Upload
wilda-ulin-nuha
View
1.836
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan praktikum Kromatografi Lapis Tipis. silahkan dijadikan referensi, tp mohon d cantumkan sumbernya.. ini juga belum 100% benar. karena saya juga masih belajar..:D
Citation preview
1
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II
DASAR-DASAR PEMISAHAN KIMIA
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
OLEH :
1. FITRI APRILIA 093194205
2. WILDA ULIN NUHA 093194211
3. ENDAH ROHMAWATI 093194216
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
PRODI PENDIDIKAN KIMIA
2011
2
A. Judul Percobaan :
Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
B. Tujuan Percobaan :
1. Menentukan komposisi eluen yang tepat dengan metode cincin terkonsentrasi.
2. Menentukan nilai Rf dari zat warna pada tanaman dengan menggunakan pelat KLT.
C. Dasar Teori
Pemisahan campuran dengan cara Kromatografi Lpais Tipis didasarkan pada
perbedaan kecepatan merambat antara partikel-partikel zat yang bercampur pada medium
tertentu.
Penentuan jumlah komponen senyawa dapat dideteksi dengan kromatografi lapis
tipis (KLT) dengan menggunakan plat KLT yang sudah siap pakai. Terjadinya
pemisahan komponen-komponen pada KLT dengan Rf tertentu dapat dijadikan sebagai
panduan untuk memisahkan komponen kimia tersebut dengan menggunakan kolom
kromatografi dan sebagai fasa diam dapat digunakan silika gel dan eluen yang digunakan
berdasarkan basil yang diperoleh dari KLT dan akan lebih baik kalau kepolaraan eluen
pada kolom kromatografi sedikit dibawah kepolaran eluen pada KLT.
Cara yang umum digunakan untuk memilih jenis eluen yang tepat adalah dengan
menggunakna metode cincin terkonsentrasi.
Dikatakan eluen terlalu polar jika eluen tersebut menyebabkan noda pada pelat bergerak
jauh keluar pusat lingkaran. Atau eluen tersebut menyebabkan noda pada pelat naik
sampai batas atas pelat tanpa mengalami pemisahan.
Eluen dikatakan kurang polar jika eluen tersebut ketika ditotolkan pada noda, noda tidak
bergerak.
Noda sampel
Lapisan luar pelarut (solvent front)
Kurang polar Cukup polar Terlalu polar
3
Rangkaian alat Kromatografi Lapis Tipis
Untuk membuat garis batas pada pelat digunakan pensil, karena jika menggunakan
bolpoin atau alat tulis bertinta, maka tinta akan ikut bergerak jika pelat diberi eluen.
Setelah pelat diberi noda, dimasukkan dalam gelas yang telah berisi eluen dengan
kepolaran yang tepat. Gelas ditutup kembali untuk menjaga kondisi gelas tetap jenuhu
oleh uap pelarut.
Karena pelarut bergerak lambat pada lempengan, komponen-komponen yang
berbeda dari campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan
tampak sebagai perbedaan bercak warna.
Untuk menghitung nilai Rf, didasarkan pada jarak yang ditempuh oleh pelarut dan
jarak yang tempuh oleh bercak warna masing-masing.
Kaca penutup
Pelat KLT
Noda
Beaker glass
Garis batas bawah
Eluen
Nilai Rf
�� � �����
D. Alat dan Bahan
- Alat :
No Nama Alat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Pelat KLT
Pipa kapiler
Gelas dengan dasar rata,
lurus.
Corong pisah
Kertas saring whatman
Gelas ukur
Beaker glass
Pelat kaca
Vial-vial kecil
Pinset
Penggaris
Plastik untuk memeras
sampel
Mortal dan penumbuk
Spatula.
Plat tetes
Parutan
f untuk setiap warna dihitung dengan rumus sebagai berikut:
����� �� � ������ ���� ������
����� �� � ������ ���� �������
Nama Alat Ukuran Jumlah
Gelas dengan dasar rata,
Kertas saring whatman
Plastik untuk memeras
Mortal dan penumbuk
3x5 cm
5x2 cm
Panjang 5 cm
Diameter= 6 cm,
tinggi= 12 cm
100 mL
-
10 mL
50 mL
10 x 10 cm
-
-
30 cm
-
Besar
-
12 lubang
-
2
2
8
1
2
1 lembar
2
2
1
6
1
1
2
1
2
1
-
4
untuk setiap warna dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Spesifikasi
-
-
-
-
Herma
-
Herma
Pyrex
-
-
-
-
-
-
-
-
-
5
- Bahan :
No Nama Bahan
1. Metanol
2. Kloroform
3. Daun pandan betawi yang sudah
ditumbuk ±15 gram
4. Kunyit yang sudah diparut ±15 gram
5. Etanol
E. Langkah Percobaan
- Cara Kerja
1. Persiapan sampel.
- Daun pandan ditumbuk hingga halus, kemudian ditimbang 15,1320 gram dan
direndam dengan 10 mL metanol untuk mengeluarkan zat warna (klorofil)
yang terkandung dalam daun pandan.
