Upload
tina-andriyani-agih
View
253
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Kultur jaringan
Citation preview
Kultur Jaringan 2013
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu pengetahuan dan teknologi, baik sebagai substansi materi ajar maupun
piranti penyelenggaraan terus berkembang. Dinamika ini menuntut para pendidik
– guru normatif maupun guru produktif untuk selalu meningkatkan dan
menyesuaikan Kompetensinya. Hal ini agar para pendidik mampu
mengembangkan dan menyajikan materi pelajaran yang aktual dengan
menggunakan berbagai pendekatan, metode dan teknik pembelajaran terkini.
Guru adalah pendidik profesional yang mempunyai tugas, fungsi, dan peran
penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Profesi guru perlu
dikembangkan secara terus menerus dan proporsional menurut jabatan fungsional
guru. Salah satu proses yang dimaksud adalah melalui Pendidikan dan Pelatihan.
Magang guru merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keseluruhan upaya dan
proses pengembangan dan pemberdayaan guru melalui peningkatan kompetensi
yang bersifat profesional development bukan academic development secara
continuous dan sustainable.
Reformasi pendidikan yang diamanatkan oleh Undang Undang Nomor 20 Tahun
2005 tantang Sistem Pendidikan Nasional, Undang Undang No 14 tentang Guru
dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan menuntut reformasi guru untuk memiliki tingkat kompetensi
yang lebih tinggi, baik kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, maupun
sosial.
Teknologi pertanian dari waktu ke waktu berkembang cukup pesat, tentunya hal
ini harus disikapi dengan bijak oleh kami khususnya sekolah yang bergerak dalam
bidang pertanian sehingga peserta didik dapat terus mengikuti perkembangan
teknologi pertanian untuk lebih sinergis, penuh nuansa baru yang mengarah
kepada penambahan ilmu pengetahuan baru yang disampaikan sangatlah penting
guna menambah wawasan, dan pengetahuan sesuai tuntutan standardisasi
sertifikasi guru.
Proposal Magang Guru Page 2
Kultur Jaringan 2013
Salah satu teknologi pertanian yang sedang berkembang saat ini adalah Kultur
Jaringan. Kultur jaringan pada saat ini sangat berperan dalam memajukan bidang
pertanian dan perkebunan. Di bidang pertanian, kultur jaringan telah mampu
menciptakan tumbuhan-tumbuhan yang memiliki sifat unggul, seperti tahan
terhadap hama, produksi panen yang lebih banyak, dan waktu panen yang lebih
singkat. Tumbuhan yang memiliki sifat unggul tersebut dapat diperoleh melalui
rekayasa genetika, yaitu dengan memasukkan gen-gen yang memiliki sifat yang
dikehendaki pada tumbuhan tersebut.
Sejalan dengan hal tersebut maka akhirnya penyusun melalui Badan Penyuluhan
dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian
Pertanian dapat melaksanakan Magang di Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian (PPPPTK) yang
berlokasi di Jalan Raya Jangari Km 14 Cianjur, Jawa Barat – Indonesia dari
tanggal 24 Juni – 5 Juli 2013.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
a. Meningkatkan kompetensi guru dalam wawasan, pengetahuan, sikap
dan keterampilan kejuruan pertanian sesuai dengan tuntutan
masyarakat/dunia industri sehingga dapat menjadi guru produktif dan
profesional.
b. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan teknis di bidang kultur
jaringan tanaman.
1.2.2 Tujuan Magang
a. Agar dapat mengenal konsep dasar kultur jaringan, laboratorium, alat
dan bahan, pembuatan media kultur, Sterilisasi alat dan bahan, eksplan
(bagian tanaman yang akan di kultur);
b. Agar dapat memahami mengenai eksplan, hormon dan praktek inisiasi
(persiapan) eksplan, pembuatan larutan stok hormon;
c. Agar dapat memahami berbagai teknik kultur jaringan, praktek sub
kultur;
Proposal Magang Guru Page 3
Kultur Jaringan 2013
d. Agar dapat melakukan praktek kultur jaringan;
e. Agar dapat memahami proses aklimatisasi dan melakukan praktek
aklimatisasi, kultur seni dan penjelasan biaya perencanaan produksi.
f. Agar dapat mensosialisasikan kepada peserta didik manfaat dari
kultur jaringan;
Proposal Magang Guru Page 4
Kultur Jaringan 2013
BAB II. PELAKSANAAN
2.1. Profil Institusi Tempat Magang dan Daftar Nama Fasilitator
2.1.1. Profil Institusi Tempat Magang
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
(PPPPTK)atau dahulu dikenal dengan nama PPPG Pertanian pendiriannya dirintis
sejak tahun 1974 dengan dibentuknya Proyek Penataran Guru. Langkah
berikutnya dilakukan kerjasama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) mulai
tahun 1976. Akhirnya pada tahun 1984 ditandatangani LOAN ADB No. 675-INO
Port A, antara Pemerintah Indonesia dengan tim ADB, sebagai realisasi bantuan
pinjaman ADB melalui proyek PPKT IV Jakarta.
Proposal Magang Guru Page 5
Kultur Jaringan 2013
PPPG Pertanian atau sekarang dikenal dengan nama PPPPTK Pertanian
diresmikan pada tanggal 9 Maret 1991, namun secara institusi lahir pada tanggal
14 Agustus 1990 dengan diterbitkannya SK Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan No. 0529/0/1990.
Saat ini PPPPTK Pertanian merupakan sub sistem dari Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan,
Kementerian Pendidikan Nasional, yang memiliki tugas mengembangkan sumber
daya manusia pendidik dan tenaga kependidikan di bidang pertanian, kelautan dan
kimia.
Visi Tahun 2025 :
“Meraih kualitas hidup yang lebih baik melalui pembentukan insan
profesional”
Makna dari pernyataan tersebut adalah “insan yang memiliki pengetahuan,
keterampilan yang didukung oleh sifat dan kepribadian yang menggandrungi
keunggulan, bersemangat juang tinggi, mandiri, pantang menyerah, selalu ingin
berubah menjadi lebih baik, berwawasan global, inovatif, kreatif, dan produktif
untuk meraih kualitas hidup yang lebih baik.” Pencapaian Visi tahun 2025
dilakukan melalui lima (5) tahap.
Pada periode tahun 2010 – 2014
merupakan tahap ke dua (2).
Visi Tahun 2014 :
“Terselenggaranya layanan prima
pendidikan dan pelatihan dalam
membentuk insan profesional”
Yang dimaksud dengan layanan diklat yang prima adalah : Mutu pengelolaan,
berstandar internasional dengan menggunakan standar manajemen ISO yang
Proposal Magang Guru Page 6
Kultur Jaringan 2013
selalu ditingkatkan secara terus menerus (Continous improvement). Materi diklat
Relevan dengan kebutuhan peningkatan kompetensi PTK dan relevan dengan
kebutuhan pengembangan daerah, serta mengandung muatan yang berkaitan
dengan kesepakatan global Akses layanan merata untuk seluruh wilayah/daerah di
Indonesia Tersedia bagi seluruh unsur pendidikan (PTK dan asosiasi profesi)
Layanan dalam proses diklat dilakukan secara cepat, tepat, dan memuaskan
pelanggan.
Misi Tahun 2014 :
1. Meningkatkan mutu dan relevansi layanan diklat
2. Meningkatkan pemerataan dan perluasan akses layanan diklat
3. Meningkatkan sistem pengelolaan lembaga yang menjamin
terselenggaranya layanan diklat yang prima.
Tata Nilai Aspek manusia merupakan tata nilai yang dianut dan disepakati oleh
seluruh anggota organisasi, yang harus dijadikan motto bagi seluruh anggota
organisasi dalam bekerja dan berhubungan satu sama lainnya.
Tata nilai yang telah dianut dan akan terus dipertahankan adalah “Versatile,
dedicate, and care”. Tata nilai ini memiliki nilai-nilai yang luhur, namun didalam
implementasinya masih banyak yang belum sesuai dengan makna dari nilai-nilai
tersebut. Oleh karena itu sejak tahun 2010 nilai-nilai tersebut telah menjadi fokus
perhatian yang terus dikembangkan dalam bentuk program dan kegiatan yang
realistis dan terukur.
PPPTK Pertanian telah sepakat menggunakan nilai-nilai lembaga sebagai berikut
berikut : “Versatile-Dedicate-Care” atau disingkat “VEDCA”. Makna yang
terkandung pada nilai-nilai tersebut adalah :
Versatile : Cakap : Bekerja iklas, cerdas, berhasil dan tuntas Profesional :
Kompeten, jujur, menggandrungi keunggulan.
Dedicate : Loyal : Konsisten terhadap pekerjaan Disiplin : Tepat waktu dan taat
peraturan Tanggung jawab : Memiliki komitmen terhadap pekerjaan
Proposal Magang Guru Page 7
Kultur Jaringan 2013
Care : Peduli : Tanggap terhadap kondisi, kebutuhan dan kepentingan lembaga
dan masyarakat
PPPTK Pertanian/Vedca adalah lembaga diklat yang sudah memiliki Sertifikat
ISO 9001:2008 dan telah berhasil mengembangkan laboratorium standar nasional
yang memenuhi persyaratan kompetensi laboratorium pengujian sesuai ISO
1725:2005 dan memperoleh akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN)
nomor LP-223-IDN.
Saat ini laboratorium pengujian Mutu VEDCA sudah bisa menerima peserta untuk
uji kompetensi berdasarkan sertifikat yang diakreditasi oleh Lembaga Sertifikasi
Profesi Tenaga Laboratorium Penguji (LSP-TELAPI) nomor: 2- TELAPI /
IX/08/022. Unit Kerja Teknis yang dimiliki PPPPTK pertanian/Vedca yaitu:
1) Departemen Agribisnis Tanaman
2) Departemen Agribisnis Peternakan
3) Departemen Agribisnis Perikanan
4) Departemen Mekanisasi Pertanian dan Penangkapan Ikan
5) Departemen Manajemen, Teknologi dan Informasi Pendidikan
6) Departemen Agroindustri dan Teknik Kimia
7) Departemen Sains Terapan dan Lingkungan
Pengalaman Teknis Produksi:
1) Dibidang Produksi Tanaman antara lain: produksi tanaman pangan, sayuran,
tanaman hias dan tanaman perkebunan.
2) Dibidang Peternakan antara lain: produksi unggas petelur, unggas pedaging,
sapi perah dan sapi potong, domba, kambing dan rusa.
3) Dibidang Perikanan antara lain: produksi, pembibitan dan pembesaran ikan
konsumsi, ikan hias, ketang dan rumput laut.
4) Dibidang Pengolahan hasil antara lain: produksi bahan pangan hewani dan
nabati.
5) Dibidang Alat Pertanian antara lain: produksi alat perontok padi, mixer,
pengering dan lain-lain.
