Upload
others
View
39
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PEMANTAUAN KUALITAS UDARA Tahun 2020
DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANTUL
DATA HASIL PEMANTAUAN KUALITAS UDARA
TAHUN 2020
1. Perempatan Madukismo
Periode : April
NO PARAMETER SATUAN HASIL BAKU MUTU KET
1 Sulfur Dioksida (SO2) µg/Nm3 9.7 365
2 Nitrogen Dioksida (NO2) µg/Nm4 6.8 150
3 Oksidan µg/Nm5 20.5 235
4 Hidrokarbon µg/Nm6 8.4 160
5 PM10 µg/Nm7 7.6 150
6 PM2,5 µg/Nm8 0.6 65
7 Debu (TSP) µg/Nm9 19.6 230
8 Timbal (Pb) µg/Nm10 0.01 2
9 Kebisingan (Lsm) dBA 67.29 70
Periode : November
NO PARAMETER SATUAN HASIL BAKU MUTU KET
1 Sulfur Dioksida (SO2) µg/Nm3 115.3 365
2 Nitrogen Dioksida (NO2) µg/Nm4 51.2 150
3 Oksidan µg/Nm5 2.6 235
4 Hidrokarbon µg/Nm6 1.5 160
5 PM10 µg/Nm7 12 150
6 PM2,5 µg/Nm8 4.5 65
7 Debu (TSP) µg/Nm9 20.8 230
8 Timbal (Pb) µg/Nm10 0.022 2
9 Kebisingan (Lsm) dBA 67.5 70
2. Klodran
Periode : April
NO PARAMETER SATUAN HASIL BAKU MUTU KET
1 Sulfur Dioksida (SO2) µg/Nm3 11 365
2 Nitrogen Dioksida (NO2) µg/Nm4 11.1 150
3 Oksidan µg/Nm5 27.4 235
4 Hidrokarbon µg/Nm6 12.3 160
5 PM10 µg/Nm7 5.7 150
6 PM2,5 µg/Nm8 0.5 65
7 Debu (TSP) µg/Nm9 20.6 230
8 Timbal (Pb) µg/Nm10 0.1 2
9 Kebisingan (Lsm) dBA 67.29 70
Periode : November
NO PARAMETER SATUAN HASIL BAKU MUTU KET
1 Sulfur Dioksida (SO2) µg/Nm3 131.8 365
2 Nitrogen Dioksida (NO2) µg/Nm4 63.8 150
3 Oksidan µg/Nm5 2.2 235
4 Hidrokarbon µg/Nm6 5.4 160
5 PM10 µg/Nm7 16.4 150
6 PM2,5 µg/Nm8 10.2 65
7 Debu (TSP) µg/Nm9 21.7 230
8 Timbal (Pb) µg/Nm10 0.109 2
9 Kebisingan (Lsm) dBA 72.6 70
3. Perempatan Jejeran
Periode : April
NO PARAMETER SATUAN HASIL BAKU MUTU KET
1 Sulfur Dioksida (SO2) µg/Nm3 8.7 365
2 Nitrogen Dioksida (NO2) µg/Nm4 5.9 150
3 Oksidan µg/Nm5 38.1 235
4 Hidrokarbon µg/Nm6 3 160
5 PM10 µg/Nm7 5.7 150
6 PM2,5 µg/Nm8 0.5 65
7 Debu (TSP) µg/Nm9 21.2 230
8 Timbal (Pb) µg/Nm10 0.04 2
9 Kebisingan (Lsm) dBA 69.71 70
Periode : November
NO PARAMETER SATUAN HASIL BAKU MUTU KET
1 Sulfur Dioksida (SO2) µg/Nm3 226 365
2 Nitrogen Dioksida (NO2) µg/Nm4 56.9 150
3 Oksidan µg/Nm5 3.7 235
4 Hidrokarbon µg/Nm6 2.5 160
5 PM10 µg/Nm7 15.1 150
6 PM2,5 µg/Nm8 7.9 65
7 Debu (TSP) µg/Nm9 22.3 230
8 Timbal (Pb) µg/Nm10 0.066 2
9 Kebisingan (Lsm) dBA 71.7 70
4. Pertigaan Piyungan
Periode : April