Kunyit diparut hingga halus, kemudian ditimbang sebanyak 15,0231 gram.
Setelah itu, kunyit yang telah diparut tersebut, di rendam dalam etanol 10 mL
untuk mengeluarkan curcumin yang terkandung dalam kunyit.
kemudian kedua sampel tersebut diambil filtratnya dengan cara diperas
(tangan dilapisi plastik). Tangan dilapisi plastik, dimaksudkan agar sampel
tidak terkontaminasi dengan zat-zat yang mungkin masih tertinggal ditangan.
Selain itu penggunaan plastik juga sebagai alat pengaman, karena metanol
dan etanol merupakan zat yang cukup berbahaya.
- Filtrat yang diperoleh masih mengandung sedikit residu. Untuk
memisahkannya, filtrat ini didekantasi. Setelah itu filtrat yang telah
didekantasi dimasukkan dalam corong pisah dan ditambahkan dengan 5 mL
kloroform. Campuran dikocok dengan arah yang sama, agar diperoleh
kestabilan antara kloroform dengan filtrat, sehingga hasil ekstraksi maksimal.
Sesekali dibuka tutupnya untuk mengeluarkan gas yang terbentuk (gas Cl2).
Selanjutnya campuran tersebut didiamkan sampai terbentuk dua lapisan.
Lapisan bawah diambil dan digunakan sebagai pigmen sampel.
6
2. Persiapan pelat
- Pelat diaktifkan dengan memasukkannya didalam oven selama kurang lebih
10 menit. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan air yang terkandung
dalam pelat. Karena pelat terbuat dari silika gel yang bersifat mudah
menyerap air.
- Pelat dengan ukuran 3 x 5 cm digunakan untuk percobaan cincin
terkonsentrasi. Pelat tersebut di beri titik-titik dengan pensil. Jarak antar titik
sebesar ±1 cm, jumlah titik sebanyak 6 dan di beri tanda A-F untuk tempat
menotolkan noda.
- Pelat dengan ukuran 2x5 cm digunakan untuk penentuan Rf. Pelat diberi
batas dengan pensil, batas atas 0,5 cm dan batas bawah 1 cm. Batas bawah
diberi tiik A dan B dengan jarak antar titik ±1 cm.
3. Persiapan eluen
a. Untuk cincin terkonsentrasi
Eluen untuk cincin terkonsentrasi telah disediakan dilaboratorium dengan
perbandingan metanol : diklorometana sebagai berikut :
A = 3 : 7
B = 4 : 6
C = 5 : 5
D = 6 : 4
E = 7 : 3
Pandan Kunyit
Pandan Kunyit
7
F = 8 : 2
b. Untuk penentuan Rf
Kertas saring dimasukkan dalam gelas sedemikian hingga kertas tersebut
menutupi seluruh dinding gelas, namun tidak sampai melebihi bagian atas
gelas (jarak dengan bagian atas gelas kurang lebih 1 cm). Kemudian eluen E di
masukkan dan gelas ditutup dengan kaca sampai kertas saring basah
seluruhnya. Jika kertas saring telah bsah seluruhnya, menunjukkan bahwa
kondisi dalam chamber telah jenuh.
4. Penotolan dan pengembangan sampel
a. Untuk cincin terkonsentrasi
Sampel ditotolkan dengan menggunakan pipa kapiler pada pelat sebanyak 1
kali dengan cara menempelkan ujung pipa kapiler tegak lurus dengan pelat,
dan sedikit ditekan. Penotolan dilakukan pada keenam titik yang telah diberi
tanda A-F pada pelat KLT sampai noda terlihat jelas. Kemudian eluen A-F
yang telah disediakan di totolkan pada noda. Noda A dengan eluen A, noda B
dengan eluen B, dan seterusnya. Bentuk cincin yang terjadi diamati, dan
ditutup dengan selotip. Kemudian ditentukan tingkat kepolarannya dengan
gambar dibawah ini:
b. Untuk penentuan Rf
Sampel ditotolkan pada tanda A dan tanda B pada garis bawah pelat hingga
noda terlihat jelas. Pelat dimasukkan dalam gelas chamber dalam posisi
setegak mungkin dengan menggunakan pinset sedemikian hingga posisi pelat
Noda sampel
Lapisan luar pelarut (solvent front)
Kurang polar Kurang polar Terlalu polar
8
bagian bawah menyentuh dasar gelas. Gelas segera ditutup dengan kaca agar
kondisi chamber tetap jenuh, kemudian ditunggu sampai eluen merambah
naik hampir menyentuh tanda batas atas pelat. Pelat segera diambil ketika
eluen tepat menyentuh tanda batas atas . Kemudian noda yang terbentuk
diamati dan diberi tanda dengan pensil. Setelah itu noda ditutup dengan
selotip agar noda tidak hilang.
