Upload
benz-zodiazepin
View
254
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan pendahuluan anestesi
Citation preview
LAPORAN PENDAHULUAN
MANAGEMENT AIRWAY
PEMBIMBING :
Dr. Indah Waty Muchlis, Sp.An
Dr. Hendry Suta, Sp.An
PENYUSUN :
Mana Metiyahuha Ganie
09310026
KEPANITRAAN KLINIK SENIOR ANESTESI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH EMBUNG FATIMAH
PERIODE 20 JANUARI 2014 – 22 FEBRUARI 2014
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Kemajuan ilmu kedokteran dewasa ini khususnya bidang pembedahan tidak terlepas
dari peran dan dukungan kemajuan bidang anestesiologi .Kata anestesia di perkenalkan oleh
Oliver Wendell Holmes yang menggmbarkan keadaan tidak sadar yang bersifat sementara,
karena pemberian obat dengan tujuan untuk menghilangkan nyeri pembedahan.
Dalam suatu tindakan operasi, seorang dokter bedah tidak dapat bekerja sendirian
dalam membedah pasien sekaligus menciptakan keadaan anestesi. Dibutuhkan keberadaan
seorang dokter anestesi untuk mengusahakan, menangani dan memelihara keadaan anestesi
pasien. Tugas seorang dokter anestesi dalam suatu acara operasi antara lain :1.
Menghilangkan rasa nyeri dan stress emosi selama dilakukannya proses pembedahan atau
prosedur medik lain, 2. Melakukan pengelolaan tindakan medik umum kepada pasien yang
dioperasi, menjaga fungsi organ-organ tubuh berjalan dalam batas normal sehingga
keselamatan pasien tetap terjaga, 3. Menciptakan kondisi operasi dengan sebaik mungkin
agar dokter bedah dapat melakukan tugasnya dengan mudah dan efektif. Salah satu usaha
yang mutlak harus dilakukan oleh seorang dokter ahli anestesi adalah menjaga berjalannya
fungsi organ tubuh pasien secara normal, tanpa pengaruh yang berarti akibat proses
pembedahan tersebut.
Pengelolaan jalan napas menjadi salah satu bagian yang terpenting dalam suatu
tindakan anestesi. Karena beberapa efek dari obat-obatan yang dipergunakan dalam anestesi
dapat mempengaruhi keadaan jalan napas berjalan dengan baik . Bila terjadi henti nafas
primer, jantung dapat terus memompa darah selama beberapa menit dan sisa O2 yang ada
dalam paru dan darah akan terus beredar ke otak dan organ vital lain. Penanganan dini pada
korban dengan henti napas atau sumbatan jalan napas dapat mencegah henti jantung. Bila
terjadi henti jantung primer, O2 tidak beredar dan O2 yang tersisa dalam organ vital akan
habis dalam beberapa detik.
BAB II
PEMBAHASAN
A.DEFINISI
Airway Management ialah tindakan membebaskan jalan napas untuk menjamin
pertukaran udara secara adekuat. Tindakan paling penting untuk keberhasilan resusitasi
adalah segera melapangkan saluran pernapasan, yaitu dengancara Tripel airway maneuver.
Pada Triple Airway Manuever terdapat tiga perlakuan yaitu:
Kepala ditengadahkan dengan satu tangan berada di bawah leher, sedangkan tangan
yang lain pada dahi. Leher diangkat dengan satu tangan dan kepala ditengadahkan ke
belakang oleh tangan yang lain
Menarik rahang bawah ke depan, atau keduanya, akan mencegah obtruksi hipofarings
oleh dasar lidah. Kedua gerakan ini meregangkan jaringan antara larings dan rahang
bawah.
Menarik / mengangkat dasar lidah dari dinding pharyinx posterior.
B. ANATOMI
Pengetahuan tentang anatomi hipofaring penting untuk manajemen airway. Batas
hipofaring disebelah superior adalah tepi atas epiglottis, batas anterior ialah laring, batas
inferior ialah esofagus, serta batas posterior ialah vertebra cervical. Bila hipofaring diperiksa
dengan kaca tenggorok pada pemeriksaan laring tidak langsung atau dengan laringoskop pada
pemeriksaan laring langsung, maka struktur pertama yang tampak dibawah dasar lidah ialah
valekula. Bagian ini merupakan dua buah cekungan yang dibentuk oleh ligamentum
glossoepiglotika medial dan ligamnetum glossoepiglotika lateral pada tiap sisi.
