23
LAPORAN PRAKTIKUM PEMULIABIAKAN ORGANISME AKUAKULTUR SEKS REVERSAL PADA IKAN GUPPY (Poecilia reticulata) DENGAN MENGGUNAKAN HORMON SINTESIS 17α METIL TESTOSTERON OLEH : NAMA : NURLIA NIM : L221 13 025 ASISTEN : MUH. FARIZ Z ALI JURUSAN PERIKANAN

LAPORAN PEMULIABIAKAN NURLIA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN PEMULIABIAKAN NURLIA

LAPORAN PRAKTIKUMPEMULIABIAKAN ORGANISME AKUAKULTUR

SEKS REVERSAL PADA IKAN GUPPY (Poecilia reticulata) DENGAN MENGGUNAKAN HORMON SINTESIS 17α METIL TESTOSTERON

OLEH :

NAMA : NURLIANIM : L221 13 025ASISTEN : MUH. FARIZ Z ALI

JURUSAN PERIKANANFAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR

2015

Page 2: LAPORAN PEMULIABIAKAN NURLIA

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Genetika adalah cabang biologi yang berurusan dengan hereditas dan

variasi. Unit-unit herediter yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi

berikutnya (dengan kata lain, diwariskan) disebut gen. gen terletak dalam molekul-

molekul panjang asam deoksiribonukleat (deoxyribonucleic acid, DNA) yang ada

dalam semua sel. DNA, bersama dengan suatu matriks protein, membentuk

nucleoprotein dan terorganisasi menjadi struktur yang disebut kromosom yang

ditemukan dalam nukleus atau daerah inti sel. Sebuah gen mengandung kode

informasi bagi produksi protein. Normalnya, DNA adalah molekul yang stabil dengan

kapasitas untuk bereplikasi sendiri. Terkadang, bisa terjadi perubahan spontan pada

suatu bagian DNA. Perubahan itu, disebut mutasi, dapat menyebabkan perubahan

kode DNA yang mengakibatkan produksi protein yang salah atau tidak lengkap.

Hasil netto sebuah mutasi seringkali terlihat sebagai perubahan pada tampilan fisik

suatu individu ataupun perubahan pada hal-hal lain yang dapat terukur pada

organisme itu, disebut karakter atau sifat melalui proses mutasi, sebuah gen dapat

berubah menjadi dua atau lebih bentuk alternatif yang disebut

alel. Dengan melihat permintaan dan kebutuhan konsumen secara kuantitas  seperti

halnya pada ikan gappy maka perlu dilakukan secara sex reversal

(Susan dan William, 2006).

Seks reversal (monoseks) adalah suatu teknologi yang membalikkan arah

perkembangan kelamin menjadi berlawanan. Cara ini dilakukan pada waktu

menetas gonad ikan belum terdiferensiasi secara jelas menjadi jantan atau betina

Page 3: LAPORAN PEMULIABIAKAN NURLIA

tanpa merubah genotipenya. Tujuan dari penerapan seks reversal adalah

menghasilkan populasi monoseks (tunggal kelamin), yang sangat bermanfaat dalam

mendapatkan ikan dengan pertumbuhan yang cepat, mencegah pemijahan liar,

mendapatkan penampilan yang baik (Gusrina, 2014).

Guppy (Poecilia reticulata) merupakan ikan yang membuahi telur-telurnya di

dalam tubuh induknya. Ukuran guppy jantan biasanya lebih pendek daripada guppy

betina, tetapi warnanya juga lebih indah dan bervariasi. Ekor guppy jantan juga lebih

lebar mirip kipas, sedangkan ekor betinanya lebih sempit. Di habitat aslinya, ikan ini

hidup di air tawar, walaupun ada beberapa jenis yang hidup di air payau. Makanan

utamanya adalah plankton dan bahan organik. Ada juga sebagian guppy yang

memakan dedaunan (herbivora) ( Sugiarto, 2008).

