View
401
Download
30
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM
PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN INDUSTRI
ACARA IV
LINE BALANCING
Disusun Oleh:
Nama : Nur Rahma Laila Rizki Fauziah
NIM : 11/319005/TP/10208
Shift : II
Co. Asisten : 1. Susilo Hary Yunanto
2. Langkah Tawang Pratama
LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Strategi produksi yang banyak digunakan baik oleh perusahaan
maupun industri yaitu melakukan produksi seoptimal mungkin namun
tetap mengedepankan keefektifan dan efisiensi. Hal ini dilakukan untuk
meminimalkan biaya produksi agar tidak terjadi pemborosan maupun
pengeluaran biaya yang besar untuk hasil yang sedikit. Salah satu faktor
yang harus diperhatikan untuk mencapai efisiensi produksi adalah waktu
proses produksi. Stasiun kerja merupakan bagian penting dalam lini
produksi. Stasiun kerja merupakan bagian penting dalam lini produksi.
Perencanaan stasiun kerja yang efektif sangat berperan penting, dimana
jangan sampai terjadi ketimpangan antar stasiun kerja sehingga tidak ada
waktu menunggu untuk proses selanjutnya.
Salah satu cara untuk mengurangi ketidakseimbangan lini produksi
yaitu dapat dilakukan dengan keseimbangan lini. Penyeimbangan lini
merupakan hal yang penting dilakukan pada sebuah lini produksi, sebab
lini produksi yang seimbang akan mengefisiensikan penggunaan sumber
daya perusahaan dan mengurangi waktu idle. Lini yang tidak seimbang
ditandai dengan adanya penumpukan bahan sebelum stasiun kerja dan
adanya stasiun kerja yang menganggur karena menunggu bahan yang
harus diproses. Keseimbangan lini bertujuan untuk menentukan jumlah
stasiun kerja yang seminimal mungkin dengan memperhatikan urutan
antar tugas atau pekerjaan dan waktu siklus sehingga batasan
keterhubungan terpenuhi dan waktu stasiun tidak melebihi waktu siklus.
Sebagai mahasiswa TIP yang nantinya akan banyak bekerja di
dunia industri terutama di bidang agro-industri yang memiliki berbagai
jenis stasiun kerja dan lini produksi sehingga harus paham dalam mengatur
agar efektif dan efisisen. Sehingga di dalam praktikum perencanaan dan
pengendalian produksi akan membahas mengenai keseimbangan lini.
Mahasiswa akan lebih mudah memahami dan dapat mengaplikasikannya
di dunia kerja.
B. Tujuan Praktikum
1. Mengajarkan mahasiswa untuk melakukan penyeimbangan lintasan
produksi dengan bantuan komputer
2. Mengajarkan mahasiswa untuk dapat menganalisis dampak
penyeimbangan lintasan produksi terhadap pengelompokan stasiun
kerja dan efisiensi lintasan produksi
C. Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum acara 4 yang berjudul Keseimbangan Lini ini yaitu
dapat memahami konsep Keseimbangan Lini/ Line Balancing dan dapat
melakukan penyeimbangan lintasan produksi dngan bantuan software
komputer berupa WinQSB serta dapat menganalisi hasil dari
perencanaannya shingga konsep Line Balancing tersebut dapat lebih
mudah dipahami dan dimengerti.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Line balancing merupakan penyeimbangan penugasan elemen-elemen
tugas dari suatu assembly line ke work stations untuk meminimumkan banyaknya
work station dan meminimumkan total harga idle time pada semua stasiun untuk
tingkat output tertentu yang dalam penyeimbangan tugas ini, kebutuhan waktu per
unit produk yang di spesifikasikan untuk setiap tugas dan hubungan sekuensial
harus dipertimbangkan. Line balancing biasanya dilakukan untuk meminimumkan
ketidakseimbangan diantara mesin-mesin atau personel agar memenuhi output
yang diinginankan dari assembly line it. Untuk dapat menelesaikan masalah line
balancing, manajemen industri harus mengetahui tentang metode kerja, peralatan-
peralatan, mesin-mesin dan personel yang digunakan dalam proses kerja. Juga
diperlukan informasi tentang waktu yang diperlukan untuk setiap assembly line
dan presedence relationship diantara aktivitas-aktivitas yang merupakan susunan
dan urutan dari berbagai tugas yang perlu dilakukan (Gasperz, 2002).