- Alur Percobaan
1. Persiapan sampel
Pandan betawi
- Ditumbuk - Diambil ± 15 gram - Ditambah 10 mL metanol - Diperas (dengan plastik)
Filtrat
- Didekantasi
Filtrat bersih
- Dimasukkan dalam corong pisah
- Ditambah 5 mL kloroform - Dikocok - Didiamkan sampai
terbentuk 2 lapisan - Lapisan bawah diambil
Sampel Pandan betawi
Kunyit
- Diparut - Diambil ± 15 gram - Ditambah 10 mL etanol - Diperas (dengan plastik)
Filtrat
- Didekantasi
Filtrat bersih
- Dimasukkan dalam corong pisah
- Ditambah 5 mL kloroform - Dikocok - Didiamkan sampai
terbentuk 2 lapisan - Lapisan bawah diambil
Sampel kunyit
9
2. Persiapan pelat
3. Persiapan eluen
a. Untuk cincin terkonsentrasi
Sudah tersedia di laboratorium
b. Untuk penentuan Rf
Pelat
- Di oven selama 10 menit
Pelat aktif
Untuk cincin terkonsentrasi Untuk penentuan Rf
- Pelat ukuran 3x5 cm - Diberi 6 titik dengan
pensil dengan jarak antar titik 1 cm
Pandan Kunyit
- Pelat ukuran 2x5 cm - Diberi batas atas dan
batas bawah dengan pensil
- Batas atas 0,5 cm - Batas bawah 1 cm
Pandan Kunyit
Kertas saring
- Dimasukkan dalam gelas hingga menutupi dinding gelas.
- Ditambahkan 5 mL eluen E - Gelas ditutup dengan kaca - Dibiarkan hingga kertas saring basah
seluruhnya
Eluen siap
10
4. Penotolan dan pengembangan sampel
a. Untuk cincin terkonsentrasi
b. Untuk penentuan Rf
F. Hasil Pengamatan
1. Cincin Terkonsentrasi
Pelarut A B C D E F
Kunyit TP TP TP CP KP TP
Pandan TP TP KP TP CP TP
Pelat 3 x 5 cm
- Sampel ditotolkan tepat pada titik A-F pada pelat KLT
- Eluen A-F ditotolkan pada noda - Diamati dan dibandingkan eluen mana yang
cocok untuk sampel
Hasil
Pelat 2 X 5 cm
- sampel ditotolkan pada titik - pelat KLT dimasukkan ke dalam gelas
dengan pelat bagian bawah menyentuh dasar gelas (tidak boleh miring).
- gelas ditutup kembali - saat eluen menyentuh batas atas pelat,
pelat KLT diambil dengan hati-hati. - noda diamati dan diberi tanda pensil - pelat ditutup selotip dengan segera. - dihitung harga Rf nya.
Hasil Pengamatan
11
Keterangan: KP = Kurang polar
CP = Cukup Polar
TP = Terlalu Polar
Gambar a : kunyit
Gambar b : pandan
2. Penentuan Rf
Sampel Rf1,A Rf1,B Rf2,A RF2,B Rf3,A Rf3,B Rf4,
A
Rf4,B Rf5,A Rf5,B
Kunyit 0,057
1
0,057
1
0,142
9
0,142
9
0,228
6
0,2 0,3 0,285
7
0,457
1
0,428
6
Rata-
rata
0,0571 0,1429 0,2143 0,2929 0,4429
12
Sampel Rf6A Rf6B Rf7A Rf7B Rf8A Rf8B Rf9A Rf9B
Pandan 0,5 0,4857 0,5714 0,5714 0,7 0,7143 0,7857 0,7857
Rata-rata 0,4929 0,5714 0,7072 0,7857
Kunyit Pandan
G. Perhitungan dan Analisis Data
Perhitungan
1. Penentuan nilai Rf
Rf = �
� dimana: a b
Pandan 0,142
9
0,142
9
0,171
4
0,185
7
0,257
1
0,271
4
0,3 0,314
3
0,4 0,4
Rata-
rata
0,1429 0,1786 0,2643 0,3072 0,4
13
Pada kunyit
Pelat A Pelat B
• Noda 1 ( a= 0,2 b = 3,5 ) • Noda 1 ( a= 0,2 b= 3,5 )
Rf1,A = �
� Rf1,B =
�
�
Rf1,A = �,�
�,� Rf1,B =
�,�
�,�
Rf1,A = 0,0571 Rf1,B = 0,0571
Rf rata-rata = ���,� ���,!
