. YEIKUMA
A. Products
1. Water Treatment Seed Sugar Cane Processing
2. LVMDP Panel
3. MCC Panel
4. Capacitor Bank
5. Automatic Transfer Switch Panel (ATS)
6. Synchronize Genset Panel
7. Automation Panel System (PLC)
8. Local Panel
B. Service
1. Design & Engineering
2. Procurment & Trading
3. Construction (Fabrication, Setting & Instalation)
4. Commisioning Test
10
BAB III
LANDASAN TEORI
Pada bab tiga ini, penulis menjelaskan tentang teori penunjang kerja praktik
yang telah dikerjakan.
3.1. Programmble Logic Controller
Programmble Logic Controller singkatnya PLC merupakan suatu bentuk
khusus pengontrol berbasis-mikroprosesor yang memanfaatkan memori yang dapat
diprogram untuk menyimpan instruksi-instruksi dan untuk mengimplementasikan
fungsi-fungsi semisal logika, sequencing, pewaktuan (timing), pencacahan
(counting) dan aritmetika guna mengontrol mesin-mesin dan proses-proses dan
dirancang untuk dioperasikan oleh para insinyur yang hanya memiliki sedikit
pengetahuan mengenai komputer dan bahasa pemrograman. Piranti ini dirancang
sedemikian rupa agar tidak hanya para programer komputer saja yang dapat
membuat atau mengubah program-programnya. Oleh karena itu, para perancang
PLC telah menempatkan sebuah program awal di dalam piranti ini (pre-program)
yang memungkinkan program-program kontrol dimasukkan dengan menggunakan
suatu bentuk bahasa pemrograman yang sederhana dan intuitif. (Rebellius,
SIEMENS SIMATIC Working with STEP 7, 2010)
3.2. Keunggulan PLC
PLC memiliki keunggulan yang signifikan, karena sebuah perangkat
pengontrol yang sama dapat dipergunakan di dalam beraneka ragam sistem kontrol.
Untuk memodifikasi sebuah sistem kontrol dan aturan-aturan pengontrolan yang
dijalankannya, yang harus dilakukan oleh seorang operator hanyalah memasukkan
seperangkat instruksi yang berbeda dari yang digunakan sebelumnya. Penggantian
11
rangkaian kontrol tidak perlu dilakukan. Hasilnya adalah sebuah perangkat yang
fleksibel dan hemat-biaya yang dapat dipergunakan di dalam sistem-sistem kontrol
yang sifat dan kompleksitasnya sangat beragam. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC
Working with STEP 7, 2010)
PLC serupa dengan komputer nanun, bedanya: komputer dioptimalkan
untuk tugas-tugas perhitungan dan penyajian data, sedangkan PLC dioptimalkan
untuk tugas-tugas pengontrolan dan pengoperasian di dalam lingkungan industri.
Dengan demikian PLC memiliki karakteristik:
1. Kokoh dan dirancang untuk tahan terhadap getaran, suhu, kelembaban, dan
kebisingan.
2. Antarmuka untuk input dan output telah tersedia secara built-in di dalamnya.
3. Mudah diprogram dan menggunakan sebuah bahasa pemrograman yang mudah
dipaham, yang sebagian besar berkaitan dengan operasi-operasi logika dan
penyambungan.
3.3. Sistem PLC
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
12
Gambar 3.1 : Sistem PLC
Umumnya, sebuah sistem PLC memiliki lima komponen dasar. Komponen-
komponen ini adalah unit prosesor, memori, unit catu daya, bagian antarmuka
input/output, dan perangkat pemrograman. Gambar 3.1 menampilkan konfigurasi
dasarnya. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC Working with STEP 7, 2010)
1. Unit prosesor atau central procesing unit (unit pengolahan pusat) (CPU)
adalah unit yang berisi mikroprosesor yang menginterpretasikan sinyal-sinyal
input dan melaksanakan tindakan-tindakan pengontrolan, sesuai dengan
program yang tersimpan di dalam memori, lalu mengkomunikasikan
keputusan-keputusan yang diambilnya sebagai sinyal-sinyal kontrol ke
antarmuka output.
2. Unit catu daya diperlukan untuk mengkonversikan tegangan AC sumber
menjadi tegangan rendah DC (5V) yang dibutuhkan oleh prosesor dan
rangkaian-rangkaian di dalam modul-modul antarmuka input dan output.
3. Perangkat pemrograman dipergunakan untuk memasukkan program yang
dibutuhkan ke dalam memori. Program tersebut dibuat dengan menggunakan
perangkat ini dan kemudian dipindahkan ke dalam unit memori PLC.
4. Unit memori adalah tempat di mana program yang digunakan untuk
melaksanakan tindakan-tindakan pengontrolan oleh mikroprosesor disimpan.
5. Bagian input dan output adalah antarmuka di mana prosesor menerima
informasi dari dan mengkomunikasikan informasi kontrol ke perangkat-
perangkat eksternal. Sinyal-sinyal input, oleh karenanya, dapat berasal dari
saklar-saklar. Perangkat-perangkat input dan output dapat digolongkan
menjadi perangkat-perangkat yang menghasilkan sinyal-sinyal diskrit atau
13
digital, dan yang menghasilkan sinyal-sinyal analog (Gambar 3.2). Sehingga,
saklar adalah sebuah perangkat yang menghasilkan sebuah sinyal diskrit, yaitu
ada tegangan atau tidak ada tegangan. Perangkat-perangkat digital pada
dasarnya dapat dipandang sebagai perangkat-perangkat diskrit yang
menghasilkan serangkaian sinyal ‘mati’-‘hidup’. Perangkat-perangkat analog
menghasilkan sinyal-sinyal yang amplitudonya sebanding dengan nilai
variabel yang dipantau. Sebagai contoh pada Gambar 3.2, sensor suhu akan
menghasilkan tegangan yang nilainya sebanding dengan suhu. (Rebellius,
SIEMENS SIMATIC STEP 7 Professional V14, 2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.2 : Sinyal: (a) diskrit, (b) digital, (c) analog.
3.4. Desain Mekanik PLC
Terdapat dua jenis desain mekanik yang umum digunakan untuk sistem-
sistem PLC; tipe kotak tunggal (Gambar 3.3), dan tipe modular & rak (Gambar 3.4).
Tipe kotak tunggal umumnya digunakan untuk pengontrol berukuran kecil yang
dapat diprogramkan dan dipasarkan dalam bentuk kemasan terpadu, lengkap
14
dengan catu daya, prosesor, memori, dan unit-unit input/output. (Rebellius,
SIEMENS SIMATIC Working with STEP 7, 2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.3 : PLC kotak tunggal
Biasanya, jenis PLC semacam ini dapat memiliki 40 titik input/output dan sebuah
unit memori yang dapat menyimpan sekitar 300 hingga 1000 instruksi. Tipe
modular terdiri dari modul-modul yang terpisah, masing-masingnyya untuk catu
daya, prosesor, dan sebagainya. Yang seringkali dipancangkan pada jalur-jalur rel
di dalam sebuah lemari logam. Tipe rak dapat dipergunakan untuk semua ukuran
pengontrol terprogramkan dan memiliki beraneka ragam unit fungsional yang
dikemas sebagai modul-modul yang berdiri sendiri yang dapat ditancapkan ke
dalam soket-soket pada sebuah landasan berbentuk rak.
15
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.4 : PLC tipe Modular/rel
Kombinasi modul yang diperlukan untuk suatu aplikasi tertentu ditentukan oleh
sang pengguna dan modul-modul yang dipilih kemudian ditancapkan pada rak.
Oleh karena itu, relatif mudah bagi kita untuk menambah jumlah sambungan
input/output dengan sekedar menancapkan modul-modul tambahan atau untuk
memperbesar ukuran memori dengan sekedar menancapkan unit-unit memori
tambahan. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC Working with STEP 7, 2010)
3.5. Arsitektur PLC
Gambar 3.5 memperlihatkan arsitektur internal dasar sebuah PLC.
Arsitektur ini tersusun atas sebuah unit pengolahan pusat (CPU) yang berisi sistem
mikroprosesor, memori, dan rangkaian input/output. CPU mengontrol dan
menjalankan semua operasi di dalam PLC. Piranti ini disambungkan ke sebuah
piranti clock (pewaktu) dengan frekuensi antara 1 hingga 8 MHz. Frekuensi ini
menentukan kecepatan operasi PLC dan menyediakan mekanisme pewaktuan dan
sinkronisasi untuk semua elemen di dalam sistem. Informasi di dalam PLC
disalurkan melalui sinyal-sinyal digital. Jalur-jalur internal yang dilalui sinyal-
sinyal digital tersebut dinamakan bus. Secara fisik, sebuah bus hanyalah sejumlah
konduktor yang dapat dilalui oleh sinyal-sinyal listrik. Konduktor-konduktor ini
dapat berupa jalur-jalur pada sebuah printed circuit board (PCB) atau kawat-kawat
di dalam sebuah kabel. CPU mempergunakan bus data untuk mengirimkan data ke
elemen-elemen PLC, bus alamat untuk mengirimkan alamat lokasi-lokasi
penyimpanan data, dan bus kontrol untuk sinyal-sinyal yang terkait dengan proses
16
kontrol internal. Bus sistem dipergunakan untuk komunikasi antara port-port
input/output dengan unit input/output. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC Working
with STEP 7, 2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.5 : Arsitektur PLC
3.5.1. CPU
Struktur internal CPU pada mikroprosesor yang bersangkutan. Pada umumnya
komponen-komponen struktur tersebut adalah:
1. Sebuah unit aritmetika dan logika (arithmetic and logic unit) (ALU) yang
menangani manipulasi data dan melaksanakan operasi aritmetika penjumlahan
dan pengurangan dan operasi-operasi logika AND, OR, NOT, dan OR-
EKSLUSIF.
17
2. Memori, yang digunakan register, yang terletak di dalam mikroprosesor dan
dipergunakan untuk menyimpan informasi yang terlibat dalam pengeksekusian
program.
3. Sebuah unit kontrol yang dipergunakan untuk mengontrol pewaktuan operasi-
operasi. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC Working with STEP 7, 2010)
3.5.2. Bus
Bus adalah jalur-jalur yang digunakan untuk melaksanakan komunikasi di dalam
PLC. Informasi dikirimkan dalam bentuk biner, yaitu, sebagai sekumpulan bit,
dimana sebuah bit adalah sebuah digit biner 1 atau 0, misalnya, status ‘hidup’ atau
‘mati’. Istilah word dipergunakan untuk sekelompok bit yang merepresentasikan
suatu informasi tertentu. Maka, sebuah word 8-bit boleh jadi adalah bilangan biner
00100110. Tiap-tiap bit dikomunikasikan secara bersamaan melalui sebuah jalur
tersendiri yang paralel dengan jalur-jalur bit lainnya. Sistem PLC memiliki empat
jenis bus:
1. Bus data membawa data yang digunakan di dalam pemrosesan yang
dilaksanakan oleh CPU. Sebuah mikroprosesor disebut sebagai mikroprosesor
8 bit. Dengan demikian, mikroprosesor tersebut dapat melaksanakan operasi-
operasi terhadap bilangan-bilangan 8-bit dan memberikan hasil yang juga
merupakan nilai-nilai 8 bit.
2. Bus alamat digunakan untuk membawa alamat lokasi-lokasi memori. Agar
setiap word dapat ditempatkan di dalam memori, setiap lokasi memori
diberikan sebuah alamat yang unik. Sebagaimana halnya rumah-rumah di suatu
kota diberi satu alamat tersendiri untuk memudahkan pencarian, demikian pula
setiap lokasi word diberikan sebuah alamat agar data yang membaca (read)
18
data yang berada di sana atau meletakkan, atau menuliskan (write), data di
lokasi tersebut. Adalah bus alamat yang membawa informasi yang
mengindikasikan alamat mana yang harus diakses. Apabila bus alamat terdiri
atas 8 jalur, banyaknya bilangan 8-bit, dan dengan sendirinya banyaknya
alamat yang berbeda, adalah 28 = 256. Dengan 16 jalur alamat, 65.536 alamat
yang berbeda dapat disediakan.
3. Bus kontrol membawa sinyal-sinyal yang digunakan oleh CPU untuk
melaksanakan kontrol, misalnya untuk memberitahukan pada piranti-piranti
memori apakah harus menerima data dari sebuah input, atau mengirimkan data
ke sebuah output, dan untuk membawa sinyal-sinyal pewaktuan yang
digunakan di dalam proses-proses sinkronisasi.
4. Bus sistem digunakan untuk komunikasi antara port-port input/output dengan
unit input/output. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC Working with STEP 7,
2010)
3.5.3. Memori
Terdapat beberapa elemen memori di dalam sistem PLC:
1. Read-only memory (ROM) sistem menyediakan fasilitas penyimpanan
permanen untuk sistem operasi dan data tetap yang digunakan oleh CPU.
2. Random-access memory (RAM) untuk program sang pengguna.
3. Random-access memory (RAM) untuk data. Memori merupakan tempat
disimpannya informasi mengenai status perangkat-perangkat input dan output
dan nilai-nilai timer (piranti pewaktuan) dan counter (piranti pencacah) dan
perangkat-perangkat internal lainnya. RAM data kadangkala disebut sebagai
tabel data atau tabel register. Sebagian lainnya disisihkan untuk menyimpan
19
data yang telah ditetapkan sebelumnya (preset) dan sisanya untuk menyimpan
nilai-nilai counter, nilai-nilai timer, dan sebagainya.
4. Sebagai pilihan, dapat pula disertakan sebuah modul ekstra erasable and
programmable read-only memory (EPROM), yaitu ROM-ROM yang dapat
diprogram, dan setelah itu, program tersebut secara permanen tersimpan di
dalamnya.
Program-program dan data yang ada di dalam RAM dapat diubah oleh
pengguna. Setiap PLC memiliki RAM dengan ukuran tertentu untuk
menyimpan program-program yang dikembangkan oleh pengguna dan
menyimpan data program. Akan tetapi, untuk mencegah hilangnya program
ketika catu daya dimatikan, digunakan sebuah baterai di dalam PLC untuk
mempertahankan isi RAM selama jangka waktu tertentu. Setelah sebuah
program selesai dikembangkan di dalam RAM, program tersebut dapat
dimuatkan ke dalam sebuah chip memori EEPROM, seringkali merupakan
sebuah modul siap-pasang ke PLC, yang menjadikan program tersebut
tersimpan secara permanen. Sebagai tambahan, terdapat pula buffer-buffer
penyimpanan sementara yang digunakan untuk kanal-kanal input/output.
(Rebellius, SIEMENS SIMATIC Working with STEP 7, 2010)
3.5.4. Unit Input/output
Unit input/output menyediakan antarmuka yang menghubungkan sistem
dengan dunia luar, memungkinkan dibuatnya sambungan-sambungan (atau
koneksi) antara perangkat-perangkat input, semisal sensor, dengan perangkat-
perangkat output semisal motor dan solenoida, melalui kanal-kanal input/output.
Demikian pula, melalui unit input/outputm program-program dimasukkan dari
20
panel program. Setiap titik input/output memiliki sebuah alamat yang unik yang
dapat digunakan oleh CPU.
Kanal-kanal input output menyediakan fungsi-fungsi isolasi dan
pengkondisian sinyal sehingga sensor-sensor da aktuator-aktuator seringkali dapat
disambungkan padanya tanpa membutuhkan rangkaian tambahan apapun.
Pengisolasian listrik dari sumber-sumber eksternal biasanya dilakukan
menggunakan isolator-optik (istilah pengkopling-optik atau optocoupler juga
sering digunakan). (Rebellius, SIEMENS SIMATIC Working with STEP 7, 2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.6 : Isolator optik
Gambar 3.6 memperlihatkan prinsip kerja sebuah isolator-optik. Ketika
sebuah pulsa digital melewati dioda pemancar cahaya (LED), sebuah pulsa radiasi
inframerah dibangkitkan. Pulsa ini terdeteksi oleh foto-transistor (atau transistor-
cahaya) dan membangkitkan timbulnya tegangan di sisi rangkaian di mana foto-
transistor itu berada. Dengan demikian, meskipun celah yang terdapat di antara
dioda pemancar cahaya dan foto-transistor menyediakan isolasi listrikm konfigurasi
rangkaian ini memungkinkan sebuh pulsa digital pada satu sisi rangkaian
membangkitkan sebuah pulsa digital baru pada sisi rangkaian lainnya. Sinyal digital
21
yang secara umum kompatibel dengan mikroprosesor PLC adalah 5V DC. Akan
tetapi, pengkondisian sinyal di dalam kanal input, dibantu isolasi, memungkinkan
dipasoknya sinyal-sinyal input dengan beragam level tegangan. Kisaran sinyal
input yang mungkin tersedia pada sebuah PLC berskala besar adalah sinyal-sinyal
digital/diskrit (yaitu sinyal-sinyal ‘hidup’/’mati’) 5V, 24V, 110V, dan 240V
(Gambar 3.7). (Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP 7 Professional V14, 2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-
plc-siemens-simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.7 : Level-level output
Kanal-kanal output seringkali digolongkan ke dalam tipe relay, tipe
transistor, dan tipe triac.