NO PARAMETER SATUAN HASIL BAKU MUTU KET
1 Sulfur Dioksida (SO2) µg/Nm3 7.5 365
2 Nitrogen Dioksida (NO2) µg/Nm4 7.5 150
3 Oksidan µg/Nm5 9.6 235
4 Hidrokarbon µg/Nm6 9.9 160
5 PM10 µg/Nm7 7.9 150
6 PM2,5 µg/Nm8 0.6 65
7 Debu (TSP) µg/Nm9 16.5 230
8 Timbal (Pb) µg/Nm10 0.1 2
9 Kebisingan (Lsm) dBA 68.44 70
Periode : November
NO PARAMETER SATUAN HASIL BAKU MUTU KET
1 Sulfur Dioksida (SO2) µg/Nm3 225.6 365
2 Nitrogen Dioksida (NO2) µg/Nm4 69.1 150
3 Oksidan µg/Nm5 3.8 235
4 Hidrokarbon µg/Nm6 1.1 160
5 PM10 µg/Nm7 17.5 150
6 PM2,5 µg/Nm8 9 65
7 Debu (TSP) µg/Nm9 20.1 230
8 Timbal (Pb) µg/Nm10 0.113 2
9 Kebisingan (Lsm) dBA 71.4 70
5. Depan Brimob
Periode : April
NO PARAMETER SATUAN HASIL BAKU MUTU KET
1 Sulfur Dioksida (SO2) µg/Nm3 11 365
2 Nitrogen Dioksida (NO2) µg/Nm4 9 150
3 Oksidan µg/Nm5 18.9 235
4 Hidrokarbon µg/Nm6 12.4 160
5 PM10 µg/Nm7 9.5 150
6 PM2,5 µg/Nm8 0.6 65
7 Debu (TSP) µg/Nm9 22.7 230
8 Timbal (Pb) µg/Nm10 0.1 2
9 Kebisingan (Lsm) dBA 65.82 70
Periode : November
NO PARAMETER SATUAN HASIL BAKU MUTU KET
1 Sulfur Dioksida (SO2) µg/Nm3 143.9 365
2 Nitrogen Dioksida (NO2) µg/Nm4 74.9 150
3 Oksidan µg/Nm5 5.7 235
4 Hidrokarbon µg/Nm6 2.7 160
5 PM10 µg/Nm7 18.5 150
6 PM2,5 µg/Nm8 11.3 65
7 Debu (TSP) µg/Nm9 23.5 230
8 Timbal (Pb) µg/Nm10 0.116 2
9 Kebisingan (Lsm) dBA 71.1 70
6. Ketandan
April
NO PARAMETER SATUAN HASIL BAKU MUTU KET
1 Sulfur Dioksida (SO2) µg/Nm3 19.7 365
2 Nitrogen Dioksida (NO2) µg/Nm4 9.1 150
3 Oksidan µg/Nm5 48.7 235
4 Hidrokarbon µg/Nm6 7.7 160
5 PM10 µg/Nm7 7.7 150
6 PM2,5 µg/Nm8 0.8 65
7 Debu (TSP) µg/Nm9 21.6 230
8 Timbal (Pb) µg/Nm10 0.1 2
9 Kebisingan (Lsm) dBA 64.6 70
November
NO PARAMETER SATUAN HASIL BAKU MUTU KET
1 Sulfur Dioksida (SO2) µg/Nm3 152.9 365
2 Nitrogen Dioksida (NO2) µg/Nm4 57.5 150
3 Oksidan µg/Nm5 1.8 235
4 Hidrokarbon µg/Nm6 1 160
5 PM10 µg/Nm7 14.3 150
6 PM2,5 µg/Nm8 9 65
7 Debu (TSP) µg/Nm9 22.7 230
8 Timbal (Pb) µg/Nm10 0.078 2
9 Kebisingan (Lsm) dBA 72.5 70
Data pada tabel diatas merupakan hasil pemantauan udara ambien selama satu
tahun yang diambil dalam dua periode. Periode pertama dilakukan pada bulan April
2020 dan periode kedua dilakukan pada bulan November 2020. Dasar hukum
pemantauan udara mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.41
Tahun 1999 dengan waktu pengukuran 24 jam.