Valekula disebut juga “kantong pil”, sebab pada beberapa orang kadang-kadang bila
menelan pil akan tersangkut disitu. Dibawah valekula terdapat epiglottis yang berfungsi
untuk melindungi glottis ketika menelan minuman atau bolus makanan.
Berikut gambaran anatominya
Daerah yang sering mengalami sumbatan jalan napas adalah hipofaring, terjadi pada
pasien koma ketika otot lidah dan leher yang lemas tidak dapat mengangkat dasar lidah dari
dinding belakang faring. Ini terjadi jika kepala pada posisi fleksi atau posisi tengah. Oleh
karena itu ekstensi kepala merupakan langkah pertama yang terpenting dalam resusitasi,
karena gerakan ini akan meregangkan struktur leher anterior sehingga dasar lidah akan
terangkat dari dinding belakang faring. Kadang-kadang sebagai tambahan diperlukan
pendorongan mandibula kedepan untuk meregangkan leher anterior, lebih-lebih jika
sumbatan hidung memerlukan pembukaan mulut. Hal ini akan mengurangi regangan struktur
leher tadi. Kombinasi ekstensi kepala, pendorongan mandibula kedepan dan pembukaan
mulut merupakan ”gerak jalan napas tripel”.
Pada kira-kira 1/3 pasien yang tidak sadar, rongga hidung tersumbat selama ekspirasi
karena palatum molle bertindak sebagai katup. Selain itu rongga hidung dapat tersumbat oleh
kongesti, darah atau lendir Jika dagu terjatuh, maka usaha inspirasi dapat ”menghisap” dasar
lidah ke posisi yang menyumbat jalan napas.
Sumbatan jalan napas oleh dasar lidah bergantung kepada posisi kepala dan
mandibula serta dapat saja terjadi dalam posisi miring, terlentang atau telungkup. Walaupun
gravitasi dapat menolong drainase benda asing cair, gravitasi ini tidak akan meringankan
sumbatan jaringan lunak hipofaring, sehingga gerak mengangkat dasar lidah seperti
diterangkan diatas tetap diperlukan. Penyebab lain sumbatan jalan napas adalah benda asing,
seperti muntahan atau lendir dijalan napas atas yang tidak dapat ditelan atau dibatukkan
keluar oleh pasien yang tidak sadar. Laringo spame biasanya disebabkan oleh rangsangan
jalan nafas atas pada pasien stupor atau koma dangkal. Sumbatan jalan nafas bawah dapat
disebabkan oleh bronkospasme, sekresi bronkus, edema mukosa, inhalasi isi lambung atau
benda asing.
C. MENILAI OBSTRUKSI JALAN NAPAS
Untuk menilai hambatan jalan nafas harus menggunakan indra yang kita miliki. Kita
lihat( look ) , kita dengar ( listen ) dan kita raba ( feel ).
Look :
Lihat gerak dada dan perut , ada tertinggal , paradoksal ?
Lihat tanda tanda distress pernafasan
Lihat warna kulit /mukosa : pucat , sianosis , kemerahan ?
Lihat tingkat kesadaran penderita dengan skala GCS
Listen :
Dengarkan gerak udara nafas dengan telinga
Feel:
Rasakan adanya hembusan napas sari hisung atau mulut
D. OBSTRUKSI JALAN NAPAS
Secara klinis dapat dikenali tanda - tanda adanya hambatan jalan nafas. Suara
mendengkur ( snoring ) disebabkan obstruksi lidah , suara berkumur ( gargling )
menunjukkan adanya sumbatan berupa cairan di faring , stridor karena odem di pita suara
atau laring.
E. MEMBEBASKAN JALAN NAFAS TANPA ALAT
1. Cross Finger
Untuk memeriksa jalan nafas terutama di daerah mulut, dapat dilakukan teknik Cross
Finger yaitu dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk yang disilangkan dan menekan
gigi atas dan bawah. Bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing dalam rongga
mulut dilakukan pembersihan manual dengan sapuan jari. Kegagalan membuka nafas dengan
cara ini perlu dipikirkan hal lain yaitu adanya sumbatan jalan nafas di daerah faring atau
adanya henti nafas (apnea).Bila hal ini terjadi pada penderita tidak sadar, lakukan peniupan
udara melalui mulut, bila dada tidak mengembang, maka kemungkinan ada sumbatan pada
jalan nafas dan dilakukan maneuver Heimlich.
