Upload
reihan-fahrezi-bukhari
View
73
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan
Citation preview
Album
Senin, 24 Desember 2012
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sejarah ilmu mikrobiologi adalah pada saat pertama kalinya diungkapkan penemuan
animalcules yang ditemukannya mikroskop oleh Antony Van Leeuwenhoek (1632-1723)
yaitu adalah sebuah alat yang memiliki kemampuan melihat benda-benda atau mekhluk hidup
yang berukuran sangat kecil dan tidak bias dilihat oleh mata telanjang, dengan melakukan
pengamatan tentang struktur mikroskopis biji, jaringan tumbuhan dan invertebrata kecil.
Penemuan yang terbesarnya adalah saat Leeuwenhoek mengungkapkan bahwa diketahui
adanyai dunia mikroba yang disebut “animalcules” atau hewan kecil (protozoa, algae,
khamir, bakteri).
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang mikroba meliputi bakteri,
khamir, jamur benang, ganggang biru, protozoa, virus, mikoplasma, pleuropneumonia (PPO),
yang menyerupai pleuropneumonia (pleuropneumonia Like Organism = PPLO).
Mikrobiologi yang diketahui banyak orang memiliki dua arti yaitu sebagai ilmu dasar dan
ilmu aplikasi. Sebagai ilmu dasar yaitu sebagai alat penelitian, mempelajari proses hidup (sel
mikroba memiliki kesamaan karakter biokimia dengan multisel). Sebagai ilmu aplikasi yaitu
berperanan pada bidang kedokteran, pertanian dan industri.
Mikroba / mikroorganisme / jasad renik adalah jasad hidup yang ukurannya sangat
kecil, hanya dapat dilihat dengan alat pembesar atau mikroskop yaitu ukuran mikroba adalah
1 mikron atau 0,001 mm. Dalam pembelajaran mikrobiologi pertanian kita mempelajari
mengenai mikroba, pengenalan bentuk dan jenis-jenisnyadan lain-lain dan juga yang paling
terpenting yaitu perananya dalam bidang pertanian baik yang menguntungkan dan
merugikan. Dari sanalah kita dapat mengetahui jenis mikroba apa yang bermanfaat dan dapat
kita berdayakan untuk pemanfaatan dibidang pertanian dewasa ini.
Flora mikroba di lingkungan mana saja pada umumnya terdapat dalam populasi
campuran. Boleh di katakana amat jarang mikroba di jumpai sebagai suatu spesies tunggal di
alam. Semua metode mikrobiologi yang di gunakan untuk menelaah dan mengidentifikasi
mikroorganisme, termasuk penelaah ciri ciri kultural, morfologis, fisiologis, maupun
serologis, memerlukan suatu populasi yang terdiri dari satu macam mikroorganisme saja. Dan
untuk pengenalan alat dan sterilisasi merupakan hal mendasar yang harus kita ketahui dan
kuasai karena penting dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan mikrobiologi
selanjutnya.Sterilisasi adalah membebaskan bahan dari semua mikroba.Sedangkan sterilisasi
komersil (commercial sterilization) adalah bertujuan untuk membunuh bakteri yang
merugikan dan tidak diinginkan (bakteri patogen).Sterilisasi adalah istilah mutlak yang
artinya mematikan semua bentuk kehidupan pada suatu daerah.Sehingga dalam sterilisasi
nanti alat-alat tidak terkontaminasi dengan pihak luar.
1.2.Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar kita semua dapat mengetahui dan menjelaskan
tentang ruang lingkup mikrobiologi termasuk didalamnya apa-apa saja yang dipelajari dalam
praktikum ini. Mahasiswa juga diharapkan untuk dapat menjelaskan sejarah dan peranan
mikroorganisme dalam kehidupansehari-hari dan yang paling utamanya dalam bidang
pertanian. Praktikan juga diajarkan agar nantinya dapat menjelaskan pengelompokkan
terhadap mikroorganisme yang telah kita ketahui.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bakteri
Bakteri merupakan sel prokariotik dan mempunyai berbagai bentuk yang sebagian
m.mm dan panjang 5mbesar berbentuk batang dengan lebar kurang dari 1 DNA diselubungi
oleh satu membran inti, terdapat organela mitokondria dan protoplas. Daerah inti berupa
anyaman benang halus yang langsung berbatasan dengan sitoplasma berisi ribosom.Bakteri
berkembang biak dengan membelah diri (Repley,2005).
Bakteri adalah organisme bersel tunggal terkecil, beberapa di antaranya hanya
memiliki diameter 0,4 mm. Sel berisi massa sitoplasma dan beberapa bahan inti (dia tidak
memilki inti sel yang jelas). Sel dibungkus oleh dinding sel dan pada beberapa jenis bakteri
dinding sel ini dikelilingi oleh lapisan lendir atau kapsula. Kapsula terdiri atas campuran
polipeptida dan polisakarida (Repley,2005).
Berdasarkan bentuk morfologisnya, maka bakteri tiu dapat dibagi atas ti
golongan,yaitu golongan basil, golongan kokus, dan golongan spiral. Basil (bacillus)
berbentuk serupa dengan tongkat pendek, silindris. Sebagian besar dari bakteri itu merupakan
basil. Basil dapat bergandeng-gandengan panjang, bergandengan dua-dua, atau terlepas satu
sama lain. Yang bergandeng-gandengan panjang disebut streptobasil, yang dua-dua disebut
diplobasil. Ujung-ujung basil yang terlepas satu sama lain itu tumpul, sedang ujung-ujung
yang masih bergandengan itu tajam. Kokus (coccus) adalah bakteri yang bentuknya serupa
bola-bola kecil. Golongan ini tidak sebanyak golongan basil. Kokus ada yang bergandeng-
gandengan panjang serupa tali leher, ini disebiut streptokokus, ada yang bergandengan dua-
dua, ini disebut tetrakokus, kokus yang mengelompok merupakan suatu untaian disebut
stafilokokus, sedang kokus yang mengelompok serupa kokus disebut sarcina. Spiril (dari
spirilum) ialah bakteri yang bengkok atau berbengkok-bengkok serupa spiral. Bakteri yang
berbentuk spiral itu tidak banyak. Golongan ini merupakan golongan yang paling kecil,
jika dibandingkan dengan golongan kokus maupun golongan basil. (Waluyo,2005).
Suatu bahan makanan apabila dibiarkan pada keadaan yang memungkinkan
pertumbuhan bakteri, susu mentah misalnya dengan mutu kesehatan yanag baik akan
memungkinkan memberikan rasa asam yang khas. Perubahan ini disebabkan oleh
Streptococcus lactis dan spesies-spesies Lactobacillus tertentu. Perubahan utama yang terjadi
adalah fermentasi laktosa menjadi asam laktat. Bakteri dalam susu digolongkan berdasarkan
suhu pertumbuhan dan ketahanannya terhadap panas. Pertimbangan ini amat praktis karena
suhu rendah digunakan untuk mencegah atau menghambat pertumbuhan mikrobia yang
merusak susu dan suhu tinggi (pasteurisasi) untuk mengurngi populasi mikrobia,
memusnahkan pathogen dan secara umum memperbaiki mutu susu. Berdasarkan pada
persyaratan suhu, tipe bakteri yang diujmpai dalam susu ialah psikofilik, mesofilik,
termofilik, dan thermodurik karena beberapa bakteri psikofilik tertentu tumbuh pada suhu
sedikit di atas suhu beku dan beberapa bakteri thermofilik tumbuh di atas suhu 65 oC
(Waluyo,2005).
Bakteri Endofit
Bakteri endofit adalah mikroba yang hidup di dalam jaringan membentuk koloni
dalam jaringan tanaman tanpa membahayakan inangnya. Setiap tanaman tingkat tinggi dapat
mengandung beberapa bakteri endofit yang mampu menghasilkan senyawa biologi atau
metabolit sekunder yang diduga sebagai akibat koevolusi atau transfergenetik dari tanaman
inangnya ke mikroba endofit (Tan & Zhou, 2001 dalam Radji, 2004).Tipe asosiasi biologis
antara mikroba endofit dengan tanaman inang bervariasi dari netral, komensalisme sampai
simbiosis.Pada situasi ini tanaman merupakan sumber makanan bagi mikroba endofit dalam
melengkapi siklus hidupnya (Volk and Wheeler,1993).
Bakteri endofit dapat diisolasi dari permukaan jaringan tanaman yang steril atau
diekstraksi dari jaringan tanaman bagian dalam.Secara khusus, bakteri masuk ke jaringan
melalui jaringan yang berkecambah, akar, stomata, maupun jaringan yang rusak (Zinniel et
al., 2002).Bakteri endofit maupun rizobakteri lainnya merupakan bagian dari mikroflora
alamiah dari tanaman yang sehat di lapangan. Bakteri ini dapat dikatakan sebagai kontributor
penting bagi kesehatan tanaman (Kloepper et al., 1999 dalam Aini & Abadi, 2004). Menurut
Hallman et al., (1999) dalam Aini & Abadi (2004), telah diketahui pula bahwa bakteri endofit
berperan dalam kesehatan tanaman dalam hal: (1) antagonisme langsung atau penguasaan
relung atas patogen, (2) menginduksi ketahanan sistemik dan (3) meningkatkan toleransi
tanaman terhadap tekanan lingkungan. Karena sifat-sifat tersebut bakteri endofit telah
terbukti dapat dimanfaatkan sebagai pengendali hayati penyakit tanaman bahkan dapat
mengurangi serangan hama tanaman (Volk and Wheeler,1993).
