67
i Lakip Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP KATA PENGANTAR Direktorat Produksi sebagai unsur teknis pada Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya terus mendorong upaya-upaya yang bersifat strategis dalam rangka meningkatkan pencapaian produksi perikanan budidaya yang berdaya saing dan bernilai tambah melalui pengembangan sistem produksi perikanan budidaya. Disisi lain, penguatan kapasitas sumberdaya manusia pada lingkup Direktorat Produksi diupayakan dalam rangka mendukung efektifitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagai bagian dalam meningkatkan pelayanan publik yang prima pada stakeholders terkait. Mengacu pada Instruksi Presiden (INPRES) No 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, setiap Kementerian berkewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Dokumen LAKIP merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan yang dilaksanakan berdasarkan Renstra maupun rencana kerja tahunan (RKT) yang dibuat sebelumnya. LAKIP juga merupakan sarana untuk menilai dan mengevaluasi pencapaian kinerja berdasarkan indikator sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya sehingga prinsip pemerintahan yang bersih dan bertanggung jawab (good governance) dapat diwujudkan. Sebagaimana Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 15/ MEN/ 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan, maka Direktorat Produksi menjalankan tugas pokok yaitu melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang produksi perikanan budidaya. Penyusunan LAKIP Direktorat Produksi tahun 2013 dilakukan sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban Direktorat Produksi dalam pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan yang dilaksanakan berdasarkan Renstra maupun rencana kerja (RKT) dalam rangka menilai efektivitas pelaksanaan program dan kegiatan serta mengukur sejauh mana pencapaian sasaran berdasarkan indikator yang ada. Jakarta, Februari 2014 Direktur Produksi Ir. Coco Kokarkin Soetrisno, M.Sc

Laporan Kinerja Sekretariat - DJPB · Mengacu pada Instruksi Presiden (INPRES) No 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, setiap Kementerian berkewajiban menyusun

  • Upload
    vuthien

  • View
    229

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

i

1.

i

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

KATA PENGANTAR

Direktorat Produksi sebagai unsur teknis pada Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya terus

mendorong upaya-upaya yang bersifat strategis dalam rangka meningkatkan pencapaian

produksi perikanan budidaya yang berdaya saing dan bernilai tambah melalui

pengembangan sistem produksi perikanan budidaya. Disisi lain, penguatan kapasitas

sumberdaya manusia pada lingkup Direktorat Produksi diupayakan dalam rangka

mendukung efektifitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagai bagian dalam

meningkatkan pelayanan publik yang prima pada stakeholders terkait.

Mengacu pada Instruksi Presiden (INPRES) No 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah, setiap Kementerian berkewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Dokumen LAKIP merupakan salah satu bentuk

pertanggungjawaban pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan yang dilaksanakan

berdasarkan Renstra maupun rencana kerja tahunan (RKT) yang dibuat sebelumnya. LAKIP

juga merupakan sarana untuk menilai dan mengevaluasi pencapaian kinerja berdasarkan

indikator sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya sehingga prinsip pemerintahan yang

bersih dan bertanggung jawab (good governance) dapat diwujudkan.

Sebagaimana Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 15/ MEN/ 2010

tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan, maka Direktorat

Produksi menjalankan tugas pokok yaitu melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan,

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di

bidang produksi perikanan budidaya.

Penyusunan LAKIP Direktorat Produksi tahun 2013 dilakukan sebagai salah satu bentuk

pertanggungjawaban Direktorat Produksi dalam pelaksanaan program dan kegiatan

pembangunan yang dilaksanakan berdasarkan Renstra maupun rencana kerja (RKT) dalam

rangka menilai efektivitas pelaksanaan program dan kegiatan serta mengukur sejauh mana

pencapaian sasaran berdasarkan indikator yang ada.

Jakarta, Februari 2014 Direktur Produksi

Ir. Coco Kokarkin Soetrisno, M.Sc

ii

1.

ii

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

DAFTAR ISI

Hal.

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii

DAFTAR TABEL ..................................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. iv

IKHTISAR EKSEKUTIF .............................................................................................................. v

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 4

1.2 Maksud dan Tujuan........................................................................................... 5

1.3 Tugas Pokok dan Fungsi .................................................................................... 5

1.4 Keragaan SDM Direktorat Produksi ................................................................... 6

1.5 Sistematika LAKIP .............................................................................................. 8

II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

2.1 Rencana Strategis Direktorat Produksi Tahun 2010 - 2014 ................................ 9

2.1.1. Visi ……………………………………………………………………………………………………….9

2.1.2. Misi ……………………………………………………………………………………………………….9

2.1.3. Tujuan ..................................................................................................... 9

2.1.4. Sasaran Strategis ................................................................................... 10

2.2 Rencana Kerja dan Anggaran .......................................................................... 10

2.2.1. Indikator Kinerja Utama ........................................................................ 10

2.2.2. Anggaran ............................................................................................... 12

2.3 Penetapan Kinerja ........................................................................................... 12

2.3 Pengukuran/Pengelolaan Kinerja .................................................................... 15

iii

1.

iii

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

III AKUNTABILITAS KINERJA DAN KEUANGAN

3.1 Pencapaian Sasaran Strategis 1 : Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat

Kelautan dan Perikanan .................................................................................. 17

3.1.1. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) ..................................................... 17

3.1.2. Pertumbuhan PDB Perikanan ................................................................ 18

3.2 Pencapaian Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya Ketersedian Produks Kelautan

dan Perikanan Yang Bernilai Tambah .............................................................. 20

3.3 Pencapaian Sasaran startegis 3 : Meningkaatnya Usaha dan Investasi di Bidang

Perikanan Budidaya ........................................................................................ 38

3.3.1. Jumlah Rumah Tangga Pembudidayaan Ikan ......................................... 38

3.4 Pencapaian Sasaran Strategis 4 : Tersedianya Kebijakan Periikanan Budidaya

Sesauai Kebutuhan ......................................................................................... 39

3.4.1 Jumlah RSNI3 Bidang Produksi Perikanan Budidaya Yang Disusun ......... 39

3.4.2 Jumlah Kebijakan Publik Perikanan Budidaya Yang Disusun ................... 40

3.4.3 Jumlah Draft Peraturan Perundang-undangan Perikanan Budidaya ....... 40

3.5 Pencapaian Sasaran Strategis 5 : Tersedianya Modernisasi Sistem Produksi

Perikanan Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Produk KP Yang Optimal dan

Bermutu ……………………………………………………………………………………………………..40

3.5.1 Jumlah Unit Pembudidayaan Ikan Yang Disertifikasi .............................. 42

3.5.2 Jumlah Kelompok Yang Menerapkan Teknologi Anjuran ........................ 43

3.6 Pencapaian Sasaran Strategis 6 : Tersedianya Pengendalian Usaha Perkanan

Budidaya………………………………………………………………………………………………………45

3.7 Pencapaian Sasaran Strategis 7 : Tersediannya SDM Direktorat Produksi Yang

Kompeten dan Profesional .............................................................................. 48

3.8 Pencapaian Saasaran Strategis 8 :Tersediannya Informasi Yang Valid, Handal

dan Dapat Dipertanggunjawabkan di Bidang Perikanan Budidaya ................... 51

3.9 Pencapaian Saasaran Strategis 9 :Terwujudnya Good Governance and Clean

Government di Ditjen Perikanan Budidaya ...................................................... 53

3.9.1 Jumlah Rekomendasi APIEP Yang Ditindaklanjuti Dibanding Total

Rekomendasi di Ditjen Perikanan Budidaya .................................................... 53

iv

1.

iv

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

3.9.2 Nilai AKIP Ditjen Perikanan Budidaya ..................................................... 53

3.9.3 Nilai Integritas Ditjen Perikanan Budidaya ............................................. 54

3.9.4 Nilai Inisiatif Anti Korupsi ....................................................................... 54

3.9.5 Nilai Penerapan Reformasi Birokrasi Ditjen Perikanan Budidaya ............ 56

3.10 Pencapaian Saasaran Strategis 10 :Terkelolannya Anggaran Secara Optimal di

Direktorat Produksi ......................................................................................... 56

IV PENUTUP

v

1.

v

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

DAFTAR TABEL

Hal.

1. Sasaran Produksi Perikanan Budidaya Menurut Komoditas Utama, 2010-2014 .......... 11

2. Hasil Review Sasaran Produksi Perikanan Budidaya Menurut Komoditas Utama, Tahun

2010 – Tahun 2014 .................................................................................................. 14

3. Indikator Kinerja Utama Direktorat Produksi Tahun 2013 (Revisi) .............................. 14

4. Capaian Indiikator Kinerja Utama Direktorat Produksi Tahun 20013 .......................... 16

5. Capaian Sasaran Strategis 1........................................................................................ 17

6. PDB Perikanan (Atas Dasar Harga Berlaku) Tahun 2009 - 2012 ................................... 19

7. Capaian Sasaran Strategis 2........................................................................................ 20

8. Produksi Perikanan Budidaya Menurut Jenis Usaha Budidaya .................................... 21

9. Nilai Produksi Perikanan Budidaya Menurut Jenis Usaha Budidaya ............................ 21

10. Capaian Volume Produksi Perikanan Budidaya Menurut Komoditas, 2010-2013 ........ 22

11. Capaian Nilai Produksi Perikanan Budidaya Menurut Komoditas, 2010-2013 ............. 22

12. Perkembangan Target dan Realisasi Produksi Budidaya Ikan Hias, 2009-2013 ............ 23

13. Jumlah Rumah Tanggga Pembudidayaan Ikan Berdasarkan Jenis Usaha ..................... 38

14. Capaian Sasaran Strategis 4........................................................................................ 39

15. Capaian RSNI3 Bidang Produksi Perikanan Budidaya, Tahun 2010-2013 ..................... 40

16. Jumlah Kebijakan Publik Perikanan Budidaya Yang Diselesaikan ................................ 41

17. Capaian Sasaran Strategis 5........................................................................................ 42

18. Jumlah Unit Usaha Pembudidayaan Ikan Yang Disertifikasi, 2010-2013 ...................... 42

19. Jumlah Penilian Sertifikasi Berdasarkan Jenis Usaha, 2010-2013 ................................ 43

20. Realisasi Sertifikasi CBIB Menurut Provinsi, 2010-2013 .............................................. 43

21. Capaian Sasaran Strategis 6........................................................................................ 45

22. Tingkat Kepuasan Publik Pada Pelayanan Pendaftaran Pakan Ikan ............................. 46

23. Hasil Penilian Indeks Kepuasan Masyarakat Pada Pelayanan Publik Pada Direktorat

Produksi ……………………………………………………………………………………………………………………47

24. Tingkat Ketaatan Pemangku Kepentingan Dalam Penyampaian Data Perikanan

vi

1.

vi

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

Budidaya ………………………………………………………………………………………………………………….48

25. Capaian Tersediianya SDM Direktorat Produksi Perikanan Budidaya Yang Kompeten

dan Profesional ......................................................................................... 49

26. Indeks Kesenjangan Kompetensi Pejabat Eselon III, IV dan V di Direktorat Produksi

Perikanan Budidaya ........................................................................................... 49

27. Capaian Sasaran Strategis 8 ............................................................................... 51

28. Service Level Agreement di Ditjen Perikanan Budidaya ..................................... 52

29. Nilai AKIP Ditjen Perikanan Budidaya ................................................................. 53

30. Nilai Integritas Ditje Perikanan Budidaya ........................................................... 55

31. Nilai Inisiatif Anti Korupsi Ditjen Perikanan Budidaya ........................................ 55

32. Nilai Reformasi Birokrasi Ditjen Perikanan Budidaya ......................................... 56

34. Target dan Realisasi Keuangan Satker Direktorat Produksi ................................ 57

vii

1.

vii

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

DAFTAR GAMBAR

Hal.

1. Struktur Organisasi Direktorat Produksi Tahun 2013 .................................................... 6

2. Komposisi Pegawai Direktorat Produksi Berdasarkan Jabatan ...................................... 7

3. Komposisi Pegawai Direktorat Produksi Berdasarkan Jabatan Fungsional Tertensi ....... 7

4. Komposisi Pegawai Direktorat Produksi Berdasarkan Pendidikan ................................. 9

5. Target dan Realisasi Volume dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya, 2010-2013 ....... 23

6. Target dan Realisasi Volume dan Nilai Produksi Udang, 2010-2013 ............................ 25

7. Trend Target dan Realisasi Volume dan Nilai Produksi Kerapu, 2010-2013 ................. 26

8. Trend Target dan Realisasi Volume dan Nilai Produksi Kakap, 2010-2013 .................. 27

9. Trend Target dan Realisasi Volume dan Nilai Produksi Bandeng, 2010-2013 .............. 28

10. Trend Target dan Realisasi Volume dan Nilai Produksi Patin, 2010-2013 .................... 29

11 Trend Target dan Realisasi Volume dan Nilai Produksi Nilai, 2010-2013 ..................... 31

12. Trend Target dan Realisasi Volume dan Nilai Produksi Ikan Mas, 2010-2013 .............. 32

13 Trend Target dan Realisasi Volume dan Nilai Produksi Lele, 2010-2013...................... 33

14 Trend Target dan Realisasi Volume dan Nilai Produksi Gurame, 2010-2013 ............... 34

15 Trend Target dan Realisasi Volume dan Nilai Produksi Rumput Laut, 2010-2013 ........ 35

15 Target dan Capaian Produksi Budidaya Ikan Hias, 2009-2013 ..................................... 37

16 Capaian Pokdakan Yang Menerapkan Teknologi Anjuran Perikanan Budidaya ........... 45

1

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

IKHTISAR EKSEKUTIF

Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Produksi merupakan perwujudan bentuk implementasi pertanggungjawaban pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan di bidang produksi perikanan budidaya sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis (Renstra) maupun Rencana Kerja (RKT) Tahunan. Sebuah hal yang harus terus dilakukan secara konsisten dalam kerangka reformasi birokasi pada instansi pemerintah sebagai sarana perbaikan dalam memberikan pelayanan yang prima bagi masyarakat dan stakeholders terkait.

Sebagai upaya mewujudkan visi dan misi Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, mulai Tahun 2013 telah diterapkan sebuah sistem manajemen kerja melalui pendekatan Balanced Scorecard. Dalam hal ini Direktorat Produksi menetapkan indikator-indikator kinerja baru yang merupakan penyempurnaan dari program dan kegiatan sebelumnya. Indikator-indikator tersebut merupakan penjabaran dari 10 sasaran strategis yang telah ditetapkan yang terbagi dalam empat perspektif sebagaimana telah ditetapkan dalam peta strategis Ditjen Perikanan Budidaya Tahun 2013, yaitu (i) Stakeholder Perspective; (ii) Customer Perspective; (iii) Internal Process Perspective dan (iv) Learn and Growth Perspective.

Pelaksanaan kegiatan program pengembangan sistem produksi perikanan budidaya selama kurun waktu Tahun 2013 telah menunjukan kinerja yang positif, sehingga secara langsung mampu mendorong terhadap pencapian target renstra pada tahun berjalan. Indikator Kinerja Utama yang ditetapkan pada Direktorat Produksi sebanyak 23, dari jumlah tersebut, sebanyak 28 indikator telah memenuhi target bahkan beberapa indikator jauh diatas target. Namun masih terdapat beberapa IKU (5 IKU) yang masih belum mencapai target yang ditentukan sehingga memerlukan perhatian serta kerja keras untuk mencapai target Tahun 2014 yaitu (i) Tingkat Kepuasan publik terhadap prosedur layanan perijinan (79,88%); (ii) produksi ikan hias (94%); (iii) Tingkat ketaatan pemangku kepentingan dalam penyampaian data perikanan (95%); (iii) Nilai inisiatif anti korupsi Ditjen Perikanan Budidaya (95,47%); (iv) Nilai penerapan reformasi birokrasi Ditjen Perikanan Budidaya (92%); dan (v) Prosentase penyerapan anggaran Ditjen Perikanan Budidaya (96,94%).

Adapun pencapaian terhadap sasaran strategis Direktorat Produksi dapat disampaikan sebagai berikut :

Pertama, pencapaian terhadap Stakeholder Perspective adalah Sasaran Strategis : meningkatnya kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan dengan nilai capaian sebesar 96,91% yang diidentifikasikan pada IKU (i) Nilai Tukar Pembudidaya Ikan dengan capaian 100,67%; dan (ii) Pertumbuhan PDB Perikanan dengan capaian 92,86% (data triwulan III Tahun 2013). Pencapaian kinerja tersebut didukung oleh kegiatan kegiatan peningkatan produksi perikanan budidaya melalui 3 strategi pembangunan perikanan budidaya yaitu industrialisasi perikanan budidaya; pengembangan kawasan minapolitan perikanan budidaya; serta penerapan Blue Economy dalam setiap kegiatan perikanan budidaya. Kendala yang dihadapi dalam pencapaian sasaran strategis ini adalah masih kurangnya efisiensi biaya produksi perikanan budidaya. Hal ini akan terus ditingkatkan

2

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

melalui kegiatan lanjutan industrialisasi perikanan budidaya, pengembangan kawasan minapolitan dan penerapan blue ekonomi sehingga akan meningkatkan efisiensi dan nilai tambah produk perikanan budidaya dengan harapan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

Kedua, pencapaian terhadap Customer Perspective terdiri dari dua Sasaran Strategis yaitu Sasaran Strategis : meningkatnya ketersediaan produk kelautan dan perikanan yang bernilai tambah, dengan capaian IKU masing-masing : (i) Jumlah produksi perikanan budidaya dengan capaian 118%, (ii) Nilai produksi perikanan budidaya 154%, dan (iii) Capaian sementara jumlah produksi ikan hias sebesar 94%; dan Sasaran Strategis : meningkatnya usaha dan investasi di bidang perikanan budidaya dengan capaian IKU : (i) Jumlah rumah tangga pembudidayaan ikan sebesar 101%. Tingginya capaian sasaran strategis meningkatnya ketersediaan produk kelautan dan perikanan yang bernilai tambah sebagai dampak dari peningkatan produksi yang didukung oleh kegiatan pengembangan sistem perbenihan, pengembangan sistem produksi, pengembangan sistem kesehatan ikan dan lingkungan, pengembangan sistem prasarana, pengembangan sistem usaha serta penerapan teknologi adaptif perikanan budidaya.

Ketiga, pencapaian Internal Process Perspective yang merupakan upaya internal untuk pencapaian Customer dan Stakeholder Perspective dengan 3 sasaran strategi dan capaian masing-masing sebagai berikut:

- Sasaran Strategis : Tersedianya kebijakan Perikanan Budidaya sesuai kebutuhan dengan capaian masing-masing IKU (i) Jumlah RSNI 3 yang disusun sebanyak 100%; (ii) Jumlah kebijakan publik perikanan budidaya yang diselesaikan sebanyak 100%; dan (iii) Jumlah draft peraturan perundang-undangan di bidang produksi perikanan budidaya sebesar 100%. Capaian ini didukung oleh kegiatan pembahasan draft kebijakan; review terhadap kebijakan yang telah dihasilkan untuk penyempurnaan kebijakan; workshop penyusunan kebijakan yang diperlukan serta melakukan kajian setiap draft kebijakan atau peraturan perundang-undangan yang akan dihasilkan.

- Sasaran Strategis : Tersedianya modernisasi sisem produksi Kelautan Perikanan, pengolahan dan pemasaran produk Kelautan Perikanan yang optimal dan bermutu dengan capaian masing-masing IKU ini adalah (i) Jumlah unit pembudidayaan ikan yang disertifikasi dengan capaian 101%; dan (ii) Jumlah kelompok pembudidaya ikan yang menerapkan teknologi anjuran sebesar 127%. Upaya yang dilakukan dalam pencapaian kegiatan ini diantaranya adalah peningkatan sosialiasi penerapan CBIB dan teknologi anjuran; pembinaan dan sertifikasi CBIB, Harmonisasi standar; peningkatan sinergi peranan Pusat dan Daerah dalam pengembangan sistem produksi, dan pembinaan dalam rangka penguatan kelembagaan Pokdakan.

- Sasaran strategis : Terselenggaranya pengendalian usaha perikanan budidaya dengan capaian masing-masing IKU (i) Tingkat kepuasan publik terhadap prosedur layanan pendaftaran pakan ikan sebesar 79,88%; dan (ii) Tingkat ketaatan pemangku kepentingan dalam penyampaian data perikanan budidaya dengan capaian 95%. Dalam upaya meningkatkan pelayanan prima kepada stekholders, maka akan diupayakan melalui : (i) Peningkatan mutu layanan publik yang meliputi waktu pelaksanaan, perbaikan prosedur, peningkatan jumlah dan kualitas petugas, sosialisasi aturan serta prosedur layanan; dan (ii) Peningkatan kesadaran akan pentingnya

3

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

peranan data dalam pembuatan kebijakan melalui sinkronisasi/validasi data serta peningkatan pengetahuan pengolah data.

Keempat, untuk Learn and Growth Perspective, sasaran strategis yang telah ditetapkan sebanyak 4 sasaran strategis, dengan ringkasan pencapaian sebagaimana berikut :

Sarasan strategis : Tersedianya SDM Ditjen Perikanan Budidaya yang kompeten dan profesional dengan capaian masing-masing IKU : (i) Indeks Kesenjangan Kompetensi pejabat eselon III, dan IV lingkup Direktorat Produksi sebesar 16,46%; dan (ii) Indeks kesenjangan kompetensi pejabat fungsional dengan capaian 0%. Kedua IKU diatas bersifat minimize yang berarti bahwa semakain kecil angka (<100%) maka kinerja akan semakin baik. Capaian sasaran strategis ini didukung oleh kegiatan : (a) Assesment bagi pejabat Eselon I, II, III dan IV oleh Biro Kepegawaian Kementerian Kelautan dan Perikanan; dan (b) Transformasi Budaya Kerja Ditjen. Perikanan Budidaya untuk pejabat Eselon I, II dan III guna meningkatkan kemampuan manajerial, khususnya dalam melakukan perencanaan; dan (c) Pelaksanaan pengusulan diklat fungsional.

Sasaran strategis : Tersedianya informasi yang valid, handal dan mudah dengan capaian masing-masing IKU yaitu (i) Service Level Agreement di Ditjen Perikanan Budidaya sebesar 114% ; dan (ii) Persepsi user terhadap kemudahan akses informasi dan data terkini di Ditjen Perikanan Budidaya, dengan capaian masing-masing sebesar 100%. Tingginya pencapaian ini didukung oleh kegiatan penyempurnaan website serta pengintegrasian dan pembaharuan data informasi yang dilakukan secara terus menerus.