Gambar 2. Pemeriksaan sumbatan jalan nafas di daerah mulut dengan menggunakan teknik
cross finger.
Tanda-tanda adanya sumbatan (ditandai adanya suara nafas tambahan) :
a. Mendengkur (snoring), berasal dari sumbatan pangkal lidah.
Cara mengatasi : chin lift, jawthrust, pemasangan pipa orofaring/nasofaring, pemasangan
pipa endotrakeal.
b. Berkumur (gargling), penyebab : ada cairan di daerah hipofaring.
Cara mengatasi : finger sweep,pengisapan/suction.
a. Stridor (crowing), sumbatan di plika vokalis.
Cara mengatasi : cricotirotomi, trakeostomi.
2. Membersihkan jalan nafas Sapuan jari (finger sweep)
Dilakukan bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing pada rongga mulut
belakang atau hipofaring seperti gumpalan darah, muntahan, benda asing lainnya sehingga
hembusan nafas hilang. Cara melakukannya :
Miringkan kepala pasien (kecuali pada dugaan fraktur tulang leher) kemudian buka
mulut dengan jaw thrust dan tekan dagu ke bawah bila otot rahang lemas (maneuver
emaresi)
Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) yang bersih atau dibungkus dengan
sarung tangan/kassa/kain untuk membersihkan rongga mulut dengan gerakan
menyapu.
Gambar 3. Tehnik finger sweep
3. Chin Lift
Terlentangkan penderita di atas alas keras. Posisi penolong di samping penderita. Dengan ibu
jari atau dua jari telunjuk dan jari tengah angkat dagu pasien.
Gambar 4. Chin lift dan head tild
4. Head tild
1.Terlentangkan penderita di atas alas keras
2.Posisi penolong di samping pasien
3.Letakkan telapak tangan di dahi pasien
4.Tekan dahi pasien ke bawah sehingga kepala sedikit ekstensi
5.Teknik ini tidak boleh dilakukan pada pasien trauma.
5.Jaw thrust
1.Terlentangkan penderita di atas alas keras
2.Posisi penolong di atas kepala pasien
3.Letakkan ibu jari kanan kiri di rahang bawah bagian depan dan ke empat jari lainnya
diangulus mandibula
4.Dorong rahang bawah ke depan.
Gambar 5. Jaw thrust
6. Mengatasi sumbatan nafas parsial
Dapat digunakan teknik manual thrust
a.Abdominal thrust
b.Chest thrust
c.Back blow
Prioritas utama dalam manajemen jalan nafas adalah jalan napas bebas
Pasien sadar, ajak bicara. Bicara jelas dan lancar berarti jalan nafas bebas
Beri oksigen bila ada 6 liter/menit
Jaga tulang leher : baringkan penderita di tempat datar, wajah ke depan, posisi leher
netral
Nilai apakah ada suara nafas tambahan
Jika sumbatan tidak teratasi, maka penderita akan :
Gelisah oleh karena hipoksia
Gerak otot nafas tambahan (retraksi sela iga, tracheal tug)
Gerak dada dan perut paradoksal
Sianosis
Kelelahan dan meninggal
Abdominal Thrust (Manuver Heimlich)
Dapat dilakukan dalam posisi berdiri dan terlentang. Caranya berikan hentakan
mendadak pada ulu hati (daerah subdiafragma– abdomen). Abdominal Thrust (Manuver
Heimlich) pada posisi berdiri atau duduk Caranya : penolong harus berdiri di belakang
korban, lingkari pinggang korban dengan kedualengan penolong, kemudian kepalkan satu
tangan dan letakkan sisi jempol tangan kepalan pada perutkorban, sedikit di atas pusar dan di
bawah ujung tulang sternum. Pegang erat kepalan tangan dengan tangan lainnya. Tekan
kepalan tangan ke perut dengan hentakan yang cepat ke atas. Setiap hentakan harus terpisah
dan gerakan yang jelas.
Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada posisi tergeletak (tidak sadar)
Caranya : korban harus diletakkan pada posisi terlentang dengan muka ke atas.