Lintasan produksi adalah suatu seri unit urutan-urutan proses pengerjaan
yang diperlukan untuk menghasilkan produk atau jasa. Di dalam urutan proses
tersebut dikehendaki agar proses dapat berjalan dengan lancar atau terdapat
keseimbangan lintasan produksi, artinya terdapat keseimbangan kapasitas antara
mesin yang satu dengan yang lain atau stasiun kerja yang satu dengan yang lain
(Bedworth, 1987).
Keseimbangan adalah persamaan kapasitas atau pengeluaran dari setiap
operasi berikutnya dalam suatu urutan lintasan. Sedangkan lintasan produksi
adalah suatu rangkaian urut-urutan proses pengerjaan yang diperlukan untuk
menghasilkan produk atau jasa (Buffa, 1996).
Keseimbangan lintasan meliputi seleksi kombinasi yang trdapat dari
elemen-elemen kerja untuk dilaksanakan pada setiap stasiun kerja. Tujuannya
adalah untuk meminimalkan input tenaga kerja yang dibutuhkan dan investasi
fasilitas atau untuk mendapatkan sejumlah output, tujuan secara umum adalah
(Dilworth, 1986):
1. Minimisasi jumah stasiun kerja (pekerja) yang dibutuhkan
untuk mencapai waktu siklus tertentu
2. Minimisasi waktu siklus (maksimal laju atau tingkat output).
Waktu siklus adalah waktu total yang digunakan untuk mengubah input
menjadi output. Waktu siklus tediri dari dua komponen, yaitu waktu proses
(processing time) dan penundaan waktu (nonprocessing time). Waktu proses
(processing time) mencakup semua aktivitas yang mengubah input menjadi
output. Penundaan waktu (nonprocessing time) mencakup aktivitas seperti
menunggu (waiting), menyimpan (storing), dan aktivitas-aktivitas ini biasanya
diklasifikasikan sebagai bukan nilai tambah (Anonim, 2013).
Penjadwalan dari pekerjaan lini produksi yang menyeimbangkan kerja
yang dilakukan pada setiap stasiun kerja. Keseimbangan lini dapat melakukan dua
hal dasar yang biasa terjadi yakni mencari minimisasi jumlah stasiun setelah
diberikan waktu siklus, atau mencari minimisasi waktu siklus berdasarkan jumlah
stasiun kerja yang diberikan (Bedworth, 1987).
Permasalahan keseimbangan lintasan paling banyak pada proses perakitan
dibandingkan pada proses pabrikasi. Pabrikasi dari sub komponen-komponen
biasanya memerlukan mesin-mesin berat dengan siklus panjang. Ketika beberapa
operasi dengan peralatan yang berbeda dibutuhkan secara proses seri, maka
terjadilah kesulitan dalam menyeimbangkan panjangnya siklus-siklus mesin,
sehingga utilisasi kapasitas menjadi rendah. Pergerakan terus-menerus
kemungkinan besar dicapai dengan operasi-operasi perakitan yang dibentuk
secara manual ketika beberapa operasi dapat dibagi-bagi menjadi tugas-tugas kecil
dengan durasi waktu yang terpendek. Semakin besar fleksibilitas dalam
mengkombinasikan beberapa tugas, maka semakin tinggi pula tingkat
keseimbangan yang dapat dicapai. Hal ini akan membuat aliran yang mulus
dengan utilisasi tenaga kerja dan perakitan yang tinggi (Nasution, 2003).
Keseimbangan yang sempurna tercapai apabila ada persamaan keluaran
(output) dari setiap operasi dalam suatu runtutan lini. Bila keluaran yang
dihasilkan tidak sama, maka keluaran maksimum mungkin tercapai untuk lini
operasi yang paling lambat. Operasi yang paling lambat menyebabkan
ketidakseimbangan dalam lintasan produksi. Keseimbangan pada stasiun kerja
berfungsi sebagai sistem keluaran yang efisien. Hasil yang bisa diperleh dari
lintasan yang seimbang akan membawa ke arah perhatian yang lebih serius
terhadap metode dan proses kerja. Keseimbangan lintasan juga memerlukan
ketrampilan operator yang ditempatkan secara layak pada stasiun-stasiun kerja
yang ada. Keuntungan keseimbangan lintasan adalah pembagian tugas secara
merata sehingga kemacetan bisa dihindari (Herjanto, 2003).