I.2. Tujuan dan Kegunaan Praktikum

Tujuan praktikum pemuliabiakan ini adalah untuk mengetahui cara seks

reversal (Maskulinisasi) penjantanan pada ikan guppy (Poecilia reticulata).

Kegunaan praktikum ini adalah untuk menghasilkan sebagian besar akan

jantan pada ikan guppy (Poecilia reticulata).

Page 4: LAPORAN PEMULIABIAKAN NURLIA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 1. Ikan guppy (Poecilia reticulata)

II.1. Klasifikasi

Klasifikasi ikan guppy (Zipcodezoo), adalah sebagai berikut :

Kingdom : AnimaliaSuperphylum : DeuterostomiaPhylum : ChordataSubphylum : VertebrataInfraphylum : GnathostomataSuperclass : GnathostomataClass : ActinopterygiiSubclass : ActinopterygiiInfraclass : ActinopteriSuperorder : AtherinomorphaeOrder : CyprinodontiformesSuborder : CyprinodontoideiSuperfamily : PoecilioideaFamily : PoeciliidaeGenus : PoeciliaSpecies : Poecilia reticulata

II.2. Morfologi

Ikan guppy (Poecilia reticulata) merupakan salah satu ikan hias yang banyak

diminati oleh masyarakat. Ikan guppy merupakan ikan hias air tawar yang berukuran

Page 5: LAPORAN PEMULIABIAKAN NURLIA

kecil. Ikan ini digemari karena mudah dipelihara dan memiliki bermacam-macam

corak warna yang indah, terutama pada ikan jantan sedangkan pada betina lebih

menoton pada satu warna. Untuk membedakan induk betina dan jantan tidak sulit.

Warna dan morfologi tubuh jantan jauh lebihbagus dibandingkan betina. Sirip-sirip

pada ikan jantan lebih panjang dan lebih lebar (Yusuf, 2012).

II.3. Kebiasaan Makan

Secara praktis,untuk membudidayakan ikan guppy dapat dikatakan sangat

mudah baik dari segi perkawinan (pemijahan) maupun jenis pakan yang diberikan

Pemijahan ini dapat dilakukan secara massal dengan perbandingan jantan betina

1:2. Dalam wadah diberi tanaman air seperti hidrilla (ganggang) sebagai tempat

persembunyian anak ikan. Secara teknis pemberian pakan dapat diberikan pellet

halus 3 kali sehari untik induk maupun anakan guppy namun untuk mendapatkan

hasil yang lebih optimal anakan ikan guppy dibawah umur 10 hari diberi pakan alami

berupa kutu air, cacing sutera maupun artemia. Anakan ikan guppy berumur 1,5

bulan sudah dapat melakukan reproduksi. Oleh karena cepatnya masa reproduksi,

ikan ini sering disebut ikan seribu (Yusuf, 2012).

II.4. Reproduksi Ikan Guppy

Ikan guppy termasuk family poecilidae yang mudah berkembangbiak. Ikan

guppy merupakan jenis ikan yang bersifat ovovivipar yaitu telur yang dibuahi sperma

secara internal, embrio disimpan, dan terus berkembangbiak hingga terbentuk anak.

Embrio mendapatkan makanan dari kuning telur tanpa adanya pemindahan

makanan dari induk menuju embrio (Joellie, 1964).

Ikan guppy mampu menyimpan sperma dalam jangka waktu yang lama di

dalam oviduk. Kemampuan ikan guppy dalam melahirkan termasuk tinggi namun

bervariasi tergantung pada umur dan strain ikan. Pada umumnya induk betina

Page 6: LAPORAN PEMULIABIAKAN NURLIA

mampu menghasilkan anak sebanyak 30-80 ekor namun ada juga yang sampai

ratusan ekor dalam satu kali perkawinan (Fernando dan phang, 1985).

II.5. Habitat Ikan Guppy

ikan guppy memiliki habitat asli diperairan dangkal, sungai, parit, dan danau.