Penolong berlutut di sisi paha korban. Letakkan salah satu tangan pada perut korban di garis
tengah sedikit di atas pusar dan jauh di bawah ujung tulang sternum, tangan kedua diletakkan
di atas tangan pertama. Penolong menekan ke arah perut dengan hentakan yang cepat ke arah
atas. Berdasarkan ILCOR yang terbaru, cara abdominal thrust pada posisi terbaring tidak
dianjurkan, yang dianjurkan adalah langsung melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP).
Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada yang dilakukan sendiri
Pertolongan terhadap diri sendiri jika mengalami obstruksi jalan napas. Caranya :
kepalkan sebuah tangan, letakkan sisi ibu jari pada perut di atas pusar dan di bawah ujung
tulang sternum, genggam kepala itu dengan kuat, beri tekanan ke atas kearah diafragma
dengan gerakan yang cepat, jika tidk berhasil dapat dilakukan tindakan dengan menekan
perut pada tepi meja atau belakang kursi.
Gambar 6. Abdominal Thrust dalam posisi berdiri
Chest Thrust (untuk bayi, anak yang gemuk dan wanita hamil)
Bila penderita sadar, lakukan chest thrust 5 kali (tekan tulang dada dengan jari
telunjuk atau jaritengah kira-kira satu jari di bawah garis imajinasi antara kedua putting susu
pasien). Bila penderita sadar, tidurkan terlentang, lakukan chest thrust, tarik lidah apakah ada
benda asing, beri nafas buatan.
Back Blow (untuk bayi)
Bila penderita sadar dapat batuk keras, observasi ketat. Bila nafas tidak efektif atau
berhenti, lakukan back blow 5 kali (hentakan keras pada punggung korban di titik silang garis
antar belikat dengan tulangpunggung/vertebrae).
F. MEMBEBASKAN JALAN NAPAS DENGAN ALAT
Jika triple maneuver kurang berhasil, maka dapat dipasang jalan napas mulut – faring
lewat mulut ( OPA- Oropharyngeal airway) atau jalan napas hidung – faring lewat hidung
(NPA-Nasopharyngeal airway).
NPA : berbentuk pipa bulat berlubang ditengahnya dibuat dari bahan karet lateks
lembut. Pemasangan harus hati – hati dan untuk menghindari trauma mukosa hidung,
pipa diolesi dengan jelly
OPA : berbentuk pipa gepeng, lengkung seperti huruf C berlubang ditengahnya
dengan salah satu ujungnya bertangkai dengan dinding lebih keras, untuk mencegah
bila pasien menggigit lubang tetap paten, sehingga aliran udara tetap terjamin.
Gambar 7 :Nasopharyngeal airway
Gambar 8 : Oropharyngeal airway
Sungkup Muka
Sungkup muka menghantar udara atau gas anestesi dari alat resusitasi atau sistem
anestesi ke jalan napas pasien. Bentuknya dibuat sedemikian rupa sehingga ketika digunakan
untuk bernapas spontan atau dengan tekanan positif tidak bocor dan gas masuk semua ke
trakea lewat mulut atau hidung. Bentuk sungkup muka sangat beragam bergantung usia dan
pembuatnya. Ukuran 03 untuk bayi baru lahir, 02,01,1 untuk anak kecil, 2,3 untuk anak besar
dan 4,5 untuk dewasa. Sebagian sungkup muka transparan supaya udara ekspirasi kelihatan
(berembun) atau muntahan dapat terlihat.
Gambar 9 : Sungkup Muka
1. Sungkup muka sederhana
Aliran oksigen melalui alat ini sekitar 5-8lt/menit dengan konsentrasi 40-60%.6
Cara pemasangan :
Terangkan prosedur pada klien
Atur posisi yang nyaman pada klien
Hubungkan selang oksigen pada sungkup muka sederhana dengan humidifier.
Tepatkan sungkup muka sederhana, sehingga menutupi hidung dan mulut klien
Lingkarkan karet sungkup kepada kepala klien agar tidak lepas
Alirkan oksigen sesuai kebutuhan.
Keuntungan
Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari nasal kanula
sistem humidifikasi dapat di tingkatkan
Kerugian
Umumnya tidak nyaman bagi klien
Membuat rasa panas, sehingga mengiritasi mulut dan pipi
Aktivitas makan dan berbicara terganggu
Dapat menyebabkan mual dan muntah, sehingga dapat menyebabkan aspirasi
Jika alirannya rendah dapat menyebabkan penumpukan karbondioksida
2. Sungkup muka dengan kantung rebreathing
Konsentrrasi ooksigen yang di berikan lebih tinggi dari pada sungkup muka sederhana
yaitu 60-80% dengan aliran oksigen 8-12lt/menit. Indikasi penggunaan adalah pada klien
dengan kadar tekanan karbondioksida yang rendah, udara inspirasi sebagian tercampur
dengan udara ekspirasi sehingga konsentrasi karbondioksida lebih tinggi dari pada sungkup
sederhana.