Hal yang berpengaruh pada penyusunan stasiun kerja adalah kecepatan
lintasan yang ditentukan dari tingat kapasitas permintaan serta waktu operasi
terpanjang. Semakin tinggi kecepatan lintasan, jumlah stasiun kerja yang
dibutuhkan akan menjadi semakin banyak. Sebaliknya, semakin rendah kecepatan
lintasan perakitan maka jumlah stasiun kerja yang dibutuhkan menjadi semakin
sedikit (Kusuma, 2002).
BAB III
METODOLOGI
A. Alat dan Bahan
Alat :
1. Komputer
2. WinQSB
Bahan :
1. Set data
B. Cara Kerja
1. Menentukan tujuan analisis (sudah ditetapkan yaitu analisis keseimbangan
lini produksi)
2. Melakukan pemasukan data dan analisis
a. Menjalankan program WinQSB dengan memilih pilihan “Facility
Location and Layout”
b. Pada menu “File” pilihlah pilihan New Problem” dan isikan
c. Mengisi Problem Type = Line Balancing
d. Problem Title = Keseimbangan lintasan
e. Mengisi number of operational tasks = 8
f. Time unit = minute
g. Mengklik OK
h. Isikanlah “Task Information” seperti pada tabel 1 di modul
i. Pada menu “Solve and Analyze” klik “ “Solve Poblem”
j. Pada “Solution Method” pilihlah “Heuristic Procedure”
k. Pada cycle time in minute tidak usah di isi
l. Mengisi time lenght in minute = 420 (yang berarti 7 jam x 60
menit)
m. Pada Desired Production Quantity = 100 (yang berarti 100 produk
per hari)
n. Pada Primary Heuristic pilihlah “longest task time”
o. Pada tie breaker pilihlah random
p. Mengklik OK
q. Menyimpan data
r. Lihat hasilnya dalam “Show line balancing solution”, “show line
balancing summary”, dan “show line layout in graph”.
3. Lakukan modifikasi pengisisan data dengan waktu siklus yang berbeda dan
metode “Primary Heuristic” yang berbeda pula.
4. Melakukan analisis efisiensi lini produksi, balance delay serta kebutuhan
operator pada masing-masing metode analisis di atas.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1.
1 2
3 4 5 6
7
8
Gambar1. Presedence diagram
2. Tabel 1. Line Balancing Solution
3. Tabel 2. Line Balancing Summary
11-28-
2013 Item Result
1 Desired Cycle Time in minute 4.20
2 Number of Line Stations 3
3 Number of Required Operators 3
4 Total Available Time in minute 12.60
5 Total Task Time in minute 11.35
6 Total Idle Time in minute 1.25
7 Balance Delay (%) 9.92%
11-28-
2013 Line
Number
of Task Task Task Time %
4:14:10 Station Operators Assigned Name Time Unassigned Idleness
1 1 1 3 Perakitan motor penggerak 3.25 0.95 22.62%
2 2 1 1 Perakitan kerangka 2 2.20 52.38%
3 4
Pemasangan motor penggerak kedalam
kerangka 1.20 1.00 23.81%
4 2 Pemasangan tombol 1 0.00 0.00%
5 3 1 7 Pemasangan kabel 1 3.20 76.19%
6 5 Pemasangan baling-balin 0.50 2.70 64.29%
7 6 Pemasangan pelindung baling-baling 1 1.70 40.48%
8 8 Pengujian 1.40 0.30 7.14%
Solved
by Heuristic Method
Optimal Solution has been obtained by
Primary Heuristic: Longest Task Time
Tie Breaker: Random
4. Tabel 3. Line Layout In Graph
B. Pembahasan
Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi acara 4 ini berjudul
Keseimbangan Lini. Tujuan dari praktikum ini adalah mengajarkan mahasiswa
untuk melakukan penyeimbangan lintasan produksi dengan bentuan komputer dan
mengajarkan mahasiswa untuk dapat menganalisis dampak penyeimbangan
lintasan produksi terhadap pengelompokkan stasiun kerja dan efisien lintasan
produksi.
