Upload
harna
View
194
Download
15
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN KEGIATAN
PENILAIAN STATUS GIZI SISWA SEKOLAH ENENGAH PERTAMA
SMPN 30 MAKASSAR
KELAS 3
OLEH :
KELOMPOK VI
PROGRAM STUDI ILMU GIZIFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR
2011
HARNA K21109309NIKMAH SARO K21109311ANDI RESKI AMELIA K21109259SRI HARDIYANTI K21109275WAHYNU PRADIPTASARI K21109259MUCHLISA K21109312SIDRATULMUNTAHA J. K21109270ANDI INDRAWATI O. K21111602MUNZIA K21111604BARRE ALLO K21109270
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kegiatan Penilaian Status Gizi Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri
30 Makassar kelas 3 Yang Dilaksanakan Pada Tanggal 17 Desember 2011 Yang
diSusun Oleh Kelompok 6.
Setelah diperiksa dengan teliti oleh asisten dosen mata kuliah PSG (Penilaian
Status Gizi) maka laporan ini dinyatakan diterima.
Makassar, Desember 2011
Dosen Mata Kuliah PSG Asisten
Dr. Saifuddin Sirajuddin, MSc
NIP :19590824 198503 1 001
( Bohari)
BAB 1
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Gizi (Nutrition) adalah suatu proses organisme menggunakan makanan
yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan
untuk mempertahankan kehidupan, tumbuhan dan fungsi normal dari organ-
organ, serta meghasilkan energi (Supariasa, dkk., 2009).
Keaadaan gizi adalah akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan
penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan
fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh.Status Gizi
(Nutrition Status), ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variable
tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variable tertentu
(Supariasa, dkk., 2009).
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk
anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi
juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh
keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien. Penelitian status gizi
merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta
biokimia dan riwayat diet (Tirtawinata, 2006).
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan
asupan protein dan energy. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola
pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah
air dalam tubuh (Supariasa, dkk., 2009).
Pemakaian data antropometri mengusahakan semua alat disesuaikan
dengan kemampuan manusia, bukan manusia disesuaikan dengan alat.
Rancangan yang mempunyai kompatibilitas tinggi dengan manusia yang
memakainya sangat penting untuk mengurangi timbulnya bahaya akibat
terjadinya kesalahan kerja akibat adanya kesalahan disain (design-induced
error) (Nugroho, 2002).
Dilihat dari penggunaan antropometri yang sangat luas, maka salah satu
keahlian yang harus dimiliki oleh seorang sarjana gizi adalah mampu
mengukur status gizi mengenai konsep pertumbuhan, ukuran antropometri,
control kualitas data antropometri dan evaluasi indeks antropometri,
kelemahan dan keunggulan penggunaan antropometri dalam penilaian status
gizi (Supariasa, dkk., 2009).
Dari definisi ters
|\ebut di atas dapat ditarik pengertian bahwa antropometri gizi adalah
berhubungan dengan berbagai macam pengukura dimensi tubuh dan
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis
tingkat ukuran tubuh antara lain berat badan, tiggi badan, lingkar lengan atas,
dan tebal lemak di bawah kulit (Supariasa, dkk., 2009).
Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari
berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energy. Gangguan ini
biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh
seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa, dkk., 2009).
Antropometri adalah suatu studi yang berhubungan dengan pengukuran
dimensi tubuh manusia. Antropometri secara luas akan digunakan sebagai
pertimbangan ergonomis dalam proses perencanaan (design) produk maupun
sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia. Dimensi yang diukur pada
antropometri statis diambil secara linear (lurus) dan dilakukan pada
permukaan tubuh. Agar hasilnya dapat representatif , maka pengukuran harus
dilakukan dengan metode tertentu terhadap individu (Gibson, 2005).
Indikator antropometri antara lain berat badan (BB), Tinggi Badan (TB),
Lingkar Lengan Atas (LILA), dan Lapisan Lemak Bawah Kulit (LLBK).
Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropometri disajikan dalam
bentuk indeks, misalnya berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan
menurut umur (TB/U) atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB),
lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U) dan sebagainya (Barasi, 2008).
IMT berguna sebagai indikator untuk menentukan adanya indikasi kasus
KEK (Kurang Energi Kronik) dan kegemukan (obesitas). Namun untuk
memperoleh pengukuran TB yang tepat pada usila cukup sulit karena masalah
postur tubuh, kerusakan spinal, atau kelumpuhan yang menyebabkan harus
duduk di kursi roda atau di tempat tidur. Beberapa penelitian menunjukkan
perubahan TB usila sejalan dengan peningkatan usia dan efek beberapa
penyakit seperti osteoporosis. Oleh karena itu, pengukuran tinggi badan usila
tidak dapat diukur dengan tepat sehingga untuk mengetahui tinggi badan usila
dapat dilakukan dari prediksi tinggi lutut (knee height) (Barasi, 2008).
Tinggi badan adalah salah satu indikator klinik utama dalam menentukan
Indeks Massa Tubuh (IMT) dalam menentukan status gizi individu/populasi.
Namun, pengukuran tinggi badan manusia usia lanjut (manula) cukup sulit
dilakukan dan reliabilitasnya diragukan. Persamaan estimasi tinggi badan dari
pengukuran tinggi lutut untuk memprediksi tinggi badan manula yaitu
persamaan Chumlea telah dikembangkan beberapa tahun lalu, tetapi belum
ada studi yang dilakukan di Indonesia untuk mengembangkan suatu
persamaan bagi pengukuran tinggi badan populasi usia lanjut menurut
bermacam-macam kelompok etnis. Oleh karena itu, suatu cross sectional studi
untuk mengembangkan persamaan tinggi badan manula berdasarkan
pengukuran dua parameter yaitu tinggi lutut dan panjang depa (knee height
dan arm span) telah dilakukan pada bulan Desember 2005 lalu. Total 217
manula (usia 60 - 92 tahun) dari 3 kelompok etnik yaitu: Jawa (56,7%), Cina
(31,3%), dan lain-lain (12,0%) berpartisipasi dalam studi ini (Fatmah, 2005).
Pengukuran antropometri termasuk berat badan, tinggi badan, panjang
depa, dan tinggi lutut dilakukan oleh ahli gizi terlatih. Kesalahan inter dan
intra observer dilakukan untuk pengukuran antropometri tinggi lutut dan
panjang depa manula. Temuan utama studi adalah rata-rata usia manula asal
Cina adalah tertinggi di antara suku lainnya; kebanyakan manula mengalami
gizi kurang (43%); distribusi rata-rata tinggi lutut dan panjang depa hampir
sama di tiap kelompok etnis (Fatmah, 2005).