Cara pemakaian :
Terangkan prosedur pada klien
Hubungkan selang oksigen dengan humidiflier dengan aliran rendah
Isi oksigen kedalam kantong dengan cara menutup lubang antara kantung dengan
sungkup
Atur tali pengikat sungkup sehingga menutup rapat dan nyaman. Bila perlu pakai kasa
pada daerah yang tertekan.
Sesuaikan aliran oksigen, sehingga kantung akan terisi waktu ekspirasi dan hampir
kuncup waktu inspirasi
Keuntungan
Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari pada sungkup muka sederhana
Tidak mengeringkan selaput lendir
Kerugian
Kantung oksigen bisa terlipat
Menyebabkan penumpukan oksigen jika aliran terlalu rendah
3. Sungkup muka non rebreathing
Memberikan konsentrasi oksigen sampai 99% dengan aliran yang sama pada kantong
rebreathing. Pada prinsipnya, udara inspirasi tidak tercampur dengan ekspirasi. Indikasi
penggunaan adalah pada klien dengan kadar tekanan karbondioksida yang tinggi.
Cara pemasangan sama dengan sungkup muka kantong rebreathing.
Keuntungan
Konsentrasi oksigen hampir diperoleh 100% karena adanya katup satu arah antara
kantong dan sungkup, sehingga kantung mengandung konsentrasi oksigen yang tinggi
dan tidak tercampur dengan udara ekspirasi.
Tidak mengeringkan selaput lendir
Kerugian
Kantung oksigen bisa terlipat
Berisiko untuk terjadi keracunan oksigen
Tidak nyaman bagi klien
Sungkup Laring
Gambar 10 : sungkup Laring
Sungkup Laring ( Laryngeal Mask Airway) ialah alat jalan napas berbentuk sendok
terdiri dari pipa besar berlubang dengan ujung menyerupai sendok yang pinggirnya dapat
dikembangkempiskan seperti balon pada pipa trakea. Tangkai LMA dapat berupa pipa keras
dari polivinil atau lembek dengan spiral untuk menjaga supaya tetap paten.
Dikenal 2 macam sungkup laring :
1. Sungkup laring standar dengan satu pipa napas
2. Sungkup laring dengan dua pipa yaitu satu pipa napas standard lainnya pipa tambahan
yang ujung distalnya berhubungan dengan esophagus
Cara pemasangan LMA dapat dilakukan dengan atau tanpa bantuan laringoskop.
Sebenarnya alat ini dibuat dengan tujuan diantaranya supaya dapat dipasang langsung tanpa
bantuan alat dan dapat digunakan jika intubasi trakea diramalkan mendapat kesulitan. LMA
memang tidak dapat mengganti kedudukan intubasi trakea, tapi ia terletak diantara sungkup
muka dan intubasi trakea. Pemasangan hendaknya menunggu anestesi cukup dalam atau
menggunakan pelumpuh otot untuk menghindari trauma rongga mulut, faring – laring,
setelah alat terpasang, untuk menghindari pipa napasnya tergigit maka dapat dipasang
gulungan kain kassa atau pipa napas mulut laring (OPA).
Tujuan Intubasi Endotrakeal
Tujuan dilakukannya intubasi endotrakeal adalah untuk membersihkan saluran
trakeobronkial, mempertahankan jalan nafas agar tetap paten, mencegah aspirasi serta
mempermudah pemberian ventilasi dan oksigenasi bagi pasien operasi. Pada dasarnya, tujuan
intubasi endotrakeal adalah :
b. Mempermudah pemberian anestesi.
c. Mempertahankan jalan nafas agar tetap bebas serta mempertahankan kelancaran
pernapasan.
d. Mencegah kemungkinan terjadinya aspirasi lambung ( pada keadaan tidak sadar,
lambung penuh dan tidak ada reflex batuk ).
e. Mempermudah pengisapan sekret trakeobronkial.
f. Pemakaian ventilasi mekanis yang lama.
