LAPORAN OBSERVASI LPPM PROFESI UNM.doc

Embed Size (px)

Citation preview

PSIKOLOGI KELOMPOK

OBSERVASI LAPANGAN LPPM PROFESI UNM

KELAS AIKA INDAH YANI (107104086)IIS HANDAYANI (1271040026)ANISSA YUWANTINA (151141239)NURUL MUSLIMAH WULANDARI (1271040039)MUHAMMAD RADYAQSA (1171040042)FAKULTAS PSIKOLOGIUNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR2013-2014KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga laporan ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Harapan saya semoga laporan ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi laporan ini, sehingga kedepannya dapat lebih baik. Laporan ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan ini.

Makassar, 18 Desember 2013Penyusun

DAFTAR ISIKata Pengantar........................................................................................................i

Pendahuluan............................................................................................................1

Tinjauan Pustaka......................................................................................................3

Metode Penelitian....................................................................................................8

Hasil dan Pembahasan............................................................................................10

Kesimpulan dan Saran............................................................................................13

BAB IPENDAHULUANLPPM Profesi adalah salah satu lembaga tingkat universitas di UNM, bergerak di bidang jurnalistik dan berdiri sejak 5 Mei 1975. Awalnya sebelum berdiri sendiri, bagian jurnalistik ini berada di bawah naungan senat mahasiswa yang saat ini disebut dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Dulunya, penerbitan hanya seputar buletin tetapi seiring berjalannya waktu, ia memisahkan diri dan berdiri sendiri sebagai sebuah lembaga jurnalistik bernama Lembaga Penerbitan Mahasiswa Profesi. Di tahun 1970-an lembaga ini sempat fakum dan bangkit kembali di awal tahun1980-an dan mulai mengedarkan surat kabar kampus.Pasang surutnya lebih kepada jumlah halaman yang terus berubah seiring berjalannya waktu dan intensitas penerbitan mulai dari per tiga bulan hingga saat ini terbit per bulan. Tahun 2001 Profesi mulai mengaktifkan bagian Penyiaran sehingga namanya berubah menjadi Lembaga Penerbitan dan Penyiaran Mahasiswa (LPPM Profesi UNM) dan berada di frekuensi 107,9.Eksistensi LPPM Profesi sebagai lembaga penerbitan dan penyiaran di UNM sejak dahulu hingga kini telah dirasakan begitu sangat bermanfaat oleh seluruh civitas akademika dalam memperoleh sumber informasi yang terpercaya dan akurat. Fakta yang diungkap terhadap fenomena yang dianggap tabu dan buram diurai dengan gamblang dan tajam dalam wujud tabloid yang diterbitkan sekali sebulan ataupun bulletin (Weekly) yang terbit seminggu sekali.Kini, lebih dari tiga dasawarsa LPPM Profesi telah berperan penting dalam membuka cakrawala berpikir civitas akademika UNM dalam memahami sebuah problem sosial yang kerap terjadi di instansi pencetak generasi Umar Bakri ini. Hanya saja perjalanan LPPM Profesi sebagai lembaga pers yang mencoba menyajikan berita berimbang, terkadang selalu diwarnai konflik oleh pihak-pihak tertentu yang tidak nyaman dengan pemberitaan yang diterbitkannya. Inilah konsekuensi logis yang kerap diterima oleh para jurnalis Profesi dalam menjalankan tugasnya sebagai insan pers.Hal inilah yang harus dipahami bersama bahwa eksistensi LPPM Profesi sebagai lembaga pers mahasiswa berkewajiban menjalankan tugas-tugas jurnalis berdasarkan fakta yang diperoleh di lapangan sebagai upaya memenuhi kebutuhan informasi pada khalayak (civitas akademika). Namun, di sisi lain LPPM Profesi juga harus lebih ekstra mengoreksi berita yang akan diterbitkan, sebab dalam riwayat penerbitan LPPM Profesi tidak dapat dipungkiri kerap dijumpai adanya oknum-oknum yang melakukan protes ataupun kecaman pada liputan tertentu.Maka dari itu diharapkan bahwa keterampilan dan kode etik jurnalistik dapat teraplikasi dengan baik, karena tidak jarang konflik yang terjadi antara LPPM Profesi dan segelintir oknum disebabkan adanya kekhilafan yang dilakukan oleh jurnalis (reporter) LPPM Profesi dalam melakukan peliputan, hal ini biasanya kerap terjadi pada reporter magang.BAB II