IMT dihitung dengan pemberian berat badan (dalam kg) oleh tinggi
badan (dalam m) pangkat dua. Kini IMT banyak digunakan di rumah sakit
untuk mengukur status gizi pasien karena IMT dapat memperkirakan ukuran
lemak tubuh yang sekalipun hanya estimasi tetapi lebih akurat daripada
pengukuran berat badan saja. Di samping itu, pengukuran IMT lebih banyak
dilakukan saat ini karena orang yang berlebihan berat badan atau yang gemuk
yang lebih beresiko untuk menderita penyakit diabetes, penyakit jantung,
stroke, hipertensi dannn beberapa bentuk penyakit kanker (Hartono, 2006).
Berat untuk rasio tinggi menunjukkan berat badan dalam kaitannya
dengan tinggi dan sangat berguna untuk menyediakan ukuran kelebihan berat
badan dan obesitas dalam populasi orang dewasa. Oleh karena itu jatah ini
kadang-kadang disebut sebagai indeks obesitas. Indeks massa tubuh
digunakan dalam preperences untuk lainnya berat/tinggi indeks, termasuk
rasio berat/tinggi, indeks Ponderal, dan indeks Benn. Hal ini sekarang
digunakan secara ekstensif secara internasional untuk mengklasifikasikan
kelebihan berat badan dan obesitas pada orang dewasa (Gibson, 2005).
Aplikasi antropometri sebagai metode bioantropologi ke dalam
kedokteran manjadi bermakna apabila disertai latar belakang teori yang
adekuat tentang pertumbuhan. Berdasarkan tujuan penelitian pengukuran
antropometri, setidak-tidaknya ada lima hal penting yang mewakili tujuan
pengukuran yaitu mengetahui kekern otot, kekekaran tualng, ukuran tubuh
secara umum, panjang tungkai dan lengan, serta kandungan lemak tubuh di
ekstremitas dan di torso. Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi,
antropometri disajikan dalam bentuk indeks, misalnya berat badan menurut
umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) atau berat badan menurut
tinggi badan (BB/TB), lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U) dan
sebagainya (Barasi, 2008).
Berat untuk rasio tinggi menunjukkan berat badan dalam kaitannya
dengan tinggi dan sangat berguna untuk menyediakan ukuran kelebihan berat
badan dan obesitas dalam populasi orang dewasa. Oleh karena itu jatah ini
kadang-kadang disebut sebagai indeks obesitas. Indeks massa tubuh
digunakan dalam preperences untuk lainnya berat/tinggi indeks, termasuk
rasio berat/tinggi, indeks Ponderal, dan indeks Benn. Hal ini sekarang
digunakan secara ekstensif secara internasional untuk mengklasifikasikan
kelebihan berat badan dan obesitas pada orang dewasa (Gibson, 2005).
Gizi kurang akut biasanya mudah untuk dideteksi, berat badan anak akan
kurang dan kurus – mereka akan memiliki tinggi badan yang tidak sesuai
dengan grafik pertumbuhan dan meningkatkan resiko terkena infeksi. Gizi
kurang yang kronik lebih sulit diidentifikasi oleh suatu komunitas – anak akan
tumbuh lebih lambat daripada yang diharapkan – baik dari segi berat badan
maupun tinggi badan, dan tidak kelihatan terlalu kurus, namun pemeriksaan
berat dan tinggi badan akan menunjukan bahwa mereka memiliki berat yang
kurang pada grafik pertumbuhan anak – misalnya kerdil. Gizi kurang kronik
dapat mempengaruhi perkembangan otak dan psikologi anak dan
meningkatkan resiko terkena infeksi. Perempuan yang kurang makan (kurang
gizi) punya kecenderungan untuk melahirkan anak dengan berat badan rendah,
yang punya resiko lebih besar terkena infeksi (Gibson, 2005).
Jumlah lemak tubuh yang normal untuk pria dewasa berkisar 10-20%
dari berat badannya, dan untuk perempuan dewasa sekitar 25%. Untuk
mengetahui dengan cepat apakah Anda menyimpan lemak berlebih, cobalah
mencubit daging di perut Anda tepat di atas pusar. Bila jarak antara ibu jari
dengan telunjuk lebih dari 2,5 cm, maka Anda termasuk obesitas. Atau, untuk
menentukan apakah Anda mengalami besar di sekitar perut, ukur lingkar
pinggang dengan mencari titik tertinggi di tulang pinggang, lalu ukur
lebarnya. Seorang pria yang berlingkar pinggang lebih dari 102 cm (Indonesia
90 cm) dan perempuan lebih dari 88 cm (Indonesia 80 cm), menunjukkan
faktor risiko tinggi kena penyakit. Apalagi, bila IMT-nya (Indeks Masa
Tubuh) adalah 25 atau lebih (Asmayuni, 2007).
Kegemukan disebabkan oleh ketidak imbangan kalori yang masuk
dibanding yang keluar. Kalori diperoleh dari makanan sedangkan
pengeluarannya melalui aktivitas tubuh dan olah raga. Kalori terbanyak (60-
70%) dipakai oleh tubuh untuk kehidupan dasar seperti bernafas, jantung
berdenyut dan fungsi dasar sel. Besarnya kebutuhan kalori dasar ini ditentukan
oleh genetik atau keturunan. Namun aktifitas fisik dan olah raga dapat
meningkatkan jumlah penggunaan kalori keseluruhan (Asmayuni, 2007).
Alat yang digunakan adalah alat ukur tinggi lutut terbuat dari kayu.
Subyek yang diukur dalam posisi duduk atau berbaring/tidur. Pengukuran
dilakukan pada kaki kiri subyek antara tulang tibia dengan tulang paha
membentuk sudut 90 derajat. Alat ditempatkan di antara tumit sampai bagian
proksimal dari tulang platela. Pembacaan skala dilakukan pada alat ukur
dengan ketelitian 0,1 cm (Gibson, 2005).
Hasil penguluran dalam cm dikonversikan menjadi tinggi badan
menggunakan rumus (Gibson, 2005):
TB pria = 64,19 – (0,04 x usia dalam tahun) + (2,02 x tinggi lutut dlm
cm)
TB wanita = 84,88 – (0,24 x usia dalam tahun) + (1,83 x tinggi lutut dlm
cm)
Beberapa peneliti menyarankan untuk menerapkan tekanan lembut
dengan proses mastoid untuk meregangkan tulang belakang dan
meminimalkan efek yang dihasilkan oleh variasi diurnal. Pengukuran
ketinggian diambil di inspirasi maksimal, dengan tingkat mata pemeriksa
dengan kepala tempat tidur untuk menghindari kesalahan paralaks. Tinggi
tercatat milimeter terdekat, atau bahkan lebih tepat dengan peralatan modem
digital. Oleh karena itu, jika berdiri tinggi daripada data referensi berbaring
panjang digunakan. Dilaporkan sendiri tinggi cenderung menghasilkan
perkiraan sedikit lebih tinggi dari tinggi dan harus dihindari (Gibson, 2005).