Keseimbangan lini (lini balancing) adalah suatu proses penugasan atau
penempatan beberapa pekerjaan pada beberapa stasiun kerja sehingga masing-
masing stasiun kerja mempunyai beban kerja (waktu kerja per unit produk) yang
hampir sama. Keseimbangan lini merupakan suatu metode penugasan sejumlah
pekerjaan kedalam stasiun-stasiun kerja yang saling berkaitan dalam suatu
lintasan produksi sehingga setiap stasiun kerja memiliki waktu kerja (beban kerja
) yang tidak melebihi waktu siklus dari stasiun kerja tersebut. Keterkaitan
sejumlah pekerjaan dalam suatu lintasan produksi harus dipertimbangkan dalam
menentukan pembagian pekerjaan kedalam masing-masing stasiun kerja. Manfaat
dari metode line balancing adalah dapat diperoleh suatu arus produksi yang lancar
dalam rangka memperoleh utilisasi yang tinggi atas fasilitas, tenaga kerja, dan
peralatan melalui penyeimbangan waktu kerja antar work station, dimana setiap
elemen tugas dalam suatu kegiatan produk dikelompokkan sedemikian rupa dalam
beberapa stasiun kerja yang telah ditentukan sehingga diperoleh keseimbangan
waktu kerja yang baik, waktu penyelesaian produk lebih singkat, line terlihat rapi
dan nyaman, mengurangi defect/cacat, dan meningkatkan value added ratio.
Di dalam line balancing terdapat istilah-istilah yang sering digunakan.
Istilah-istilah dalam keseimbangan lini antara lain:
a. Waktu siklus
Waktu siklus adalah waktu maksimum yang boleh digunakan untuk
masing-masing stasiun kerja untuk menyelesaikan sekelompok atau
serangkaian pekerjaan pada satu unit produk. Waktu siklus suatu lini dapat
ditentukan berdasarkan waktu stasiun kerja yang paling lama.
b. Presedence diagram.
Presedence diagram digunakan sebelum melangkah pada penyelesaian
menggunakan metode keseimbangan lintasan. Precedence diagram
sebenarnya merupakan gambaran secara grafis dari urutan operasi kerja,
serta ketergantungan pada operasi kerja lainnya yang tujuannya untuk
memudahkan pengontrolan dan perencanaan kegiatan yang terkait di
dalamnya. Adapun tanda yang dipakai dalam precedence diagram adalah:
1. Simbol lingkaran dengan huruf atau nomor di dalamnya untuk
mempermudah identifikasi asli dari suatu proses operasi.
2. Tanda panah menunjukkan ketergantungan dan urutan proses operasi.
Dalm hal ini, operasi yang ada di pangkal panah berarti mendahului
operasi kerja yang ada pada ujung anak panah.
3. Angka di atas simbol lingkaran adalah waktu standar yang diperlukan
untuk menyelesaikan setiap proses operasi.
c. Balance Delay
Balance delay merupakan ukuran dari ketidakefisienan lintasan yang
dihasilkan dari waktu mengganggur sebenarnya yang disebabkan karena
pengalokasian yang kurang sempurna di antara stasiun-stasiun kerja.
d. Efisiensi lini
Line Efficiency merupakan rasio dari total waktu stasiun kerja dibagi
dengan siklus dikalikan jumlah stasiun kerja atau jumlah efisiensi stasiun
kerja dibagi jumlah stasiun kerja. Efisiensi lini merupakan tingkat
efisisensi stasun kerja rata-rata pada suatu lini perakitan. Semakin
mendekati waktu siklus, maka efisiensi suatu lini semakin bagus.
e. Work Station merupakan tempat pada lini perakitan di mana proses
perakitan dilakukan.