TINJAUAN PUSTAKAA. Teori GroupthinkGroupthink menurut Irvings Janis (1972) adalah, Istilah untuk keadaan ketika sebuah kelompok membuat keputusan yang tidak masuk akal untuk menolak anggapan/ opini publik yang sudah nyata buktinya, dan memiliki nilai moral. Keputusan kelompok ini datang dari beberapa individu berpengaruh dalam kelompok yang irrasional, tetapi berhasil mempengaruhi kelompok menjadi keputusan kelompok. Groupthink mempengaruhi kelompok dengan melakukan aksi-aksi yang tidak masuk akal dan tidak mempedulikan pendapat-pendapat yang bertentangan diluar kelompok. Kelompok yang terkena sindrom groupthink biasanya adalah kelompok yang anggota-anggotanya memiliki background yang sama, terasing (tidak menyatu, terisolir) dari pendapat-pendapat luar, dan tidak ada aturan yang jelas tentang proses pengambilan keputusan.Groupthink adalah sebuah teori yang terkait dengan komunikasi kelompok kecil. Kelompok-kelompok kecil merupakan bagian dari fenomena hampir setiap segmen masyarakat dunia dan khusunya Amerika Serikat. Bahkan, Marshall Scott Poole (1998) berpendapat bahwa kelompok kecil harus'menjadi 'unit dasar analisis''. Janis memfokuskan karyanya pada pemecahan masalah yang berorientasi pada kelompok dan tugas kelompok, yang tujuan utamanya adalah untuk membuat keputusan dan memberikan rekomendasi kebijakan.Pengambilan keputusan adalah bagian penting dari kelompok-kelompok kecil ini. Kegiatan lain dari kelompok-kelompok kecil mencakup berbagi informasi, bersosialisasi, berhubungan dengan orang-orang dan kelompok-kelompok di luar kelompok, mendidik anggota baru, menentukan peran, dan bercerita (Frey & Sunwolf, 2005; poole & Hirokawa. 1996).Faktor-faktor yang mendukung efektivitas pengambilan keputusan dalam kelompok, yaitu :1. Interdependensi positif2. Individual accountability, tiap anggota dalam kelompok mempunyai andil tanggung jawab terhadap kesuksesan kelompok.3. Promotive interaction, tiap anggota saling mendorong dan memberikan kesempatan usaha satu dengan yang lain dalam rangka menyelesaikan tugas ataupun pencapaian tujuan kelompok.4. Socially skilled group members, individu perlu memiliki keterampilan dalam interaksi personal agar mencapai sikap kooperatif yang tinggi dan didorong untuk menggunakannya.5. Group processing, anggota kelompok secara rutin mendiskusikan bagaimana supaya anggota efektif dalam bekerja sama dan keterampilan yang perlu untuk meningkatkan fungsi kelompok di waktu mendatang.Faktor faktor yang menghambat pengambilan keputusan kelompok, yaitu :