�
Rf rata-rata =�,��"# �,��"#
�
Rf rata-rata = 0,0571
• Noda 2 ( a= 0,5 b = 3,5 ) • Noda 2 ( a= 0,5 b= 3,5 )
Rf2,A = �
� Rf2,B =
�
�
Rf2,A = �,�
�,� Rf2,B =
�,�
�,�
Rf2,A = 0,1429 Rf2,B = 0,1429
Rf rata-rata = ��$,� ��$,!
�
Rf rata-rata =�,#%�& �,#%�&
�
Rf rata-rata = 0,1429
• Noda 3 ( a= 0,8 b = 3,5 ) • Noda 3 ( a= 0,7 b= 3,5 )
Rf3,A = �
� Rf3,B =
�
�
14
Rf3,A = �,'
�,� Rf3,B =
�,"
�,�
Rf3,A = 0,2286 Rf3,B = 0,2
Rf rata-rata = ��(,� ��(,!
�
Rf rata-rata =�,��') �,�
�
Rf rata-rata = 0,2143
• Noda 4 ( a= 1,05 b = 3,5 ) • Noda 4 ( a= 1 b= 3,5 )
Rf4,A = �
� Rf4,B =
�
�
Rf4,A = #,��
�,� Rf4,B =
#
�,�
Rf4,A = 0,3 Rf4,B = 0,2857
Rf rata-rata = ��*,� ��*,!
�
Rf rata-rata =�,� �,�'�"
�
Rf rata-rata = 0,2929
• Noda 5 ( a= 1,6 b = 3,5 ) • Noda 5 ( a= 1,5 b= 3,5 )
Rf5,A = �
� Rf5,B =
�
�
Rf5,A = #,�
�,� Rf5,B =
#,�
�,�
Rf5,A = 0,4571 Rf5,B = 0,4286
Rf rata-rata = ��+,� ��+,!
�
15
Rf rata-rata =�,%�"# �,%�')
�
Rf rata-rata = 0,4429
Pada Pandan
Pelat A Pelat B
• Noda 1 ( a= 0,5 b = 3,5 ) • Noda 1 ( a= 0,5 b= 3,5 )
Rf1,A = �
� Rf1,B =
�
�
Rf1,A = �,�
�,� Rf1,B =
�,�
�,�
Rf1,A = 0,1429 Rf1,B = 0,1429
Rf rata-rata = ���,� ���,!
�
Rf rata-rata =�,#%�& �,#%�&
�
Rf rata-rata = 0,1429
• Noda 2 ( a= 0,5 b = 3,5 ) • Noda 2 ( a= 0,65 b= 3,5 )
Rf2,A = �
� Rf2,B =
�
�
Rf2,A = �,)
�,� Rf2,B =
�,)�
�,�
Rf2,A = 0,1714 Rf2,B = 0,1857
Rf rata-rata = ��$,� ��$,!
�
16
Rf rata-rata =�,#"#% �,#'�"
�
Rf rata-rata = 0,1786
• Noda 3 ( a= 0,9 b = 3,5 ) • Noda 3 ( a= 0,95 b= 3,5 )
Rf3,A = �
� Rf3,B =
�
�
Rf3,A = �,&
�,� Rf3,B =
�,&�
�,�
Rf3,A = 0,2571 Rf3,B = 0,2714
Rf rata-rata = ��(,� ��(,!
�
Rf rata-rata =�,��"# �,�"#%
�
Rf rata-rata = 0,2643
• Noda 4 ( a= 1,05 b = 3,5 ) • Noda 4 ( a= 1,1 b= 3,5 )
Rf4,A = �
� Rf4,B =
�
�
Rf4,A = #,��
�,� Rf4,B =
#,#
�,�
Rf4,A = 0,3 Rf4,B = 0,3143
Rf rata-rata = ��*,� ��*,!
�
Rf rata-rata =�,� �,�#%�
�
Rf rata-rata = 0,3072
• Noda 5 ( a= 1,4 b = 3,5 ) • Noda 5 ( a= 1,4 b= 3,5 )
Rf5,A = �
� Rf5,B =
�
�
17
Rf5,A = #,%
�,� Rf5,B =
#,%
�,�
Rf5,A = 0,4 Rf5,B = 0,4
Rf rata-rata = ��+,� ��+,!