Proposal Magang Guru Page 8
Kultur Jaringan 2013
Vedca offers various expertise’s on training, product and consultancies
Alamat :
Jl. Jangari Km 14 P.o Box 138 Sukajadi, Karangtengah, Cianjur
Jawa Barat 43201
Telp. +62263-285003 Fax. +62263-285026
Website: www.ve dca.siap.web.id
e-mail:[email protected]/[email protected]
2.1.2. Daftar Nama Fasilitator
Berikut ini daftar Materi Diklat yang dilaksanakan pada Diklat Magang Kultur
Jaringan dan Nama Nara Sumber / Fasilitator :
No Materi Diklat Fasilitator/Nara SumberA Program Umum
1. Kebijakan pengembangan PTK Ir. Siswoyo, M.Si2. Orientasi Program Drs. Soni Suseno, M.MPd
B Program Pokok1. Kultur Jaringan Ir. Heru Sugito, MP2. Penyiapan Laboratorium dan
PeralatanIr. Arinto Nugroho, MT
3. Pembuatan Larutan Stock Ir. Atat Budiarta, MP4. Pembuatan Media Tanam Ir. Heru Sugito, MP5. Inisiasi Eksplan Ir. Arinto Nugroho, MT6. Penanaman Kultur Ir. Susilowati EW, MP7. Pemeliharaan Kultur Ir. Etty Ekawati, MP8. Aklimatisasi Planlet Sukamto, SP. MP9. Studi Banding Bambang Sujatmiko
SuwandiC Program Penunjang
1. Pembukaan dan Penutupan Drs. Soni Suseno, M.MPd2. Evaluasi Penyelenggaraan Aat Kusmiati
2.2 Struktur Kegiatan Pembelajaran, Waktu Efektif dan Tempat Kegiatan
Magang
2.2.1. Struktur Kegiatan Pembelajaran
Proposal Magang Guru Page 9
Kultur Jaringan 2013
Struktur kegiatan Pembelajaran magang Guru produktif bidang Kultur Jaringan
yang dilaksanakan dapat dilihat sebagai berikut :
STRUKTUR PROGRAM
DIKLAT/MAGANG GURU PRODUKTIF BIDANG KULTUR JARINGAN
BPPSDM PERTANIAN TAHUN 2013
No Materi Program Jam Fasilitator/Nara SumberA Program Umum 3
1. Kebijakan pengembangan PTK
2 Ir. Siswoyo, M.Si
2. Orientasi Program 1 Drs. Soni Suseno, M.MPdB Program Pokok 89
1. Kultur Jaringan 6 Ir. Heru Sugito, MP2. Penyiapan Laboratorium dan
Peralatan8 Ir. Arinto Nugroho, MT
3. Pembuatan Larutan Stock 10 Ir. Atat Budiarta, MP4. Pembuatan Media Tanam 12 Ir. Heru Sugito, MP5. Inisiasi Eksplan 15 Ir. Arinto Nugroho, MT6. Penanaman Kultur 10 Ir. Susilowati EW, MP7. Pemeliharaan Kultur 10 Ir. Etty Ekawati, MP8. Aklimatisasi Planlet 10 Sukamto, SP. MP9. Studi Banding 8 Bambang Sujatmiko
SuwandiC Program Penunjang 4
3. Pembukaan dan Penutupan 2 Drs. Soni Suseno, M.MPd4. Evaluasi Penyelenggaraan 2 Aat Kusmiati
Total 96
Deskripsi Materi
1) Kebijakan Pendidikan Nasional
Berisi tentang kebijakan dan implementasi regulasi terkait dengan
peningkatan mutu pendidikan, terutama di sekolah. Hal ini dipayungi oleh
Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional, Pemaparan tentang Standar
Pendidikan Nasional, dan sebagainya;
2) Pengantar Kultur Jaringan (PK)
Proposal Magang Guru Page 10
Kultur Jaringan 2013
Pengertian Kultur Jaringan dan perkembangannya, kelebihan, kelemahan dan
manfaat kultur jaringan tanaman, keselamatan kerja di laboratorium kultur
jaringan;
3) Penyiapan Laboratorium dan Peralatan (PL)
Ruangan, peralatan dan pengoperasian peralatan kultur jaringan
4) Pembuatan Larutan Stock (LS)
Cara Pembuatan larutan stock untuk media;
5) Pembuatan Media Tanam (PM)
Komponen dan formula media tanam, menghitung keutuhan media tanam,
pembuatan media tanam, sterilisasi media tanam;
6) Inisiasi Eksplan (PN)
Pengertian eksplan, bagian tanaman yang biasa dijadikan bahan eksplan,
menyiapkan ekspan siap tanam
7) Penanaman Kultur (PE)
Cara melakukan penanaman in-vitro, cara melakukan penggandaan,
meregenerasi, dan menginduksi perakaran;
8) Pemeliharaan Kultur (PH)
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan eksplan;
9) Aklimatisasi Planlet (AK)
Mengidentifikasi Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) tanaman.
2.2.2. Waktu Efektif dan Tempat Kegiatan Magang
Kegiatan magang ini dilakukan mulai tanggal 24 Juni – 5 Juli 2013 atau setara
dengan 96 jam @ 45 menit. Kegiatan ini bertempat di PPPPTK (VEDCA)
Cianjur. Jadwal kegiatan terdapat pada lampiran.
2.3 Pelaksanaan Magang
Pelaksanaan kegiatan magang ini secara garis besar mengikuti alur berikut :
Proposal Magang Guru Page 11
Kultur Jaringan 2013
Dalam pelaksanaannya, strategi pembelajaran kultur jaringan ini menggunakan
metode partisipatif, yaitu melibatkan peserta magang dalam proses belajar.
Metode ini diterapkan dengan teknik, antara lain : brainstorming, diskusi dan
praktik/kerja kelompok maupun individu. Metode ini sangat efektif, karena
membuat suasan belajar menjadi lebih menyenangkan, interaktif dan
memudahkan kami untuk menguasai teori dan keterampilan praktik kultur
jaringan.
Pada Hari Minggu, 30 Juni 2013, kami melakukan kunjungan sebagai upaya
mengurangi tingkat kejenuhan ke : Perkebunan Tanaman Anggrek “ Rumah
Bunga Anggrek Rizal” yang berlokasi di daerah Lembang Kabupaten Bandung
Barat. Perusahaan ini bergerak dalam bidang budidaya tanaman hortikultura,
termasuk di dalamnya anggrek.
Proposal Magang Guru Page 12
REGISTRASITiba dilokasiMenempati asramaMengumpulkan Berkas AdministrasiPEMBUKAANPeresmian magangORIENTASI PROGRAMTujuan MagangStrategi PembelajaranHak dan kewajiban pesertaSistem PelayananMATERI POKOKPengantar kultur jaringan, Penyiapan lab dan alat, pembuatan larutan stock, pembuatan emedia tanam, inisiasi eksplan, penanaman kultur, aklimatisasi planletKUNJUNGAN"Rumah Bunga Anggrek" di LembangEVALUASI DAN PENUTUPAN
Kultur Jaringan 2013
Pada hari terakhir setelah semua materi pokok kami terima, dilanjutkan dengan
evaluasi penyelenggaraan. Evaluasi ini dimaksudkan sebagai penjaringan data
untuk memperoleh gambaran tingkat pelayanan dan kepuasan pelanggan bagi
penyelenggara.
2.4 Pengetahuan dan Keterampilan yang Sudah Dikuasai
2.4.1 Tinjauan Pustaka
Kultur jaringan tanaman merupakan teknik menumbuh-kembangkan baigan
tanaman, baik berupa sel, jaringan, atau organ dalam kondisi aseptik secara in
vitro. Teknik ini dicirikan oleh kondisi yang aseptik, penggunaan media kultur
buatan dengan kandungan nutrisi lengkap dan ZPT (zat pengatur tumbuh), serta
kondisi ruang kultur yang suhu dan pencahayaannya terkontrol.
Berdasarkan bagian tanaman yang dikulturkan, secara lebih spesifik terdapat
beberapa tipe kultur, yaitu kultur kalus, kultur suspensi sel, kultur akar, kultur
pucuk /tunas, kultur embrio, kultur ovul, kultur anter dan kultur kuncup bunga.
Namun, semua jenis kultur tersebut sering disebut dalam istilah umum, yaitu
kultur jaringan.
Kemajuan yang dicapai dalam meregenerasikan tanaman secara in vitro, dari sel
atau bagian tanaman ternyata berdampak luas bagi kemajuan bidang pertanian.
Aplikasi kultur jaringan di bidang pertanian menurut Murashige (komunikasi
personal) meliputi hal sebagai berikut :
1. Produksi tanaman bebas patogen.
2. Produksi bahan-bahan farmasi.
3. Pelestarian plasma nutfah.
4. Pemuliaan tanaman dan rekayasa genetika.
5. Perbanyakan klonal tanaman dengan cepat.
Proposal Magang Guru Page 13
Kultur Jaringan 2013
Dalam pemuliaan tanaman, teknik kultur jaringan dapat digunakan untuk
keperluan sebagai berikut :
1. Menyimpan plasma nutfah dengan perlakuan suhu rendah (5 – 15oC) dan
menyimpan kultur secara kryogenik (cryopreservation) dengan fasilitas
nitrogen cair.
2. Menyelamatkan embiro, yaitu dengan mengulturkan embrio muda secara
in vitro.
3. Memperbanyak klonal tanaman dari galur tetua yang ditujukan untuk
produksi benih hibrida.
4. Memproduksi tanaman haploid dengan kultur anter, pollen atau
mikrospora, dan kultur ovul untuk menghasilkan tanaman haploid dan
galur murni.
5. Mendeteksi dan menginduksi keragaman somaklonal dalam kultur sel,
kalus embriogenik dan tanaman regeneran dengan sistem seleksi yang
diarahkan untuk karakter agronomi tertentu.
6. Memanipulasi kulutr protoplas seperti fusi protoplas.
7. Merekayasa genetik tanaman.
Dibandingkan dengan perbanyakan tanaman secara konvensional, perbanyakan
tanaman secara kultur jaringan mempunyai beberapa kelebihan sebagai berikut :
1. Untuk memperbanyak tanaman tertentu yang sulit atau sangat lambat
diperbanyak secara konvensional. Perbanyakan tanaman secara kultur
jaringan menawarkan peluang besar untuk menghasilkan jumlah bibit
tanaman yang banyak dalam waktu relatif singkat sehingga lebih
ekonomis.
2. Perbanyakan tanaman secara kultur jaringan tidak memerlukan tempat
yang luas.
3. Teknik perbanyakan tanaman secara kultur jaringan dapat dilakuakan
sepanjang tahun tanpa bergantung pada musim
4. Bibit yang dihasilkan lebih sehat.
5. Memungkinkan dilakukannya manipulasi genetik.
Proposal Magang Guru Page 14
Kultur Jaringan 2013
Walaupun banyak kelebihannya, teknik ini juga mempunyai beberapa kelemahan
sebagai berikut :
1. Dibutuhkan biaya awal yang relatif tinggi untuk laboratorium dan bahan
kimia.
2. Dibutuhkan keahlian khusus untuk melaksanakannya.
3. Tanaman yang dihasilkan berukuran kecil, aseptik dan terbiasa hidup di
tempat yang berkelembaban tinggi sehingga memerlukan aklimatisasi ke
lingkungan eksternal.