1. Lack of group maturity, anggota kelompok membutuhkan waktu untuk saling bekerja sama satu dengan yang lain. Sehingga antara anggota kelompok diusahakan untuk sering bertemu, apabila waktu tidak ada dan mereka hanya bertemu dalam waktu yang singkat, maka kelompok akan kurang efektif dalam mengambil keputusan.2. Uncritically giving ones dominant responses, jika ada anggota kelompok dengan sikap yang tidak kritis dan mudah memberikan respons atau dukungan pada pendapat yang dominan, maka pengambilan keputusan secara kelompok tidak efektif.3. Social loafing, sifat bermalas-malasan dari kelompok akan menjadi hambatan dalam pengambilan keputusan secara kelompok, dimana akan mengurangi individual effort apabila kerja secara bersama, khususnya pada additive task. Dalam hal ini, kelompok akan sulit memperoleh produktivitas yang tinggi.4. Conflicting goals of group members, apabila dalam kelompok ada tujuan yang tidak sama di antara anggota kelompok, maka akan menjadi hambatan dalam mengambil keputusan secara kelompok.5. Failure to communicate and utilize information, tidak semua anggota kelompok berpartisipasi sama dalam kelompok dan tidak semua kontribusi diperhatikan dengan seksama oleh anggota kelompok. Anggota mungkin tidak berhasil dalam berkomunikasi karena mungkin ada rasa malu atau karena kengganan ambil bagian dalam kelompok.

6. Egocentrism of group members, apabila ada anggota yang egosentris, maka ia berpendapat hanya dirinyalah yang tepat dan anggota yang lain diminta agar dapat menerima pendapatnya.

7. Lack of sufficent heterogenity, kelompok akan produktif secara optimal, tergantung pada seberapa jauh informasi yang dibutuhkan, ketrampilan, dan sudut pandang yang ada. Semakin homogen keadaan anggota kelompok, semakin kurang menyumbangkan sumber daya yang diperlukan.8. Inappropriate group size, sebagian pengambilan keputusan membutuhkan kelompok yang besar, namun dalam hal-hal tertentu membutuhkan anggota kelompok yang kecil. Semakin kecil anggota kelompok, semakin besar tanggung jawab individu (Messik dan Brewer, 1983 dalam Johnson dan Johnson, 2000).9. Lack of sufficient time, salah satu kelebihan pengambilan keputusan oleh kelompok daripada keputusan individu adalah waktu yang cukup. Semakin besar anggota kelompok, semakin lama waktu yang dibutuhkan. Kelompok membutuhkan waktu cukup lama untuk mendiskusikan isu yang ada sampai pengambilan keputusan.

Metode pengambilan keputusan dalam kelompok, yaitu :1. Pengambilan keputusan oleh otoritas tanpa diskusi kelompok

Metode ini efisien apabila kita memandang bahwa keputusan membutuhkan waktu yang singkat, tetapi tidak efektif karena keputusan yang diambil oelh pihak yang mempunyai otoritas, sehingga keputusan yang diambil mungkin tidak dapat diterima oleh anggota kelompok.

2. Keputusan diambil oleh otoritas setelah mengadakan diskusi kelompokKeputusan memang diambil oleh pimpinan yang mempunyai otoritas, tetapi setelah mengadakan diskusi kelompok. Keputusan akan lebih baik apabila dibandingkan dengan metode tanpa diskusi karena memperhatikan pendapat kelompok yang memungkinkan adanya minimalisir kesalahan.

3. Keputusan diambil oleh seorang ahli

Keputusan dengan metode ini diambil oleh orang yang paling ahli dalam kelompok, kemudian ia memberikan penjelasan tentang keputusan yang diambilnya. Kesulitan dalam metode ini adalah menentukan orang yang paling ahli dalam kelompok yang bersangktuan.

4. Keputusan diambil dengan rerata pendapat individu

Keputusan diambil dengan mengambil rerata pendapat individu yang tergabung dalam kelompok. Dari berbagai pendapat anggota, kelompok kemudian mengambil reratanya dan menganggapnya sebagai keputusan.

5. Keputusan diambil oleh minoritas

Keputusan diambil oleh dua atau tiga anggota kelompok sebagai perwakilan.

6. Keputusan diambil dengan suara terbanyak

Setelah mengemukakan dan mendiskusikan isu, anggota mengambil keputusan dengan suara terbanyak atas pendapat mereka.

7. Keputusan diambil dengan konsensus

Metode ini dipandang paling efektif tetapi membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mecapai konsesus. Konsesus berarti seluruh anggota menerima keputusan yang diambilnya, walaupun secara kebulatan suara terkadang kurang diterima.