Bakteri Penambat Nitrogen
Kebutuhan bakteri terhadap unsur N dapat di pengaruhi oleh sumber N yang terdapat
dalam berbagai senyawa organik maupun dari N udara. Peranan nitrogen secara biologis oleh
sejumlah spesies bakteri endofit diazotrof memiliki keunggulan di bandingkan rhizosfer,
karena keberadaanya di dalam jaringan interseluler tanaman yang tidak mudah hilang,
sementara hara nitrogen yang berada di alam sangat bersifat labil, mudah tercuci air dan
erosi, dan mudah nguap ke udara.Selain itu sejumlah bakteri endofit juga mampu
menghasilkan asam indol asetat (AIA) yang merupakan fitohormon golongan auksin yang
berperan dalam memperpanjang sel dan organ (Suriawirnia,1995).
Beragam jenis bakteri bertanggung jawab pada penambatan N hayati, mulai dari
Sianobakter dan bakteri fotosintetik pada air tergenang dan permukaan tanah sampai pada
bakteri heterotrofik dalam tanah dan zona akar (Suriawirnia,1995).
Bakteri mampu melakukan penambatan nitrogen udara maupun simbiosis. Secara
umum, fiksasi nitrogen biologis sebagai bagian dari input nitrogen untuk mendukung
pertumbuhan tanaman telah menurun akibat intensifikasi pemupukan anorganik (Hindersah
dan Simarmata, 2004).Unsur nitrogen termasuk unsur utama dan merupakan faktor pembatas
dalam pertumbuhan, sehingga merupakan kunci keberhasilan pertumbuhan tanaman
(Suriawirnia,2005).
Bakteri penambat N di daerah perakaran dan bagian jaringan tanaman padi, yaitu
Pseudomonas spp., Enterobacteriaceae, Bacillus, Azotobacter, Azospirillum dan
Herbaspirillum telah terbukti secara nyata menambat N. Bakteri penambat N pada rizosfer
tanaman gramineae, seperti Azotobacterpaspali dan Beijirinckia spp. merupakan kelompok
bakteri aerobik yang mengkolonisasi permukaan akar .Azotobacter merupakan bakteri
penambatan yang mampu menghasilkan substansi zat pemacu tumbuh giberelin, sitokinin dan
asam indol asetat, sehingga pemanfaatannya dapat memacu pertumbuhan akar
(Suriawirnia,2005).
Populasi Azotobacter dalam tanah dipengaruhi oleh pemupukan dan jenis tanaman.
Kelompok prokariot fotosintetik terbesar dan menyebar secara luas yaitu Sianobacter
(Albecrt, 1998) kemampuannya menambat N2 mempunyai implikasi untuk meningkatkan
kesuburan ekosistem tanah.Pertumbuhan Sianobaktermeningkatkan pertumbuhan agregat
sehingga mempengaruhi filtrasi, aerasi dan suhu tanah. Keberadaan Sianobakterterhadap
kebutuhan N tanaman ditentukan oleh besarnya biomasa, masa antar dua musim tanaman,
laju penambatan N, dan besarnya N tanah yang tersedia bagi tanaman.Potensi N yang
disumbangkan oleh bakteri penambat nitrogen yang hidup bebas tidak terlalu tinggi, karena
nitrogen yang berhasil ditambat berada diluar jaringan tanaman, sehingga sebagian hilang
sebelum di serap oleh tanaman (Suriawirnia,2005).
Biofertilizer
Biofertilizer didefinisikan sebagai produk yang mengandung mikroba hidup atau sel
mikroba yang tersembunyi yang mengaktifkan proses biologis untuk membuat pupuk atau
membentuk unsur yang tidak tersedia menjadi tersedia bagi tanaman. Aktifitas mikroba ini
mempengaruhi ekosistem tanah dan menghasilkan zat tambahan buat tanaman. Kemampuan
tanah untuk menyediakan unsur hara bagi tanaman merupakan masalah yang sering dialami
pertanaman kelapa sawit, termasuk pada pertanaman yang belum di hasilkan. Keterbatasan
seperti ini akan menjadi faktor pembatas terhadap ketersediaan unsur hara yang dapat di
manfaatkan oleh tanaman seperti nitrogen. Keterbatasan oleh tanaman dapat menyebabkan
sistem pemupukan yang dilakukan tidak efektif (Lay,1992).
Bagaimanapun, spesies dan kuantitas unsur hara tanaman bervariasi tergantung pada
sumber daya dan bahan-bahan mentah yang digunakan untuk memproduksi pupuk. Mikroba
tersebut dan sumber nutrien diperoleh dari bahan baku yang digunakan untuk meningkatkan
kesehatan dan unsur hara tanah. Ada macam-macam jenis biofertilizer yang tersedia
tergantung bahan baku yang digunakan, bentuk-bentuk pemanfaatan dan sumber mikroba
(Lay,1992).
Dalam lingkup terminologi ini, biofertilizer meliputi perumusan mikroba pengikat
nitrogen, mikroba pelarut fosfat dan mikroba selulolitik (Lay,1992).
2.2 Jamur
Secara morfologis jamur dapat ditentukan dengan melihat bentuk srukturnya
menggunakan mikroskop, dengan demikian identifikasi dan klsifikasi dapat ditentukan,
secara fisual jamur dilihat seperti kapas atau benang berwarna, atau tidak berwarna, yang
disebabkan karena adanya miselia dan spora. Miselia terbentuk dengan adanya hifa, baik
yang bersepta atau yang tidak bersepta. Jamur terbagi menjadi beberapa familia antara lain
Moniliaceae (Aspergillus, Phenicillium, Trichothecium, Geotrichum, Monilia, Sporatrichum,
Botrytis, Cephalosporium, Trichoderma, Schopulariopsis), Dematiaceae (Cladosporium,
Helminthosporium, Alternaria, Stemphylium) dan Tuberculariaceaea (Fusarium)
(Kusnadi,2003).
Sifat kultural dari jamur dapat dilihat dengan kenampakan pertumbuhannya pada
makanan. Pada permukaan bahan makanan tampak kering, membentuk massa serbuk,
kadang-kadang halus dan lunak atau kelihatan basah dan berair. Warna miselia hijau biru,
biru kehijauan, kuning, orange, merah muda, coklat, abu-abu, dan hitam (Kusnasi,2003).
Adapun jamur yang penting dalam pembicaraan mikrobiologi adalah klas
Phicomycetes, klas Ascomycetes dan klas Deuteromycetes. Perbedaan yang penting dari klas
Phicomycetes dan klas Ascomycetes adalah bahwa miselium Phicomycetes itu serupa tabung
panjang yang tidak terbagi-bagi, sedang miselium Ascomycetes serupa tabung panjang yang
bersekat-sekat. Miselium dapat bercabang-cabang, satu helai cabang disebut hifa.
(Kusnadi,2003).
Klasifikasi cendawan terutama didasarkan pada ciri-ciri spora seksual dan tubuh buah
yang ada selama tahap-tahap seksual. Cendawan mampu memanfaatkan berbagai macam
bahan untuk gizinya, sekalipun demikian mereka itu heterotrof. Berbeda dengan bakteri,
mereka tidak dapat menggunakan senyawa karbon anorganik, seperti misalnya
karbondioksida. Karbon berasal dari sumber organik, misalnya glukosa. Beberapa spesies
dapat menggunakan nitrogen, itulah sebabnya mengapa medium biakan untuk cendawan
biasanya berisiskan pepton, suatu produk protein yang terhidrolisis (Kusnadi,2003).
Septa atau dinding pemisah .jamur tak bersepta adalah jamur yamg tidak memiliki
dinding inti pemisah atau septa. Hifanya merupakan tabung memanjang berisi inti yang
banyak dan terdispersi ke seluruh sitoplasma, oleh karenanya diberi nama multiseluler. Jamur
bersepta, jamur ini memiliki septa yang membagi hifa menjadi sel yang terpisah, masing-
masing berisi sel inti (Hadioetomo,1993).
Jamur Rhizopus oryzae merupakan jamur yang sering digunakan dalam pembuatan
tempe. Jamur Rhizopus oryzae aman dikonsumsi karena tidak menghasilkan toksin dan
mampu menghasilkan asam laktat. Jamur Rhizopus oryzae mempunyai kemampuan mengurai
lemak kompleks menjadi trigliserida dan asam amino. Selain itu jamur Rhizopus oryzae
mampu menghasilkan protease. Jamur Rhizopos ini biasanya tumbuh pada tempe atau oncom
sebagai parasit, bentuknya berwarna putih, tidak mempunyai sekat-sekat, jika tua akan
berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan (Hadioetomo,1993).
Jamur (fungi) banyak kita temukan di lingkungan sekitar kita. Jamur tumbuh subur
terutama di musim hujan karena jamur menyukai habitat yang lembab. Akan tetapi, jamur
juga dapat ditemukan hampir di semua tempat di mana ada materi organik. Jika lingkungan di
sekitarnya mengering, jamur akan menjalani tahapan istirahat atau meghasilkan spora.
Cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang jamur disebut mikologi. Kebanyakkan jamur
termasuk dalam kelompok kapang. Tubuh vegetatif kapang berbentuk filamen panjang
bercabang yang seperti benang, yang disebut hifa. Hifa akan memanjang dan menyerap
makanan dari permukaan substrat (tempat hidup jamur). Hifa-hifa membentuk jaring-jaring
benang kusut, disebut miselium. (Hadioetomo,1993).
Deskripsi Jamur
Istilah jamur berasal dari bahasa Yunani, yaitu fungus (mushroom) yang berarti
tumbuh dengan subur. Istilah ini selanjutnya ditujukan kepada jamur yang memiliki tubuh
buah serta tumbuh atau muncul di atas tanah atau pepohonan (Hadioetomo,1993).
Organisme yang disebut jamur bersifat heterotrof, dinding sel spora mengandung
kitin, tidak berplastid, tidak berfotosintesis, tidak bersifat fagotrof, umumnya memiliki hifa
yang berdinding yang dapat berinti banyak (multinukleat), atau berinti tunggal
(mononukleat), dan memperoleh nutrien dengan cara absorpsi (Kusnadi,2003).