Sasaran strategis : Terwujudnya Good Governance dan Clean Government di Direktorat Produksi dengan capaian masing-masing IKU : (i) Jumlah rekomendasi Aparat Pengawas Internal dan Eksternal Pemerintah (APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi di Direktorat Produksi dengan capaian 100%; (ii) Nilai AKIP Ditjen Peikanan Budidaya dengan capaian 100%; (iii) Nilai integritas Ditjen Peikanan Budidaya dengan capaian 105%; (iv) Nilai Inisiatif anti korupsi Ditjen Peikanan Budidaya dengan capaian 95% dan (v) Nilai Penerapan Reformasi Birokrasi Ditjen Peikanan Budidaya dengan capaian 92%. Beberapa indikator belum tercapai targetnya dikarenakan masih kurangnya penerapan reformasi birokrasi terutama dalam kualitas pelayanan publik yang masih perlu perbaikan; serta sosialisasi budaya anti korupsi yang masih kurang. Upaya peningkatan yang dilakukan adalah peningkatan manajemen kinerja berbasis BSC, penerapan PMPRB dan monitoring secara online, peningkatan pelayanan publik melalui satu pintu dengan SDM yang memadai, serta peningkatan sosialisasi budaya anti korupsi di lingkungan Ditjen Perikanan Budidaya.

Sasaran strategis : Terkelolanya anggaran secara optimal di Ditjen Perikanan Budidaya dengan capaian IKU : Persentase penyerapan Anggaran Ditjen Perikanan Budidaya sebesar 96,83%. Salah satu kendala dalam penyerapan anggaran adalah adanya revisi baik kegiatan maupun kepentingan penghematan anggaran. Peningkatan penyerapan anggaran pada tahun - tahun mendatang terus dilakukan melalui review penyerapan anggaran secara berkala dan menyeluruh, perbaikan rencana penyerapan anggaran serta percepatan, percepatan pelaksanaan lelang dan revisi kegiatan

Terkait beberapa capaian IKU yang masih di bawah target, maka kedepan akan terus diupayakan perbaikan melalui koordinasi dan kerjasama secara sinergi untuk

4

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

menyempurnakan kebijakan yang lebih terukur dan terarah dalam rangka optimalisasi pencapaian sasaran strategi

5

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Program peningkatan produksi perikanan budidaya, yang merupakan penjabaran dari Visi dan Misi pembangunan perikanan budidaya, dengan sasaran (Outcomes) yang ingin dicapai adalah meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu hasil perikanan budidaya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi ikan dalam negeri dan ekspor, serta menyerap tenaga kerja. Perikanan budidaya yang berdaya saing diwujudkan melalui pengembangan suatu sistem pembudidayaan terpadu (Farming System) dan berkelanjutan, di mana masing-masing sub sistem di dalamnya harus secara konsisten menerapkan sistem manajemen mutu terpadu, sehingga mampu menghasilkan produk perikanan budidaya yang berkualitas dan efisien sehingga memiliki daya saing, baik di pasar domestik maupun internasional. Efisiensi dan daya saing produk perikanan budidaya yang mampu dicapai dalam sistem usaha perikanan budidaya tersebut pada gilirannya akan mampu meningkatkan pendapatan, kesejahteraan masyarakat pembudidaya ikan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dalam kaitan ini, maka penciptaan dan peningkatan penguasaan inovasi teknologi budidaya anjuran yang inovatif, aplikatif, efektif dan efesien serta mampu diadopsi oleh masyarakat secara luas perlu dikembangkan secara optimal. Pencapaian produksi perikanan budidaya tidak hanya diarahkan pada upaya peningkatan dari sisi volume produksi, namun demikian perlu diimbangi oleh peningkatan kapasitas usaha dan nilai tambah yang mampu dirasakan oleh masyarakat pembudidaya. Dalam upaya mewujudkan perikanan budidaya yang berkelanjutan, maka aktivitas usaha budidaya harus mempertimbangkan nilai-nilai lestari (Sustainable Values) yaitu dengan mempertimbangkan daya dukung lahan serta memperhatikan kelestarian sumberdaya dan lingkungan hidup, sehingga usaha perikanan budidaya yang dikembangkan dapat dilaksanakan secara berkesinambungan, sejalan dengan Tata laksana Perikanan yang bertanggung jawab (Code of Conduct for Responsible Fisheries). Dalam kaitan ini, peran aparat pembina di lapangan, petugas penyuluh dan petugas pengawas perikanan budidaya akan lebih dioptimalkan untuk dapat membina, memantau dan mengendalikan cara-cara pelaksanaan kegiatan perikanan budidaya agar secara konsisten menerapkan standar pembudidayaan ikan yang berwawasan lingkungan dan memperhatikan kelestarian ekosistem penyangga kawasan budidaya Direktorat Produksi sebagai unsur teknis pada Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya terus mendorong upaya-upaya yang bersifat strategis dalam rangka meningkatkan pencapaian produksi perikanan budidaya yang berdaya saing dan bernilai tambah melalui pengembangan sistem produksi perikanan budidaya. Disisi lain, penguatan kapasitas sumberdaya manusia pada lingkup Direktorat Produksi diupayakan dalam rangka mendukung efektifitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagai bagian dalam meningkatkan pelayanan publik yang prima pada stakeholders terkait. Mengacu pada Instruksi Presiden (INPRES) No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja

6

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

Instansi Pemerintah, setiap Kementerian berkewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Dokumen LAKIP merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan yang dilaksanakan berdasarkan Renstra maupun Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang dibuat sebelumnya. LAKIP juga merupakan sarana untuk menilai dan mengevaluasi pencapaian kinerja berdasarkan indikator sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya sehingga prinsip pemerintahan yang bersih dan bertanggung jawab (Good Governance) dapat diwujudkan.

Penyusunan LAKIP Direktorat Produksi Tahun 2013 dilakukan sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban Direktorat Produksi dalam pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan yang dilaksanakan berdasarkan Renstra maupun rencana kerja (RKT) dalam rangka menilai efektivitas pelaksanaan program dan kegiatan serta mengukur sejauh mana pencapaian sasaran berdasarkan indikator yang ada. LAKIP juga menginformasikan Input, Output, Outcome, dan Benefit dari setiap pelaksanaan program dan kegiatan dalam kurun waktu Tahun 2013. Mulai Tahun 2013 ini, LAKIP disusun berdasarkan Balance Score Card (BSC) sebagai alat manajemen yang memuat pengukuran atas Indikator Kinerja Utama (IKU) terhadap sasaran strategis yang ditetapkan pada peta strategis Direktorat Produksi.

1.2. Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan Penyusunan LAKIP Direktorat Produksi Tahun 2013 yaitu : i) Merupakan laporan akuntabilitas kinerja sebagai sarana pertanggungjawaban kinerja pada Direktorat Produksi kepada seluruh stakeholders; ii) Sebagai sarana evaluasi atas pencapaian kinerja Direktorat Produksi dalam upaya memperbaiki kinerja selanjutnya; dan (iii) Sebagai bahan penyempurnaan dokumen perencanaan, pelaksanaan program dan kegiatan di masa yang akan datang.

1.3. Tugas dan Fungsi

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No : PER.15/MEN/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan, Direktorat Produksi mempunyai tugas secara rinci yaitu : ”Melaksanakan Penyiapan Perumusan dan Pelaksanaan Kebijakan, Penyusunan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria, serta Pemberian Bimbingan Teknis, serta evaluasi di bidang produksi perikanan budidaya”.

Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Produksi menyelenggarakan 6 fungsi utama, yaitu : 1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang produksi perikanan budidaya. 2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang produksi perikanan budidaya. 3. Penyiapan perumusan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang produksi

perikanan budidaya. 4. Pelaksanaan bimbingan teknis di bidang produksi perikanan budidaya; 5. Pelaksanaan evaluasi dibidang produksi perikanan budidaya, dan 6. Pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga Direktorat. Untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut di atas, Direktorat Produksi

7

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

mempunyai 5 Unit Kerja Eselon III dan Sub Bagian Tata Usaha Eselon IV yang terinci sebagai berikut : 1. Sub Direktorat Budidaya Air Tawar; 2. Sub Direktorat Budidaya Air Payau dan Laut; 3. Sub Direktorat Budidaya Ikan Hias; 4. Sub Direktorat Sertifikasi; 5. Sub Direktorat Data dan Statistik; dan 6. Sub Bagian Tata Usaha.

SUBDIREKTORAT

DATA DAN STATISTIK

SUBBAGIANTATA USAHA

SEKSI STANDARISASI

SEKSI TEKNOLOGI

BUDIDAYA AIR TAW AR

SEKSI STANDARDISASI

SEKSI TEKNOLOGI

BUDIDAYAAIR PAYAU & LAUT

SUBDIREKTORATBUDIDAYA

AIR TAWAR

SUBDIREKTORAT

BUDIDAYA AIR PAYAUDAN LAUT

SUBDIREKTORAT

SERTIFIKASI

SUBDIREKTORAT

BUDIDAYABUDIDAYAIKAN HIAS

SEKSI STANDARDISASI

SEKSI TEKNOLOGI

BUDIDAYAIKAN HIAS

SEKSI PENERAPAN SERTIFIKASI

SEKSI PENGUMPULAN

DATA

SEKSI MONITORING DAN

EVALUASI SERTIFIKASI

SEKSI ANALISIS DAN

PENYAJIAN DATA STATISTIK

DIREKTORAT PRODUKSI

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL(STATISTISI PERTAMA DAN MUDA)

1.4. Keragaan SDM Direktorat Produksi Dalam mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pada Direktorat Produksi, sampai dengan Desember Tahun 2013 Direktorat Produksi didukung oleh sebanyak 60 orang pegawai yaitu masing-masing sebanyak 54 orang berstatus PNS dan sebanyak 6 orang berstatus tenaga kontrak. Adapun rincian pegawai lingkup Direktorat Produksi sebagai berikut :

1. Jumlah Pegawai berdasarkan Jabatan masing-masing : Jabatan Eselon II sebanyak 1 orang, Jabatan Eselon III sebanyak 5 orang, Jabatan Eselon IV sebanyak 11 orang, Pejabat Fungsional tertentu sebanyak 3 orang, dan Fungsional umum sebanyak 34 orang.

Gambar 1. Struktur Organisasi Direktorat Produksi Tahun 2013

8

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

2. Jumlah Pegawai berdasarkan Jabatan Fungsional Tertentu terdiri dari Statistisi pertama sebanyak 2 orang dan statistisi muda sebanyak 1 orang. Pengembangan Jabatan Fungsional Tertentu/khusus pada Direktorat Produksi dilakukan untuk mempercepat program reformasi birokrasi, dengan memotong rentang kendali dan memperbanyak fungsi kelembagaan, guna mendukung tugas dan fungsi Direktorat Produksi.

3. Jumlah pegawai menurut pendidikan masing-masing S2 sebanyak 7 orang atau (13%), S1 sebanyak 29 orang atau (54%), D3 sebanyak 3 orang atau (5%), SLTA sebanyak 14 orang atau (26%), dan SLTP sebanyak 1 orang atau (2%).

Gambar 2. Komposisi Pegawai Direktorat Produksi Menurut Jabatan Tahun 2013

Gambar 3. Komposisi Pegawai Direktorat Produksi Menurut Jabatan Fungsional Tertentu Tahun 2013

9

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

1.5. Sistematika LAKIP

LAKIP Direktorat Produksi secara umum memuat target dan capaian kinerja Direktorat Produksi Tahun 2013. LAKIP ini menginformasikan perbandingan antara target dan capaian kinerja (Performance Results) Tahun 2012 dengan target dan capaian kinerja (Performance Results) Tahun 2013. Dari analisa tersebut akan teridentifikasi sejumlah celah kinerja (Performance Gap) sehingga dapat diperoleh masukan bagi perbaikan kinerja di masa yang akan datang. Adapun sistematika penyajian laporan adalah sebagai berikut :

Ikhtisar Eksekutif, pada bagian ini disajikan tujuan, sasaran, capaian kinerja, permasalahan yang dihadapi dalam pencapain kinerja dan upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut, serta antisipasi untuk menanggulangi permasalahan yang mungkin terjadi pada tahun mendatang.

Bab I pendahuluan, pada bab ini disajikan hal-hal umum tentang Direktorat Produksi serta uraian singkat tentang tugas pokok dan fungsi Direktorat Produksi.

Bab II Perencanaan dan Penetapan Kinerja, pada bab ini disajikan rencana strategis, gambaran singkat mengenai sasaran dan kebijakan dan program Direktorat Produksi pada Tahun 2009 - 2014, rencana kerja dan anggaran Tahun 2013, penetapan kinerja Direktorat Produksi serta pengukuran/pengelolaan kinerja Direktorat Produksi

Bab III Akuntabilitas Kinerja dan Keuangan, pada bab ini disajikan prestasi Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Produksi serta evaluasi dan analisis kinerja. Dalam bab ini juga disampaikan akuntabilitas keuangan yang mencakup alokasi dan realisasi anggaran termasuk pula penjelasan tentang efisiensi.

Bab IV Penutup, pada bab ini disajikan tinjauan secara umum tentang keberhasilan, kegagalan serta permasalahan dan kendala utama. Dalam bab ini juga disampaikan saran pemecahan masalah yang akan dilaksanakan pada tahun berikutnya berupa perbaikan perencanaan, kebijakan, dan perbaikan pelaksanaan program/kegiatan.

Lampiran

Gambar 4. Komposisi Pegawai Direktorat Produksi Menurut Pendidikan Tahun 2013

10

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

BAB II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

Dalam upaya mewujudkan pengembangan perikanan budidaya yang berdaya saing dan berkelanjutan, maka kebijakan peningkatan produksi perikanan budidaya diarahkan dalam kerangka menjamin peningkatan kapasitas usaha, efesiensi dan nilai tambah berbasis pada nilai-nilai lestari (berwawasan lingkungan), dimana pada akhirnya akan mampu mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan perikanan budidaya yang lebih terarah, terukur, konsisten dan akuntabel diperlukan visi dan misi yang dapat menggambarkan harapan dan kenyataan yang akan diperoleh melalui kebijakan dan program serta kegiatannya, maka Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya menetapkan Visi, Misi dan Tujuan pengembangan perikanan budidaya sebagai berikut : 2.1. Rencana Strategis Direktorat Produksi Tahun 2010 – Tahun 2014

2.1.1. Visi

Dalam upaya mengintegrasikan dengan pembangunan kelautan dan perikanan serta berlandaskan pemahaman dan penelaahan terhadap peluang dan potensi, serta permasalahan pengembangan perikanan budidaya di masa yang akan datang, maka Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya melakukan penyesuaian visi yaitu “Pembangunan Perikanan budidaya yang Berdaya Saing dan Berkelanjutan untuk Kesejahteraan Masyarakat”. Melalui visi tersebut, diharapkan dapat terwujud pengelolaan sumberdaya perikanan budidaya yang dapat memberikan nilai tambah pada produk perikanan budidaya sehingga memiliki daya saing tinggi dengan tetap melakukan pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan pada masyarakat.

2.1.2. Misi

Dalam rangka mewujudkan visi di atas, maka ditetapkan misi pembangunan perikanan budidaya yaitu “Mengoptimalkan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Budidaya secara Efisien dan Berwawasan Lingkungan”

2.1.3. Tujuan

Ditjen Perikanan Budidaya sesuai dengan visi dan misinya menetapkan tujuan pokok dalam pembangunan perikanan budidaya yaitu “Meningkatnya Produksi dan Mutu Hasil Perikanan Budidaya melalui Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Budidaya secara Berkelanjutan”

11

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

2.1.4. Sasaran Strategis

Direktorat Produksi sebagai unsur teknis turut bertanggungjawab dalam mendorong

terwujudnya sasaran strategis Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya yaitu Meningkatnya

Produksi Perikanan Budidaya pada Tahun 2014. Pencapaian sasaran tersebut dilakukan

melalui kebijakan strategis yaitu Pengembangan Sistem Produksi Perikanan Budidaya.

Pengembangan sistem produksi perikanan budidaya diarahkan melalui : (i) Pengembangan

dan penyebaran informasi teknologi budidaya anjuran yang inovatif, aplikatif, efektif dan

efesien serta mampu diadopsi oleh masyarakat; (ii) Pengembangan kawasan budidaya pada

sentral produksi dan potensial berbasis pada komoditas unggulan dan utama; (iii) Penerapan

sertifikasi Cara Budidaya Ikan Yang Baik (CBIB) pada unit-unit usaha pembudidaya ikan guna

meningkatkan daya saing, jaminan mutu dan keamanan pangan (Food Safety); dan (iv)

Pengembangan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) bidang Produksi Perikanan

Budidaya.

Sedangkan dalam mendukung pencapaian sasaran strategis Direktorat Jenderal Perikanan

Budidaya di atas, Direktorat Produksi telah menetapkan arah kebijakan strategis mulai

Tahun 2010 s/d Tahun 2014 yaitu terpenuhinya kebutuhan pakan yang teregistrasi dalam

rangka penerapan teknologi, unit usaha budidaya yang tersertifikasi dan tersedianya data

statistik perikanan budidaya yang akurat dan mutakhir.

2.2. Rencana Kinerja dan Anggaran

2.2.1. Indikator Kinerja Utama

Pembangunan Perikanan Budidaya pada Tahun 2013 difokuskan kepada program yang

diarahkan kepada pencapaian indikator kinerja utama yaitu meningkatnya produksi

perikanan budidaya dengan volume produksi perikanan budidaya sebanyak 13.020.800 ton

dengan rincian sebagai berikut :

1. Produksi Perikanan Budidaya Air Tawar sebanyak 3.408.505 ton;

2. Produksi Perikanan Budidaya Air Payau sebanyak 1.831.620 ton; dan

3. Produksi Perikanan Budidaya Laut sebanyak 7.780.675 ton

Adapun rincian sasaran produksi masing-masing komoditas sebagaimana tabel berikut :

12

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

2014

Target (Ton) Target (Ton) Target (Ton) Target (Ton) Target (Ton) Target (Ton)

Total 4,780,100 5,324,000 6,847,500 9,415,700 13,020,800 16,891,000

1 Udang 348,100 348,100 460,000 529,000 608,000 699,000

- Windu 123,100 125,300 115,720 128,700 158,000 188,000

- Vaname 225,000 275,000 344,280 400,300 450,000 511,000

2 Rumput Laut 2,574,000 2,672,800 3,504,200 5,100,000 7,500,000 10,000,000

3 Nila 378,300 491,800 639,300 850,000 1,105,000 1,242,900

4 Patin 132,600 225,000 383,000 651,000 1,107,000 1,883,000

5 Lele 200,000 270,600 366,000 495,000 670,000 900,000

6 Mas 254,400 267,100 280,400 300,000 325,000 350,000

7 Gurame 38,500 40,300 42,300 44,400 46,600 48,900

8 Kakap 4,600 5,000 5,500 6,500 7,500 8,500

9 Kerapu 5,300 7,000 9,000 11,000 15,000 20,000

10 Bandeng 291,300 349,600 419,000 503,400 604,000 700,000

11 Lainnya 553,000 646,700 738,800 925,400 1,032,700 1,038,700

 No Komoditas

2011 2012 2013 20102009

Tabel 1. Sasaran Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya Menurut Komoditas Utama,

Tahun 2009 - 2014

Seiring dengan pembahasan review Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan kondisi alam (anomali cuaca dimana Badan Meteorologi dan Geofisika) memperkirakan Tahun 2013 ini musim kemarau hanya 1 bulan), maka Ditjen Perikanan Budidaya juga melakukan review terhadap Indikator Kinerja Utama (IKU) produksi perikanan budidaya per komoditas pada Tahun 2013. Adapun hasil review IKU produksi tersebut sebagaimana tabel berikut:

Tabel 2. Hasil Review Sasaran Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya Menurut Komoditas Utama, Tahun 2010 - 2014

Dalam mendukung tercapaiannya indikator kinerja utama di atas, Direktorat Produksi telah

menetapkan target indikator keberhasilan yang telah didistribusikan melalui sub-sub

program peningkatan produksi perikanan budidaya melalui kegiatan Eselon III lingkup

Direktorat Produksi. Sasaran kegiatan sistem produksi pembudidayaan ikan dengan mutu

terjamin adalah terpenuhinya kebutuhan pakan yang teregistrasi dalam rangka penerapan

Satuan : Ton

2013* 2014

TARGET

(TON)

TARGET

(TON)

TARGET

(TON)

TARGET REVISI

(TON)

TARGET

Total 5.376.200 6.847.500 9.415.700 11.632.122 13.927.946

1 Udang 400.300 460.000 529.000 608.000 699.000

2 Rumput Laut 2.672.800 3.504.200 5.100.000 6.500.000 7.800.000

3 Nila 491.800 639.300 850.000 1.200.000 1.440.000

4 Patin 225.000 383.000 651.000 750.000 900.000

5 Lele 270.600 366.000 495.000 700.000 840.000

6 Mas 267.100 280.400 300.000 500.000 600.000

7 Gurame 40.300 42.300 44.400 125.000 150.000

8 Kakap 5.000 5.500 6.500 7.000 8.400

9 Kerapu 7.000 9.000 11.000 11.000 13.200

10 Bandeng 349.600 419.000 503.400 700.000 840.000

11 Lainnya 646.700 738.800 925.400 531.122 637.346

2011 20122010

 NO.  KOMODITAS

13

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

teknologi, unit usaha budidaya yang tersertifikasi dan tersedianya data statistik perikanan

budidaya yang akurat dan mutakhir, meliputi :

1. Jumlah unit pembudidayaan ikan tersertifikat dan memenuhi standar sebanyak

7.000 unit;

2. Jumlah luas lahan minapadi seluas 250.000 hektar;

3. Jumlah jenis pakan ikan terdaftar sebanyak 550 jenis;

4. Jumlah produksi ikan hias sebanyak 1.100.000 ribu ekor;

5. Jumlah kelompok yang menerapkan teknologi anjuran perikanan budidaya sebanyak

132 kelompok;

6. Jumlah terbitan statistik perikanan budidaya sebanyak 5 dokumen;

7. Jumlah RSNI 3 yang disusun sebanyak 16 dokumen

2.2.2. Anggaran Guna mendukung rencana kinerja tersebut, Ditjen Perikanan Budidaya mengalokasikan

anggarannya yang berjumlah Rp. 17.399.185.000,- yang didistribusikan berdasarkan

kegiatan untuk mendukung pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan, sebagai berikut :

a. Jumlah RSNI-3 yang disusun sebesar Rp. 879.804.000,-

b. Jumlah pembudidaya yang menerapkan teknologi anjuran Rp. 6.195.213.000,-

c. Jumlah unit pembudidayaan ikan tersertifikasi dan memenuhi standar Rp.