2.4.2 Prinsip Dasar Kultur Jaringan Tanaman
A. Mengetahui Teori Totipotensi Sel
Teori totipotensi sel dikemukakan oleh Schwan dan Schleiden pada tahun 1838,
menurut teori ini, setiap sel tanaman hidup mempunyai informasi genetik dan
perangkat fisiologis yang lengkap untuk dapat tumbuh dan berkembang menjadi
tanaman utuh, jika kondisinya sesuai. Pada saat itu, sel tanaman mampu
berkembang menjadi tanaman utuh masih merupakan hipotesis. Banyak usaha
untuk membutktikannya mengalami kegagalan, yang mungkin disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan mengenai nutrisi dan hormone tanaman pada masa itu.
Pada tahun 1920-an, kultur organ secara terus-menerus dalam satu media berhasil
dilakukan, tetapi hal ini belum membuktikan kebenaran teori totipotensi. Pada
pertengahan tahun 1930-an teori tersebut dapat dibuktikan. Keberhasilan
pembuktian teori totipotensi ini diduga berkat penemuan auksin, yaitu IAA dan
NAA.
B. Memahami Konsep Skoog dan Miller
Pada tahun 1957, Skoog dan Miller mengemukakan bahwa regenerasi tunas dan
akar in vitro dikontrol secara hormonal oleh ZPT sitokinin dan auksin.
Organogenesis adalah proses terbentuknya organ seperti tunas atau akar, baik
secara langsung dari permukaan eksplan atau secara tidak langsung melalui
pembentukan kalus terlebih dulu.
Proposal Magang Guru Page 15
Kultur Jaringan 2013
C. Memahami Sifat Kompeten, Dediferensiasi, dan Determinasi
Sifat kompeten, dediferensiasi dan dterminasi sel atau jarigan eksplan sangat
penting agar terjadi organogenesis atau embriogenesis pada eksplan. Suatu sel
atau jaringan dikatakan kompeten jika sel atau jaringan tersebut mampu
memberikan tanggapan terhadap signal lingkungan atau signal hormonal. Bentuk
tanggapannya berupa pemrograman diri yang mengarah ke proses organogenesis
atau embriogenesis. Eksplan yang dikondisikan di lingkugnan dengan
penambahan ZPT yang cocok akan menjadi kompeten untuk membentuk organ
atau embrio. Istilah lain proses ini adalah induksi (inductive event).
D. Memahami Tata cara Perbanyakan Tanaman
Tata cara pembiakan tanaman secara kultur jaringan dapat dibagi menjadi
beberapa tahap yang berurutan sebagai berikut :
1. Tahap 0, memilih dan menyiapkan tanaman induk untuk eksplan.
2. Tahap 1, inisiasi kultur atau culture establishment.
3. Tahap 2, multiplikasi atau perbanyakan propagul (bahan tanaman yang
diperbanyak seperti tunas atau embrio).
4. Tahap 3, mempersiapkan untuk transfer propagul ke lingkungan eksternal
yaitu pemanjangan tuns, induksi, dan perkembangan akar.
2.4.3 Laboratorium Kultur Jaringan dan Alat-alat Kultur Jaringan
Penataan Laboratorium Kultur Jaringan disesuaikan dengan langkah-langkah
dalam prosedur kultur jaringan dan alat-alat yang diperlukan. Pembagian ruangan
dalam laboratorium kultur jaringan adalah sebagai berikut :
A. Ruang Persiapan
Ruang ini dipergunakan untuk mempersiapkan media kultur dan bahan
tanaman yang akan dipergunakan, sebagai tempat mencuci alat-alat
Proposal Magang Guru Page 16
Kultur Jaringan 2013
laboratorium, dan tempat untuk menyimpan alat-alat gelas. Sesuai dengan
fungsinya, maka di-ruangan ini terdiri dari :
1. Hot plate dengan magnetic stirer
2. Oven
3. Pengukur pH, dapat berupa pH meter, atau kertas pH indikator
4. Autoklaf
5. Kompor gas
6. Tempat cuci
7. Labu takar, gelas piala, erlenmeyer, pengaduk gelas, spatula, petridish,
pipet, botol kultur, pisau scapel.
8. Ember
9. Tempat sabun cuci
10. Keranjang plastik
B. Ruang Transfer/Tanam
Ruang transfer merupakan ruang di mana pekerjaan aseptik dilakukan.
Dalam ruangan ini dilakukan kegiatan isolasi tanaman, sterilisasi dan
penanaman eksplan dalam media. Ruangan ini sedapat mungkin bebas dari
debu dan hewan kecil, serta terpisah dan tersekat dengan ruangan lain.
Penggunaan AC sangat dianjurkan dalam ruangan ini. Ruang transfer
dilengkapi peralatan sebagai berikut :
1. Laminar air flow cabinet, bisa juga enkas
2. Alat-alat diseksi; pisau bedah/scapel, pinset, spatula, dan gunting.
3. Hand sprayer yang berisi alkohol 70 %
4. Lampu bunsen
5. Termo-hygrometer
6. Dehumidifier
Proposal Magang Guru Page 17
Kultur Jaringan 2013
C. Ruang Kultur/Inkubasi
Merupakan ruang yang paling besar dibanding dengan ruangan yang
lain. Ruangan ini harus dijaga kebersihannya dan sedapat mungkin dihindari
terlalu banyak keluar masuknya orang-orang yang tidak berkepentingan.
Ruangan ini berisi :
1. Rak-rak kultur yang berfungsi untuk menampung botol-botol kultur yang
berisi tanaman. Rak ini juga dilengkapi dengan lampu-lampu sebagai
sumber cahaya bagi tanaman kultur.
2. AC
3. Termo-hygrometer (Pengukur suhu dan kelembapan)
4. Timer yang digunakan untuk menghidup-kan dan mematikan lampu
secara otomatis.
D. Ruang stok/media jadi
Ruangan ini berfungsi sebagai ruang untuk menyimpan media tanam
yang sudah di autoklaf. Ruang stok sebaiknya dingin dan gelap, serta
kebersihannya harus dijaga. Media tanam akan diinkubasi pada ruang ini
selama 3 hari sebelum digunakan. Hal ini untuk mengetahui kondisi media
tanam apakah steril atau ter-kontaminasi jamur/bakteri. Apabila media
terkontaminasi, sebaiknya segera dikeluar-kan dan diautoklaf selama 1 jam
pada tekanan 0.14 Mpa.
E. Ruang Timbang/Bahan Kimia
1. Timbangan analitik dengan ketelitian 2 – 4 angka dibeakang koma
2. Spatula/sendok bahan kimia
3. Rak penyimpanan bahan kimia
4. Rak penyimpanan alat-alat laboratorium
5. Magnetik stirer
6. Kulkas
Proposal Magang Guru Page 18
Kultur Jaringan 2013
2.4.3 Menyiapkan Media
A. Komponen Media dan Fungsinya
Media kultur merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan perbanyakan
tanaman secara kultur jaringan. Berbagai komposisi media kultur telah
diformulasikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman
yang dikulturkan. Media kultur tersebut, fisiknya dapat berbentuk cair atau padat.
Media berbentuk padat menggunakan pemadat media, seperti agar-agar atau
gelrite. Komponen media kultur yang lengkap sebagai berikut.
1. Aquades
Air yang digunakan untuk membuat media harus benar-benar berkualitas tinggi,
karena air meliputi lebih dari 95% komponen media. Terhambatnya pertumbuhan
tanaman yang dikulturkan dapat disebabkan oleh rendahnya kualitas air yang
digunakan. Untuk kepentignan penelitian, sebaiknya digunakan air distilata
(aquades) atau air distilata ganda (aquabides). Sementara itu, untuk kepentingan
komersial, sebaiknya digunakan aquades atau setidaknya air bebas ion. Air sumur
sebaiknya tidak digunakan karena mengandung terlalu banyak kontaminasi bahan
inorganik, organik atau mikroorganisme. Karena itu, sebuah laboaratorium kultur
jaringan layaknya mempunyai alat penyulingan air (water distillator) atau
setidaknya alat pembuat air bebas ion (deionizer). Cara kerja distilator dalam
menghasilkan air distilata adalah dengan cara mengubah air menjai uap air,
kemudian mengondensasikan uap air tersebut. Maka, jadilah air distilata yang
tidak lagi berisi mineral atau senyawa organik.
2. Hara Makro dan Mikro
Kebutuhan nutrisi mineral untuk tanaman yang dikulturkan secara in vitro pada
dasarnya sama dengan kebutuhan hara tanaman yang ditumbuhkan di tanah,
meliputi hara-hara makro dan mikro. Hara makro adalah hara yang dibutuhkan
tanaman dalam jumlah banyak, sedangkan hara mikro dibutuhkan tanaman dalam
Proposal Magang Guru Page 19
Kultur Jaringan 2013
jumlah sedikit. Hara makro meliputi N, P, K, Ca, Mg dan S, sedangkan hara
mikro meliputi Fe, Cu, Mn, Zn, B, Mo dan Co. untuk melarutkannya dalam air,
unsur-unsur hara tersebut harus dalam bentuk garam. Khusus Fe, biasanya
diberikan dalam bentuk FeSO4, dibutuhkan agen pengelat berupa Na2EDTA.
Bentuk lain sumber besi adalah NaFeEDTA.
3. Gula
Gula digunakan sebagai sumber energi dalam media kultur, karena umumnya
bagian tanaman atau eksplan yang dikulturkan tidak autotrof dan mempunyai laju
fotosintesis sangat rendah. Gula yang paling sering digunakan adalah sukrosa.
Untuk itu, gula pasir yang digunakan sehari-hari dapat dipakai karena
mengandung 99,9% sukrosa. Glukosa dan fruktosa dapat digunakan, tetapi
harganya lebih mahal dan hasilnya tidak selalu lebih baik daripada sukrosa.
Konsentrasi sukrosa yang digunakan berkisar 1 – 5% (10 – 50 g/l), tetapi untuk
kebanyakan pengulturan, 2 – 3% sukrosa umumnya merupakan konsentrasi yang
optimum.
4. Vitamin dan Bahan Organik Lain
Vitamin, asam amino dan bahan organik lain seperti mioinositol merupakan
komponen media yang berpengaruh baik terhadap pertumbuhan kultur. Vitamin
yang sering digunakan dari kelompok vitamin B, yaitu tiamin-HCl (vitamin B1),
piridoksin-HCl (Vitamin B6), asam nikotinak dan riboflavin (vitamin B2). Dari
ketiga vitamin ini, yang terpenting adalah tiamin. Vitamin C, seperti asam sitrat
dan asam askorbat, kadang-kadang digunakan sebagai antioksidan untuk
mencegah atau mengurangi pencokelatan atau penghitaman (broning) eksplan.
Asam amino sebagai sumber nitrogen organik relatif jarang diperlukan, karena
sumber nitrogen utama dalam media biasanya NO3 dan NH4. Namun, jika
diperlukan sebagai sumber nitrogen organik, asam amino yang sering digunakan
adalah L-glutamin, asam aspartat, L-Arginin, dan glisin. Glisin dalam jumlah
Proposal Magang Guru Page 20
Kultur Jaringan 2013
sedikit (2 mg/l) juga sering digunakan untuk melengkapi bahan vitamin sebagai
sumber bahan organik. Senyawa lain yang sering digunakan sebagai sumber
nitrogen tambahan dalam media kultur di antaranya kasein hidrolisat, laktalbumin
hirolisat, tripton, dan peptone.