Jamur mempunyai dua karakter yang sangat mirip dengan tumbuhan yaitu dinding sel
yang sedikit keras dan organ reproduksi yang disebut spora. Dinding sel jamur terdiri atas
selulosa dan kitin sebagai komponen yang dominan. Kitin adalah polimer dari gugus amino
yang lebih memiliki karakteristik seperti tubuh serangga daripada tubuh tumbuhan. Spora
jamur terutama spora yang diproduksi secara seksual berbeda dari spora tumbuhan tinggi
secara penampakan (bentuk) dan metode produksinya (Kusnadi,2003).
Banyak jamur yang sudah dikenal peranannya, yaitu jamur yang tumbuh di roti, buah,
keju, ragi dalam pembuatan bir, dan yang merusak tekstil yang lembab, serta beberapa jenis
cendawan yang dibudidayakan. Beberapa jenis memproduksi antibiotik yang digunakan
dalam terapi melawan berbagai infeksi bakteri (Hadioetomo,1993).
Diantara semua organisme, jamur adalah organisme yang paling banyak
menghasilkan enzim yang bersifat degradatif yang menyerang secara langsung seluruh
material oganik. Adanya enzim yang bersifat degradatif ini menjadikan jamur bagian yang
sangat penting dalam mendaur ulang sampah-sampah alam, dan sebagai dekomposer dalam
siklus biogeokimia (Hadioetomo,1993).
Semua unsur kimia di alam akan beredar melalui jalur tertentu dari lingkungan ke
organisme atau makhluk hidup dan kembali lagi ke lingkungan. Semua bahan kimia dapat
beredar berulang-ulang melewati ekosistem secara tak terbatas. Jika suatu organisme itu mati,
maka bahan organik yang terdapat pada tubuh organisme tersebut akan dirombak menjadi
komponen abiotik dan dikembalikan lagi ke dalam lingkungan. Peredaran bahan abiotik dari
lingkungan melalui komponen biotik dan kembali lagi ke lingkungan dikenal sebagai siklus
biogeokimia (Kusnadi,2003).
Tubuh buah suatu jenis jamur dapat berbeda dengan jenis jamur lainnya yang
ditunjukkan dengan adanya perbedaan tudung (pileus), tangkai (stipe), dan lamella (gills)
serta cawan (volva). Adanya perbedaan ukuran, warna, serta bentuk dari pileus dan stipe
merupakan ciri penting dalam melakukan identifikasi suatu jenis jamur (Kusnadi,2003).
Menurut Kusnadi (2003), beberapa karakteristik umum dari jamur yaitu: jamur
merupakan organisme yang tidak memiliki klorofil sehingga cara hidupnya sebagai parasit
atau saprofit. Tubuh terdiri dari benang yang bercabang-cabang disebut hifa, kumpulan hifa
disebut miselium, berkembang biak secara aseksual dan seksual.
Secara alamiah jamur dapat berkembang biak dengan dua cara, yaitu secara aseksual
dan seksual. Reproduksi secara aseksual dapat terjadi dengan beberapa cara yaitu dengan
fragmentasi miselium, pembelahan (fission) dari sel-sel somatik menjadi sel-sel anakan.
Tunas (budding) dari sel-sel somatik atau spora, tiap tunas membentuk individu baru,
pembentukan spora aseksual, tiap spora akan berkecambah membentuk hifa yang selanjutnya
berkembang menjadi miselium (Kusnadi,2003).
Reproduksi secara seksual melibatkan peleburan dua inti sel yang kompatibel. Proses
reproduksi secara seksual terdiri dari tiga fase yaitu plasmogami, kariogami dan meiosis.
Plasmogami merupakan proses penyatuan antara dua protoplasma yang segera diikuti oleh
proses kariogami (persatuan antara dua inti). Fase meiosis menempati fase terakhir sebelum
terbentuk spora. Pada fase tersebut dihasilkan masing-masing sel dengan kromosom yang
bersifat haploid (Kusnadi,2003).
Klasifikasi Jamur
Mc-Kane (1996) mengatakan setiap jamur tercakup di dalam salah satu dari kategori
taksonomi, dibedakan atas dasar tipe spora, morfologi hifa dan siklus seksualnya. Kelompok-
kelompok ini adalah : Oomycetes, Zygomycetes, Ascomycetes, Basidiomycetes dan
Deuteromycetes. Terkecuali untuk deuteromycetes, semua jamur menghasilkan spora seksual
yang spesifik. (Kusnadi,2003).
2.3 Virus
Ilmu tentang Virus disebut Virologi. Virus (bahasa latin) = racun. Hampir semua virus
dapat menimbulkan penyakit pada organisme lain. Saat ini virus adalah mahluk yang
berukuran paling kecil. Virus hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron dan lolos dari
saringan bakteri (bakteri filter). (Carter,2007)
D. Iwanowsky (1892) dan M. Beyerinck (1899) adalah ilmuwan yang menemukan
virus, sewaktu keduanya meneliti penyakit mozaik daun tembakau. Kemudian W.M. Stanley
(1935) seorang ilmuwan Amerika berhasil mengkristalkan virus penyebab penyakit mozaik
daun tembakau (virus TVM). (Carter,2007).
Tubuhnya masih belum dapat disebut sebagai sel, hanya tersusun dari selubung
protein di bagian luar dan asam nukleat (ARN & ADN) di bagian dalamnya. Berdasarkan
asam nukleat yang terdapat pada virus, kita mengenal virus ADN dan virus ARN. Virus
hanya dapat berkembang biak (bereplikasi) pada medium yang hidup (embrio, jaringan
hewan, jaringan tumbuhan). Bahan-bahan yang diperlukan untuk membentuk bagian tubuh
virus baru, berasal dari sitoplasma sel yang diinfeksi. (Carter,2007).
Cara pencegahan penyakit karena virus dilakukan dengan tindakan vaksinasi. Vaksin
pertama yang ditemukan oleh manusia adalah vaksin cacar, ditemukan oleh Edward Jenner
(1789), sedangkan vaksinasi oral ditemukan oleh Jonas Salk (1952) dalam menanggulangi
penyebab polio. Manusia secara alamiah dapat membuat zat anti virus di dalam tubuhnya,
yang disebut Interferon, meskipun demikian manusia masih dapat sakit karena infeksi virus,
karena kecepatan replikasi virus tidak dapat diimbangi oleh kecepatan sintesis interferon.
(Nermut,1987).
Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-
sel eukariota (organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara
istilah bakteriofage atau fagedigunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis
sel prokariota (bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel). (Carter,2007)
Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia tidak dapat
menjalankan fungsi biologisnya secara bebas jika tidak berada dalam sel inang. Karena
karakteristik khasnya ini virus selalu terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada manusia
(misalnya virus influenzadan HIV), hewan (misalnya virus flu burung), atau tanaman
(misalnya virus mosaik tembakau/TMV). (Carter,2007).
Virus adalah organisme subselular yang karena ukurannya sangat kecil, hanya dapat
dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron. Ukurannya lebih kecil
daripada bakteri sehingga virus tidak dapat disaring dengan penyaring bakteri. Virus terkecil
berdiameter hanya 20 nm (lebih kecil daripada ribosom), sedangkan virus terbesar sekalipun
sukar dilihat dengan mikroskop cahaya. (Cheville,1994).
Genom virus dapat berupa DNA ataupun RNA.[10] Genom virus dapat terdiri dari
DNA untai ganda, DNA untai tunggal, RNA untai ganda, atau RNA untai tunggal.[10] Selain
itu, asam nukleat genom virus dapat berbentuk linear tunggal atau sirkuler.[10] Jumlah gen
virus bervariasi dari empat untuk yang terkecil sampai dengan beberapa ratus untuk yang
terbesar.[10][9] Bahan genetik kebanyakan virus hewan dan manusia berupa DNA, dan pada
virus tumbuhan kebanyakan adalah RNA yang beruntai tunggal. (Cheville,1994).
Untuk virus berbentuk heliks, protein kapsid (biasanya disebut protein nukleokapsid)
terikat langsung dengan genom virus.[11] Misalnya, pada virus campak, setiap protein
nukleokapsid terhubung dengan enam basa RNA membentuk heliks sepanjang sekitar 1,3
mikrometer.[11] Komposisi kompleks protein dan asam nukleat ini disebut nukleokapsid.[11] Pada virus campak, nukleokapsid ini diselubungi oleh lapisan lipid yang didapatkan dari
sel inang, dan glikoprotein yang disandikan oleh virus melekat pada selubung lipid tersebut.[11] Bagian-bagian ini berfungsi dalam pengikatan pada dan pemasukan ke sel inang pada awal
infeksi. (Nermut,1987).
Kapsid virus sferik menyelubungi genom virus secara keseluruhan dan tidak terlalu
berikatan dengan asam nukleat seperti virus heliks.[12] Struktur ini bisa bervariasi dari ukuran
20 nanometer hingga 400 nanometer dan terdiri atas protein virus yang tersusun dalam
bentuk simetri ikosahedral.[12] Jumlah protein yang dibutuhkan untuk membentuk kapsid virus
sferik ditentukan dengan koefisien T, yaitu sekitar 60t protein.[12] Sebagai contoh,
virus hepatitis B memiliki angka T=4, butuh 240 protein untuk membentuk kapsid.[12] Seperti
virus bentuk heliks, kapsid sebagian jenis virus sferik dapat diselubungi lapisan lipid, namun
biasanya protein kapsid sendiri langsung terlibat dalam penginfeksian sel. (Nermut,1987).