2.681.489.000,-

d. Jumlah pakan ikan terdaftar Rp. 2.156.743.000,-

e. Jumlah dokumen statistik perikanan budidaya yang diterbitkan Rp. 3.812.575.000,-

f. Layanan perkantoran Rp. 1.473.361.000,-

g. Perangkat pengolah data dan komunikasi Rp. 170.000.000,-

h. Peralatan dan fasilitas perkantoran Rp. 30.000.000,

2.3. Penetapan Kinerja/Perjanjian Kerja (PK) Tahun 2013 Sebagai penjabaran dari Rencana Kinerja Tahunan maka disusun Perjanjian Kinerja yang memuat mengenai perjanjian kinerja antara Eselon II dengan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya

14

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

Akan tetapi, seiring dengan penerapan manajemen kinerja berbasis Balanced Scorecard (BSC) di lingkup Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya pada Tahun 2013, maka Direktorat Produksi melakukan perubahan Indikator Kinerja Utama-nya yang telah disusun dalam Perjanjian Kinerja yang memuat perjanjian kinerja antara Eselon II dengan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya. Adapun Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Produksi setelah direvisi adalah sebagai berikut:

15

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

Tabel 3. Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Produksi Tahun 2013 (revisi).

1 Ni la i Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi ) 104

2 Pertumbuhan PDB Perikanan (persen) 7

3 Jumlah produks i perikanan budidaya (Juta

Ton)

11,63

4 Ni la i produks i perikanan budidaya (mi l iar

rupiah)

94.637

5 Jumlah Produks i Ikan Hias (juta ekor)1.100

7 Jumlah RSNI 3 yang disusun

16

8

Jumlah draft kebi jakan publ ik di bidang

produks i perikanan budidaya yang

diselesa ikan

25

9 Jumlah draft peraturan perundang-undangan

perikanan budidaya

1

10 Jumlah unit pembudidayaan ikan yang

diserti fikas i (unit)

7.000

11 Jumlah kelompok yang menerapkan teknologi

anjuran

132

12 Tingkat kepuasan publ ik terhadap prosedur

layanan pendaftaran pakan (ska la l ikert A - D)

A

13

Tingkat ketaatan pemangku kepentingan

dalam penyampaian data perikanan budidaya

(persen)

100

14

Indeks Kesenjangan Kompetens i pejabat

eselon II I , IV dan V l ingkup Direktorat Produks i

(persen)

60

15Indeks Kesenjangan Kompetens i pejabat

fungs ional (persen)

60

16 Service Level Agreement di Di tjen PB (persen) 70

17

Perseps i user terhadap kemudahan akses

informas i dan data terkini di Di tjen PB (ska la

l ikert 1-5)

4

18

Jumlah rekomendas i Aparat Pengawas Internal

dan Eksternal Pemerintah (APIEP) yang

di tindaklanjuti dibanding tota l rekomendas i

di Direktorat Produks i (persen)

100%

19 Ni la i AKIP Ditjen PBNi la i AKIP

A

20 Ni la i integri tas Ditjen PB 6,5

21 Ni la i Inis iati f anti korups i Di tjen PB7,5

22 Ni la i Penerapan Reformas i Bi rokras i Di tjen PB75 (setara

level 4)

> 95 %

12. Terwujudnya good governance & clean government

di Ditjen PB

13. Terkelolanya anngaran secara optimal di

Direktorat Produks i 23 Persentase penyerapan Anggaran Direktorat

Produks i (%)

8. Terselenggaranya pengendal ian usaha

perikanan budidaya

LEARN & GROWTH PERSPECTIVE

10. Tersedianya SDM Direktorat Produks i yang

kompeten dan profes ional

11. Tersedianya informas i yang va l id, handal dan

mudah diakses di bidang PB

5 Tersedianya modernisas i s i sem produks i KP,

pengolahan dan pemasaran produk KP yang

optimal dan bermutu

3 Meningkatnya usaha dan investas i di bidang

perikanan budidaya 6 Jumlah rumah tangga pembudidaya ikan (RTP)

(unit)

CUSTOMER PERSPECTIVE

2. Meningkatnya ketersediaan produk kelautan

dan perikanan yang berni la i tambah

INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE

4. Tersedianya bahan kebi jakan di bidang

produks i budidaya sesuai kebutuhan

1.751.000

URAIAN INDIKATOR KINERJA

TARGET

TAHUN

2013SASARAN STRATEGIS

STAKEHOLDER PERSPECTIVE

1.Meningkatnya kesejahteraan masyarakat

kelautan dan perikanan

16

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

2.4. Pengukuran /Pengelolaan Kinerja Dalam rangka mengukur capaian indikator kinerja Ditjen Perikanan Budidaya Tahun 2013, Ditjen Perikanan Budidaya menggunakan pengelolaan kinerja berbasis Balanced Scorecard (BSC). Pengukuran capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) ditetapkan berdasarkan ketentuan sebagai berikut :

1. Pengukuran kinerja dilakukan secara periodik (triwulanan); 2. Pengukuran kinerja dilakukan dari bawah ke atas (dari level individu sampai level I); 3. Pencapaian kinerja atasan merupakan akumulasi pencapaian kinerja bawahannya; 4. Data yang dimasukkan sebagai pencapaian kinerja merupakan data yang telah

diverifikasi oleh tim Strategic Management Office (Tim Pengelola Kinerja lingkup Ditjen Perikanan Budidaya) sebagai data mutakhir yang diambil dari sumber data yang tepat;

5. Status capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) yang ditunjukkan dengan warna merah/kuning/hijau, ditentukan oleh Indeks Capaian IKU.

17

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA DAN KEUANGAN

Dalam mendukung pencapaian Visi dan Misi Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, dalam hal ini Direktorat Produksi telah menetapan 10 (sepuluh) sasaran strategis yang diukur atas dasar penilaian indikator kinerja utama (IKU) yang merupakan kontrak kinerja Direktorat Produksi Tahun 2013, sebagaimana Tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Capaian Indikator Kinerja Direktorat Produksi Tahun 2013

1 Ni la i Tukar Pembudidaya Ikan

(NTPi )***104 105 101

2 Pertumbuhan PDB Perikanan

(persen)***7 6.5 93

3 Jumlah produks i perikanan

budidaya (Juta Ton)**

11.63 13.7 118

4 Ni la i produks i perikanan budidaya

(mi l iar rupiah)

94,637 145,292 154

5 Jumlah Produks i Ikan Hias (juta

ekor)1,100 1,036 94

7 Jumlah RSNI 3 yang disusun

16 16 100

8

Jumlah draft kebi jakan publ ik di

bidang produks i perikanan

budidaya yang diselesa ikan

25 12 48

9 Jumlah draft peraturan perundang-

undangan perikanan budidaya

1 1 100

10 Jumlah unit pembudidayaan ikan

yang diserti fikas i (unit)

7,000 7,100 101

11 Jumlah kelompok yang

menerapkan teknologi anjuran

132 167 127

12

Tingkat kepuasan publ ik terhadap

prosedur layanan pendaftaran

pakan (ska la l ikert A - D)****

A B

13

Tingkat ketaatan pemangku

kepentingan dalam penyampaian

data perikanan budidaya (persen)

100 95 95

14

Indeks Kesenjangan Kompetens i

pejabat eselon II I , IV dan V l ingkup

Direktorat Produks i (persen)

60 16.46 27

15Indeks Kesenjangan Kompetens i

pejabat fungs ional (persen)

60 48 80

16Service Level Agreement di Di tjen PB

(persen)

70 80 114

17

Perseps i user terhadap kemudahan

akses informas i dan data terkini di

Di tjen PB (ska la l ikert 1-5)

4 4 100

18

Jumlah rekomendas i Aparat

Pengawas Internal dan Eksternal

Pemerintah (APIEP) yang

di tindaklanjuti dibanding tota l

rekomendas i di Direktorat Produks i

(persen)

100% 100% 100

19 Ni la i AKIP Ditjen PBNi la i AKIP

A

Ni la i AKIP

A100

20 Ni la i integri tas Ditjen PB 6.5 7.12 110

21 Ni la i Inis iati f anti korups i Di tjen

PB

7.5 7.16 95

22 Ni la i Penerapan Reformas i

Bi rokras i Di tjen PB

75 (setara

level 4)

69.3 92

6 Jumlah rumah tangga

pembudidaya ikan (RTP) (unit)**

1,751,000 1,771,000

1.

Meningkatnya

kesejahteraan

masyarakat kelautan dan

perikanan

CUSTOMER PERSPECTIVE

2. Meningkatnya

ketersediaan produk

kelautan dan perikanan

yang berni la i tambah

6. Terselenggaranya

pengendal ian usaha

perikanan budidaya

5 Tersedianya modernisas i

s i sem produks i KP,

pengolahan dan

pemasaran produk KP

101

INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE

4. Tersedianya bahan

kebi jakan di bidang

produks i budidaya sesuai

kebutuhan

3 Meningkatnya usaha dan

investas i di bidang

perikanan budidaya

LEARN & GROWTH PERSPECTIVE

7. Tersedianya SDM

Direktorat Produks i yang

kompeten dan

profes ional

8. Tersedianya informas i

yang va l id, handal dan

mudah diakses di bidang

PB

9. Terwujudnya good

governance & clean

government di Ditjen PB

10010. Terkelolanya anngaran

secara optimal di

Direktorat Produks i23

Persentase penyerapan Anggaran

Direktorat Produks i (%)

> 95 % 96.83%

18

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

Ket : * = data sementara TW III

** = data sementara Tahun 2013 (validasi data akan dilakukan bulan April 2014)

*** = data sementara penghitungan dari Ditjen Perikanan Budidaya karena data dari Biro Kepegawaian belum ada

**** = data Tahun 2014 karena data penilaian RB 2013 baru akan keluar dari bulan Maret 2014

Sejalan dengan penerapan metode Balance Scored Card sebagai alat manajemen kinerja, maka sasaran strategis tersebut terbagi dalam empat (4) perspektif sebagaimana telah ditetapkan dalam peta strategis Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan Tahun 2013, yaitu : (i) Stakeholder Perspective; (ii) Customer Perespective; (iii) Internal Process Pperspective dan (iv) Learn and Growth Perspective. Penjelasan mengenai capaian IKU beserta evaluasi dan analisa kinerja adalah sebagai berikut :

3.1. PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS 1 : Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat

Kelautan dan Perikanan

Kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan menjadi fokus utama dalam pencapaian Visi dan Misi Ditjen Perikanan Budidaya, yang merupakan tolok ukur dari dampak keberhasilan program dan kegiatan Ditjen Perikanan Budidaya. Pencapaian sasaran strategis ini diukur melalui dua IKU dengan hasil sebagaimana Tabel 5 dibawah. Pencapaian sasaran strategis ini masih merupakan angka sementara (Triwulan III), dengan capaian rata-rata masih kurang dari 100%, angka ini diharapkan naik dengan perhitungan data akhir Tahun.

Tabel 5. Capaian Sasaran Strategis 1. Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat

Kelautan dan Perikanan

Uraian Indikator Kinerja Target Tahun

2013 Realisasi Tahun

2013 % Capaian

1 Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi)* 104 105 101,22

2 Pertumbuhan PDB Perikanan (persen) * 7 6,50 92,86

Ket: *: Angka Triwulan III Tahun 2013

3.1.1. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi)

Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) merupakan indikator keberhasilan dalam mendukung

pilar nasional yaitu “Pro Growth”. Hingga saat ini NTPi masih bergabung dalam

penghitungan NTN (Nilai Tukar Nelayan). Nilai tukar ini digunakan untuk

mempertimbangkan seluruh penerimaan (revenue) dan seluruh pengeluaran (Expenditure)

keluarga nelayan maupun pembudidaya ikan. Selain itu, juga digunakan untuk mengukur

tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan secara relatif dan merupakan ukuran

kemampuan keluarga nelayan dan pembudidaya ikan untuk memenuhi kebutuhan

subsistennya. Nilai NTN pada Tahun 2010 sebesar 105,55, yang meningkat di Tahun 2011

menjadi 106,24, dan namun mengalami penurunan di Tahun 2012 menjadi 105,37.

Sedangkan NTPi sementara (Data Triwulan III) sebesar 105 atau telah tercapai 101,22% dari

target dan diprediksikan meningkat pada akhir Tahun 2013. Capaian nilai NTPi/NTN ini

19

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

diharapkan dapat dipertahankan atau bahkan ditingkatkan di Tahun mendatang, mengingat

target NTPi sebesar 105 pada Tahun 2014 telah dapat dicapai diTahun 2013. Nilai NTPi/NTN

dari Tahun 2010 hingga Tahun 2013 sebagaimana pada tabel dibawah. Nilai tukar diatas 100

ini menunjukkan bahwa nelayan/pembudidaya mengalami surplus, dalam artian bahwa

harga produksi naik lebih besar dari kenaikan harga konsumsinya atau pendapatan

nelayan/pembudidaya naik lebih besar dari pengeluarannya. Dengan asumsi volume

produksi sama, maka nilai NTN >100 menunjukkan kesejahteraan nelayan/pembudidaya

meningkat.

Beberapa kendala dalam pencapaian NTPi diantaranya adalah biaya produksi perikanan

budidaya, terutama untuk pakan masih cukup tinggi yaitu mencapai 60-70% dari biaya

produksi. Oleh karenanya diperlukan upaya untuk peningkatan upaya penyediaan pakan

murah dan terjangkau serta berkualitas sesuai dengan jenis komoditas yang dikembangkan

melalui perekayasaan teknologi.

3.1.2. Pertumbuhan PDB Perikanan (persen)

Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan perikanan, termasuk didalamnya

perikanan budidaya, adalah meningkatnya nilai PDB subsektor perikanan. Pertumbuhan PDB

Perikanan dari Tahun keTahun selalu meningkat, hal tersebut menggambarkan bahwa

kemampuan sumberdaya perikanan patut menjadi pertimbangan untuk diperhitungkan

dalam perekonomian nasional.

Capaian sementara PDB Tahun 2013 sebesar 6,9 atau sebesar 98,57% yang diharapkan

dapat meningkat setelah dilakukan penghitungan final oleh BPS. Hal ini mengingat selama

periode 2009-2013 pertumbuhan PDB sub sektor perikanan mencapai 14,83% per Tahun

dan merupakan rata-rata tertinggi dalam sektor Pertanian secara umum. Dalam dua Tahun

terakhir PDB sub sektor perikanan tumbuh di atas rata-rata nasional dan dalam 4 Tahun

terakhir memiliki rata-rata pertumbuhan tertinggi dalam sektor pertanian secara umum. Hal

ini menunjukkan bahwa subsektor perikanan memegang peranan strategis dalam

mendorong pertumbuhan pada PDB kelompok pertanian secara umum, maupun pada PDB

nasional. Bila dibandingkan dengan target pada Tahun 2014, maka PDB Tahun 2013 telah

mencapai 95,17% dari target sebesar 7,25. Perkembangan PDB dapat terlihat dalam tabel

berikut 6 ini.

20

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

Tabel 6. PDB Perikanan (Atas Dasar Harga Berlaku) Tahun 2009 - 2012

Kenaikan rata-rata (%)

Increasing average

2009 - 2013

Kelompok Pertanian / Agriculture Group 857 196,8 985 470,5 1 091 447,1 1 193 452,9 1 311 037,3 11,23

a. Tanaman Bahan Makanan / Food Crops 419 194,8 482 377,1 529 967,8 574 916,3 621 832,7 10,40

b. Tanaman Perkebunan / Estate Crops 111 378,5 136 048,5 153 709,3 162 542,6 175 248,4 12,17

c. Peternakan dan Hasil-hasilnya / Livestock & Its product 104 883,9 119 371,7 129 297,7 145 720,0 165 162,9 12,04

d. K e h u t a n a n / Forestry 45 119,6 48 289,8 51 781,3 54 906,5 56 994,2 6,02

e. P e r i k a n a n / Fisheries 176 620,0 199 383,4 226 691,0 255 367,5 291 799,1 13,38

PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) / Gross Domestic Product (GDP)5 606 203,4 6 446 851,9 7 419 187,1 8 229 439,4 9 083 972,2 12,85

PDB TANPA MIGAS / GDP Without Oil & Gas 5 141 414,4 5 941 951,9 6 795 885,6 7 588 322,5 8 416 039,5 13,13

Persentase PDB Perikanan / Fisheries GDP Sharring

Persentase terhadap kelompok pertanian / To Agriculture group 20,60 20,23 20,77 21,40 22,26

Persentase terhadap PDB / To GDP 3,15 3,09 3,06 3,10 3,21

Persentase terhadap PDB tanpa Migas / To GDP Without Oil & Gas 3,44 3,36 3,34 3,37 3,47

Kelompok Pertanian / Agriculture Group 295 883,8 304 777,1 315 036,8 328 279,7 339 890,2 3,53

a. Tanaman Bahan Makanan / Food Crops 149 057,8 151 500,7 154 153,9 158 910,1 161 969,5 2,10

b. Tanaman Perkebunan / Estate Crops 45 558,4 47 150,6 49 260,4 52 325,4 54 903,0 4,78

c. Peternakan dan Hasil-hasilnya / Livestock & Its product 36 648,9 38 214,4 40 040,3 41 918,6 43 914,0 4,63

d. K e h u t a n a n / Forestry 16 843,6 17 249,6 17 395,5 17 423,0 17 442,5 0,88

e. P e r i k a n a n / Fisheries 47 775,1 50 661,8 54 186,7 57 702,6 61 661,2 6,59

PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) / Gross Domestic Product (GDP)2 178 850,4 2 314 458,8 2 464 566,1 2 618 938,4 2 770 345,1 6,19

PDB TANPA MIGAS / GDP Without Oil & Gas 2 036 685,5 2 171 113,5 2 322 653,1 2 481 796,7 2 636 976,0 6,67

Pertumbuhan PDB Year on Year (Y on Y)

Perikanan/ Fisheries 4,2 6,0 7,0 6,5 6,9 14,83

Kelompok Pertanian / Agriculture Group 4,0 3,0 3,4 4,2 3,5

PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) / Gross Domestic Product (GDP) 4,6 6,2 6,5 6,3 5,8

PDB TANPA MIGAS / GDP Without Oil & Gas 5,0 6,6 7,0 6,9 6,3

Sumber / Source : Badan Pusat Statistik / Statistics of Indonesia

Keterangan :

*) : Angka sementara / Preliminary Figures

**) : Angka sangat sementara / Very preliminary figures

***) : Angka sangat sangat sementara / Very very preliminary figures

2012*)201120102009

TAHUN - YEAR

2013**)

Berd

asar

harg

a b

erlaku

At

curr

ent

prices

Berd

asar

harg

a k

onsta

n t

hn 2

000

At

2000 C

onsta

nt

Prices

LAPANGAN USAHA

INDUSTRIAL ORIGIN

Pencapaian Sasaran strategis 1 yaitu meningkatnya kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan, salah satunya didukung oleh kegiatan peningkatan produksi perikanan budidaya melalui 3 strategi pembangunan perikanan budidaya yaitu (i) Industrialisasi perikanan budidaya; (ii) Pengembangan kawasan minapolitan perikanan budidaya; serta (iii) Penerapan blue ekonomi dalam setiap kegiatan perikanan budidaya.

Minapolitan yang merupakan suatu Konsep Manajemen Ekonomi Kawasan Berbasis Kelautan dan Perikanan Guna Meningkatkan Pendapatan Masyarakat. Minapolitan dilaksanakan dengan prinsip-prinsip integrasi, efisiensi, efektivitas, kualitas dan percepatan pembangunan yang berbasis kawasan/wilayah dengan dukungan berbagai kementerian atau sektor lain. Pelaksanaan minapolitan telah dilakukan sejak Tahun 2011, dan hingga Tahun 2013 ini telah terdapat 62 Kabupaten/Kota minapolitan percontohan perikanan budidaya. Adanya minapolitan maka peningkatan produksi perikanan budidaya akan lebih cepat dikarenakan adanya dukungan dari berapa Kementerian/Lembaga dan swasta seperti dari (i) Kementerian Pekerjaan Umum dalam pembangunan saluran irigasi sekunder,

21

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

pembangunan jalan produksi, serta pembuatan talud; (ii) Kementerian ESDM dalam pembangunan infrastruktur listrik pada sentra-sentra produksi, dan (iii) Perbankan dalam penyediaan permodalan.

Selain minapolitan, salah satu strategi untuk lompatan produksi perikanan juga dilakukan melalui Industrialisasi yang merupakan suatu integrasi sistem produksi hulu dan hilir untuk meningkatkan skala dan kualitas produksi, produktivitas, daya saing, dan nilai tambah sumberdaya perikanan budidaya secara berkelanjutan. Melalui industrialisasi, para pelaku usaha perikanan diharapkan dapat meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan daya saing, sekaligus membangun sistem produksi yang modern dan terintegrasi dari hulu sampai hilir. Industrialisasi perikanan budidaya mulai dilaksanakan pada Tahun 2012 untuk empat komoditas yaitu Udang, Bandeng, Patin dan Rumput Laut. Pengembangan empat komoditas tersebut pada tahap awal difokuskan di daerah Jawa, Sumatera dan Sulawesi. Pelaksanaan industrialisasi tahap awal dikembangkan diantaranya melalui percontohan skala besar (Demfarm) dan perbaikan prasarana/infrastruktur seperti saluran irigasi dan perbaikan kolam atau tambak.

Strategi selanjutnya adalah penerapan Blue Economy dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perikanan budidaya melalui pengembangan berbagai inovasi yang berorientasi pada pelestarian sumber daya untuk memberikan manfaat secara ekonomi, sosial, dan lingkungan secara berkelanjutan.