�
Rf rata-rata =�,% �,%
�
Rf rata-rata = 0,4
• Noda 6 ( a= 1,75 b = 3,5 ) • Noda 6 ( a= 1,7 b= 3,5 )
Rf5,A = �
� Rf6,B =
�
�
Rf5,A = #,"�
�,� Rf6,B =
#,"
�,�
Rf5,A = 0,5 Rf6,B = 0,4857
Rf rata-rata = ��,,� ��,,!
�
Rf rata-rata =�,� �,%'�"
�
Rf rata-rata = 0,4929
• Noda 7 ( a= 2 b = 3,5 ) • Noda 7 ( a= 2 b= 3,5 )
Rf7,A = �
� Rf7,B =
�
�
Rf7,A = �
�,� Rf7,B =
�
�,�
Rf7,A = 0,5714 Rf7,B = 0,5714
Rf rata-rata = ��-,� ��-,!
�
18
Rf rata-rata =�,�"#% �,�"#%
�
Rf rata-rata = 0,5714
• Noda 8 ( a= 2,45 b = 3,5 ) • Noda 8 ( a= 2,5 b= 3,5 )
Rf8,A = �
� Rf8,B =
�
�
Rf8,A = �,%�
�,� Rf8,B =
�,�
�,�
Rf8,A = 0,7 Rf8,B = 0,7143
Rf rata-rata = ��.,� ��.,!
�
Rf rata-rata =�," �,"#%�
�
Rf rata-rata = 0,7072
• Noda 9 ( a= 2,75 b = 3,5 ) • Noda 9 ( a= 2,75 b= 3,5 )
Rf9,A = �
� Rf2,B =
�
�
Rf9,A = �,"�
�,� Rf2,B =
�,"�
�,�
Rf9,A = 0,7857 Rf2,B = 0,7857
Rf rata-rata = ��/,� ��/,!
�
Rf rata-rata =�,"'�" �,"'�"
�
Rf rata-rata = 0,7857
19
2. Penentuan Standard Deviasi
S2 = ∑123 4 2̅6$
74#
Pada Kunyit
a. Noda 1 ( Rf1,A = 0,0571 , Rf1,B = 0,0571 , Rf rata-rata = 0,0571)
S12 =
82�,� 4 2̅9$
82�,! 4 2̅9$
74#
= 1�,��"# 4 �,��"#6$ 1�,��"# 4 �,��"#6$
�4#
= �
#
= 0
b. Noda 2 ( Rf2,A = 0,1429 , Rf1,B = 0,1429 , Rf rata-rata = 0,1429 )
S22 =
82$,� 4 2̅9$
82$,! 4 2̅9$
74#
= 1�,#%�& 4 �,#%�&6$ 1�,#%�& 4 �,#%�&6$
�4#
= �
#
= 0
c. Noda 3 ( Rf3,A = 0,2286 , Rf3,B = 0,2 , Rf rata-rata = 0,2143)
S32 =
82(,� 4 2̅9$
82(,! 4 2̅9$
74#
= 1�,��') 4 �,�#%�6$ 1�,� 4 �,�#%�6$
�4#
20
= �,�����%%& �,�����%%&
#
= 0,00040898
d. Noda 4 ( Rf4,A = 0,3 , Rf4,B = 0,2857 , Rf rata-rata = 0,2929)
S42 =
82*,� 4 2̅9$
82*,! 4 2̅9$
74#
= 1�,� 4 �,�&�&6$ 1�,�'�" 4 �,�&�&6$
�4#
= �,������%# �,�����#'%
#
= 0,00010225
e. Noda 5 ( Rf5,A = 0,4571 , Rf5,B = 0,4286 , Rf rata-rata = 0,4429)
S52 =
82+,� 4 2̅9$
82+,! 4 2̅9$
74#
= 1�,%�"# 4 �,%%�&6$ 1�,%�') 4 �,%%�&6$
�4#
= �,�����#)% �,�����%%%&
#
= 0,00040613
Sehingga nilai S2 = :�
$ :$$ :(
$ :*$ :+
$
�
= � � �,���%�'&' �,���#���� �,���%�)#�
�
= �,���&#"�)
�
= 0,000183472
21
Pada Pandan
a. Noda 1 ( Rf1,A = 01429 , Rf1,B = 0,1429 , Rf rata-rata = 0,1429)
S12 =
82�,� 4 2̅9$
82�,! 4 2̅9$
74#
= 1�,#%�& 4 �,#%�&6$ 1�,#%�& 4 �,#%�&6$
�4#
= �
#
= 0
b. Noda 2 ( Rf2,A = 0,1714 , Rf1,B = 0,1857 , Rf rata-rata = 0,1786 )
S22 =
82$,� 4 2̅9$
82$,! 4 2̅9$
74#
= 1�,#"#% 4 �,#"')6$ 1�,#'�" 4 �,#"')6$
�4#
= �,�����#'% �,������%#
#
= 0,00010225
c. Noda 3 ( Rf3,A = 0,2571 , Rf3,B = 0,2714 , Rf rata-rata = 0,2643)
S32 =
82(,� 4 2̅9$
82(,! 4 2̅9$
74#
= 1�,��"# 4 �,�)%�6$ 1�,�"#% 4 �,�)%�6$
�4#