1. Dengan output tipe relay, sinyal dari output PLC digunakan untuk
mengoperasikan sebuah relay dan oleh karenannya mampu menyambungkan
arus dalam bilangan beberapa ampere ke rangkaian-rangkaian eksternal. Relay
tidak hanya memungkinkan suatu arus kecil mensaklarkan arus yang relatif
besar namun juga mengisolasi PLC dari rangkaian-rangkaian eksternal. Akan
tetapi, relay relatif lambat untuk dioperasikan. Output relay cocok digunakan
untuk pensaklarkan AC dan DC. Piranti ini mampu bertahan terhadap lecutan
22
arus dan tegangan transien yang cukup tinggi. Gambar 3.8 menampilkan fitur
dasar sebuah kanal output tipe relay.
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-
siemens-simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.8 : Output tipe relay
2. Output tipe transistor menggunakan sebuah transistor untuk menyambungkan
arus ke rangkaian-rangkaian eksternal. Ini memungkinkan proses pensaklaran
yang jauh lebih cepat. Akan tetapi, piranti ini hanya mampu menangani
pensaklaran DC dan akan rusak oleh arus lebih maupun tegangan balik yang
cukup tinggi. Sebagai pelindung, dipergunakan sebuah sekring atau suatu
mekanisme proteksi built-in. Isolator-optik digunakan untuk menyediakan
fungsi isolasi. Gambar 3.9 menampilkan bentuk dasar kanal output tipe
transistor. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP 7 Professional V14, 2010)
23
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-
siemens-simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.9 : Bentuk-bentuk dasar output tipe transistor: (a) pembuangan arus. (b)
pensumberan arus
3. Output tipe triac, yang menggunakan isolator optik sebagai isolasinya, dapat
digunakan untuk mengontrol beban-beban eksternal yang disambungkan ke
catu daya AC. Output tipe ini hanya dapat digunakan untuk operasi-operasi AC
dan sangat mudah rusak akibat arus lebih. Sekring-sekring selalu digunakan
untuk melindungi kanal output tipe ini.
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-
siemens-simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.10 : Level-level output
24
Output dari unit input/output adalah sinyal digital dengan level 5V. Akan
tetapi, setelah pengkondisian sinyal dengan menggunakan relay, transistor,
atau triac, maka output dari kanal output dapat berupa sebuah sinyal
pensaklaran 24V, 100mA, sinyal DC 110V, 1A atau mungkin sebuah sinyal
AC 240V, 1A, atau sinyal AC 240V, 2A yang berasal dari kanal triac (Gambar
3.10). Dengan sebuah PLC berukuran kecil, semua outputnya kemungkinan
berjenis sama, misalnya 240V AC, 1A. Akan tetapi, dengan PLC modular,
suatu kisaran output tertentu dapat ditangani dengan cara memilih modul-
modul yang sesuai.
3.5.5. Sourcing dan sinking
Istilah sourcing (pensumberan) dan sinking (pembuangan) digunakan untuk
mendeskripsikan cara penghubungan perangkat-perangkat DC ke PLC. Dengan
metode sourcing, dan mengasumsikan arah aliran arus yang konveksional dari
positif ke negatif, sebuah perangkat input menerima arus dari modul input, artinya
modul input adalah sumber (source) arus (Gambar 3.11(a)). Apabila arus mengalir
dari modul output ke sebuah beban output, maka modul output dikatakan berada
dalam mode sourcing (Gambar 3.11(b)).
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-
siemens-simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.11 : Sourcing
25
Pada metode sinking, dengan mengasumsikan bahwa aliran arus konveksional dari
positif ke negatif, sebuah perangkat input memberikan arus ke modul input,
maksudnya, modul input merupakan tempat pembuangan (sink) arus (Gambar
3.12(a)). Apabila arus mengalir ke modul output dari sebuah beban output maka
modul output dikatakan berada dalam mode sinking (Gambar 3.12(b)). (Rebellius,
SIEMENS SIMATIC Working with STEP 7, 2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-
siemens-simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.12 : Sinking
3.6. Merek dan tipe PLC
Saat ini banyak merek serta type PLC yang dipakai di industri. Masing
masing PLC memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Tinggal pilih saja
bedasarkan kebutuhan serta tebal kantong anda. Berikut beberapa merek serta type
PLC yang banyak dipakai di industri :
1. Allen Bradley
Jenis Type PLC Gambar
26
Logix-5 Family PLC-5
Logix-500 Family
SLC-500
Micrologix
Logix-5000 Family
Control Logix
Compact Logix
Flex Logix
2. Siemens
Jenis Type PLC Gambar
Mikro PLC S7-200
27
S7-1200
S7-1500
Modular PLC
S5-115U
S7-300
S7-400
3. Omron
Jenis Type PLC Gambar
Mikro PLC CPM1A
28
CP1E
CP1L
Basic PLC
CJ1M
CQM1H
Modular CJ1H/CJ1G
CS1H/CS1G
4. Schneider
Jenis Tipe PLC Gambar
29
Micro PLC Modicon M340
Machine Control PLC Modicon Premium
Process Control PLC Modicon Quantum
Programmable
Controller
Twido
Smart Relay Zelio
5. Mitsubishi
Jenis Tipe PLC Gambar
Compact PLC MELSEC FX3UC
MELSEC FX3G
30
MELSEC FX1N
MELSEC FX1S
Modular PLC Q-Series Q00UJCPU
Process Control Q12PHCPU
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Diantara berbagai jenis merek yang disebutkan, penulis di instasi PT. YEIKUMA
menggunakan PLC dengan Merek Siemens untuk pengerjaan proyek pada area
industri Tresno PT. Bentoel Group.
3.7. PLC Simatic Controllers Siemens
Pada umumnya PLC yang digunakan, PLC Simatic Siemens atau PLC
Siemens memiliki beberapa fitur, berikut beberapa fitur dan penjelasannya:
31
3.7.1. Tipe Data PLC Siemens
Pengalamatan dan tipe data pada S7 Simatic Siemens dibagi menjadi beberapa
bagian yakni sebagai berikut:
1. Sinyal Input/Output (I/O Signals) - English Mnemonics
a. Input Bit (Mnemonics Code: I) => Tipe data BOOL => Jangkauan 0
sampai 65535.7.
b. Input Byte (Mnemonics Code: IB) => Tipe data BYTE, dan CHAR =>
Jangkauan 0 sampai 65535.
c. Input Word (Mnemonics Code: IW) =>Tipe data WORD, INT, S5TIME,
dan DATE => Jangkauan 0 sampai 65534.
d. Input Double Word (Mnemonics Code: ID) => Tipe data DWORD, DINT,
REAL, TOD, dan TIME => Jangkauan 0 sampai 65532.
e. Output Bit (Mnemonics Code: Q) => Tipe data BOOL => Jangkauan 0
sampai 65535.7.
f. Output Byte (Mnemonics Code: QB) => Tipe data BYTE, dan CHAR =>
Jangkauan 0 sampai 65535.
g. Output Word (Mnemonics Code: QW) => Tipe data WORD, INT,
S5TIME, dan DATE => Jangkauan 0 sampai 65534.
h. Output Double Word (Mnemonics Code: QD) => Tipe data DWORD,
DINT, REAL, TOD, dan TIME => Jangkauan 0 sampai 65532.
2. Peripheral I/O - English Mnemonics
a. Peripheral Input Byte (Mnemonics Code: PIB) => Tipe data BYTE, dan
CHAR => Jangkauan 0 sampai 65535.
32
b. Peripheral Input Word (Mnemonics Code: PIW) -=> Tipe data WORD,
INT, S5Ti\IME, dan DATE => Jangkauan 0 sampai 65534.
c. Peripheral Input Double Word (Mnemonics Code: PID) => Tipe data
DWORD, DINT, REAL, TOP, dan TIME => Jangkauan 0 sampai 65532.
d. Peripheral Output Byte (Mnemonics Code: PQB) => Tipe data BYTE, dan
CHAR => Jangkauan 0 sampai 65535.
e. Peripheral Output Word (Mnemonics Code: PQW) -=> Tipe data WORD,
INT, S5TiIME, dan DATE => Jangkauan 0 sampai 65534.
f. Peripheral Output Double Word (Mnemonics Code: PQD) => Tipe data
DWORD, DINT, REAL, TOP, dan TIME => Jangkauan 0 sampai 65532.
3. Timer dan Counter - English Mnemonics
a. Timer (Mnemonics Code: T) => Tipe data TIMER => Jangkauan 0 sampai
65535.
b. Counter (Mnemonics Code: C) => Tipe data COUNTER => Jangkauan 0
sampai 65535.
4. Logic Block - English Mnemonics
a. Function Block (Mnemonics Code: FB) => Tipe data FB => Jangkauan 0
sampai 65535.
b. Organization Block (Mnemonics Code: OB) => Tipe data OB =>
Jangkauan 1 sampai 65535.
c. Function (Mnemonics Code: FC) => Tipe data FC => Jangkauan 0 sampai
65535.
d. System Function Block (Mnemonics Code: SFB) => Tipe data SFC =>
Jangkauan 0 sampai 65535.
33
e. System Function (Mnemonics Code: SFC) => Tipe data SFC =>
Jangkauan 0 sampai 65535.
5. Marker Memory - English Mnemonics
a. Memory Bit (Mnemonics Code: M) => Tipe data BOOL => Jangkauan 0
sampai 65535.7
b. Memory Byte (Mnemonics Code: MB) => Tipe data BYTE, dan CHAR
=> Jangkauan 0 sampai 65535.
c. Memory Word (Mnemonics Code: MW) => Tipe data WORD, INT,
S5TIME, dan DATE => Jangkauan 0 sampau 65534
d. Memory Double Word (Mnemonics Code: MD) => Tipe data QWORD,
DINT, REAL, TOD, dan TIME => Jangkauan 0 sampai 65532.
6. Data Blocks - English Mnemonics
Data Block (Mnemonics Code: DB) => Tipe data DB, FB, SFB, dan UDT =>
Jangkauan 1 sampai 65535.
7. User - defined data types - English Mnemonic
User-defined data type (Mnemonics Code: UDT) => Tipe data UDT =>
Jangkauan 0 sampai 65535. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC S7-1500 CPU
1511-1 PN (6ES7511-1AK01-0AB0) Manual, 2013)
3.7.2. Struktur Pemrograman PLC
Programmable logic controller menyediakan berbagai macam type block yang
mana user program berhubungan dengan data yang dapat disimpan. Tergantung
pada keperluan proses, program dapat disusun didalam block-block yang berbeda.
Berikut ini adalah type dari program block seperti pada (Gambar 3.13):
34
1. Organization Block (OB) adalah bentuk interface diantara operating system
dan user program. Seluruh program dapat disimpan didalam OB1 yang secara
siklis dikenal oleh operating system (program linear) atau program dapat
dipisah dan disimpan dalam beberapa block (program terstruktur). Itulah
sebabnya organization block dikenal sebagai operating system.
2. Function (FC) berisi actual user program yang fungsional. Itulah yang
memungkinkan untuk membuat program fungsi yang kompleks sehingga
dengan begitu dapat ditugaskan oleh parameter. Sebagai hasilnya, fungsi juga
cocok untuk pemrograman terulang, pemrograman fungsional yang komplek
seperti kalkulasi.
3. Sistem function (SFC) adalah integrasi fungsi parameter-assignable didalam
operating system CPU.
4. Function block (FB).Secara mendasar function block (FB) menawarkan
kemampuan yang sama seperti fungsi. Sebagai tambahan, function block
mempunyai area memory tersendiri dalam bentuk data block. Function block
cocok untuk pemrograman terulang dan pemrograman fungsional yang
komplek seperti closed-loop control.
5. System function block (SFB) adalah integrasi fungsi parameter-assignable
didalam operating system CPU. Fungsi dan kemampuannya telah ditetapkan.
6. Data block (DB) adalah area data dari user program dimana data user diatur
secara terstruktur. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP 7 Professional V14,
2010)
35
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.13 : Struktur Tipe Data PLC Siemens
Ada beberapa pilihan bahasa pemrograman yang dapat digunakan didalam STEP 7
yaitu (Gambar 3.14):
1. Ladder Diagram (LAD), yaitu bahasa pemrograman yang mirip dengan
diagram rangkaian. Bahasa pemrograman ini sering menjadi daya tarik bagi
pemrogram yang mempunyai background sebagai drafting dan electrical,
karena menggunakan symbol-symbol seperti coil, contact,dll.
2. Statment List (STL), yang terdiri dari kumpulan statment instruksi STEP 7.
Bahasa pemrograman ini lebih disukai oleh programer yang familiar
menggunakan berbagai bahasa pemrograman.
3. Function Block Diagram (FBD), yaitu bahasa pemrograman yang
menggunakan box-box fungsi. FBD memberi keuntungan dapat digunakan
36
oleh “non-programmer” karena setiap box-box telah mengindikasikan fungsi
tertentu seperti opersai fungsi logika. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP
7 Professional V14, 2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.14 : Bentuk Pemrograman PLC Siemens
Berikut ini akan dibahas struktur pemrograman PLC menggunakan ladder diagram
(LAD). (Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP 7 Professional V14, 2010)
1. Bit Logic Instructions
Instruksi bit logic bekerja dalam dua digit (0 dan 1), yang merupakan bentuk
sistem bilangan biner. Bit 1 mengindikasikan keadaan aktif (energize) dan bit
0 mengindikasikan keadaan tidak aktif (deenergize). Instruksi bit logic
menginterpretasikan keadaan signal 1 dan 0 dan kombinasinya menurut aljabar
boolean. Hasil kombinasinya juga menghasilkan 1 dan 0 yang disebut RLO
(result of logic operation). Operasi logic yang ditriger oleh bit logic memainkan
37
berbagai fungsi. Ada beberapa intruksi bit logic yang memainkan fungsi-fungsi
berikut ini:
a. —| |— Normally Open Contact (Address)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.15 : Simbol Address Normally Open Contact
Normally Open Contact (Gambar 3.15) ditutup ketika nilai bit yang tersimpan
pada alamat yang telah ditetapkan oleh <address> sama dengan “1″. Ketika
contact ditutup, aliran daya mengalir tepat melewati contact dan RLO bernilai
“1″. Sebaliknya, ketika keadaan signal yang dispesifikasikan oleh <address>
(Gambar 3.16) adalah “0″, contact terbuka. Ketika contact terbuka, daya tidak
mengalir melewati contact dan RLO bernilai “0″. Ketika dirangkai seri, NOC
dihubungkan ke bit RLO oleh logika AND. Sebaliknya bila dirangkai parallel,
NOC dihubungkan ke bit RLO oleh logika OR. (Rebellius, SIEMENS
SIMATIC S7-1500 CPU 1511-1 PN (6ES7511-1AK01-0AB0) Manual, 2013)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.16 : Status Word Normally Open Contact
38
b. —| / |— Normally Closed Contact (address)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.17 : Simbol dan Status Word Normally Closed Contact
Normally Closed Contact (Gambar 3.17) ditutup ketika nilai bit yang tersimpan
pada alamat yang telah ditetapkan oleh <address> sama dengan “0″. Ketika
contact ditutup, aliran daya mengalir tepat melewati contact dan RLO bernilai
“1″. Sebaliknya, ketika keadaan signal yang dispesifikasikan oleh <address>
adalah “1″, contact terbuka. Ketika contact terbuka, daya tidak mengalir
melewati contact dan RLO bernilai “0″. Ketika dirangkai seri, NCC
dihubungkan ke bit RLO oleh logika AND. Sebaliknya bila dirankai parallel,
NCC dihubungkan ke bit RLO oleh logika OR. (Rebellius, SIEMENS
SIMATIC STEP 7 Professional V14, 2010)
c. XOR function (Exclusive OR)
XOR function (Gambar 3.18) merupakan sebuah jaringan NOC dan NCC yang
harus dirangkai seperti ditunjukkan pada gambar berikut:
39
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.18 : Simbol XOR
XOR (bit exclusive OR) membuat RLO bernilai “1″ jika keadaan signal jika
2 bit yang ditetapkan (Gambar 3.19) mempunyai nilai yang berbeda.
