Upload
icetiana-fadilah
View
144
Download
1
Tags:
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan tentang hasil pengamatan kualitas air sungai Cisadane
Citation preview
ANALISIS KUALITAS AIR DAN BEBAN PENCEMARAN DI SUNGAI CISADANE, BOGOR
WATER QUALITY ANALYSIS AND POLLUTION LOAD OF CISADANE RIVER, BOGOR
Asep Suryadi1, Istiana Fadilah2, Eko Riyandi Ginting3, Masrun Aditya4, Rini Yuliantini5
1,2,3,4)Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jln. Kamper Kampus IPB, Dramaga, Bogor, 16680
5)Departemen Budi Daya Perairan, Institut Pertanian Bogor, Jln. Kamper Kampus IPB, Dramaga, Bogor, 16680
Email:[email protected], [email protected],[email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak:Kata Kunci:
Abstract:Keywords:
PENDAHULUANAir merupakan salah satu kebutuhan dasar dari setiap makhluk
hidup.Keberadaan air di bumi sekitar 71% menutupi permukaannya. Kebutuhan air sangat meningkat dengan semakin meningkatnya pertumbuhan manusia dan ragam kebutuhan di bumi. Kebutuhan air tidak hanya sebatas digunakan sebagai air minum, namun untuk berbagai kebutuhan rumah tangga, industri, irigasi, penggelontoran, energi, rekreasi, dan berbagai aspek kehidupan lainnya.Pemanfaatan air secara nasional telah mencapai sekitar 80 miliar m3/tahun, dengan tingkat pemanfaatan tertinggi di Jawa dan Bali, yaitu sekitar 60%.Dalam 5 tahun terakhir, pemanfaatan air diperkirakan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan ragam kebutuhan air.Penggunaan air tawar di Indonesia didominasi untuk pertanian, sekitar 76%, dan sisanya untuk industri (11%) dan domestik (3%).
Semakin meningkatnya perkembangan industri dan domestik kebutuhan terhadap air pun semakin meningkat, namun kualitas air yang ada semakin memburuk.Peningkatan kebutuhan air setiap sektor makin menekan potensi pasokan air yang tersedia, dan ini berdampak pada makin meningkatnya potensi konflik antarsektor.Sektor pertanian merupakan pengguna air terbesar di antara sektor pengguna air.Sebagai gambaran, di pantai utara Jawa Barat, untuk mengairi sawah irigasi dibutuhkan 5.592 juta m3 air/tahun.Sementara itu, kebutuhan air untuk domestik, rumah tangga dan industri (domestic municipal and industry) sekitar 952 juta m3 (Anonim. 2011).
Sungai Cisadane merupakan salah satu sungai besar di Pulau Jawa.Bagian hulu sungai Cisadane adalah gunung Pangrango, yang mengalir melewati Gunung
1
Salak, kawasan barat Kabupaten Bogor, Tangerang, dan bermuara di Tanjung Burung. Total panjang sungai Cisadane adalah 126 km dengan daerah tangkapan air 1.100 km2. Pada saat ini sungai Cisadane diandalkan untuk memenuhi kebutuhan air bagi industri, irigasi dan air minum di wilayah ini.Pada saat ini, peningkatan pencemaran akibat kegiatan industri dan domestik termasuk pembuangan limbah cair secara ilegal telah merusak kualitas air di sungai Cisadane.
Nilai COD dan BOD merupakan parameter yang sering digunakan sebagai penguji kualitas air.Nilai BOD (Biochemical Oxygen Demand) adalah suatu karakteristik yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik.Sedangkan COD (Chemical Oxygen Demand) adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kualitas air dan mutu air di sungai Cisadane berdasarkan baku mutuPP No.82 Tahun 2001 dan KEP MEN LH No.115 Tahun 2003.
METODE PRAKTIKUMPengujian kualitas air dilakukan pada sungai Cisadane yang merupakan salah
satu sungai besar yang melewati kota Bogor. Pengujian dilakukan pada sungai ini dikarenakan banyaknya bangunan-bangunan industri dan pemukiman warga yang berada di sepanjang aliran sungai. Data hasil pengujian diharapkan dapat menjadi acuan, khususnya bagi kota Tangerang yang merupakan hilir dari sungai Cisadane. Pengambilan data sampling dilakukan pada tanggal 25 September 2013 sejak pukul 08.30 - 18.00 WIB yang dimulai dari kawasan Cipaku yang berlokasi di kota Bogor sampai dengan kawasan Ciampea yang berlokasi di kabupaten Bogor dengan panjangdaerah sampling diperkirakan sekitar 82 km. Analisa laboratorium dilakukan di Institut Pertanian Bogor, tepatnya pada Laboratorium Polusi Tanah dan Air Tanah bagian Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan.