Ikan guppy berasal dari daerah utara amazon yaitu Trinidad,Barbados, Venezzuela,

Gunaya, dan Brazil. Ikan guppy juga dapat hidup diperairan payau (Nelson, 1984).

II.6. Genetika

Genetika adalah cabang biologi yang berurusan dengan hereditas dan

variasi. Unit-unit herediter yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi

berikutnya (dengan kata lain, diwariskan) disebut gen. gen terletak dalam molekul-

molekul panjang asam deoksiribonukleat (deoxyribonucleic acid, DNA) yang ada

dalam semua sel. Genetika dan seks reversal sangat erat kaitannya karena masing-

masing berkaitan langsung dengan pembalikan arah kelamin menjadi berlawanan

atau monoseks (seks reversal) (Susan dan William, 2006).

II.7. Seks Reversal

Seks reversal (monoseks) adalah suatu teknologi yang membalikkan arah

perkembangan kelamin menjadi berlawanan. Cara ini dilakukan pada waktu

menetas gonad ikan belum terdiferensiasi secara jelas menjadi jantan atau betina

tanpa merubah genotipenya. Tujuan dari penerapan seks reversal adalah

menghasilkan populasi monoseks (tunggal kelamin), yang sangat bermanfaat dalam

mendapatkan ikan dengan pertumbuhan yang cepat, mencegah pemijahan liar,

mendapatkan penampilan yang baik (Gusrina, 2014).

II.8. Hormon

Hormon sintesis seperti 17α-metiltestosteron memiliki efektifitas yang lebih

tinggi daripada bahan alami karena dapat bereaksi lebih lama pada target sel dan

Page 7: LAPORAN PEMULIABIAKAN NURLIA

lambat dieliminasi tetapi tidak ramah lingkungan. Pada individu jantan hormon

metiltestosteron dapat meningkatkan spermatogenesis. Sedangkan pada individu

betina menyebabkan munculnya karakter kelamin sekunder jantan yaitu berupa

perpanjangan sirip anal dan menyebabkan degenerasi ovary serta reabsorbsi telur.

Dosis dan lama pemberian hormon yang melewti batas dapat menyebabkan

gangguan perkembangan gonad dan pembentukan gamet. Bahkan pada

pengarahan kelamin jantan, maka testis akan mengecil dan terjadi kemandulan

akibat kerusakan sel-sel germinal (Zairin, 2002).

Page 8: LAPORAN PEMULIABIAKAN NURLIA

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

III.1. Waktu dan Tempat

Praktikum Sex Reversal pada Ikan Guppy (Poecilia reticulata) dengan

Menggunakan Hormon Sintesis 17-α Methyl Testoterone dilaksanakan pada hari

Minggu, tanggal 11 Oktober – 19 November 2015, pukul 10.00 WITA, bertempat di

Laboratorium Basah Hatchery, Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan

Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

III.2. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan dari praktikum ini yaitu :

Tabel. 1 Alat beserta fungsi No Nama Alat Fungsi 1. Akuarium Wadah penyimpanan ikan guppy yang

akan dipelihara2. Pipet tetes Untuk pegambilan hormon3. Tabung reaksi Wadah penyimpanan hormone yang

akan diencerkan4. Timbangan Untuk menimbang hormone yang akan

digunakan

5. Selang Wadah untuk pemberian oksigen6. Aerator Untuk menyuplai oksigen.

Tabel. 2 Bahan beserta fungsi No Nama Bahan Fungsi 1. Ikan Guppy (Poecilia reticulata) Sebagai sampel yang akan digunakan2. Hormone 17α- metiltestosteron Untuk pengarahan kelamin pada ikan

guppy3. Alcohol Sebagai pelarut hormon4. Pakan berupa pellet bubuk Sebagai makanan ikan

III.3. Prosedur Kerja

Page 9: LAPORAN PEMULIABIAKAN NURLIA

prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum Sex Reversal pada ikan

Guppy (Poecilia reticulata) dengan Menggunakan Hormon Sintesis 17-α Methyl

Testoterone adalah sebagai berikut:

1. Membersihkan wadah akuarium dengan air, lalu diisi air bersih yang telah

diendapkan setinggi 20 cm, beri aerator sebagai penghasil oksigen pada

akuarium.