= �,�����#'% �,������%#
#
= 0,00010225
d. Noda 4 ( Rf4,A = 0,3 , Rf4,B = 0,3143 , Rf rata-rata = 0,3072)
22
S42 =
82*,� 4 2̅9$
82*,! 4 2̅9$
74#
= 1�,� 4 �,��"�6$ 1�,�#%� 4 �,��"�6$
�4#
= �,�����#'% �,������%#
#
= 0,00010225
e. Noda 5 ( Rf5,A = 0,4 , Rf5,B = 0,4 , Rf rata-rata = 0,4)
S52 =
82+,� 4 2̅9$
82+,! 4 2̅9$
74#
= 1�,% 4 �,% 6$ 1�,% 4 �,%6$
�4#
= �
#
= 0
f. Noda 6 ( Rf6,A = 0,5 , Rf6,B = 0,4857 , Rf rata-rata = 0,4929)
S62 =
82,,� 4 2̅9$
82,,! 4 2̅9$
74#
= 1�,� 4 �,%&�&6$ 1�,%'�" 4 �,%&�&6$
�4#
= �,������%# �,�����#'%
#
= 0,00010225
g. Noda 7 ( Rf7,A = 0,5714 , Rf7,B = 0,5714 , Rf rata-rata = 0,5714)
S72 =
82-,� 4 2̅9$
82-,! 4 2̅9$
74#
23
= 1�,�"#% 4 �,�"#% 6$ 1�,�"#% 4 �,�"#%6$
�4#
= �
#
= 0
h. Noda 8 ( Rf8,A = 0,7 , Rf4,B = 0,7143 , Rf rata-rata = 0,7072)
S82 =
82.,� 4 2̅9$
82.,! 4 2̅9$
74#
= 1�," 4 �,"�"�6$ 1�,"#%� 4 �,"�"�6$
�4#
= �,�����#'% �,������%#
#
= 0,00010225
i. Noda 9 ( Rf9,A = 0,7857 , Rf9,B = 0,7857 , Rf rata-rata = 0,7857)
S92 =
82/,� 4 2̅9$
82/,! 4 2̅9$
74#
= 1�,"'�" 4 �,"'�" 6$ 1�,"'�" 4 �,"'�"6$
�4#
= �
#
= 0
Sehinggan nilai S2 = :�
$ :$$ :(
$ :*$ :+
$ :,$ :-
$ :.$ :/
$
&
S2 = � �,���#���� �,���#���� �,���#���� � �,���#���� � �,���#���� �
&
S2 = �,����##��
&
S2 = 0,000056805
24
Analisis data.
1. Cincin terkonsentrasi
A. Kunyit
- Noda A
Sampel ditotolkan pada titik A, kemudian ditotolkan eluen A pada titik yang sama.
Terbentuk noda seperti pada gambar diatas. Dari noda yang terbentuk tersebut,
diketahui bahwa eluen A terlalu polar untuk sampel (kunyit). Karena noda terlalu
menyebar keluar.
- Noda B
Sampel ditotolkan pada titik B, kemudian ditotolkan eluen B pada titik yang sama.
Terbentuk noda seperti pada gambar diatas. Dari noda yang terbentuk tersebut,
diketahui bahwa eluen B terlalu polar untuk sampel (kunyit). Karena noda terlalu
menyebar keluar.
- Noda C
Sampel ditotolkan pada titik C, kemudian ditotolkan eluen C pada titik yang sama.
Terbentuk noda seperti pada gambar diatas. Dari noda yang terbentuk tersebut,
diketahui bahwa eluen C terlalu polar untuk sampel (kunyit). Karena noda terlalu
menyebar keluar.
- Noda D
A B C
D E F
25
Sampel ditotolkan pada titik D, kemudian ditotolkan eluen D pada titik yang sama.
Terbentuk noda seperti pada gambar diatas. Dari noda yang terbentuk tersebut,
diketahui bahwa eluen D cukup polar untuk sampel (kunyit). Karena noda tidak
terlalu menyebar keluar dan terlalu kedalam. Selain itu, pada noda terdapat noda
yang berwarna lebih komplek, yang menunjukkan kesamaan warna pada percobaan
penentuan Rf.
