29
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN JIWA PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Menurut Berkowitz (1993), perilaku kekerasan adalah perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis, sedangkan menurut Citrome dan Volavka (2002, dalam Mohr, 2006) perilaku kekerasan adalah respon dan perilaku manusia untuk merusak dan berkonotasi sebagai agresif fisik yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain dan atau sesuatu. Stuart dan Laraia (2005), menyatakan bahwa perilaku kekerasan adalah hasil dari marah yang ekstrim (kemarahan) atau ketakutan (panik) sebagai respon terhadap perasaan terancam, baik berupa ancaman serangan fisik atau konsep diri. Perasaan terancam ini dapat berasal dari stresor eksternal (penyerangan fisik, kehilangan orang berarti dan kritikan dari orang lain) dan internal (perasaan gagal di tempat kerja, perasaan tidak mendapatkan kasih sayang dan ketakutan penyakit fisik). Menurut Keliat, dkk, perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Keliat, dkk, 2011). Risiko perilaku kekerasan merupakan

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Jiwa Perilaku Kekerasan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sgfgf

Citation preview

Page 1: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Jiwa Perilaku Kekerasan

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN GANGGUAN JIWA PERILAKU KEKERASAN

A. Pengertian

Menurut Berkowitz (1993), perilaku kekerasan adalah perilaku yang

bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis, sedangkan

menurut Citrome dan Volavka (2002, dalam Mohr, 2006) perilaku kekerasan

adalah respon dan perilaku manusia untuk merusak dan berkonotasi sebagai

agresif fisik yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain dan atau

sesuatu.

Stuart dan Laraia (2005), menyatakan bahwa perilaku kekerasan adalah

hasil dari marah yang ekstrim (kemarahan) atau ketakutan (panik) sebagai

respon terhadap perasaan terancam, baik berupa ancaman serangan fisik atau

konsep diri. Perasaan terancam ini dapat berasal dari stresor eksternal

(penyerangan fisik, kehilangan orang berarti dan kritikan dari orang lain) dan

internal (perasaan gagal di tempat kerja, perasaan tidak mendapatkan kasih

sayang dan ketakutan penyakit fisik).

Menurut Keliat, dkk, perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku

yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis

(Keliat, dkk, 2011). Risiko perilaku kekerasan merupakan perilaku yang

memperlihatkan individu tersebut dapat mengancam secara fisik, emosional

dan atau seksual kepada orang lain (Herdman, 2012)

Sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku kekerasan merupakan:

a) Respons emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap kecemasan yang

meningkat dan dirasakan sebagai ancaman (diejek/dihina).

b) Ungkapan perasaan terhadap keadaan yang tidak menyenangkan (kecewa,

keinginan tidak tercapai, tidak puas).

c) Perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri

sendiri, orang lain, dan lingkungan.

Page 2: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Jiwa Perilaku Kekerasan

B. Etiologi

Proses terjadinya perilaku kekerasan pada pasien akan dijelaskan dengan

menggunakan konsep stress adaptasi Stuart yang meliputi stressor dari faktor

predisposisi dan presipitasi,

1. Faktor predosposisi

1) Teori Biologik

Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap

perilaku:

a. Neurobiologik

Ada tiga area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls agresif,

yaitu sistem limbik, lobus frontal, dan hipotalamus. Neurotransmitter juga

mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau menghambat proses impuls

agresif. Sistem limbik merupakan sistem informasi, ekspresi, perilaku, dan

memori, apabila ada gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan

atau menurunkan potensial perilaku kekerasan, apabila gangguan pada

lobus frontal maka individu tidak mampu membuat keputusan, kerusakan

pada penilaian, perilaku tidak sesuai, dan agresif. Beragam komponen dari

sistem neurologis mempunyai implikasi memfasilitasi dan menghambat

impuls agresif. Sistem limbik terlambat dalam menstimulasi timbulnya

perilaku agresif, dan pusat otak atas secara konstan berinteraksi dengan

pusat agresif.

b. Biokimia

Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine,

asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau

menghambat impuls agresif.

c. Gangguan Otak

Sindroma otak terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku agresif dan

tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang sistem limbik

dan lobus temporal. Trauma otak akan menimbulkan perubahan serebral

dan penyakit seperti ensefalitis, dan epilepsi, khususnya pada lobus

temporal, terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak

kekerasan.