B. Dinamika KelompokDinamika kelompok merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologi secara jelas antara anggota satu dengan yang lain yang dapat berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama. Dinamika kelompok juga dapat didefinisikan sebagai konsep yang menggambarkan proses kelompok yang selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah-ubah.Dinamika kelompok mempunyai beberapa tujuan, antara lain:1. Membangkitkan kepekaan diri seorang anggota kelompok terhadap anggota kelompok lain, sehingga dapat menimbulkan rasa saling menghargai,2. Menimbulkan rasa solidaritas anggota sehingga dapat saling menghormati dan saling menghargai pendapat orang lain,3. Menciptakan komunikasi yang terbuka terhadap sesama anggota kelompok,4. Menimbulkan adanya itikad yang baik di antara sesama anggota kelompok.Proses dinamika kelompok mulai dari individu sebagai pribadi yang masuk ke dalam kelompok dengan latar belakang yang berbeda-beda, belum mengenal antar individu yang ada dalam kelompok. Individu yang bersangkutan akan berusaha untuk mengenal individu yang lain. Setelah saling mengenal, dimulailah berbagai diskusi kelompok, yang kadang diskusi bisa sampai memanas, proses ini disebut storming. Storming akan membawa perubahan pada sikap dan perilaku individu, pada proses ini individu mengalami forming. Dalam setiap kelompok harus ada aturan main yang disepakati bersama oleh semua anggota kelompok dan pengatur perilaku semua anggota kelompok, proses ini disebut norming. Berdasarkan aturan inilah individu dan kelompok melakukan berbagai kegiatan, proses ini disebut performing.Pembentukan kelompok dilakukan dengan menentukan kedudukan masing-masing anggota (siapa yang menjadi ketua atau anggota). Interaksi yang terjadi suatu saat akan memunculkan perbedaan antara individu satu dengan lainnya sehingga timbul perpecahan (konflik). Perpecahan yang terjadi bisanya bersifat sementara karena kesadaran arti pentingnya kelompok tersebut, sehingga anggota kelompok berusaha menyesuaikan diri demi kepentingan bersama. Akhirnya setelah terjadi penyesuaian, perubahan dalam kelompok mudah terjadi.BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Guide Wawancara

Adapun poin-poin pertanyaan yang diajukan kepada narasumber, yaitu :

1. Bagaimanakah sejarah perkembangan LPPM Profesi UNM?

2. Bagaimana cara LPPM Profesi UNM untuk tetap mempertahankan eksistensinya?

3. Konflik apa sajakah yang biasa terjadi oleh setiap anggota dalam LPPM Profesi UNM?

4. Cara apa yang digunakan untuk menanggulangi konflik yang terjadi tersebut?

5. Hal apa saja yang dilakukan untuk menjaga setiap anggota agar tetap solid?

B. Observasi

Ketika mendatangi sekretariat LPPM Profesi UNM yang terletak di Kompleks Hartaco Indah, terlihat ada tujuh orang dalam ruang tamu dan mempersilahkan masuk. Suasana di luar sekretariat terasa lebih dingin karena pada saat itu hujan baru saja reda. Setelah berjabat tangan dengan anggota di sana dilakukan building raport, suasana yang awalnya sering tertawa karena ada hal yang lucu berubah menjadi tenang dalam artian selama proses wawancara dengan Pemimpin Umum anggota yang lain diam dan mendengarkan. Setelah wawancara selesai dan mematikan perekam suara barulah mereka kembali ribut.