3.2. PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS 2 : Meningkatnya Ketersediaan Produk Kelautan dan Perikanan Yang Bernilai Tambah

Dalam rangka mendukung peningkatan kesejahteraan masyakarat kelautan dan perikanan dalam ketahanan pangan (food security) nasional, maka ketersediaan produk kelautan dan perikanan menjadi bagian penting yang harus dipenuhi. Ketersediaan ini tentunya tidak hanya mempertimbangkan dari sisi volume produksi saja, namun juga perlu ada jaminan terhadap mutu/kualitas produk dan keamanan pangan (Food Safety), sehingga secara langsung akan memberikan nilai tambah dan daya saing bagi produk perikanan yang dihasilkan. Dalam pencapaian sasaran strategis ini, Ditjen Perikanan Budidaya mengidentifikasi 2 (dua) Indikator Kinerja Utama dengan capaian rata-rata 139,36% sebagaimana pada tabel dibawah :

Tabel 7. Capaian Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya Ketersediaan Produk Kelautan dan Perikanan Yang Bernilai Tambah

No Uraian Indikator Kinerja Target

Tahun 2013

Realisasi Tahun 2013

% Capaian

1 Jumlah Produksi Perikanan Budidaya (Juta Ton) * 11,63 13,70 117,80

2 Nilai Produksi Perikanan Budidaya (Miliar rupiah) * 94.637 145.292 153,52

Ket: *: Angka Sementara

22

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

A. Jumlah Produksi Perikanan Budidaya dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya

Capaian sementara Jumlah Produksi Perikanan Budidaya Tahun 2013 yaitu 13.703.369 ton atau (117,81%) dari target sebesar 11.63.2.122 ton, dengan capaian nilai produksi sebesar Rp.145.292 milyar atau capaian (153,52%) dari target sebesar Rp. 94.637 milyar. Angka tersebut terbagi dalam produksi budidaya air tawar, payau dan laut dengan rincian sebagaimana pada tabel dibawah. Terkait dengan kinerja capaian nilai produksi dalam kurun waktu 2010 s/d 2012 belum dapat dibandingkan dikarenakan IKU nilai produksi merupakan IKU baru yang baru ditentukan targetnya pada Tahun 2013.

Tabel 8. Produksi Perikanan Budidaya Berdasarkan Jenis Budidaya (Ton)

Tabel 9. Capaian Nilai Produksi Perikanan Budidaya berdasarkan Jenis Budidaya

TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN %

** 63,418 ** 66,543 ** 75,923 94,637 145,292 153.53 36.80- budidaya air tawar (milyar rupiah) ** 24,053 ** 25,526 ** 31,175 43,868 61,095 139.27 41.41- budidaya air payau (milyar rupiah) ** 16,637 ** 15,456 ** 16,573 12,233 20,336 166.24 7.61- budidaya laut (milyar rupiah) ** 22,728 ** 25,561 ** 28,175 38,536 63,861 165.72 49.78

**): belum terdapat target

Satuan : Milyar Rupiah

2013* KENAIKAN RATA-

RATA 2010 -

2013

Nilai produksi perikanan budidaya (milyar

rupiah)

*): Angka Sementara

2010

Indikator Kinerja

2011 2012

Selama empat Tahun pelaksanaan Renstra DJPB yaitu Tahun 2010 - 2013, produksi perikanan budidaya memperlihatkan trend yang positif yaitu mengalami peningkatan dengan kenaikan rata-rata per tahun mencapai 29,99% (tabel 8). Dari angka tersebut, realisasi pencapaian produksi terbesar yaitu pada jenis budidaya air tawar dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 41,42%, disusul oleh budidaya air laut dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 28,46% dan budidaya air payau dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 21,40%. Angka ini juga diikuti oleh kinerja positif peningkatan nilai produksi perikanan budidaya dalam kurun waktu yang sama dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 36,80%. Prosentase nilai produksi tertinggi adalah budidaya air disusul oleh budidaya air tawar dengan rata-rata kenaikan pertahun sebesar 41,41% disusul budidaya air payau dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 36,80% dan budidaya air laut dengan rata-rata kenaikan per Tahun sebesar 49,78%.

Terkait dengan prediksi capaian target pada Tahun terakhir renstra 2014, dengan melihat trend kinerja positif capaian produksi terhadap target selama empat tahun terakhir (2010 - 2013), maka capaian IKU ini diprediksi akan tercapai. Adapun trend capaian volume dan nilai

TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN %

5,376,200 6,277,923 6,847,500 7,928,963 9,415,700 9,675,532 11,632,122 13,703,369 117.80 13,927,947 29.99

- Produks i budidaya a ir tawar (Ton)1,391,805 1,246,909 1,821,820 1,586,261 2,479,210 1,982,161 3,354,668 3,411,221

101.7004,025,602 41.42

- Produks i budidaya a ir payau (Ton)911,575 890,121 1,063,700 933,161 1,263,750 1,001,032 1,440,781 1,522,420 105.666 8,204,008 21.40

- Produks i budidaya laut (Ton)3,072,820 4,140,893 3,961,980 5,409,541 5,672,740 6,692,339 6,836,673 8,769,728 128.275 1,698,337 28.46

Satuan: Ton

2013*

2014

KENAIKAN

RATA-RATA

2010 - 2013 (%)

Volume perikanan budidaya (Ton)

*): Angka Sementara

2010

Indikator Kinerja

2011 2012

23

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

produksi perikanan budidaya per jenis komoditas Tahun 2010 - 2013 sebagaimana pada tabel di bawah ini.

Tabel 10. Capaian Volume Produksi Perikanan Budidaya Per Komoditas Tahun 2010 - 2013

Tabel 11. Capaian Nilai Produksi Perikanan Budidaya per Komoditas Tahun 2010 -2013

2014

TARGET

(TON)

CAPAIAN

(TON)%

TARGET

(TON)

CAPAIAN

(TON)%

TARGET

(TON)

CAPAIAN

(TON)%

TARGET

REVISI

(TON)

CAPAIAN

(TON) % TARGET

Total 5,376,200 6,277,923 116.77 6,847,500 7,928,963 115.80 9,415,700 9,675,533 102.76 11,632,122 13,703,369 117.81 13,927,946 29.99

1 Udang 400,300 380,972 95.17 460,000 372,577 81.00 529,000 415,703 78.58 608,000 619,400 101.88 699,000 19.46

2 Rumput Laut 2,672,800 3,915,017 146.48 3,504,200 5,170,201 147.50 5,100,000 6,514,854 127.74 6,500,000 8,181,654 125.87 7,800,000 27.88

3 Nila 491,800 464,191 94.39 639,300 567,078 88.70 850,000 695,063 81.77 1,200,000 1,110,810 92.57 1,440,000 34.85

4 Patin 225,000 147,888 65.73 383,000 229,267 59.90 651,000 347,000 53.3 750,000 972,778 129.70 900,000 95.57

5 Lele 270,600 242,811 89.73 366,000 337,577 92.20 495,000 441,217 89.13 700,000 758,455 108.35 840,000 47.21

6 Mas 267,100 282,695 105.84 280,400 332,206 118.50 300,000 374,366 124.79 500,000 340,863 68.17 600,000 7.09

7 Gurame 40,300 56,889 141.16 42,300 64,252 151.90 44,400 84,681 190.72 125,000 86,773 69.42 150,000 15.74

8 Kakap 5,000 5,738 114.76 5,500 5,236 95.20 6,500 6,198 95.36 7,000 7,504 107.20 8,400 10.23

9 Kerapu 7,000 10,398 148.54 9,000 10,580 117.60 11,000 11,950 108.64 11,000 14,400 130.91 13,200 11.73

10 Bandeng 349,600 421,757 120.64 419,000 467,449 111.60 503,400 518,939 103.09 700,000 667,116 95.30 840,000 16.80

11 Lainnya 646,700 349,567 54.05 738,800 372,540 50.40 925,400 265,561 28.7 531,122 943,616 177.66 637,346 77.73

Satuan : Ton

Kenaikan

Rata-Rata

2010 -

2013 (%)

*): Angka Sementara

2011 2012 2013*2010

 No  KOMODITAS

TARGET (Milyar

Rupiah)

CAPAIAN

(Milyar

Rupiah)

TARGET

(Milyar

Rupiah)

CAPAIAN

(Milyar Rupiah)

TARGET

(Milyar

Rupiah)

CAPAIAN

(Milyar

Rupiah)

TARGET REVISI

(Milyar Rupiah)

CAPAIAN

(Milyar

Rupiah)%

Total ** 63,418 ** 66,543 ** 75,922 94,637 145,292 153.53 36.80 1 Udang ** 16,820 ** 17,478 ** 18,437 27,480 51,495 187.39 62.90 2 Rumput Laut ** 11,750 ** 10,899 ** 11,590 4,550 11,531 253.43 (0.47) 3 Nila ** 9,523 ** 9,467 ** 10,698 14,400 24,072 167.17 45.81 4 Patin ** 3,684 ** 3,304 ** 4,621 9,000 14,592 162.13 81.77 5 Lele ** 2,752 ** 3,929 ** 5,258 7,000 9,860 140.86 54.71 6 Mas ** 5,836 ** 6,512 ** 7,263 7,500 6,817 90.89 5.66 7 Gurame ** 1,648 ** 1,513 ** 2,544 4,375 4,339 99.18 43.50 8 Kakap ** 184 ** 192 ** 262 210 263 125.24 13.73 9 Kerapu ** 2,265 ** 1,162 ** 1,558 1,100 2,880 261.82 23.41

10 Bandeng ** 4,892 ** 6,748 ** 8,420 8,400 10,007 119.13 27.19 11 Lainnya ** 4,064 ** 5,339 ** 5,271 10,622 9,436 88.83 36.37

**) tidak ditetapkan target

Kenaikan

Rata-Rata

2010 - 2013

(%)

*): Angka Sementara

2011 2012 2013*2010

 No Komoditas

24

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

Gambar 5. Target Dan Realisasi Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya, Tahun 2010 – 2013

Jika dikaitkan dengan perbandingan total produksi perikanan budidaya Indonesia terhadap total produksi perikanan budidaya dunia, menunjukkan bahwa pada Tahun 2011 Indonesia menempati urutan ke-2 (dua) terbesar sebagai penghasil produk perikanan budidaya dengan memberikan share sekitar 9,5% terhadap total produksi perikanan budidaya dunia di bawah dominasi China yang menguasai share produksi hingga 65% (sumber : Fishstat FAO, Maret 2013). Total produksi perikanan dunia mencapai 83.729.313 ton, dengan produksi perikanan budidaya China sebesar 50.173.140 ton.

Capaian volume dan nilai produksi untuk setiap komoditas unggulan perikanan budidaya dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Udang

Perkembangan produksi udang nasional Tahun 2010 - 2013 mengalami kenaikan rata-rata sebesar 19,46%. Trend volume produksi tersebut diikuti oleh peningkatan terhadap nilai produksi udang nasional, dengan kenaikan rata-rata per tahun sebesar 62,9%. Kenaikan rata-rata nilai produksi yang lebih besar menunjukkan bahwa udang memiliki nilai tambah yang cukup besar dan merupakan produk yang semakin prestisious digemari oleh masyarakat. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya selama kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir nilai produksi pada Tahun 2013 menunjukan peningkatan yang signifikan, hal ini tidak terlepas dari meningkatnya harga udang di pasaran yang mencapai titik tertinggi pada Tahun 2013 yaitu sebesar Rp 100.000 – Rp. 120.000/kg untuk size 50 untuk udang vaname yang sebelumnya rata-rata Rp. 60.000 – Rp. 65.000 untuk ukuran yang sama.

Berdasarkan trend capaian terhadap target tahunan selama kurun waktu Tahun 2010 -2012, capaian produksi udang nasional masih dibawah target tahunan dengan rata-rata pencapaian sebesar 89,6%. Sedangkan pada Tahun 2013 capaian produksi udang mampu melampaui target tahunan sebesar 101,9%, yang diikuti oleh capaian nilai produksi sebesar 187,39% dari target pada tahun yang sama.

Tidak tercapainya target produksi udang pada kurun waktu Tahun 2010 - 2012 tersebut

disebabkan oleh masih mewabahnya serangan penyakit yaitu WSSV, TSV, IMNV dan

Target (ton) Capaian (ton)

2010 5.376.200 6.277.923

2011 6.847.500 7.928.963

2012 9.415.700 9.675.533

2013 11.632.122 13.703.369

20102011

20122013

5.376.200 6.847.500

9.415.700

11.632.122

6.277.923 7.928.963

9.675.533

13.703.369

Target (ton) Capaian (ton)

25

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

IHHNV disamping terjadinya degradasi lahan (penurunan daya dukung lahan) pada

beberapa kawasan, hal ini secara langsung berdampak pada kekhawatiran

pembudidaya untuk kembali berbudidaya udang. Kedua masalah tersebut

menyebabkan munculnya tambak-tambak idle (tidak operasional) di beberapa daerah.

Program industrialisasi udang melalui revitalisasi tambak baru dimulai pada akhir 2012

sehingga dampaknya belum bisa dirasakan pada Tahun tersebut.

Jika dikaitkan total produksi udang nasional terhadap total produksi udang dunia,

menunjukkan bahwa pada Tahun 2011 Indonesia menempati urutan ke-4 (empat)

terbesar sebagai penghasil produk udang dengan memberikan kontribusi sekitar 9,1%

terhadap total produksi udang dunia yang sebesar 4.417.042 ton. Posisi Indonesia

tersebut masih jauh di bawah China yang memberikan kontribusi sebesar 43,6%, disusul

Thailand sebesar 12,1% dan Vietnam sebesar 11,5% (sumber : Fishstat FAO, Maret

2013).

Tercapaianya target volume pada Tahun 2013 didorong oleh beberapa kebijakan

strategis yang dilakukan Ditjen Perikanan Budidaya. Kebijakan revitalisasi tambak

melalui pengembangan demfarm di beberapa daerah pada kenyataannya telah secara

nyata mampu membangkitkan kembali animo masyarakat untuk terjun berbudidaya

udang. Disisi lain, melemahnya ikan nilai rupiah terhadap dollar USA justru memicu

tingginya harga udang dalam negeri, hal ini semakin memicu kembali gairah usaha

budidaya udang di beberapa daerah. Fenomena merebaknya penyakit EMS (Early

Mortality Syndrome) pada beberapa Negara pesaing seperti Thailand, Vietnam,

Malaysia dan Mexico telah memaksa pasar udang dunia kehilangan produksi. Kondisi ini

tentunya menjadi peluang emas bagi Indonesia untuk merebut pasar udang dunia, ini

mengingat Indonesia hingga saat ini menjadi satu-satunya produsen yang terbebas dari

wabah EMS sebagai dampak atas penerapan sistem kesehatan ikan dan lingkungan

yang baik selama ini.

Dengan adanya kebijakan strategis melalui industrialisasi udang nasional yang mampu mendorong optimalisasi pemanfaatan lahan tambak non-produktif, didorong oleh kembali meningkatnya kepercayaan masyarakat dan stakeholders lain terhadap usaha budidaya udang serta peluang besar bagi Indonesia sebagai pemain tunggal perdagangan udang dunia, maka capaian volume dan nilai produksi udang nasional pada Tahun 2014 diprediksi akan tercapai. Sebagai gambaran pada Tahun 2013 produksi udang telah berhasil mencapai 88,6% jika disandingkan dengan target pada Tahun 2014.

26

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

Gambar 6. Trend Target dan Capaian Produksi dan Nilai Produksi Udang, Tahun 2010 - 2013

Langkah nyata yang dilakukan dalam upaya peningkatan volume dan nilai produksi

udang adalah (i) Pengembangan percontohan usaha budidaya (Demfarm) sebagai upaya

dalam memperkenalkan model pengelolaan budidaya yang baik serta mengembalikan

kepercayaan diri pembudidaya untuk kembali berbudidaya udang; (ii) Rehabilitasi

saluran dan infrastruktur tambak untuk mengembalikan performance tambak sesuai

standar kelayakan teknis; (iii) Bantuan sarana budidaya udang yang merupakan stimulus

bagi pembudidaya untuk meningkatkan usaha budidaya udang; (iv) Melakukan berbagai

kerjasama lintas sektoral dan stakeholders lain untuk mempermudah akses baik

infrastruktur, sarana dan prasarana budidaya, serta akses pasar dan permodalan; (v)

Pengembangan pola budidaya berbasis manajemen kawasan/klaster; (vi) Penguatan

kelembagaan dan pengembangan kemitraan usaha; (vii) Peningkatan input teknologi

budidaya yang aplikatif, efektif dan efisien berbasis wawasan lingkungan; (viii)

Pendampingan teknologi secara intensif dan massive terhadap pelaku usaha budidaya

udang.

b. Kerapu

Trend produksi ikan kerapu dari Tahun 2010 s/d 2013 menunjukkan kinerja yang cukup

baik ditandai dengan kenaikan produksi rata-rata per tahun sebesar 11,73%. Begitu juga

dengan angka nilai produksi selama kurun waktu yang sama menunjukan trend yang

positif dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 23,41%. Jika dibandingkan

terhadap target tahunan, maka produksi dalam kurun waktu Tahun 2010 - 2013 telah

mampu melapau target dengan rata-rata capaian 126,4%, dimana capaian nilai produksi

ikan kerapu pada Tahun 2013 juga mampu melampaui target sebesar 261,8% dari

target yang di tetapkan pada tahun yang sama.

Target (ton) Capaian(ton)2010 400.300 380.973

2011 460.000 372.577

2012 529000 4157032013 608.000 619.400

20102011

20122013

400.300 460.000

529000608.000

380.973 372.577 415703

619.400

Target (ton) Capaian(ton)

27

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

Gambar 7. Trend Target dan Capaian Produksi dan Nilai Produksi Kerapu,

Tahun 2010 - 2013

Pencapaian volume dan nilai produksi yang cukup baik ini dikarenakan (i) Penyediaan benih ikan kerapu yang bermutu di UPT dan unit pembenihan skala rumah tangga (HSRT); (ii) Jaminan harga pemasaran yang cukup baik, dengan harga ikan kerapu yang cukup tinggi; serta (iii) Adanya kebijakan program demfarm budidaya ikan kerapu di beberapa daerah potensial yang memicu perkembangan kawasan budidaya kerapu di beberapa daerah potensial.

Perbandingan total produksi ikan kerapu nasional terhadap total produksi ikan kerapu dunia, menunjukkan bahwa pada Tahun 2011 Indonesia menempati urutan ke-3 (tiga) terbesar sebagai penghasil produk ikan kerapu dengan memberikan kontribusi sekitar (12,1% terhadap total produksi ikan kerapu dunia yang sebesar 87.104 ton). Posisi Indonesia tersebut masih di bawah China yang memberikan konstribusi sebesar (68,3%), disusul Taiwan sebesar (15,4%) (sumber : Fishstat FAO, Maret 2013).

Dalam upaya pencapaian target pada Tahun 2014, maka perlu ada upaya-upaya maksimal antara lain mendorong pengembangan jenis ikan ikan kerapu lainnya selain ikan kerapu bebek khususnya pengembangan ikan ikan kerapu macan, penyediaan induk dan benih berkualitas, serta kemungkinan dalam melakukan ekpansi pasar tujuan ekspor selain China dan Hongkong. Program pengembangan kawasan budidaya laut melalui optimalisasi pemanfaatan lahan offshore berbasis pada teknologi budidaya yang berkelanjutan, menjadi alternatif dalam mendorong pencapian target produksi tersebut.

c. Kakap

Capaian produksi ikan kakap dari Tahun 2010-2013 menunjukkan rata-rata peningkatan per tahun sebesar 103,1%. Begitu juga dengan angka nilai produksi selama kurun waktu yang sama menunjukan trend yang positif dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 13,73%. Dilihat dari perbandingan antara capaian dengan target tahunan menunjukkan kinerja yang fluktuatif seperti tersaji pada gambar di bawah, yaitu masing-masing pada Tahun 2010 tercapai (114,76% dari target); Tahun 2011 tercapai (95,2% dari target), Tahun 2012 tercapai (95,36% dari target); dan Tahun 2013 mampu mencapai (107,2% dari target) yang diikuti oleh capaian nilai produksi sebesar (125,24% dari target yang

Target (ton) Capaian(ton)2010 7.000 10.398

2011 9.000 10.580

2012 11000 119502013 11.000 14.400

20102011

20122013

7.000 9.000

1100011.000

10.398 10.580 11950

14.400

Target (ton) Capaian(ton)

28

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

ditetapkan). Kinerja capaian volume dan nilai produksi ikan kakap yang fluktuatif tersebut antara lain lebih disebabkan fenomena bahwa saat ini aktivitas usaha budidaya ikan kakap masih belum memasyarakat dan secara umum didominasi oleh beberapa perusahaan sehubungan nilai investasi yang besar, disamping itu penyediaan benih unggul ikan kakap masih terbatas pada pemenuhan kebutuhan bagi beberapa perusahaan.

Gambar 8. Trend Target dan Capaian Produksi dan Nilai Produksi Kakap, Tahun 2010 - 2013

Perbandingan total produksi ikan kakap nasional terhadap total produksi ikan kakap dunia, menunjukkan bahwa pada Tahun 2011 Indonesia menempati urutan ke-4 (empat) terbesar sebagai penghasil produk ikan kakap dengan memberikan share sekitar (7,6% terhadap total produksi ikan kakap dunia yang sebesar 69.116 ton). Posisi Indonesia tersebut masih di bawah Taiwan yang memberikan share sebesar (34,8%), disusul Malaysia sebesar (25,5%), dan Thailand (23,6%) (sumber : Fishstat FAO, Maret 2013).

Prospek pasar ikan kakap baik ekspor maupun dalam negeri yang semakin menjanjikan, diharapkan akan mendorong tumbuhnya usaha budidaya ikan kakap di beberapa daerah. Disisi lain, Kebijakan dalam mendorong transformasi teknologi untuk pengembangan komoditas budidaya laut potensial seperti ikan kakap akan terus dilakukan yaitu melalui pengembangan marikultur pada perairan offshore. Mempertimbangkan hal tersebut di atas, maka target capaian volume dan nilai produksi ikan kakap pada Tahun 2014 optimis akan mampu tercapai.

d. Bandeng

Rata-rata kenaikan produksi bandeng dari Tahun 2010 - 2013 sebesar 16,8%. Begitu juga dengan angka nilai produksi selama kurun waktu yang sama menunjukan trend yang positif dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 27,19%. Dilihat dari trend capaian produksi terhadap target tahunan menunjukkan bahwa selama kurun waktu Tahun 2010 - 2013 target tersebut telah mampu dicapai dengan rata-rata capaian

Target (ton) Capaian(ton)2010 5.000 5.738

2011 5.500 5.236

2012 6500 61982013 7.000 7.504

20102011

20122013

5.000 5.500

6500 7.000 5.738

5.236

6198

7.504

Target (ton) Capaian(ton)

29

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

107,6%, kecuali untuk Tahun 2013. Pencapaian ini distimulus dengan stabilitas harga pasar yang cukup baik serta berbagai teknologi diversifikasi olahan bandeng yang menyebabkan minat masyarakat akan produk bandeng tetap tinggi. Selain itu juga didukung oleh kegiatan industrialisasi bandeng yang dimulai sejak Tahun 2012.