Penentuan kualitas air sungai Cisadane sepenuhnya hanya dilakukan disekitaran kota dan kabupaten Bogor. Untuk mendapatkan hasil yang bisa mewakili kondisi sungai, maka diperlukan data dari semua parameter sungai. Parameter tersebut antara lain parameter fisika, kimia maupun mikrobiologi. Parameter fisika meliputi suhu dan padatan tersuspensi. Parameter kimia yaitu pH, BOD, COD, DO, total fosfat, Nitrat, Nitrit, logam Pb, Phenol, minyak, dan lemak. Parameter mikrobiologi meliputi total coliform.Akan tetapi, uji yang dilakukan sekarang ini hanya memasukkan parameter suhu, BOD, COD, dan DO saja.Adapun alat dibutuhkan untuk kegiatan tersebut antara lain botol sampling, DO meter, pita ukur, dan current meter.
Pengujian dilakukan dengan membagi sungai Cisadane menjadi 8 titik dimulai dari daerah Cipaku sampai dengan daerah Ciampea.Pemilihan lokasi ini didasarkan pola penggunaan tata guna lahan dengan tetap memperhatikan kemudahan akses. Pembagian ke-8 titik sampling tersebut antara lain dimulai dari daerah Cipaku, Bogor
2
Nirwana Residance (BNR), Bendung Empang, Gunung Batu, Karya Bhakti, Jalan Baru, Kampus IPB, dan Ciampea.
Saat turun ke badan sungai, selain mengambil sampel air untuk dianalisis, uji kualitas air juga mengharuskan adanya data-data lain. Data tersebut meliputi data debit sungai, lebar sungai, lebar aliran air, kedalaman sungai,luas penampang sungai, dan panjang antar titik sampling. Dalam menentukan debit sungai, maka alat yang digunakan adalah current meter. Penentuan debit ini dilakukan dengan memasukkan current meter ke badan air dan mencatat waktu yang dibutuhkan alat tersebut untuk berbunyi sebanyak 10 kali. Untuk penentuan lebar sungai dan lebar aliran air, maka alat yang dipakai adalah pita ukur.Adapun data untuk panjang antar titik sampling metode yang digunakan adalah dengan mengukur jaraknya langsung dengan bantuan Google Earth.
Analisis kualitas air dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran kualitas air sungai Cisadane dengan baku mutu kualitas air sungai sesuai dengan Peraturan Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Pengujian kualitas air dilakukan di dua tempat yang berbeda, tempat pertama adalah langsung di badan sungai tepatnya saat melakukan sampling dan tempat yang kedua adalah di Laboratorium Polusi Tanah dan Air Tanah pada tanggal 27 dan 30 September 2013. Pada tempat pertama, pengujian yang dilakukan adalah penentuan kadar DO0, sedangkan di tempat kedua atau laboratorium dilakukan penentuan kadar COD, DO5.
Penentuan konsentrasi parameter kualitas air diawali dengan pengujian kadar COD. Pengujian COD dilakukan dengan menggunakan K2Cr2O7sebagai sumber oksigen untuk mengoksidasi air sungai menjadi CO2, H2O, dan sejumlah ion krom. Selain itu, dibutuhkan pula laruran katalis seperti larutan ferro ammonium sulfat (FAS) dan asam sulfat pekat (H2SO4). Untuk mendapatkan kadar COD, uji ini juga membutuhkan sebuah larutan blangko. Larutan blangko akan diperlakukan sama seperti larutan sampling, hanya saja larutan ini dibuat dari air suling.