Di dalam ruang tamu terdapat karpet merah dan sebuah lemari, di sampingnya terdapat sebuah ruangan yang berisi inventaris penting seperti laptop, komputer, dan print. Ada beberapa orang yang sedang mengetik ketika proses wawancara masih berlangsung dan masih mengetik saat wawancara selesai. Mereka terlihat serius di depan komputer, sepertinya sedang mengetik berita sehingga proses observasi dilakukan dari luar pintu agar tidak mengganggu. Sebelum dan setelah wawancara suasana di ruang tamu ribut tetapi orang yang sedang mengetik di dalam ruanganan tepat disamping ruang tamu tidak menegur orang-orang yang berbicara di luar. Sebelum pamit, kami bersalaman terlebih dahulu.BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASANA. Permasalahan yang dihadapi

Layaknya lembaga yang berada di tingkat Universitas, orang-orang yang berada di LPPM Profesi adalah mahasiswa yang berasal dari berbagai jurusan di UNM dan tentunya dari berbagai angkatan. Hal itu terus berlanjut karena merupakan kaderisasi yang dilakukan oleh LPPM Profesi. Berdasarkan hasil wawancara dengan Sutrisno selaku Pemimpin Umum (Selasa, 17 Desember 2013) di sekretariat LPPM Profesi, ia mengungkapkan bahwa orang-orang yang berbeda itulah yang membuat lembaga ini unik karena mereka membawa pribadi masing-masing. Oleh karena itu, sebagai sebuah lembaga LPPM Profesi memiliki aturan main sendiri untuk mencegah hal-hal yang sifatnya pribadi muncul dan berpengaruh buruk terhadap lembaga.Untuk menggali potensi para mahasiswa yang resmi menjadi anggota, para pengurusnya memiliki cara dan tehnik tersendiri dalam membimbing mereka dan tentunya melalui cara tersebut orang-orang yang berada di dalamnya harus memiliki mental yang kuat untuk dikritik. Dalam proses pembentukan diri dengan mental yang kuat akan kritikan inilah yang menjadi penanda bahwa mereka harus bisa memisahkan antara diri secara pribadi dan diri ketika harus menjalankan tugas kelembagaan.Lembaga ini sudah berjalan lebih dari tiga puluh tahun, artinya sudah banyak lika liku yang dilewati, sebagai contoh ketika diadakan rapat baik rapat redaksi maupun rapat umum, sering terjadi perbedaan pendapat dan itu merupakan hal yang lumrah. Pencarian solusi untuk memutuskan suatu hal dari perbedaan pendapat itu yang terkadang menimbulkan konflik ketika di antara mereka ada yang tetap bertahan dengan pendapatnya sehingga perdebatan terkadang berlangsung hingga subuh hari untuk mencari kesepakatan.Sutrisno mengungkapkan bahwa dinamika berlembaga mereka memang kompleks, terkadang dalam proses menjalankan kinerja kepengurusan yang memicu terjadinya konflik menimbulkan hal-hal yang ekstrim, misalnya ketika ada yang tidak terima atau tidak sepakat dengan argument atau tindakan anggota yang lain, terdengar kalimat Kalau bukan dia yang keluar saya yang keluar. Kalimat itu sudah menjadi kritikan yang tidak wajar karena tidak ada klarifikasi. Kondisi emosional yang kurang baik adalah hal yang lumrah dalam sebuah lembaga begitu juga ketika terjadi blunder yaitu perbedaan penyampaian atau sikap antara apa yang dikatakan dengan apa yang terjadi sebenarnya.Permasalahan yang dialami LPPM Profesi tak lain diakibatkan oleh perbedaan dalam memandang suatu hal dan itu adalah hal yang wajar karena manusia memang berbeda-beda sebagaimana yang diungkapkan oleh Sigmund Freud tentang individual differences. Hal ini masing-masing disadari oleh para anggota di lembaga tersebut sehingga untuk meredam ego dan mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan akibat banyaknya perbedaan itu, lembaga ini memiliki aturan yang mengikat setiap anggota dalam berperilaku. Sutrisno juga mengungkapkan bahwa dalam penyelesaian kasusnya harus dilihat dulu bentuk kasus yang terjadi sehingga mereka tidak salah dalam menentukan sikap untuk menyelesaikan setiap permasalahan.Pada dasarnya, masalah pribadi memang terkadang merembes dan mempengaruhi kinerja seseorang dalam berlembaga begitupun dengan lembaga ini atau sering disebut dengan main rasa. Hal itu terjadi karena manusia memang tidak memiliki peran tunggal dalam artian setiap orang memiliki peran lebih dari satu, misalnya selain sebagai anggota LPPM Pofesi, mereka juga ada anak dari orang tua, kakak dari adik atau adik dari kakak, mahasiswa yang harus mengurus kuliah, teman dari orang-orang yang berada di sekitarnya, dan sebagainya.Untuk mengkritik anggota dalam lembaga ini juga harus pintar-pintar memposisikan diri sebagai anggota dalam lembaga dan teman dari orang yang dikritiknya. Apabila ada yang tidak mampu memposisikan dirinya maka terjadilah main rasa yang merupakan permasalahan umum yang terjadi dalam setiap lembaga termasuk LPPM Profesi UNM. Oleh karena itu, setiap orang yang ada dalam lembaga ini harus kuat mental dan harus siap untuk kritik dengan tujuan introspeksi diri dan menjaga keberlangsungan lembaga.B. Langkah-langkah Penyelesaikan Masalah