Beberapa jenis virus memiliki unsur tambahan yang membantunya menginfeksi
inang.Virus pada hewan memiliki selubung virus, yaitu membran menyelubungi kapsid.[13] Selubung ini mengandung fosfolipid dan protein dari sel inang, tetapi juga mengandung
protein dan glikoprotein yang berasal dari virus.[13] Selain protein selubung dan protein
kapsid, virus juga membawa beberapa molekul enzim di dalam kapsidnya. Ada pula beberapa
jenis bakteriofag yang memiliki ekor protein yang melekat pada "kepala" kapsid. Serabut-
serabut ekor tersebut digunakan oleh fag untuk menempel pada suatu bakteri. [14] Partikel
lengkap virus disebut virion. Virion berfungsi sebagai alat transportasi gen, sedangkan
komponen selubung dan kapsid bertanggung jawab dalam mekanisme penginfeksian sel
inang. (Nermut,1987).
2.4 Nematode
Nematoda berasal dari bahasa Yunani, Nema artinya benang. Nematoda adalah cacing
yang bentuknya panjang, silindrik, tidak bersegmen dan tubuhnya bilateral simetrik, panjang
cacing ini mulai dari 2 mm sampai 1 m. Nematoda yang ditemukan pada manusia terdapat
dalam organ usus, jaringan dan sistem peredaran darah, keberadaan cacing ini menimbulkan
manifestasi klinik yang berbeda-beda tergantung pada spesiesnya dan organ yang dihinggapi.
Menurut tempat hidupnya Nematoda pada manusia digolongkan menjadi dua yaitu Nematoda
Usus dan Nematoda Jaringan/Darah. Spesies Nematoda Usus banyak, tetapi yang ditularkan
melalui tanah ada tiga yaitu: Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura dan cacing tambang
(Onggowaluyo, 2001).
Cara penularan (transmisi) Nematoda dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung.
Mekanisme penularan berkaitan erat dengan hygiene dan sanitasi lingkungan yang buruk.
Penularan dapat terjadi dengan: menelan telur infektif (telur berisi embrio), larva (filariorm)
menembus kulit, memakan larva dalam kista, dan perantaraan hewan vektor. Dewasa ini cara
penularan Nematoda yang paling banyak adalah melalui aspek Soil Trasmitted Helminth
yaitu penularan melalui media tanah (Onggowaluyo, 2001).
Penyebab Cacingan
Di Indonesia masih banyak anggota masyarakat yang terjangkit penyakit cacingan, hal
ini disebabkan karena kebersihan personal yang sangat kurang, serta sanitasi lingkungan yang
masih buruk. Pengalaman membuktikan bahwa masyarakat yang sedang berkembang sangat
sulit untuk mengembangkan sanitasi lingkungan yang baik terutama di dalam masyarakat
yang mempunyai keadaan sosial-ekonomi rendah, dengan keadaan seperti: rumah-rumah
berhimpitan di daerah kumuh (slum area) di kota-kota besar yang mempunyai sanitasi
lingkungan buruk, khususnya tempat anak-anak balita tumbuh. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian (Ayu, 2002). di mana ditemukan 83,8% prevalensi infeksi cacing pada pemulung
anak.`Di daerah pedesaan anak berdefekasi dekat rumah dan orang dewasa berdefekasi di
pinggir kali, di ladang dan perkebunan tempat bekerja. (Ayu,2002).
Menurut Harian Sriwijaya Post (10 Januari 2003) penduduk Palembang yang
berdomisili di daerah pinggiran kali terancam terinfeksi cacingan, di mana di tepian kali
tersebut masih banyak terdapat jamban .helikopter. yaitu jamban yang terbuat dari kayu,
bertiang dan terletak di tepi kali, posisi jamban ini menjorok ke sungai di mana kotoran yang
dibuang melalui jamban ini akan hanyut dan ketika air surut otomatis tinja tertinggal dan
merupakan sumber penularan cacingan. Penggunaan tinja yang mengandung telur untuk
pupuk di kebun sayuran juga merupakan sumber penularan telur cacing. Hasil penelitian
Tjitra (2005) terdapat telur cacing Ascaris lumbricoides (6,16%) dan telur cacing tambang
(36%) pada jenis sayuran terutama kol dan selada, dan juga terdapat telur Nematoda usus
36,8% pada air dan lumpur yang digunakan untuk menyiram dan menanam sayuran di
Bandung. Pengolahan tanah pertanian/perkebunan dan pertambangan yang memakai tangan
dan kaki telanjang atau tidak ada pelindung juga merupakan sumber penularan. Data hasil
penelitian (Onggowaluyo,2001) mengemukakan bahwa 80% infeksi kecacingan terjadi
karena kontak dengan tanah melalui kuku yang kotor, makan menggunakan tangan dan sering
lupa mencuci tangan sebelum makan yang semuanya merupakan potensi tertelannya telur
cacing (yang akan menetas di dalam tubuh manusia). (Onggowaluyo,2001)
Gejala Cacingan
Kebanyakan penderita cacingan tidak sadar kalau sedang mengidap penyakit cacingan.
Mereka tidak tahu kalau di perutnya ada cacing. Gejala cacingan muncul jika hospes yang
ditumpangi Nematoda Usus sudah kekurangan gizi karena sebagian makanan dimakan
Nematoda Usus. Semakin banyak Nematoda Usus semakin banyak makanan yang diambil
(Onggowaluyo,2001).
Gejala kurang gizi dapat beragam yaitu: berat badan turun, wajah pucat, kulit dan
rambut kering, keadaan tubuh lemah, lesu, dan mudah sakit, mungkin selera makan kurang,
kulit telapak tangan tidak merah, mudah lelah, kurang darah dan mungkin jantung berdebar-
debar, sesak nafas dan sering pening. Gejala kurang gizi sendiri sering diabaikan dan gejala
tersebut tidak mendorong penderita untuk berobat. Penderita tidak merasa ada keluhan untuk
berobat, akibatnya banyak penderita cacingan yang sudah lama mengidap cacingan yang
menahun (Ayu,2002).
Soil Trasmitted Helminth adalah cacing golongan Nematoda yang memerlukan tanah
untuk perkembangannya. Di Indonesia golongan cacing ini yang penting menyebabkan
masalah kesehatan masyarakat adalah: Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura dan cacing
tambang (Ayu,2002).
Telur yang infektif bila tertelan manusia menetas menjadi larva di usus halus. Larva
menembus di dinding usus halus menuju pembuluh darah atau saluran limfe kemudian
terbawa oleh darah sampai ke jantung menuju paru-paru. Larva di paru-paru menembus
dinding alveolus masuk ke rongga alveolus dan naik ke trakea, dari trakea larva menuju
faring dan menimbulkan iritasi yang menyebabkan penderita akan batuk karena adanya
rangsangan dari larva ini. Larva di faring tertelan dan terbawa ke esofagus, terakhir sampai di
usus halus dan menjadi dewasa. Proses mulai dari telur sampai menjadi cacing dewasa
membutuhkan waktu kurang lebih 2 bulan (Onggowaluyo, 2001).
Cairan tubuh cacing dewasa dapat menimbulkan reaksi toksik sehingga terjadi gejala
mirip demam tifoid yang disertai alergi seperti urtikaria, udema di wajah, konjungtivitas, dan
iritasi pada alat pernafasan bagian atas. Apabila jumlahnya banyak cacing dewasa dalam usus
dapat menimbulkan gangguan gizi, kadang-kadang cacing dewasa juga bermigrasi karena
adanya rangsangan, efek dari migrasi ini dapat menimbulkan obstruksi usus, kemudian
masuk ke dalam saluran empedu, saluran pankreas dan organ-organ lainnya. Migrasi sering
juga menyebabkan cacing dewasa keluar spontan melalui anus, mulut dan hidung
(Onggowaluyo, 2001).
Menurut Onggowaluyo (2001) setiap ekor cacing gelang yang ada di tubuh manusia
menghisap 0,04 gram karbohidrat setiap harinya dan bila jumlah cacing ini terlalu banyak
maka dapat menyumbat usus dan saluran empedu.
Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan telur dan cacing dewasa dalam tinja. Telur
cacing ini dapat ditemukan dengan mudah pada sediaan basah langsung atau sediaan basah
dari sedimen yang sudah dikonsentrasikan. Cacin dewasa dapat ditemukan dengan pemberian
antelmintik atau keluar dengan sendirinya melalui mulut karena muntah atau melalui anus
bersama tinja (Ayu,2002).
Karena penularan Ascariasis terutama tergantung dari kontaminasi tanah dengan tinja,
penggunaan sanitasi yang baik merupakan tindakan pencegahan yang terpenting. Belum ada
cara yang praktis untuk membunuh telur cacing yang terdapat di tanah liat dan lingkungan
yang sesuai (Ayu,2002).
Trichuris trichiura
a. Hospes dan Nama Penyakit
Hospes definitive cacing ini adalah manusia dan penyakit yang disebabkannya disebut
Trikuriasis.
b. Distribusi Geografis
Cacing ini tersebar luas di daerah beriklim tropis yang lembab dan panas, namun dapat juga
ditemukan di seluruh dunia (kosmopolit), termasuk di Indonesia (Hart, 1997).
c. Morfologi dan Daur Hidup
Cacing dewasa betina panjangnya 35 sampai 50 mm, sedangkan cacing dewasa jantan
penjangnya 30 sampai 45 mm. Telurnya berukuran 50 sampai 54 x 32 mikron. Bentuknya
seperti tempayan (tong) dan kedua ujungnya dilengkapi dengan tutup (operkulum) dari bahan
mucus yang jernih. Kulit luar telur berwarna kuning tengguli dan bagian dalam jernih. Telur
yang sudah dibuahi dalam waktu 3 sampai 6 minggu akan menjadi matang, manusia akan
terinfeksi cacing ini apabila menelan telur matang, di dalam usus halus telur ini akan menjadi
dewasa dan berkumpul di kolon terutama di daerah seklum. Proses dari telur sampai menjadi
cacing dewasa memerlukan waktu kurang lebih 1 sampai 3 bulan (Onggowaluyo,2001).
d. Aspek Klinis
Infeksi berat terjadi terutama pada anak-anak, cacing ini tersebar di seluruh kolon dan rektum,
cacing ini menyebabkan pendarahan di tempat perlekatannya dan dapat menimbulkan
anemia. Pada anak-anak infeksi terjadi menahun dan berat (hiperinfeksi), gejala-gejala yang
terjadi adalah diare yang disertai sindrom, anemia, prolapsus rektal dan berat badan menurun
(Onggowaluyo, 2001). Anemia ini terjadi karena penderita mengalami malnutrisi dan
kehilangan darah akibat cacing menghisap darah dan kolon yang rapuh.
e. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dengan menemukan telur dalam tinja atau menemukan cacing
dewasa pada penderita prolapsusrekti (pada anak).
f. Pencegahan
Infeksi yang disebabkan oleh Trichuris trichiura dapat dicegah dengan pengobatan,
pembuatan jamban yang sehat dan penyuluhan tentang hygiene dan sanitasi kepada
masyarakat (Onggowaluyo, 2001).