Tanda-tanda klinis gizi kurang dapat merupakan indicator yang sangat
penting untuk enduga defesiensi gizi. hal ini mencakuo keterlambatan
pertumbuhan dan perkembangan yang dapat ditentukan dengan cara
membandingkan seorang individu atau kelempok tertentu terhadap kuran
normal pada umumnya (Supariasa, dkk., 2009).
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari
seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis
penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis
dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan
perencanaan perawatan pasien.Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara
sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah
pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test
neurologi.Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan
fisik, ahli medis dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah
daftar penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes
akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut.Sebuah pemeriksaan
yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien secara umum dan
sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital atau pemeriksaan
suhu, denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama kali (Hartono,2006).
Tanda-tanda klinis malnutrition (gizi kurang) tidak spesifik, karena ada
beberapa penyakit yang mempunyai gejala yang sama, tetapi penyebabnya
berbeda. Oleh karena itu peeriksaan klinis harus dipadukan dengan
pemeriksaan lain seperti antropometri, laboratorium dan survey konsumsi
makanan, sehingga kesimpulan dalam penilaian status gizi dapat lebih tepat
dan lebih baik (Supariasa, dkk., 2009).
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai
status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang
terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat
dilihat pada jaringan epitel (superficial epithelial tissues) seperti kulit, mata,
rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan
tubuh seperti kelenjar tiroid.Penggunaan metode ini umumnya untuk survei
klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk
mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu
atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status
gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan
gejala (symptom) atau riwayat penyakit (Supariasa, dkk., 2009).
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak
langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan
data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat
gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan
kelebihan dan kekurangan zat gizi (Supariasa, dkk., 2009).
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara
tidak lang¬sung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang
kon¬sumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei
ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi (Gibson,
2005).
Survei diet atau penilaian tingkat konsumsi makanan adalah salah satu
metode yang digunakan dalam penentuan status gizi perorangan atau
kelompok secara tidak langsung. Survei konsumsi makanan dilakukan dengan
melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi, dimana survei ini dapat
mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi. Secara umum, survei
konsumsi makanan dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan makan dan
gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi serta faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut (Supariasa, dkk.,
2009).
Metode Recall 24 Jam
Metode Food Recall 24 jam merupakan metode sederhana dan mudah
dilakukan. Responden diminta untuk mengingat kembali makanan atau
minuman yang telah dikonsumsi dalam 24 jam sebelumnya. Untuk
mempermudah pewancara dan responden dalam memberikan jumlah makanan
yang dikonsumsi maka digunakan food model. Alat ini terdiri dari beberapa
bentuk makanan yang seringkali dikonsumsi dengan beberapa ukuran yang
sering digunakan (Supariasa, dkk., 2009).
Umumnya ukuran yang sering digunakan adalah ukuran sedang. Setiap
model telah dilengkapi dengan kandungan zat gizi yang sesuai sehingga
memudahkan dalam menilainya. Hal ini digunakan untuk mencegah adanya
flat slope syndrom di mana responden melakukan estimasi yang berlebihan
pada makanan yang kurang dikonsumsi atau estimasi yang kurang pada
makanan yang banyak dikonsumsi.
Langkah-langkah pelaksanaan recall 24 jam. Petugas atau pewawancara
menanyakan kembali dan mencatat semua makanan dan minuman yang
dikonsumsi responden dalam ukuran rumah tang selama kurung waktu 24 jam
yang lalu. Dalam memabantu responeden mengingat apa yang dimakan, perlu
diberi penjelasan waktu kegiatannya seperti waktu baru bangun, setelah
sembahyang, pulang dari sekolah/bekerja, sesudah tidur siang dan sebagainya.
Selain dari makanan utama, makanan kecil atau jajan juda dicatat. Termasuk
makanan yang dimakan diluar rumah seperti direstoran, dikantor, di rumah
teman atau saudara. Untuk masyarakat perkotaan konsumsi tablet yang
mengandung vitamin dan mineral juga dicatat serta adanya pemberian tablet
besi atau kapsul vitamin. Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi
dengan menggunakan daftar komposisi bahan makanan. Membandingkan
dengan Daftar Kecukupan Gizi yang dianjurkan (DKGA) atau Angka
Kecukupan Gizi (AKG) (Supariasa, dkk., 2009).
Metode 24 jam recall bertujuan untuk mengetahui konsumsi makanan
tingkat individu. Prinsip dari recall 24 jam, dilakukan dnegan mencatat jenis
dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu.
Dalam metode ini, responden ibu, atau pengasuh disuruh menceritakan semua
yang dimakan dan dimunum selama 24 jam yang lalu (Supariasa, dkk., 2009).
I.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui status gizi siswa kelas 3 smp
b. Untuk mengetahui kondisi fisik
c. Untuk mengetahui asupan energy, zat gizi makro dan mikro
BAB II
METODE
II.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Penilaian Status Gizi dilaksanakan di SMPN 30 Makassar pada
tanggal 17 Desember 2011.
II.2 Peserta
Kegiatan ini diikuti oleh mahasiswa Program Studi S-1 Gizi Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar
II.3 Sasaran
Sasaran dari kegiatan penilaian status gizi adalah siswa sekolah Menengah
Pertama kelas 3.
II.4 Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan ini diawali dengan melakukan observasi ke sekolah
yang akan dijadikan sasaran kegiatan. Kemudian melakukan pengukuran
antropometri (berat badan, tinggi badan, dan umur) dan pengamatan secara
fisik/klinis kepada sasaran dengan berpedoman pada lembaran kuesioner.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
III.1 Hasil
a. Karakteristik Siswa
Karakteristik Siswa N (orang) %
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
4
6
40 %
60 %
Umur < 15 tahun> 15 tahun
100
100 %0 %
Agama
Islam
Katolik
Protestan
8
1
1
80 %
10 %
10 %
Suku
Makassar
Bugis
Toraja
4
5
1
40 %
50 %
10 %
Pekerjaan Ayah
PNS
Pegawai swasta
Pedagang
3
5
2
30 %
50%
20%
Pekerjaan Ibu
IRT
PNS
Pedagang
5
4
1
50 %
40 %
10 %
Total 10 100 %
Tabel di atas menunjukkan presentase jenis kelamin yaitu untuk
laki-laki 40 % dan wanita 60%. Sedangkan, ada 100 % untuk anak yang
usia <15 tahun. Agamanya berbeda-beda pula, namun yang paling
mendominasi yaitu agama islam dengan presentase 80 %, sedangkan untuk
katolik dan Kristen masing-masing 10 %. Rata-rata berasal dari suku
Makassar dan bugis. Presentase untuk suku Makassar yaitu 40 %, bugis 50
% dan Toraja 10 %. Presentase pekerjaan Ayahnya yaitu untuk PNS ada
30%, Pegawai swasta 50 % dan pedagang 20%. Sedangkan untuk
pekerjaan ibunya yaitu lebih dominan ibu rumah tangga dengan presentase
50 %, PNS 40 % dan pedagang ada 10 %.