Dalam praktikum ini terdapat kasus dalam sebuah perusahaan mainan
anak yang akan membuat kipas angin ingin menyeimbangkan lintasan lini
produksinya. Permasalahannya adalah laju produksi yang diinginkan adalah 100
unit produk per hari dan waktu yang tersedia per hari adalah 7 jam. Keseluruhan
kegiatan operasinya sebagai berikut:
Operasi Task Name Waktu
Operasi
pengikut
1 Perakitan kerangka 2 2,4
2 Pemasangan tombol 1 7
3 Perakitan motor penggerak 3.25 4
4
Pemasangan motor penggerak kedalam
kerangka 1.2 5
5 Pemasangan baling-balin 0.5 6
6 Pemasangan pelindung baling-baling 1 8
7 Pemasangan kabel 1 8
8 Pengujian 1.4 tidak ada
Berdasarkan pada data mengenai deskripsi operasi perakitan, dapat
digambarkan dengan presedence diagram agar lebih mudah dalam memahami
urutan pekerjaan. Presedence diagram dapat digambarkan sebagai berikut:
1 2
3 4 5 6
7
8
Gambar 1. Precedence diagram
Presedence diagram diatas menjelaskan bahwa kegiatan 1 dan 3
merupakan kegiatan yang dilakukan pertama kali karena kegiatan ini tidak
memiliki kegiatan pendahulu. Dilanjutkan dengan kegiatan 2 yang dikerjakan
setelah kegiatan1 selesai, kemudian kegiatan 4 dilakukan setelah kegiatan 1 dan 3
selesai dilakukan. Kegiatan 7 dilakukan setelah kegiatan 2 selesai, kegiatan 5
dilakukan setelah kegiatan 4 selesai. Setelah kegiatan 5 selesai dilakukan kegiatan
6. Dan terakhir, setelah kegiatan 6 dan 7 selesai dilakukan kegiatan 8.
Praktikum acara 4 ini diawali dengan menentukan tujuan analisis (analisis
keseimbangan lini produksi). Analisis keseimbangan lini produksi yaitu
melakukan penyeimbangan lintasan produksi dengan bantuan komputer serta
mengajarkan untuk dapat menganalisis dampak penyeimbangan lintasan produksi
terhadap pengelompokkan stasiun kerja dan efsiensi lintasan produksi.
Langkah berikutnya dilakukan pemasukan data dan analisis berdasarkan
data dari tabel 1. dalam modul. Cara memasukka data dimulai dengan
menjalankan Program WinQSB dengan memilih “Facility Location and Layout”.
Pada menu “File” dipilih pilihan “New Problem” dan diisi Problem Type: Line
Balancing, Problem, Problem Tittle : Keseimbangan Lintasan, Number of
Operational Tasks = 8, Time unit = minute, kemudian klik “OK”.
“Task Information” diisi seperti pada tabel 1, kemudian pada menu klik
“Solve and Analyse” lalu pilih “Solve the Problem”. Pada “Solution Method”
dipilih “Heuristic Procedure”. Pada Cycle Time in minute = tidak perlu di isi, hal
ini disebabkan karena waktu siklus dapat ditentukan dari Time Length in Minute
dan Desired Production Quantity. Pada Time Length in Minute = 420 (yang
berarti 7 jam x 60 menit). Pada Desired Production Quantity = 100 (yang berarti
100 unit produk per hari). Pada Primary Heuristic dipilih “Longest Task Time”.
Pada Tie Breaker dipilih Random. Kemudian klik “OK”. Data disimpan dalam
folder. Hasil dilihat dalam “Show Line Balancing Solution”, “Show Line
Balancing Summary”dan “Show Line Layout in Graph”.
Hasil yang didapatkan dapat dilihat dalam tiga bentuk yaitu “Line
Balancing Solution”, “Line Balancing Summary” dan “Line Layout in Graph”.