Gambar 9. Trend Target dan Capaian Produksi dan Nilai Produksi Bandeng, Tahun 2010 - 2013

Tidak tercapainnya target volume dan nilai produksi bandeng pada Tahun 2013 dikarenakan secara umum pelaku usaha masih menghadapi beberapa tantangan dan permasalahan khususnya terkait pengembangan bandeng di hulu, antara lain : 1) Ketersediaan benih bandeng berkualitas yang masih minim, sehingga mempengaruhi produktivitas; 2) Keterbatasan penggunaan bandeng kualitas baik ditingkat pembudidaya disebabkan karena terbatasnya pusat broodstock dan benih bandeng khususnya di sentral-sentral produksi, saat ini konsentrasi penyediaan benih masih di datangkan dari Bali. Disamping ada kenyataan bahwa kualitas bandeng yang baik justru masih banyak yang diekspor ke Malaysia dan negara lainnya, 3) Masalah efesiensi produksi, khususnya pada budidaya intensif, hal ini terkait masih tingginya biaya produksi seiring terus meningkatnya harga pakan.

Dalam upaya mendorong industrialisasi bandeng di atas, maka beberapa langkah kebijakan strategis yang akan dilakukan antara lain : a) Membentuk model penerapan industrialisasi bandeng sebagai upaya dalam rangka menumbuh kembangkan usaha budidaya bandeng pada kawasan-kawasan potensial; b) Pengembangan broodstock bandeng dalam upaya pemenuhan kebutuhan benih berkualitas di sentral-sentral produksi; c) Pengembangan input teknologi yang aplikatif, efektif dan efisien berbasis wawasan lingkungan; d) Menggandeng Asosiasi Pelaku Usaha Bandeng Indonesia (ASPUBI), yang dalam hal ini diposisikan sebagai partner Pemerintah khususnya dalam mendorong implementasi kebijakan industrialisasi bandeng. Langkah-langkah di atas akan terus di dorong sehingga capaian volume dan nilai produksi di Tahun 2014 akan mampu tercapai. Posisi Indonesia terhadap produk bandeng dunia, pada Tahun 2011 Indonesia mampu menjadi produsen bandeng terbesar dunia dengan kontribusi sebesar 52,4% disusul Philipina dengan share sebesar 41,8% (sumber : Fishstat FAO, Maret 2013). Produksi bandeng di dunia Tahun 2011 sebesar 891.407 ton.

Target (ton) Capaian(ton)2010 349.600 421.757

2011 419.000 467.449

2012 503.400 518.939 2013 700.000 667.116

20102011

20122013

349.600 419.000

503.400

700.000

421.757 467.449 518.939

667.116

Target (ton) Capaian(ton)

Target (milyar rupiah)Capaian(milyar rupiah)2010 4.892

2011 6.748

2012 8.420 2013 7.000 10.007

20102011

20122013

7.000 4.892

6.748

8.420 10.007

Target (milyar rupiah) Capaian(milyar rupiah)

30

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

e. Patin

Produksi ikan patin dari Tahun 2010 hingga 2013 mengalami kenaikan rata-rata 95,57%, begitu juga dengan angka nilai produksi selama kurun waktu yang sama menunjukan trend yang positif dengan rata-rata kenaikan per Tahun sebesar 81,77%. Namun demikian produksi pada kurun waktu Tahun 2010 s/d 2012 ini masih jauh dari target tahunan yang telah ditetapkan dalam renstra dengan capaian rata-rata 77,1% sebagaimana pada grafik dibawah. Belum tercapainya produksi ikan patin di Tahun 2010 - 2012 antara lain disebabkan terjadinya over produksi di beberapa sentra produksi seperti di Provinsi Sumatera Selatan, Riau dan Jambi yang secara langsung mempengaruhi terhadap penurunan harga ikan patin di pasar secara signifikan. Disisi lain permasalahan tingginya biaya produksi sebagai akibat dari tingginya harga pakan pabrikan tidak sebanding dengan harga yang berlaku di pasaran, sehingga secara ekonomis tingkat efisiensi masih cukup rendah. Sedangkan kinerja positif capaian volume produksi Tahun 2013 yang mencapai 129,7% dari target dan diikuti oleh capaian nilai produksi sebesar 162,13% dari target yang ditetapkan tidak terlepas dari upaya-upaya untuk mendorong pengembangan budidaya ikan patin melalui kerjasama sinergi, baik lintas sektoral, swasta maupun stakeholders lain. Kerjasama tersebut diarahkan dalamg rangka : (i) Penciptaan peluang pasar yang lebih luas; (ii) Pengembangan input teknologi yang aplikatif, efektif dan efisien; (iii) Pengembangan kawasan budidaya ikan patin secara terintegrasi, serta (iv) Peningkatan nilai tambah produk menjadi hal mutlak dan terus dilakukan yaitu melalui pengembangan diversifikasi produk olahan berbahan baku ikan patin dan pengembangan unit pengolahan ikan patin. Melalui upaya diatas, maka secara langsung akan mampu memberikan jaminan terhadap jalannya siklus bisnis yang positif dan berkesinambungan. Jika upaya ini mampu terimplementasikan, maka prediksi terhadap pencapaian target volume dan nilai produksi ikan patin di Tahun 2014 dapat tercapai.

Gambar 10. Trend Target dan Capaian Produksi Patin dan Nilai Produksi, Tahun 2010 - 2013

Perbandingan total produksi ikan patin nasional terhadap total produksi ikan patin

dunia, menunjukkan bahwa pada Tahun 2011 Indonesia menempati urutan ke-2 (dua)

terbesar sebagai penghasil produk patin dengan memberikan share sekitar (16,1%

terhadap total produksi ikan patin dunia yang sebesar 1.422.634 ton). Posisi Indonesia

Target (ton) Capaian(ton)2010 225.000 147.888

2011 383.000 229.267

2012 651.000 347.000 2013 750.000 972.778

20102011

20122013

225.000

383.000

651.000 750.000

147.888 229.267

347.000

972.778

Target (ton) Capaian(ton)

Target (milyar rupiah)Capaian(milyar rupiah)2010 3.684

2011 3.304

2012 4.621 2013 9.000 14.592

20102011

20122013

9.000

3.684 3.304 4.621

14.592

Target (milyar rupiah) Capaian(milyar rupiah)

31

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

tersebut masih di bawah Vietnam yang memberikan share sebesar (80,9%) (sumber :

Fishstat FAO, Maret 2013).

f. Nila

Produksi ikan nila dari Tahun 2010 hingga s/d 2013 mengalami peningkatan yang cukup

signifikan dengan rata-rata kenaikan 34,85%, begitu juga dengan angka nilai produksi

selama kurun waktu yang sama menunjukan trend yang positif dengan rata-rata

kenaikan pertahun sebesar 45,81% sebagaimana tersaji dalam gambar 11.

Dilihat dari trend capaian produksi terhadap target Tahunan menunjukkan bahwa

selama kurun waktu Tahun 2010 - 2013 target tersebut belum dapat dicapai yaitu

dengan rata-rata capaian masih 89,4%. Namun demikian capaian nilai produksi pada

Tahun 2013 mampu mencapai 167,17% dari target yang ditetapkan pada Tahun yang

sama.

Ada beberapa hal yang menjadi penyebab tidak tercapainnya target volume produksi pada kurun waktu tersebut, antara lain dikarenakan secara umum kapasitas usaha yang dijalankan pembudidaya masih dalam skala kecil, disisi lain permasalahan tingginya biaya produksi sebagai akibat dari tingginya harga pakan pabrikan tidak sebanding dengan harga yang berlaku di pasaran, sehingga secara ekonomis tingkat efesiensi masih cukup rendah.

Rencana aksi dalam upaya pencapaian kinerja antara lain melalui (i) Pengembangan

gerakan minapadi, (ii) Pengembangan budidaya ikan nila melalui intensifikasi dengan

Bioflok dan Running Water; (iii) Mendorong pemanfaatan bahan baku lokal untuk

pembuatan pakan ikan secara mandiri yang berkualitas; (iv) Ekstensifikasi pada kawasan

potensial; (v) Memberikan stimulan penguatan modal melalui Pengembangan Usaha

Mina Pedesaan Perikanan Budidaya (PUMP-PB); serta (vi) Penciptaan peluang pasar

yang lebih luas. Jika upaya ini mampu terimplementasikan, maka prediksi terhadap

pencapaian target produksi ikan patin Tahun 2014 akan bisa tercapai.

Perbandingan total produksi ikan nila nasional terhadap total produksi ikan nila dunia,

menunjukkan bahwa pada Tahun 2011 Indonesia menempati urutan ke-3 (tiga) terbesar

sebagai penghasil produk ikan nila dengan memberikan share sekitar (20,3% terhadap

total produksi ikan nila dunia yang sebesar 2.790.350). Posisi Indonesia tersebut masih

di bawah China yang memberikan share sebesar 38,7%, disusul Mesir sebesar 21,9%

(sumber : Fishstat FAO, Maret 2013).

32

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

Gambar 11. Trend Target dan Capaian Produksi Nila dan Nilai Produksi,

Tahun 2010 - 2013

g. Ikan Mas

Perkembangan produksi ikan mas menunjukkan kinerja yang cukup baik dengan peningkatan produksi rata-rata dari Tahun 2010 - 2013 sebesar 7,09% begitu juga dengan angka nilai produksi selama kurun waktu yang sama menunjukan trend yang cukup baik dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 5,66% sebagaimana tersaji dalam gambar dibawah. Pencapaian yang cukup tinggi ini didorong oleh kegiatan budidaya ikan mas melalui minapadi, penerapan running water system, serta paket bantuan PUMP-PB. Dilihat dari capaian kinerja terhadap target tahunan menunjukkan bahwa capaian produksi ikan mas telah mampu melampaui target tahunan yang ditetapkan dengan rata-rata capaian sebesar 104,3%, kecuali untuk Tahun 2013 dimana produksi belum mampu mencapai target (68,17% dari target) begitu juga dengan angka nilai produksi yang hanya mencapai 90,89%. Ada beberapa hal yang menjadi penyebab tidak tercapainya target tersebut, antara lain dikarenakan secara umum kapasitas usaha yang dijalankan pembudidaya masih dalam skala kecil, disisi lain permasalahan tingginya biaya produksi sebagai akibat dari tingginya harga pakan pabrikan tidak sebanding dengan harga yang berlaku di pasaran, sehingga secara ekonomis tingkat efesiensi masih cukup rendah Fenomena masih munculnya penyakit yang disebabkan oleh virus KHV pada beberapa sentral produksi menjadi penyebab utama penurunan capaian produksi ikan mas.

Target (ton) Capaian(ton)2010 491.800 464.191

2011 639.300 567.078

2012 850.000 695.063 2013 1.200.000 1.110.810

20102011

20122013

491.800 639.300

850.000

1.200.000

464.191 567.078

695.063

1.110.810

Target (ton) Capaian(ton)

Target (milyar rupiah)Capaian(milyar rupiah)2010 9.523

2011 9.467

2012 10.698 2013 14.400 24.072

20102011

2012

2013

14.400 9.523 9.467 10.698

24.072

Target (milyar rupiah) Capaian(milyar rupiah)

33

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

Gambar 12. Trend Target dan Capaian Produksi Ikan Mas dan Nilai Produksi Tahun 2010 -2013

Dalam upaya pencapaian target volume dan nilai produksi Tahun 2014, maka perlu upaya-upaya yang secara langsung mendorong peningkatan efesiensi produksi, diantaranya : (i) Intensifikasi melalui pengembangan teknologi baik budidaya maupun aspek nutrisi (pakan) yang berkualitas berbasis bahan baku lokal; (ii) Pengembangan kapasitas usaha dengan dukungan penguatan modal bagi usaha skala kecil melalui penguatan kemitraan usaha; (iii) Perluasan akses pasar dan peningkatan nilai tambah. Jika upaya di atas mampu dilakukan, maka target produksi pada Tahun 2014 diprediksi akan mampu di capai. Perbandingan total produksi ikan mas nasional terhadap total produksi ikan mas dunia, menunjukkan bahwa pada Tahun 2011 Indonesia menempati urutan ke-2 (dua) terbesar sebagai penghasil produk ikan mas dengan memberikan share sekitar (8,9% terhadap total produksi ikan mas dunia yang sebesar 3.733.418 ton). Namun demikian posisi Indonesia tersebut masih jauh di bawah China yang memberikan share sebesar 72,8% (sumber : Fishstat FAO, Maret 2013).

h. Lele

Selama kurun waktu Tahun 2010 2013 produksi ikan lele menunjukkan kinerja yang cukup baik dengan peningkatan produksi rata-rata sebesar 47,2%, begitu juga dengan angka nilai produksi selama kurun waktu yang sama menunjukan trend yang positif dengan rata-rata kenaikan per Tahun sebesar 54,71%. Namun demikian produksi ikan lele Tahun 2010 - 2012 masih dibawah dari target tahunan dimana prosentase pencapaiannya cenderung menurun setiap Tahunnya sebagaimana grafik dibawah ini. Tidak tercapainnya target pada kurun waktu tersebut dikarenakan secara umum kapasitas usaha yang dijalankan masih dalam skala kecil, sehingga secara ekonomis tidak efisien. Disisi lain tingginya cost produksi sebagai akibat dari tingginya harga pakan pabrikan secara langsung berpengaruh terhadap margin keuntungan yang didapatkan.

Target (ton) Capaian(ton)2010 267.100 282.695

2011 280.400 332.206

2012 300.000 374.366 2013 500.000 340.863

20102011

20122013

267.100 280.400 300.000

500.000

282.695 332.206

374.366

340.863

Target (ton) Capaian(ton)

Target (milyar rupiah)Capaian(milyar rupiah)2010 5.836

2011 6.512

2012 7.263 2013 7.500 6.817

20102011

20122013

7.500 5.836

6.512 7.263

6.817

Target (milyar rupiah) Capaian(milyar rupiah)

34

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

Gambar 13. Trend Target dan Capaian Produksi Lele dan Nilai Produksi Tahun 2010 -2013

Melalui upaya langkah strategis yang telah dilakukan pada Tahun 2013 capaian produksi ikan lele mampu melampaui target yang telah ditetapkan, yaitu dengan capaian (108,35%) yang diikuti oleh capaian positif nilai produksi yang mencapai 140,86% dari target. Upaya-upaya tersebut antara lain melalui (i) Pengembangan teknologi budidaya secara intensifikasi dengan bioflok untuk efisiensi pakan; (ii) Penggunaan teknologi budidaya ikan lele dengan terpal sebagai upaya efesiensi pemanfaatan lahan; dan (iii) Extensifikasi melalui program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP) Perikanan Budidaya. Melihat kinerja yang telah dicapai pada Tahun 2013 serta upaya-upaya strategis yang terus dilakukan, maka target volume dan nilai produksi pada Tahun 2014 diprediksi dapat tercapai.

Perbandingan total produksi ikan lele nasional terhadap total produksi ikan lele dunia, menunjukkan bahwa pada Tahun 2011 Indonesia menempati posisi teratas yang mendominasi produk lele dunia dengan memberikan share sekitar (75,6% terhadap total produksi ikan lele dunia yang sebesar 446.321 ton), disusul oleh Malaysia dengan share sebesar 10,5%. (sumber : Fishstat FAO, Maret 2013)

i. Gurame

Produksi gurame Tahun 2010 - 2013 menunjukkan kinerja yang positif, dengan kenaikan rata-rata per tahun sebesar 15,74%, begitu juga dengan angka nilai produksi selama kurun waktu yang sama menunjukan trend yang positif dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 43,50%.

Dilihat dari capaian kinerja terhadap target tahunan menunjukan bahwa capaian produksi ikan gurame telah mampu melapaui target tahunan yang ditetapkan dengan rata-rata capaian sebesar 138,3%, kecuali untuk Tahun 2013 dimana produksi belum mampu mencapai target (69,42% dari target) begitu juga dengan angka nilai produksi yang hanya mencapai 99,18%. Tidak tercapainya target pada Tahun 2013 disebabkan karena adanya perlambatan pengembangan kawasan pada daerah-daerah potensial

Target (ton) Capaian(ton)2010 270.600 242.811

2011 366.000 337.557

2012 495.000 441.217 2013 700.000 758.455

20102011

20122013

270.600 366.000

495.000

700.000

242.811 337.557

441.217

758.455

Target (ton) Capaian(ton)

Target (milyar rupiah)Capaian(milyar rupiah)2010 2.752

2011 3.929

2012 5.258 2013 7.000 9.860

20102011

20122013

7.000

2.752 3.929

5.258

9.860

Target (milyar rupiah) Capaian(milyar rupiah)

35

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

lainnya. Produksi gurame masih didominasi pada beberapa sentra-sentra produksi yang sudah ada, sedangkan disisi lain kapasitas usaha yang dijalankan tidak menujukkan peningkatan yang signifikan, hal ini disebabkan karena proses produksi budidaya yang cukup lama.

Gambar 14. Trend Target dan Capaian Produksi Gurame dan Nilai Produksi dari Tahun 2010 -2013

Pengembangan pola usaha berbasis segementasi merupakan langkah yang tepat karena secara nyata mampu memberikan keuntungan yang cukup signifikan. Percepatan pengembangan kawasan melalui pendekatan pola segmentasi usaha diharapkan akan mampu menarik minat masyarakat untuk terjun melakukan usaha budidaya gurame. Melalui upaya tersebut diharapkan target volume dan nilai produksi Tahun 2014 akan mampu tercapai.

Perbandingan total produksi ikan gurame nasional terhadap total produksi ikan gurame dunia, menunjukkan bahwa pada Tahun 2011 Indonesia menempati posisi teratas yang mendominasi produk gurame dunia dengan memberikan share sekitar (95,6% terhadap total produksi ikan gurame dunia yang sebesar 67.155 ton), disusul Thailand dengan share sebesar (4,06%). (sumber : Fishstat FAO, Maret 2013).

j. Rumput Laut Poduksi rumput laut memberikan kontribusi yang paling besar terhadap total produksi perikanan budidaya, dimana secara nasional produksi rumput laut memberikan share sebesar 60% terhadap produksi perikanan budidaya. Perkembangan produksi rumput laut dari Tahun 2010 - 2013 menunjukan trend yang sangat positif, dimana kenaikan produksi rata-rata per tahun mencapai 27,9% dimana angka ini juga mampu melebihi target yang ditetapkan per tahunnya dengan rata-rata capaian sebesar 136,9%.

Capaian kinerja terhadap target tahunan menunjukkan bahwa pada Tahun 2013 angka nilai produksi mampu melampaui target dengan capaian sebesar 253,43%. Nilai produksi yang fluktuatif dalam kurun waktu Tahun 2010-2013 disebabkan harga rumput laut yang kurang stabil dan relative fluktuatif

Target (ton) Capaian(ton)2010 40.300 56.889

2011 42.300 64.252

2012 44.400 84.681 2013 125.000 86.773

20102011

20122013

40.300 42.300

44.400

125.000

56.889 64.252

84.681 86.773

Target (ton) Capaian(ton)

Target (milyar rupiah)Capaian(milyar rupiah)2010 1.648

2011 1.513

2012 2.544 2013 4.375 4.339

20102011

20122013

4.375

1.648 1.513

2.544

4.339

Target (milyar rupiah) Capaian(milyar rupiah)

36

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

Gambar 15. Trend Target dan Capaian Produksi Rumput Laut dan Nilai Produksi Tahun 2010 -2013

Beberapa hal yang mendasari tingginya pencapaian komoditas ini karena budidaya rumput laut mempunyai masa pemeliharaan yang cukup singkat yaitu 45 hari sehingga perputaran modal usaha dapat lebih cepat, serta cara budidaya yang mudah. Rumput laut juga cocok untuk dibudidayakan di daerah-daerah dengan curah hujan rendah yang merupakan salah satu ciri dari daerah kantong kemiskinan. Keuntungan lainnya adalah modal kerja yang relatif kecil (kurang lebih Rp 6 juta), penggunaan teknologi yang relatif sederhana, dan peluang pasar yang masih terbuka lebar mengingat rumput laut merupakan bahan baku untuk beberapa industri, seperti biofuel, agar-agar, caragenan, kosmetik, obat-obatan dan lain-lain. Selain itu, pemerintah juga terus menerus melakukan upaya terobosan diantaranya adalah pengembangan industrialisasi rumput laut.

Merujuk pada data FAO, bahwa pada Tahun 2011 Indonesia merupakan produsen rumput laut untuk jenis Eucheuma Cottonii dan Gracilaria terbesar di dunia dengan memberikan share masing-masing untuk Eucheuma Cottoni sebesar (98,2%) dan Gracillaria sebesar (90,5%) terhadap produksi rumput laut dunia (sumber : Fishstat FAO, Maret 2013). Produksi rumput laut dunia sebesar masing-masing untuk jenis Eucheuma Cottonii : 4.623.754 ton dan Gracillaria 697.240 ton

Pencapaian produksi secara keseluruhan untuk semua komoditas didukung oleh kegiatan:

Industrialisasi perikanan budidaya, dengan fokus pada komoditas udang, bandeng, rumput laut dan ikan patin. Kegiatan utama dalam industrialisasi, khususnya untuk usaha udang dan bandeng adalah bantuan sarana, perbaikan saluran tersier, perbaikan tambak, fasilitasi sistem kemitraan serta pembinaan dan pendampingan teknis budidaya

Pengembangan sistem perbenihan melalui penguatan broodstock center : i) Pelepasan jenis dan/atau varietas ikan unggul bekerjasama dengan unit kerja

Target (ton) Capaian(ton)2010 2.672.800 3.915.017

2011 3.504.200 5.170.201

2012 5.100.000 6.514.854 2013 6.500.000 8.181.654

20102011

20122013

2.672.800 3.504.200

5.100.000

6.500.000

3.915.017

5.170.201

6.514.854

8.181.654

Target (ton) Capaian(ton)

37

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

lainnya, yaitu telah dilakukan pelepasan sebanyak 10 varietas induk unggul (Udang vaname “Global Gen”, Ikan Batak “Tor Soro”, Nila Nirwana II, Nila Sultana, Nila Srikandi, Kerapu Cantang, Nila Anjani, Nila Merah Nilasa, Nila Jantan Pandu dan Nila Betina Kunti, Lele Sangkuriang dua, Udang Windu Domestikasi); ii) Gerakan Penggunaan Induk Ikan Unggul (GAUL); iii) Penyusunan regulasi dan perbanyakan protokol induk ikan unggul; serta iv) Pengembangan jaringan informasi dan distribusi ikan.