- Noda E
Sampel ditotolkan pada titik E, kemudian ditotolkan eluen E pada titik yang sama.
Terbentuk noda seperti pada gambar diatas. Dari noda yang terbentuk tersebut,
diketahui bahwa eluen E kurang polar untuk sampel (kunyit). Karena noda tidak
menyebar dan noda dekat dengan titik pusat.
- Noda F
Sampel ditotolkan pada titik F, kemudian ditotolkan eluen F pada titik yang sama.
Terbentuk noda seperti pada gambar diatas. Dari noda yang terbentuk tersebut,
diketahui bahwa eluen F terlalu polar untuk sampel (kunyit). Karena noda terlalu
menyebar keluar.
B. Pandan
A B C
D E F
26
- Noda A
Sampel ditotolkan pada titik A, kemudian ditotolkan eluen A pada titik yang sama.
Terbentuk noda seperti pada gambar diatas. Dari noda yang terbentuk tersebut,
diketahui bahwa eluen A terlalu polar untuk sampel (pandan). Karena noda terlalu
menyebar keluar.
- Noda B
Sampel ditotolkan pada titik B, kemudian ditotolkan eluen B pada titik yang sama.
Terbentuk noda seperti pada gambar diatas. Dari noda yang terbentuk tersebut,
diketahui bahwa eluen B terlalu polar untuk sampel (pandan). Karena noda terlalu
menyebar keluar.
- Noda C
Sampel ditotolkan pada titik C, kemudian ditotolkan eluen C pada titik yang sama.
Terbentuk noda seperti pada gambar diatas. Dari noda yang terbentuk tersebut,
diketahui bahwa eluen C kurang polar untuk sampel (pandan). Karena noda tidak
menyebar dan noda dekat dengan titik pusat.
- Noda D
Sampel ditotolkan pada titik D, kemudian ditotolkan eluen D pada titik yang sama.
Terbentuk noda seperti pada gambar diatas. Dari noda yang terbentuk tersebut,
diketahui bahwa eluen D terlalu polar untuk sampel (pandan). Karena noda terlalu
menyebar keluar.
- Noda E
Sampel ditotolkan pada titik E, kemudian ditotolkan eluen E pada titik yang sama.
Terbentuk noda seperti pada gambar diatas. Dari noda yang terbentuk tersebut,
diketahui bahwa eluen E cukup polar untuk sampel (pandan). Karena noda tidak
terlalu menyebar keluar dan terlalu kedalam. Selain itu, pada noda terdapat noda
yang berwarna lebih komplek, yang menunjukkan kesamaan warna pada percobaan
penentuan Rf.
- Noda F
Sampel ditotolkan pada titik F, kemudian ditotolkan eluen F pada titik yang sama.
Terbentuk noda seperti pada gambar diatas. Dari noda yang terbentuk tersebut,
diketahui bahwa eluen F terlalu polar untuk sampel (pandan). Karena noda terlalu
menyebar keluar.
27
2. Penentuan Rf
Berdasarkan noda yang didapat pada pelat, dapat dihitung nilai Rf untuk masing-
masing noda yang terbentuk pada pelat.
Untuk menentukan Rf digunakan rumus
Rf = �
�
noda kunyit pada pelat didapatkan sebanyak lima noda. Perhitungan Rf untuk sampel
kunyit didapatkan sebagai berikut :
noda pandan pada pelat didapatkan sebanyak sembilan noda. Perhitungan Rf untuk
sampel pandan didapatkan sebagai berikut :
Sampel Rf1,A Rf1,B Rf2,A RF2,B Rf3,A Rf3,B Rf4,
A
Rf4,B Rf5,A Rf5,B
Kunyit 0,057
1
0,057
1
0,142
9
0,142
9
0,228
6
0,2 0,3 0,285
7
0,457
1
0,428
6
Rata-
rata
0,0571 0,1429 0,2143 0,2929 0,4429
Gambar 1 : Noda kunyit pada pelat KLT
Lima noda pada pelat menunujukkan kandungan senyawa dalam kunyit yang digunakan untuk bertahan dari keadaan lingkungan.
28
Rf6A Rf6B Rf7A Rf7B Rf8A Rf8B Rf9A Rf9B
0,5 0,485
7
0,5714 0,571
4
0,7 0,714
3
0,785
7
0,78
57
0,4929 0,5714 0,7072 0,7857
H. Simpulan
Dari percobaan yang berjudul Kromaografi Lapis Tipis (KLT) yang telah kami lakukan,
dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Berdasarkan cincin terkonsentrasi maka kami menggunakan eluen E yang
terdiri dari metanol : diklorometana dengan perbandingan 7 : 3 karena eluen E
cukup polar.