Cacing Tambang (Hookworm)
Terdapat dua spesies yaitu: Necator americanus (new world Hookworm) dan Ancylostoma
duodenale (old world Hookworm).
a. Hospes dan Nama Penyakit
Hospes definitive kedua cacing ini adalah manusia. Tempat hidupnya dalam usus
halus, terutama jejunum dan duodenum. Penyakit yang disebabkan disebut Nekatoriasis dan
Ankilostomiasis.
b. distribusi geografis
Kedua parasit ini tersebar di seluruh dunia (kosmopolit), penyebaran yang paling
banyak di daerah tropis dan sub tropis. Lingkungan yang paling cocok adalah habitat dengan
suhu kelembaban yang tinggi, terutama daerah perkebunan dan pertambangan
(Onggowaluyo, 2001).
c. Morfologi dan Daur Hidup
Ukuran cacing betina 9 . 13 mm dan cacing jantan 5 . 19 mm. Bentuk Necator
americanus seperti huruf S, mulut dilengkapi gigi kittin, dengan waktu 1 . 15 hari telur telah
menetas dan mengeluarkan larva rabditiform yang panjangnya kurang lebih 250 mikron.
Selanjutnya dalam waktu kirakira 3 hari, satu larva rabditiform berkembang menjadi larva
filariform (bentuk infektif) yang panjangnya kira-kira 500 mikron. Infeksi pada manusia
terjadi apabila larva filariform menembus kulit atau tertelan (Ayu,2002).
Daur hidup kedua cacing tambang ini dimulai dari larva filariform menembus kulit
manusia kemudian masuk ke kapiler darah dan berturut - turut menuju jantung kanan, paru-
paru, bronkus, trakea, laring dan terakhir dalam usus halus sampai menjadi dewasa
(Ayu,2002).
d. Aspek Klinis
Gejala permulaan yang timbul setelah larva menembus kulit adalah timbulnya rasa
gatal-gatal biasa. Apabila larva menembus kulit dalam jumlah yang banyak, rasa gatal-gatal
semakin hebat dan kemungkinan terjadi infeksi sekunder. Apabila larva mengadakan migrasi
ke paru maka dapat menyebabkan pneumonitis yang tingkat gejalanya tergantung pada
jumlah larva (Ayu,2002).
e. Pencegahan
Ayu (2002) mengemukakan hal-hal yang perlu dibiasakan agar terhindar dari penyakit
cacingan adalah sebagai berikut: membiasakan buang air besar di WC atau kakus dan
menjaga WC atau kakus tetap bersih, membiasakan mencuci tangan dengan air memakai
sabun setelah buang air besar, setelah bekerja dan sebelum makan. Data hasil penelitian
(Ayu, 2002) mengemukakan bahwa 80% infeksi kecacingan terjadi karena kontak dengan
tanah melalui kuku yang kotor, makan menggunakan tangan tanpa menggunakan sendok dan
sering lupa mencuci tangan sebelum makan yang semuanya merupakan potensi tertelannya
telur cacing (yang akan menetas di dalam tubuh manusia), pencegahan dapat dilakukan
dengan cara mencuci makanan, buah dan sayuran yang akan dimakan dengan memakai air
bersih, memakan daging yang dimasak dengan matang, memakai sepatu atau sandal, minum
air yang bersih, memberi pengobatan dengan obat antelmintik yang efektif, terutama
golongan rawan, memberi penyuluhan kepada masyarakat mengenai sanitasi lingkungan yang
baik dan cara menghindari infeksi cacing-cacing ini (Ayu,2002).
2.5 Protozoa
Protozoa adalah hewan-hewan bersel tunggal. Hewan-hewan itu mempunyai struktur
yang lebih mejemuk dari sel tunggal hewan multiseluler dan walaupun hanya terdiri dari satu
sel, namun protoza merupakan organisme sempurna. Karena sifat struktur yang demikian itu,
maka berbagai ahli dalam zoology menamakan protozoa itu aseluler tetapi keseluruhan
organisme dibungkus oleh satu plasma membran (Brotowijoyo, 1986. hal: 60).
Protozoa adalah mikroorganisme menyerupai hewan yang merupakan salah satu
phylum dari kingdom protista. Seluruh kegiatan hidupnya dilakukan oleh sel itu sendiri
dalam menggunakan organel-organel antara lain membran plasma, sitoplasma, dan
mitokondria (http://e-dukasi.net).
Protozoa adalah mikroorganisme menyerupai hewan yang merupakan salah satu filum
dari kingdom protista. Seluruh kegiatan hidupnya dilakukan oleh sel itu sendiri dengan
menggunakan organel-organel antara lain Membrane plasma,Sitoplasma,Mitikondria.
Protozoa berasal dari kata protos berarti pertama dan zoa = zoo berarti hewan, jadi protozoa
adalah binatang yang pertama kali ada (Soemiadji, 1986 hal: 32).
Diantara jenisnya ada yang hidup bebas di alam dan ada pula yang hidup sebagai
parasit pada hewan atau manusia. Jenis yang hidup bebas banyak terdapat di tempat yang
becek, genangan air dan kolam, tidak terbatas di air tawar tetapi juga di air asin (Soemiadji,
1986hal:32).
Filum protozoa merupakan hewan yang tubuhnya terdiri atas satu sel. Nama protozoa
berasal dari bahasa latin yang berarti “hewan yang pertama” (proto = awal, zoon = hewan ).
Hewan filum ini hidup di daerah yang lembab atau berair, misal : di air tawar, air laut, air
payau, dan tanah, bahkan di dalam tubuh orgnisme lain. Protozoa ada yang hidup bebas,
komensal maupun parasit pada hewan lain. Hewan ini ada yang secara individu (soliter) dan
ada pula yang membentuk koloni (Soemiadji,1986 hal: 20). Sampai sekarang hewan-hewan
yang termasuk dalam organisasi tingkat protoplasma ini, tergabung dalam Philum : Protozoa
(protos = pertama, awal : zoon = hewan). Sering juga disebut bahwa protozoa ini adalah
hewan unicellular, sedang parazoa atau Metazoa adalah multicelluler . hal ini didasarkan pada
kenyataan bahwa tubuh satu organisme protozoa dapat disamakan dengan 1 cel parazoa atau
metazoa. (Brotowijoyo,1986).
Paramecium caudatum adalah kelompok protozoa yang sering dijumpai di periran air
tawar, misalnya sawah, kolam dan air yang mengenang. Bentuknya menyerupai sandal,
bagian anterior tumpul dan yang posterior meruncing. Permukaan tubuhnya agak lentur
namun bentuk tubuhnya sudah tetap dan bagian ini disebut pellicle. Seluruh permukaan
tubuhnya ditumbuhi rambut getar yang disebut cillia, berfungsi sebagai alat gerak. Didaerah
pertengahan tubuhnya terdapat bentuk lekukan yang ujungnya diakhiri degan bentuk kantung,
ini disebut gulet. Bentuk kantung bila terlepas dari gulet akan menjadi vakuola makanan.
Sitoplasma dibedakan menjadi dua yaitu bagian luar adalah ektoplasma dan bagian dalam
disebut endoplasma. Dibagian ektoplasma terdapat bentukan menyerupai akar yang disebut
trikosit. Fungi trikosit untuk melindungi diri dari terhadap serangan lawan dan juga untuk
menambatkan diri pada hewan lain waktu mengambil makanan. Paramaecium caudatum
mempunya dua inti, yaitu mikronukleus dan dan makronukleus. Fungsi makronukleus untuk
mengatur proses metabolisme, sedangkan mikronukleus untuk perkembangbiakan. Setiap sel
paramaecium caudatum mempunyai dua vakuola berdenyut, bentuk dan letaknya berbeda
dengan vakuola yang dimiliki Amoeba proteus, tetapi fungsinya sama yaitu untuk eliminasi
dan mengeluarkan air dari sitoplasma (Soemadji, 1986 hal: 308).
Merupakan filum hewan bersel satu yang dapat melakukan reproduksi seksual
(generatif) maupun aseksual (vegetatif).Habitat hidupnya adalah tempat yang basah atau
berair. Jika kondisi lingkungan tempat hidupnya tidak menguntungkanmaka protozoa akan
membentuk membran tebal dan kuat yang disebut Kista. Ilmuwan yang pertama kali
mempelajariprotozoa adalah Anthony van Leeuwenhoek. (Brotowijoyo,1986).
BAB III
BAHAN DAN METODA
3.1.Cara – Cara Membersihkan Alat
3.1.1. Judul dan tujuan :
Judul praktikum kali ini adalah cara – cara membersihkan alat – alat gelas dan
tujuannya untuk Memahami berbagai macam cara /prosedur membersihkan alat-alat gelas.