Pengembangan sistem produksi melalui (i) Pengembangan input teknologi yang sesuai standar (teknologi anjuran), aplikatif, efektif dan efisien berbasis wawasan lingkungan; (ii) Meningkatkan daya saing produk hasil produksi budidaya melalui percepatan pelaksanaan kegiatan sertifikasi Cara Budidaya Ikan Yang Baik (CBIB); (iii) Pengembangan percontohan usaha perikanan budidaya sebagai upaya dalam mensosialisasikan model pengelolaan budidaya berkelanjutan; (iv) Pengembangan minapadi sebagai bagian dari upaya mendapatkan nilai tambah ganda.

Pengembangan Sistem Prasarana dan Sarana Pembudidayaan Ikan melalui kegiatan terobosan utama: (i) Pengembangan dan rehabilitasi sarana dan prasarana UPTD Provinsi; (ii) Normalisasi saluran irigasi tambak bekerjasama dengan Kementerian Pekerjaan Umum; (iv) Penataan dan rehabilitasi kawasan tambak dalam rangka Gerakan Revitalisasi Tambak (GERVITAM); (v) Pemberdayaan pembudidaya ikan melalui pengelolaan jaringan irigasi tambak partisipatif (PITAP) di kawasan industrialisasi; (vi) Pengembangan kawasan dan penguatan operasional industrialisasi perikanan budidaya di Kabupaten/Kota Minapolitan/Industrialisasi; dan (vii) Pemberian bantuan sarana dan prasarana lainnya seperti KJA, ekscavator dan mesin pellet

Pengembangan sistem usaha budidaya, dengan terobosan utama adalah : i) Pengembangan Pemberdayaan Usaha Mina Pedesaan Perikanan Budidaya, yang merupakan program bantuan langsung ke masyarakat dalam mengembangkan usaha budidaya ikan; ii) Pengembangan paket bantuan untuk wirausaha pemula dan paket model berbasis masyarakat yang diberikan dalam bentuk bantuan sarana dan prasarana; iii) Penerapan sistem sertifikasi lahan bekerjasama dengan BPN.

Pengembangan sistem kesehatan ikan dan lingkugan, dengan terobosan utama adalah (i) Pembangunan Posikandu (Pos Pelayanan Ikan Terpadu); (ii) Pengembangan National Residu Monitoring Plan (NRMP) yang merupakan suatu panduan/perencanaan untuk mengontrol residu obat kimia dan bahan biologis lainnya; dan (iii) Pengembangan vaksin untuk mengatasi penyakit ikan.

Pengawalan dan Penerapan Teknologi Adaptif Perikanan Budidaya yang dilakukan oleh 15 UPT Lingkup Ditjen Perikanan Budidaya.

B. Jumlah Produksi Ikan Hias (Juta Ekor) Jumlah produksi ikan hias merupakan salah satu indikator kinerja/output Direktorat Produksi. Dilihat dari trend perkembangan produksi ikan hias dari Tahun 2009 s/d 2013 menunjukan adanya kinerja yang positif dengan kenaikan rata-rata perTahun mencapai 58%. Pada Tahun 2013 target jumlah produksi ikan hias sebanyak 1.100.000.000 ekor. Berdasarkan data sementara menunjukkan bahwa capaian realisasi produksi budidaya ikan hias mencapai 1.036.841.000 ekor atau baru mencapai 94% dari target yang ditetapkan.

38

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

Namun demikian apabila data tersebut sudah dilaksanakan validasi tingkat nasional Tahun 2014, maka diproyeksikan realiasi jumlah produksi ikan hias pada Tahun 2013 sesuai target bahkan akan melebihi angka target yang sudah di tetapkan. Adapun perkembangan produksi ikan hias selama Tahun 2009 s/d 2013 cenderung mengalami peningkatan dan rata - rata tiap tahunnya telah mencapai target lebih dari 82%, seperti dapat dilihat pada tabel 12 berikut ini :

Tabel 12. Perkembangan Target dan Realisasi Produksi Budidaya Ikan Hias Tahun 2009 - 2013

Gambar 16. Target dan Capaian Produksi Ikan Hias Tahun 2009 - 2013

Dalam upaya percepatan pencapaian produksi ikan hias pada tahun mendatang, beberapa langkah strategis yang akan dilakukan adalah : (i) Pemuliaan induk dan penyediaan benih ikan hias unggul; (ii) Menjaga kelestarian ikan hias spesifik lokal/endemik; (iii) Penerapan teknologi inovasi budidaya ikan hias

2009 2010 2011 2012 2013*)

1. Target Produksi (ekor) 500,000,000 600,000,000 700,000,000 850,000,000 1,100,000,000

2. Realisasi Produksi (ekor) 566,342,000 605,054,000 945,376,000 938,472,000 1,036,841,000 58

3. Persentase (%) 113 101 135 110 94

No UraianTahun

Kenaikan

rata-rata

*) : Angka Sementara (Validasi, April 2014)

39

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

3.3. PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS 3: Meningkatnya Usaha dan Investasi di Bidang Perikanan Budidaya

3.3.1. Jumlah Rumah Tangga Pembudidaya Ikan (RTP) (Unit)

Indikator lainnya yang digunakan untuk menunjukkan adanya peningkatan usaha dan investasi bidang perikanan budidaya adalah jumlah rumah tangga pembudidaya ikan (RTP). Rumah tangga pembudidaya ikan merupakan rumah tangga yang melakukan kegiatan budidaya ikan dengan tujuan sebagian atau seluruhnya untuk dijual, dengan demikian RTP merupakan unit ekonomi perikanan budidaya yang dihitung berdasarkan total RTP yang disurvai disemua desa sampel, kemudian diestimasi berdasarkan jumlah RTP di Kabupaten/Kota dibagi jumlah RTP disemua desa sampel.

IKU jumlah rumah tangga pembudidaya ikan merupakan IKU baru yang ditentukan targetnya pada Tahun 2013, dengan tingkat pencapaian di Tahun 2013 sebanyak 1.771.500 buah atau 101,17% dari target yang ditetapkan sebanyak 1.751.000 buah. Sedangkan pertumbuhan rumah tangga pembudidaya ikan rata-rata dari Tahun 2010 - 2013 sebesar 5,32%, dimana jumlah RTP didominasi pelaku budidaya air tawar, disusul budidaya air payau , dan budidaya air laut sebagaimana pada tabel dibawah. Namun demikian selama kurun waktu di atas terjadi penurunan prosentase jumlah RTP pada usaha budidaya air payau, hal ini disebabkan khususnya pada budidaya udang terjadi penurunan aktivitas usaha budidaya yang disebabkan serangan penyakit, sehingga menyebabkan banyak lahan tambak yang non-produktif (tidak dioperasionalkan). Upaya program revitalisasi tambak melalui pengembangan demfarm diharapkan akan mampu meningkatkan performance tambak dan kepercayaan pembudidaya untuk kembali berbudidaya udang.

Tingginya jumlah RTP pada usaha budidaya air tawar dibanding jenis usaha budidaya lainnya, disebabkan bahwa usaha budidaya air tawar saat ini lebih banyak memasyarakat dan didominasi oleh usaha skala kecil, kondisi ini tidak terlepas dari nilai investasi pada usaha ini yang relative lebih kecil serta teknologi yang mudah diadopsi dibanding jenis usaha budidaya lainnya. Dengan melihat capaian RTP terhadap target pada Tahun 2013, maka diprediksi capaian kinerja RTP pada Tahun 2014 akan mampu dicapai seiring dengan mulai tumbuh dan berkembangnya aktivitas usaha budidaya ikan di beberapa daerah dan kawasan potensial baru.

Tabel 13. Jumlah Rumah Tangga Pembudidaya Ikan berdasarkan Jenis Usaha (RTP)

Capaian positif kinerja jumlah RTP pembudidayaan ikan terhadap target yang ditetapkan

pada Tahun 2013, tidak terlepas dari dukungan oleh beberapa kegiatan diantaranya adalah

(i) Pendampingan dan pembinaan secara langsung terhadap masyarakat baik aspek teknis

Satuan: buah

TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN %

** 1.516.562 ** 1.575.787 ** 1.670.447 1.751.000 1.771.500 101,17 1.842.000 5,32- budidaya air tawar (buah) ** 1.099.742 ** 1.158.811 ** 1.247.284 1.303.900 1.306.522 100,20 1.367.000 5,92- budidaya air payau (RTP) ** 256.579 ** 253.795 ** 236.806 255.700 242.897 94,99

264.700 -1,74- budidaya laut (buah) ** 160.241 ** 163.181 ** 186.357 191.400 222.081 116,03 210.300 11,74

**) belum ada target

2013*

2014KENAIKAN

RATA-RATA

2010 - 2013

Jumlah RTP Budidaya (buah)

*): Angka Sementara

2010

Indikator Kinerja

2011 2012

40

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

maupun manajemen usaha, (ii) Percontohan usaha budidaya ikan yang menstimulus

masyarakat untuk melakukan usaha perikanan budidaya; (iii) Dukungan penguatan modal

melalui program paket bantuan PUMP-PB, dan input sarana produksi budidaya; dan (iv)

Fasilitasi dan penguatan kemitraan usaha untuk menumbuhkan kapasitas dan pelaku usaha

baru.

Namun demikian capaian di atas tidak terlepas dari beberapa tantangan antara lain : (a)

Efesiensi usaha yang masih rendah sehingga berdampak terhadap menurunnya kapasitas

usaha pembudidaya; dan (b) Minimnya permodalan sehingga masyarakat belum

sepenuhnya mampu melakukan investasi secara mandiri pada kegiatan usaha budidaya.

3.4. PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS 4: Tersedianya Kebijakan Perikanan Budidaya

sesuai Kebutuhan

Dalam pencapaian sasaran strategis ini, Ditjen Perikanan Budidaya mengidentifikasi 3 (tiga) Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut :

Tabel 14. Capaian Sasaran Strategis 4 : Tersedianya Kebijakan Perikanan Budidaya sesuai Kebutuhan

No Uraian Indikator Kinerja Target

Tahun 2013

Realisasi Tahun 2013

Capaian %

1 Jumlah RSNI 3 yang disusun 16 16 100

2 Jumlah kebijakan publik perikanan budidaya yang diselesaikan

4 4

3 Jumlah draft peraturan perundang-undangan perikanan budidaya

1 1 100

3.4.1. Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI-3) Bidang Produksi Perikanan

Budidaya yang Disusun

Standardisasi memegang peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan, dan telah menjadi bagian yang menentukan dalam perdagangan global dan merupakan faktor penting bagi perkembangan aktivitas pasar serta penggerak utama ekonomi. Penyusunan RSNI-3 merupakan salah satu tahapan dalam penyiapan menuju SNI, guna mewujudkan produktivitas usaha budidaya yang berkelanjutan serta meningkatkan daya saing produk perikanan budidaya baik pasar lokal maupun ekspor. RSNI 3 bidang perikanan budidaya sebagaimana pada tabel dibawah.

41

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

Tabel 15. Capaian RSNI 3 Bidang Produksi Perikanan Budidaya selama Tahun 2010 - 2013

RSNI 3 2010 2011 2012 2013 2014

RSNI 3 bidang produksi

- Target 8 12 12 16 16

- Realisasi 8 12 12 16 -

- Prosentase 100 100 100 100 -

Pada Tahun 2013 target RSNI-3 bidang produksi perikanan budidaya yang disusun sebanyak 16 RSNI-3 dan telah tercapai sebanyak 16 RSNI-3 (100%). Rincian RSNI 3 selengkapnya pada Lampiran. Penetapan jenis standar ini dipilih dengan pertimbangan bahwa komoditas dan teknologi yang diterapkan telah berkembang luas dimasyarakat serta memiliki permintaan pasar yang cukup tinggi namun belum ada standar yang mengatur tentang proses produksinya. Penyusunan RSNI-3 tersebut dilakukan melalui tahapan rapat Gugus Kerja dengan output RSNI-1, Rapat Teknis dengan output RSNI-2, rapat Konsensus dengan output RSNI-3 dan lebih lanjut akan diproses oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) untuk ditetapkan menjadi SNI. 3.4.2. Jumlah Kebijakan Publik Perikanan Budidaya yang Diselesaikan

Kebijakan publik di bidang produksi perikanan budidaya merupakan peraturan ataupun keputusan yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Perikanan Budidaya terkait dengan pembinaan, penataan ataupun pelaksanaan pembangunan di bidang produksi perikanan budidaya. Pada Tahun 2013 kebijakan publik bidang produksi perikanan budidaya telah disusun sebanyak 4 dokumen baik merupakan juklak/kebijakan baru maupun revisi atas juklak yang beraku pada Tahun sebelumnya. Kebijakan publik bidang produksi perikanan budidaya tersebut meliputi : (i) Kebijakan terkait petunjuk pelaksanaan sertifikasi Cara Budidaya Ikan Yang Baik (CBIB); (ii) Kebijakan terkait prosedur sertifikasi CBIB; (iii) Kebijakan terkait petunjuk pelaksanaan tata cara pengambilan sampel pakan dan bahan baku pakan ikan; dan (iv) Kebijakan terkait publikasi buku statistik produksi perikanan budidaya.

Indikator Kinerja Utama (IKU) ini merupakan IKU baru, dimana berdasarkan target yang ditetapkan pada Tahun 2013 sebanyak 4 dokumen kebijakan publik, sampai Desember 2013 telah disusun sebanyak 4 dokumen atau dengan capaian 100% dari target. Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya jumlah kebijakan publik yang disusun pada Tahun 2013 relatif lebih sedikit, hal ini karena juklak/kebijakan yang disusun didasarkan pada kebutuhan yang secara langsung terkait dengan produksi perikanan budidaya, dimana kebijakan publik yang telah disusun pada Tahun sebelumnya secara umum masih berlaku dan dipakai pada Tahun 2013.Guna mengefektifkan terhadap implementasi program pengembangan kawasan budidaya khususnya yang terkait dengan pengembangan sistem produksi perikanan budidaya, maka Direktorat Produksi akan melakukan identifiksi dan pemetaan terkait kebutuhan kebijakan publik yang belum terakomodasi melalui survey pada level stakeholders terkait.

42

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

Tabel 16. Jumlah Kebijakan Publik Perikanan Budidaya yang Diselesaikan Tahun 2010 - 2013 (Dokumen)

Jumlah Kebijakan Publik Perikanan

Budidaya yang Diselesaikan 2010 2011 2012 2013 2014

Bidang produksi

- Target * * * 4 4

- Realisasi 1 9 6 4

- Prosentase 100%

TOTAL

Ket: * belum terdapat target

3.4.3. Jumlah Draft Peraturan Perundang-Undangan Perikanan Budidaya

Peraturan perundang-undangan merupakan norma, standar, prosedur dan kriteria yang disusun dengan tujuan antara lain memberikan jaminan perlindungan bagi hak - hak kemanusiaan, sebagai pembatasan larangan, perintah tertentu yang harus dipatuhi dalam berperilaku.

Jumlah draft peraturan perundang-undangan perikanan budidaya yang telah disusun sebanyak 1 dokumen, dimana Tahun 2013 Direktorat Produksi hanya melakukan perbanyakan terhadap peraturan perundang-undangan yaitu Peraturan Menteri KP Nomor : PER.02/MEN/2010 tentang Pengadaan dan Peredaran Pakan Ikan.

Untuk meningkatkan kinerja maka pada Tahun mendatang akan dilakukan kegiatan konsultasi publik untuk mendapatkan masukan perencanaan peraturan perundang-undangan yang diperlukan; pengukuran yang dilakukan secara periodik, koordinasi penyusunan dan pembahasan draft peraturan perundang-undangan yang dilakukan secara kontinyu.

3.5. PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS 5 : Tersedianya Modernisasi Sistem Produksi

Kelautan dan Perikanan, Pengolahan dan Pemasaran Produk KP yang Optimal dan

Bermutu

Dalam pencapaian sasaran strategis ini, Direktorat Produksi mengidentifikasi 5

(lima) Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagaimana pada tabel dibawah. Secara

keseluruhan, target sasaran strategis telah tercapai, dengan rata-rata pencapaian

sebanyak 113,9%.

43

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

Tabel 17. Capaian Sasaran Strategis 7 : Tersedianya Modernisasi Sistem Produksi Kelautan dan Perikanan, Pengolahan dan Pemasaran Produk KP yang Optimal dan Bermutu

No Uraian Indikator Kinerja Target Tahun

2013 Realisasi

Tahun 2013 Capaian

%

1 Jumlah unit pembudidayaan ikan yang disertifikasi (unit)

7.000 7.100 101,43

2 Jumlah kelompok yang menerapkan teknologi anjuran perikanan budidaya (kelompok)

132 167 126,52

3.5.1. Jumlah Unit Pembudidayaan Ikan Yang Disertifikasi

Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan dan keamanan pangan maka

masalah mutu, sanitasi, kandungan/residu hormon dan antibiotik, bakteri, racun hayati

(biotoxin), logam berat serta pestisida pada beberapa komoditas budidaya, harus menjadi

perhatian bersama. Oleh karenanya produk perikanan budidaya diharapkan aman untuk

dikonsumsi sesuai persyaratan yang dibutuhkan pasar. Berkaitan dengan hal tersebut,

sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan

gizi pangan, para pembudidaya ikan perlu menerapkan Cara Budidaya Ikan Yang Baik (CBIB),

sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP.

02/MEN/2007 tentang Cara Budidaya Ikan Yang Baik. Pengendalian penerapan CBIB pada

unit usaha budidaya dilakukan melalui penerapan sertifikasi yang diatur dalam Surat

Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Nomor 044/DJ-PB/2008. Tujuan penilaian

ini adalah sebagai upaya untuk untuk memberikan jaminan terhadap unit usaha budidaya

yang telah menerapkan CBIB dan dapat memperoleh sertifikat CBIB yang menyatakan

bahwa produk budidaya yang dihasilkannya aman untuk dikonsumsi.

Target unit usaha perikanan budidaya yang disertifikasi CBIB Tahun 2013 adalah 7.000 unit,

dengan capaian sebanyak 7.100 unit (101,43%). Capaian ini meningkat jika dibandingkan

pada Tahun 2012 yang sebesar 95,3% sebagaimana tabel dibawah. Capaian sertifikasi ini

merupakan kumulatif dari tahun-tahun sebelumnya, dan bila dibandingkan dengan target

Tahun 2014 (8.000 unit) maka telah mencapai 88,75%.

Tabel 18. Jumlah Capaian Unit Pembudidayaan Ikan yang Disertifikasi Tahun 2010 - 2013 (Unit)

4.

Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian %

748 558 2,000 2,018 4,000 3,811 7,000 7,100 101.43 8,000 145.60

2013*

2014Kenaikan Rata-

Rata 2010 -

2013 (%)

Unit Pembudidayaan Ikan

Tersertifikasi (unit)

*): Angka Sementara

2010

Indikator Kinerja

2011 2012

44

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

Sebaran capaian penilaian sertifikasi berdasarkan provinsi tersaji pada table 4. Sedangkan

komposisi unit usaha yang dinilai sampai dengan Tahun 2013 meliputi (i) Unit usaha

perorangan sebanyak 5.608 unit, (ii) POKDAKAN sebanyak 1.100 unit, dan (iii) Perusahaan

sebanyak 392 unit dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Jumlah Penilaian Sertifikasi CBIB berdasarkan Jenis Usaha Tahun 2010 – 2013

Tabel 20. Realisasi Capaian Kinerja Sertifikasi CBIB Menurut Provinsi 2013 - 2014 (Unit)

Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian

1 Aceh 30 14 85 87 150 205 255 390 2492 Sumatera Utara 31 10 71 61 120 79 176 179 2223 Sumatera Barat 20 13 53 64 150 204 403 427 2404 Riau 20 6 55 40 80 40 240 186 3115 Kepulauan Riau 20 2 45 24 100 79 112 141 4696 Jambi 20 3 50 40 100 108 258 163 4857 Sumatera Selatan 21 2 50 44 120 71 219 224 7928 Bangka Belitung 22 8 28 14 80 48 63 59 1149 Bengkulu 20 9 55 22 120 37 187 83 112

10 Lampung 92 83 120 196 230 301 314 504 8611 DKI Jakarta 13 3 24 13 80 21 90 45 17012 Banten 25 10 65 40 100 124 264 323 22313 Jawa Barat 50 27 120 156 250 290 482 380 19814 Jawa Tengah 40 49 115 132 230 167 336 295 9115 DI Yogyakarta 20 16 36 39 100 70 200 176 12516 Jawa Timur 40 108 192 230 300 327 422 475 6717 Bali 20 15 60 76 100 134 148 177 17218 NTB 30 47 110 108 150 168 198 213 7119 NTT 20 0 45 2 80 2 102 2 -20 Kalimantan Barat 20 6 50 53 120 77 208 95 28421 Kalimantan Tengah 20 12 45 49 120 84 200 165 15922 Kalimantan Selatan 30 16 70 75 120 123 300 207 16723 Kalimantan Timur 30 8 70 9 120 20 176 177 30724 Sulawesi Utara 30 38 85 88 150 143 273 267 9425 Gorontalo 20 9 35 41 100 105 165 182 19526 Sulawesi Tengah 20 2 50 47 100 107 154 267 84227 Sulawesi Barat 20 0 45 49 80 107 175 277 13928 Sulawesi Selatan 30 26 85 114 150 300 435 461 18529 Sulawesi Tenggara 20 13 50 68 100 151 216 303 21530 Maluku 5 1 9 14 50 59 84 116 57331 Maluku Utara 5 0 9 4 50 4 29 22 -32 Papua 5 2 9 0 50 37 72 70 -33 Papua Barat 5 0 9 19 50 19 44 49 -

Total 748 558 2,000 2,018 4,000 3,811 7,000 7,100 146

Kenaikan Rata-

Rata 2010 -

2013 (%)

ProvinsiNo2010 2011 2012 2013

2010 2011 2012 2013

Kenaikan Rata-

rata per tahun

(%)

Keterangan

1 Perorangan 221 1372 2916 5608 241.9 Kumulati f

2 Pokdakan 115 357 563 1100 121.2 Kumulati f

3 Perusahaan 139 289 332 392 47.0 Kumulati f

Unit Budidaya

Satuan : Unit

45

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

Pencapaian Tahun 2013 ini didorong oleh terobosan yaitu (i) Optimalisasi kinerja

pembinaan, sosialiasi penerapan CBIB bagi pembudidaya oleh fasilitator dan penyuluh; (ii)

Menetapkan target kinerja bagi fasilitator dalam melakukan pembinaan penerapan CBIB

dan pembuatan dokumen sistem mutu unit pembudidayaan ikan; (iii) Menambah jumlah

Auditor Sertifikasi CBIB dengan Surat Keputusan Dirjen Perikanan Budidaya No. KEP.63/DJ-

PB/2013 tentang Tim Sertifikasi Cara Budidaya Ikan yang Baik; (iv) Peningkatan sinergitas

kerja pusat dan daerah, diantaranya pendelegasian wewenang kepada daerah untuk

melakukan, penilaian pendahuluan, penilaian sertifikasi CBIB dengan penerbitan SPT oleh

kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi (Per.Dirjen PB No : 30/PER-DJPB/2013); (v)

Menjadikan target sertifikasi CBIB sebagai IKK di masing-masing daerah dan dievaluasi

secara periodik; (vi) Meningkatkan kualitas pelaksanaan sertifikasi maka dilakukan pula

harmonisasi pelaksanaan sertifikasi dengan peraturan internasional.