Pada uji COD, langkah pertama yang dilakukan adalah memipet 10 ml air sampling ke dalam tabung COD.Setelah itu, tabung tadi ditambahkan 5 ml larutan K2Cr2O7 dan 15 ml larutan H2SO4.Larutan ini kemudian dihomogenkan lalu dipanaskan di dalam oven dengan suhu 150oC selama 2 jam.Ketika telah selesai di oven, larutan dibiarkan hingga dingin, lalu ditambahkan akuades.Pemberian akuades ini bertujuan untuk membersihkan tabung COD dari sisa-sisa hasil reaksi.Tahap selanjutnya adalah menambahkan 3 tetes indikator ferroin. Saat semua proses telah dilakukan, larutan sampling hanya perlu dititrasi dengan larutan FAS hingga berwarna merah bata. Perhitungan kadar COD dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
Kadar COD = ( Kb - Kc) . N . 8
ml air sampling1000 ____________________________________(1)
Dengan :COD = Chemical Oxygen Demand (mg.O2/l)Kb = FAS yang digunakan untuk titrasi blangko (ml)
3
Kc = FAS yang digunakan untuk titrasi larutan air sampling (ml)N =molaritas FAS8 = berat ekivalen oksigen
Pengujian kualitas air dilanjutkan dengan pengukuran kadar oksigen terlarut (DO). Pengukuran tersebut meliputi penentuan DO0 dan DO5. Metode yang digunakan adalah dengan memasukkan DO meter ke badan sungai kemudian mencatat hasil yang terbaca di alat tersebut. Hasil dari bacaan DO meter ini dijadikan sebagai nilai DO0. Selain dilakukan langsung saat sampling, pengukuran DO juga dilakukan di laboratorium. Pengukuran di laboratorium dilakukan selang 5 hari sejak pengukuran pertamadan hasilnya akan menjadi nilai DO5. Kedua nilai tersebut kemudian diolah untuk mencari nilai BOD. Adapun perhitungan kadar BOD dilakukan dengan persamaan berikut:
Kadar BOD=D O0 - D O5 ____________________________________________(2)
Dengan :
BOD = Biochemical Oxygen Demand (mg.O2/l)DO0 = konsentrasi oksigen awal (mg.O2/l)DO5 = konsentrasi oksigen setelah lima hari (mg.O2/l)
Penentuan status mutu air dengan menggunakan metode indeks pencemaran (pollution index) didasarkan pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003. Perhitungan indeks pencemar dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut:
I P j= √(CiLij
)2
M+ (CiLi j
)2
R
2____________________ _ ______________________ (3)
Dengan :IPj = Indeks pencemar bagi peruntukan (j)Ci = Konsentrasi parameter kualitas air hasil pengukuranLi = konsentrasi parameter yang dicantumkan dalam mutu peruntukan air (j)(Cij/Lij)M = Nilai Cij/Lij maksimum(Cij/Mij)R = Nilai Cij/Lij rata-rata
Persamaan 3 di atas merupakan rumus standar yang sudah ditetapkan dan disahkan oleh Menteri Lingkungan Hidup. Persamaan ini hanya dapat dipakai jika dan hanya jika metode pengujian kualitas air yang dilakukan sesuai dengan yang disarankan. Metode yang disarankan tersebut adalah dengan membagi sungai menjadi beberapa segmen dan melakukan tiga kali sampling untuk setiap segmennya.Akan tetapi, dikarenakan metode yang dilakukan untuk uji kualitas air ini sedikit berbeda yakni dengan hanya melakukan satu kali sampling untuk tiap titik. Oleh karena itu, koreksi dari perhitungan indeks pencemar adalah dengan memakai persamaan berikut:
4
I P j= √(CiLi j
)2
___________________________________________________________________ (4)
Ketika semua nilai parameter pencemar telah diketahui, analisa kualitas sungai dapat dilanjutkan dengan mengetahui banyak zat pencemar yang dihasilkan berdasarkan waktu.Nilai tersebut dinamakan sebagai beban pencemaran. Adapun beban pencemaran sungai dapat dihitung berdasarkan besarnya konsentrasi masing-masing unsur pencemar dan debit sungai seperti yang diperlihatkan pada persamaan berikut.