Mio-inositol atau meso-inositol merupakan heksitol (gula alkohol berkarbon
enam) sering digunakan sebagai salah satu komponen media yang penting, karena
terbutki merangsang pertumbuhan jaringan yang dikulturkan. Mio-inositol dapat
digunakan pada konsentrasi 10 – 5.000 mg/l, tetapi paling efektif pada konsentrasi
100 mg/l.
5. Bahan Suplemen Alami (Complex Adenda)
Bahan-bahan suplemen alami, seperti jus tomat, jus jeruk, air kelapa, ekstrak malt,
ekstrak ragi, kentang, dan bubur pisang, kadang-kadang digunakan sebagai
penambah media, terutama jika zat-zat yang sudah terindentifikasi belum dirasa
cukup untuk pertumbuhan kultur. Bahan-bahan ini dipercaya merupakan sumber
berbagai asam amino, peptide, vitamin dan zat pengatur tumbuh alami. Walaupun
belakangan ini penggunaan bahan suplemen alami semakin berkurang karena
semakin majunya penelitian tentang komposisi senywa anorganik, asam amino
dan ZPT dalam media, suplemen alami tertentu seperti bubur pisang (banana
homogenate) dan air kelapa masih biasa digunakan untuk megulturkan berbagai
jenis anggrek.
6. Zat pengatur tumbuh
Salah satu komponen media yang menentukan keberhasilan kultur jaringan adalah
jenis dan konsentrasi ZPT yang digunakan. Jenis dan konsentrasi ZPT tergantung
pada tujuan dan tahap pengulturan. Contohnya, pada pengulturan untuk
menumbuhkan dan menggandakan tunas aksilar atau merangsang tumbuhnya
tunas-tunas adventif, ZPT yang digunakan adalah sitokinin atau campuran
sitokinin dengan auksin rendah. Jenis sitokinin yang sering dipakai adalah BA
(benziladenin) karena efektivitasnya tinggi dan harganya relatif murah. Sitokinin
Proposal Magang Guru Page 21
Kultur Jaringan 2013
jenis lain yang dapat digunakan adalah kinetin (futuril-aminopurin) dan 2-iP.
Namun, kedua jenis sitokinin ini harganya lebih mahal dan efektivitasnya lebih
rendah daripada BA. Penggunaan sitokinin BA, kinetin, dan 2-iP sering berkisar
pada konsentrasi 0,5 – 10 mg/l. Jenis sitokinin lain yang bukan turunan adenine
adalah thidiazuron. Thidiazuron mempunyai efektivitas lebih tinggi atau
setidaknya sama dengan BA, tetapi di Indonesia relatif sulit diperoleh dan
harganya sangat mahal.
Pengulturan untuk merangsang pembentukan akar pada tunas, biasanya
menggunakan ZPT auksin. Jenis auksin yang sering digunakan untuk pengakaran
in vitro adalah IBA dan NAA, karena efektivitasnya tinggi dan harganya relatif
murah.
7. Bahan Pemadat Media
Eksplan yang dikulturkan harus selalu bersinanggungan atau terkena medianya,
tetapi tidak tenggelam sehingga aerasinya baik. Media kultur bisa berbentuk cair
atau padat. Jika berbentuk cair, kultur harus selalu digoyangkan dengan shaker
agar aerasi yang baik tetap terjaga. Jika tidak digoyang atau dikocok, eksplan akan
tenggelam seluruhnya, sehingga kondisi anaerobik dapat menyebabkan kematian.
Jika medianya padat, diperlukan bahan pemadat media. Idealnya, bahan pemadat
media harus dapat disterilisasi dengan autoklaf. Juga gel yang terbentuk tidak
dapat dicerna oleh enzim-enzim tanaman dan tidak bereaksi dengan komponen
media kultur. Pemadat media yang sering digunakan adalah agar-agar.
Agar adalah campuran berbagai polisakarida dari galaktosa yang diekstrak dari
ganggang laut, terutama Gellidium amansii dan ganggang lain dari golongan
Rodhopyta. Umumnya, agar dapat membentuk gel atau memadat pada suhu 40 –
45oC dengan titik cair 80 – 90oC. bentuk cair atau padat dari agar bersifat dapat
balik. Kemampuan agar dalam memadatkan media tergantung pada cara
pengekstrakannya dari ganggang dan pH larutan media sebelum diautoklaf.
Dalam larutan media dengan pH rendah (kurang dari 4,5), gel yang terbentuk oleh
Proposal Magang Guru Page 22
Kultur Jaringan 2013
agar sangat encer, sedangkan larutan dengan pH tinggi (lebih dari atau sama
dengan 5,5) akan berbentuk padat.
Jenis agar-agar yang sering digunakan dalam penelitian kultur jaringan adalah
Difco-bacto agar, Difco-purified agar, dan Taiyo agar (TCagar). Agar-agar untuk
kue yang tersedia di pasar dari berbagai merek dapat digunakan tanpa efek yang
merugikan, walalupun konsentrasi penggunaannya sedikit berbeda. Konsentrasi
agar dalam media lazimnya berkisar 6 – 10 g/l.
Pemadat media lain yang semakin banyak disukai adalah GelriteTM (buatan
Kelco). Gelrite adalah gellan gum, suatu hetero-polisakarida yang dihasilkan
bakteri Pseudomonas elodea, terdiri dari molekul-molekul K-glukuronat,
rhamnosa, dan selobiosa. Sebagai bahan pemadat media, Gelrite memiliki sifat-
sifat yang menguntungkan sebagai berikut :
1. Gelnya lebih jernih.
2. Untuk memadatkan media dibutuhkan lebih sedikit daripada agar, sekitar
1,5 – 3 g/l.
3. Lebih murni dan konsisten dalam kualitas.
4. Kemampuan gelrite memadatkan media tidak tergantung pada pH, tetapi
pada adanya partikel-partikel solute, seperti garam-garam mineral.
Salah satu kelemahan Gelrite adalah cenderung menyebabkan kenaikan
kelembapan nisbi (RH) dalam kultur, sehingga sering menyebabkan terjadinya
vitrifikasi. Gelrite jarang digunakan untuk produksi plantlet secara komersial,
tertutama di Indonesia, karena harganya mahal.
B. Membuat Larutan Stock
Larutan stok adalah larutan berisi satu atau lebih komponen media yang
konsentrasinya lebih tinggi daripada konsentrasi komponen tersebut dalam
formulasi media yang akan dibuat. Larutan stok bisa dibuat dengan konsentrasi
10, 100 atau 1.000 kali lebih pekat. Jika larutan stok sudah dibuat, pembuatan
Proposal Magang Guru Page 23
Kultur Jaringan 2013
media dapat dilakukan dengan mengambil sejumlah larutan stok, sehingga
konsentrasinya menjadi sesuai dengan yang terdapat dalam formulasi media yang
dikehendaki.
Tujuan pembuatan larutan stok adalah untuk menghindari penimbangan yang berulang-
ulang setiap kali membuat media. Disamping itu, kadang-kadang timbangan untuk
menimbang bahan-bahan dalam jumlah yang sangat kecil tidak tersedia di laboratorium.
Larutan stok sebaiknya disimpan di tempat yang bersuhu rendah dan gelap. Pembuatan
larutan stok selengkapnya dapat dibaca pada bahan ajar Pembuatan Larutan Stok.
Pada prinsipnya pembuatan larutan stok harus mempertimbangkan hal-hal berikut:
1. Masa kadaluarsa
Larutan stok baik makro maupun mikro tidak dianjurkan untuk dipakai lebih dari 2
bulan, sedangkan stok vitamin masa pemakaiannnya sebaiknya tidak melebihi 2
minggu. Oleh karena itu stok yang dibuat harus habis sebelum melewati batas
kadaluarsanya
2. Konsentrasi/kepadatan larutan
Larutan stok yang dibuat terlalu pekat dikhawatirkan akan mudah membentuk
endapan-endapan yang menyebabkan berkurangnya konsentrasi senyawa-senyawa
pada larutan stok tersebut
3. Volume wadah
Untuk menghemat tempat penyimpanan larutan stok di dalam kulkas, kita dapat
membuat larutan stok pada wadah yang lebih kecil dengan tetap memperhatikan
kejenuhan/kepekatan larutan.
4. Pengelompokan ion sejenis/senama
Pengelompokkan stok juga didasarkan pada jenis ion senama, mengingat adanya ion
senama membuat senyawa-senyawa yang dilarutkan stabil dalam bentuk ion-ion.
Proposal Magang Guru Page 24
Kultur Jaringan 2013
C. Menghitung Kebutuhan Media dan Larutan Stok
Kebutuhan media dan larutan stok diartikan sebagai kebutuhan akan jumlah bahan media
dan larutan stok yang harus dipenuhi pada waktu yang diperlukan pada beberapa
macam/tahap kegiatan kultur jaringan. Kebutuhan media ini dapat dibedakan atas
kebutuhan per kegiatan kultur jaringan per satuan waktu tertentu dan kebutuhan untuk
total kegiatan kultur jaringan per satuan waktu tertentu. Kebutuhan media dan larutan
stok ini ditentukan oleh sejumlah faktor:
1. Jumlah dan jenis bibit yang akan diproduksi
Makin banyak bibit yang akan diproduksi, makin banyak kebutuhan media yang harus
disediakan per satuan waktu tertentu. Antar jenis bibit yang satu dengan yang lainnya
akan berbeda dalam hal kebutuhan media.
2. Jenis media yang dipilih
Pemilihan formula/resep akan menentukan jumlah dan jenis kebutuhan media, mengingat
komposisi formula pada setiap formula tidak sama. Kebutuhan bahan untuk pembuatan
media MS relatif lebih besar per komponen media dibandingkan formula yang lain.
Formula media MS juga kadang-kadang disesuaikan dengan kebutuhan kultur, misalnya
ada yang memodifiasi menjadi ½ MS, dan lain-lain.
3. Metoda kultur jaringan yang dipilih
Metode kultur jaringan dapat dibedakan atas: metoda perbanyakan tunas samping
(aksilar), metoda perbanyakan tunas adventif (langsung dan tidak langsung), dan metoda
embriogenesis (langsung dan tidak langsung). Tiap-tiap metode yang dipilih tentu akan
berbeda dalam hal penggunaan media.
4. Frekuensi penggandaan propagul
Makin banyak propagul yang diperbanyak makin banyak kebutuhan media.
Proposal Magang Guru Page 25
Kultur Jaringan 2013
5. Cara pengakaran kultur
Ada dua cara pengakaran kultur: cara in-vitro dan ex-vitro. Pengakaran secara in vitro
akan membutuhkan media untuk media pengakaran. Pada pengakaran ex vitro, media
yang digunakan dapat menggunakan media pembibitan.
Tabel 1. Formulasi media MS (Murashige dan Skoog, 1962) dan pengelompokan
senyawa kimia dalam pembuatan larutan stok.