PEMBAHASAN
a. SO2 (Sulfur Dioksida )
NO LOKASI HASIL
BAKU MUTU April November
01 Madukismo 9.7 115.3 365
02 Klodran 11 131.8 365
03 Jejeran 8.7 226 365
04 Piyungan 7.5 225.6 365
05 Brimob 11 143.9 365
06 Ketandan 19.7 152.9 365
Dari tabel diatas, pada pemantauan periode pertama konsentrasi tertinggi
berada pada titik pantau Ketandan sebesar 19.7 µg/Nm3 sedangkan konsentrasi
terendah pada titik pantau Piyungan sebesar 7.5 µg/Nm3. Periode kedua
konsentrasi tertinggi berada pada titik pantau Piyungan sebesar 225.6 µg/Nm3
sedangkan konsentrasi terendah pada titik pantau Madukismo sebesar 115.3
µg/Nm3.
Berdasarkan data tersebut , semua titik pantau udara ambien di wilayah
Kabupaten Bantul masih berada di bawah Baku Mutu Udara ambien yang telah
ditetapkan sesuai PP No 41 tahun 1999 yaitu 365 µg/Nm3.
Sulfur dioksida adalah salah satu spesies dari gas-gas oksida sulfur (SOx).
Gas ini sangat mudah terlarut dalam air, memiliki bau namun tidak berwarna,SO2
dan gas-gas oksida sulfur lainnya terbentuk saat terjadi pembakaran bahan bakar
fosil yang mengandung sulfur. Sulfur sendiri terdapat dalam hampir semua
material mentah yang belum diolah seperti minyak mentah, batu bara, dan bijih-
bijih yang mengandung metal seperti alumunium, tembaga,seng,timbal dan besi.
Tingginya kadar SO2 di udara merupakan salah satu penyebab terjadinya hujan
asam.
Beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :
a. Sumber Bergerak
a. Merawat mesin kendaraan bermotor
b. Melakukan Uji Emisi dan KIR kendaraan berkala
b. Sumber tidak bergerak
a. Memasang scrubber pada cerobong asap
b. Merawat dan pengujian berkala mesin
c. Menggunakan bahan bakar minyak atau batubara dengan kadar sulfur
rendah.
b. NO2 (Nitrogen Dioksida )
NO LOKASI HASIL
BAKU MUTU April November
01 Madukismo 6.8 51.2 150
02 Klodran 11.1 63.8 150
03 Jejeran 5.9 56.9 150
04 Piyungan 7.5 69.1 150
05 Brimob 9 74.9 150
06 Ketandan 9.1 57.5 150
Dari tabel diatas, pada pemantauan periode pertama konsentrasi tertinggi
berada pada titik pantau Klodran sebesar 11.1 µg/Nm3, sedangkan konsentrasi
terendah berada pada titik pantau Jejeran sebesar 5.9 µg/Nm3. Pada pemantauan
periode kedua konsentrasi tertinggi berada pada titik pantau Depan Brimob
sebesar 74.9 µg/Nm3 dan konsentrasi terendah berada pada titik pantau
Madukismo sebesar 51.2 µg/Nm3.
Berdasarkan data tersebut , semua titik pantau udara ambien di wilayah
Kabupaten Bantul masih berada di bawah Baku Mutu Udara ambien yang telah
ditetapkan sesuai PP No 41 tahun 1999 yaitu 150 µg/Nm3.