BP=C ×Q ____________________________________________________(5)
Dengan:BP = Beban Pencemaran (kg/hari)C = Konsentrasi unsur pencemar (kg/m3)Q = Debit sungai (m3/hari)
HASIL DAN PEMBAHASANAnalisis kualitas air dilakukan dengan membandingkan hasil perhitungan
indeks pencemar dan konsentrasi parameter-parameter yang telah diukur dari sampel air sungai Cisadane dengan baku mutu kualitas air yang mengacu pada KEP MEN LH No.115 Tahun 2003 dan PP No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Hasil pengukuran parameter-parameter dari 8 titik yang menjai lokasi pengambilan sampel, disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 1. Jarak dan debit pada lokasi pengambilan sampel
LOKASI JARAK (km)DEBIT
(m3/detik)
T1 0 11,2186
T2 2,24 6,16203
T3 3,75 9,303
T4 6,68 0,16
T5 8,97 1,47838
T6 12,17 11,1041
T7 21,7 3,95465
T8 26,59 3,628
Nilai BOD didapat dengan menggunakan persamaan (2):BOD=6,970−4,450
BOD=2,520mg
l
5
Nilai COD didapat setelah dilakukan titrasi. Kemudian hasilnya dihitung dengan menggunakan persamaan (1):
COD=( (10,1−9,5 ) ×0,0469× 8×1000 )
10
COD=22,512mg
l
Tabel 2. Hasil analisis kualitas air sungai Cisadane
PARAMETER
SATUAN
LOKASI PENGAMBILAN SAMPEL
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8
BOD mg/l 2,465 1,820 2,675 2,370 1,620 2,520 1,743 2,140
COD mg/l 7,504 3,75211,25
63,752 7,504
22,512
3,75271,28
8DO0 mg/l 7,185 6,820 7,675 6,870 6,920 6,970 6,003 6,600
DO5 mg/l 4,720 5,000 5,000 4,500 5,300 4,450 4,260 4,460
T ⁰C26,30
027,70
028,10
028,50
029,43
030,47
033,76
031,10
0
Setelah didapat konsentrasi dari parameter-parameter yang diukur untuk menentukan kualitas air sungai Cisadane, maka konsentrasi parameter-parameter tersebut dibandingkan dengan baku mutu kualitas air yang ada pada PP No.82 Tahun 2001. Baku mutu konsentrasi untuk BOD, COD, DO, serta temperatur disajikan pada Tabel 3 sebagai berikut:
Tabel 3. Baku mutu konsentrasi BOD, COD, DO, dan temperatur pada PP No.82 Tahun 2001
PARAMETER SATUANBAKU MUTU AIR, KELAS
I II III IV
BOD mg/l 2 3 6 12
COD mg/l 10 25 50 100
DO mg/l 6 4 3 0
T ⁰C deviasi 3 deviasi 3 deviasi 3 deviasi 5
Konsentrasi parameter-paramete tersebut dibandingkan dengan baku mutu pada kelas I. Baku mutu air pada kelas I, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku, air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Masing-masing parameter dibuat grafik yang menunjukkan hubungan antara konsentrasi aktual dengan konsentrasi pada baku mutu.
6
0 5 10 15 20 25 300.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
Jarak (km)
Kon
sent
rasi
BO
D, m
g/l
Gambar 1. Grafik antara konsentrasi BOD aktual dengan baku mutu
Berdasarkan Gambar 1 dapat diketahui bahwa dari 8 konsentrasi BOD yang ada pada 8 titik sampel, hanya ada 3 titik sampel yang konsentrasi BOD-nya memenuhi persyaratan kualitas air kelas I, yaitu titik sampel 2 dengan nilai BOD 1,820 m/l, titik sampel 5 dengan nilai BOD 1,620 mg/l, dan titik sampel 7 dengan nilai BOD 1,743 mg/l. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan oksigen pada titik sampel 2, 5 dan 7 cukup kecil, sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat pencemaran pada air sungai Cisadane yang diambil pada lokasi titik sampel 2, 5 dan 7 masih rendah.
0 5 10 15 20 25 300
10
20
30
40
50
60
70
Jarak (km)
Kon
sent
rasi
CO
D, m
g/l
Gambar 2. Grafik antara konsentrasi COD aktual dengan baku mutu
Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa konsentrasi COD pada beberapa titik sampel sudah memenuhi baku mutu, kecuali untuk titik sampel 3, titik sampel 6, dan titik sampel 8. Tingginya konsentrasi COD menunjukkan banyaknya jumlah senyawa organik dalam air yang dapat dioksidasi secara kimia atau melalui proses mikrobiologis. Konsentrasi COD tertinggi terdapat pada titik sampel 8 yaitu sebesar 71,288 mg/l. Hal ini dapat disebabkan oleh lokasi pengambilan sampel yang berada
7
di daerah hulu, sehingga tingkat pencemaran air sungai tinggi. Konsentrasi COD pada titik sampel 6 mencapai 22,512 mg/l.