Page 3: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Jiwa Perilaku Kekerasan

2) Teori Psikologik

a. Teori Psikoanalitik

Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk mendapatkan

kepuasan dan rasa aman yang dapat mengakibatkan tidak berkembangnya

ego dan membuat konsep diri rendah. Agresif dan tindak kekerasan

memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri dan

memberikan arti dalam kehidupannya. Perilaku agresif dan perilaku

kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa

ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri.

b. Teori Pembelajaran

Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran orangtuanya.

Contoh peran tersebut ditiru karena dipersepsikan sebagai prestise atau

berpengaruh, atau jika perilaku tersebut diikuti dengan pujian yang positif.

Namun, dengan perkembangan yang dialaminya, mereka mulai meniru

pola perilaku guru, teman, dan orang lain. Individu yang dianiaya ketika

masih kanak-kanak atau mempunyai orang tua yang mendisiplinkan anak

mereka dengan hukuman fisik akan cenderung untuk berperilaku

kekerasan setelah dewasa.

3) Teori Sosiokultural

Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur

sosial terhadap perilaku agresif. Terdapat kelompok sosial yang secara

umum menerima perilaku kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan

masalahnya. Masyarakat juga berpengaruh pada perilaku tindak kekerasan,

apabila individu menyadari bahwa kebutuhan dan keinginan mereka tidak

dapat terpenuhi secara konstruktif. Penduduk yang ramai atau padat dan

lingkungan yang ribut dapat berisiko untuk perilaku kekerasan.

2. Faktor Presipitasi

Menurut Yosep (2007), faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku

kekerasan adalah:

1) Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial

ekonomi.

Page 4: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Jiwa Perilaku Kekerasan

2) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak

membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan

kekerasan dalam menyelesaikan konflik.

3) Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan

alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi

rasa frustasi.

4) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,

perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan

keluarga.

C. Tanda dan Gejala

1. Fisik : mata melotot / pandangan tajam, tangan mengepal, rahang

mengatup, wajah memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku

2. Verbal : mengancam, mengumpat dengan kata – kata kotor, berbicara

dengan nada keras, kasar, dan ketus

3. Perilaku : menyerang orang lain, melukai diri sendiri / orang lain, merusak

lingkungan, amuk / agresif

4. Emosi : tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu,

dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,

menyalahkan dan menuntut

5. Intelektual : mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan

tidak jarang mengeluarkan kata – kata bernada sarkasme

6. Spiritual : merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu – raguan, tidak

bermoral, dan kreativitas terhambat

7. Social : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan

sindiran

8. Perhatian : bolos, melarikan diri, dan melakukan penyompangan seksual

D. Pohon Masalah

Depkes (2000) mengemukakan bahwa stress, cemas dan marah

merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus dihadapi oleh setiap

individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan yang menimbulkan perasaan

tidak menyenangkan dan terancam. Kecemasan dapat menimbulkan

kemarahan yang mengarah pada perilaku kekerasan. Respon terhadap marah

Page 5: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Jiwa Perilaku Kekerasan

dapat diekspresikan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal dapat

berupa perilaku kekerasan sedangkan secara internal dapat berupa perilaku

depresi dan penyakit fisik. Mengekspresikan marah dengan perilaku

konstruktif dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan

diterima tanpa menyakiti orang lain, akan memberikan perasaan lega, menu

runkan ketegangan, sehingga perasaan marah dapat diatasi (Depkes, 2000).

Apabila perasaan marah diekspresikan dengan perilaku kekerasan,

biasanya dilakukan individu karena ia merasa kuat. Cara demikian tentunya

tidak akan menyelesaikan masalah bahkan dapat menimbulkan kemarahan

yang berkepanjangan dan dapat menimbulkan tingkah laku destruktif, seperti

tindakan kekerasan yang ditujukan kepada orang lain maupun lingkungan.

Perilaku yang tidak asertif seperti perasaan marah dilakukan individu karena

merasa tidak kuat. Individu akan pura-pura tidak marah atau melarikan diri

dari rasa marahnya sehingga rasa marah tidak terungkap. Kemarahan

demikian akan menimbulkan rasa bermusuhan yang lama dan pada suatu saat

dapat menimbulkan kemarahan destruktif yang ditujukan kepada diri sendiri

(Depkes, 2000).

Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah

Stress, cemas, tidak nyaman

Marah

Eksternal Internal Depresi

Faktor presipitasi

1. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan

dasar

2. Kesulitan dalam mengkomunikasikan

sesuatu dalam keluarga

3. Adanya riwayat perilaku anti sosial

4. Kematian anggota keluarga yang

terpenting

Faktor predisposisi

1. Teori Biologik2. Teori Psikologik3. Teori Sosiokultural

Page 6: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Jiwa Perilaku Kekerasan

E. Pemeriksaan Diagnostik

Meskipun pemeriksaan diagnostik merupakan pemeriksaan penunjang, tetapi

peranannya penting dalam menjelaskan dan mengkuantifikasi disfungsi

neurobiologis, memilih pengobatan, dan  memonitor respon klinis.

Menurut Doenges, pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk penyakit fisik

yang dapat menyebabkan gejala reversibel seperti kondisi defisiensi/toksik,

penyakit neurologis, gangguan metabolik/endokrin. Serangkaian tes diagnostik

yang dapat dilakukan pada Skizofrenia Paranoid adalah sebagai berikut:

1. Computed Tomograph (CT) Scan

Hasil yang ditemukan pada pasien dengan Skizofrenia berupa

abnormalitas otak seperti atrofi lobus temporal, pembesaran ventrikel

dengan rasio ventrikel-otak meningkat yang dapat dihubungkan dengan

derajat gejala yang dapat dilihat.

2. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

MRI dapat memberi gambaran otak tiga dimensi, dapat memperlihatkan

gambaran yang lebih kecil dari lobus frontal rata-rata, atrofi lobus

temporal (terutama hipokampus, girus parahipokampus, dan girus

temporal superior).

3. Positron Emission Tomography (PET)

Alat ini dapat mengukur aktivitas metabolik dari area spesifik otak dan

dapat menyatakan aktivitas metabolik yang rendah dari lobus frontal,

terutama pada area prefrontal dari korteks serebral.

4. Regional Cerebral Blood Flow (RCBF)

Alat yang dapat memetakan aliran darah dan menyatakan intensitas

aktivitas pada daerah otak yang bervariasi.

5. Brain Electrical Activity Mapping (BEAM)

Page 7: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Jiwa Perilaku Kekerasan

Alat yang dapat menunjukkan respon gelombang otak terhadap ransangan

yang bervariasi disertai dengan adanya respons yang terhambat dan

menurun, kadang-kadang di lobus frontal dan sistem limbik.

6. Addiction Severity Index (ASI)

ASI dapat menentukan masalah ketergantungan (ketergantungan zat), yang

mungkin dapat dikaitkan dengan penyakit mental, dan mengindikasikan

area pengobatan yang diperlukan.

7. Electroensephalogram (EEG)

Dari pemeriksaan didapatkan hasil yang mungkin abnormal, menunjukkan

ada atau luasnya kerusakan organik pada otak.

F. Penatalaksanaan Medis

1. Penatalaksanaan Medik

Dalam pandangan psikiatri (Ilmu Kedokteran Jiwa), jika seseorang

mengalami suatu gangguan atau penyakit, maka yang sakit atau terganggu itu

bukan terbatas pada aspek jiwanya saja atau raganya saja, tetapi keduanya

sebagai kebutuhan manusia itu sendiri. Adapun penatalaksanaan medik

menurut MIF Baihaqi, dkk, 2005 sebagai berikut :

a. Somatoterapi

Dengan tujuan memberikan pengaruh-pengaruh langsung berkaitan

dengan badan, biasanya dilakukan dengan :

1) Medikasi psikotropik

Medikasi psikotropik berarti terapi langsung dengan obat psikotropik

atau psikofarma yaitu obat-obat yang mempunyai efek terapeutik langsung

pada proses mental pasien karena efek obat tersebut pada otak. Obat

antipsikotik, contohnya Chlorpromazine, Haloperidol dan Stelazine,

phenotizin

2) Terapi Elektrokonvulsi (ECT)

Terapi ini dilakukan dengan cara mengalirkan listrik sinusoid ke tubuh

penderita menerima aliran listrik yang terputus-putus. ECT ini berfungsi

untuk menenangkan klien bila mengarah pada keadaan amuk.

Page 8: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Jiwa Perilaku Kekerasan

b. Psikoterapi

Psikoterapi adalah salah satu pengobatan atau penyembuhan terhadap

suatu gangguan atau penyakit, yang pada umumnya dilakukan melalui

wawancara terapi atau melalui metode-metode tertentu misalnya :

relaksasi, bermain dan sebagainya. Tujuan utamanya adalah untuk

menguatkan daya tahan mental penderita, mengembangkan mekanisme

pertahanan diri yang baru dan lebih baik serta untuk mengembalikan

keseimbangan adaptifnya.

c. Manipulasi lingkungan

Manipulasi lingkungan adalah upaya untuk mempengaruhi lingkungan

pasien, sehingga bisa membantu dalam proses penyembuhannya. Tujuan

utamanya untuk mengembangkan atau merubah / menciptakan situasi baru

yang lebih kondusif terhadap lngkungan. Misalnya dengan mengalihkan

penderita kepada lingkungan baru yang dipandang lebih baik dan

kondusif, yang mampu mendukung proses penyembuhan yang dilakukan.