(Rebellius, SIEMENS SIMATIC Working with STEP 7, 2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.19 : Alamat XOR
d. —|NOT|—Invert Power flow
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.20 : Simbol NOT
40
Invert power flow (Gambar 3.20) yang menegasi bit RLO. Bila keadaan signal
input adalah “1″ maka keadaan signal output adalah “0″, begitu juga sebaliknya
jika keadaan signal input adalah “0″ maka keadaan signal output adalah “1″.
(Rebellius, SIEMENS SIMATIC Working with STEP 7, 2010)
e. —( ) Output Coil
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.21 : Simbol dan Alamat Coil
Output coil (Gambar 3.21) bekerja seperti coil dalam diagram logic relay. Jika
ada aliran daya menuju coil (RLO = 1), bit lokasi <address> diset “1″. Jika
tidak ada aliran daya ke coil (RLO = 0), bit lokasi <address> diset “0″. Output
coil hanya dapat diletakkan pada ladder sebelah kanan paling akhir. Multiple
element output dimungkingkan (maksimum 16 element output). MCR (Master
Control Relay) dependency diaktifkan hanya jika output coil ditempatkan
disebelah zona MCR aktif. Sampai aktifnya zona MCR , MCR “ON”dan ada
aliran daya ke output coil, dan bit alamat diset status aktif dari power flow. Jika
MCR “off”, logic “0″ ditulis ke alamat (Gambar 3.22) yang telah
dispesifikasikan tidak peduli apapun status aliran daya. (Rebellius, SIEMENS
SIMATIC STEP 7 Professional V14, 2010)
41
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.22 : Status Word Coil
f. —( # )—Midline Output
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.23 : Simbol Midline Output
Midline output (Gambar 3.23) adalah sebuah penugasan intermediate element
yang mana menyimpan bit RLO (status power flow) ke alamat yang ditetapkan
<address>. Element midline output menyimpan hasil operasi logika dari
element percabangan terdahulu. Bila dirangkai seri dengan contact, midline
output dimasukkan seperti contact. Element midline output mungkin tidak
pernah dihubungkan dengan ke power rail atau langsung setelah koneksi
percabangan atau pada akhir setelah percabangan (Gambar 3.24). Negasi
midline output dapat dibuat menggunakan invert power flow. (Rebellius,
SIEMENS SIMATIC Working with STEP 7, 2010)
42
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.24 : Status Word Midline Output
g. —(R) Reset Coil
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.25 : Simbol Reset
Reset coil (Gambar 3.25) hanya dieksekusi jika RLO (aliran daya ke coil) dari
instruksi terdahulu bernilai “1″. Jika aliran daya ke coil (RLO = “1″), alamat
yang telah ditetapkan <address> dari element direset ke “0″. Jika tidak ada
aliran daya ke coil (RLO =”0″) tidak mempunyai effect dan keadaan element
tidak diubah. <address> (Gambar 3.26) mungkin juga menjadi timer/counter
yang mana nilai timer/counternya direset “0″. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC
STEP 7 Professional V14, 2010)
43
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.26 : Status Word Reset
h. —(S) Set Coil
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.27 : Simbol Set Coil
Set coil (Gambar 3.27) hanya dieksekusi jika RLO (aliran daya ke coil) dari
instruksi terdahulu bernilai “1″. Jika RLO bernilai “1″, <address> dari element
diset “1″. RLO tidak mempunyai effect apapun jika bernilai “0″ dan keadaan
<address> (Gambar 3.27) dari element tidak diubah. (Rebellius, SIEMENS
SIMATIC STEP 7 Professional V14, 2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.28 : Status Word Set Coil
44
i. RS Reset-Set Flip Flop
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.29 : Simbol Reset-Set Flip Flop
RS flip flop (Gambar 3.29) direset jika keadaan signal bernilai “1″ pada R
input, dan bernilai “0″ pada S input. Sebaliknya, jika keadaan signal bernilai
“0″ pada R input dan keadaan signal bernilai “1″ pada S input maka flip flop
akan diset. Jika RLO pada kedua input bernilai “1″, perintah pada kepentingan
pertama. RS flip flop pertama mengeksekusi instruksi reset kemudian instruksi
set pada <address>, sehingga address ini tetap mengeset untuk pengingat
scanning program. Instruksi set dan reset hanya diekskusi ketika RLO bernilai
“1″. Jika RLO bernilai “0″ maka instruksi ini tidak mempunyai efect dan
keadaan signal <address> tidak diubah. MCR dependency diaktifkan hanya
jika RS flip flop ditempatkan disebelah zona aktif MCR. Didalam zona aktif
MCR, Jika MCR “on” bit <address> (Gambar 3.30) direset ke “0″ atau diset
ke”1″ sebagai penguraian diatasnya. Jika MCR “off”, keadaan bit <address>
tidak diubah bagaimana pun keadaan input. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC
Working with STEP 7, 2010)
45
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.30 : Status Word Reset-Set Flip Flop
j. SR Set-Reset Flip Flop
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.31 : Simbol Set-Reset Flip Flop
SR flip flop (Gambar 3.31) diset jika keadaan signal bernilai “1″ pada S input,
dan bernilai “0″ pada R input. Sebaliknya, jika keadaan signal bernilai “0″ pada
S input dan keadaan signal bernilai “1″ pada R input maka flip flop akan diset.
Jika RLO pada kedua input bernilai “1″, perintah pada kepentingan pertama.
SR flip flop pertama mengeksekusi instruksi set kemudian instruksi reset pada
<address>, sehingga address ini tetap mereset untuk pengingat scanning
program. Instruksi set dan reset hanya diekskusi ketika RLO bernilai “1″. Jika
RLO bernilai “0″ maka instruksi ini tidak mempunyai efect dan keadaan signal
<address> tidak diubah. MCR dependency diaktifkan hanya jika RS flip flop
46
ditempatkan disebelah zona aktif MCR. Didalam zona aktif MCR, Jika MCR
“on” bit <address> (Gambar 3.31) diset ke “1″ atau direset ke”0″ sebagai
penguraian diatasnya. Jika MCR “off”, keadaan bit <address> tidak diubah
bagaimana pun keadaan input. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP 7
Professional V14, 2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.30 : Status Word Set-Reset Flip Flop
k. —(N)— Negative RLO Edge Detection
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.31 : Simbol Negativ RLO
Negative RLO (Gambar 3.31) edge detection mendeteksi perubahan signal dari
“1″ ke “0″ pada bit alamat <address> dan memperlihatkannya sebagai RLO=
“1″ setelah instruksi. Keadaan signal sekarang pada RLO dibandingkan dengan
keadaan signal dari bit alamat <address>, bit edge memory. Jika keadaan signal
dari bit alamat <address> bernilai “1″ dan RLO sebelum instruksi bernilai “0″,
maka RLO akan menjadi bernilai “1″ setelah instruksi ini. RLO lebih dahulu
47
disimpan kedalam bit alamat <address> (Gambar 3.32). (Rebellius, SIEMENS
SIMATIC STEP 7 Professional V14, 2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.32 : Status Word Negativ RLO
l. —(P)— Positive RLO Edge Detection
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.33 : Simbol Positive RLO
Positive RLO edge detection (Gambar 3.33) mendeteksi perubahan signal dari
“0″ ke “1″ pada bit alamat <address> dan memperlihatkannya sebagai RLO=
“1″ setelah instruksi. Keadaan signal sekarang pada RLO dibandingkan dengan
keadaan signal dari bit alamat <address>, bit edge memory. Jika keadaan signal
dari bit alamat <address> bernilai “1″ dan RLO sebelum instruksi bernilai “1″,
maka RLO akan menjadi bernilai “1″ setelah instruksi ini. RLO lebih dahulu
disimpan kedalam bit alamat <address> (Gambar 3.34). (Rebellius, SIEMENS
SIMATIC STEP 7 Professional V14, 2010)
48
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.34 : Status Word Positive RLO
m. —(SAVE) Save RLO into BR Memory
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.36 : Simbol Save
Save RLO into BR Memory (Gambar 3.36) menyimpan kedalam bit BR
(binary result) dari status word. Pertama kali mengecheck bit/FC tidak direset.
Untuk alasan ini, status dari bit BR dimasukkan operasi logika AND pada
network berikutnya. Instruksi “save” tidak direkomendasikan untuk digunakan
karena bit BR dapat dimodifikasi oleh beberapa instruksi (Gambar 3.37).
Sebaiknya menggunakan instruksi save sebelum meninggalkan suatu block,
karena ENO output (=BR bit) kemudian diset ke nilai bit RLO dan kemudian
mengecek error pada block. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP 7
Professional V14, 2010)
49
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.37 : Status Word Save
n. NEG Address Negative Edge Detection
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.38 : Simbol NEG
NEG (Address Negative Edge Detection) (Gambar 3.38) membandingkan
keadaan signal dari <address1> (Gambar 3.39) dengan keadaan signal dari
pengamatan sebelumnya, yang disimpan dalam <address2> (Gambar 3.39).
Jika keadaan RLO sekarang bernilai “1″ dan keadaan sebelumnya adalah “0″,
bit RLO akan menjadi bernilai “1″ setelah instruksi ini. (Rebellius, SIEMENS
SIMATIC STEP 7 Professional V14, 2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.39 : Status Word NEG
50
o. POS Address Positive Edge Detection
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.40 : Simbol POS
POS (Address Positive Edge Detection) (Gambar 3.40) membandingkan
keadaan signal dari <address1> (Gambar 3.41) dengan keadaan signal dari
pengamatan sebelumnya, yang disimpan dalam <address2>. Jika keadaan RLO
sekarang bernilai “1″ dan keadaan sebelumnya adalah “0″, bit RLO akan
menjadi bernilai “1″ setelah instruksi ini. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC
STEP 7 Professional V14, 2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.41 : Status Word POS
51
2. Comparison Instructions
a. CMPI Compare Integer
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.42 : Simbol CMPI
Compare integer (Gambar 3.42) dapat digunakan seperti sebuah contact biasa.
Dia dapat dilokasikan di posisi mana saja dimana contact dapat diletakkan. IN1
dan IN2 dibandingkan menurut type perbandingan (==,<>,<,>,<=,>=) yang
dipilih. Jika perbandingan benar, RLO dari fungsi bernilai “1″. Jika box
dirangkai seri, maka box dihubungkan ke RLO oleh operasi logika AND,
sedangkan jika box dirangkai paralel maka box dihubungkan ke RLO oleh
operasi logika OR (Gambar 3.43). (Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP 7
Professional V14, 2010)
52
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.43 : Status Word CMPI
b. CMPD Compare Double Integer
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.44 : Simbol CMPD
Compare double integer (Gambar 3.44) dapat digunakan seperti sebuah contact
biasa. Dia dapat dilokasikan di posisi mana saja dimana contact dapat
diletakkan. IN1 dan IN2 dibandingkan menurut type perbandingan
(==,<>,<,>,<=,>=) yang dipilih. Jika perbandingan benar, RLO dari fungsi
bernilai “1″. Jika box dirangkai seri, maka box dihubungkan ke RLO oleh
operasi logika AND, sedangkan jika box dirangkai paralel maka box
53
dihubungkan ke RLO oleh operasi logika OR (Gambar 3.45). (Rebellius,
SIEMENS SIMATIC STEP 7 Professional V14, 2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.45 : Status Word CMPD
c. CMPR Compare Real
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.46 : Simbol CMPR
Compare real (Gambar 3.46) dapat digunakan seperti sebuah contact biasa. Dia
dapat dilokasikan di posisi mana saja dimana contact dapat diletakkan. IN1 dan
IN2 dibandingkan menurut type perbandingan (==,<>,<,>,<=,>=) yang dipilih.
Jika perbandingan benar, RLO dari fungsi bernilai “1″. Jika box dirangkai seri,
54
maka box dihubungkan ke RLO oleh operasi logika AND, sedangkan jika box
dirangkai paralel maka box dihubungkan ke RLO oleh operasi logika OR
(Gambar 3.47). (Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP 7 Professional V14,
2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.47 : Status Word CMPR
3. Conversion Instructions
Instruksi konversi membaca isi dari parameter IN dan meng-konvertnya atau
mengubah tandanya. Hasilnya dapat diragukan pada parameter OUT. Berikut
ini adalah beberapa type instruksi konversi:
a. BCD_I BCD to Integer
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.48 : Simbol BCD_I
55
BCD_I (Gambar 3.48) (mengkonversi sistem bilangan BCD ke integer)
membaca isi parameter IN sebanyak 3 digit (angka kode BCD +/- 999) dan
mengkonversinya ke bilangan integer 16 bit. Hasilnya dikeluarkan oleh
parameter (Gambar 3.49) OUT. ENO selalu mempunyai keadaan signal yang
sama seperti EN. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP 7 Professional V14,
2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.49 : Status Word BCD_I
b. I_BCD Integer to BCD
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.50 : Simbol I_BCD
I_BCD (Gambar 3.50) (mengkonversi system bilangan Integer ke BCD)
membaca isi parameter IN sebagai nilai integer 16 bit dan mengkonversinya ke
56
bilangan BCD (+/- 999). Hasilnya dikeluarkan melalui parameter OUT
(Gambar 3.51). Jika terjadi overflow, nilai ENO akan menjadi bernilai “0″.
(Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP 7 Professional V14, 2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.51 : Status Word I_BCD
c. I_DINT Integer to Double Integer
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.52 : Simbol I_DINT
I_DINT (Gambar 3.52) (mengkonversi system bilangan Integer ke double
integer) membaca isi parameter IN sebagai nilai bilangan integer 16 bit dan
mengkonversinya ke double integer 32 bit. Hasilnya dikeluarkan melalui
parameter Out (Gambar 3.53). ENO selalu mempunyai keadaan signal yang
sama seperti EN. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP 7 Professional V14,
2010)
57
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.53 : Status Word I_DINT
d. BCD_DI BCD to Double Integer
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.54 : Simbol BCD_DI
BCD_DI (Gambar 3.54) (mengkonversi system bilangan BCD ke double
integer) membaca isi dari parameter IN sebagai bilangan BCD 7 digit (+/-
9999999) dan mengkonversikannya kedalam bilangan double integer (32 bit).
Hasilnya dikeluarkan melalui parameter OUT (Gambar 3.55). ENO selalu
mempunyai keadaan signal yang sama seperti EN. (Rebellius, SIEMENS
SIMATIC STEP 7 Professional V14, 2010)
58
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.55 : Status Word BCD_DI
e. DI_BCD Double Integer to BCD
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.56 : Simbol DI_BCD
DI_BCD (Gambar 3.56) (mengkonversi system bilangan double integer ke
BCD) membaca isi dari parameter IN sebagai bilangan double integer 32 bit
dan mengkonversikannya ke dalam bilangan BCD 7 digit (+/- 9999999).
Hasilnya dikeluarkan melalui parameter OUT (Gambar 3.57). Jika terjadi
overflow, ENO akan bernilai “0″. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP 7
Professional V14, 2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
59
Gambar 3.57 : Status Word DI_BCD
f. DI_REAL Double Integer to Floating Point
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.58 : Simbol DI_REAL
DI_REAL (Gambar 3.58) (mengkonversi system bilangan double integer ke
floating point) membaca isi dari parameter IN sebagai bilangan double integer
dan mengkonversikannya kedalam system bilangan real. Hasilnya dikeluarkan
melalui parameter OUT (Gambar 3.59). ENO selalu mempunyai keadaan
signal yang seperti EN. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP 7 Professional
V14, 2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.59 : Status Word DI_REAL
60
g. INV_I Ones Complement Integer
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.60 : Simbol INV_I
INV_I (Gambar 3.60) (Ones complement integer) membaca isi parameter IN
dan mengoperasikannnya sebagai fungsi Boolean XOR dengan mask
hexadecimal W#16#FFFF. Instruksi ini mengubah setiap bit kedalam keadaan
sebaliknya. ENO (Gambar 3.61) selalu mempunyai keadaan signal yang sama
seperti EN. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP 7 Professional V14, 2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.61 : Status Word INV_I
61
h. INV_DI Ones Complement Double Integer
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.62 : Simbol INV_DI
INV_DI (Gambar 3.62) (Ones complement double integer) membaca isi dari
parameter IN dan mengoperasikannya sebagai fungsi Boolean XOR dengan
mask hexadecimal W#16#FFFFFFFF. Instruksi ini mengubah setiap bit
kedalam keadaan sebaliknya. ENO (Gambar 3.63) selalu mempunyai keadaan
signal yang sama seperti EN. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP 7
Professional V14, 2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.63 : Status Word INV_DI
62
i. NEG_I Twos Complement Integer
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.64 : Simbol NEG_I
NEG_I (Gambar 3.64) (twos complement integer) membaca isi dari parameter
IN dan mengoperasikannya sebagai instruksi twos complement. Instruksi twos
complement sama dengan perkalian oleh “-1″ dan mengubah tandanya
(contohnya bilangan positif menjadi bilangan negative). ENO (Gambar 3.65)
selalu mempunyai keadaan signal seperti EN dengan pengecualian jika EN=1
dan terjadi overflow, maka keadaan signal ENO = 0. (Rebellius, SIEMENS
SIMATIC STEP 7 Professional V14, 2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.65 : Status Word NEG_I
63
j. NEG_DI Twos Complement Double Integer
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.66 : Simbol NEG_DI
NEG_DI (Gambar 3.66) (Twos Complement Double Integer) membaca isi dari
parameter IN dan mengoperasikannya sebagai instruksi twos complement.