Pada hasil penyeimbangan lini pada Line Balancing Solution menunjukkan
jumlah stasiun kerja, jumlah operator tiap stasiun kerja, kegiatan pada stasiun
kerja, waktu yang dibutuhkan setiap stasiun kerja dan waktu menganggur setiap
stasiun kerja. Berdasarkan hasil penyeimbangan lini produksi menggunakan
WinQSB pada perusahaan kipas angin mainan anak ini diperoleh hasil ideal untuk
8 operasi pekerjaan kedalam 3 stasiun kerja. Dengan informasi yang diperoleh
sebagai berikut:
Cycle Time =
=
= 4,2
Number of line stations =
=
= 2,702 = 3 stasiun
kerja
Total available time = waktu siklus x jumlah stasiun kerja = 4,2 x 3 = 12,6
menit
Total task time = jumlah waktu operasi = 11, 35 menit
Total idle time = total available time – total task time = (12,6 – 11,35) menit =
1, 25 menit
Balance delay =
x 100% =
x 100% = 9,92 %
Efficiency = ( )
( ) ( )
a. Efisiensi sebelum penyeimbangan lini
Efisinsi =
x 100% = 33,78 %
b. Efisiensi setelah penyeimbangan lini
Efisinsi =
x 100% = 90,08 %
Pada stasiun kerja pertama hanya memiliki 1 kegiatan yaitu operasi 3
(perakitan motor penggerak) dengan lama operasi adalah 3,25 menit. Operasi 3
dimasukkan dalam stasiun kerja pertama karena operasi 3 memiliki waktu operasi
yang paling lama, memiliki successors terbanyak, dan tidak memiliki pendahulu
sehingga dapat ditempatkan di awal lini. Waktu siklus tiap stasiun kerja adalah 4,2
menit seperti perhitungan sebelumnya. Pada stasiun kerja pertama ini memiliki
sisa waktu sebesar 0,95 menit (4,2 menit – 3,25 menit) waktu sisa ini disebut
dengan time Unassigned. Sisa waktu tersebut dianggap sebagai idle time dari
stasiun kerja pertama (operasi 3). Idle time menunjukkan pada waktu itu operator
tidak melakukan pekerjaan apa-apa atau dalam kondisi menunggu atau sudah
melakukan pekerjaan dengan cepat. Sisa waktu tersebut kemudian dibagi dengan
waktu siklus sehingga diperoleh besarnya prosentase waktu tungu sebesar 22,
62%. Pada stasiun kerja pertama ini hanya terdiri dari satu operasi karena waktu
sisa yang dimiliki tidak cukup untuk melakukan kegiatan operasi selanjutnya.
Pada stasiun kerja ini jumlah operatornya 1 orang.
Stasiun kerja dua terdiri dari operasi 1, 4, dan 2. Operasi 1 merupakan
operasi perakitan kerangka dengan lama waktu operasi 2 menit. Operasi 1
diletakkan di awal stasiun kerja dua karena operasi 1 ini tidak memiliki operasi
pendahulu dan waktu operasinya paling lama dibandingkan operasi 4 dan 2.
Waktu siklus operasi 1 yaitu 2,2 (4,2-2 menit) dengan persentase waktu tunggu
sebesar 52,38%. Selanjutnya operasi 4 memiliki operasi pendahulu yaitu operasi 1
dan 3 dengan lama waktu 1,2 menit oleh karena itu operasi 4 dilakukan setelah
operasi 1 selesai. Idle time pada operasi 4 adalah 1 menit (2,2 menit-1,2 menit)
,dengan persentase 23,81%. Operasi terakhir di stasiun kerja dua ini yaitu operasi
2 (pemasangan tombol). Operasi ini memiliki operasi pendahulu yaitu operasi 1.
Waktu yang digunakan untuk operasi 2 ini adalah 1 menit sehingga tidak ada
waktu siklus yang tersisa pada stasiun kerja dua ini. Sehingga presentase waktu
tunggu sebesar 0%. Kegiatan operasi 4 dan operasi 2 ini pada dasarnya sama-
sama merupakan kelanjutan dari operasi 1 tetapi karena pada Primary Heuristic
dipilih “Longest Task Time”, metode ini mengutamakan waktu operasi yang
paling lama dan urutan operasi produksi. Dengan demikian operasi 4 dipilih
terlebih dahulu karena memiliki waktu operasi 1,2 menit dimana waktu tersebut
lebih besar dibanding operasi 2 yaitu 1 menit. Pada stasiun kerja dua ini
membutuhkan jumlah operator 1 orang.