b. Status Gizi (IMT) Siswa
Status Gizi N (Orang) %
Sangat Kurus - -
Kurus 2 20 %
Normal 4 40 %
Gizi lebih 4 40 %
Obesitas - -
Tabel di atas menunjukkan presentase yang memiliki status gizi
normal yaitu 40 %, gizi lebih 40 % dan kurus ada 20 %.
c. Status Lingkar Lengan Atas (LILA) Siswa
Status LILA N (Orang) %
< 23,5 cm 5 50%
23,5 cm 5 50%
Tabel di atas menunjukkan kesamaan antara presentase anak yang
beresiko KEK dan yang normal yaitu masing-masing 50 %.
d. Status Lingkar Perut Siswa
Lingkar Perut N (Orang) %
Obesitas Sentral 1 10 %
Normal 9 90 %
Tabel di atas menunjukkan hanya ada 10 % yang beresiko obesitas
sentral dan sebagian besar normal dengan presentase 90 %.
e. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Klinis N (Orang) %
Mata
Normal
Tidak Normal
8
2
80 %
20 %
Lidah
Normal
Tidak Normal
10
-
100 %
Wajah
Normal
Tidak Normal
10
-
100 %
-
Rambut
Normal
Tidak Normal
10
-
100 %
-
Gigi
Normal
Tidak Normal
10
-
100 %
-
Kulit
Normal
tidak normal
10
-
100 %
-
Bibir
Normal
Tidak normal
9
1
90 %
10 %
Kuku
Normal
Tidak Normal 10
-
100 %
-
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada pemeriksaan klinik yang
leiputi beberapa indicator. Jika dilihat dari fisiki mata ada 20 % anak yang
matanya tidak normal sedangkan ada 80 % yang nora. Sedangakan, untuk
pemeriksaan lidah, rambut, kuku, kulit gigi dan wajah, hasil yang
diperoleh yaitu 100 % normal. Sedangkan pada pemeriksaan bibir,
terdapat 10 % anak yang tidak normal, 90 % yang normal. Kesimpulan
yaitu bahwa pada pemeriksaan fisik hanya ada beberapa item yang tidak
normal.
f. Asupan Energi
Asupan Energi N %
Lebih - -
Cukup 1 10 %
Kurang 9 90 %
Tabel di atas menunjukkan penilaian asupan energi, dimana
terdapat 90 % anak yang asupan energinya kurang dan hanya ada 10 %
anak yang asupan energinya cukup.
g. Asupan Zat Gizi Makro
Zat Gizi Makro N (Orang) %
Karbohidrat
Lebih
Cukup
Kurang
-
1
9
-
10 %
90 %
Lemak
Lebih
Cukup
Kurang
3
-
7
30 %
-
70 %
Protein
Lebih
Cukup
Kurang
1
-
9
10 %
-
90 %
Tabel di atas menunjukkan asupan zat gizi makro meliputi
karbohidrat, lemak dan protein.Asupan karbohidrat, ada 90 % anak yang
asupannya kurang dan 10 % yang asupannya cukup. Sedangkan untuk
asupan leak, ada 70 % yang asupannya kurang dan ada 30 % yang
asupannya lebih. Untuk asupan protein, 90% anak yang asupannya kurang
sedangkan 10 % yang asupannya lebih. Berdasarkan, data diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa asupan zat gizi makro pada anak SMP 30
kurang.
h. Asupan Zat Gizi Mikro (Fe, Zn, Vit. A,)
Zat Gizi Mikro N (orang) %
Fe
Lebih
Cukup
Kurang
1
-
9
10 %
-
90 %
Zn
Lebih
Cukup
Kurang
-
1
9
10 %
90 %
Vitamin A
Lebih
Cukup
Kurang
1
1
8
10 %
10 %
80 %
Tabel di atas menunjukkan asupan zat gizi ikro yang meliputi Fe,
Zn dan Vit A. ada 90 % anak yang asupan Fe nya kurang dan 10 % asupan
lebih. Untuk Zn, hanya ada 10 % yang cukup dan 90 % kurang.
Sedangkan, asupan vit A ada 10 % yang cukup, 10 % lebih dan 80 %
kurang. Jika, dilihat dari paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
asupan zat gizi mikro dari semua anak kurang.
i. Gambaran Sarapan Pagi Siswa
Sarapan Pagi N %
Ya 3 30 %
Tidak 7 70 %
Total 10 100%
Tabel di atas menunjukkan hanya ada 30 % yang sarapan dan ada
70 % yang tidak sarapan.
j. Tabulasi Silang Status Gizi dengan Asupan Energi
Status Gizi Asupan energy N %
Lebih Cukup Kurang
n % n % N %
Sangat Kurus - - - - - - - -
Kurus - - - - 2 20
%
2 20 %
Normal - - 1 10 % 3 30
%
4 40 %
Gizi lebih - - - - 4 40
%
4 40 %
Obesitas - - - - - - - -
Total - - 1 10 % 9 90
%
10 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa anak yang memilki status gizi
kurang dan asupan energy kurang ada 20 %, anak yang memiliki status
gizi normal dan supan energy cukup ada 10 %, anak yang memiliki status
gizi baik dan asupan energy yang kurang ada 30 %. Sedangkan anak yang
memilki status gizi lebih dan asupan energy kurang ada 40%.
k. Tabulasi Silang Status Gizi dengan Asupan Karbohidrat
Status Gizi Asupan Karbohidrat N %
Lebih Cukup Kurang
N % n % n %
Sangat Kurus - - - - - - - -
Kurus - - 1 10% 1 10
%
- -
Normal - - - - 4 40
%
- -
Gizi lebih - - - - 4 40
%
- -
Obesitas - - - - - - - -
Total - - 1 10 % 9 90
%
10 100%
Tabel di atas menunjukkan anak yang memilki status gizi kurang
dan asupan karbohidratnya cukup ada 10 %, anak yang memilliki status
gizi kurang dan asupan karbohidratnya kurang ada 10 %. Sedangkan, anak
yang memilki status gizi normal dan asupan karbohidrat kurang ada 40 %.