Instruksi twos complement sama dengan perkalian oleh “-1″ dan mengubah
tandanya (contohnya bilangan positif menjadi bilangan negative). ENO
(Gambar 3.67) selalu mempunyai keadaan signal seperti EN dengan
pengecualian jika EN=1 dan terjadi overflow, maka keadaan signal ENO = 0.
(Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP 7 Professional V14, 2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.67 : Status Word NEG_DI
64
k. NEG_R Negate Floating Point Number
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.68 : Simbol NEG_R
NEG_R (Gambar 3.68) (negate floating point) membaca isi dari parameter IN
dan mengubah tandanya. Instruksinya sama dengan perkalian oleh (-1) dan
mengubah tandanya misalnya dari nilai positif menjadi nilai negative. ENO
(Gambar 3.69) selalu mempunyai keadaan signal seperti EN. (Rebellius,
SIEMENS SIMATIC STEP 7 Professional V14, 2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.69 : Status Word NEG_R
65
l. ROUND Round to Double Integer
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.70 : Simbol ROUND
ROUND (Gambar 3.70) (round to double integer) membaca isi dari parameter
IN sebagai bilangan real dan mengkonversikannya kedalam bilangan double
integer 32 bit. Hasilnya dibulatkan kedalam bilangan integer terdekat. Jika
bilangan real berada diantara dua bilangan integer, bilangan genap
dikembalikan. Hasilnya dikeluarkan melalui parameter OUT (Gambar 3.71).
Jika terjadi overflow, Eno akan bernilai “0″. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC
STEP 7 Professional V14, 2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.71 : Status Word ROUND
66
m. TRUNC Truncate Double Integer Part
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.72 : Simbol TRUNC
TRUNC (Gambar 3.72) (truncate double integer) membaca isi dari parameter
IN sebagai bilangan real dan mengkonversikannya ke dalam bilangan double
integer 32 bit. Hasilnya “double integer pembulatan ke nol” dikeluarkan
melalui parameter OUT. Jika terjadi overflow, ENO (Gambar 3.73) akan
bernilai “0″. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP 7 Professional V14, 2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.73 : Status Word TRUNC
67
n. CEIL Ceiling
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.74 : Simbol CEIL
CEIL (Gambar 3.74) (Ceiling) membaca isi dari parameter IN sebagai
bialangan real dan mengkonversikannya ke dalam bilangan double integer 32
bit. Hasilnya adalah bilangan integer terendah yang mana lebih besar dari
bilangan real (pembulatan ke + ∞). Jika terjadi overflow, ENO (Gambar 3.75)
akan bernilai “0″. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP 7 Professional V14,
2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.75 : Status Word CEIL
68
o. FLOOR Floor
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.76 : Simbol FLOOR
FLOOR (Gambar 3.76) (Floor) membaca isi dari parameter sebagai bilangan
real dan mengkonversikannya ke dalam double integer 32 bit. Hasilnya adalah
komponen bilangan real tertinggi yang mana lebih rendah dari bilangan real
(pembulatan ke – ∞). Jika terjadi overflow, ENO (Gambar 3.77) akan bernilai
“0″. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP 7 Professional V14, 2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.77 : Status Word FLOOR
4. Counter Instruction
Counter mempunyai area cadangan di dalam memory CPU. Untuk tiap address
counter mempunyai area memory satu word (16 bit). Set instruksi logika ladder
69
mendukung sampai 256 counter. Instruksi counter hanyalah fungsi yang
mempunyai akses ke area memory counter. Bit 0 sampai 9 dari word counter
berisi nilai perhitungan dalam kode biner.. Nilai perhitungan dipindahkan ke
word counter ketika counter diset. Counter memiliki nilai range perhitungan
mulai dari 0 sampai 999. Berikut ini adalah berbagai instruksi counter:
a. S_CUD Up-Down Counter
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.78 : Simbol S_CUD
S_CUD (Gambar 3.78) (up-down counter) ditetapkan lebih dahulu nilainya
oleh input PV jika ada positive edge pada input S (keadaan input signal S
berubah dari “0″ ke “1″). Jika input R bernilai “1″, counter direset dan
70
perhitungan diset ke nol. Counter dinaikan satu nilainya (CV bertambah 1) jika
keadaan signal pada input CU berubah dari “0″ ke “1″ sampai nilainya kurang
dari 999. Counter nilainya diturunkan 1 (CV berkurang 1) jika ada positive
edge pada input CD (keadaan input signal CD berubah dari “0″ ke “1″) sampai
nilainya masih lebih besar dari nol. Jika kedua input count keduanya
mengalami positive edge, maka kedua intruksi (up and down counter) akan
dieksekusi sehingga nilai perhitungan tidak berubah (CV tetap). Keadaan
signal output Q akan bernilai “1″ jika perhitungan lebih besar dari nol dan akan
bernilai “0″ jika perhitungan sama dengan nol. (Rebellius, SIEMENS
SIMATIC STEP 7 Professional V14, 2010)
b. S_CU Up Counter
71
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.79 : Simbol S_CU
S_CU (Gambar 3.79) (up counter) ditetapkan lebih dahulu nilainya oleh PV
jika ada positive edge (keadaan signal berubah dari “0″ ke “1″) pada input S.
Counter direset jika input R bernilai “1″ dan CV diset ke nol. Counter dinaikan
satu nilainya (CV bertambah 1) jika keadaan signal input CU berubah dari “0″
ke “1″ sampai nilainya kurang dari 999. Keadaan signal output Q akan bernilai
“1″ jika perhitungan lebih besar dari nol dan akan bernilai “0″ jika perhitungan
sama dengan nol. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP 7 Professional V14,
2010)
c. S_CD Down Counter
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.80 : Simbol S_CD
S_CD (Gambar 3.80) (down counter) ditetapkan lebih dahulu nilainya oleh PV
jika ada positive edge (keadaan signal berubah dari “0″ ke “1″) pada input S.
Counter direset jika input R bernilai “1″ dan CV diset ke nol. Counter
72
diturunkan satu nilainya (CV berkurang 1) jika keadaan signal input CU
berubah dari “0″ ke “1″ sampai nilainya masih lebih besar dari 0. Keadaan
signal output Q akan bernilai “1″ jika perhitungan lebih besar dari nol dan akan
bernilai “0″ jika perhitungan sama dengan nol. (Rebellius, SIEMENS
SIMATIC STEP 7 Professional V14, 2010)
d. —(SC) Set Counter Value
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.81 : Simbol SC
Set Counter Value (Gambar 3.81) mengeksekusi hanya jika ada positive edge
pada RLO (RLO berubah nilainya dari “0″ ke “1″). Pada saat itu, preset value
(PV) mentransfer kedalam specified counter. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC
STEP 7 Professional V14, 2010)
73
e. —(CU) Up Counter Coil
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.82 : Simbol CU
Up Counter Coil (Gambar 3.82) menaikkan satu nilai dari specified counter
jika ada positive edge pada RLO sampai nilai counter tidak lebih dari 999.
Jikatidak ada positif edge pada RLO atau nilai counter sudah mencapai nilai
999 maka nilai counter tidak akan berubah. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC
STEP 7 Professional V14, 2010)
f. —(CD) Down Counter Coil
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
74
Gambar 3.83 : Simbol CD
Down Counter Coil (Gambar 3.83) menurunkan satu nilai dari specified
counter jika ada positive edge pada RLO sampai nilai counter masih lebih besar
dari nol. Jikatidak ada positif edge pada RLO atau nilai counter bernilai nol
maka nilai counter tidak akan berubah. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP
7 Professional V14, 2010)
5. Logic Control Instructions
Logic control logic dapat digunakan disemua block logika, baik organization
block (OB), function block (FB), maupun function (FC). Label adalah
pengalamatan dari instruksi jump. Label maksimum terdiri dari empat karakter,
karakter pertama harus huruf sedangkan karakter yang lainnya bisa
huruf/angka. Label jump mengindikasikan tujuan kemana program akan
melompat. Berikut ini adalah beberapa logic control instruction:
a. —(JMP) Unconditional Jump
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.84 : Simbol JMP Unconditional
—(JMP) (Gambar 3.84) adalah fungsi seperti absolute jump ketika tidak ada
element ladder lain antara sebelah kiri power rail dan instruksi. Tujuan
instruksi jump (label) juga harus exist untuk setiap intruksi —(JMP). Semua
75
instruksi diantara instruksi jump dan label tidak akan dieksekusi. (Rebellius,
SIEMENS SIMATIC STEP 7 Professional V14, 2010)
b. —(JMP) Conditional Jump
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.85 : Simbol JMP Conditional
—(JMP) (Gambar 3.85) adalah fungsi sebagai conditional jump ketika RLO
dari operasi logika sebelumnya bernilai “1″. Tujuan instruksi jump (label) juga
harus exist untuk setiap intruksi —(JMP). Semua instruksi diantara instruksi
jump dan label tidak akan dieksekusi. Ketika conditional jump tidak
dieksekusi, RLO berubah menjadi “1″ setelah instruksi jump. (Rebellius,
SIEMENS SIMATIC STEP 7 Professional V14, 2010)
c. —(JMPN) Jump if Not
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.86 : Simbol JMPN
—(JMPN) (Gambar 3.86) adalah fungsi jump yang mana akan dijalankan
ketika RLO bernilai “0″. Label juga harus exist untuk setiap intruksi —
(JMPN). Semua instruksi diantara instruksi jump dan label tidak akan
76
dieksekusi. Ketika conditional jump tidak dieksekusi, RLO berubah menjadi
“1″ setelah instruksi jump. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP 7
Professional V14, 2010)
6. Integer Math Instructions
Instruksi bit matematika memakai bit status word CC1, CC0, OV, dan OS.
a. ADD_I Add Integer
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.87 : Simbol ADD_I
ADD_I (Gambar 3.87) (Add Integer) diaktifkan oleh logika “1″ pada Enable
Input (EN). IN1 dan IN2 adalah masukan bilangan integer yang akan
ditambahkan. Hasil dari operasi “add” dikeluarkan melalui parameter “out”
(Gambar 3.88). Jika Range keluaran yang dihasilkan adalah integer16 bit, maka
bit OV dan OS akan bernilai “1″ dan ENO bernilai “0″. (Rebellius, SIEMENS
SIMATIC STEP 7 Professional V14, 2010)
77
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.88 : Status Word ADD_I
b. SUB_I Subtract Integer
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.89 : Simbol SUB_I
SUB_I (Gambar 3.89) (Subtract Integer) diaktifkan jika pada Enable Input
bernilai “1″. IN1 dikurangi dengan IN2 dan hasilnya ditempatkan pada
parameter OUT (Gambar 3.90). Jika hasilnya berada pada range bilangan
integer 16 bit, bit OV dan OS bernilai “1″ dan ENO bernilai “0″, sehingga
fungsi lain setelah box matematika ini yang dihubungkan dengan ENO tidak
akan dijalankan. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP 7 Professional V14,
2010)
78
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.90 : Status Word SUB_I
c. MUL_I Multiply Integer
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.91 : Simbol MUL_I
MUL_I (Gambar 3.91) (Multiply Integer) diaktifkan oleh logic “0″ pada
Enable Input (EN). IN1 dan IN2 dikalikan dan hasilnya ditempatkan pada
parameter OUT (Gambar 3.92). Jika hasilnya berada pada range bilangan
integer 16 bit, bit OV dan OS akan bernilai “1″ dan ENO akan berlogika “0″,
sehingga fungsi lain setelah box matematika ini yang dihubungkan dengan
ENO tidak akan dijalankan. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP 7
Professional V14, 2010)
79
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.92 : Status Word MUL_I
d. DIV_I Divide Integer
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.93 : Simbol DIV_I
DIV_I (Gambar 3.93) (Divide integer) diaktifkan oleh logic “0″ pada Enable
Input (EN). IN1 dibagi dengan IN2 dan hasilnya ditempatkan pada parameter
OUT (Gambar 3.94). Jika hasilnya berada pada range bilangan integer 16 bit,
bit OV dan OS akan bernilai “1″ dan ENO akan berlogika “0″. (Rebellius,
SIEMENS SIMATIC STEP 7 Professional V14, 2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.94 : Status Word DIV_I
80
e. ADD_DI Add Double Integer
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.95 : Simbol ADD_DI
ADD_DI (Gambar 3.95) (Add Double Integer) diaktifkan oleh logic “0″ pada
Enable Input (EN). IN1 dan IN2 ditambahkan dan hasilnya ditempatkan pada
parameter OUT (Gambar 3.96). Jika hasilnya berada pada range bilangan
double integer 32 bit, bit OV dan OS akan bernilai “1″ dan ENO akan berlogika
“0″, sehingga fungsi lain setelah box matematika ini yang dihubungkan dengan
ENO tidak akan dijalankan. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP 7
Professional V14, 2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.96 : Status Word ADD_DI
81
f. SUB_DI Subtract Double Integer
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.97 : Simbol SUB_DI
SUB_DI (Gambar 3.97) (Subtract Double Integer) diaktifkan oleh logic “0″
pada Enable Input (EN). IN1 dikurangi dengan IN2 dan hasilnya ditempatkan
pada parameter OUT (Gambar 3.98). Jika hasilnya berada pada range bilangan
double integer 32 bit, bit OV dan OS akan bernilai “1″ dan ENO akan berlogika
“0″, sehingga fungsi lain setelah box matematika ini yang dihubungkan dengan
ENO tidak akan dijalankan. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP 7
Professional V14, 2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.98 : Status Word SUB_DI
82
g. MUL_DI Multiply Double Integer
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.99 : Simbol MUL_DI
MUL_DI (Gambar 3.99) (Multiply Double Integer) diaktifkan oleh logic “0″
pada Enable Input (EN). IN1 dan IN2 dikalikan dan hasilnya ditempatkan pada
parameter OUT (Gambar 3.100). Jika hasilnya berada pada range bilangan
double integer 32 bit, bit OV dan OS akan bernilai “1″ dan ENO akan berlogika
“0″, sehingga fungsi lain setelah box matematika ini yang dihubungkan dengan
ENO tidak akan dijalankan. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP 7
Professional V14, 2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.100 : Status Word MUL_DI
83
h. DIV_DI Divide Double Integer
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.101 : Simbol DIV_DI
DIV_DI (Gambar 3.101) (Divide Double Integer) diaktifkan oleh logic “0″
pada Enable Input (EN). IN1 dibagi dengan IN2 dan hasilnya ditempatkan pada
parameter OUT (Gambar 3.102). Jika hasilnya berada pada range bilangan
double integer 32 bit, bit OV dan OS akan bernilai “1″ dan ENO akan berlogika
“0″, sehingga fungsi lain setelah box matematika ini yang dihubungkan dengan
ENO tidak akan dijalankan. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP 7
Professional V14, 2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.102 : Status Word DIV_DI
84
i. MOD_DI Return Fraction Double Integer
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.103 : Simbol MOD_DI
MOD_DI (Gambar 3.103) (Return Fraction Double Integer) diaktifkan oleh
logic “0″ pada Enable Input (EN). IN1 dibagi dengan IN2 dan sisa hasil
baginya ditempatkan pada parameter OUT (Gambar 3.104). Jika hasilnya
berada pada range bilangan double integer 32 bit, bit OV dan OS akan bernilai
“1″ dan ENO akan berlogika “0″, sehingga fungsi lain setelah box matematika
ini yang dihubungkan dengan ENO tidak akan dijalankan. (Rebellius,
SIEMENS SIMATIC STEP 7 Professional V14, 2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.104 : Status Word MOD_DI
85
7. Floating Point Math Instructions
Bilangan floating-point 32 bit termasuk kedalam type bilangan REAL.