3.5.2. Jumlah Kelompok Yang Menerapkan Teknologi Anjuran Perikanan Budidaya

Dalam rangka mewujudkan usaha perikanan budidaya yang berkelanjutan (Sustainable Aquaculture) dan berdaya saing maka penyebaran informasi teknologi di tingkat pembudidaya diarahkan pada penerapan teknologi anjuran sesuai standar dan prinsip-prinsip Cara Budidaya Ikan Yang Baik (Good Aquaculture Practices). Dengan menerapkan teknologi anjuran secara berkelanjutan diharapkan dapat meningkatkan produksi dan produktivitas, kapasitas usaha, serta nilai tambah dan daya saing produk hingga pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan pembudidaya ikan.

Capaian kinerja pada Tahun 2013 sebesar 167 pokdakan (126,52%) dari target 132 Pokdakan, yang merupakan kumulatif dari kelompok yang menerapkan teknologi anjuran bidang budidaya air payau/laut, air tawar dan ikan hias. Dilihat dari trend capaian terhadap target pada tahun sebelumnya capaian Tahun 2013 mengalami sedikit penurunan (sebagimana tabel dibawah). Jika dibandingkan dengan target pada Tahun 2014 maka target IKU tersebut telah memenuhi dengan capaian 115,17%. Sebaran kelompok yang menerapkan teknologi anjuran sebagaimana pada Lampiran .

Tabel 21. Jumlah Kelompok yang Menerapkan Teknologi Anjuran Perikanan Budidaya Tahun 2010 - 2013 (kelompok)

Jumlah Kelompok yang Menerapkan Teknologi Anjuran Perikanan Budidaya

2010 2011 2012

2013

2014

- Target 99 109 120 132 145

- Realisasi 109 144 201 167 -

- Prosentase 110,1 132,1 167,5 126,5

46

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

Gambar 17. Target dan Capaian Pokdakan yang Menerapkan Teknologi Anjuran Tahun 2010 - 2013

Dalam pencapaian IKU diatas, beberapa kendala yang dihadapi antara lain : (a) Penyebaran informasi teknologi anjuran belum seluruhnya menjangkau unit-unit usaha budidaya yang ada di Indonesia; (b) Masih terbatasnya jumlah pelaku Pembina khususnya yang ada di daerah; (c) Keterbatasan alokasi anggaran baik di pusat maupun daerah; (d) Belum terbangunnya kelembagaan yang kuat di sentra-sentra produksi

Guna mengatasi kendala diatas, maka rencana aksi yang akan dilakukan di tahun mendatang yaitu : (i) Penciptaan inovasi teknologi yang aplikatif, efesien, dan mampu diadopsi masyarakat; (ii) Percepatan penyebaran teknologi anjuran secara massive ke masyarakat; (iii) Pengembangan dan sosialisasi standarisasi teknologi budidaya (SNI dan CBIB); (iv) Peningkatan kapasitas dan peran pembinaan dan pendampingan; (v) Penguatan Kelembagaan di sentra-sentra produksi.

3.6. PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS 6 : Terselenggaranya Pengendalian Usaha Perikanan Budidaya

Pengendalian usaha tidak hanya diberikan ke satu arah yaitu masyarakat, namun juga diperlukan data-data dukung dari lapangan atau stakeholders sehingga upaya pengendalian pembangunan akan semakin baik. Sasaran strategis ini dicapai melalui 2 (dua) IKU dengan capaian rata-rata sasaran strategis dimaksud masih kurang dari 100% sebagaimana tabel dibawah.

Tabel 22. Capaian Sasaran Strategis 8 : Terselenggaranya Pengendalian Usaha Perikanan Budidaya

No Uraian Indikator Kinerja Target

Tahun 2013

Realisasi Tahun 2013

Capaian %

1 Tingkat kepuasan publik terhadap prosedur layanan pendaftaran pakan (skala likert A - D) A B 79,88%

2 Tingkat ketaatan pemangku kepentingan dalam penyampaian data perikanan budidaya (persen) 100 89,20 89,20

47

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

Penghitungan skala likert dilakukan dengan terlebih dahulu mengkonversikan huruf menjadi angka, dengan range antara 1-4; A (1), B (2), C (3), D (4).

A. Tingkat Kepuasan Publik Terhadap Prosedur Layanan Pendaftaran Pakan

Sejalan dengan pelaksanaan reformasi yang terus tingkatkan oleh Ditjen Perikanan Budidaya, maka kepuasan publik terhadap prosedur layanan pendaftaran pakan juga menjadi salah satu prioritas. Penilaian ini berfungsi sebagai tolak ukur keberhasilan Direktorat Produksi dalam memberikan pelayanan prima kepada masyarakat dan upaya pemerintah untuk memperbaiki kinerja.

Pada Tahun 2013, tingkat kepuasan publik terhadap prosedur layanan pendaftaran pakan pada Direktorat Produksi mencapai 79,88% atau nilai B. IKU ini merupakan IKU baru yang mulai dihitung pada Tahun 2013 sehingga tidak dapat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Tabel 23. Tingkat Kepuasan Publik Terhadap Layanan Pendaftaran Pakan (Skala likert A-D)

Tingkat Kepuasan Publik Terhadap Layanan Perijinan

2010 2011 2012 2013 2014

Prosedur layanan Pendaftaran Pakan Ikan

- Target * * * A A

- Realisasi B B

- Prosentase 79,88

Pelaksanaan kegiatan pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat pada layanan yang ada pada Direktorat Produksi dilakukan melalui penyebarluasan kuesioner kepada responden yang menjadi pengguna layanan sesuai dengan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat yang memuat 14 unsur pelayanan yang harus diukur, yaitu 1) Prosedur Pelayanan; 2) Persyaratan Pelayanan; 3) Kejelasan Petugas Pelayanan; 4) Kedisiplinan Petugas Pelayanan; 5) Tanggung Jawab Petugas Pelayanan; 6) Kemampuan Petugas Pelayanan; 7) Kecepatan Pelayanan; 8) Keadilan Mendapatkan Pelayanan; 9) Kesopanan dan Keramahan Petugas; 10) Kewajaran Biaya Pelayanan; 11) Kepastian Biaya Pelayanan; 12) Kepastian Jadwal Pelayanan; 13) Kenyaman Lingkungan dan 14) Keamanan Pelayanan.

Hasil kuesioner yang telah terisi kemudian dikumpulkan dan diolah secara kuantitatif. Proses dan analisis data sesuai dengan petunjuk dalam Keputusan MENPAN No. KEP/25/M.PAN/2/2004, sehingga terstandardisasi secara nasional. Survey IKM telah dilaksanakan selama 6 bulan yaitu bulan Juli - Desember 2013 Tahun 2013 dengan hasil sebagai berikut :

48

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

Tabel 24. Hasil Penilaian Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Bidang Pelayanan pada Direktorat Produksi Periode Juli – Desember 2013

No Tahun Jumlah Responden Nilai IKM Keterangan

1. 2013 19 79,88

IKM tertinggi : Tanggung Jawab Petugas Pelayanan (3,37) IKM terendah : Kecepatan Pelayanan (2,95)

Secara keseluruhan nilai rata-rata IKM yang diperoleh masuk dalam Nilai Interval Konversi IKM yaitu 62,51 - 81,25, hal ini berarti Tingkat Kepuasan Publik Pada Pelayanan Pendaftaran Pakan Ikan Direktorat Produksi Periode Juli – Desember 2013 masuk dalam kategori B (Baik). Namun demikian hal ini belum mencapai nilai A (81,26 - 100) sesuai dengan target yang telah ditentukan. IKM ini dinilai berdasarkan tingkat kepuasan masyarakat terhadap Pelayanan yang ada di Direktorat Produksi.

Berdasarkan analisa, yang menjadi kendala pengguna layanan belum mendapatkan kecepatan dalam pelayanan karena pada proses pendaftaran pakan harus dilakukan pengujian laboratorium yang berada diluar kendali Direktorat Produksi.

Langkah antisipasi yang perlu dilakukan pada Tahun 2014 adalah : a. Sosialisasi peraturan dan kebijakan terhadap pelaku usaha/produsen pakan ikan yang

belum memiliki ijin; b. Proaktif dalam melakukan survey terhadap responden; c. Meningkatkan jumlah kapasitas sumberdaya manusia yang melakukan tugas pelayanan; d. Meningkatkan kecepatan pelayananan dengan optimalisasi pelayanan pendaftaran pakan

ikan secara online;

B. Tingkat Ketaatan Pemangku Kepentingan Dalam Penyampaian Data Perikanan

Budidaya

Data dari para pemangku kepentingan yang menjabarkan status perikanan budidaya sebelum dan saat ini memegang peranan yang penting dalam penyusunan perencanaan, pengambilan kebijakan dan pengelolaan pembangunan perikanan. Oleh karenanya penyampaian data di bidang produksi perikanan budidaya yang akurat dan tepat waktu sangatlah diperlukan. Capaian data ini secara akumulatif di Tahun 2013 sebesar 95% sebagaimana pada tabel dibawah. IKU ini merupakan IKU baru Tahun 2013 sehingga data tidak dapat diperbandingkan dengan Tahun sebelumnya.

Tabel 25. Tingkat Ketaatan Pemangku Kepentingan dalam Penyampaian Data Perikanan Budidaya (Persen)

Tingkat Ketaatan Pemangku Kepentingan dalam Penyampaian Data Perikanan Budidaya (%)

2010 2011 2012 2013 2014

Bidang Produksi

- Target * * * 100 100

- Realisasi 95

- Prosentase 95

49

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

Penyampaian data di bidang produksi perikanan budidaya yang dilakukan pemangku kepentingan meliputi : (i) Perkembangan data produksi perikanan budidaya dari 33 Provinsi yang disampaikan setiap triwulan; (ii) Penyampaian data produksi ikan hias dari 33 Provinsi yang disampaikan setiap triwulan; (iii) Penyampaian data terkait usulan unit usaha yang akan disertifiksi CBIB; (iv) Penyampaian data terkait perkembangan kawasan budidaya dan percontohan usaha budidaya; (v) Penyampaian data terkait Pokdakan yang menerapkan teknologi anjuran dan standar perikanan budidaya.

Kendala yang dihadapi dalam pencapaian IKU adalah (i) Terbatasnya sumberdaya manusia pada para pemangku kepentingan, utamanya adalah Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi atau Kabupaten; (ii) Petugas pengolah data sering dipindahkan sehingga mengurangi efektivitas pengolahan dan penyampaian data; dan (iii) Kurangnya perhatian dan komitmen akan arti pentingnya data yang berkualitas sebagai bahan evaluasi dan perencanaan pembangunan.

Sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja IKU tingkat ketaatan pemangku kepentingan dalam penyampaian data produksi perlu dilakukan beberapa kegiatan diantaranya adalah sinkronisasi database SIMSTAT, peningkatan kapasitas petugas statistik budidaya maupun pengumpul data lainnya di daerah, forum koordinasi statistik perikanan budidaya, dan peningkatan fasilitas penyampaian data dalam bentuk aplikasi database.

3.7. PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS 7 : Tersedianya SDM Ditjen Perikanan Budidaya yang Kompeten dan Profesional

Penyediaan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten dan profesional sangat dibutuhkan untuk mendukung produktivitas dan ektivitas agar tujuan pembangunan perikanan budidaya dapat tercapai. Oleh karenanya, salah satu sasaran strategis yang ditetapkan pada lingkup Direktorat Produksi adalah tersedianya SDM Direktorat Produksi yang kompeten dan profesional. Dalam pencapaian sasaran strategis ini, Direktorat Produksi mengidentifikasi 2 (dua) Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagaimana pada tabel dibawah. Secara keseluruhan, target sasaran strategis telah tercapai, dibawah 100%. Indeks kesenjangan merupakan OKU yang sifatnya minimize, yang berarti bahwa semakin kecil capaiannya (<100%), maka capaian kinerja akan semakin baik.

Tabel 26. Capaian Tersedianya SDM Ditjen Perikanan Budidaya yang Kompeten dan Profesional

No Uraian Indikator KinerjaTarget Tahun

2013

Realisasi Tahun

2013 Capaian %

1 Indeks Kesenjangan Kompetensi pejabat eselon III, IV

dan V lingkup Direktorat Produksi (persen) *)

60 16.46 27.43%

2 Indeks Kesenjangan Kompetensi pejabat fungsional

(persen)

6048 80%

Ket: *= angka merupakan penghitungan dari Ditjen Perikanan Budidaya karena perhitungan dari Biro Kepegawaian

KKP belum ada hingga laporan disusun

50

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

A. Indeks Kesenjangan Kompetensi Pejabat Eselon III, dan IV Lingkup Direktorat Produksi

Indeks kesenjangan kompetensi jabatan merupakan angka yang menunjukkan perbandingan antara kompetensi yang dibutuhkan untuk satu jabatan dan kompetensi yang dimiliki oleh pejabat tersebut sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penyusunan Standar Kompetensi Jabatan. Angka ini dihitung berdasarkan Level Kompetensi pada Kamus Kompetensi Manajerial. Nilai minimum seorang dikatakan telah memenuhi kompetensi jabatannya adalah telah memenuhi level kompetensi yang dipersyaratkan.

Capaian Indeks kesenjangan kompetensi Pejabat Eselon III, dan IV lingkup Direktorat Produksi Tahun 2013 sebesar 16,46% (27,43% dari target) yang menunjukkan jumlah Pejabat Struktural Eselon III, dan IV yang belum memenuhi kompetensi jabatannya sejumlah 3 orang dari jumlah pejabat struktural yang ada (17 orang). Capaian ini belum dapat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya dikarenakan merupakan IKU baru yang baru dihitung di Tahun 2013. Namun, bila dibandingkan dengan target Tahun 2014 sebesar 50% maka telah mencapai target, sehingga ke depan perlu dipertahankan atau bahkan ditingkatkan.

Tabel 27. Indeks Kesenjangan Kompetensi Pejabat Eselon III, IV dan V Lingkup Ditjen PB (%)

IKU 2010 2011 2012 2013 2014

Indeks Kesenjangan Kompetensi pejabat eselon III, dan IV lingkup Direktorat Produksi

- Target * * * 60 50

- Realisasi 16.46

- Prosentase 27.43

Ket: *: belum ditetapkan targetnya

Capaian kinerja IKU ini didukung olehkegiatan : (1) Assesment bagi pejabat Eselon I, II, III dan IV oleh Biro Kepegawaian Kementerian Kelautan dan Perikanan; (2) Transformasi Budaya Kerja DitjenPerikanan Budidaya untuk pejabat Eselon I, II dan III guna meningkatkan kemampuan manajerial, khususnya dalam melakukan perencanaan; (3) Memetakan standar kompetensi jabatan; dan (4) Mengusulkan kebutuhan diklat. Guna meningkatkan capaian di Tahun mendatang, maka inisiatif strategis yang akan dilakukan adalah menyelenggarakan transformasi budaya kerja Ditjen. Perikanan Budidaya tahap II untuk pejabat Eselon II, III dan IV yang belum mengikuti.

B. Indeks Kesenjangan Kompetensi Pejabat Fungsional

Indeks kesenjangan kompetensi pejabat fungsional merupakan angka yang menunjukkan perbandingan antara kompetensi yang dibutuhkan untuk satu jabatan fungsional tertentu, dalam hal ini terkait dengan pengumpulan angka kredit oleh pejabat fungsional tertentu sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil. Angka ini dihitung berdasarkan jumlah pejabat fungsional yang mengusulkan Penilaian Angka Kredit pada Tahun 2013.

51

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

Nilai minimum seseorang telah yang memenuhi kompetensi jabatannya adalah telah memenuhi nilai minimum yang dipersyaratkan untuk dapat dipertimbangkan kenaikkan jabatan dan/atau kenaikkan pangkat, serta pengangkatan pertama dalam jabatan. Direktorat Produksi mempunyai pejabat fungsional tertentu sebanyak 3 orang terdiri dari 2 orang Statistisi Pertama dan 1 orang Statistisi Muda. Indeks kesenjangan kompetensi jabatan fungsional tertentu lingkup Direktorat Produksi Tahun 2013 sebesar 0% yang menunjukkan bahwa seluruh jumlah pejabat fungsional tertentu (Statistisi) yang ada di Direktorat Produksi telah memenuhi nilai minimum yang dipersyaratkan yang artinya telah memenuhi kompetensi jabatannya. Capaian ini belum dapat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya dikarenakan merupakan IKU baru yang baru dihitung di Tahun 2013. Data dukung capaian adalah jabatan fungsional tertentu yang penilaian angka kreditnya dilaksanakan oleh Pusat Data, Statistik dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jabatan fungsional yang dimaksud adalah Statistisi. Capaian kinerja IKU ini didukung oleh : (i) Pelaksanaan Penilaian Angka Kredit jabatan fungsional tertentu; dan (ii) Pimbinaan jabatan fungsional.

Guna meningkatkan capaian di Tahun mendatang, maka inisiatif strategis yang akan dilakukan adalah : (1) Melaksanakan pembinaan teknis dan administrasi dalam penyusunan usulan angka kredit; (2) Memetakan standar kompetensi jabatan; dan (3) Mengusulkan assessment untuk pegawai.

3.8. PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS 8 : Tersedianya Informasi yang Valid, Handal dan Mudah Diakses di Bidang Produksi Perikanan Budidaya

Informasi yang baik adalah informasi yang diberikan sesuai dengan kebutuhannya, baik kelengkapan materi, waktu pemberian, keakuratan data sehingga informasi akan bersifat valid dan handal. Selain itu informasi juga harus mudah diakses melalui teknologi berbasis IT, seperti website. Dalam rangka mencapai sasaran strategis tersedianya informasi yang valid, handal dan mudah diakses bidang perikanan budidaya, maka ditetapkan dua (2) IKU seperti pada tabel dibawah, dengan capaian masing-masing IKU Tahun 2013 diatas 100%.

Tabel 28. Capaian Sasaran Strategis : Tersedianya Informasi yang Valid, Handal dan Mudah Diakses di Bidang Perikanan Budidaya

No Uraian Indikator Kinerja Target Tahun

2013 Realisasi Tahun

2013 Capaian

%

1 Service Level Agreement di Ditjen PB (persen) 70 80 114,29

2 Persepsi user terhadap kemudahan akses informasi dan data terkini di Ditjen PB (skala likert 1-5)

4 4 100,00

A. Service Level Agreement di Direktorat Produksi Perikanan Budidaya

Upaya peningkatan reformasi dan birokrasi menuntut pemerintah untuk memberikan pelayanan terbaik bagi stakeholders. Salah satu cara yang digunakan untuk menilai layanan

52

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

tersebut adalah melalui IKU Service Level Agreement (SLA) yang merupakan kesepakatan formal dua entitas yaitu pihak penyedia layanan dan penerima layanan tentang penyediaan data dan informasi serta aksesibilitasnya melalui teknologi Informasi. SLA dihitung berdasarkan (i) Penyediaan data dan Informasi, yaitu perbandingan jumlah data/informasi yang dibutuhkan dan jumlah data/informasi yang tersedia, sesuai bidang tugasnya; dan (ii) Penyediaan sarana aksesibilitas data dan Informasi menggunakan Teknologi Informasi, yang dihitung melalui (a) Jaringan koneksi internet berfungsi 98% dalam setahun (downtime 175 jam = 7 hari); (b) Teraksesnya aplikasi sistem informasi oleh publik dalam 24 jam sehari.

Target capaian SLA Tahun 2013 adalah 70, dengan capaian nilai realisasi SLA Tahun 2013 sebesar 80 (114,29% > dari target). Bila dibandingkan dengan target Tahun 2014 sebesar 75, maka capaian ini telah dapat dipenuhi, namun demikian perlu ditingkatkan. Capaian IKU sebagaimana tabel dibawah :

Tabel 29. Service Level Agreement di Ditjen Perikanan Budidaya

IKU 2010 2011 2012 2013 2014

Service Level Agreement Di Ditjen

Perikanan Budidaya

- Target * * * 70 75

- Realisasi 80 -

- Persentase 114,29%

Ket: *: belum ditetapkan targetnya

Adapun dasar perhitungan SLA yaitu : 1. Dalam seTahun terdapat 365 hari kerja; 2. Terjadi down time selama 73 hari kerja yang disebabkan oleh : i) pengembangan

website selama 43 hari kerja; dan ii) pindah kantor selama 30 hari kerja;

3. Sehingga capaian realisasi SLA adalah 80%

Capaian kinerja IKU ini didukung oleh pelaksanaan kegiatan pada Bagian Hukum, Organisasi dan Humas serta berkoordinasi mengenai peningkatan pelayanan dengan Direktorat Produksi, sehingga informasi terkait perkembangan di bidang produksi perikanan budidaya dapat diakses melalu website Ditjen Perikanan Budidaya. Tim Direktorat Produksi terlibat aktif dalam pengelolaan website berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya No : 3/KEP-DJPB/2014 dan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya No : 9/KEP-DJPB/2014, mengenai Dewan redaksi penerbitan Tabloid Akuakultur Indonesia.

Disamping penyebaran informasi melalui teknologi informasi (website), Direktorat Produksi juga melakukan upaya penyebaran informasi melalui penyebaran Leaflet, Brosur, Juknis, Juklak dan Informasi lainnya secara langsung terhadap stakeholders terkait.