3.1.2. Cara kerja :
a. Alat gelas yang masih baru
Masukkan alat- alat gelas (tabung reaksi,pethridish,erlemenyer)Yang masih baru ke
dalam larutan Na3PO4 sampai mendidih beberapa saat.Cuci hingga bersih dan rendam dalam
HCL 1% selama 24 jam untuk melarutkan lapisan fosfat.cuci lagi dengan air dan bersihkan
dengan aquades lalu keringkan dalam oven.
b. Alat-Alat gelas yang sudah dipakai:
Sterilkan semua alat yang sudah dipakai dalam autoclav pada tekanan 15 lbs(2 atm
Dan tempereratur 121C).rendam dengan Na3PO4selama beberapa menit.setelah agak dingin
disikat sampai bersih dan cuci dengan air,kemudian di rendam dalam larutan HCL 1%.cuci
lagi dengan air dan aquades,keringkan dalam oven.
c. Pipet yang masih baru :
Masukkan pipet kedalam larutan Na3PO4 1% selama 10 menit,cuci dengan air bersih
dan aquades.keringkan dengan oven.
d. Pipet yang sudah dipakai
Pipet yang sudah dipakai untuk mengambil mikroba harus didisenfeksi dengan
larutan fenol 5% atau disenfektan lain.kemudian keringkan keringkan.renda dalam larutan
NaPO4 1% selama 10menit,cuci dengan air aquades dan keringkan.rendam dalam larutan
HCL 1% untuk melarutkan vosfat pada gelas selama 24 jam,kemudian cuci dengan air dan
bersihkan dengan aquades dan keringkan dengan oven.
e. Objek glass yang masih baru
Rendam objek glass dalam larutan alkohol asam(HCL3%) selama beberapa jam.cuci
dengan air dan bersihkan dengan aquades.keringkan dengan menggosok dengan kain
halus,jangan sampai terjadipengotoran lemak darin tangan,jadi pegang pada tepinya
saja,simpan dalam tutupataupetridish sebaelum dipakai.
f. Cover glass yang masih baru
Masukkan cover glass satu persatu kedalam larutan alkohol asam dancuci satu persatu
dengan air bersih.keringkan dan simpan dalam tempat tertutup atau dalam petridids.
g. Objek glass dan cover glass yang sudah dipakai
Rendam dalam NaPO4 1% selama 15 menit,cuci dengan air dan rendam dalam
larutan HCL 1%.
3.2. Pembuatan Media Kultur Mikroorganisme
3.2.1. judul dan Tujuan
Adapun judul dari praktikum kali ini yaitu Media Pertumbuhan, ini bertujuan agar
mahasiswa dapat membuat media pertumbuhan Nutrient Agar dan Potato Dextrose Agar.
3.2.2. Alat dan Bahan
Pembuatan Potato Dextrose Agar Aquadest 1 liter, Kentang 200 gr, Dextrose 20 gr,
Agar 2 sachet, Kompor elektrik, Gelas piala besar dan pengaduk, juga antibiotic Pembuatan
Nutrient Agar Yeast ekstrak/ Beef Ekstrak, Pepton 5 gr, Agar 15 gr, Aquadest 1 liter,
Kompor elektrik dan Gelas piala dan pengaduk
3.2.3. Cara kerja
Pembuatan Potato Dextrose Agar Kentang dikupas, lalu dipotong balok ukuran 1 x 1
cm, Kentang lalu direbus dengan aquadest sebanyak 1 liter, Lalu kentang disaring, Lalu
dimasak kembali dan dicampur agar perlahan sambil diaduk hingga mendidih, Jika
diperlukan dapat ditambahkan antibiotic untuk mengambat pertumbuhan bakteri pada media
tersebut. Dan dimasukkan pengaduk supaya agar dan pati kentang itu bercampur secara
merata setelah itu dimasukkan ke botol hingga dingin dan padat.
Pembuatan Nutrient Agar Masukkan air kedalam wadah lalu dimasak, Lalu masukkan
agar, Lau ditambahkan pepton dan yeast ekstrak/beef ekstrak, Aduk perlahan sampai
mendidih. Kemudian dimasukkan ke dalam botol kemudian didinginkan.
3.3. Isolasi jamur
3.3.1. Judul dan Tujuan
Pratikum dengan judul Pembiakan Murni Jamur ini bertujuan untuk merangsang
perkebangan jamur pada jaringan/ inangnya.
3.3.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah Aquadest, Alkohol
70%, Cawan petri plastic, Pinset, Pisau pemotong/gunting dan Kertas saring
3.3.3. Cara kerja
Cara kerja pada praktikum ini yaitu, bersihkan daun atau bagian tanaman yang yang
terinfeksi jamur rendam dalam aquadest lalu paandahkan rendam ke alkohol 70% selama
setengah menit lalu rendam kembali di aquadest, Lalu dikeringanginkan, Siapkan dua
petridish plastik, masukkan kertas saring didalamnya lalu lembabkan jertas saring tersebut
dengan aquadest, kemudian daun atau bagian tanaman yang terinfeksi jamur yang telah
dikeringanginkan diletakkan pada kertas saring yang telah dilembabkan, lalu tutup cawan
petri tersebut, Lalu diinkubasi selama 2 x 24 jam pada suhu ruangan.
3.4. Pembiakan protozoa
3.4.1 Judul dan tujuan
Adapun judul dari praktikumnya yaitu pembiakan protozoa dan untuk tujuannya yaitu
untuk mendapatkan protozoa yang terdapat pada rendaman air jerami.
3.4.2 Bahan dan Alat
Adapun bahan dan alat dari praktikum tentang pembiakan protozoa yaitu akuades 300
ml, jerami 25 gr, pisau, Erlenmeyer 250 ml
3.4.2 Cara Kerja
Adapun cara kerja dari praktikum kali ini yaitu, potong jerami sepanjang 3 cm,
kemudian di isi Erlenmeyer dengan akuades dan masukan potong jerami yang telah
ditimbang sebanyak 20 gr, setelah itu baru di inkubasi selama 2 hari.
3.5. Biakan Murni Jamur
3.5.1 Judul dan Tujuan
Judul nya adalah pembiakan murni jamur dan tujuannya adalah untuk menisolasi dan
mengindentifikasi jamur yang berasal dari moist chamber.
3.5.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan yaitu, biakan jamur dari moist
chamber,aquadest,alcohol 70 %, kertas saring, medium PDA, pisau silet, petri dish plastic
dan kaca, lampu spiritus, jarum ose, pinset, incubator dan entcase.
3.5.3 Cara Kerja
Panaskan terlebih dahulu media PDA sampai mencair dan kemudian dibiarkan dingin
hingga mencapai suhu 50˚C, kemudian tuangkan media PDA kedalam petridish dan dibiarkan
dingin dan padat, lalu sterilkan jarum ose, diambil jamur dari biakan dan dipindahkan
secepatnya pada bagian tengah petridish kemudian diberi label dan diinkubasikan dalam
incubator, setelah 2 x 24 jam diamati pertumbuhannya dan digambarkan, pengamatan secara
makroskopis meliputi : bentuk koloni,ukuran koloni,warna koloni, dan bentuk areal miselia
kemudian untuk mikroskopis meliputi : hifa, spora, dan konidia.
3.6. Pengenalan Mikroba
3.6.1 Judul dan Tujuan
Judul dari praktikum ini adalah pengenalan mikroba dan tujuannya adalah untuk
mengenal beberapa jenis jamur dan struktur tubuhnya.
3.6.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Pengenalan Mikroba yaitu biakan
jamur (pada roti,tongkol jagung, dan tempe), aquadest steril, kapas,kertas saring,jarum
preparat, objek glass dan cover glass, dan mikroskop.
3.6.3 Cara Kerja
Cara kerja pada pengenalan mikroba pertama Bersihkan objek glass dengan alcohol
sampai bebas dari debu dan lemak,kemudian ditetesi akuades pada bagian tengahnya, diambil
sedikit jamur pada roti dengan jarum preparat, kemudian di letakkan diatas objek glass yang
telah ditetesi akuades, jika massa miselia mengumpul dipisahkan dengan menggunakan dua
jarum preparat, kemudian tutup dengan cover glass, dijaga agar tidak ada gelembung –
gelembung udara, lalu diamati dengan mikroskop perbesaran lemah (10 x 10) dan perbesaran
sedang (10 x 45).
3.7. Isolasi Bakteri
3.7.1. Judul dan tujuan
Praktikum ini berjudul Isolasi Bakteri Dan Tujuannya adalah Untuk
mengisolasi,mengidentifikasi dan membiakkan bakteri yang terdapat pada tanaman.
3.7.2 Alat Dan Bahan
Adapun Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Petridisk,Bunsen,pipet
tetes,testub,Micropipet,mortal,pinset. Sedangkan Bahan yang digunakan adalah Tanaman
yang bergejala bakteri, aquades,media NA, Dan Alkohol.
3.7.3 Cara Kerja
Bagian tanaman yang bergejala penyakit dipotong (0,5 bagian yang sakit dan 0,5
bagian yang sehat), kemudian sterilisasi permukaan dengan aquadest-alkohol-aquadest
masing-masing selama 2 menit,sampel dimaserasi (penghancuran) dengan mengunakan
mortal dengan menambah 10 ml aquades, sampel yang mengandung bakteri dimasukkan
kedalam testub pertama (1/10 atau 10-1) kemudian divortek, diambil 1 ml dari tabung 10-1
dengan pipet ukur kemudian dipindahkan ke tabung 10-2 kemudian divortek,lakukan hal yang
sama sampai pengenceran 10-6, hal yang perlu diingat bahwa pipet ukur yang digunakan
harus selalu diganti,artinya setiap tingkat pengenceran digunakan pipet ukur steril yang
berbeda atau baru. Prinsipnya bahwa pipet tidak perlu diganti jika memindakan cairan dari
sumber yang sama, Ambil 1 ml cairan dari pengenceran 10 -5 dan 10-6 dengan pipet ukur dan
masukkan kedalam testub yang telah diisi media NA 9 ml,kemudian di vortek, setelah itu
tuangkan ke dalam cawan petri dan tunggu sampai media NA padat,letakkan cawan petri
tersebut di dalam ruang isolasi dengancara membalik petri, Di incubasi selama 2 x 24
jampada suhu kamar, Amati dan identrifikasi koloni bakteri yang tumbuh.