Nama StokSenyawa
dalam Larutan stok
Konsentrasi dalam Media
MS (mg/l)
Larutan Stok (mg/l)
Volume Larutan Stok yang
Dibutuhkan per Liter Media (ml)
Makro(10x)
NH4NO3
KNO3
MgSO47H2OKH2PO4
1.6501.900370170
16.50019.003.7001.700
100
Ca (100x) CaCl22H2O 440 44.000 10Mikro A(100x)
HB3O3
MnSO4.2H2OZnSO4.7H2O
6,216,98,6
6201.690860
10
Mikro B(1.000x)
KlNa2MoO47H2OCuSO45H2OCoCl2.6H2O
0,830,250,0250,025
8302502525
1
Fe (100x) FeSO47H2ONa2EDTA
27,837,3
2.7803.730
10
Vitamin(1.000x)
Tiamin-HClPiridoksin-HClAsam nikotinatGlisin
0,10,50,52,0
100500500
2.000
1
Mio-inositol(50x)
Mio-inositolSukrosa
10030.000
5.000Tidak dibuat larutan stok
20
Nama ZPT BANAAIAAAgar-agar
Sesuai kebutuhan
7.000 – 8.000
100100100
Tidak dibuat larutan stok
Sesuai kebutuhan
Proposal Magang Guru Page 26
Kultur Jaringan 2013
Perhitungan kebutuhan media dan larutan stok untuk melengkapi tabel di atas adalah
sebagai berikut:
1. Kebutuhan bahan-bahan untuk 10 liter media MS (kolom 2) = 10 x bobot
bahan-bahan media MS (mg/l) pada Tabel 1. Contoh: KNO3 = 1900 mg x 10
= 19.000 mg
2. Volume pengambilan stok untuk setiap pembuatan media 1 liter menggunakan
rumus:
V1 x M1 = V2 x M2
dimana: - V1 adalah volume stok yang dicari
M1 adalah kosentrasi larutan stok
V2 adalah Volume larutan stok
M2 adalah kosentrasi yang diinginkan
Contoh: banyaknya (volume) stok mikro besi (Fe-EDTA) yang diambil untuk
membuat 1 l media sebagai berikut.
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 278 = 100 x 27,8
V1 X 278 = 10 ml
D. Mencampur Komponen Media
1. Membuat Larutan Stok
Bahan dan Alat
1. Bahan-bahan kimia komponen larutan stok A – H
o Stok makro A-E
Proposal Magang Guru Page 27
Kultur Jaringan 2013
o Stok mikro
o Stok Fe
o Stok vitamin
2. Aquades
3. Timbangan analitik
4. Hot plate dan stirer
5. Sendok bahan dan spatula
6. Labu takar atau gelas ukur 100 ml, 500 ml, 1000 ml
7. Gelas piala
Langkah Kerja
1. Inventarisir jenis-jenis stok dan komponen-komponennya yang tersedia
2. Timbanglah bahan-bahan komponen yang terdapat pada setiap larutan stok
dengan menggunakan timbangan analitik sesuai hasil perhitungan di atas
3. Simpanlah hasil setiap penimbangan pada wadah yang berbeda dan diberi
identitas sesuai nama bahan
4. Kelompokkanlah bahan-bahan hasil penimbangan tersebut menurut jenis stoknya
5. Buatlah masing-masing larutan stok sebagai berikut:
a. Stok makro NH4NO3
Isilah gelas piala ± 500 ml dengan aquades
Masukkanlah bahan NH4NO3 kedalam gelas piala
Aduk sampai larut merata dengan menggunakan hot plate dan magnetic
stirer jangan sampai terdapat endapan
Pindahkan larutan ke labu takar 1 liter dan tepatkanlah volume labu sampai
tanda tera 1000 ml dengan menambah aquades
Berilah label: nama bahan, tanggal pembuatan, konsentrasi stok, nama
pembuat
Proposal Magang Guru Page 28
Kultur Jaringan 2013
b. Stok makro KNO3, KH2PO4, CaCl2.2H2O caranya sama dengan di atas
c. Stok mikro
Masukkanlah satu persatu bahan-bahan stok mikro kedalam gelas piala 1
liter yang berisi ±700 ml aquades, setiap memasukkan bahan diikuti
dengan pengadukan agar larut baru diikuti oleh bahan berikutnya.
Setelah semua bahan larut, dipindahkan ke labu takar 1 liter dan ditepatkan
volumenya dengan menambah aquades kemudian tutup rapat.
d. Stok vitamin
Semua bahan dimasukkan kedalam labu takar 100 ml yang telah berisi
aquades kira-kira 25 ml, hati-hati dalam membilas bahan yang masuk ke
labu
Labu takar dikocok hingga semua bahan larut, kemudian volume labu takar
ditepatkan 1 liter dengan menambah aquades dan kemudian tutup rapat.
2. Membuat Media
Media yang kami buat adalah 1 media MSO, MS1 dan MS2. yang membedakan
ke-3 media ini adalah komposisi ZPT, untuk media MSo tanpa ZPt biasa
digunakan untuk inisiasi dan MS1, ZPT yang digunakan adalah BAP berkisar
antara 1 – 5 ppm dan media ini digunakan pada tahap maultiplikasi, untuk MS 2
ZPT yang digunakan adalah NAA berkisar antara 3 – 5 ppm dan media ini
digunakan untuk pengakaran. Selain itu pada media MS2 ditambahkan arang aktif
berkisar antara 1 – 2,5 per liter.
Adapun prosedur pelaksanaannya adalah :
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Menimbang gula 30 g/l agar 7 – 8 g/l dan Mio-inositol 0,1 g/l.
3. Mengambil larutan stok A, B, C, D, E dan F satu persatu dengan
ukurannya masing-masing, dan vitamin serta Zpt yang diperlukan.
Proposal Magang Guru Page 29
Kultur Jaringan 2013
4. Tuang agar, mio-inositol dan gula ke dalam panic, untuk memasak media
tuang komposisi A, B, C, D, E, vitamin dan ZPT ke dalam panic setelah
diterakan.
5. Masak media sampai homogen. Ukur pH yang ditentukan, 5,6 – 5,8
apabila pH terlau tinggi (basa) ditambahkan HCl, sedangkan bila pH
rendah (asam) ditambahkan NaOH.
6. Setelah mendidih dan dilakukan pengukuran, kemudian media dituang di
dalam botol kultur kemudian disterilisasi.
7. Setelah steril, botol diberi label dan media dapat disimpan dan siap
digunakan bila diperlukan.
8. Pemilihan Tanaman Induk
E. Sterilisasi Media
Setelah pembuatan media agar selesai, media dibagi-bagi kedalam botol-botol
penanaman, dalam satu botol tanam berisi kurang lebih 20 – 25 ml.
Selama proses pemindahan media kedalam botol-botol penanaman tersebut sangat
memungkinkan terjadinya kontaminasi oleh mikroorganisme, baik bakteri atau jamur.
Kontaminasi bisa disebabkan oleh:
1. Eksplan
2. Organisme kecil yang masuk dalam media
3. Botol kultur serta alat-alat tanam yang tidak steril
4. Lingkungan kerja dan ruang kultur yang kotor
5. Pelaksana
Agar mikroorganisme yang masuk kedalam media tidak dapat berkembang biak maka
perlu dilakukan sterilisasi terhadap media tersebut sebelum digunakan untuk menanam.
Sterilisasi media kultur bisa dilakukan dengan menggunakan uap panas pada suhu 1210 C,
dengan tekanan 15 – 17 psi, selama 20 – 25 menit.
Sterilisasi media tidak boleh terlalu lama karena bisa menyebabkan:
1. Penguraian gula,
2. Degradasi vitamin dan asam-asam amino,
3. Inaktivasi sitokinin dan zeatine ribosida
4. Perubahan PH
Proposal Magang Guru Page 30
Kultur Jaringan 2013
Media yang sudah disterilkan bisa langsung digunakan, bisa juga disimpan terlebih
dahulu beberapa waktu pada ruang penyimpanan.
2.4.4 Menyiapkan Bahan Eksplan
Eksplan atau bahan tanam adalah bagian kecil jaringan atau organ yang
diambil/dipisahkan dari tanaman induk kemudian dikulturkan. Ketepatan dalam
menyiapkan eksplan adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi inisiasi eksplan.
A. Bahan Eksplan
1. Deskripsi varietas tanaman sumber bahan eksplan
Tanaman induk yang dijadikan sumber eksplan harus tanaman yang sehat (bebas hama
dan penyakit), tumbuh baik/normal, dan tentunya mempunyai sifat-sifat unggul.
2. Persyaratan bagian tanaman sebagai bahan eksplan
Bagian tanaman yang dapat dijadikan eksplan adalah ujung akar, pucuk, daun,
bunga, buah muda, dan tepung sari.
Ukuran eksplan yang paling baik adalah antara 0,5 sampai 1 cm, tetapi hal ini
tidak mutlak pada semua eksplan, tergantung pada material tanaman yang dipakai
serta jenis tanaman.
Jaringan tanaman yang masih muda yang meristematik (sel-selnya masih aktif
membelah) lebih mudah beregenerasi dibandingkan dengan jaringan yang sudah
tua, sehingga bagian tanaman yang meristemik paling banyak berhasil bila
dijadikan eksplan. Yang termasuk jaringan meristematik adalah pucuk apikal,
pucuk lateral dan pucuk axial.
Bahan tanam dapat diambil dari tanaman dewasa, yaitu pada bagian pucuk
tanaman, daun atau umbi. Untuk eksplan dari daun, digunakan daun yang tidak
terlalu muda juga tidak terlalu tua. Pemotongan eksplan dengan menyertakan ibu
tulang daun, karena pada bagian ini lebih cepat tumbuh kalus.
Apabila bahan tanam (eksplan) berasal dari umbi, biasanya umbi ditumbuhkan
dulu tunasnya. Bagian tunas inilah yang dijadikan sebagai eksplan, contohnya
pada tanaman kentang.
Biji dapat pula dijadikan sebagai eksplan. Sebaiknya biji dipilih yang bersertifikat
atau dipetik langsung dari tanaman induknya yang sudah diketahui keunggulan
sifatnya. Bagian-bagian biji seperti embrio atau kotiledon dapat dijadikan sebagai
Proposal Magang Guru Page 31
Kultur Jaringan 2013
eksplan, misalnya pada tanaman paprika dan jarak. Atau biji dapat langsung
ditanam pada media agar contohnya biji anggrek.
3. Karakter bagian tanaman sebagai bahan eksplan
Bagian tanaman yang banyak mengandung persediaan makanan serta bahan-bahan
lain untuk pertumbuhan, seperti umbi adalah lebih mudah untuk beregenerasi
dibanding dengan bagian tanaman yang kurang mengandung bahan makanan.
Bagian yang berasal dari akar yang tumbuh di dalam tanah, tingkat kontaminannya
lebih tinggi dibandingkan dengan bagian-bagian tanaman yang ada diatas permukaan
tanah seperti pucuk atau daun.