0 5 10 15 20 25 300123456789
Jarak (km)
Kon
sent
rasi
DO
, mg/
l
Gambar 3. Grafik antara konsentrasi DO dengan baku mutu
Nilai konsentrasi DO pada baku mutu merupakan nilai minimum yang harus dimiliki air agar dapat masuk ke dalam kelas I. Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa semua titik sampel memenuhi baku mutu DO minimum yang disyaratkan, yaitu 6 mg/l. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi oksigen yang telarut dalam air sungai Cisadane pada 8 titik sampel memenuhi standar kualitas air kelas I, namun DO hanya salah satu parameter pengukuran. Sehingga untuk mengetahui air sungai pada lokasi-lokasi pengambilan sampel tercemar atau tidak, perlu memperhatikan parameter-parameter lainnya.
Pengukuran selanjutnya adalah indeks pencemaran. Indeks pencemaran (IP) yang didapat akan dibandingkan dengan baku mutu yang terdapat pada KEP MEN LH No.115 Tahun 2003. Baku mutu IP ditunjukkan pada Tabel 4 sedangkan hasil perhitungan IP parameter BOD, COD, dan DO ditunjukkan pada Tabel 5.
Tabel 4. Baku mutu IP berdasarkan KEP MEN LH No.115 Tahun 2003
INDEKS PENCEMARAN MUTU PERAIRAN
0 ≤ Pij≤ 1 Kondisi baik
1 ≤ Pij ≤5 Cemar ringan
5 ≤ Pij ≤ 10 Cemar sedang
Pij>10 Cemar berat
Nilai IP dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (3), namun persamaan tersebut digunakan jika dilakukan pengambilan beberapa sampel pada 1 segmen. Sedangkan pada praktikum ini, pengambilan sampel hanya dilakukan satu kali pada masing-masing titik, sehingga tidak dapat ditentukan nilai rata-rata. Oleh karena itu, rumus perhitungan IP pada persamaan (3) perlu diubah menjadi rumus perhitungan pada persamaan (4).
8
IPBOD=√( 2,5202 )
2
IPBOD=1,260
Tabel 5. Hasil perhitungan indeks pencemaran (IP)
LOKASI PENGAMBILA
N SAMPEL
INDEKS PENCEMARAN
BOD COD DO
T1 1,233 0,750 1,198
T2 0,910 0,375 1,137
T3 1,338 1,126 1,279
T4 1,185 0,375 1,145
T5 0,810 0,750 1,153
T6 1,260 2,251 1,162
T7 0,872 0,375 1,001
T8 1,070 7,129 1,100
Setelah didapat nilai indeks pencemaran untuk masing-masing parameter, kemudian dibuat grafik yang menunjukkan hubungan antara nilai IP dengan baku mutu air kondisi baik.
0 5 10 15 20 25 300.0
0.5
1.0
1.5
2.0
Jarak (km)
IP B
OD
Gambar 4. Grafik IP BOD dengan baku mutu
Pada baku mutu KEP MEN LH No.115 Tahun 2003, air dengan kondisi baik memiliki nilai IP tidak lebih dari 1. Sedangkan hasil IP yang diperoleh untuk parameter BOD pada masing-masing titik sampel menunjukkan bahwa hanya ada 3 lokasi titik sampel dengan kondisi baik, yaitu titik sampel 2 dengan IP 0,910, titik sampel 5 dengan IP 0,810, dan titik sampel 7 dengan IP 0,872. Hal ini menunjukkan
9
bahwa berdasarkan parameter BOD, tingkat pencemaran pada 3 lokasi tersebut masih rendah, sehingga mutu air di ketiga lokasi tersebut masuk dalam kondisi baik.
0 5 10 15 20 25 300.01.02.03.04.05.06.07.08.09.0
10.0
Jarak (km)
IP C
OD
Gambar 5. Grafik antara IP COD dengan baku mutu
Gambar 5 di atas menunjukkan bahwa berdasarkan parameter COD, hanya ada 3 titik sampel yang tidak termasuk ke dalam mutu air kondisi baik. Hal ini disebabkan oleh tingkat konsentrasi COD yang cukup tinggi pada ketiga lokasi titik sampel tersebut. Nilai IP tertinggi adalah pada titik sampel 8, yaitu 7,219. Jika dibandingkan dengan baku mutu, maka mutu air untuk titik sampel 8 adalah cemar sedang. Nilai IP tinggi selanjutnya adalah pada titik sampel 6, yaitu 2,251 dan pada titik sampel 3, yaitu 1,126. Berdasarkan baku mutu, mutu air pada kedua titik sampel tersebut masuk dalam kategori cemar ringan.