Instruksi ini memakai bit status word CC1, CC0, OV, dan OS Berikut ini
adalah beberapa floating-point math instruction:
a. ADD_R Add Real
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.105 : Simbol ADD_R
ADD_R (Gambar 3.105) (Add Real) diaktifkan oleh logic “0″ pada Enable
Input (EN). IN1 dan IN2 ditambahkan dan hasilnya ditempatkan pada
parameter OUT. Jika hasilnya masih berada pada range bilangan floating-point
(overflow atau underflow), bit OV dan OS akan bernilai “1″ dan ENO akan
berlogika “0″, sehingga fungsi lain setelah box matematika ini yang
dihubungkan dengan ENO tidak akan dijalankan. (Rebellius, SIEMENS
SIMATIC STEP 7 Professional V14, 2010)
86
b. SUB_R Subtract Real
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.106 : Simbol SUB_R
SUB_R (Gambar 3.106) (Subtract Real) diaktifkan oleh logic “0″ pada Enable
Input (EN). IN1 dikurangi dengan IN2 dan hasilnya ditempatkan pada
parameter OUT. Jika hasilnya masih berada pada range bilangan floating-point
(overflow atau underflow), bit OV dan OS akan bernilai “1″ dan ENO akan
berlogika “0″, sehingga fungsi lain setelah box matematika ini yang
dihubungkan dengan ENO tidak akan dijalankan. (Rebellius, SIEMENS
SIMATIC STEP 7 Professional V14, 2010)
87
c. MUL_R Multiply Real
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.107 : Simbol MUL_R
MUL_R (Gambar 3.107) (Multiply Real) diaktifkan oleh logic “0″ pada Enable
Input (EN). IN1 dan IN2 dikalikan dan hasilnya ditempatkan pada parameter
OUT. Jika hasilnya masih berada pada range bilangan floating-point (overflow
atau underflow), bit OV dan OS akan bernilai “1″ dan ENO akan berlogika “0″,
sehingga fungsi lain setelah box matematika ini yang dihubungkan dengan
ENO tidak akan dijalankan. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP 7
Professional V14, 2010)
88
d. DIV_R Divide Real
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.108 : Simbol DIV_R
DIV_R (Gambar 3.108) (Divide Real) diaktifkan oleh logic “0″ pada Enable
Input (EN). IN1 dibagi dengan IN2 dan hasilnya ditempatkan pada parameter
OUT. Jika hasilnya masih berada pada range bilangan floating-point (overflow
atau underflow), bit OV dan OS akan bernilai “1″ dan ENO akan berlogika “0″,
sehingga fungsi lain setelah box matematika ini yang dihubungkan dengan
ENO tidak akan dijalankan. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP 7
Professional V14, 2010)
89
e. ABS Establish the Absolute Value of Floating-point Number
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.109 : Simbol ABS
ABS (Gambar 3.109) membangkitkan nilai absolute dari sistem bilangan
floating-point yang dimasukkan, kemudian hasilnya dikeluarkan pada
parameter OUT (Gambar 3.110). (Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP 7
Professional V14, 2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.110 : Status Word ABS
90
f. SQR Establish Square
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.111 : Simbol SQR
SQR (Gambar 3.111) membangkitkan nilai kuadrat dari sistem bilangan
floating point yang dimasukkan dan hasilnya dikeluarkan melalui parameter
OUT. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP 7 Professional V14, 2010)
g. SQRT Established the Square Root
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.112 : Simbol SQRT
91
SQRT (Gambar 3.112) membangkitkan nilai akar kuadrat dari sistem bilangan
floating point yang dimasukkan dan hasil positif dari nilai akar kuadratnya
dikeluarkan melalui parameter OUT. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP
7 Professional V14, 2010)
h. EXP Establish the Exponential Value
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.113 : Simbol EXP
EXP (Gambar 3.113) membangkitkan nilai eksponential dari sistem bilangan
floating point. Hasil keluarannya ditempatkan pada parameter OUT.
(Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP 7 Professional V14, 2010)
92
i. LN Establish the Natural Logarithm
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.114 : Simbol LN
LN (Gambar 3.114) membangkitkan nilai logaritma natural dari sistem
bilangan floating point. Hasil keluarannya ditempatkan pada parameter OUT.
j. SIN Establish the Sine Value (Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP 7
Professional V14, 2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.115 : Simbol SIN
93
SIN (Gambar 3.115) membangkitkan nilai trigonometri sinus dari sistem
bilangan floating point yang merepresentasikan sudut dalam satuan radian.
Hasil keluarannya ditempatkan pada parameter OUT. (Rebellius, SIEMENS
SIMATIC STEP 7 Professional V14, 2010)
k. COS Establish the Cosine Value
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.116 : Simbol COS
COS (Gambar 3.116) membangkitkan nilai trigonometri cosinus dari sistem
bilangan floating point yang merepresentasikan sudut dalam satuan radian.
Hasil keluarannya ditempatkan pada parameter OUT. (Rebellius, SIEMENS
SIMATIC STEP 7 Professional V14, 2010)
94
l. TAN Establish the Tangent Value
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.117 : Simbol TAN
SIN (Gambar 3.117) membangkitkan nilai trigonometri tangent dari sistem
bilangan floating point yang merepresentasikan sudut dalam satuan radian.
Hasil keluarannya ditempatkan pada parameter OUT. (Rebellius, SIEMENS
SIMATIC STEP 7 Professional V14, 2010)
m. ASIN Establish the Arc Sine Value
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
95
Gambar 3.118 : Simbol ASIN
ASIN (Gambar 3.118) membangkitkan nilai Arc sinus dari sistem bilangan
floating point yang rentangnya telah didefinisikan antara -1 sampai 1. Hasil
keluarannya merepresentasikan sudut dalam radian dalam rentang -π/2 sampai
π/2 (π=3,14215….) dan ditempatkan pada parameter OUT. (Rebellius,
SIEMENS SIMATIC STEP 7 Professional V14, 2010)
n. ACOS Establish the Arc Cosine Value
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.119 : Simbol ACOS
ACOS (Gambar 3.119) membangkitkan nilai Arc cosinus dari sistem bilangan
floating point yang rentangnya telah didefinisikan antara -1 sampai 1. Hasil
keluarannya merepresentasikan sudut dalam radian dalam rentang -π/2 sampai
π/2 (π=3,14215….) dan ditempatkan pada parameter OUT. (Rebellius,
SIEMENS SIMATIC STEP 7 Professional V14, 2010)
96
o. ATAN Establish the Arc Tangent Value
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.120: Simbol ATAN
ATAN (Gambar 3.120) membangkitkan nilai Arc tangent dari sistem bilangan
floating point. Hasil keluarannya merepresentasikan sudut dalam radian dalam
rentang -π/2 sampai π/2 (π=3,14215….) dan ditempatkan pada parameter OUT.
(Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP 7 Professional V14, 2010)
8. Move Instruction
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
97
Gambar 3.121 : Simbol Move
Instruksi move (Gambar 3.121) diaktifkan oleh Enable Input (EN). Nilai
sumber IN input dicopy ke alamat yang telah ditetapkan pada parameter OUT
(Gambar 3.122). ENO mempunyai keadaan logika yang sama seperti EN.
MOVE hanya dapat mencopy object data BYTE, WORD, atau DWORD. Type
data seperti aray atau struktur harus dicopy dengan system function
“BLKMOVE” (SFC 20). (Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP 7
Professional V14, 2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.122 : Status Word Move
9. Program Control Instruction
a. —(Call) Call FC SFC from Coil
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.123 : Simbol Call
98
Instruksi ini (Gambar 3.123) digunakan untuk memanggil sebuah fungsi FC
atau SFC yang belum mempunyai parameter yang belum terlewatkan. Instruksi
call hanya dijalankan ketika RLO (Gambar 3.124) bernilai “1″ pada coil. Jika
coil dijalankan maka:
1) Alamat kembali dari calling block disimpan
2) Area local data sebelumnya diganti dengan area local data yang baru
3) Bit MA (bit MCR aktif) digeser ke B stack
4) Area local data baru yang digunakan untuk memanggil fungsi dibuat
5) Setelah proses diatas, program melanjutkan pemrosesan dalam pemanggilan
FC atau SFC. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP 7 Professional V14,
2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.124 : Status Word Call
99
b. CALL_FB Call FB from Box
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.125 : Simbol CALL_FB
Instruksi CALL_FB (Gambar 3.125) digunakan untuk memanggil function
block (FB). Instruksi hanya hanya dijalankan ketika input EN (Gambar 3.126)
bernilai “1″. Jika CALL_FB dijalankan maka:
1) Alamat kembali dari calling block disimpan
2) Memilih data untuk 2 data block sekarang (DB dan instance DB) disimpan
3) Area local data sebelumnya diganti dengan area local data yang baru
4) Bit MA (bit MCR aktif) digeser ke B stack
5) Area local data baru yang digunakan untuk memanggil fungsi block dibuat
6) Setelah proses diatas, pemrosesan program melanjutkan dalam
pemanggilan function block. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP 7
Professional V14, 2010)
100
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.126 : Status Word CALL_FB
c. CALL_FC Call FC from Box
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.127 : Simbol CALL_FC
Instruksi CALL_FC (Gambar 3.127) digunakan untuk memanggil function
(FC). Instruksi ini hanya dijalankan ketika input EN (Gambar 3.128) bernilai
“1″. Jika CALL_FC dijalankan maka:
1) Alamat kembali dari calling block disimpan
2) Area local data sebelumnya diganti dengan area local data yang baru
3) Bit MA (bit MCR aktif) digeser ke B stack
4) Area local data baru yang digunakan untuk memanggil fungsi dibuat
5) Setelah proses diatas, pemrosesan program kemudian melanjutkan dalam
pemanggilan function. Ketika pemanggilan function, actual parameter harus
diassign ke formal parameter pada lokasi call. (Rebellius, SIEMENS
SIMATIC STEP 7 Professional V14, 2010)
101
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.128 : Status Word CALL_FC
d. CALL_SFB Call SFB from Box
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.129 : Simbol CALL_SFB
Instruksi CALL_SFB (Gambar 3.129) digunakan untuk memanggil sistem
function block (SFB). Instruksi hanya hanya dijalankan ketika input EN
(Gambar 3.130) bernilai “1″. Jika CALL_SFB dijalankan maka:
1) Alamat kembali dari calling block disimpan
2) Memilih data untuk 2 data block sekarang (DB dan instance DB) disimpan
3) Area local data sebelumnya diganti dengan area local data yang baru
4) Bit MA (bit MCR aktif) digeser ke B stack
102
5) Area local data baru yang digunakan untuk memanggil system function
block dibuat
6) Setelah proses diatas, program melanjutkan pemrosesan dalam pemanggilan
function block. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP 7 Professional V14,
2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.130 : Status Word CALL_SFB
e. CALL_SFC Call SFC from Box
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.131 : Gambar CALL_SFC
Instruksi CALL_SFC (Gambar 3.131) digunakan untuk memanggil sistem
function (SFC). Instruksi hanya hanya dijalankan ketika input EN (Gambar
3.132) bernilai “1″. Jika CALL_SFC dijalankan maka:
103
1) Alamat kembali dari calling block disimpan
2) Area local data sebelumnya diganti dengan area local data yang baru
3) Bit MA (bit MCR aktif) digeser ke B stack
4) Area local data baru yang digunakan untuk memanggil system function
dibuat
5) Setelah proses diatas, program melanjutkan pemrosesan dalam pemanggilan
function block. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP 7 Professional V14,
2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.132 : Status Word CALL_SFC
f. Call Multiple Instance
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.133 : Simbol Call Multiple
104
Sebuah multiple instance (Gambar 3.133) dibuat sewaktu pendeklarasian statik
variabel dengan type data function block. Hanya multiple instance yang telah
dideklarasikan yang dimasukkan kedalam element catalog program.Symbol
untuk berbagai multiple instance bergantung pada type parameter dan berapa
banyak parameter yang ada sekarang. EN, ENO dan nama variabel adalah
parameter parameter yang selalu ada. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP
7 Professional V14, 2010)
g. —(RET) Return
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.134 : Simbol RET
Instruksi ini (Gambar 3.134) digunakan untuk keluar dari suatu block dengan
kondisi tertentu. Intruksi return akan dieksekusi ketika RLO bernilai “1″.
(Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP 7 Professional V14, 2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.135 : Status Word RET
105
10. Shift Instruction
a. SHR_I Shift Right Integer
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.136 : Simbol SHR_I
SHR_I (Shift Right Integer) (Gambar 3.136) diaktifkan oleh input Enable
(EN). Instruksi SHR_I digunakan untuk menggeser bit 0 sampai 15 dari input
IN perbit ke kanan. Input N menentukan jumlah bit yang akan bergeser. Hasil
dari instruksi ini dapat dilihat pada parameter OUT (Gambar 3.137). Bit CC0
dan OV akan diset “0″ oleh SHR_I jika N tidak sama dengan”0″. ENO dan EN
mempunyai keadaan signal yang sama. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP
7 Professional V14, 2010)
106
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.137 : Pengalamatan SHR_I
b. SHR_DI Shift Right Double Integer
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.138 : SHR_DI
SHR_DI (Gambar 3.138) (Shift Right Double Integer) diaktifkan oleh input
Enable (EN). Instruksi SHR_DI digunakan untuk menggeser bit 0 sampai 31
dari input IN perbit ke kanan. Input N menentukan jumlah bit yang akan
bergeser. Hasil dari instruksi ini dapat dilihat pada parameter OUT (Gambar
3.139). Bit CC0 dan OV akan diset “0″ oleh SHR_DI jika N tidak sama
dengan”0″. ENO dan EN mempunyai keadaan signal yang sama. (Rebellius,
SIEMENS SIMATIC STEP 7 Professional V14, 2010)
107
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.139 : Status Word SHR_DI
c. SHR_W Shift Right Word
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.140 : Simbol SHR_W
SHR_W (Gambar 3.140) (Shift Right Word) diaktifkan oleh input Enable
(EN). Instruksi SHR_W digunakan untuk menggeser bit 0 sampai 15 dari input
IN perbit ke kanan. Input N menentukan jumlah bit yang akan bergeser. Hasil
dari instruksi ini dapat dilihat pada parameter OUT. Bit CC0 dan OV akan diset
“0″ oleh SHR_I jika N tidak sama dengan”0″. ENO dan EN mempunyai
keadaan signal yang sama. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP 7
Professional V14, 2010)
108
d. SHL_W (Shift Left Word)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.141 : Simbol SHL_W
SHL_W (Gambar 3.141) (Shift Left Word) diaktifkan oleh input Enable (EN).
Instruksi SHL_W digunakan untuk menggeser bit 0 sampai 15 dari input IN
perbit ke kiri. Input N menentukan jumlah bit yang akan bergeser. Hasil dari
instruksi ini dapat dilihat pada parameter OUT (Gambar 3.142). Bit CC0 dan
OV akan diset “0″ oleh SHL_W jika N tidak sama dengan”0″. ENO dan EN
mempunyai keadaan signal yang sama. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP
7 Professional V14, 2010)
109
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.142 : Pengalamatan SHL_W
e. SHL_DW (Shift Left DoubleWord)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.143 : Simbol SHL_DW
SHL_DW (Gambar 3.143) (Shift Left Double Word) diaktifkan oleh input
Enable (EN). Instruksi SHL_DW digunakan untuk menggeser bit 0 sampai 31
dari input IN perbit ke kiri. Input N menentukan jumlah bit yang akan bergeser.