3.8. Biakan Murni
3.8.1. Judul dan Tujuan
Praktikum ini berjudul Biakan Murni dan bertujuan mempelajari mendapatklan
biakan – biakan murni dari suatu biakan campuran.
3.8.2. Alat Dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Jarum Ose,bunsen dan
mikroskop, Sedangkan Bahan yang digunakan yaitu suspensi campuran, Petridisc yang telah
berisi NA.
3.8.3.Cara Kerja
Setelah bakteri yang diisolasi tumbuh dalam cawan petri, maka dilakukan metode
gores untuk mendapatkan biakan murni dari bakteri yang digunakan, dengan Memasukkan
media NA kedalam cawan petri sebanyak 9 ml, dinginkan sampai agar padat,lakukan
sterilisasi pada jarus ose dengan cara membakar ose pada bunsen sampai ose kemerah-
merahhan,jarum ose yang telah disterilisasi didinginkan kedalam cawan petri yang telah di isi
NA baru pada bagian pinggir,Ambil satu koloni jamur dengan jarum ose,sentuh kan jarum
ose kedalam medium dan goreskan secara kontinyu sampai setengah permukaan agar dan
lanjutkan goresan sampai habis, Di incubasi selama 2 x 24 jam, Dan setelah tumbuh di
dokumentasikan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
(Hasilnya berupa dokumentasi dari objek yang di praktikumkan)
4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 Cara membersihkan alat – alat
Pada praktikum mikrobiologi hal yang pertama yang perlu dilakukan adalah kita
harus mengenal alat – alat praktikum dan tahu cara membersihkan alat – alat praktikum
tersebut. Untuk alat – alat yang masih baru kita bersihkan dengan memasukkkannya ke dalam
larutan Na3PO4 sampai mendidih agar debu atau mikroba yang terdapat pada alat – alat itu
hilang kemudian dicuci dan setelah itu direndam dalam HCl untuk melarutkan lapisan fosfat.
Lalu di cuci dan dibersihkan lagi dengan aquadest dan di keringkan dalam oven agar alat –
alat itu benar – benar steril.
Untuk alat – alat yang sudah dipakai kita juga perlu untuk mensterilkannya agar
ketika melakukan praktikum dengan objek lain, mikroba yang masih menempel di alat – alat
itu tidak mengganggu kegiatan praktikum, alat – alat yang sudah dipakai itu dibersihkan
dengan cara mensterilkan alat – alat itu si autoclave pada tekanan 15 lbs dengan temperature
121 derajat celcius selama 20 menit untuk menghindarkan bahaya bakteri pathogen,
kemudian di rendam pada larutan Na3PO4 setelah itu dicuci dengan air dan dimasukkan lagi
ke dalam larutan HCl 1% lalu dicuci dengan aquadest dan di keringkan dalam oven.
Jika semua alat yang masih baru maupun yang sudah dipakai itu dalam keadaan steril
maka praktikum bias dijalankan. Diman alat – alat yang digunakan adalah botol scoat,
Erlenmeyer, petri dish, objek glass, test tube, cover glass, jarum ose, lumpang poreslin,
autoclave, kompor, microwave, incubator, colony comter, oven, shaker, vortek, laminar,
mikrotube, batang pengaduk dan spiral.
4.2.2 Pembuatan media
Medium pertumbuhan mikrobia adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran nutrient
yang diperlukan mikrobia untuk pertumbuhannya. Untuk memberikan kondisi hidup yang cocok
bagi pertumbuhan bakteri maka media harus mengandung semua zat hara yang mudah digunakan oleh
mikroba, harus mempunyai tekanan osmosis, tegangan permukaan, dan pH yang sesuai dengan
kebutuhan mikroba yang ditumbuhkan serta tidak mengandung zat-zat yang dapat menghambat
pertumbuhan mikroba, dan harus berada dalam kondisi yang steril sebelum digunakan.
Medium NA berdasarkan susunan kimianya merupakan medium nonsintetik/semi
almiah, berdasarkan konsistensinya merupakan medium padat.Medium ini digunakan untuk
pertumbuhan bakteri. Medium PDA menurut konsistensinya termasuk medium padat, berdasarkan
susunan kimianya termasuk non sintetik/semi alamiah. Medium PDA digunakan untuk
menumbuhkan jamur (fungi).
Komposisi yang digunakan untuk membuat medium NA seberat 11,5gram adalah bacterial
pepton 5 gr/l, meal extract 3 gr/l, agar 15 gr/l dan aquades500 ml. Sedangkan untuk media PDA seberat
19,5 gram, bahan yang digunakanmeliputi potato extract 4 gr/l, glukosa 70 gr/l, agar 15 gr/l dan aquades
500 ml.Komposisi NA yang terdiri dari: meal ekstract berfungsi sebagai sumber karbohidrat,
mengandung senyawa nitrogen organik yang dibutuhkan mikroba. Pepton merupakan sumber
protein dan penghasil nitrogen, agar berfungsi sebagai pemadat medium, dan aquades
berfungsi sebagai pelarut.
Komposisi PDA yang terdiri dari: glukosa berfungsi sebagai sumber karbon. Potato ekstract
sebagai sumber karbohidrat, agar berfungsi memadatkan medium serta aquades berfungsisebagai pelarut
dan sumber oksigen. Medium NA pada tahap akhir berwarna kuning sedangkan medium PDA
berwarna kuning pucat.
4.2.3 Isolasi jamur
Pada praktikum isolasi jamur, kita mengisolasi jamur yang terdapat pada tanaman,
pada praktikum ini kita gunakan jamur yang terdapat pada cabai, kita mengisolasi jamur pada
cabai dengan memotong bagian yang terserang jamur pada cabai dengan ukuran 1 x 1 cm,
dimana bagian yang diisolasi itu setengah masih sehat dan setengah nya lagi yang terserang
jamur itu tujuannya agar saat dimasukkan ke media PDA, jamur itu bisa bertahan dengan
memakan bagian tanaman yang masih sehat itu dan bias berkembang agar kita bias
mengamati perkembangan jamur itu. Tapi media PDA yang berisi biakan jamur itu kita
letakkan di incubator untuk diinkubasi, karena jika kita letakkan di sembarang tempat besar
kemungkinan jamur itu terganggu perkembangbiakannya tapi diinkubator itu bias di
sesuaikan suhu yang pas untuk perkembangan jamur tersebut.
4.2.4 Pembiakan protozoa
Dari hasil praktikum terlihatlah bahwa protozoa pada jerami ada. Praktikan
mengunakan bahan dengan potongan jerami yang di timbang sebanyak 20 gr yang kemudian
di inkubasi selama 2 hari, setelah itu baru praktikan melihatnya di bawah mikroskop dengan
mengambil sampel airnya setetes. Protozoa yang praktikan lihat persis sama dengan protozoa
yang ada pada penelitian sebelum sebelumnya.
4.2.5 Biakan murni jamur
Pada praktikum biakan murni jamur ini, kita akan mengidentifikasi jamur yang
berasal dari moist chamber dengan mengambil biakan jamur kemudian dipindahkan ke media
PDA yang baru. Setelah itu diinkubasi selama 2 x 24 jam. Hasil pengamatan yang didapat
adalah bentuk koloni nya bulat, ada yang bergerombol atau berkumpul da nada juga yang
tunggal, kemudian ukuran koloni nya ada yang kecil da nada juga yang besar dan warna
koloninya adalah putih, bentuk areal miselia nya seperti jala. Dengan sangat cepat jamur itu
berkembangbiak karena jamur itu memperbanyak dirinya dalam hitungan detik jadi
perkembangannya sangat cepat.
4.2.6 Pengenalan mikroba
Pada praktikum pengenalan mikroba, diamati jamur yang ada pada roti,tongkol
jagung dan tempe. Setelah diamati dengan mikroskop terlihat jamur seperti yang ada pada
hasil, tapi untuk menentukan jamur yang terlihat itu kita harus tahu jamur apa yang terdapat
pada roti,jagung,maupun tempe. Jamur yang terdapat pada sampel yaitu aspergillus pada roti
kemudian aspergillus dan rhizopus pada tongkol jagung, dan rhizopus pada tempe. Setelah
kita tahu nama jamurnya, kita menentukan ciri – ciri jamur itu, aspergillus dan rhizopus itu
hamper sama bentuknya, bentuknya seperti benang tapi rhizopus itu terlihat lebih jelas
bentuknya. Untuk tipe sporanya juga sama yaitu bulat,oval, atau berbentuk elips atau silinder
sedangkan untuk struktur hifanya itu berupa benang – benang yang berkumpul seperti benang
kusut.Kemudian tipe spora jamur – jamur itu adalah bulat,oval, atau berbentuk elips atau
silinder sedangkan genus dari aspergillus sp ini adalah aspergillus dan genus dari rhizopus sp
adalah rhizopus.