Anak yang memilki status gizi lebih dan asupan karbohidrat kurang ada 40
%.
l. Tabulasi Silang Status Gizi dengan Asupan Lemak
Status Gizi Asupan Lemak N %
Lebih Cukup Kurang
n % n % n %
Sangat Kurus - - - - - - - -
Kurus 1 10
%
- - 1 10
%
2 20%
Normal 2 20
%
- - 2 20
%
4 40 %
Gizi lebih - - - - 4 40
%
- -
Obesitas - - - - - - - -
Total 3 30
%
7 70
%
10 100%
Tabel di atas menunjukkan anak yang memilki status gizi kurang
dan asupan lemak lebih ada 10 %, anak yang memilki status gizi kurang
dan asupan lemak kurang ada 10 %, anak yang memiliki status gizi baik
dan asupan leak lebih ada 20 %, status gizi baik dan asupan lemak kurang
yaitu 20 %, status gizi lebih dan asupan lemak kurang ada 40 %.
m. Tabulasi Silang Status Gizi dengan Asupan Protein
Status Gizi Asupan Protein N %
Lebih Cukup Kurang
n % n % n %
Sangat Kurus - - - - - - -
Kurus - - - - 2 20
%
2 20 %
Normal 1 10
%
- - 3 30
%
4 40 %
Gizi lebih - - - - 4 40
%
4 40 %
Obesitas - - - - - - - -
Total 1 10
%
- - 9 90
%
10 100%
Tabel di atas menunjukkan anak yang memilki sttaus gizi kurang
dan asupan protein kurang ada 20 %, status gizi baik dan asupan lemak
lebih ada 10 %, status gizi baik dan asupan lemak kurang yaitu 30 %,
status gizi lebih dan asupan lemak kurang ada 40 %.
n. Tabulasi Silang Status LILA dengan Asupan Energi
Status LILA Asupan energi N %
Lebih Cukup Kurang
n % n % n %
< 23, 5 cm - - 1 10 % 4 40
%
5 50 %
23,5 cm - - - - 5 50
%
5 50 %
Total - - 1 10 % 9 9 % 10 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa LiLA < 23, 5 cm dan asupan
energy cukup ada 10 %, LILA < 23, 5 cm dan asupan energy kurang ada
40 %. Sedangkan, anak yang memiliki LILA 23,5 cm dan asupan
energy kurang ada 50 %.
o. Tabulasi Silang Status Lingkar Perut dengan Asupan Lemak
Status Lingkar
Perut
Asupan Lemak N %
Lebih Cukup Kurang
n % n % n %
Obesitas Sentral - - - - 1 10
%
1 10 %
Normal 3 30
%
- - 6 60
%
9 90 %
Total 3 30
%
- - 7 70
%
10 100%
Tabel di atas menunjukkan anak yang beresiko obesitas sentral dan
asupan leak kurang yaitu ada 10 % sedangkan anak yang status lingkar
perutnya normal dan asupan lemak lebih ada 30 % dan anak yang status
lingkar perutnya normal dan asupan leak kurang ada 60 %.
III.2 Perhitungan IMT
Terlampir
III.3 Pembahasan
A. Status Gizi dengan Asupan Energi
Pada penelitian pengukuran status gizi dengan melihat asupan
enrgi diperoleh hasil anak yang memilki status gizi kurang dan asupan
energy kurang ada 20 %, anak yang memiliki status gizi normal dan
supan energy cukup ada 10 %, anak yang memiliki status gizi baik dan
asupan energy yang kurang ada 30 %. Sedangkan anak yang memilki
status gizi lebih dan asupan energy kurang ada 40%. Asupan energy
mepengaruhi nilai IMT atau status gizi seseorang.
Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup,
penunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Satuan energi
dinyatakan dalam unit panas atau kilokalori (kkal).
Tabel berikut ini memuat perkiraan kebutuhan berbagai zat gizi
pada usia remaja. Anjuran kecukupan gizi pada usia remaja (13-18
tahun)
Jenis
kelamin
Umur
(thn)
Berat
(kg)
Kebutuhan zat gizi
Energi
(kal)
Protein
(gr)Vit. A (RE) Fe (mg)
Laki-laki13 – 15
16 – 19
45
56
2400
2500
64
66
600
600
17
23
Wanita13 – 15
16 – 19
46
50
2100
2000
62
51
500
500
19
25
Kebutuhan gizi remaja dan eksekutif muda relatif besar, karena
mereka masih mengalami pertumbuhan. Selain itu, remaja umumnya
melakukan aktivitas fisik lebih tinggi dibanding usia lainnya, sehingga
diperlukan zat gizi yang lebih banyak.
Tubuh manusia memerlukan asupan gizi terutama energi dan
protein untuk menyediakan energi, membangun dan memelihara
jaringan tubuh serta mengatur proses kehidupan dalam tubuh. Asupan
gizi adalah sejumlah zat gizi dari makanandan minuman yang
dikonsumsi seseorang setiap hari yang diukur denganmenggunakan
metode recall 24 jam
Asupan energi seseorang menurut FAO/WHO (2005) adalah
konsumsi energy berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi
pengeluaran energiseseorang bila ia mempunyai ukuran dan komposisi
tubuh dengan tingkat aktivitas yang sesuai kesehatan jangka panjang,
untuk memelihara aktivitas fisik yang dibutuhkan. Energi Basal
Metabolisme selalu dipengaruhi oleh beberapafaktor yaitu : ukuran
tubuh, jenis kelamin, umur, dan komposisi tubuh.
Asupan gizi khususnya energi dan protein berpengaruh terhadap
status gizi seseorang, di mana status gizi yang optimal dan jenis yang
cukup sesuai denganasupan anjuran.
Zat gizi adalah satuan-satuan yang menyusun bahan makanan atau
bahandasar. Sedangkan bahan makanan adalah suatu zat yang dibeli,
dimasak dandisajikan sebagai hidangan untuk dikonsumsi. Zat-zat gizi
dapat diperoleh melalui asupan makanan yang dikonsumsi.