Pada stasiun kerja tiga yang merupakan stasiun kerja terakhir pada hasil
line balancing ini, terdapat 4 kegiatan operasi yaitu operasi 7, 5, 6, dan 8. Operasi
7 yaitu operasi pemasangan kabel, operasi ini didahulukan karena operasi ini
memiliki urutan yang lebih dahulu pada presedence diagram dibandingkan
dengan operasi 5,6 dan 8 meskipun waktu operasinya bukan operasi yang terlama.
Lama waktu yang dibutuhkan untuk operasi 7 adalah 1 menit, sehingga waktu
siklus yang tersisa untuk stasiun tiga ini adalah 3,2 menit dengan presentase
waktu tunggu 76,9%. Operasi berikutnya adalah operasi 5 (pemasangan baling-
baling) yang membutuhkan waktu 0,5 menit dengan operasi terdahulu adalah
operasi 4 yang telah dilakukan pada stasiun kerja dua. Setelah dilakukan operasi
5, waktu siklus yang tersisa adalah 2,7 menit dengan presentase waktu tunggu
64,28%. Kemudian dilakukan operasi 6 yaitu pemasangan pelindung baling-
baling yang memiliki waktu operasi 1 menit. Operasi 6 ini dapat dilakukan jika
operasi 5 sudah selesai. Sisa waktu siklus pada stasiun kerja tiga, setelah operasi 6
dilakukan adalah 1,7 menit dengan presentase waktu tunggu 40,48%. Operasi
terakhir yang dilakukan adalah operasi 8, yaitu operasi pengujian. Operasi ini
dilakukan setelah operasi 6 dan 7 selesai. Operasi 8 memiliki lama waktu operasi
1,4 menit sehingga waktu siklus yang tersisa adalah 0,3 menit dengan prosentase
waktu tunggu 7,14%. Sisa waktu ini tidak digunakan lagi karena kegiatan operasi
sudah tidak ada lagi pada stasiun kerja tiga ini. Pada stasiun kerja tiga dibutuhkan
1 orang operator.
Pada hasil “Line Balancing Summary” menunjukkan rangkuman dari
seluruh hasil keseimbangan lini kegiatan pembuatan kipas mainan anak.
Berdasarkan hasil ini dapat diketahui waktu siklusnya selama 4,2 menit, jumlah
stasiun kerja untuk kegiatan pembuatan mainan anak terdapat 3 stasiun kerja.
Pada jumlah operator sebanyak 3 orang, hal ini dikarenakan setiap stasiun kerja
memiliki 1 operator. Total waktu yang tersedia (Total Avaliable Time in Minute)
untuk keiga stasiun adalah 12,6 menit (4,2 x 3). Total waktu kerja yang
dibutuhkan (Task Time in minute) sebesar 11,35 menit sehingga diperoleh idle
time sebesar 1,25 menit. Total waktu bekerja diperoleh dari menjumlahkan waktu
yang dibutuhkan setiap operasi. Kemudian dihitung nilai balance delay dengan
cara membagi total idle dengan total avaliable dan mengalikannya dengan 100%
sehingga diperoleh hasil sebesar 9,92%. Karena nilai balance delay kurang dari
10%, dapat dikatakan bahwa keseimbangan lini untuk kasus ini adalah baik.
Pada hasil “Line Layout in Graph” menggambarkan urutan dan
keterkaitan antar stasiun kerja dan operasi. Stasiun kerja pertama terdiri dari
operasi 3 yaitu perakitan motor penggerak. Selanjutnya menuju stasiun kerja
kedua yang terdiri dari operasi perakitan kerangka (operasi 1), operasi
pemasangan motor penggerak kedalam kerangka (operasi 4), dan operasi
pemasangan tombol (operasi 2). Terakhir adalah stasiun kerja ketiga yang terdiri
dari empat operasi yaitu operasi 7 pemasangan kabel, operasi 5 pemasangan
baling-baling , operasi 6 pemasangan pelindung baling-baling, dan operasi 8
pengujian. Pada hasil “Line Layout in Graph” dapat diketahui juga metode yang
digunakan dalam penyeimbangan lini dan tie brakernya.