B. Menyiapkan Bahan Eksplan Pisang
1) Alat dan Bahan
Alat :
1. Pisau/cutter
2. Bak plastik
3. Ember
Bahan :
1. Bonggol Pisang
2. Air
2) Langkah Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Pilih bonggol pisang yang tidak cacat atau busuk
3. Cuci bersih bonggol pisang di bawah air mengalir
4. Potong keempat sisi bonggol sehingga berbentuk segi empat
5. Potong ujung tunas ± 5 cm
6. Kupas pelepah tunas satu persatu hingga ukuran eksplan mencapai ± 5 cm
7. Cuci kembali hingga bersih
8. Tempatkan pada bak plastik yang berisi air
9. Eksplan siap disterilkan
10. Bersihkan tempat praktik dan kembalikan peralatan pada tempat semula dalam
kondisi bersih
Proposal Magang Guru Page 32
Kultur Jaringan 2013
C. Mensterilkan Eksplan
Dari semua sumber kontaminasi, kontaminasi dari bahan tanam/eksplan merupakan yang
paling sulit diatasi. Untuk itu diperlukan bahan sterilan yang tepat untuk menghilangkan
kontaminan dari eksplan. Kontaminan hidup dapat berupa cendawan, bakteri, serangga
dan telurnya, tungau serta spora. Bila kontaminan ini tidak dihilangkan, maka pada
media yang mengandung gula, vitamin dan mineral, dalam waktu singkat seluruh botol
terpenuhi oleh kontaminan yang akhirnya mengakibatkan eksplan menjadi mati.
Sterilisasi eksplan dengan bahan sterilisasi adalah sebatas membersihkan debu,
cendawan, bakteri dan kontaminan lain dari bagian permukaan eksplan atau disebut
desinfestasi.
1. Macam-macam bahan sterilisasi dan fungsinya
Macam-macam bahan sterilisasi dan fungsinya tersaji pada Tabel 2.
Tabel 2. Macam-macam Bahan Sterilisasi dan Fungsinya
No Nama Bahan Sterilisasi Fungsi
1. Deterjen Membersihkan kotoran/debu dari
eksplan
2. Fungisida Membersihkan jamur/cendawan
3. Bakterisida Membersihkan bakteri
4. Alkohol 70 % dan 95 % Desinfektan
5. Sodium hipoklorik dengan nama
dagang clorox atau bayclin
Desinfektan
6. Mercury chlorit dengan nama
dagang sublimat 0,05 %
Desinfektan
7. Tween-20 Agen pembasah
8. Antibiotik Desinfektan
9. Iodine/betadine Antiseptik
2. Memilih bahan sterilisasi
Setiap bahan tanam mempunyai tingkat kontaminan permukaan yang berbeda, tergantung
dari :
a. Jenis tanaman
b. Bagian tanaman yang dipergunakan
Proposal Magang Guru Page 33
Kultur Jaringan 2013
c. Morfologi permukaan (misalnya : berbulu atau tidak)
d. Lingkungan tumbuh (green house atau lahan)
e. Musim waktu mengambil (musim hujan/kemarau)
f. Umur tanaman (seedling atau tanaman dewasa)
g. Kondisi tanaman (sakit atau sehat)
Pada bahan tanam yang mengandung kontaminan eksternal dapat dipilih bahan sterilisasi
yang dapat membersihkan permukaan luar bahan tanam, sedangkan pada bahan tanam
dengan kontaminan internal yaitu kontaminan yang berasal dari jaringan tanaman itu
sendiri, maka perlu diberi perlakuan antibiotik atau fungisida sistemik.
3. Menyiapkan Bahan Sterilan
a. Alat dan Bahan
Alat:
1. Timbangan
2. Gelas ukur
3. Beker glas
4. Batang pengaduk
5. Pinset
Bahan:
1. Aquades
2. Deterjen
3. Fungsida
4. Bakterisida
b. Langkah Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Lakukan identifikasi terhadap bahan sterilan sesuai dengan fungsinya dan catat
hasilnya pada Tabel 2
3. Timbanglah bahan sterilan
a. Deterjen = 2 gram
b. Fungisida = 2 gram
c. Bakterisida = 2 gram
4. Larutkan bahan sterilan yang telah ditimbang masing-masing dalam 1 liter
aquades
Proposal Magang Guru Page 34
Kultur Jaringan 2013
5. Larutan bahan sterilan siap digunakan
6. Bersihkan tempat praktik dan kembalikan peralatan pada tempat semula dalam
kondisi bersih
4. Mensterilkan Eksplan Tunas Pisang dengan Cara Dibakar
a. Alat dan Bahan
Alat:
1. Gelas piala/botol kultur
2. Petridish
3. Pinset
4. Laminar Air Flow Cabinet (LAFC)/Entkas
5. Pinset
6. Gelas ukur
7. Lampu bunsen
Bahan:
1. Eksplan tunas pisang bersih
2. Larutan fungsida 0,2 %
3. Larutan bakterisida 0,2 %
4. Larutan deterjen
5. Alkohol 95 %
6. Aquades steril
b. Langkah Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Rendam eksplan dalam larutan deterjen selama 5 menit sambil digoyang/digojok,
lalu bilas dengan air mengalir 3x
3. Rendam eksplan dalam larutan fungisida selama 20 menit sambil
digoyang/digojok, lalu bilas dengan air mengalir 3x
4. Rendam eksplan dalam larutan bakterisida selama 20 menit sambil
digoyang/digojok, lalu bilas dengan aquades hingga bersih (2–3x)
5. Masukkan ke dalam botol kultur berisi aquades steril, bawa ke ruang tanam
6. Di dalam LAFC, siapkan wadah (botol kultur/gelas piala), isi dengan alkohol
95%, sebanyak 100 ml
7. Nyalakan lampu bunsen
8. Celupkan ekpslan ke dalam alkohol 95%, lalu bakar di lampu bunsen
Proposal Magang Guru Page 35
Kultur Jaringan 2013
9. Letakkan di atas cawan petri, biarkan hingga api padam
10. Eksplan siap diinokulasi
11. Bersihkan tempat praktik dan kembalikan peralatan pada tempat semula dalam
kondisi bersih.
5. Mensterilkan Eksplan dengan Cara Merendam dalam Bahan Kimia
a. Alat dan Bahan
Alat :
1. Gelas piala
2. Peridish
3. Pinset
4. Erlenmeyer
5. Gelas ukur
6. LAFC/Enkas
Bahan :
1. Eksplan pisang bersih
2. Larutan fungisida 0,2%
3. Larutan bakterisida 0,2%
4. Larutan deterjen 0,2%
5. Larutan bayclin 20%, 10% dan 5%
6. Aquades steril
b. Langkah Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Rendam eksplan dalam larutan deterjen selama 5 menit sambil digoyang/digojok,
lalu bilas dengan air mengalir 3x
3. Rendam eksplan dalam larutan fungisida selama 20 menit sambil
digoyang/digojok, lalu bilas dengan air mengalir 3x
4. Rendam eksplan dalam larutan bakterisida selama 20 menit sambil
digoyang/digojok, lalu bilas dengan aquades hingga bersih (2–3x)
5. Masukkan ke dalam botol kultur yang berisi aquades steril, bawa ke ruang tanam
6. Di dalam LAFC/Enkas, siapkan larutan bayclin 5%, 10%, dan 20%
7. Setelah larutan bayclin siap, lakukan sterilisasi eksplan secara bertingkat dengan
cara merendam eksplan dalam larutan bayclin, sebagai berikut :
a. Larutan bayclin 20% selama 5 menit, bilas dengan aquades steril
b. Larutan bayclin 10% selama 10 menit, bilas dengan aquades steril
Proposal Magang Guru Page 36
Kultur Jaringan 2013
c. Larutan bayclin 5% selama 15 menit, bilas dengan aquades steril sebanyak 3
kali.
8. Rendam eksplan dalam aquades steril
9. Eksplan siap diinokulasi
10. Bersihkan tempat praktik dan kembalikan peralatan ke tempat semula dalam
kondisi bersih.
2.4.5 Memelihara Kultur
1) Persyaratan Kondisi Lingkungan Ruang Inkubasi
Faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan eksplan di ruang inkubasi adalah
suhu, cahaya, dan kelembaban.
Suhu yang sesuai untuk pertumbuhan kultur adalah antara 24–28oC. Untuk
mengkondisikan ruang inkubasi pada suhu yang diinginkan, maka di dalam
ruangan tersebut dipasang Air Conditioner (AC). Alat ini diset pada suhu
maksimum 20oC.
Cahaya mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan eksplan. Intensitas
cahaya yang diperlukan oleh eksplan bervariasi tergantung pada tahap mana
eksplan tersebut berada. Pada tahap inisiasi memerlukan intentisitas cahaya antara
0–1000 lux, tahap multiplikasi 1000–10.000 lux, tahap pengakaran 10.000–30.000
lux dan tahap aklimatisasi 30.000 lux.
Cahaya di dalam inkubasi bersumber dari lampu TL yang dipasang pada rak
kultur. Lamanya pencahayaan perlu diatur sesuai kebutuhan eksplan. Umumnya
lamanya pencahayaan adalah 12 jam. Untuk mengatur lamanya pencahayaan
digunakan timer yang diset sesuai kebutuhan.
Kelembaban ruang inkubasi dijaga pada kisaran 60% - 80%. Selain berpengaruh
terhadap pertumbuhan eksplan, kelembaban berpengaruh terhadap kondisi eksplan
yang perlu dijaga agar selalu dalam keadaan aseptik.
Tinggi rendahnya kelembaban, dipengaruhi oleh suhu, yaitu berbanding lurus
dengan suhu. Pada suhu yang rendah kelembaban juga rendah, dan sebaliknya
pada suhu yang lebih tinggi kelembaban juga tinggi.
Proposal Magang Guru Page 37
Kultur Jaringan 2013
2) Menjaga Kondisi Lingkungan Ruang Inkubasi
Agar kondisi lingkungan di dalam ruang inkubasi tetap stabil sesuai dengan yang
dibutuhkan, maka perlu dilakukan pengecekan secara periodik. Untuk
memudahkan pengecekan tersebut di dalam ruang inkubasi diletakkan peralatan-
peralatan pendukung yaitu termometer maximum-minimum dan higrometer.
Termometer maximum-minimum adalah alat untuk mengukur suhu, sedangkan
higrometer merupakan alat untuk mengukur kelembaban. Dengan kedua alat
tersebut dicek berapa suhu dan kelembaban yang terukur.
Timer merupakan alat untuk mengatur lamanya pencahayaan eksplan oleh lampu
TL yang terpasang pada rak kultur.
3) Mengatur Tata Letak Botol Kultur
Rak-rak kultur di ruang inkubasi dapat diberi nomor berdasarkan kodefikasi yang
berlaku di masing-masing tempat (laboratorium/perusahaan). Kodefikasi ini
berfungsi untuk memudahkan pengorganisasian data-data yang dikumpulkan.
Penataan botol kultur pada rak, diatur berdasarkan kelompok :
1. Jenis tanaman
2. Kultivar
3. Tahapan kultur
4. Perlakuan khusus lainnya.
Pengelompokkan diperlukan agar tidak terjadi kekeliruan pada tahap selanjutnya.
Botol kultur diatur dengan jarak antar botol tidak terlalu rapat dan jumlah
disesuaikan tergantung kapasitas rak.