2. Masukkan induk Ikan Guppy (Poecilia reticulata) yang telah matang gonad

sebanyak 7 ekor dengan perbandingan jantan : betina = 4 : 3 ke dalam masing-

masing akuarium, proses pemijahan berlangsung selama 3-4 hari. Selama

pemijahan induk diberi pakan pellet sebanyak 2 kali sehari.

3. Setelah pemijahan selesai, induk jantan diangkat untuk mencegah perkawinan

liar.

4. Menyiapkan toples sebagai wadah perendaman induk betina dalam larutan

hormon. Pembuatan larutan hormon dilakukan dengan cara menimbang hormon

dengan dosis 4 ppm (4 mg/L), kemudian larutkan hormon dengan alcohol

sebanyak 1 mL dalam tabung reaksi, lalu memasukkan larutan ke dalam toples

yang telah berisi air sebanyak 1 L, beri aerasi agar bau alkohol menguap dan

tidak membahayakan ikan yang direndam, didiamkan selama 30-45 menit.

5. Memasukkan ikan betina yang telah bunting ke dalam toples yang berisi larutan

hormon, beri aerasi dan didiamkan selama 24 jam agar hormon meresap ke

dalam tubuh ikan.

6. Setelah 24 jam induk betina dikembalikan kembali ke dalam akuarium

pemeliharaan, tunggu beberapa hari hingga induk betina melahirkan anaknya.

Page 10: LAPORAN PEMULIABIAKAN NURLIA

7. Pemeliharaan burayak ikan Guppy dilakukan selama 1 bulan atau hingga dapat

di identifikasi jenis kelaminnya, selama pemeliharaan dilakukan penyiphonan

kotoran dan pemberian pakan berupa pellet tepung sebanyak 2 kali sehari.

8. Mengidentifikasi larva ikan Guppy dilakukan dengan cara melihat cirri fisologis,

untuk jantan ditandai dengan adanya organ gonopodium pada daerah anus,

warna yang lebih terang, dan ekor yang lebih panjang, untuk betina sendiri

memiliki warna pudar dan ekor yang pendek.

Page 11: LAPORAN PEMULIABIAKAN NURLIA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Hasil

Hasil yang diperoleh dari praktikum Sex Reversal pada Ikan Guppy (Poecilia

reticulata) dengan Menggunakan Hormon Sintesis 17-α Methyl Testoterone dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Hasil praktikum Sex Reversal pada Ikan Guppy (Poecilia reticulata) dengan Menggunakan Hormon Sintesis 17-α Methyl Testoterone

Kelompok Jantan Betina % Jantan1 17 15 53.122 7 3 703 0 0 04 13 10 56.525 13 6 68.426 8 1 88.897 8 4 66.67

Grafik 1. Hasil praktikum Sex Reversal pada Ikan Guppy (Poecilia reticulata) dengan Menggunakan Hormon Sintesis 17-α Methyl Testoterone

1 2 3 4 5 6 70

10

20

30

40

50

60

70

80

90

JantanBetina% Jantan

Page 12: LAPORAN PEMULIABIAKAN NURLIA

IV.2. Pembahasan

Dari hasil diatas pada ikan kontrol jumlah ikan guppy jantan sebanyak 17 ekor

dan betina 15 ekor dengan jumlah persentase jantan sebanyak 53.12 %. Pada

akuarium 2 ikan betina sebanyak 7 ekor dan jantan sebanyak 3 ekor, akuarium 3

jumlah ikan jantan 0 dan ikan betina 0 dan jumlah persentase 0 %. Akuarium 4 ikan