Nitrogen Dioksida terbentuk dan dipancarkan dari semua mesin
pembakaran. Inilah sumber terbentuknya senyawa berbahaya ini. Mulai dari
asap kendaraan bermotor (terutama mobil, truk, dan bis), asap buang dari
kompor minyak tanah, kompor gas, pemanas air di kamar mandi yang
menggunakan minyak tanah, asap rokok, pembakaran generator pada industri,
serta Nitrogen Dioksida yang terbentuk dari kebakaran hutan.
Pencegahan terbentuknya Nitrogen Dioksida :
1. Meminimalisir penggunaan kendaraan pribadi
2. Mengemudilah dengan putaran mesin rendah
3. Rawat mesin kendaraan dan ukur emisi gas buangnya
4. Buat ventilasi dan gunakan exhaust fan
5. Mengurangi temperatur pembakaran generator
c. O3 (Oksidan)
NO LOKASI HASIL
BAKU MUTU April November
01 Madukismo 20.5 2.6 235
02 Klodran 27.4 2.2 235
03 Jejeran 38.1 3.7 235
04 Piyungan 9.6 3.8 235
05 Brimob 18.9 5.7 235
06 Ketandan 48.7 1.8 235
Dari tabel diatas, pada pemantauan periode pertama konsentrasi tertinggi
berada pada titik pantau Ketandan sebesar 48.7 µg/Nm3, sedangkan konsentrasi
terendah berada pada titik pantau Piyungan sebesar 9.6 µg/Nm3. Untuk periode
kedua konsentrasi tertinggi berada pada titik pantau Depan Brimob sebesar 5.7
µg/Nm3, sedangkan konsentrasi terendah berada pada titik pantau Ketandan
sebesar 1.8 µg/Nm3.
Konsentrasi Ozon yang terukur masih memenuhi baku mutu yang
ditentukan dalam Baku Mutu Udara Ambien Nasional dalam lampiran Peraturan
Pemerintah No.41 tahun 1999 yaitu 235 µg/Nm3.
Dampak yang ditimbulkan ozon dapat dikurangi antara lain dengan :
mengontrol emisi kendaraan bermotor, mengontrol emisi sumber stationer,
menghindari reseptor dari daerah tercemar dan control lingkungan.
d. HC (Hidrokarbon)
NO LOKASI HASIL
BAKU MUTU April November
01 Madukismo 8.4 1.5 160
02 Klodran 12.3 5.4 160
03 Jejeran 3 2.5 160
04 Piyungan 9.9 1.1 160
05 Brimob 12.4 2.7 160
06 Ketandan 7.7 1 160
Dari tabel diatas, pada pemantauan periode pertama konsentrasi tertinggi
berada pada titik pantau Depan Brimob dengan konsentrasi sebesar 12.4 µg/Nm3
sedangkan konsentrasi terendah berada pada titik pantau Jejeran dengan
konsentrasi sebesar 3 µg/Nm3. Pada pemantauan periode kedua konsentrasi
tertinggi berada pada titik pantau Klodran dengan konsentrasi sebesar 5.4
µg/Nm3 sedangkan konsentrasi terendah berada pada titik pantau Ketandan
dengan konsentrasi sebesar 1 µg/Nm3.
Konsentrasi Hidrokarbon yang terukur masih memenuhi baku mutu yang
ditentukan dalam Baku Mutu Udara Ambien Nasional dalam lampiran Peraturan
Pemerintah No.41 tahun 1999 yaitu 160 µg/Nm3.
Struktur Hidrokarban (HC) terdiri dari elemen hidrogen dan korbon dan
sifat fisik HC dipengaruhi oleh jumlah atom karbon yang menyusun molekul HC.
HC adalah bahan pencemar udara yang dapat berbentuk gas, cairan maupun
padatan. Semakin tinggi jumlah atom karbon, unsur ini akan cenderung berbentuk
padatan.
