9
NILAI PENTING KOMUNITAS TUMBUHAN LAPIS BAWAH DI KAWASAN HUTAN TINJOMOYO SEMARANG LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktikum Ekologi Dosen Pengampu : Drs. Nugroho Edi Kartiyono, M.Si Drs. F. Putut Marten, M.Si Disusun oleh : Attika Purbosari 4411413041 Devi Dwi Jayanti 4411413002 Novi Lativa 4411413033 Nunung E 4411411002 Raka Aditya Pramunandaya 4411413027 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG KOTA SEMARANG

Laporan Nilai Penting Penyusun Spesies Tumbuhan Herba

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ekologi

Citation preview

Page 1: Laporan Nilai Penting Penyusun Spesies Tumbuhan Herba

NILAI PENTING KOMUNITAS TUMBUHAN LAPIS BAWAH

DI KAWASAN HUTAN TINJOMOYO SEMARANG

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktikum Ekologi

Dosen Pengampu :

Drs. Nugroho Edi Kartiyono, M.Si

Drs. F. Putut Marten, M.Si

Disusun oleh :

Attika Purbosari 4411413041

Devi Dwi Jayanti 4411413002

Novi Lativa 4411413033

Nunung E 4411411002

Raka Aditya Pramunandaya 4411413027

JURUSAN BIOLOGIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANGKOTA SEMARANG

2015

Page 2: Laporan Nilai Penting Penyusun Spesies Tumbuhan Herba

NILAI PENTING KOMUNITAS TUMBUHAN LAPIS BAWAH DI KAWASAN HUTAN TINJOMOYO SEMARANG

A. Tujuan

Untuk mengetahui nilai penting komunitas tumbuhan lapis bawah di kawasan

hutan Tinjomoyo, Semarang, Jawa Tengah.

B. Landasan Teori

Nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari penjumlahan nilai

relatif dari sejumlah variabel yang telah diukur (kerapatan relatif, kerimbunan relatif, dan

frekuensi relatif). Jika disusun dalam bentuk rumus maka akan diperoleh: Nilai Penting =

Kr + Dr + Fr Harga relatif ini dapat dicari dengan perbandingan antara harga suatu

variabel yang didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu untuk seluruh

jenis yang didapat, dikalikan 100% dalam tabel. Jenis-jenis tumbuhan disusun

berdasarkan urutan harga nilai penting, dari yang terbesar sampai yang terkecil. Dan dua

jenis tumbuhan yang memiliki harga nilai penting terbesar dapat digunakan untuk

menentukan penamaan untuk vegetasi tersebut (Surasana, 1990).

Struktur vegetasi dibagi menjadi lima berdasarkan tingkatannya, yaitu:

fisiognomi vegetasi, struktur biomassa, struktur bentuk hidup, struktur floristik, struktur

tegakan. Struktur suatu vegetasi terdiri dari individu-individu yang membentuk tegakan

di dalam suatu ruang. Komunitas tumbuhan terdiri dari sekelompok tumbuh-¬tumbuhan

yang masing-masing individu mempertahankan sifatnya Menurut Kershaw (1973),

struktur vegetasi terdiri dari 3 komponen, yaitu:

1. Struktur vegetasi berupa vegetasi secara vertikal yang merupakan diagram

profil yang melukiskan lapisan pohon, tiang, sapihan, semai dan herba penyusun

vegetasi.

2. Sebaran, horisotal jenis-jenis penyusun yang menggambarkan letak dari suatu

individu terhadap individu lain.

3. Kelimpahan (abudance) setiap jenis dalam suatu komunitas.

Kelimpahan jenis ditentukan, berdasarkan besarnya frekuensi, kerapatan dan

dominasi setiap jenis. Penguasaan suatu jenis terhadap jenis-jenis lain ditentukan

berdasarkan Indeks Nilai Penting, volume, biomassa, persentase penutupan tajuk, luas

bidang dasar atau banyaknya individu dan kerapatan (Soerianegara,1998).

Page 3: Laporan Nilai Penting Penyusun Spesies Tumbuhan Herba

C. Metode Penelitian

a. Waktu dan Tempat

Pengambilan data dilakukan pada hari Sabtu, tanggal 11 April 2015 di hutan

wisata Tinjomoyo, Semarang Jawa Tengah. Pengambilan data berpusat di Zona B

sebagaimana terlampir dalam peta (lampiran 1.1).

b. Alat dan Bahan

1. Tali rafia

2. Meteran

3. Lux meter

4. Soil tester

5. Altimeter

6. Pasak

7. GPS

8. Thermohigrometer

9. Datasheet

10. Plastik specimen

11. Label

c. Metode Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan dengan teknik plot (1 x 1 )yaitu dengan

peletakan plot/kuadran. Peletakannya menggunakan Metode Random Sampling dan

Purposive Sampling. Adapun cara kerja pengambilan data adalah sebagai berikut :

a. Melakukan survey dengan melihat semua bagian dari Zona B secara

keseluruhan untuk mengetahui keadaan/kondisi tumbuhan lapis bawah.

b. Menetukan titik peletakan secara random/acak yang cukup representative

untuk mewakili keadaan tumbuhan lapis bawah yang ada di zona B.

c. Peletakan plot sebanyak 15 secara acak di berbagai tempat yang cukup

representative.