0 5 10 15 20 25 300.0
0.5
1.0
1.5
Jarak (km)
IP D
O
Gambar 6. Grafik antara IP DO dengan baku mutu
Berdasarkan parameter jumlah oksigen terlarut (DO), tidak ada yang memenuhi standar baku mutu air kondisi baik karena semua nilai IP yang didapat lebih dari 1. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan oksigen dalam air sungai Cisadane pada
10
lokasi-lokasi titik sampel masih belum cukup untuk memenuhi kategori kondisi baik. Mutu air untuk semua titik sampel adalah kategori cemar ringan, dengan rentang nilai IP1 ≤ Pij ≤5.
Beban pencemaran dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (5) sebagai berikut:
BPBOD =2,520 mg
l×11,1041
m3
detik
BPBOD =2,520 mg
l× 11,1041
m3
detik×
l10−3m3 ×
10−6 kgmg
×86400 detik
hari
BPBOD =2417,673kg
hari
Tabel 6. Hasil Perhitungan Beban Pencemaran pada Sungai Cisadane
LOKASI PENGAMBILAN
SAMPEL
BEBAN PENCEMARAN (kg/hari)
BOD COD DO
T1 2389,293 7273,530 6964,327
T2 968,967 1997,563 3630,964
T3 2150,109 9047,339 6169,005
T4 32,763 51,868 94,971
T5 206,926 958,501 883,906
T6 2417,673 21597,883 6686,978
T7 595,551 1281,990 2051,116
T8 670,803 22345,879 2068,831
TOTAL 9432,085 64554,553 28550,097
Dari hasil perhitungan beban pencemaran pada Tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa parameter pencemaran tertinggi adalah COD, yaitu mencapai 64554,553 kg/hari. Berdasarkan hasil perhitungan parameter-parameter yang menentukan kualitas air, dapat dilihat bahwa kualitas air dari hulu ke hilir semakin berkurang. Kecuali untuk beberapa titik sampel pada hilir yang ternyata memiliki nilai konsentrasi parameter hampir sama dengan hulu, menunjukkan bahwa adanya aktifitas self purification. Sumbangan beban pencemaran terbesar berasal dari titik sampel 6 dan titik sampel 8 dengan nilai beban pencemaran COD terbesar, yaitu 21597,883 kg/hari dan 22345,879 kg/hari.
Tingginya beban pencemaran COD pada dua lokasi ini dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan kedua lokasi pengambilan sampel tersebut. Pada titik sampel 6 terdapat rumah potong hewan yang berada di dekat sungai. Tingginya konsentrasi COD dapat disebabkan oleh senyawa organik yang berasal dari rumah potong hewan tersebut. selain itu, banyak sampah pada aliran sungai. Kecepatan aliran sungai yang relatif kecil menyebabkan sampah-sampah tersangkut dan mencemari air sungai. Sedangkan pada titik sampel 8 merupakan daerah pemukiman padat. Tingginya
11
konsentrasi COD menunjukkan banyaknya jumlah senyawa organik yang dapat dioksidasi melalui proses kimiawi pada lokasi tersebut. Senyawa organik ini dapat berasal dari limbah rumah tangga dari pemukiman tersebut.
KESIMPULANBerdasarkan hasil perhitungan konsentrasi parameter dan indeks pencemaran yang kemudian dibandingkan dengan baku mutu pada PP No.82 Tahun 2001 dan KEP MEN LH No.115 Tahun 2003, titik sampel 2, titik sampel 5, dan titik sampel 7 memenuhi syarat kualitas air kelas I dan mutu air dengan kondisi baik untu k parameter BOD. Sedang titik sampel 3, titik sampel 6, dan titik sampel 8 tidak memenuhi syarat kualitas air kelas I dan mutu air kategori kondisi baik untuk parameter COD. Sedangkan untuk parameter DO, berdasarkan hasil perbandingan dengan PP No.82 Tahun 2001 menunjukkan bahwa air sungai Cisadane memenuhi syarat kualitas kelas I, sedngakan berdasarkan KEP MEN LH No.115 Tahun 2003 menunjukkan bahwa air sungai tersebut tidak memenuhi syarat mutu air kategori kondisi baik.
DAFTAR PUSTAKA
[Anonim].2011.Pemanfaatan Sumber Mata Air: bagian 2/3.[Terhubung Berkala] http://desakuhijau.org/pemanfaatan-sumber-mata-air-bagian-2-3/
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air
Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
Lampiran 1: Denah Lokasi Pengambilan Titik Sampel 6
12