Sumber HC dapat berasal dari sarana transportasi. Kondisi mesin yang
kurang baik akan menghasilkan HC. Pada umumnya pada pagi hari kadar HC di
udara tinggi, namun pada siang hari menurun. Sore hari kadar HC akan meningkat
dan kemudian menurun lagi pada malam hari.
e. PM 10
NO LOKASI HASIL
BAKU MUTU April November
01 Madukismo 7.6 12 150
02 Klodran 5.7 16.4 150
03 Jejeran 5.7 15.1 150
04 Piyungan 7.9 17.5 150
05 Brimob 9.5 18.5 150
06 Ketandan 7.7 14.3 150
Dari tabel diatas, pada pemantauan periode pertama konsentrasi tertinggi
berada pada titik pantau Depan Brimob sebesar 9.5 µg/Nm3 sedangkan
konsentrasi terendah berada pada titik pantau Klodran dan Jejeran sebesar 5.7
µg/Nm3. Periode Kedua konsentrasi tertinggi berada pada titik pantau Depan
Brimob sebesar 18.5 µg/Nm3 dan konsentrasi terendah berada pada titik pantau
Madukismo sebesar 12 µg/Nm3.
Particulate matter (PM) adalah istilah untuk partikel padat atau cair yang
ditemukan di udara.PM-10 termasuk partikel dengan diameter 10 mikrometer atau
kurang. Standar kesehatan berdasarkan PP No. 41 Tahun 1999 untuk PM-10
adalah 150 µg/Nm3 (24 jam). Dari beberapa titik pantau di Kabupaten Bantul tidak
ditemukan konsentrasi PM10 yang melebihi Baku Mutu yang dipersyaratkan.
f. PM 2.5
NO LOKASI HASIL
BAKU MUTU April November
01 Madukismo 0.6 4.5 65
02 Klodran 0.5 10.2 65
03 Jejeran 0.5 7.9 65
04 Piyungan 0.6 9 65
05 Brimob 0.6 11.3 65
05 Ketandan 0.8 9 65
Dari tabel diatas, pada pemantauan periode pertama konsentrasi tertinggi
ada di titik pantau Ketandan sebesar 0.8 µg/Nm3 dan konsentrasi terendahada
di titik pantau Klodran dan Jejeran sebesar 0.5 µg/Nm3 . Sedangkan periode
kedua konsentrasi tertinggi berada pada titik pantau Depan Brimob dengan nilai
11.3 µg/Nm3 dan konsentrasi terendah berada pada titik pantau Madukismo
dengan nilai 4.5 µg/Nm3.
Partikulat (PM2.5) adalah Partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 2.5
mikron (mikrometer). Nilai Ambang Batas (NAB) adalah batas konsentrasi polusi
udara yang diperbolehkan berada dalam udara ambien. NAB PM2.5 = 65
ugram/m3. Dari beberapa titik pantau di Kabupaten Bantul tidak ditemukan
konsentrasi PM 2.5 yang melebihi Baku Mutu.
g. Debu (Total Suspended Particulat)
NO LOKASI HASIL
BAKU MUTU April November
01 Madukismo 19.6 20.8 230
02 Klodran 20.6 21.7 230
03 Jejeran 21.2 22.3 230
04 Piyungan 16.5 20.1 230
05 Brimob 22.7 23.5 230
06 Ketandan 21.6 22.7 230
Dari tabel diatas, pada pemantauan periode pertama konsentrasi tertinggi
berada pada titik pantau Brimob dengan nilai 22.7 µg/Nm3 dan konsentrasi
terendah berada pada titik Piyungan dengan nilai 16.5 µg/Nm3. Pada periode
kedua konsentrasi tertinggi berada pada titik pantau Brimob dengan nilai 23.5
µg/Nm3 dan konsentrasi terendah berada pada titik pantau Piyungan 20.1
µg/Nm3.