4) Memonitor Kondisi Botol Kultur yang Terkontaminasi
Kontaminasi pada eksplan dapat disebabkan oleh media eksplan dan kondisi
lingkungan. Kontaminan dapat berupa jamur atau bakteri.
Ciri-ciri eksplan yang terkontaminasi adalah :
1. Apabila kontaminan berupa jamur, akan terlihat koloni jamur, biasanya
berwarna putih, abu-abu atau hitam, berbentuk seperti serabut, benang, atau
kapas.
Proposal Magang Guru Page 38
Kultur Jaringan 2013
2. Apabila kontaminan berupa bakteri, terlihat cairan berupa lendir berwarna
putih atau merah.
5) Langkah-langkah Pemeliharaan Kultur
a. Alat dan Bahan
Alat:
Rak kultur
AC
Termometer maximum-maximum
Higrometer
Timer
Ember/keranjang
Bahan:
Eksplan
Alat tulis
b. Langkah Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Lakukan pengecekan terhadap alat pengontrol suhu, kelembaban dan
lamanya pencahayaan
3. Berdasarkan data dari hasil pengecekan, lakukan pengesetan atau
penyetelan terhadap suhu, kelembaban dan cahaya, sesuai dengan
kebutuhan. Suhu 24–28oC. Kelembaban 60%-80%, lamanya pencahayaan
12 jam
4. Tempatkan botol kultur dengan cara mengelompokkannya berdasarkan
jenis tanaman, kultivar, tahapan kultur atau perlakuan khusus lainnya
5. Atur letak botol kultur dengan jarak antar botol kultur tidak terlalu rapat
6. Botol kultur yang telah ditata dimonitor ada tidaknya kontaminasi
7. Lakukan identifikasi terhadap eksplan yang terkontaminasi secara
sistematis dan teratur agar tidak ada yang terlewat
8. Catat data hasil identifikasi pada tabel hasil kegiatan
Proposal Magang Guru Page 39
Kultur Jaringan 2013
9. Tempatkan botol kultur yang terkontaminasi dalam wadah
(ember/keranjang)
10. Lakukan kontrol akhir terhadap semua alat pengatur kondisi di ruang
inkubasi
11. Bawa wadah berisi botol kultur yang terkontaminasi ke luar dari ruang
inkubasi
12. Tutup pintu ruang inkubasi
2.4.6 Melakukan Sub Kultur
1) Melakukan sub kultura tanaman pisang
Sub kultur dalam perbanyakan tanaman secara kultur jaringan diperlukan agar
diperoleh populasi pucuk atau anakan yang banyak. Satu pucuk inokulum dapat
diperbanyak menjadi 20 pocuk yang dapat dipisahkan menjadi 20 propagul.
Kegiatan sub kultur harus dilakukan terhadap inokulum disebabkan oleh beberapa
hal antara lain :
a. tumbuhnya eksplan cukup cepat dan telah memenuhi seluruh botol kultur
b. media tumbuh telah mengering yang ditandai dengan berkurangnya volume
agar-agar atau media cairnya sudah habis
c. eksplan perlu diperbanyak lebih lanjut untuk tujuan tahapan perbanyakan
selanjutnya
d. eksplan memerlukan media yang susunannya baru agar dapat mengalami
diferensiasi lebih lanjut
Eksplan atau kalus yang sudah waktunya dipindahkan ke dalam media kultur yang
baru harus segera dilaksanakan dan tidak boleh sampai terlambat. Sub kultur yang
terlambat dapat menyebabkan pertumbuhan eksplan atau kalus tersebut akan
terhenti atau mengalami pencoklatan atau bahkan terkontaminasi oleh jamur atau
bakteri. Keadaan eksplan yang demikian kemungkinan untuk diselamatkan kecil
sekali sebab spora jamur atau bakteri dapat menyebar dengan cepat sekali.
Proposal Magang Guru Page 40
Kultur Jaringan 2013
2) Menggandakan Inokulum Tanaman Pisang
a. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam melakukan kegiatan ini yaitu gelas piala, scalpel,
mangkuk stainles, pinset lurus panjang, pinset lurus, lampu spirtus, ember,
Laminar Air Flow Cabinet, alas kaca, keranjang plastik, dan hand sprayer. Bahan
yang digunakan dalam melakukan kegiatan yaitu eksplan anakan tanaman pisang,
tissue steril, korek api, kertas steril, alkohol 70 %, alkohol 96 %, mata pisau,
media MS+2 ppm BAP, dan kertas label.
b. Langkah Kerja
a. Siapkanlah alat dan bahan yang akan digunakan
b. Sterilisasi Laminar Air Flow Cabinet (LAFC) dengan menyalakan lampu
UV (ultra violet) selama minimal 30 menit sebelum digunakan
c. Cuci tangan sampai bersih menggunakan sabun dan semprot tangan
menggunakan alkohol 70 % sebelum bekerja di dalam LAFC
d. Matikan lampu UV dan semprotkan alkohol 70 % secara merata pada
permukanan di sekitar LAFC dan lap dengan tissue.
e. Masukkan akuades steril, alat-alat diseksi steril, bahan eksplan pisang,
lampu bunsen, dan media kultur yang telah disemprot alkohol 96 % ke
dalam LAFC lalu nyalakan lampu TL dan blower
f. Bukalah pembungkus alat-alat diseksi dan mangkuk stainles serta petridisk,
semprot dengan alkohol 96 % lalu bakar dan biarkan sampai apinya padam
g. Nyalakan lampu spirtus dan buka penutup botol alkohol 96 %
h. Ambil kertas steril sebanyak 3 lembar, panaskan sebentar di atas api bunsen
dan letakkan di atas alas kaca steril lalu 1 lembar digunting membulat untuk
alas di petridish
i. Ambil inokulum pisang yang telah diinisiasi di media MS 0 dengan
menggunakan pinset lalu letakkan di atas potongan kertas steril
j. Bersihkan inokulum pisang dengan cara memotong bagian sisi permukaan
inokulum yang berwarna kecoklatan menggunakan pisau skalpel steril dan
simpan di dalam petridish
Proposal Magang Guru Page 41
Kultur Jaringan 2013
k. Ambil media MS+2 ppm BAP, buka tutupnya, lalu buang air yang berada
dalam media kultur tersebut
l. Tanam inokulum pisang dalam media MS+2 ppm BAP sebanyak 1
eksplan/botol media sedalam ± 0,5-1 cm
m.Tutup penutup botol kultur hasil inokulasi serapat mungkin untuk
meminimalkan resiko terjadinya kontaminasi
n. Beri label (jenis tanaman, bagian tanaman yang diambil, jenis media,
tanggal tanam), kemudian menyimpannya di ruang pertumbuhan
o. Bersihkan pinset dan pisau skalpel dengan air aquades steril, celupkan pada
alkohol 96 %, bakar dan simpan di atas mangkuk stainles
p. Buang sampah yang ada di dalam LAFC dan matikan lampu TL dan blower
LAFC
q. Cuci alat-alat gelas dan diseksi yang telah digunakan untuk inokulasi
2.4.7 Aklimatisasi
1) Menyiapkan Planlet
Tahap aklimatisasi sangat penting dan tanpa kegiatan ini metode kultur jaringan
tidak ada artinya. Hal ini dikarenakan jutaan bibit hasil perbanyakan secar kultur
jaringan tidak dapat hidup dan tumbuh di lapangan secara langsung tanpa adanya
tahap aklimatisasi. Prinsip dari tahap aklimatisasi adalah tanaman yang terbiasa
hidup dan tumbuh pada lingkungan laboratorium yang serba terkendali dan
memiliki pola hidup sebagai tanaman yang heterotrof akan diadaptasi dan
dipindahkan ke lingkungan lapangan di mana tanaman harus berpola hidup
sebagai tanaman autotrof.
Tahap aklimatisasi merupakan masa yang kritis karena planlet menunjukkan
beberapa sifat yang kurang menguntungkan apabila hidup di lingkungan lapangan,
seperti :
a. memiliki lapisan lilin yang tidak berkembang dengan baik
b. sel-sel palisasde daun hanya terbentuk dalam jumlah sedikit
c. jaringan pembuluh dari akar ke pucuk planlet kurang berkembang
Proposal Magang Guru Page 42
Kultur Jaringan 2013
d. stomata seringkali tidak berfungsi, yaitu tidak mau menutup pada kondisi
laju penguapan yang tinggi
Keadaan yang kurang menguntungkan tersebut menyebabkan planlet sifatnya
sangat peka terhadap transpirasi, serangan mikroba tanah dan cahaya yang
memiliki intensitas tinggi. Planlet dengan karakteristik tersebut apabila
dipindahkan secara langsung pada kondisi lapangan secara akan mudah menjadi
layu atau kering. Oleh karena itu planlet atau tunas mikro perlu diadaptasikan di
lingkungan yang baru terlebih dahulu.
Keberhasilan tahap aklimatisasi planlet juga tergantung pada tingginya mutu tunas
yang dihasilkan pada tahap sebelumnya. Selain itu beberapa perlakuan
pengokohan (hardening off) planlet dapat meningkatkan mutu tunas planlet
sehingga planlet dapat diaklimatisasikan dengan persentase keberhasilan yang
tinggi. Beberapa perlakuan pengokohan planlet yang dapat dilakukan sebagai
berikut :
a. Mengkondisikan kultur di tempat yang pencahayaannya berintensitas lebih
tinggi (misalnya 10.000 lux) dan suhunya tinggi
b. Kultur tanaman jati dapat dikondisikan pada kondisi ruangan dengan suhu
25±2oC dan periode terang (1000-3000 lux) selama 16 jam per hari
(Sukmadjaja dan Mariska, 2003)
c. Pemanjangan dan perakaran tunas mikro dilakukan dalam media kultur
dengan komposisi hara mineral dan sukrosa lebih rendah serta konsentrasi
agar-agar yang lebih tinggi
3) Menanam Planlet
Kondisi lingkungan yang diharapkan adalah memiliki sterilitas media tumbuh,
intensitas penyinaran yang terkendali dan kelembaban lingkungan media tumbuh
yang terkendali.
Guna mendukung tingkat keberhasilan aklimatisasi yang tinggi maka sebaiknya
media tanam untuk aklimatisasi dikukus terlebih dahulu minimal selama 4 jam
sehingga media tanam menjadi steril. Adapun macam-macam media tanam untuk
Proposal Magang Guru Page 43
Kultur Jaringan 2013
aklimatisasi adalah arang sekam, pecahan arang, potongan pakis, kompos
dicampur tanah ayakan, dan lain-lain tergantung kesesuaian komoditas yang akan
diaklimatisasi. Contohnya, untuk planlet anggrek cocok ditanam pada media
potongan pakis dan bisa dicampur dengan pecahan arang kayu.
Planlet setelah disiapkan media untuk aklimatisasinya selanjutnya dilakukan
penanaman pada media tersebut. Planlet atau tunas mikro ditanam di media
aklimatisasi dalam bak semai, bedengan atau polybag dengan pengaturan
intensitas cahaya yang rendah dan kelembaban nisbi tinggi. Pengaturan kondisi
lingkungan planlet pada saat aklimatisasi dilakukan dengan cara planlet tidak
langsung terkena sinar matahari tetapi diletakkan di tempat aklimatisasi yang
diatur dengan intensitas cahaya 40-50 %. Apabila setelah 5-7 hari planlet masih
dalam keadaan segar maka intensitas cahayanya dapat ditingkatkan sampai 70 %.