Sumber energi berkonsentrasi tinggi adalah bahan makanan
sumber lemak,seperti lemak dan minyak, kacang-kacangan dan biji-
bijian. Setelah itu bahan makanan sumber karbohidrat seperti padi-
padian, imbi-umbian, dan gula murni. Tidak semua energi yang tersedia
dalam bahan makanan dapatdimanfaatkan tubuh. Oleh karena itu, nilai
energi kasar makanan perlu dikoreksidengan nilai energi makanan yang
tidak dimanfaatkan tubuh. Nilai energi yangdikoreksi ini disebut energi
faali makanan. Kekurangan energi terjadi bila konsumsi energi melalui
makanan kurang dari energi yang dikeluarkan. Tubuh akan mengalami
keseimbangan energi negative. Akibatnya, berat badan kurang dari berat
badan seharusnya (ideal). Bila terjadi pada bayi dan anak-anak akan
menghambat pertumbuhan dan pada orang dewasa penurunan berat
badan dan kerusakan jaringan tubuh.
Gejala yangditimbulkan adalah kurang perhatian, gelisah, lemah,
cengeng, kurang bersemangat, dan penurunan daya tahan terhadap
penyakit infeksi. Kelebihan energi terjadi bila konsumsi energi melalui
makanan melebihi energi yang dikeluarkan. Kelebihan energi ini akan
diubah menjadi lemak tubuh. Akibatnya terjadi berat badan lebih atau
kegemukan. Kegemukan disebabkan oleh kebanyakan makan dalam hal
karbohidrat, lemak dan protein, serta kurangbergerak. Kegemukan dapat
menyebabkan gangguan dalam fungsi tubuh danmerupakan resiko untuk
menderita penyakit kronis seperti diabetes mellitus,hipertensi, jantung
koroner, kanker, dan dapat memperpendek harapan hidup.
B. Status Gizi dengan Asupan Karbohidrat
Pada penentuan status gizi dengan melihat asupan karbohidrat
diperoleh hasil anak yang memilki status gizi kurang dan asupan
karbohidratnya cukup ada 10 %, anak yang memilliki status gizi kurang
dan asupan karbohidratnya kurang ada 10 %. Sedangkan, anak yang
memilki status gizi normal dan asupan karbohidrat kurang ada 40 %.
Anak yang memilki status gizi lebih dan asupan karbohidrat kurang ada
40 %.
Karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari molekul
karbon, hidrogen dan oksigen. Sebagai salah satu jenis zat gizi, fungsi
utama karbohidrat adalah penghasil energi di dalam tubuh. Tiap 1 gram
karbohidrat yang dikonsumsi akan menghasilkan energi sebesar 4 kkal
dan energi hasil proses oksidasi (pembakaran) karbohidrat ini kemudian
akan digunakan oleh tubuh untuk menjalankan berbagai fungsi-
fungsinya seperti materi fotosintesis tumbuhan, sebagai bahan energi,
dan lainnya.
Bagi manusia; sbg sumber energi. Bagi tumbuhan; amilum sebagai
cadangan makanan, sellulosa sbg pembentuk kerangka bagi tumbuhan.
Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa kanak-kanak
menuju masa dewasa. Pada usia remaja banyak perubahan yang terjadi.
Selain perubahan fisik karena bertambahnya jaringan lemak dalam
tubuh, juga terjadi perubahan hormonal. Perubahan-perubahan itu
mempengaruhi kebutuhan gizi dari makanan mereka.
Karbohidrat dalam bentuknya yang lebih alami merupakan bagian
penting dari diet yang sehat. Nutrisi ini menyediakan energi, serat,
vitamin, mineral, protein dan air. Karbohidrat terdapat pada biji sereal,
buah, sayur. dan susu. Diet sehat 2000 kalori seharusnya juga
mengandung karbohidrat di dalamnya dan menyediakan lebih dari 50%
total kalori. Sedangkan diet berkalori rendah untuk menurunkan berat
badan seharusnya masih memiliki sekitar 40% total kalori dari
karbohidrat.
Penyakit yang disebabkan karena kelebihan karbohidrat adalah
obesitas yaitu suatu keadaan dimana terjadi penumpukan lemak tubuh
yang berlebihan. Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara
energy yang masuk dengan energy yang keluar.
Didalam tubuh manusia,glukosa merupakan jenis monosakarida
penghasil energi utama. Dalam keadaan normal,darah seseorang
mengandung 70-100 mg glukosa setiap 100 ml darah.Jika kadar glukosa
darah lebih rendah dari kisaran normal disebut hipoglikemia,sebaliknya
jika kadar glukosa darah lebih tinggi dari kisaran normal disebut
hiperglikemia.
Untuk itu ada beberapa tips membatasi asupan karbohidrat, antara
lain:
Kurangi penyedap rasa (rasa gurih dan asin) pada makanan,
sehingga kebutuhan karbohidrat akan dibantu dengan asupan
berupa nasi.
Kurangi kebiasaan meminum minuman dengan gula, terutama
minuman botol atau kotak. Hindari juga penambahan gula pasir di
teh dan kopi.
Kurangi memakan yang berbahan tepung, seperti kwetiaw, kulit
pangsit, mie, bihun, so-un, roti putih, biskuit, kerupuk, dan lain-
lain.
C. Status Gizi dengan Asupan Lemak
Pada penentuan status gizi dengan melihat asupan lemak diperoleh
hasil menunjukkan anak yang memilki status gizi kurang dan asupan
lemak lebih ada 10 %, anak yang memilki status gizi kurang dan asupan
lemak kurang ada 10 %, anak yang memiliki status gizi baik dan asupan
leak lebih ada 20 %, status gizi baik dan asupan lemak kurang yaitu 20
%, status gizi lebih dan asupan lemak kurang ada 40 %.
Pada anak remaja kudapan berkontribusi 30 % atau lebih dari total
asupan kalori remaja setiap hari. Tetapi kudapan ini sering mengandung
tinggi lemak, gula dan natrium dan dapat meningkatkan resiko
kegemukan dan karies gigi. Oleh karena itu, remaja harus didorong
untuk lebih memilih kudapan yang sehat. Bagi remaja, makanan
merupakan suatu kebutuhan pokok untuk pertumbuhan dan
perkembangan tubuhnya. Kekurangan konsumsi makanan, baik secara
kualitatif maupun kuantitatif, akan menyebabkan metabolisme tubuh
terganggu.
Lemak dapat diperoleh dari daging berlemak, jerohan dan
sebagainya. Kelebihan lemak akan disimpan oleh tubuh sebagai lemak
tubuh yang sewaktu- waktu diperlukan. Departemen Kesehatan RI
menganjurkan konsumsi lemak dibatasi tidak melebihi 25 % dari total
energi per hari, atau paling banyak 3 sendok makan minyak goreng
untuk memasak makanan sehari. Asupan lemak yang terlalu rendah juga
mengakibatkan energi yang dikonsumsi tidak mencukupi, karena 1 gram
lemak menghasilkan 9 kalori. Pembatasan lemak hewani dapat
mengakibatkan asupan Fe dan Zn juga rendah.