Total Suspanded Particulate (TSP) merupakan salah satu komponen
pencemaran udara yang berupa partikel-partikel tersuspensi di udara permukaan
(Udara ambient), mengacu pada semua partikel yang ukurannya kurang dari 100
mikrometer. Sumber manusia meliputi produk pembakaran dari pemanasan
ruang, proses industri, pembangkit listrik, cerobong asap, insinerator dan
penggunaan kendaraan bermotor. Dari beberapa titik pantau di Kabupaten
Bantul tidak ditemukan konsentrasi TSP yang melebihi Baku Mutu yaitu 230
µg/Nm3.
h. Timbal (Pb)
NO LOKASI HASIL
BAKU MUTU April November
01 Madukismo 0.01 0.022 2
02 Klodran 0.1 0.109 2
03 Jejeran 0.04 0.066 2
04 Piyungan 0.1 0.113 2
05 Brimob 0.1 0.116 2
05 Ketandan 0.1 0.078 2
Dari tabel diatas, pada pemantauan periode pertama konsentrasi
tertinggi berada pada titik pantau Klodran, Piyungan dan Brimob sebesar 0.1
µg/Nm3 sedangkan konsentrasi terendah berada pada titik pantau Jejeran
sebesar 0.04 µg/Nm3. Pada periode kedua konsentrasi tertinggi berada pada titik
pantau Brimob sebesar 0.116 µg/Nm3 sedangkan titik terendah berada pada titik
pantau Madukismo sebesar 0.022 µg/Nm3.
Salah satunya dampak aktivitas transportasi adalah terjadinya
pencemaran udara, yaitu terjadinya emisi gas buang yaitu Timbal (Pb) . Timbal
(Pb) merupakan logam berat yang bersifat toksin yang mempengaruhi
lingkungan dan kesehatan manusia dan bersifat akumulatif. Sumber-sumber lain
yang menyebabkan timbal terdapat dalam udara ada bermacam-macam. Di
antara sumber alternatif ini yang tergolong besar adalah pembakaran batu bara,
asap dari pabrik-pabrik yang mengolah senyawa timbal alkil, timbal oksida,
peleburan biji timbal dan transfer bahan bakar kendaraan bermotor, karena
senyawa timbal yang terdapat dalam bahan bakar tersebut dengan sangat
mudah menguap. Dari beberapa titik pantau di Kabupaten Bantul tidak
ditemukan konsentrasi Timbal yaitu 2 µg/Nm3.
i. Kebisingan
NO LOKASI HASIL
BAKU MUTU April November
01 Madukismo 67.29 67.5 70
02 Klodran 67.29 72.6 70
03 Jejeran 69.71 71.7 70
04 Piyungan 68.44 71.4 70
05 Brimob 65.82 71.1 70
05 Ketandan 64.6 72.5 70
Dari tabel diatas, pada pemantauan periode pertama kebisingan tertinggi
berada pada titik pantau Jejeran dengan nilai kebisingan 69.71 dB, sedangkan
kebisingan terendah berada pada titik pantau Brimob dengan nilai kebisingan
65.82 dB. Pada periode kedua kebisingan tertinggi pada titik pantau Klodran 72.6
dB, sedangkan kebisingan terendah pada titik pantau Madukismo sebesar 67.5
dB.
Berdasarkan Peraturan Gubernur DIY No. 40 Tahun 2017 tentang Baku
Tingkat Kebisingan, kawasan perdagangan dan jasa ditetapkan sebesar 70 dB(A)
untuk Leq. Semua titik pantau merupakan perempatan besar yang padat lalu
lintas, maka penyumbang utama kebisingan untuk setiap titik pantau diperkirakan
berasal dari aktifitas transportasi, industri kecil dan besar di sekitar titik pantau.
HASIL PASSIVE SAMPLER UJI KUALITAS UDARA
KABUPATEN BANTUL TAHUN 2020
KLHK