Pengadaptasian planlet dengan cara bertahap menaikkan intensitas cahayanya dan
menurunan kelembabannya dilakukan sampai diperoleh planlet dapat hidup dan
tumbuh normal di kondisi lapangan secara penuh.
Kondisi kelembaban lingkungan pada saat aklimatisasi erat kaitanya dengan laju
transpirasi tanaman. Semakin rendah kelembaban lingkungan maka kecepatan
transpirasi akan semakin meningkat. Planlet yang baru saja ditanam di media
aklimatisasi, bulu-bulu akarnya belum dapat menyerap air dari media secara
normal. Oleh karena itu apabila laju transpirasi terlalu tinggi akan menyebabkan
tanaman menjadi layu karena laju penyerapan air dengan transpirasi tidak
seimbang. Perlakuan untuk mengkondisikan planlet pada kelembaban tinggi dapat
dilakukan dengan cara memberi sungkup pada planlet tersebut secara individu
atau secara kelompok. Pemberian sungkup tersebut diharapkan dapat melindungi
planlet dari curahan air hujan dan pengaruh sinar matahari langsung.
3) Memelihara Planlet di Tempat Aklimatisasi
Planlet yang telah ditanam di media aklimatisasi agar dapat hidup normal di
lingkungan lapangan maka saat pemeliharaan harus dilakukan pengadaptasian
Proposal Magang Guru Page 44
Kultur Jaringan 2013
secara bertahap. Pengadaptasian dilakukan dengan cara mengurangi secara
bertahap kondisi kelembaban lingkungannya dan meningkatkan secara bertahap
intensitas cahayanya dengan cara pembukaan sungkup secara bertahap. Perubahan
kondisi lingkungan secara bertahap tersebut akan meningkatkan kemampuan
planlet hidup pada kondisi lingkungan lapangan tanpa mengalami stres yang
berat.
Pemeliharaan planlet di tempat aklimatisasi meliputi kegiatan pembukaan
sungkup, pengairan, pemupukan dan penambahan intensitas sinar matahari. Media
tanam planlet pada prinsipnya harus selalu lembab sehingga kebutuhan air untuk
proses pertumbuhan tanaman selalu terpenuhi. Penyiraman pada planlet sebaiknya
dilakukan dua kali sehari yang berguna untuk melarutkan unsur hara yang
dibutuhkan tanaman dan menjaga kondisi kelembaban media.
Proses awal pemeliharaan planlet di lapangan dilakukan dengan pengaturan
intensitas cahaya matahari sekitar 40-50 %. Hal ini berguna untuk
mengadaptasikan planlet yang biasanya hidup di dalam laboratorium yang
cahayanya hanya diperoleh dari lampu TL. Perubahan intensitas cahaya yang
drastis mencapai 75 % akan menyebabkan stres pada planlet dan dapat
mengakibatkan kematian. Planlet pada saat umur berkisar antara 5-7 hari setelah
penanaman dapat diberikan intensitas cahaya sampai 70 %. Pengadaptasian
planlet terhadap intensitas cahaya yang tinggi atau penuh dapat dilanjutkan
sampai planlet hidup dan tumbuh normal pada kondisi lapangan.
Pemupukan untuk meningkatkan pertumbuhan planlet dapat dilakukan sekitar satu
minggu setelah penanaman planlet. Pupuk yang dianjurkan adalah pupuk daun
seperti Hyponex, Gandasil, atau Bayfolan agar pupuk yang diberikan dapat
langsung diserap oleh daun untuk pertumbuhan tanaman. Pemupukan dapat
dilakukan sekali dalam seminggu menggunakan hand spayer atau knapsack
sprayer untuk skala penanaman yang luas. Pemupukan tersebut dapat dilakukan
bersaman dengan aplikasi pestisida apabila ditemukan serangan hama dan
penyakit pada planlet yang dipelihara ditempat aklimatisasi.
Proposal Magang Guru Page 45
Kultur Jaringan 2013
4) Menyiapkan Planlet Tanaman Pisang
a. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam melakukan kegiatan ini yaitu pinset, gelas
piala/baskom, dan nampan plastik. Bahan yang digunakan antara lain : planlet
pisang, kertas label, fungsusda, bakterisisda, dan air kran.
b. Langkah Kerja
1. Siapkanlah alat dan bahan yang akan digunakan
2. Pilihlah planlet pisang yang telah memiliki kelengkapan organ,
mempunyai pucuk dan akar, warna pucuk hijau mantap, dan ukurannya
relatif seragam
3. Keluarkan planlet dari botol kultur secara hati-hati menggunakan pinset
dan masukkan ke dalam wadah/gelas piala yang bersih
4. Cucilah planlet dari sisa-sisa agar-agar yang masih menempel di
akarkanya di bawah air kran secara hati-hati
5. Apabila tidak ada air kran yang mengalir, cucilah di dalam wadah/gelas
piala yang bersih
6. Rendam planlet setelah dicuci dalam larutan fungisida atau bakterisida
sesuai dosis anjuran selama ± 5 menit
7. Tiriskan planlet anggrek yang telah dicuci bersih dalam nampan plastik
yang diberi alas kertas tissue
8. Kelompokkan planlet sesuai ukurannya untuk memudahkan dan
mengoptimalkan dalam pemeliharaannya
9. Bawa planlet untuk proses selanjutnya yaitu penanaman di media
aklimatisasi
5) Menanam Planlet Tanaman Pisang
a. Alat dan Bahan
Proposal Magang Guru Page 46
Kultur Jaringan 2013
Alat yang digunakan dalam melakukan kegiatan ini yaitu kompor, sungkup
plastik, dan gembor penyiraman. Bahan yang digunakan dalam melakukan
kegiatan yaitu planlet tanaman pisang telah disiapkan sebelumnya, bak semai
atau polybag diameter 7 cm, media kompos yang dicampur dengan tanah
ayakan, dan spidol.
b. Langkah Kerja
1. Siapkanlah alat dan bahan yang akan digunakan
2. Lakukan sterilisasi media aklimatisasi berupa kompos yang dicampur
dengan tanah ayakan dengan selama 4 jam atau dengan sterilisasi secara
kimia melalui pemberian larutan formalin 4 % dengan dosis sebanyak 3-5
liter/m3
3. Masukkan media aklimatisasi yang telah didinginkan ke dalam bak semai
atau polybag
4. Atur media aklimatisasi tersebut dalam rumah kaca atau tempat
aklimatisasi yang telah dikondisikan dengan intensitas cahaya sebesar 40-
50 %
5. Siramlah media dengan air bersih menggunakan gembor apabila media
diperkirakan belum cukup lembab
6. Tanamlah planlet pisang yang telah disiapkan sebelumnya pada polybag
atau bak semai yang telah terisi media
7. Berilah sungkup pada planlet yang sudah ditanam tersebut secara
berkelompok dengan sungkup (bila penanaman pada bak semai) atau
secara individu dengan botol kultur (bila penanamn pada polybag)
8. Berilah label mengenai jenis tanaman dan tanggal penanaman untuk
memudahkan kegiatan selanjutnya yaitu pada saat perlakuan pemeliharaan
planlet
Proposal Magang Guru Page 47
Kultur Jaringan 2013
2.5 Biaya yang digunakan
Biaya Magang / Pelatihan Kultur Jaringan
1. Biaya Magang (pelatihan)/paket selama 12 hari
12 hari x @ Rp. 800.000,- /hari = Rp. 8.400.000,-
2. Survey Tempat Magang
1 hari x Rp 300.000,- = Rp. 280.000,-
3. Transport berangkat Pergi – Pulang rental mobil dan akomodasi
2 kali x Rp 1.400.000,- = Rp. 1.400.000,-
4. Biaya Pelaporan
2 laporan x @ Rp. 250.000,- = Rp. 50 0 .000,- Jumlah Rp. 10.580.000,-
Proposal Magang Guru Page 48
Kultur Jaringan 2013
III. KESIMPULAN
Teknik kultur jaringan merupakan perbanyakan tanaman secara vegetatif modern.
Dimana dengan pengambilan organ tanaman seperti : akar, batang, daun, umbi,
biji dapat menghasilkan bibit dalam jumlah besar dan seragam. Tanpa mengenal
musim. Tidak memerlukan lahan yang luas karena diperbanyak di dalam botol
dan memerlukan ruang tumbuh (inkubasi) yang tidak terlalu luas seperti lahan
kebun, serta bebas dari virus, bakteri dan jamur karena ditumbuhkan secara steril,
hal inilah yang mendorong banyak petani mengusahakan bibit secara kultur
jaringan, namun belum banyak orang yang bisa melakukan metode ini. Oleh
sebab itu memerlukan tenaga ahli di bidangnya.
Dari pelaksanaan magang ini penulis bisa lebih memahami konsep perbanyakan
tanaman dengan menggunakan teknik kultur jaringan. Pemahaman tentang kultur
jaringan itu sendiri masih merupakan teori yang terbatas pada beberapa kelompok
yang memang mendalami konsep ini sehingga tidak semua orang bias melakukan
prosedur ini. Selain memang karena keterbatasan ahlinya, juga karena biaya awal
yang cukup besar untuk melakukan metode ini, namun bagi pekerja lab kultur
jaringan memang tidak selamanya berpatokan pada teori yang ada, karena mereka
adalah praktisi yang memang setiap saat mencoba jenis baru dengan komposisi
media yang mungkin saja bisa berbeda. Hal ini karena daya tumbuh atas penentu
pertumbuhan tanaman ditentukan oleh komposisi medianya apakah bisa sesuai
dengan yang diinginkan setiap tanaman sehingga kembali pada teori Totpotensi
sel yang dikemukakan oleh Schwan dan Schelden, yakni setiap sel tumbuhan atau
bagian kecil tanaman dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh asal
dikondisikan pada lingkungan yang sesuai.
Proposal Magang Guru Page 49
Kultur Jaringan 2013
IV. RENCANA TINDAK LANJUT
Sebagai tindak lanjut pasca magang adalah :
1. Pembuatan laporan hasil magang.
2. Pembuatan modul kultur jaringan tanaman
3. Melakukan praktik pembelajaran pada siswa-siswi program studi Tanaman
Pangan dan Hortikultura di SMK PP Negeri Sumedang
4. Membuat Laboratorium Kultur Jaringan yang sederhana dalam menunjang
proses pembelajaran Pembibitan Tanaman
Proposal Magang Guru Page 50
Kultur Jaringan 2013
V. PENUTUP
Kegiatan praktik kerja magang bagi guru SMK PP Negeri Sumedang akan
menghasilkan guru yang lebih professional dalam bidang tugasnya serta mendapat
pengalaman baru yang akan sangat bermanfaat dalam menjabarkan program
pengajaran, khususnya bidang teknis pertanian untuk menghasilkan lulusan yang
berkualitas sehingga mampu menghadapi persaingan di dunia industri..
Proposal Magang Guru Page 51