Hasil dari instruksi ini dapat dilihat pada parameter OUT. Bit CC0 dan OV
akan diset “0″ oleh SHL_DW jika N tidak sama dengan”0″. ENO dan EN
mempunyai keadaan signal yang sama. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP
7 Professional V14, 2010)
110
f. SHR_DW (Shift Right DoubleWord)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.144 : Simbol SHR_DW
SHR_DW (Gambar 3.144) (Shift Right Double Word) diaktifkan oleh input
Enable (EN). Instruksi SHL_DW digunakan untuk menggeser bit 0 sampai 31
dari input IN perbit ke kanan. Input N menentukan jumlah bit yang akan
bergeser. Hasil dari instruksi ini dapat dilihat pada parameter OUT (Gambar
3.145). Bit CC0 dan OV akan diset “0″ oleh SHR_DW jika N tidak sama
dengan”0″. ENO dan EN mempunyai keadaan signal yang sama. (Rebellius,
SIEMENS SIMATIC STEP 7 Professional V14, 2010)
111
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.145 : Pengalamatan SHR_DW
11. Rotate Instructions
a. ROL_DW Rotate Left Double Word
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.146 : Simbol ROL_DW Left
ROL_DW (Gambar 3.146) (Rotate Left Double Word) diaktifkan oleh input
Enable (EN). Instruksi ROL_DW digunakan untuk memutar keseluruhan isi
bit dari input IN perbit ke kiri. Input N menentukan jumlah bit yang akan
diputar. Jika N lebih besar dari 32, Double word IN diputar per ((N-
1)modulo32) + 1 posisi. Posisi bit paling kanan akan terisi oleh keadaan logic
bit paling kiri (bit yang keluar putaran).Hasil dari instruksi ini dapat dilihat
pada parameter OUT (Gambar 3.147). Bit CC0 dan OV akan diset “0″ oleh
ROL_DW jika N tidak sama dengan”0″. ENO dan EN mempunyai keadaan
112
signal yang sama. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP 7 Professional V14,
2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.147 : Pengalamatan ROL_DW Left
b. ROR_DW Rotate Right Double Word
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.148 : Simbol ROR_DW Right
ROR_DW (Gambar 3.148) (Rotate Right Double Word) diaktifkan oleh input
Enable (EN). Instruksi ROL_DW digunakan untuk memutar keseluruhan isi
bit dari input IN perbit ke kanan. Input N menentukan jumlah bit yang akan
113
diputar. Jika N lebih besar dari 32, Double word IN diputar per ((N-
1)modulo32) + 1 posisi. Posisi bit paling kiri akan terisi oleh keadaan logic bit
paling kanan (bit yang keluar putaran).Hasil dari instruksi ini dapat dilihat pada
parameter OUT (Gambar 3.149). Bit CC0 dan OV akan diset “0″ oleh
ROR_DW jika N tidak sama dengan”0″. ENO dan EN mempunyai keadaan
signal yang sama. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP 7 Professional V14,
2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.149 : Pengalamatan ROR_DW Right
12. Timer Instructions
Timer (Gambar 3.150) mempunyai area memory didalam CPU. Area memory
ini mempunyai bit address 16-bit (1 word) untuk setiap timer. Set intruksi
ladderlogic dapat mendukung sampai 256 timer. Fungsi yang dapat mengakses
area memory timer adalah timer instruction dan peng-update-an word timer
oleh timing clock. Bit 0 sampai 9 timer word berisi timer value dalam kode
biner. Time value menspesifikasikan sejumlah unit.Time value dapat
dimasukan kedalam low word dari accumulator dalam format biner,
hexadecimal, atau BCD. Bit 12 dan 13 dari timer berisi time base dalam kode
114
biner. Time base ini mendefinisikan interval dimana time value dikurangkan 1
unit. Berikut ini adalah tabel dari nilai time base dan nilai resolusi yang
dimiliki. (Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP 7 Professional V14, 2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.150 : Base Timer
Ketika timer distart, isi dari timer cell digunakan sebagai time value. Bit 0
sampai 11 dari timer cell berisi time value dalam kode BCD (Gambar 3.151).
Bit 12 dan 13 berisi time base dalam kode biner. Berikut ini adalah gambaran
tentang isi dari timer cell yang diisi dengan timer value 127 dan time base 1
second:
115
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.151 : Pengalamatan Timer
a. S_PULSE Pulse S5 Timer
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.152 : Simbol S_PULSE
Pulse S5 (Gambar 3.152) timer memulai menspesified timer jika ada positive
edge pada start input. Timer run selama keadaan signal input adalah “1″,
dengan periode terpanjang adalah nilai time value pada input TV. Keadaan
signal pada output Q adalah “1″ selama timer running. Jika ada perubahan dari
“1″ ke “0″ pada input S sebelum time interval terlewatkan, maka timer akan
dihentikan. Hal ini menyebabkan keadaan signal output Q bernilai “0″. Timer
116
direset ketika input timer reset (R) berubah dari “0″ ke “1″ saat timer running.
Time current dan time base juga diset nol. Logika “1″ pada input timer reset
(R) tidak mempunyai effect jika timer tidak dalam kondisi running.Nilai dari
time current dapat ditampilkan pada output BI dan BCD (Gambar 3.153), BI
dalam kode biner dan BCD dalam kode BCD. Nilai time current adalah nilai
TV awal dikurangi time ellapse sejak timer distart. (Rebellius, SIEMENS
SIMATIC STEP 7 Professional V14, 2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.153 : Pulse Timer S_PULSE
117
b. S_PEXT Extended Pulse S5 Timer
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.154 : Simbol S_PEXT
Extended Pulse S5 (Gambar 3.154) timer memulai menspesified timer jika ada
positive edge pada start input. Timer run selama keadaan signal input adalah
“1″, dengan periode terpanjang adalah nilai time value pada input TV. Keadaan
signal pada output Q adalah “1″ selama timer running. Jika ada perubahan dari
“1″ ke “0″ pada input S sebelum time interval terlewatkan, maka timer akan
dihentikan. Hal ini menyebabkan keadaan signal output Q bernilai “0″. Timer
direset ketika input timer reset (R) berubah dari “0″ ke “1″ saat timer running.
Time current dan time base juga diset nol. Logika “1″ pada input timer reset
(R) tidak mempunyai effect jika timer tidak dalam kondisi running.Nilai dari
time current dapat ditampilkan pada output BI dan BCD (Gambar 3.155), BI
118
dalam kode biner dan BCD dalam kode BCD. Nilai time current adalah nilai
TV awal dikurangi time ellapse sejak timer distart. (Rebellius, SIEMENS
SIMATIC STEP 7 Professional V14, 2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.155 : Pulse Timer S_PEXT
c. S_ODT On-Delay S5 Timer
119
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.156 : Simbol S_ODT
On-Delay S5 (Gambar 3.156) timer memulai menspesified timer jika ada
positive edge pada start input. Timer run selama keadaan signal input adalah
“1″, dengan periode terpanjang adalah nilai time value pada input TV. Keadaan
signal pada output Q adalah “1″ selama timer running. Jika ada perubahan dari
“1″ ke “0″ pada input S sebelum time interval terlewatkan, maka timer akan
dihentikan. Hal ini menyebabkan keadaan signal output Q bernilai “0″. Timer
direset ketika input timer reset (R) berubah dari “0″ ke “1″ saat timer running.
Time current dan time base juga diset nol. Logika “1″ pada input timer reset
(R) tidak mempunyai effect jika timer tidak dalam kondisi running.Nilai dari
time current dapat ditampilkan pada output BI dan BCD, BI dalam kode biner
dan BCD dalam kode BCD (Gambar 3.157). Nilai time current adalah nilai TV
awal dikurangi time ellapse sejak timer distart. (Rebellius, SIEMENS
SIMATIC STEP 7 Professional V14, 2010)
120
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.157 : Pulse Timer S_ODT
d. S_ODTS Retentive On-Delay S5 Timer
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.158 : Simbol S_ODTS
Retentive On-Delay S5 (Ganbar 3.158) timer memulai menspesified timer jika
ada positive edge pada start input. Timer run selama keadaan signal input
adalah “1″, dengan periode terpanjang adalah nilai time value pada input TV.
Keadaan signal pada output Q adalah “1″ selama timer running. Jika ada
perubahan dari “1″ ke “0″ pada input S sebelum time interval terlewatkan,
maka timer akan dihentikan. Hal ini menyebabkan keadaan signal output Q
121
bernilai “0″. Timer direset ketika input timer reset (R) berubah dari “0″ ke “1″
saat timer running. Time current dan time base juga diset nol. Logika “1″ pada
input timer reset (R) tidak mempunyai effect jika timer tidak dalam kondisi
running.Nilai dari time current dapat ditampilkan pada output BI dan BCD, BI
dalam kode biner dan BCD dalam kode BCD (Ganbar 3.159). Nilai time
current adalah nilai TV awal dikurangi time ellapse sejak timer distart.
(Rebellius, SIEMENS SIMATIC STEP 7 Professional V14, 2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.159 : Pulse Timer S_ODTS
122
e. S_OFFDT Off-Delay S5 Timer
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.160 : Simbol S_OFFDT
Off-Delay S5 (Ganbar 3.160) timer memulai menspesified timer jika ada
negative edge pada start input. Timer run selama keadaan signal input adalah
“1″, dengan periode terpanjang adalah nilai time value pada input TV. Keadaan
signal pada output Q adalah “1″ selama timer running. Jika ada perubahan dari
“0″ ke “1″ pada input S sebelum time interval terlewatkan, maka timer akan
dihentikan. Hal ini menyebabkan keadaan signal output Q bernilai “0″. Timer
direset ketika input timer reset (R) berubah dari “0″ ke “1″ saat timer running.
Time current dan time base juga diset nol. Logika “1″ pada input timer reset
(R) tidak mempunyai effect jika timer tidak dalam kondisi running.Nilai dari
time current dapat ditampilkan pada output BI dan BCD (Ganbar 3.161), BI
123
dalam kode biner dan BCD dalam kode BCD. Nilai time current adalah nilai
TV awal dikurangi time ellapse sejak timer distart. (Rebellius, SIEMENS
SIMATIC STEP 7 Professional V14, 2010)
(Sumber: http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html )
Gambar 3.161 : Pulse Timer S_OFFDT
124
BAB IV
DISKRIPSI KERJA PRAKTIK
Bab ini membahas tentang proses alur kerja PLC yang dipakai di area
industri rokok Tresno, konfigurasi perangkat PLC yang digunakan dan struktur
pemrograman PLC yang digunakan pada panel tersebut.
4.1. Penerapan PLC Simatic Siemens untuk Industri
4.1.1. PLC Siemens dan Perindustrian
Telah lama diketahui PLC Siemens banyak sekali digunakan dalam
perindustrian dunia, salah satu penunjang PLC Siemens banyak digunakan yakni
selain harga yang ekonomis. PLC Siemens memiliki beberapa kelebihan serta fitur-
fitur yang mendukung dan juga dapat bekerja pada suatu sistem yang kompleks
serta PLC Siemens mendukung dalam penerapan Revolusi Industri 4.0. Dan
begitulah penerapan PLC Siemens yang diterapkan juga pada area industri rokok
Tresno PT. Bentoel Group, pada area ini penggunaan yang dimaksikmalkan yakni
seluruh kinerja mesin, kinerja konveyor dan proses pemindahan dilakukan baik
dengan secara otomatis ataupun secara manual, dan dari user cukup memantau dari
layar panel atau Human Interface Machine (HMI) sehinggga perangkat keras atau
hardware yang digunakan pada proses tersebut harus saling berintegrasi dengan
PLC yang digunakan. Oleh karena itu, CPU PLC yang digunakan untuk mengontrol
semua tersebut yakni menggunakan CPU S7-1500 1511-1 PN dengan jenis
firmware 2.5 seperti pada Gambar 4.1.
125
Gambar 4.1 : CPU S7-1500 1511-1 PN
4.1.2. Fitur-fitur PLC Siemens CPU S7-1500 1511-1 PN.
1. Data fisik Standard CPU
• Type Standard CPU
• Dimensions 35 x 147 x 129 mm
• Spare part availability after product
discontinuation 10 years
• Temperature range 0 … 60 °C
Display
• Screen diagonal 3.45 cm
Command execution time
• Bit operation 0.06 µs
• Word operation 0.072 µs
• Fixed-point operation 0.096 µs
• Floating-point operation 0.384 µs
Memory
• Work memory 150 KB for program
1 MB for data
• Load memory/mass storage, 32 GB
• max. (via SIMATIC memory card)
126
• Backup, max. Program on SIMATIC memory
card (maintenance-free)
I/O
• I/O address area, max. 32/32 KB
• Process image 32 KB
• Digital channels 262 144
• Analog channels 16 384
• Centralized
- I/O integrated in CPU No
- I/O modules on CPU Yes
• Distributed
- I/O modules on PROFIBUS Yes (via CM)
- I/O modules on PROFINET Yes
Bit memories, timers, counters, block
• Bit memories 16 KB
• S7 timers 2048
• S7 counters 2048
• IEC timers/counters Yes
• Number of elements1) 2000
• Data blocks number range 1-60999
• Data blocks (size) 1 MB
Technology functions
• Loadable function blocks Yes
• Basic functions integrated in CPU Yes
• Special modules, plugged in centrally Yes
• Special technology controllers –
• Isochronous mode Yes
127
• IRT Yes
Safety/availability
• Fail-safety –
• Fault tolerance –
Engineering
• Configuration / programming from STEP 7 V12
• software
• Programming languages LAD, FBD,
STL, S7-SCL, S7-GRAPH
Communication
• PtP Yes (via CM)
• AS interface –
• PROFIBUS Yes (via CM)
• PROFINET IO 1 x (2-port switch)
• Others integrated –
• Web server Yes
• Article No. group: 6ES7 511-1AK...
2. Komunikasi Interface
Simatic Controller CPU S7-1500 1511-1 PN (Gambar 4.2) dapat dihubungkan
ke semua jaringan via integrated interface atau communication processor yang
meliputi sistem:
a. Industrial Ethernet (IEEE 802.3 dan 802.3u)
b. PROFINET
c. PROFIBUS (IEC 61158/EN 50170)
d. AS-Interface
e. KNX (EN 50090, ANSI EIA 776)
128
f. Point-to-Point Connection (PPI), dengan special protocol RK 512, 3964(R),
dan ASCII
g. Multipoint-enabled Interface (MPI)
(Sumber: SIEMENS SIMATIC Working with STEP 7, 2010)
Gambar 4.2 : Komunikasi Integrasi CPU S7-1500 1511-1 PN
3. Implementasi Kontrol Gerak
Dapat menerapkan Kontrol Gerak tambahan dari
aplikasi dengan CPU. Batas konfigurasi )memungkinkan Anda untuk
melakukannya semua jenis kontrol yang telah disediakan pada aplikasi CPU
tersebut. Kecepatan mesin yang tinggi menghasilkan produktivitas yang lebih
besar dengan akurasi yang lebih baik. Misalnya digunakan untuk:
a. Pompa, kipas, mixer.
b. Belt konveyor.
Driver tambahan untuk Memposisikan kontrol, misalnya:
a. Lifting dan konveyor vertikal.
b. Feeding dan kontrol gerbang.
129
c. Peralatan partisi kamera output dan track kamera dalam pengaplikasiannya
seperti:
1) Menerapkan jalur pengeleman.
2) Memicu peralihan operasi menggunakan presisi posisi.
3) Input pengukuran digunakan, misalnya:
4) Untuk mengukur ukuran sebuah produk.
4. Teknologi Integritas
CPU dari SIMATIC S7-1500 mendukung fungsi kontrol gerak.
LANGKAH 7 menawarkan blok standar sesuai dengan PLCopen untuk
mengkonfigurasi dan menghubungkan drive ke CPU. Kontrol Gerak
mendukung sumbu yang dikontrol kecepatan, posisi dan sinkron
(menyinkronkan tanpa spesifikasi posisi sinkron) serta pembuat enkode
eksternal, cam, track cam dan input pengukuran.
CPU dari SIMATIC S7-1500T mendukung fungsi kontrol gerak
lanjutan selain fungsi kontrol gerakan yang ditawarkan oleh CPU standar.
Fungsi kontrol gerak tambahan adalah sumbu sinkron mutlak (sinkronisasi
dengan spesifikasi posisi sinkron) dan kamera.
Untuk komisioning, diagnostik, dan optimalisasi hard disk dan kontrol
yang efektif, keluarga pengontrol SIMATIC S7-1500 menawarkan fungsi
pelacakan yang luas untuk semua tag CPU.
Selain integrasi drive, SIMATIC S7-1500 memiliki kontroler closed-
loop compact PID; blok yang mudah dikonfigurasi memungkinkan
optimalisasi otomatis parameter pengontrol untuk kualitas kontrol yang
dioptimalkan.
130
Modul teknologi juga mengimplementasikan fungsi seperti
penghitungan kecepatan tinggi, deteksi posisi dan fungsi pengukuran dan
generator pulsa (PWM dan output frekuensi). Dalam CPU 1511C-1 PN yang
kompak dan CPU 1512C-1 PN CPU, fungsi-fungsi ini sudah terintegrasi dan
tidak memerlukan modul teknologi tambahan.