Masalah harus diselesaikan secepat mungkin agar tidak mempengaruhi kinerja orang-orang dalam lembaga ini sehingga setiap masalah harus ditaktisi dan diselesaikan dengan langkah yang elegan, seperti di bawah ini:

1. Pendekatan Persuasif

Mendengarkan, memahami, kemudian memberikan nasehat secara lisan merupakan langkah awal yang ditempuh agar titik permasalahannya jelas sehingga dapat diberikan solusi yang tepat.2. Hak Jawab

Apabila ada anggota yang sedang mengalami masalah maka mereka memiliki hak jawab untuk mengklarifikasi permasalahannya dan meluruskannya apabila ada hal-hal yang terungkap tetapi tidak sesuai dengan apa yang ia rasakan dan ia alami.3. Penyelesaian secara Kelembagaan

Apabila langkah-langkah di awal sudah ditempuh dan tidak menemukan solusinya maka cara yang terakhir adalah berbicara secara kelembagaan seperti memberikan sanksi tetapi langkah ini jarang terjadi atau tidak mendominasi.BAB V

KESIMPULAN & SARAN

A. Kesimpulan

Pada dasarnya setiap kelompok ataupun organisasi pasti memiliki setiap masalah, baik itu berkaitan dengan kepengurusan maupun anggota dalam organisasi tersebut. Begitupun halnya dalam LPPM Profesi UNM yang memiliki konflik dalam hal ini adanya perbedaan pendapat di antara setiap anggota organisasi. Dalam hal ini, setiap anggota kelompok berusaha untuk mempertahankan pendapatnya saat proses pengambilan keputusan. Oleh karena itu, perlu diadakan langkah-langkah untuk menyelesaikan hal tersebut, seperti melalui pendekatan persuasif, hak jawab, dan penyelesaian secara kelembagaan.

B. SaranAdapun saran yang diberikan dalam observasi ini, yaitu :

1. Untuk pembaca, agar digunakan sebagai pedoman atau pembelajaran dalam hal organisasi maupun dalam hidup berkelompok karena adanya berbagai perbedaan pendapat setiap anggota dalam kelompok.

2. Untuk lembaga yang diobservasi, agar melakukan beberapa hal yang telah disarankan tersebut untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kelompoknya.

DAFTAR PUSTAKARakhmat, Jalaludin. 2005. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.Huraerah, Abu dan Peurwanto. Dinamika Kelompok : Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama.

Slamet. Santosa, 1992. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara.Soerjono. Soekanto, 1986. Pengetahuan Sosiologi Kelompok. Bandung: CV Penerbit Remadja Karya.Walgito, Bimo. 2008. Psikologi Kelompok. Yogyakarta: Penerbit Andi 1

2

3

4

10

9

11

i

12

13

ii

5

6

7

8