4.2.7 Isolasi bakteri
Untuk prraktikum isolasi bakteri, kita mengambil sampel bakteri yang terdapat pada
tanah vegetasi dan non vegetasi, untuk mengambil sampel nya yang akan biakkan, terlebih
dahulu sampel tersebut dimaserasi dengan menggunakan mortal. Sampel tanah yang
mengandung bakteri dimasukkan ke dalam tabung reaksi pertama yang berisi 9 ml air
kemudian di vortek lalu diambil dari tabung itu 1 ml dengan mikro pipet kemudian
dipindahkan ke tabung reaksi yang kedua kemudian di vortek kembali, itu dilakukan sampai
pada tabung reaksi yang ke enam, dan sampel yang diambil untuk dimasukkan ke cawan petri
adalah pada tabung reaksi yang kelima dan keenam karena pada tabung reaksi yang kelima
dan keenam lebih bagus untuk dibuat sampel pengamatan dan tanah yang ada juga sudah
sedikit. Setelah sampel diambil dituangkan ke media NA dengan cara membalikkan cawan
perti untuk menghindarkan terjadinya kontaminasi kemudian diinkubasi selama 2 x 24 jam
pada suhu kamar.
4.2.8 Biakan murni
Biakan murni bakteri adalah biakan yang terdiri atas satu spesies bakteri yang
ditumbuhkan dalam medium buatan. Medium buatan tersebut berfungsi sebagai medium
pertumbuhan. Pada medium ini bakteri dapat tumbuh dan berkembangbiak. Bahan dasar yang
digunakan untuk medium pertumbuhan ini adalah agar-agar. Untuk bakteri heterotrof,
medium dilengkapi dengan air, molekul makanan (misal gula) sumber nitrogen dan mineral.
Untuk hasil yang lebih baik agar bakteri tumbuh, alat dan bahan yang digunakan disterilkan
terlebih dahulu.
Untuk biakan murni ini kita gunakan metode cawan gores, dengan mengambil koloni
bakteri dari hasil isolasi bakteri tanah vegetasi / nonvegetasi yang sudah diinkubasi selama 2
x 24 jam. Teknik goresan yang kita gunakan adalah teknik goresan kuadran. Prinsipnya
adalah sam dengan yang lainnya yaitu pengenceran dimana goresan pertama paling pekat
kemudian menjadi semakin encer pada goresan keempat yang terletak di tengah – tengah
media. Jika penggoresan ini dilakukan dengan baik akan menghasilkan terisolasinya
mikroorganisme, dimana setiap koloni berasal dari satu sel. Berdasarkan hasil pembiakan
pada media agar di cawan petri, setelah diinkubasi selama 2 x 24 jam akan tampak koloni
yang bertumpuk atau bergerombol tebal pada media agar yang digores.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Cara membersihkan alat – alat
5.1.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diperoleh suatu kesimpulan,
dimana sterilisasi merupakan suatu proses pemusnahan mikrobia yang tidak kita inginkan
dengan cara membunuh mikroorganisme tersebut.Metode sterilisasi dapat menggunakan cara
pemanasan, menggunakan bahan kimia, penyaringan serta radiasi. Pemanasan dapat terbagi
menjadi 2 meliputi pemanasan basah dengan uap air panas dan Auto clave , sedangkan
pemanasan kering dengan cara dibakar serta uap panas.
5.1.2 Saran
Saat melakukan sterilisasi sebaiknya praktikan harus serius dalam melakukannya agar
tidak terjadi kecelakaan.
5.2 Pembuatan media
5.2.1 Kesimpulan
Tahapan pembuatan medium tumbuh mikroba meliputi pencampuran semua bahan
yang digunakan, yang kemudian dengan proses sterilisasi basah(auto clave) dan terakhir
menginkubasi medium tersebut paling sedikit 2 x 24 jam.Medium NA pada tahap akhir berwarna
kuning, sedangkan medium PDA berwarna kuning pucat. Medium NA berguna untuk menumbuhkan
bakteri danmedium PDA berguna untuk menumbuhkan fungi.
5.2.2 Saran
Dalam pembuatan medium, sebaiknya praktikan melaukukannya dengan sungguh – sungguh karena
jika komposisi yang di buat salah maka media yang dibuat tidak berhasil.
5.3 Isolasi jamur
5.3.1 Kesimpulan
Dengan isolasi jamur yang diletakkan pada media PDA dibuat setengah sakit dan setengahnya sehat
agar jamur itu bias berkembang dan mendapatkan makanan yang cukup untuk pertumbuhannya selama
diinkubasikan.
5.3.2 Saran
Praktikan harus hati – hati dalam mengisolasi jamur agar hasil yang didapatkan
maksimal, semoga pada praktikum selanjutnya bias berjalan dengan lancer.
5.4 Pembiakan protozoa
5.4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat di ambil dari praktikum tentang pembiakan protozoa
yaitu ternyata pada rendaman jerami padi terdapat dan protozoa dapat berkembang cepat
direndaman jerami tersebut.
5.4.2 Saran
Untuk praktikum selanjutnya, praktikan akan lebih teliti lagi supaya hasil yang
praktikan dapatkan lebih akurat dan mendapatkan data yang diinginkan.
5.5 Biakan murni jamur
5.5.1 Kesimpulan
Biakan jamur dari moist chamber pada isolasi jamur berkembang dengan baik dimana
warna koloni dari biakan jamur itu berwarna putih. Biakan murni adalah biakan yang sel – sel
nya berasal dari pembelahan satu sel tunggal, biakan murni dapat diperoleh dengan cara
metode cawan tuang dan metode cawan sebar.
5.5.2 Saran
Praktikan harus berhati – hati dalam memasukkan jamur ke dalam media PDA dan
dalam mensterilkan jarum ose juga harus berhati – hati dan dipastikan jarum ose itu benar –
benar steril agar tidak terjadi kontaminasi.
5.6 Pengenalan mikroba
5.6.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan pada objek pengenalan mikroba dapat
disimpulkan bahwa jenis jamur yang ada pada roti adalah aspergillus, pada tongkol jagung
aspergillus dan rhizopus dan pada tempe adalah rhizopus, kemudian strukturnya hamper sama
yaitu seperti benang.
5.6.2 Saran
Dalam mengambil sampel harus sesuai kebutuhan dan tidak boleh terlalu banyak agar
labih mudah untuk mengamatinya di mikroskop dan praktikan lebih mudah melihat srtuktur
dari jamur tersebut.
5.7 Isolasi bakteri
5.7.1 Kesimpulan
Sampel yang digunakan untuk praktikum ini adalah tanah vegetasi dan non vegetasi
dan yang akan dibiakkan dan dimasukkan ke dalam media NA adalah pada tabung reaksi
yang ke lima dan ke enam yang sudah di vortek.
5.7.2 Saran
dalam memvortek praktikan harus berhati – hati agar air yang ada pada tabung reaksi
tidak tumpah sehingga tidak menimbulkan kotor.
5.8 Biakan murni
5.8.1 Kesimpulan
Pada biakan murni bakteri digunakan bakteri pada tanah vegetasi dan nonvegetasi
yang sudah di vortek dengan menggunakan metode cawan gores dan hasil biakannya terlihat
koloninya berwarna merah baik pada tanah vegetasi maupun non vegetasi dan bentuk
koloninya itu bulat atau oval kemudian ukuran koloninya ada yang besar, kecil, bergerombol
dan tunggal (sendiri).
5.8.2 Saran
Dalam melakukan goresan pada metode cawan gores, praktikan harus berhati – hati
jangan sampai merusak media karena jika media rusak, mungkin biakan tidak berkembang
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ayu.2002.biologi umum.erlangga:Jakarta.
Banyu.2010.Algae.http://banyublogz.blogspot.com/2010_01_01_archive.html Diakses
tanggal 10 Oktober 2010.
Brotowijoyo.1986.Protozoa.Bandung : Grafindo.
Carter, JB.; Saunders, VA. (2007), Virology: Principles and Applications, England: John
Wiley & Sons, Ltd.
Cheville, NF. (1994), Ultrastructural Pathology : an Introduction to Interpretion, Iowa: Iowa
State University Press,
Hadioetomo, R.S. 1993.Mikrobiologi Dasar dalam Praktik : Teknik dan Prosedur
Dasar Laboratorium. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
http://blog.unila.ac.id/wasetiawan/protozoa.
http://didik-abd.blogspot.com
http://e-dukasi.net/protozoa.
http://smart-pustaka.blogspot.com/2011/03/
Karman, Oman.2007.Cerdas Belajar Biologi.Bandung:Grafindo
Kusnadi, Peristiwati, Ammi Syulasmi, Widi Purwianingsih, & DianaRochintaniawati. 2003.
Mikrobiologi.FMIPA Biologi:UMY.
Lay, B.W & S. Hastowo. 1992.Mikrobiologi. Rajawali Pers, Jakarta.
Nermut, MV.; Steven, AC. (1987), Animal Virus Structure, New York: Elsevier Science
Publishing Company
Onggowaluyo.2001.Biologi.UMM Press : Malang.
Rapley, R. (2005), Medical Biomedical Handbook, New Jersey: Humana Press
Soemiaji.1986.Biologi.Bandung:Erlangga.
Suriawirnia, U. 1995.Pengantar Biologi Umum. Angkasa, Bandung.
Volk & Wheeler. 1993.Mikrobiologi dasar . Penerbit Erlangga, Jakarta.
Waluyo, L. 2005.Mikrobiologi Umum. UMM Press:Malang.
Diposkan oleh Benny Saputra di 06.57 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)
tak ada yang sempurna dalam hidup ini... karna kesempurnaan hanya milik ALLAH SWT
Benny Saputra Lihat profil lengkapku
Kronologi Posting
2013 (2)
2012 (13) o Desember (12)
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FLAGELLATA, AMUBA,CILIATA,SPOROZOA PERBEDAAN TANAMAN C3, C4, dan CAM DNA dan RNA TINJAUAN PUSTAKA FOTOSINTESIS HUBUNGAN TANAH, AIR DAN TANAMAN MOTIVASI DIRI keindahan hidup dibalik senyumku bersama ayahanda rektor universitas andalas ORDO-ORDO SERANGGA Perjalanan yang panjang
o November (1)
Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.