jantan sebanyak 13 ekor dan betina 10 dengan jumlah persentase 56.52%. pada

akuarium 5 ikan jantan sebanyak 13 ekor dan ikan betina 6 ekor dengan jumlah

persentase 68.42%. Pada akuarium 6 ikan jantan sebanyak 8 ekor dan betina

sebanyak 1 ekor dengan jumlah persentase 88.89%. sedangkan pada akuarium 7

jumlah ikan jantan sebanyak 8 ekor dan ikan betina sebanyak 4 ekor dengan jumlah

persentase 66.67%. Pemberian hormon methyltestosteron pada induk ikan guppy

yang akan melahirkan akan menghasilkan anak jantan sebesar 100%. Dibandingkan

dengan jumlah persentase ikan jantan yang diperoleh pada penelitian ini,

kemungkinan pembentukan kelamin jantan dan betina pada ikan guppy sebagian

besar telah terjadi sebelum dilahirkan (Zairin, 2005).

Dari grafik di atas dapat dilihat rata-rata persentase jantan yang tertinggi

adalah pada akuarium 6 yaitu 88.89%. dan yang terendah pada akuarium 3 yaitu 0%.

Hal ini disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik merupakan

penentu kelamin pada awal perkembangan embrio yaitu pasangan kromosom

kelaminnya saat zigot. Gonad berfungsi untuk menghasilkan sel gamet dan hormone

kelamin sesuai dengan kelamin yang ditentukan secara genetik. Hormon kelamin

kemudian mengatur perkembangan karakter kelamin sekunder dan mempengaruhi

fungsi reproduksi (Yatim, 1983)

Page 13: LAPORAN PEMULIABIAKAN NURLIA

.Pemberian hormon methyltestosteron melalui perendaman pada fase larva

sangat efektif untuk meningkatkan perolehan persentase ikan jantan mencapai 100%.

Bila dibandingkan dengan hasil penelitian diatas masih dibawah 90% tetapi telah

menunjukkan perbedaan secara nyata dengan kontrol. Secara kuantitatif 1,6 kali

dibandingkan dengan kontrol (Hunter dan Donaldson, 1983).

IV.3. Cara Kerja Hormon

Mekanisme secara alamiah kerja hormon untuk perkembangan dan

pematangan gonad dimulai dari adanya rangsangan dari luar seperti visual untuk

fotoperiode, kemoreseptor untuk suhu dan metabolit yang kemudian diterima oleh

susunan saraf otak melalui reseptor-reseptor penerima rangsangan susunan saraf

otak kemudian merangsang hipotalamus untuk melepaskan Gonadropin Releasing

Hormon (GnRH) untuk mestimulasi kelenjar hipofisa (pituitary) untuk

mengsekresikan Gonadotropin Hormon (GtH) kemudian dialirkan ke dalam darah

untuk merangsang kematangan gonad akhir melalui simulasi untuk mensintesis

hormon-hormon steroid pematangan (seperti hormon testoteron dan estradiol) dalam

ovarium atau testis, dan mempengaruhi perkembangan kelamin

sekunder (Sunandar, 2006).

Aplikasi hormon untuk sex reversal pada ikan dapat dilakukan melalui

penyuntikan, perendaman dan oral (melalui pakan). Pemilihan cara harus

didasarkan pada efektivitas, efisiensi, palatabilitas, kemungkinan polusi dan biaya.

Pada ikan-ikan yang bertubuh kecil seperti gapi, teknik yang sering dipakai adalah

perendaman dan oral (Gusrina, 2014).

Mekanisme rangsangan pembentukan gonad jantan dengan menggunakan

hormon metiltestosteron (hormon steroid) dimulai dari penyepan hormon kedalam

tubuh ikan secara difusi dan disekresikan melalui saluran darah (Montgomery, et all.,

Page 14: LAPORAN PEMULIABIAKAN NURLIA

1983). Proses bagaimana hormon steroid tersebut dapat merangsang pemasakan

oosit maupun sperma mekanismenya belum diketahui, tetapi diduga melalui tranfer

kode terjemahan RNA (Darwisito, 2002).