Setelah penyeimbangan lini ini terdapat perubahan dengan sebelum
dilakukan penyeimbangan lini. Perubahan ini antara lain adanya penyesuaian
jumlah stasiun kerja dan jumlah pekerja. Jumlah stasiun kerja menjadi 3 stasiun
kerja dan hanya menggunakan 3 pekerja (operator). Idle time yang dihasilkan juga
menjadi minimal yaitu 1,25 menit. Selain itu perubahan juga tampak pada nilai
efisiensinya.
Berdasarkan perhitungan efisiensi perhitungan diatas dapat diketahui
bahwa terjadi peningkatan efisiensi dari 33,78% menjadi 90,08%, sehingga dapat
disimpulkan lini produksi yang baru sudah cukup dengan peningkatan efisiensi
yang cukup signifikan dari sebelumnya.
Aplikasi penerapan penyeimbangan lini pada industri sebagian besar
digunakan untuk mengoptimalkan jumlah stasiun kerja dan jumlah tenaga kerja.
Salah satunya pada PT. Blambangan Food Packers Indonesia sebagai industri
pengalengan ikan yang memiliki banyak kegiatan operasi dan banyak tenaga
kerja. Sehingga aplikasi keseimbangan lini sangat diperlukan di sana.
Hal ini dikarenakan dengan penyeimbangan lini produksi akan diketahui
jumlah stasiun kerja dan tenaga kerja yang sebaiknya ada sehingga terjadi
keseimbangan lini produksi. Dengan keseimbangan lini produksi tidak akan ada
penumpukan bahan di salah satu stasiun dan waktu menunggu terlalu lama,
kelebihan ini akan berdampak pada minimisasi biaya produksi.
Pemanfaatan keseimbangan lini juga dapat berpengaruh terhadap tata letak
suatu ruang produksi. Dengan mengetahui urutan kegiatan pada stasiun kerja dan
jumlah stasiun kerja dapat digunakan dalam penyusunan tata letak ruang produksi
sehingga ruang produksi akan efektif dan mengurangi backtracking.
BAB V
KESIMPULAN
1. Penyeimbangan lini produksi dapat dilakukan dengan bantuan komputer
yaitu dengan menggunakan software WinQSB yaitu menggunakan pilihan
Facility Location and Layout dengan metode heuristic.
2. Hasil penyeimbangan lini yaitu jumlah stasiun kerja yang berkurang dan
meningkatnya nilai efisiensi lintasan produksi. Pada kasus ini jumlah stasiun
kerja yang awalnya 8 setelah dilakukan penyeimbangan lini menjadi 3
stasiun kerja dengan masing-masing stasiun kerja memilkiki 1 operator.
Kemudian terjadi peningkatan efisiensi dari 33,78% menjadi 90,08%.
Peningkatan efisiensi dapat berpengaruh pada berkurangnya biaya produksi.
Jam kerja yang digunakan adalah 420 menit per hari dengan produksi 100
unit per hari sehingga menghasilkan waktu siklus 4,2 menit per produk.
Total waktu yang tersedia yaitu 12,6 menit; waktu yang dibutuhkan 11,35
menit sehingga total idle time nya 1,25 menit sehingga balance delay-nya
9,92% yang berarti lini produksi dalam kategori baik (seimbang).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Keseimbangan lini. http:/www.ti.itb.ac.id/
myti/files/Tingkat3/PPP/TI3003%20 Minggu 13.ppt. Diakses pada
tanggal 29 November 2013 pukul 18.00WIB.
Bedworth, D.D dan James, E. B. 1987. Integrated Production Control System:
Management, Analysis, Design, 2E. John Wiley & Sons. Singapore.
Buffa, E.S. dan Sarin, R.K. 1996. Manajemen Operasi dan Produksi Modern.
Jakarta: BinaRupa Aksara.
Dilworth, JB. 1986. Production & Operation Management: Manufacturing & Non
Manufacturing. Third Edition. University of Alabama. Briminghan.
New York.
Gasperz, vincent. 2002. Production Planning and Control. Homewood, IL:
Richard D. Irwin
Herjanto, Eddy. 2009. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana
Kusuma, H. 2002. Manajemen Produksi Perencanaan dan Operasi. Jakarta: PT.
Gramedia
Nasution, Arman Hakim. 2003. Perencanaan dan Pengendalian Produksi cetakan
ke dua. Surabaya: Guna widya.