SIWAREX adalah modul penimbangan fleksibel dan fleksibel, yang
dapat Anda gunakan sebagai skala statis untuk operasi. Karena fungsi teknologi
yang didukung, CPU cocok untuk mengontrol pompa, kipas, mixer, ban
berjalan, platform angkat, sistem kontrol gerbang, sistem manajemen gedung,
CPU yang disinkronkan, dan lain-lain.
5. Keamanan Integrasi
Bersama dengan LANGKAH 7, setiap CPU menawarkan perlindungan
pengetahuan berbasis sandi terhadap pembacaan tanpa izin atau modifikasi dari
blok program.
Perlindungan penyalinan memberikan perlindungan yang dapat
diandalkan terhadap reproduksi blok program yang tidak sah. Dengan
perlindungan salinan, blok individual pada kartu memori SIMATIC dapat
diikat ke nomor serinya sehingga blok hanya dapat dijalankan jika kartu
memori yang dikonfigurasi dimasukkan ke dalam CPU.
Selain itu, Anda dapat menetapkan berbagai hak akses ke berbagai
kelompok pengguna di pengontrol menggunakan empat tingkat otorisasi yang
berbeda.
Perlindungan manipulasi yang ditingkatkan memungkinkan transfer
data rekayasa yang diubah atau tidak sah untuk dideteksi oleh pengontrol.
131
Penggunaan CP Ethernet (CP 1543-1) memberi Anda perlindungan akses
tambahan melalui firewall atau kemungkinan untuk membangun koneksi VPN
yang aman.
6. Diagnosa Sistem dan Alarm
Diagnostik sistem terintegrasi diaktifkan secara default untuk CPU.
Berbagai jenis diagnostik dikonfigurasi bukan diprogram. Informasi diagnostik
sistem ditampilkan secara seragam dan dalam teks biasa pada layar CPU,
dalam LANGKAH 7, pada HMI dan di server Web, bahkan untuk alarm yang
terkait dengan drive. Informasi ini tersedia dalam mode RUN, tetapi juga dalam
mode STOP dari CPU. Informasi diagnostik diperbarui secara otomatis saat
Anda mengonfigurasi komponen perangkat keras baru.
CPU tersedia sebagai server interrupt pusat untuk 3 bahasa. CPU,
LANGKAH 7 dan HMI Anda menjamin konsistensi data tanpa langkah-
langkah rekayasa tambahan. Pekerjaan perawatan lebih mudah.
4.2. Instalasi, Konfigurasi PLC dan Pemograman pada TIA Portal V14
4.2.1. Prosedur Instalasi TIA Portal V14
1. Membuka folder instalasi software TIA Portal V14, lalu klik kanan pada file
“SIMATIC_STEP_7_Professional_V14.exe” pilih Run As Administrator
(Gambar 4.3).
132
Gambar 4.3 : Folder Software TIA Portal V14
2. Setelah tampilan instalasi keluar maka klik “Next >” untuk melanjutkan
instalasi (Gambar 4.4).
Gambar 4.4 : Tampilan Setup STEP 7
3. Kemudian lanjut pilih setup language: English, lalu klik “Next >” untuk
melanjutkan instalasi (Gambar 4.5).
133
Gambar 4.5 : Tampilan STEP 7 pilih bahasa
4. Setelah tampilan muncul, centang atau pilih “Extract the setup files without
being installed”, kemudian pilih penyimpanan yang digunakan untuk file folder
setup tersebut dengan klik “browse”, kemudian pilih “Next >” (Gambar 4.6).
Gambar 4.6 : Tampilan STEP 7 pilih folder ekstrak
5. Tunggu hingga proses ekstrak file sudah selesai (Gambar 4.7).
134
Gambar 4.7 : Tampilan STEP 7 ekstrasi folder
6. Jika selesai maka tampilan setup akan tertulis “Extraction successful for STEP
7 Professional V14.0”, kemudian pilih “Finish (z)” (Gambar 4.8).
Gambar 4.8 : Tampilan STEP 7 folder berhasil di ekstrak
135
7. Lalu menuju pada hasil ekstak file pada penyimpanan yang dipilih sebelumnya
(Gambar 4.9).
Gambar 4.9 : Tampilan folder yang telah diekstrak
8. Kemudian buka folder hasil ekstrak tadi, lalu pilih file “Start.exe” klik kanan
pilih Run As Administrator (Gambar 4.10).
Gambar 4.10 : Tampilan file yang telah diekstrak
136
Maka akan muncul tampilan seperti berikut (Gambar 4.11), tunggu proses
inisialisasi setup selesai
Gambar 4.11 : Tampilan setup TIA Portal V14
9. Setelah proses inisialisasi selesai maka akan muncul message box untuk
konfimasi me-restart laptop atau PC, kemudian lakukan restart perangkat
dengan pilih “Yes” pada message box tersebut (Gambar 4.12).
Gambar 4.12 : Tampilan setup TIA Portal V14 meminta restart
137
10. Setelah perangkat nyala dari kondisi restart maka secara otomatis setup akan
masuk ke instalasi sendiri, dan melakukan inisialisasi sendiri (Gambar 4.13).
Gambar 4.13 : Tampilan setup TIA Portal V14 instalasi ulang
11. Kemudian muncul tampilan seperti berikut, kemudian pilih “Installation
language English” lalu “Next >” (Gambar 4.14).
Gambar 4.14 : Tampilan General Settings TIA Portal pilih bahasa
138
12. Kemudian klik “Next >” lagi (Gambar 4.15).
Gambar 4.15 : Tampilan Configuration spesifikasi perangkat untuk TIA Portal
V14
13. Lalu setelah muncul tampilan seperti berikut, maka centang atau pilih
“English” untuk setel aplikasi dalam berbahasa Inggris (Gambar 4.16).
139
Gambar 4.16 : Tampilan Configuration pilih bahasa
14. Kemudian pilih “Next >” lagi (Gambar 4.17).
Gambar 4.17 : Tampilan Configuration alokasi penyimpanan aplikasi
15. Muncul tampilan untuk seperti berikut, centang pilihan yang sediakan pada
bawah kolom License Aggrement, lalu “Next >” (Gambar 4.18).
140
Gambar 4.18 : Tampilan Configuration License Aggreement
16. Setelah itu, centang pilihan yang berada di bawah kolom Security Control,
kemudian pilih “Next >” (Gambar 4.19).
Gambar 4.19 : Tampilan Configuration Security Control
141
17. Kemudian sampai pada tampilan berikut klik “Install”, maka aplikasi akan
terinstall selama 25 menit, seperti pada gambar kedua (Gambar 4.20) dan
(Gambar 4.21).
Gambar 4.20 : Tampilan Install
Gambar 4.21 : Tampilan proses instalasi TIA Portal V14 berlangsung
142
18. Lalu setelah instalasi selesai, setup software akan meminta user untuk me-
restart peragkat (Gambar 4.22).
Gambar 4.22 : Tampilan Install – Modify System permintaan restart perangkat
19. Setelah perangkat selesai di-restart, aplikasi TIA Portal V14 telah terinstall dan
terpasang pada Desktop perangkat (Gambar 4.23).
Gambar 4.23 : Tampilan TIA Portal V14
20. Lalu pilih icon, TIA Portal V14 klik kanan lalu properties, sehabis itu pilih
“Advanced..” dan centang “Run As Administrator” (Gambar 4.24).
143
Gambar 4.24 : Tampilan Properties TIA Portal V14
21. Klik 2 dua kali icon TIA Portal V14 maka aplikasi siap untuk digunakan
(Gambar 4.25).
Gambar 4.25 : Tampilan GUI TIA Portal V14
4.2.2. Konfigurasi PLC TIA Portal V14
144
1. Membuka Aplikasi TIA Portal V14 pada Desktop, kemudian pilih Project
View, di bawah pojok kiri aplikasi (Gambar 4.26).
Gambar 4.26 : Tampilan GUI TIA Portal V14
2. Kemudian setelah muncul tampilan project, membuat project baru dengan
klik pada icon (New Project) dipojok kiri atas. Maka akan muncul message
box aplikasi seperti berikut (Gambar 4.27).
Gambar 4.27 : Tampilan Project TIA Portal V14
Kemudian isikan nama project sesuai keinginan dan tempat penyimpanan file
yg diinginkan (Gambar 4.28).
145
Gambar 4.28 : Tampilan Message Box untuk membuat Project New TIA Portal
V14
3. Setelah membuat project maka akan timbul tampilan lembar project baru, lalu
pilih pada layer kiri aplikasi “Devices & networks” (Gambar 4.29).
Gambar 4.29 : Tampilan Devices & networks TIA Portal V14
4. Kemudian pada layer kanan aplikasi pilih “Hardware catalog” maka akan
muncul beberapa perangkat hardware PLC yang digunakan pada panel untuk
dikonfigurasi pada project baru (Gambar 4.30).
146
Gambar 4.30 : Tampilan Hardware catalog
5. Lalu pilih jenis CPU PLC yang akan digunakan, disini penulis di tempat
magang menggunakan CPU PLC tipe SIMATIC S7-1500 CPU 1511-PN
dengan Mac Address 6ES7 511-1AK01-0AB0 (Gambar 4.31).
Gambar 4.31 : Tampilan daftar perangkat PLC
147
6. Lalu pada pilihan Mac Address tersebut di-drag ke layar project untuk
menampilkan perangkat tersebut, kemudian klik dua kali pada perangkat
untuk menampilkan konfigurasi Input-Output (I/O) PLC (Gambar 4.32).
Gambar 4.32 : Tampilan hasil drag perangkat
7. Kemudian pada layer “Hardware catalog” akan muncul beberapa perangkat
hardware dari CPU yang digunakan untuk dijadikan perangkat Input-Output
(I/O), setelah itu pilih perangkat I/O yang sesuai panel yang disediakan.
Disini penulis menggunakan perangkat I/O yakni DI 32x24VDC BA dengan
Mac Address 6ES7 521-1BL10-0AA0, kemudian sama dengan sebelumnya,
pilihan Mac Address tersebut di-drag ke rak atau urutan panel untuk
menampilkan perangkat I/O tersebut (Gambar 4.33).
148
Gambar 4.33 : Tampilan Perangkat CPU dan I/O CPU
8. Setelah itu lanjutkan pengisian perangkat I/O dengan perincian sebagai berikut:
a. Rak 3 → DI 32x24VDC BA → 6ES7 521-1BL10-0AA0
b. Rak 4 → DI 16/DQ 16x24VDC/0.5A BA → 6ES7 523-1BL00-0AA0
c. Rak 5 → DQ 32x24VDC/0.5A BA → 6ES7 522-1BL10-0AA0
d. Rak 6 → AQ 4xU/I ST → 6ES7 532-5HD00-0AB0
Dan berikut adalah hasil dari setelah memasukkan perangkat yang dimasukkan
(Gambar 4.34).
149
Gambar 4.34 : Tampilan perangkat PLC dan I/O lengkap
9. Kemudian kembali pada tampilan “Devices & networks” untuk kembali
menambahkan perangkat PLC lainnya seperti (Gambar 4.35):
a. IO Devices IM 155-PN ST dengan isi modul IO yakni:
- Rak 1 – 7 → DI 8x24VDC ST → 6ES7 131-6BF01-0BA0
- Rak 8 – 10 → DQ 8x24VDC/0.5A ST → 6ES7 132-6BF01-0BA0
- Rak 11 → AQ 4xU/I ST → 6ES7 135-6HD00-0BA1
- Rak 12 → Server module → 6ES7 193-6PA00-0AA0
b. HMI SIMATIC Basic Panel 15” TP 1500 Basic dengan Mac Address
6AV6 647-0AG11-3AX0.
c. HMI Panel KTP700 Basic PN dengan Mac Address 6AV2 123-2GB03-
0AX0.
150
Gambar 4.35 : Tampilan perangkat PLC lainnya
10. Setelah semua perangkat PLC dimasukkan maka langkah selanjutnya yakni
menyambungkan komunikasi antar perangkat PLC, dengan cara klik kotak
hijau pada perangkat PLC lalu ditarik maka akan keluar garis hijau untuk
menyambungkannya pada kotak hijau perangkat yang lain (Gambar 4.36).
Gambar 4.36 : Sambungan Komunikasi perangkat PLC
Lalu lanjutkan pada perangkat PLC yang lain seperti pada gambar berikut
(Gambar 4.37).
151
Gambar 4.37 : Sambungan Komunikasi antar PLC lainnya
4.2.3. Struktur Pemrograman TIA Portal V14
Setelah konfigurasi perangkat PLC selesai maka langkah selanjutnya yakni
membuat struktur program yang akan digunakan untuk PLC tersebut.
1. Pertama membuat folder group untuk masing-masing program yang akan
disusun, dengan cara klik dua kali pada folder konfigurasi PLC pada layer kiri
lalu klik pada bagian “Program blocks” klik kanan pilih “Add new group”
(Gambar 4.38).
152
Gambar 4.38 : Tampilan membuat folder program
2. Kemudian beri nama pada folder yang telah dibuat (Gambar 4.39).
Gambar 4.39 : Tampilan folder yang dibuat
Lalu dilanjutkan dengan membuat folder lainnya seperti berikut (Gambar
4.40).
153
Gambar 4.40 : Tampilan folder untuk masing-masing program
3. Selanjutnya membuat Data block program yang digunakan sebagai inisialisasi
yang berisikan variabel-variabel yang akan digunakan pada program. Pilih
“Add new block” (Gambar 4.41).
Gambar 4.41 : Membuat Program
154
4. Maka akan muncul tampilan seperti berikut, kemudian pilih button
“Data block” lalu berikan nama Data block program tersebut (Gambar
4.42).
Gambar 4.42 : Tampilan membuat Data Block Program
5. Setelah itu maka akan muncul tampilan tabel untuk mengisi variabel
yang akan digunakan pada program PLC (Gambar 4.43).
155
Gambar 4.43 : Tampilan tabel Data block program
6. Kemudian isi variabel pada Data block program sebagai berikut (Gambar
4.44).
Gambar 4.44 : Tampilan isi Data block program
156
7. Lalu lanjutkan membuat Data block program dengan isi variabelnya masing-
masing (Gambar 4.45).
Gambar 4.45 : Tampilan masing-masing Data block program
8. Setelah membuat Data block program langkah selanjutnya yakni membuat
Function program, fungsi Function yakni Blok program atau Sub-Program
yang dibuat tanpa memory khusus. Sama seperti membuat Data block program
hanya pilihan button yang dipilih yakni “Function” lalu berikan nama Function
program tersebut (Gambar 4.46).
157
Gambar 4.46 : Tampilan membuat Function program
9. Setelah itu maka akan muncul tampilan program LADDER DIAGRAM seperti
berikut (Gambar 4.47).
158
Gambar 4.47 : Tampilan program Ladder Diagram Function program
10. Lalu isikan program yang disesuaikan dengan panel dan perangkat hardware
lainnya seperti penggerak konveyor atau motor (Gambar 4.48).
Gambar 4.48 : Tampilan isi Program Ladder Diagram
11. Kemudian lanjutkan membuat Function program dengan isi program masing-
masing, dicontohkan pada (Gambar 4.49).
Gambar 4.49 : Tampilan masing-masing Function program
159
4.3. Penjelasan Program PLC
4.3.1. Inisialisasi Program Function Motor
Penggunaan PLC Siemens diharuskan menggunakan inisialisasi variabel-variabel
yang disusun pada Data Block program, penyusunan variabel ini digunakan supaya
saat membuat sebuah program di Function Block program, cukup hanya memanggil
variabel yang dituliskan sebelumnya sehingga tidak perlu membuat inisialisasi baru
kembali. Berikut inisialisasi variabel yang dituliskan pada Data Block (DB)
function Motor “M” (Gambar 4.50):
160
Gambar 4.50 : Data Block (DB) M
161
4.3.2. Pembahasan Program Function Motor
Pada pembahasan utama pada Kerja Praktik di area industri rokok Tresno PT.
Bentoel Group yakni penjelasan program PLC pada aktuator yang digunakan pada
area tersebut. Penerapan program PLC yang dibahas menggunakan alur sekuensial,
atau berurutan sehingga penyusunan pada program ini berdasarkan alur proses yang
akan dijalankan pada aktuator dalam hal ini menggunakan Motor untuk
menggerakan konveyor. Berikut pembahasannya:
1. Network 1 : Motor OK
Gambar 4.51 : Network 1 (Motor OK)
Pada network ke-1 sesuai Gambar 4.51 proses motor akan menyala jika tidak
terdapat Alarm “AlmDisableDly” dan telah melakukan proses siklus pertama
atau melakukan program sebelumnya “First Cycle” seperti pada Gambar 4.50.