Perbandingan pada praktikum kali ini apabila hasil presentase jantan hampir

sama dengan presentase betina.Hal ini terjadi pada kombinasi perlakuan antara

pemberian hormon dengan temperatur inkubasi pada induk betina yang telah hamil

tidak berbanding. Takahashi (1975) dan Zairin dkk. (2005) melaporkan bahwa

pemberian hormon methyltestosteron pada induk ikan Guppy yang akan melahirkan

dapat menghasilkan anak jantan sebesar 100%. Dibandingkan dengan jumlah

persentase ikan jantan yang diperoleh pada praktikum ini (88,89%), kemungkinan

pembentukkan kelamin jantan dan betina pada ikan Guppy sebagian besar telah

terjadi sebelum dilahirkan. Berdasarkan data sintasan dan laju kelangsungan hidup,

pemberian perbedaan hormon tidak mempengaruhi sintasan dan laju pertumbuhan

spesifik. Dengan demikian pengaruh pemberian hormon perlakuan terkonsentrasi

pada pembentukkan kelamin jantan sebagaimana ditunjukkan dengan peningkatan

jumlah persentase ikan jantan yang diperoleh (Huwoyon, 2008).

Page 15: LAPORAN PEMULIABIAKAN NURLIA

V. PENUTUP

V.1. Kesimpulan

Dari hasil praktikum seks reversal dapat disimpulkan bahwa Pemberian

hormon methyltestosteron pada induk ikan guppy yang akan melahirkan dapat

menghasilkan anak jantan sebesar 88,89% dengan metode perendaman atau

dipping dimana hormon masuk kedalam tubuh ikan guppy dengan cara difusi melalui

kulit, insang dan organ pencernaan.

V.2. Saran

Laboratorium

Sebaiknya peralatan di hatchery dilengkapi agar saat praktikum dapat

berjalan dengan lancar

Asisten

Tetap semangat dalam mengayomi praktikan dan semoga reskinya

dilancarkan selalu oleh Allah.

Page 16: LAPORAN PEMULIABIAKAN NURLIA

DAFTAR PUSTAKA

Darwisito, S. 2002. Stretegi Reproduksi Pada Ikan Kerapu. Makalah Pengantar Falsafah Sains Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Fernando A.A dan VP phang, 1985. Culture of The Guppy, Poecilia reticulate, in Singapore. Aquaculture, 51 : 49-63.

Gusrina, 2014. Genetika dan Reproduksi Ikan. CV. BUDI UTAMA. Yogyakarta.hal. 154.

Hunter, G.A dan Donaldson, 1983. Hormonal sex control and its application to fish culture. In W.S. Hoar, D.J.Randal dan E.M. Donaldson Fish physicology. Vol.9. Reproduction. Academic Press.New York. 223-303.

Joellie, 1964. The fine structure of the Ovarian Follicle of the Ovoviviparus Poecillied

Fish, Lebistes reticulate. Journal of morphology. 114;479-502.

Nelson J.S, 1984. Fishes of The World John Willey and Sons. Inc.New York. P: 221-222.

Sunandar, dkk. 2006. Perndaman Benih Ikan Gurami () Terhadap Keberhasilan pembentukan Kelamin Jantan. Jurusan Perikanan, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang. PKMI (1-20): 1-9

Susan dan William, 2006. Pembenihan Ikan Air Tawar. KANISIUS. Yogyakarta.hal 58.

Yatim W, 1983. Genetika . Penerbit Tarsito. Bandung. 397 hal.

Yusuf, 2012.Guppy Ikan Mungil Yang Indah. Gramedia. Hal 40.

Zairin, M. 2002. Sex Reversal: Memproduksi Benih Ikan Jantan atau Betina. Penebar Swadaya. Jakarta