D. Status Gizi dengan Asupan Protein
Fungsi protein dalam tubuh yaitu sebagai zat pembangun bagi
pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh, sebagai pengatur
kelangsungan proses di dalam tubuh, sebagai pemberi tenaga dalam
keadaan energi kurang tercukupi oleh kerbohidrat dan lemak.
Berdasarkan hasil survey diperoleh anak yang memilki sttaus gizi
kurang dan asupan protein kurang ada 20 %, status gizi baik dan asupan
lemak lebih ada 10 %, status gizi baik dan asupan lemak kurang yaitu 30
%, status gizi lebih dan asupan lemak kurang ada 40 %. Terdapat status
gizi kurang asupan protein kurang. Kekurangan protein dapat
meneybabkan kwashiorkor dan marasmus. Dimana kekurangan protein
dapat ditandai dengan pertumbuhan yang terhambat, otot berkurang dan
melemah, edema, muka bulat seperti bulan dan gangguan psikomotor.
Gejala edema dapat dilihat terutama pada perut, kaki, dan tangan
merupakan ciri khas dari kwashiorkor dan kehadirannya erat berkaitan
dengan albumin dan serum. Kulit menjadi depigmentasi, kering,
bersisik, pecah – pecah dan dermatosis. Luka sukar sembuh. Rambut
mengalami depigmentasi, menjadi lurus, kusam, halus, dan mudah
rontok (rambut jagung). Kwashiorkor pada orang dewasa jarang
ditemukan.
Status gizi dengan asupan protein lebih. Protein secara berlebihan
tidak menguntungkan tubuh. Makanan yang tinggi protein biasanya
tinggi lemak sehingga dapat menyebabkan obesitas. Kelebihan asupan
protein dapat menimbulkan asidosis, dehidrasi, diare, kenaikan amoniak
darah, kenaikan ureum darah, demam.
E. Status LILA dengan Asupan Energi
Kebutuhan energi seseorang menurut FAO/WHO (1985) adalah
konsumsi energi berasal dari makanan yang diperlukan untuk menetupi
pengeluaran energi seseorang bila ia mempunyai ukuran dan komposisi
tubuh dengan tingkat aktivitas sesuai dengan kesehatan jangka panjang,
dan yang memungkinkan pemeliharaan aktivitas fisik.
Hasil dari tabulasi antara status LiLA dengan asupan energy yaitu
LiLA < 23,5 cm dan asupan energi cukup ada 10 %, LiLA < 23,5 cm
dan asupan energi kurang ada 40 %. Sedangkan anak yang memiliki
LiLA >23,5 cm dan asupan energi kurang ada 50 %. Hal ini
menunjukkan bahwa, anak yang beresiko KEK namun asupan energinya
cukup ada 1 orang, begitu pula dengan anak yang energinya kurang ada
1 orang. Hanya ada 8 anak yang tiak beresiko KEK namun asupan
energinya kurang. Hal ini, membuktikan bahwa tidak ada keseimbangan
antara pengukura LiLA dengan asupan energy.
Kebutuhan energi cukup dan energi kurang. Kekurangan energi
terjadi apabila konsumsi energi melalui makanan kurang dari energi
yang dikeluarkan. Tubuh akan mengalami keseimbangan energi negatif.
Akibatnya berat badan kurang dari berat badan seharusnya (ideal).
Kelebihan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan
melebihi energi yang dikeluarkan. Kelebihan energi ini akan diubah
menjadi lemak tubuh. Akibatnya, terjadi berat badan lebih atau
kegemukan. Kegemukan bisa disebabkan oleh kebanyakan makan,
dalam hal karbohidrat, lemak maupun protein, tetapi juga karena kurang
bergerak. Kegemukan dapat menyebabkan gangguan dalam fungsi
tubuh, merupakan resiko untuk menderita penyakit kronis, seperti
diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, penyakit kanker,
dan dapat memperpendek harapan hidup.
F. Status Lingkar Perut dengan Asupan Lemak
Berdasarkan pengukuran yang dilakukan diperoleh anak yang
beresiko obesitas sentral dan asupan leak kurang yaitu ada 10 %
sedangkan anak yang status lingkar perutnya normal dan asupan lemak
lebih ada 30 % dan anak yang status lingkar perutnya normal dan asupan
lemak kurang ada 60 %. Terjadinya obesitas sentral dipengaruhi oleh
asupan lemak. berdasarkan data yang diperoleh bahwa ada 6 anak yang
normal dan asupan lemaknya kurang. Hal ini berjalan lurus karena
semakin banyak lemak dalam tubuh khususnya daerah perut maka akan
meningkatkan resiko obesitas sentral.
Kegemukan di sekitar perut, dalam bahasa klinis disebut sebagai
obesitas sentral, merupakan akumulasi lemak di perut yang
mengakibatkan peningkatan ukuran pinggang. Kondisi ini disebabkan
oleh tingginya lemak visceral, atau lemak yang ada di antara organ-
organ dalam rongga perut. Lemak visceral berbeda dengan lemak
subkutan yang ditemukan di bawah kulit atapun lemak
intramuskularyang ditemukan dalam kerangka otot. Kelebihan lemak
visceral bisa dilihat dari perut yang tampak menonjol. Tipe tubuh seperti
ini juga dikenal sebagai “bentuk apel”.
Dibandingkan wanita, obesitas sentral lebih banyak dialami oleh
pria karena perbedaan hormon. Kaum lelaki lebih cenderung memiliki
lemak yang tersimpan dalam perut karena perbedaan hormon seks.
Hormon seks wanita menyebabkan lemak tersimpan di pantat, paha, dan
pinggul. Tetapi ketika perempuan mengalami menopause dan hormon
estrogen yang dihasilkan oleh ovarium menurun, lemak bermigrasi dari
pantat, pinggul dan paha ke pinggang, kemudian disimpan dalam perut.
Mengapa hal ini berbahaya? Ada kolerasi yang kuat antara obesitas
dan penyakit kardiovaskular, hipertensi, resistensi insulin dan diabetes
tipe 2. Jika tubuh tidak dijaga dari penyebab obesitas sentral, dapat
dibayangkan resiko yang akan mengiringinya. Dapat dikatakan bahwa
alarm kesehatan berada di lingkar perut. Wanita dengan lingkar
pinggang > 80 cm atau pria dengan lingkar pinggang > 90 cm harus
waspada, karena ini berarti alarm anda telah menyala.
Obesitas sentral terjadi karena banyak faktor. Di antaranya yang
dapat kita kendalikan adalah makan berlebihan dan kurang gerak. Jika
kita dapat mengontrol pola makan dan menjalankan aktivitas fisik secara
teratur sejak dini, akan banyak manfaatnya bagi kesehatan jangka
panjang.