2. Nilai Rf pada masing – masing sampel adalah sebagai berikut :
Kunyit memiliki 5 nilai Rf yaitu :
Sampel Rf1,A Rf1,B Rf2,A RF2,B Rf3,A Rf3,B Rf4,A Rf4,B Rf5,A Rf5,B
Pandan 0,142
9
0,142
9
0,171
4
0,185
7
0,257
1
0,271
4
0,3 0,314
3
0,4 0,4
Rata-
rata
0,1429 0,1786 0,2643 0,3072 0,4
Gambar 2 : Noda pandan pada pelat KLT
Noda pada pelat KLT menunjukkan banyaknya senyawa yang terkandung oleh pandan, yang digunakan untuk bertahan dalam kondisi lingkungan (beradaptasi).
29
Daun pandan memiliki 9 nilai Rf yaitu :
Rf6A Rf6B Rf7A Rf7B Rf8A Rf8B Rf9A Rf9B
0,5 0,485
7
0,5714 0,571
4
0,7 0,714
3
0,785
7
0,78
57
0,4929 0,5714 0,7072 0,7857
I. Jawaban Pertanyaan
1. Apakah yang terjadi jika eluen yang digunakan sebagai pelarut pengembang pada
KLT terlalu polar atau kurang polar? Mengapa?
Jawab:
Jika eluen yang digunakan sebagai pelarut pengembang pada KLT terlalu polar,
noda yang ditotolkan pada pelat akan naik sampai batas atas pelat tanpa mengalami
pemisahan. Sebaliknya, jika eluen yang digunakan sebagai pelarut pengembang
pada KLT kurang polar, maka noda yang ditotolkan tidak bergerak. Sehingga jika
eluen yang digunakan kurang tepat kepolarannya, noda tidak dapat diidentifikasi
karena tidak mengalami pemisahan.
2. Apa fungsi kertas saring pada percobaan penentuan Rf?
Jawab:
Sampel Rf1,A Rf1,B Rf2,A RF2,B Rf3,A Rf3,B Rf4,
A
Rf4,B Rf5,A Rf5,B
Kunyit 0,057
1
0,057
1
0,142
9
0,142
9
0,228
6
0,2 0,3 0,285
7
0,457
1
0,428
6
Rata-
rata
0,0571 0,1429 0,2143 0,2929 0,4429
Sampel Rf1,A Rf1,B Rf2,A RF2,B Rf3,A Rf3,B Rf4,A Rf4,B Rf5,A Rf5,B
Pandan 0,142
9
0,142
9
0,171
4
0,185
7
0,257
1
0,271
4
0,3 0,314
3
0,4 0,4
Rata-
rata
0,1429 0,1786 0,2643 0,3072 0,4
30
Berfungsi untuk menjenuhkan gelas dengan uap pelarut setelah dibasahkan dengan
uap dari campuran pelarut pengembang.
3. Mengapa permukaan pelat KLT tidak boleh rusak?
Jawab:
Agar warna noda / warna sampel muda dideteksi. Jika pelat rusak maka warna
noda tidak akan terpisah dengan baik.
4. Mengapa pelat KLT yang digunakan harus dikeringkan dulu dalam oven?
Jawab:
Pelat terbuat dari silika gel yang mudah menyerap air. Agar pelat bebas dari
molekul-molekul air yang terikat. Jumlah air yang terikat sangat berpengaruh pada
pemisahan, karena air terikat sangat kuat pada adsorben sehingga menghambat
terjadinya kesetimbangan dengan molekul-molekul analit.
5. Mengapa batas atas dan batas bawah pelat harus diberi tanda dengan pensil?
Jawab:
Agar warna tidak ikut menyebar dalam pelat. Jika menggunakan bahan bertinta,
warna tinta akan ikut menyebar. Sehingga analisis sampel akan sulit.
J. Daftar Pustaka
- Azizah, Utiya, dkk. 2008. Panduan Praktikum Mata Kuliah Kimia Analitik II :
Dasar-Dasar Pemisahan Kimia. Surabaya : Laboratorium Kimia Analitik Jurusan
Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya
- Sianita, Maria Monica. 2008. Kromatografi. Surabaya : Departemen Pendidikan
Nasional, FMIPA, UNESA.
- Soebagio, dkk. 1999. Kimia Analitik II. Malang : Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas
Negeri Malang.
- Jr, Day dan Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.
- Clark, Jim. 2007. Kromatografi Lapis Tipis(online). http://chem-is-try.org. Diakses
29 April 2011.