Guna meningkatkan capaian di tahun mendatang, maka inisiatif strategis yang akan dilakukan adalah melakukan melakukan penyusunan kuesioner tingkat kepuasan pengguna informasi dan menyebarkannya secara berkala untuk mengetahui secara detil Service Level Agreement yang diperoleh.

53

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

B. Persepsi User Terhadap Kemudahan Akses Informasi dan Data Terkini di Direktorat

Produksi

Layanan informasi ke masyarakat dilakukan melalui website www.djpb.go.id dengan harapan masyarakat dapat mengetahui lebih banyak informasi, khususnya di bidang produksi perikanan budidaya. Melalui website www.djpb.go.id, menyimpulkan presepsi user terhadap kemudahan akses informasi dan data melalui survei kemanfaatan penggunaan (user) dengan satu kepercayaan bahwa data dan informasi tersebut memberikan kontribusi positif bagi penggunanya melalui kuisioner yang meliputi : (i) Kepuasan terhadap ketersediaan informasi yang ada; (ii) Kegunaan informasi; dan (iii) Kemudahan akses website.

Capaian persepsi user terhadap kemudahan akses informasi dan data terkini di Direktorat Produksi sebesar 4 pada Tahun 2013. Ke depan akan diupayakan peningkatan akses informasi yang lebih cepat dan terintegrasi yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat, khususnya masyarakat pembudidaya ikan, disamping itu akan diupayakan terhadap peningkatan jumlah bidang informasi sesuai kebutuhan bagi pengguna.

3.9. PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS 9 : Terwujudnya Good Governance and Clean Government di Ditjen Perikanan Budidaya

3.9.1. Jumlah rekomendasi Aparat Pengawas Internal dan Eksternal Pemerintah (APIEP)

yang Ditindaklanjuti Dibanding Total Rekomendasi di Ditjen Perikanan Budidaya

Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, review, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.

Jumlah temuan tindak lanjut sampai dengan Tahun 2012 dan diselesaikan Tahun 2013 pada satker Direktorat Produksi adalah 1 LHP, dimana penyelesaiannya masih diproses dan menunggu hasil rekonsiliasi dari BPK. IKU ini merupakan IKU baru sehingga tidak bisa dibandingkan dengan target tahun sebelumnya. Sebagai antisipasi pencapaian kegiatan di tahun mendatang Tim Tindak Lanjut di Lingkup Direktorat Produksi yang tergabung dalam Tim Tindak Lanjut Ditjen Perikanan Budidaya mengupayakan penyelesaian temuan dapat diselesaikan 100% dengan melakukan rekonsiliasi secara intensif ke BPK RI.

3.9.2. Nilai AKIP Ditjen Perikanan Budidaya

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan melalui sistem pertanggungjawaban secara periodik. Sistem AKIP terdiri dari berbagai

54

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

komponen yang merupakan satu kesatuan, yaitu perencanaan strategis, perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, dan pelaporan kinerja.

Dengan Implementasi SAKIP di lingkungan Ditjen Perikanan Budidaya secara menyeluruh diharapkan menjadikan Ditjen Perikanan Budidaya mampu melaksanakan tugas dan fungsinya secara efisien, efektif dan responsif terhadap aspirasi masyarakat dan lingkungannya; mewujudkan transparansi Ditjen Perikanan Budidaya dan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan nasional; serta memelihara kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.

Ditjen Perikanan Budidaya pada Tahun 2013 memperoleh nilai AKIP A (100%) dengan skor 78,54 yang menunjukkan kinerja sangat baik. Bila dibandingkan dengan Tahun

sebelumnya nilai AKIP Ditjen Perikanan Budidaya mengalami penurunan (skor nilai AKIP Tahun 2012 adalah 78,92) walaupun masih dalam nilai A, sehingga ke depan

perlu ditingkatkan. Capaian IKU sebagaimana tabel dibawah :

Tabel 30. Nilai AKIP Ditjen Perikanan Budidaya

IKU 2010 2011 2012 2013 2014

Nilai AKIP Ditjen Perikanan

Budidaya

- Target * * * Nilai AKIP A Nilai AKIP

A (80)

- Realisasi ** Nilai AKIP B

(66,42) Nilai AKIP A

(78,92) Nilai AKIP A

(78,54) -

- Persentase - - 100% -

Ket: *: belum ditetapkan targetnya

: belum dilakukan pengukuran

Langkah antisipatif yang akan dilakukan dalam penguatan AKIP pada Tahun 2014 antara lain : (i) Menerapkan metode Balanced Scorecard (BSC) sebagai alat pengelolaan kinerja; (ii) Reviu Renstra KKP dan Indikator Kinerja Utama, menggunakan pendekatan BSC; (iii) IKU dan target Renstra digunakan sebagai acuan dalam penyusunan RKA-KL; (iv) Penyusunan Penetapan Kerja (Tapja) dari Level 1 s/d V melalui BSC; (v) Penetapan Tapja Level individu/SKP (Sasaran Kinerja Pegawai) melalui SIPKINDU; (vi) Target kinerja dalam Tapja diuraikan secara triwulanan dan dilakukan pengukuran monitoring dan evaluasi capaian Tapja secara berkala setiap tiga bulan; (vii) Bimtek Penguatan SAKIP; (viii) Pengukuran kinerja berbasis informasi teknologi; (ix) Tertib pelaporan dan pendokumentasian; (x) Melakukan penerapan SPIP; (xi) Melakukan penerapan manajemen risiko; dan (xii) Melaksanakan hasil rekomendasi penilaian AKIP.

3.9.3. Nilai Integritas Ditjen Perikanan Budidaya

Kementerian Kelautan dan Perikanan menerapkan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) yang merupakan langkah kongkrit untuk mewujudkan birokrasi yang bersih dan melayani. Peningkatan nilai rata - rata indeks integritas menunjukkan keseriusan upaya unit layanan dan instansi di sektor layanan publik dalam memerangi korupsi. Di sisi

55

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

lain, penilaian ini diharapkan menjadi motivasi untuk terus melakukan perbaikan dan meningkatkan kualitas layanan publik pada indikator - indikator yang dinilai masih lemah.

Pencanangan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) di lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan didasarkan pada suatu alasan bahwa Kementerian Kelautan dan Perikanan dianggap telah memenuhi persyaratan, yaitu nilai laporan keuangan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah mencapai Wajar Tanpa Pengecualian (WTP); LAKIP mendapat nilai A; dan nilai hasil survey integritas dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebesar 7,12.

Capaian nilai integritas Tahun 2013 sebesar 7,12 atau 109,53% dari target (6,5). Nilai tersebut menunjukkan adanya peningkatan kualitas Good Govermance and Clean Govermment di lingkup Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Dari target yang telah dicapai pada Tahun 2013 akan menjadi acuan untuk target pada tahun berikutnya.

Tabel 31. Nilai Integritas Ditjen Perikanan Budidaya

IKU 2010 2011 2012 2013 2014

Nilai Integritas Ditjen Perikanan

Budidaya

- Target * * * 6,5 6,75

- Realisasi 7,12

- Prosentase 109,53

Ket: *: belum ditetapkan targetnya dan belum dilakukan pengukuran

3.9.4. Nilai Inisiatif Anti Korupsi Ditjen Perikanan Budidaya

Penilaian terhadap inisiatif anti korupsi dilaksanakan sejak 2008 dan selanjutnya dilaksanakan penilaian setiap tahun. Penilaian ini dilaksanan oleh pengawas internal Kementerian Kelautan dan Perikanan, yaitu Inspektorat Jenderal. Penilaian meliputi (i) pengukuran komitmen anti korupsi pimpinan instansi yang dilatarbelakangi oleh bagaimana komitmen pimpinan instansi dalam menjaga integritas dan anti korupsi di instansinya yang berdasarkan pada transparansi dan kontrol internal di dalam instansi; dan (ii) Peningkatan transparansi Pegawai Negeri, yang didasarkan pada perubahan gaya hidup dari pegawai negeri dengan posisi “beresiko”.

Nilai inisiatif anti korupsi Ditjen Perikanan Budidaya pada 2013 adalah 7,16 (95,47% dari target) yang menunjukkan tingkat pemahanan pimpinan instansi pada inisiatif anti Korupsi yang terdapat masih kurang, khususnya terkait dengan standar pelayanan publik. Penilaian tersebut didasarkan pada Kuisioner Penilaian Anti Korupsi yang dibuat oleh Itjen KKP. Capaian nilai inisiatif anti korupsi, dapat dilihat sebagaimana tabel dibawah, sementara rincian nilai PIAK sebagaimana pada lampiran.

56

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

Tabel 32. Nilai Inisiatif Anti Korupsi Ditjen Perikanan Budidaya

IKU 2010 2011 2012 2013 2014

Nilai inisiatif Anti Korupsi Ditjen Perikanan Budidaya

- Target * * * 7,5 7,75

- Realisasi 7,31 7,14 7,16

- Prosentase 95,47%

Ket: *: belum ditetapkan targetnya

IKU ini belum mencapai target dikarenakan kurangnya sosialisasi budidaya anti korupsi, dan pelayanan publik yang belum memenuhi standar sehingga ke depan perlu dilakukan upaya perbaikkan untuk mencapai target yang telah ditetapkan.Guna meningkatkan capaian target di tahun mendatang, maka inisiatif strategis yang dilakukan adalah (i) Menyelenggarakan sosialisasi terhadap budaya anti korupsi di lingkungan internal; (ii) Pemanfaatkan ruang pelayanan terpadu secara optimal; (iii) Implementasi zona integritas; dan (iv) Evaluasi inisiatif anti korupsi.

3.9.5. Nilai Penerapan Reformasi Birokrasi Ditjen Perikanan Budidaya

Reformasi Birokrasi dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang

baik (Good Governance). Dengan kata lain, reformasi birokrasi adalah langkah strategis

untuk membangun aparatur negara agar lebih berdayaguna dan berhasil guna dalam

mengemban tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional. Ditjen Perikanan

Budidaya telah melakukan langkah perbaikan untuk menunjang program reformasi birokrasi

sesuai dengan pedoman yang ditentukan oleh Menpan sebagaimana diatur dalam Peraturan

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map

Birokrasi 2010 - 2014 yang mencakup 9 (Sembilan) area perubahan dan 26 (dua puluh enam

kegiatan), dengan dibentuknya Tim Reformasi Birokrasi Lingkup Ditjen Perikanan Budidaya

melalui Keputusan Dirjen Nomor 04/DJ-PB/2012. Tim Reformasi Birokrasi Ditjen Perikanan

Budidaya melakukan upaya secara proaktif dalam melaksanakan seluruh kegiatan program

Reformasi Birokrasi berikut dokumentasi program.

Sesuai hasil PMPRB online Tahun 2012, Ditjen Perikanan Budidaya telah melaksanakan

9 program Mikro Reformasi Birokasi dengan realisasi sebesar 69,3 % sedangkan pada Tahun

2013 jumlah yang ditargetkan adalah 75, tetapi hasil realisasi PMPRB Tahun 2013 belum

dapat dipastikan karena masih dalam proses pengukuran atau validasi sampai dengan bulan

Maret Tahun 2014. Beberapa hal yang harus diperbaiki untuk peningkatan reformasi dan

birokrasi adalah pelayanan satu pintu dengan SDM yang memadai. Untuk itu pada Tahun

2014 perlu dilakukan penilaian mandiri reformasi birokrasi lingkup Ditjen Perikanan

Budidaya. Inisiatif strategis yang dilakukan antara lain: i) Penerapan program Reformasi

Birokrasi Ditjen Perikanan Budidaya secara menyeluruh; ii) Monitoring dan evaluasi

pelaksanaan Reformasi Birokrasi Ditjen Perikanan Budidaya secara berkala.

57

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

Tabel 33. Nilai Reformasi Birokrasi Ditjen Perikanan Budidaya

IKU 2010 2011 2012 2013 2014

Service Level Agreement Di Ditjen Perikanan Budidaya

- Target * * * 75 80

- Realisasi 69,3 **

- Prosentase

Ket : * : Belum ditetapkan targetnya **: Data baru diukur pada Tahun bulan April 2014

3.10. PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS 10 : Terkelolanya Anggaran Secara Optimal di Ditjen Perikanan Budidaya

Capaian realisasi anggaran menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya yang mencakup unsur-unsur pendapatan dan belanja selama periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember pada tahun berjalan.

Anggaran belanja Satker Direktorat Produksi Perikanan Budidaya Tahun Anggaran 2013 adalah sebesar Rp. 17.399.185.000,- dimana realisasi belanja Satker sebesar Rp. 16.822.330.350 atau sebesar 96,68% dari pagu anggaran setelah dikurangi pengembalian belanja.

Tabel 34. Target dan Realisasi Keuangan Satker Direktorat Produksi T.A. 2010 - 2013

Jika dibandingkan dengan capaian realisasi anggaran pada Tahun 2012, maka capaian realisasi anggaran pada Tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 14,5%. Sedangkan rata -rata capaian penyerapan anggaran selama kurun waktu Tahun 2010 - 2013 sebesar 93,74%.

Peningkatan penyerapan anggaran pada tahun-tahun mendatang terus dilakukan melalui review penyerapan anggaran secara berkala dan menyeluruh, perbaikan rencana penyerapan anggaran serta percepatan, percepatan pelaksanaan lelang dan revisi kegiatan.

Tahun

AnggaranPagu (Rp) Realisasi(Rp) Capaian (%)

2010 11,177,750,000 10,724,094,540 95.94

2011 14,901,598,000 14,547,335,605 97.62

2012 95,320,755,000 80,642,541,057 84.60

2013* 17,399,185,000 16,822,330,350 96.68

58

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

BAB IV PENUTUP

Pemberian pelayanan prima terhadap masyarakat menjadi tanggungjawab moral bagi Pemerintah sebagai pelayan publik, sehingga peningkatan profesionalisme SDM, transparansi dan akuntabilitas menjadi sebuah keniscayaan yang harus dimiliki dan diterapkan pada institusi Pemerintah. Inilah yang melatarbelakangi bagaimana penerapan reformasi birokrasi di lingkup Direktorat Produksi Perikanan Budidaya menjadi fokus yang harus diimplementasikan secara konsisten. Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Produksi Tahun 2013 merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Direktorat Produksi dalam pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan yang dilaksanakan berdasarkan Renstra maupun rencana kerja (RKT) Tahun 2013 yang dibuat sebelumnya. Disamping itu juga merupakan sarana untuk menilai dan mengevaluasi pencapaian kinerja berdasarkan indikator sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Sebagai tindaklanjut terhadap capaian kinerja Direktorat Produksi pada Tahun 2013, maka dapat dipetakan beberapa langkah antisipatif strategis yang secara langsung berdampak terhadap perbaikan pencapaian Sasaran Strategis pada tahun mendatang, sebagai berikut :

a. Langkah antisipatif pencapaian Sasaran Startegis 1 : “Meningkatnya Kesejahteraan

Masyarakat Kelautan dan Perikanan”

Upaya dalam mendukung pencapaian Sasaran Strategis 1 adalah peningkatan produksi perikanan budidaya melalui 3 strategi pembangunan perikanan budidaya yaitu (i) Industrialisasi perikanan budidaya; (ii) Pengembangan kawasan minapolitan perikanan budidaya; (iii) Penerapan blue ekonomi dalam setiap kegiatan perikanan budidaya; dan (iv) Peningkatan perekayasaan teknologi.

b. Langkah antisipatif Pencapaian Sasaran Strategis 2 : “Meningkatnya ketersediaan

produk kelautan dan perikanan yang bernilai tambah”

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan capaian SS2 di Tahun mendatang adalah pengembangan sistem sistem produksi perikanan budidaya melalui (i) Pengembangan input teknologi yang sesuai standar (teknologi anjuran), aplikatif, efektif dan efisien berbasis wawasan lingkungan; (ii) Meningkatkan daya saing produk hasil produksi budidaya melalui percepatan pelaksanaan kegiatan sertifikasi Cara Budidaya Ikan Yang Baik (CBIB); (iii) Pengembangan percontohan usaha perikanan budidaya sebagai upaya dalam mensosialisasikan model pengelolaan budidaya berkelanjutan; (iv) Pengembangan minapadi sebagai bagian dari upaya mendapatkan nilai tambah ganda.

59

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

c. Langkah antisipatif Pencapaian Sasaran Strategis 3 : Meningkatnya Usaha dan Investasi

di Bidang Perikanan Budidaya

Kegiatan yang akan dilakukan untuk meningkatkan kinerja kedepan adalah pembinaan dan pendampingan ke unit pembenihan maupun ke rumah tangga pembudidaya baik secara teknis, kelembagaan maupun segi usaha, terutama dalam melakukan akses permodalan ke pihak swasta. Selain itu juga peningkatan kerjasama dengan pihak perbankan, KADIN dan Badan Pertanahan Nasional untuk sertifikasi lahan budidaya dalam rangka peningkatan ivestasi di bidang perikanan budidaya.

d. Langkah antisipatif Sasaran Strategis 4 : Tersedianya Kebijakan di Bidang Produksi

Perikanan Budidaya Sesuai Kebutuhan

Beberapa upaya yang akan dilakukan adalah (i) Melakukan review terhadap kebijakan publik yang telah dihasilkan serta melakukan kajian setiap draft kebijakan atau peraturan perundang-undangan yang akan dihasilkan; (ii) Melakukan identifikasi dan pemetaan terkait kebutuhan kebijakan di bidang produksi perikanan budidaya yang belum terakomodir melalui survey pada level stakeholders terkait.

e. Langkah antisipatif Pencapaian Sasaran Strategis 5 : Tersedianya Modernisasi Sistem

Produksi Kelautan Perikanan, Pengolahan, dan Pemasaran Produk Kelauatan Perikanan

yang Optimal dan Bermutu

Langkah strategis yang akan dilakukan (i) Optimalisasi kinerja pembinaan, sosialiasi penerapan CBIB bagi pembudidaya oleh fasilitator dan penyuluh; (ii) Menetapkan target kinerja bagi fasilitator dalam melakukan pembinaan penerapan CBIB dan pembuatan dokumen sistem mutu unit pembudidayaan ikan; (iii) Menambah jumlah Auditor Sertifikasi CBIB dengan Surat Keputusan Dirjen Perikanan Budidaya No. KEP.63/DJ-PB/2013 tentang Tim Sertifikasi Cara Budidaya Ikan yang Baik; (iv) Peningkatan sinergitas kerja pusat dan daerah; (v) Menjadikan target sertifikasi CBIB sebagai IKK di masing-masing daerah dan dievaluasi secara periodik; (vi) Harmonisasi pelaksanaan sertifikasi dengan peraturan internasional; (vii) Penciptaan inovasi teknologi yang aplikatif, efesien, dan mampu diadopsi masyarakat ; (viii) Percepatan penyebaran teknologi anjuran secara massive ke masyarakat; (ix) Pengembangan dan sosialisasi standarisasi teknologi budidaya (SNI dan CBIB); (x) Peningkatan kapasitas dan peran pembinaan dan pendampingan; (xi) Penguatan Kelembagaan di sentra-sentra produksi.

h. Langkah antisipatif Pencapaian Sasaran Strategis 6 : Terselenggaranya Pengendalian

Usaha Perikanan Budidaya

Upaya yang terus dilakukan adalah (i) Peningkatan mutu layanan publik yang meliputi waktu pelaksanaan, perbaikan prosedur, peningkatan jumlah dan kualitas petugas, sosialisasi aturan serta prosedur layanan; dan (ii) Peningkatan kesadaran akan pentingnya peranan data dalam pembuatan kebijakan melalui singkronisasi/validasi data serta peningkatan pengetahuan pengolah data.

60

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l

P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

i. Langkah antisipatif Pencapaian Sasaran Strategis 7 : Tersedianya SDM Ditjen Perikanan

Budidaya yang Kompeten dan Profesional

Upaya yang terus dilakukan adalah (i) Trasnformasi budaya kerja di lingkup Direktorat Produksi Perikanan Budidaya; (ii) Melakukan pembinaan teknis dan administrasi kepegawaian; serta (iii) Mengusulkan usulan diklat untuk peningkatan kapabilitas pegawai.

j. Langkah antisipatif Pencapaian Sasaran Strategis 8 : Tersedianya Informasi yang Valid,

Handal dan Mudah Diakses di Bidang Perikanan Budidaya

Beberapa upaya yang akan dilakukan adalah (i) Melakukan melakukan penyusunan kuesioner tingkat kepuasan pengguna informasi dan menyebarkannya secara berkala untuk mengetahui secara detil Service Level Agreement yang diperoleh; (ii) Peningkatan akses informasi yang lebih cepat dan terintegrasi yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat, khususnya masyarakat pembudidaya ikan, disamping itu akan diupayakan terhadap peningkatan jumlah bidang informasi sesuai kebutuhan bagi pengguna; (iii) Peningkatan kinerja adalah peningkatan kualitas website DJPB, pengintegrasian data di KKP, serta perbaikan pelayanan website DJPB.

k. Langkah antisipatif Pencapaian Sasaran Strategis 9 : Terwujudnya Good Governance

and Clean Government di Ditjen Perikanan Budidaya

Upaya peningkatan yang dilakukan adalah peningkatan manajemen kinerja berbasis BSC, penerapan PMPRB dan monitoring secara online, peningkatan pelayanan publik melalui satu pintu dengan SDM yang memadai, serta peningkatan sosialisasi budaya anti korupsi di lingkungan Ditjen Perikanan Budidaya.

L. Langkah antisipatif Pencapaian Sasaran Strategis 10 : Prosentase Penyerapan Anggaran

Ditjen Perikanan Budidaya

Peningkatan penyerapan anggaran pada tahun-tahun mendatang terus dilakukan melalui review penyerapan anggaran secara berkala dan menyeluruh, perbaikan rencana penyerapan anggaran serta percepatan, percepatan pelaksanaan lelang dan revisi kegiatan.

Guna optimalisasi pencapaian Sasaran strategis di atas pada tahun mendatang, maka diperlukan kerjasama, tangggungjawab dari seluruh elemen yang fokus sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing, sehingga program dan kebijakan akan mampu terimplemtasi dan secara langsung berdampak terhadap pencapaian kinerja yang positif. Khusus bagi sasaran yang sulit dicapai dalam rentang waktu yang tersisa, tetap perlu diupayakan dengan maksimal melalui penajaman, terobosan dan langkah strategis, review efektifitas, identifikasi kelemahan, dan kemungkinan penambahan alokasi anggaran, serta meningkatkan koordinasi.