162
2. Network 2 : Motor Roller Tipper IM1M1L1
Gambar 4.52 : Network 2 (Roller Tipper IM1M1L1)
Pada network ke-2 sesuai dengan Gambar 4.52, proses yang dilakukan setelah
proses motor menyala yakni menjalankan aktuator Motor Tipper untuk Roller,
dengan penggerak satu fasa “MOVE” atau satu input untuk mengaktifkan
FC81 secara otomatis atau menggunakan input I 23.1 “S1” untuk menggerakan
secara manual “ManAut”. Motor yang digerakkan (Area) diberi nama
IM1M1L1, 3 input Motor Tipper dimasukkan pada DS, CB, Fin untuk
menjalankan function penggerak pada FC81. Lalu keluar 3 output yakni ENO
untuk Enable Output, Fout untuk mengeluarkan nilai Output dari FC81 dan
Rout untuk menjalankan aksi Forward (FVRMtr) atau maju.
163
3. Network 3 : Motor Lifter Tipper IM1M2L1
164
Gambar 4.53 : Network 3 (Motor Lifter Tipper IM1M2L1)
Pada network ke-3 penjelasan Gambar 4.53, yakni proses yang dilakukan
setelah proses Motor Tipper melakukan Roller Forward, Motor Tipper
melakukan Lifter, dengan penggerak satu-dua fasa “MOVE” atau satu-dua
input untuk mengaktifkan FC83 secara otomatis atau menggunakan input I 23.1
“S1” untuk menggerakan secara manual “ManAut”. Motor yang digerakkan
(Area) diberi nama IM1M2L1, 3 input Motor Tipper dimasukkan pada DS, CB,
Fin untuk menjalankan function penggerak pada FC83. Lalu keluar 4 output
yakni ENO untuk Enable Output yang memiliki fungsi trigger atau syarat
untuk program Motor selanjutnya, SupOut untuk menyimpan nilai Output,
Fout untuk mengeluarkan nilai Output dari FC83 dan Rout untuk menjalankan
aksi Reverse (VSRMtr) atau mundur.
165
4. Network 4 : Motor Bottom Feeder IM2M1L1
Gambar 4.54 : Network 4 (Motor Bottom Feeder IM2M1L1)
Network ke-4 pada Gambar 4.54 menjalankan program Motor Feeder yang
berada di bawah (Bottom), setelah menjalankan proses Motor Lifter Tipper dan
mendapatkan trigger dari program sebelumnya, maka program selanjutnya
mengerakkan Motor Feeder dengan penggerak satu fasa “MOVE” atau satu
input untuk mengaktifkan FC82 secara otomatis atau menggunakan input I 23.1
“S1” untuk menggerakan secara manual “ManAut”. Motor yang digerakkan
(Area) diberi nama IM2M1L1, 3 input Motor Tipper dimasukkan pada DS, CB,
Run serta Supln sebagai input dari trigger program sebelumnya untuk
menjalankan function penggerak pada FC82. Lalu keluar 3 output yakni ENO
untuk Enable Output, Fout untuk mengeluarkan nilai Output dari FC82 dan
Rout untuk menjalankan aksi Reverse (VSNRMtr) atau mundur.
166
5. Network 5 : Motor Roller Chain Feeder IM2M2L1
Gambar 4.55 : Network 5 (Motor Roller Chain Feeder IM2M2L1)
Network ke-5 pada Gambar 4.55 menjalankan program Motor Feeder yang
menggunakan rantai (Chain) sebagai penggerak tambahan, setelah
menjalankan proses Motor Bottom Feeder dan mendapatkan trigger dari
program sebelumnya (Motor Lifter Tipper), maka program selanjutnya
mengerakkan Motor Feeder dengan penggerak satu-dua fasa “MOVE” atau
satu-dua input untuk mengaktifkan FC82 secara otomatis atau menggunakan
input I 23.1 “S1” untuk menggerakan secara manual “ManAut”. Motor yang
digerakkan (Area) diberi nama IM2M2L1, 3 input Motor Tipper dimasukkan
pada DS, CB, Run serta Supln sebagai input dari trigger program sebelumnya
untuk menjalankan function penggerak pada FC82. Lalu keluar 3 output yakni
167
ENO untuk Enable Output, Fout untuk mengeluarkan nilai Output dari FC82
dan Rout untuk menjalankan aksi Reverse (VSNRMtr) atau mundur.
6. Network 6 : Motor Doffer Feeder IM2M3L1
Gambar 4.56 : Network 6 (Motor Doffer Feeder IM2M3L1)
Network ke-6 pada Gambar 4.56 menjalankan program Motor Feeder tipe
Doffer yang menggunakan pengait pada konveyornya, setelah menjalankan
proses Motor Roller Chain, maka program selanjutnya mengerakkan Motor
Feeder dengan penggerak satu fasa “MOVE” atau satu input untuk
mengaktifkan FC80 secara otomatis atau menggunakan input I 23.1 “S1” untuk
menggerakan secara manual “ManAut”. Motor yang digerakkan (Area) diberi
nama IM2M3L1, 3 input Motor Tipper dimasukkan pada DS, CB, Fln untuk
menjalankan function penggerak pada FC80. Lalu keluar 2 output yakni ENO
untuk Enable Output, Fout untuk mengeluarkan nilai Output dari FC80 dan
menjalankan aksi Forward (FVNRMtr) atau maju.
168
7. Network 7 : Motor Band Conveyor BC1 IM3M1L1
Gambar 4.57 : Network 7 (Motor Band Conveyor BC1 IM3M1L1)
Network ke-7 pada Gambar 4.57 menjalankan program Motor Band BC1 yang
menggunakan konveyor pada umumnya, setelah menjalankan proses Motor
Doffer Feeder dan mendapatkan trigger dari program sebelumnya (Motor
Lifter Tipper), maka program selanjutnya mengerakkan Motor Band dengan
penggerak satu-dua fasa “MOVE” atau satu-dua input untuk mengaktifkan
FC82 secara otomatis. Motor yang digerakkan (Area) diberi nama IM3M1L1,
3 input Motor Tipper dimasukkan pada DS, CB, Run serta Supln sebagai input
dari trigger program sebelumnya untuk menjalankan function penggerak pada
FC82. Lalu keluar 3 output yakni ENO untuk Enable Output, Fout untuk
mengeluarkan nilai Output dari FC82 dan Rout untuk menjalankan aksi
Reverse (VSNRMtr) atau mundur.
169
8. Network 8 : Motor Band Conveyor BC2 IM4M1L1
Gambar 4.58 : Network 8 (Motor Band Conveyor BC2 IM4M1L1)
Network ke-8 pada Gambar 4.58 menjalankan program Motor Band BC2 yang
menggunakan konveyor pada umumnya, setelah menjalankan proses Motor
Band Conveyor BC1, maka program selanjutnya mengerakkan Motor Band
dengan penggerak satu fasa “MOVE” atau satu input untuk mengaktifkan
FC80 secara otomatis. Motor yang digerakkan (Area) diberi nama IM4M1L1,
3 input Motor Tipper dimasukkan pada DS, CB, Fln untuk menjalankan
function penggerak pada FC80. Lalu keluar 2 output yakni ENO untuk Enable
Output, Fout untuk mengeluarkan nilai Output dari FC80 dan menjalankan aksi
Forward (FVNRMtr) atau maju.
170
9. Network 9 : Motor Band Conveyor BC3 IM5M1L1
Gambar 4.59 : Network 9 (Motor Band Conveyor BC3 IM5M1L1)
Network ke-9 pada Gambar 4.59 menjalankan program Motor Band BC3 yang
menggunakan konveyor pada umumnya, setelah menjalankan proses Motor
Band Conveyor BC2, maka program selanjutnya mengerakkan Motor Band
dengan penggerak satu fasa “MOVE” atau satu input untuk mengaktifkan
FC80 secara otomatis. Motor yang digerakkan (Area) diberi nama IM5M1L1,
3 input Motor Tipper dimasukkan pada DS, CB, Fln untuk menjalankan
function penggerak pada FC80. Lalu keluar 2 output yakni ENO untuk Enable
Output, Fout untuk mengeluarkan nilai Output dari FC80 dan menjalankan aksi
Forward (FVNRMtr) atau maju.
171
10. Network 10 : Motor Band Conveyor BC4 IM6M1L1
Gambar 4.60 : Network 10 (Motor Band Conveyor BC4 IM6M1L1)
Network ke-10 pada Gambar 4.60 menjalankan program Motor Band BC4
yang menggunakan konveyor pada umumnya, setelah menjalankan proses
Motor Band Conveyor BC3, maka program selanjutnya mengerakkan Motor
Band dengan penggerak satu fasa “MOVE” atau satu input untuk mengaktifkan
FC80 secara otomatis. Motor yang digerakkan (Area) diberi nama IM6M1L1,
3 input Motor Tipper dimasukkan pada DS, CB, Fln untuk menjalankan
function penggerak pada FC80. Lalu keluar 2 output yakni ENO untuk Enable
Output, Fout untuk mengeluarkan nilai Output dari FC80 dan menjalankan aksi
Forward (FVNRMtr) atau maju.
172
11. Network 11 : Motor Band Conveyor BC5 IM7M1L1
Gambar 4.61 : Network 11 (Motor Band Conveyor BC5 IM7M1L1)
Network ke-11 pada Gambar 4.61 menjalankan program Motor Band BC5
yang menggunakan konveyor pada umumnya, setelah menjalankan proses
Motor Band Conveyor BC4, maka program selanjutnya mengerakkan Motor
Band dengan penggerak satu fasa “MOVE” atau satu input untuk mengaktifkan
FC80 secara otomatis. Motor yang digerakkan (Area) diberi nama IM7M1L1,
3 input Motor Tipper dimasukkan pada DS, CB, Fln untuk menjalankan
function penggerak pada FC80. Lalu keluar 2 output yakni ENO untuk Enable
Output, Fout untuk mengeluarkan nilai Output dari FC80 dan menjalankan aksi
Forward (FVNRMtr) atau maju.
173
12. Network 12 : Motor Bottom Buffer BFC1 IM8M1L1
Gambar 4.62 : Network 12 (Motor Bottom Buffer BFC1 IM8M1L1)
Network ke-12 pada Gambar 4.62 menjalankan program Motor Bottom Buffer
BFC1 yang letak konveyor berada dibawah motor, setelah menjalankan proses
Motor Band Conveyor BC5 dan mendapatkan trigger dari program
sebelumnya (Motor Lifter Tipper), maka program selanjutnya mengerakkan
Motor Buffer dengan penggerak satu fasa “MOVE” atau satu input untuk
mengaktifkan FC82 secara otomatis. Motor yang digerakkan (Area) diberi
nama IM8M1L1, 3 input Motor Tipper dimasukkan pada DS, CB, Run serta
Supln sebagai input dari trigger program sebelumnya untuk menjalankan
function penggerak pada FC82. Lalu keluar 3 output yakni ENO untuk Enable
Output, Fout untuk mengeluarkan nilai Output dari FC82 dan Rout untuk
menjalankan aksi Reverse (VSNRMtr) atau mundur.
174
13. Network 13 : Motor Doffer Buffer BFC1 IM8M2L1
Gambar 4.63 : Network 13 (Motor Doffer Buffer BFC1 IM8M2L1)
Network ke-13 pada Gambar 4.63 menjalankan program Motor Doffer Buffer
BFC1 yang letak konveyor berada dibawah motor, setelah menjalankan proses
Motor Bottom Buffer BFC1, maka program selanjutnya mengerakkan Motor
Buffer dengan penggerak satu fasa “MOVE” atau satu input untuk
mengaktifkan FC80 secara otomatis. Motor yang digerakkan (Area) diberi
nama IM7M1L1, 3 input Motor Tipper dimasukkan pada DS, CB, Fln untuk
menjalankan function penggerak pada FC80. Lalu keluar 2 output yakni ENO
untuk Enable Output, Fout untuk mengeluarkan nilai Output dari FC80 dan
menjalankan aksi Forward (FVNRMtr) atau maju.
175
14. Network 14 : Motor Bottom Buffer BFC2 IM9M1L1
Gambar 4.64 : Network 14 (Motor Bottom Buffer BFC2 IM9M1L1)
Network ke-14 pada Gambar 4.64 menjalankan program Motor Bottom Buffer
BFC2 yang letak konveyor berada dibawah motor, setelah menjalankan proses
Motor Bottom Buffer BFC1 dan mendapatkan trigger dari program
sebelumnya (Motor Lifter Tipper), maka program selanjutnya mengerakkan
Motor Buffer dengan penggerak satu fasa “MOVE” atau satu input untuk
mengaktifkan FC82 secara otomatis. Motor yang digerakkan (Area) diberi
nama IM9M1L1, 3 input Motor Tipper dimasukkan pada DS, CB, Run serta
Supln sebagai input dari trigger program sebelumnya untuk menjalankan
function penggerak pada FC82. Lalu keluar 3 output yakni ENO untuk Enable
Output, Fout untuk mengeluarkan nilai Output dari FC82 dan Rout untuk
menjalankan aksi Reverse (VSNRMtr) atau mundur.
176
15. Network 15 : Motor Doffer Buffer BFC2 IM9M2L1
Gambar 4.65 : Network 15 (Motor Doffer Buffer BFC2 IM9M2L1)
Network ke-15 pada Gambar 4.65 menjalankan program Motor Doffer Buffer
BFC2 yang letak konveyor berada dibawah motor, setelah menjalankan proses
Motor Bottom Buffer BFC2, maka program selanjutnya mengerakkan Motor
Buffer dengan penggerak satu fasa “MOVE” atau satu input untuk
mengaktifkan FC80 secara otomatis. Motor yang digerakkan (Area) diberi
nama IM9M2L1, 3 input Motor Tipper dimasukkan pada DS, CB, Fln untuk
menjalankan function penggerak pada FC80. Lalu keluar 2 output yakni ENO
untuk Enable Output, Fout untuk mengeluarkan nilai Output dari FC80 dan
menjalankan aksi Forward (FVNRMtr) atau maju.
177
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran seputar
penggunaan PLC Siemens pada Area Industri Rokok Tresno PT. Bentoel Group.
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh selama kerja praktik di PT. Yeikuma yang
beroperasi pada PT. Bentoel Group adalah:
1. PT. Yeikuma di bidang Engineering menggunakan PLC Siemens untuk
memenuhi kebutuhan pasar industri salah satunya yang PT. Bentoel Group.
2. Penggunaan PLC Siemens dipakai karena kompatibel dan sangat mudah sekali
dalam pemasangan, penyusunan perangkat, dan konfigurasinya di software
ataupun hardware nya.
3. PLC Siemens yang digunakan oleh PT. Bentoel Group di area Industri Rokok
Tresno yakni CPU PLC tipe SIMATIC S7-1500 CPU 1511-PN dengan Mac
Address 6ES7 511-1AK01-0AB0, CPU ini memiliki beberapa kelebihan yang
seperti mendukung penyimpanan memori eksternal sehingga dapat memuat
memori banyak dan sangat cocok pada penggunaan industri skala besar.
4. Alur program yang dijanlankan menggunakan sekuensial, karena proses yang
dijalankan berurutan dan meminimalisir error yang berkepanjangan atau long
error time.
5. Penggunaan Function Program dan Data Block pada program PLC diperlukan
untuk menyesuaiakan datasheet aktuator atau Motor yang akan dijalankan,
178
sehingga program dapat menjalankan fungsinya berdasarkan kemampuan dari
Motor itu sendiri.
5.2. Saran
Penulis menyadari bahwa pembuatan dan penguasaan program PLC tipe
Siemens ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangannya. Harapan
penulis agar nantinya semua pihak dapat memperluas dan mengembangkan
pengetahuan dan penguasaan PLC Siemens dengan perangkat-perangkat Industri
serta mendukung maju Revolusi Industri 4.0.
179
DAFTAR PUSTAKA
Kusumardana, R. (2013, September 11). Mengenal PLC Siemens "SIMATIC
Controllers" . Diambil kembali dari elektromekanik-industri.com:
http://elektromekanik-industri.com/2013/09/mengenal-plc-siemens-
simatic-controllers_4968.html
Rebellius, M. 2010. SIEMENS SIMATIC STEP 7 Professional V14. Berlin: Siemens
AG.
Rebellius, M. 2010. SIEMENS SIMATIC Working with STEP 7. Berlin: Siemens
AG.
Rebellius, M. 2013. SIEMENS SIMATIC S7-1500 CPU 1511-1 PN (6ES7511-
1AK01-0AB0) Manual. Berlin: Siemens AG.