Page 4: Laporan Nilai Penting Penyusun Spesies Tumbuhan Herba

d. Tumbuhan lapis bawah dimasukkan datanya ke dalam datasheet. Apabila

terdapat spesimen yang tidak diketahui, maka di ambil samplenya dan

dimasukkan kedalam plastik serta diberi label untuk kemudian

diidentifikasi di Labotatorium ekologi Jurusan Biologi FMIPA.

e. Banyaknya spesies tertusuk setiap peletakan diubah kedalam persentase

dengan menggunakan metode crown cover (pengukuran dengan area

penutupan tajuk) pada setiap plot ke dalam datasheet yang sudah

disediakan.

f. Mengubah presentase kehadiran kedalam skala Braun Blanquet

D. Hasil Pengamatan

E. Analisis Data(Terlampir)

Spesies NP (%)A 3,75B 35,28C 20,31G 2,26H 8,28I 2,26

M 4,52Q 11,28S 8,28T 3,75W 4,52X 6,02Y 6,02Z 3,01

Paitan 28,54Adiantum sp. 3,75

Crinum asiaticum 3,01Piperomia pellucida 9,02

Mimosa sp. 3,01Eupatorium sp. 18,82

Cynthula sp. 4,52Pakan ulo 2,26

Terong-terongan 2,26Teh-tehan 3,01

Lantana sp. 2,26200,00

Page 5: Laporan Nilai Penting Penyusun Spesies Tumbuhan Herba

F. Pembahasan

Praktikum ini mengenai analisis vegetasi dengan metode kuadran dimana pada metode ini

menggunakan titik kuarter untuk menghitung jarak dari pengamat ke pohon. Metode ini biasa

digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya. Tiap kelompok

mendapat tansek sepanjang 1000 m. Transek tersebut dibagi menjadi 3 buah kuarter dengan

tiap plot berjarak 10 m. Di tiap titik pusat plot tersebut dibuat garis khayal sehingga membagi

plot menjadi 3 kuarter. Dalam satu kuadran hanya didaftarkan satu jenis dari vegetasi pohon

(termasuk didalamnya kategori semai, pancang, tiang dan pohon), yang jaraknya paling dekat

dengan titik pusat kuadran.

Titik pusat kuadran adalah titik yang membatasi garis transek setiap jarak 10 m. Dari

ketiga plot tersebut dapat diketahui ada spesies dominan seperti Paitan, Eupatorium dan

spesies B karena jenis spesies tersebut terdapat hampir di setiap plot. Dari hasil perhitungan,

didapatkan bahwa FR terbesar ada pada jenis spesies B dengan nilai 13,64 %. Nilai ini

menunjukkan bahwa spesies B memiliki kehadiran yang tinggi di tiap plot dibandingkan

dengan spesies yang lainnya. DOR terbesar ada pada spesies B dengan nilai 21,64 %. Nilai

ini menunjukkan bahwa spesies B memiliki kerapatan yang tinggi bila dibandingkan dengan

spesies yang lainnya. Sedangkan nilai Dominansi terbesar ada pada spesies B dengan nilai

sebesar 29. Nilai ini menunjukkan penutupan tajuknya besar. Sedangkan nilai INP nya adalah

200%. Lokasi tersebut memiliki komunitas berbeda atau vegetasi penyusun pada masing-

masing lokasi beragam. Sedangkan indeks diversitasnya adalah 1,44%, nilai ini menunjukan

keragaman yang rendah.

Spesies Eupatorium, Paitan dan speies termasuk kategori herba karena memiliki ukuran

batang dan daun yang pendek dan kecil. Bentuk kehidupan dari spesies tumbuhan biasanya

memiliki karakteristik yang tetap. Namun spesies yang sama dapat menerima bentuk

kehidupan yang berbeda ketika tumbuh dibawah kondisi lingkungan yang berbeda. Vegetasi

dapat diklasifikasikan kedalam struktur tanpa menunjuk pada nama spesies. Ini telah

dibuktikan terutama dalam floristik lokasi yang belum dijamah, dan dalam lokasi dimana

vegetasi tidak dapat diklasifikasikan dengan mudah dengan spesies yang dominan.

Ketinggian tumbuhan digunakan sebagai kriteria dalam klasifikasi bentuk kehidupan.

Walaupun, berbagai bentuk kehidupan dapat memberikan pemikiran khusus dari stratifikasi

atau pelapisan dalam komunitas. Spesies B, Eupatorium dan Paitan merupakan komunitas

alamimbuhan dalam arboretum tersebut beragam (heterogen). Ternyata bila dianalisis secara

Page 6: Laporan Nilai Penting Penyusun Spesies Tumbuhan Herba

vertical, strata atau penyebaran kanopi tidak merata kerapatannya. Hal ini menunjukkan

bahwa telah terjadi kompetisi antar species tumbuhan di lokasi (selain oleh kerusakan

manusia) dalam memperoleh sinar matahari, air dan nutrisi-nutrisi yang ada dalam tanah.

G. Simpulan

Nilai penting komunitas tumbuhan lapis bawah di kawasan hutan Tinjomoyo,

Semarang, Jawa Tengah telah dianalisis dan diketahui yaitu 200%, dengan spesies B,

paitan dan Eupatorium dominan.

H. Daftar Pustaka

Resosoedarmo, soedjiran. 1984. Pengantar Ekologi. Bandung: PT Remaka RosdakaryaSurasana, syafeieden. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: FMIPA Biologu

ITBKershaw Kenneth A. and Neal Micheal W. 1973. Studies on Lichen-Dominated System.

Canadian Journal of Botany.