BAB IV
PENUTUP
IV.I Kesimpulan
1. Status gizi siswa SMPN 30 Makassar yaitu status gizi normal 40 % (4
orang) , gizi lebih 40 % (4 orang) dan kurus ada 20 (20 orang) %.
2. Pemeriksaan klinik yang meliputi beberapa indikator. Jika dilihat dari fisiki
mata ada 20 % anak yang matanya tidak normal sedangkan ada 80 % yang
normal. Sedangakan, untuk pemeriksaan lidah, rambut, kuku, kulit gigi dan
wajah, hasil yang diperoleh yaitu 100 % normal. Sedangkan pada
pemeriksaan bibir, terdapat 10 % anak yang tidak normal, 90 % yang
normal.
3. Terdapat 90 % anak yang asupan energinya kurang dan hanya ada 10 %
anak yang asupan energinya cukup. Asupan zat gizi makro meliputi
karbohidrat, lemak dan protein. Asupan karbohidrat, ada 90 % anak yang
asupannya kurang dan 10 % yang asupannya cukup. Sedangkan untuk
asupan leak, ada 70 % yang asupannya kurang dan ada 30 % yang
asupannya lebih. Untuk asupan protein, 90% anak yang asupannya kurang
sedangkan 10 % yang asupannya lebih. Berdasarkan, data diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa asupan zat gizi makro pada anak SMP 30 kurang.
Asupan zat gizi ikro yang meliputi Fe, Zn dan Vit A. ada 90 %
anak yang asupan Fe nya kurang dan 10 % asupan lebih. Untuk Zn, hanya
ada 10 % yang cukup dan 90 % kurang. Sedangkan, asupan vit A ada 10
% yang cukup, 10 % lebih dan 80 % kurang. Jika, dilihat dari paparan di
atas maka dapat disimpulkan bahwa asupan zat gizi mikro dari semua anak
kurang.
IV.2 Saran
1. Agar asisten menjelaskan secara detail materi yang dibahas dalam laporan.
2. Untuk siswa SMPN 30 Makassar, agar memperhatikan asupan zat gizinya
karena hasil data yang telah diolah diperoleh beberapa masalah gizi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 TUJUAN
BAB II METODE
I1.1 TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN
I1.2 PESERTA
I1.3 SASARAN
I1.4 METODE PELAKSANAAN
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
II1.1 HASIL
II1.2 PERHITUNGAN IMT
III,3 PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
IV KESIMPULAN
IV SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBARAN KUESIONER
RECALL
PERHITUNGAN IMT
FOTO KEGIATAN
DAFTAR PUSTAKA
Asmayuni. 2007. Kegemukan (Overweight) pada perempuan umur 25-50 tahun (di kota Padang Panjang Tahun 2007). Kesehatan Masyarakat. II : 14-38
Barasi, Mary E. 2008. At A Glance Imu Gizi. Jakarta: Erlangga
Fatmah. 2005. Persamaan (Equation) tinggi Badan Manusia Usia Lanjut (Manula) Berdasarkan Usia dan etnis pada 6 Panti terpilih di DKI Jakarta dan Tangerang tahun 2005. Jurnal UI. X :ISSN 1693-6728
Gibson, Rosalind S. 2005. Principles Nutritional Assesment. Oxford: University Press
Hartono, Andry. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta : EGC
Nogroho, Adi. 2002. Pengaruh Faktor Usia, Status Gizi dan Pendidikan Terhadap International Prostat Symptom pada Penderita Hiperplasia. Cermin Dunia Kedokteran. XI : 678-745
Supariasa, dkk. 2009. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC
Tirtawinata, Tien Ch. 2006. Makanan Dalam Perspektif Al-Quran dan Ilmu Gizi. Jakarta: FK UI.
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita
kesehatan baik jasmani maupun rohani, karena atas segala rahmat dan hidayah-
Nyalah sehingga laporan praktikum Penilaian Status Gizi ini bisa diselesaikan
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Tak lupaSsaya kirimkan salam dan
salawat kita hanturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW.
Pada kesempatan ini saya selaku penulis dan penyusun lapaoran ini ingin
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada tim dosen dosen
Penilaian Status Gizi dan juga semua asisten yang telah membimbing Saya dalam
menyusun lapaoran ini dan dalam mengkaji ilmu. Dalam proses penyelesaian
laporan ini Saya banyak dibantu oleh banyak referensi sehingga kita mampu
menyelesaikannya dengan baik.
Saya selaku penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kepada para pembaca kami menghaturkan permohonan maaf
apabila menemukan kekurangan pada laporan ini dan Saya dengan berbesar hati
akan menerima kritik dan saran yang bersifat membangun guna untuk
memperbaiki pada penulisan s
elanjutnya.
Atas perhatiannya Saya ucapkan terima kasih.
Wassalam,
Makassar, Desember 2011
Hormat Saya,
Penyusun
LAMPIRAN
FOTO KEGIATAN
Pengukuran Tinggi Badan
Pengukuran berat Badan
Pengukuran LILA
Pengukuran Lingkar Perut
PERHITUNGAN IMT
IMT = Berat Badan (kg)Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)
Fiedy Zandjaya
IMT = 40,5 kg1,54 m x 1,54 m
= 40,5 kg2,37
= 17,0
A. Indra Cahyadi
IMT = 31,9 kg1.45 m x 1 . 45 m
= 31.9 kg2,10
= 15,1
Ria Amelia
IMT = 52,8
1,51 x 1.51❑
=52,8
2,2801
= 23,16
Akbar
IMT = 46,9 kg1,6 m x 1.6 m
= 46,92,56
= 18,3
Putri Andini
IMT = 55.9 kg1,54 m x 1.54 m
= 55.9 kg2,3716
= 23.5
Sevia yeni Asima
IMT = 53 kg1, 69 m x 1.69 m
= 53 kg2,87
= 18,4
Annisahikrimia
IMT = 45.6 kg1,5 m x 1.5 m
= 45.6 kg2,25
= 20.26
Nuzul Fadila Putri
IMT = 49,6 kg1,52 m x 1 . 52 m
= 49,6 kg2,31
= 21,4
Khaerunnisa dwi tasya
IMT = 35,10 kg1,53 m x 1.53 m
= 35,10 kg2,34
= 15
Dwita Natalia
IMT = 57,4 kg1, 54 m x 1.54 m
= 57.4 kg2,37
= 24,21
Andi rezka Kurniawan Amri
IMT = 55,70 kg1, 56 m x 1.56 m
= 55,7 kg2,43
= 22.92