g. Mengatasi obstruksi laring akut
Indikasi
Menjaga patensi jalan napas oleh sebab apapun
Kelainan anatomi, bedah khusus, bedah posisi khusus, pembersihan secret jalan napas
dan lain – lainnya
Mempermudah ventilasi posistif dan oksigenasi
Mencegah aspirasi dan regurgitasi
Posisi Pasien untuk Tindakan Intubasi
Gambaran klasik yang benar adalah leher dalam keadaan fleksi ringan, sedangkan kepala
dalam keadaan ekstensi. Ini disebut sebagai Sniffing in the air position. Kesalahan yang
umum adalah mengekstensikan kepala dan leher.
Gambar 11 : Posisi Pasien
Persiapan intubasi endotrakeal
Persiapan untuk intubasi termasuk mempersiapkan alat‐alat dan memposisikan pasien.
ETT sebaiknya dipilih yang sesuai. Pengisian cuff ETT sebaiknya di tes terlebih dahulu
dengan spuit 10 milliliter. Jika menggunakan stylet sebaiknya dimasukkan ke ETT.
Berhasilnya intubasi sangat tergantung dari posisi pasien, kepala pasien harus setentang
dengan pinggang anestesiologis atau lebih tinggi untuk mencegah ketegangan pinggang
selama laringoskopi. Persiapan untuk induksi dan intubasi juga melibatkan preoksigenasi
rutin. Preoksigenasi dengan nafas yang dalam dengan oksigen 100 %.
Persiapan untuk intubasi antara lain :
1. Jalur intravena yang adekuat
2. Obat‐obatan yang tepat untuk induksi dan relaksasi otot
3. Pastikan alat suction tersedia dan berfungsi
4. Peralatan yang tepat untuk laringoskopi termasuk laryngoskop dengan blade yang
tepat, ETT dengan ukuran yang diinginkan, jelly, dan stylet
5. Pastikan lampu laringoskop hidup dan berfungsi serta cuff ETT berfungsi
6. Sumber oksigen, sungkup dengan ukuran yang tepat, ambu bag dan sirkuit anestesi
yang berfungsi
7. Monitor pasien termasuk elektrokardiografi, pulse oksimeter dan tekanan darah
noninvasive
8. Tempatkan pasien pada posisi Sniffing Position selama tidak ada kontraindikasi
9. Alat‐alat untuk ventilasi
Kesulitan Intubasi :
Leher pendek berotot
Mandibula menonjol
Maksila / gigi depan menonjol
Uvula tidak terlihat
Gerak sendi temporo mandibula terbatas
Gerak vertebra servikal terbatas
Komplikasi intubasi:
1. Selama intubasi :
Trauma gigi geligi
Laserasi bibir, gusi, laring
Merangsang saraf simpatis
Intubasi bronkus
Intubasi esophagus
Aspirasi
Spasme bronkus
2. Setelah ekstubasi:5
Spasme laring
Aspirasi
Gangguan fonasi
Edema glottis-subglotis
Infeksi laring, faring, trakea
KESIMPULAN
Ada dua jalan untuk masuk ke jalan nafas pada manusia yaitu hidung yang menuju
nasofaring, dan mulut yang menuju orofaring. Obstruksi pada jalan napas tersebut dapat
dibedakan menjadi obstruksi total dan obstruksi parsial.
Obstruksi tersebut dapat disebabkan berbagai hal seperti sumbatan benda asing,
tersedak muntahan atau tersedak makanan. Selain itu dapat disebabkan lidah yang jatuh ke
belakang pada pasien yang tak sadarkan diri. Dengan demikian tindakan pengelolaan jalan
napas yang benar sangat diperlukan.
Pengelolaan jalan napas dapat dilakukan dengan alat atau tanpa alat. Pengelolaan
jalan napas tanpa alat dapat dilakukan dengan berbagai maneuver diantaranya adalah triple
airway maneuver, cross finger, finger sweep, headtild-chin lift jaw thrust ( bila ada cedera
spinal ), abdominal thrust, back blow dan chest thrust. Apabila pembebasan jalan napas
dengan cara – cara tersebut tidak berhasil mengoksigenasi dengan baik, kita dapat
menggunakan alat – alat bantu pembebasan jalan napas, antara lain oropharyngeal airway,
nasopharyngeal airway, sungkup muka serta intubasi endotrakeal