Obat-obatan yang biasa diberikan pada pasien dengan marah atau

perilaku kekerasan adalah :

a) Antianxiety dan sedative hipnotics, obat-obatan ini dapat

mengendalikan agitasi yang akut. Tapi obat ini tidak

direkomendasikan untuk penggunaan dalam waktu lama karena

dapat menyebabkan kebingungan dan ketergantungan, juga bisa

memperburuk simptom depresi.

b) Buspirone obat antianxiety, efektif dalam mengendalikan perilaku

kekerasan yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi.

c) Anti depressants, penggunaan obat ini mampu mengontrol impulsif

dan perilaku agresif klien yang berkaitan dengan perubahan mood.

d) Mood stabilizer, misalnya Lithium dan Carbamazepin, efektif

untuk agresif karena manik.

e) Antipsychotic dipergunakan untuk perawatan perilaku kekerasan,

misalnya Nozinan.

2. Penatalaksanaan keperawatan

Page 9: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Jiwa Perilaku Kekerasan

Ada tiga strategi tindakan keperawatan pada klien dengan perilaku

kekerasan. Strategi tindakan itu terdiri dari :

a. Strategi preventif : kesadaran diri, penyuluhan klien dan latihan asertif.

b. Strategi Antisipasi : komunikasi, perubahan lingkungan, tindakan

perilaku dan psikofarmakologi.

c. Strategi pengekangan : manajemen krisis, pengasingan dan pengikatan.

Terapi yang dapat dilakukan yaitu:

a. Terapi keluarga : Keluarga dibantu untuk menyelesaikan konflik, cara

membatasi konflik, saling mendukung dan menghilangkan stress.

b. Terapi kelompok : Terapi kelompok berfokus pada dukungan dan

perkembangan keterampilan sosial dan aktifitas lain dengan berdiskusi

dan bermain untuk mengembalikan kesadaran klien

c. Terapi musik : Dengan terapi musik klien terhibur dan bermain untuk

mengembalikan kesadaran klien, kare na dengan perasaan terhibur

maka klien dapat mengontrol emosinya.

G. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah proses untuk tahap awal dan dasar utama dari proses

keperawatan terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau

masalah klien. Data yang dikumpulkan melalui data biologis, psikologis,

sosial dan spritual pengelompokkan data pada pengkajian kesehatan jiwa

dapat pula berupa faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber

koping dan kemampuan yang dimiliki klien.

a. Identitas Klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, tanggal pengkajian, tanggal dirawat,

No. MR.

b. Alasan Masuk

Alasan klien datang ke RSJ, biasanya klien memukul anggota keluarga

atau orang lain, merusak alat “RT dan marah”.

c. Faktor Predisposisi

1) Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang berhasil

dalam pengobatan.

Page 10: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Jiwa Perilaku Kekerasan

2) Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan dalam

keluarga.

3) Klien dengan perilaku kekerasan bisa herediter.

4) Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat mengganggu

d. Fisik

Pada saat marah tensi biasanya meningkat.

e. Psikososial

1) Genogram

Pada genogram biasanya ada terlihat ada anggota keluarga yang

mengalami kelainan jiwa, pada komunikasi klien terganggu begitupun

dengan pengambilan keputusan dan pola asuh.

2) Konsep diri

a) Gambaran diri :Klien biasanya mengeluh dengan keadaan

tubuhnya, ada bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai.

b) Identitas klien :Klien biasanya tidak puas dengan status dan

posisinya baik sebelum maupun ketika dirawat tapi klien biasanya

puas dengan statusnya sebagai laki-laki / perempuan.

c) Peran diri :Klien menyadari peran sebelum sakit, saat di rawat

peran klien terganggu.

d) Harga diri :Klien biasanya memiliki harga diri rendah

sehubungan dengan sakitnya.

e) Ideal diri :Klien biasanya memiliki harapan masa lalu yang

tidak terpenuhi.

3) Hubungan Sosial

Klien kurang dihargai di keluarga dan lingkungan.

4) Spritual

a) Nilai dan keyakinan

Biasanya klien dengan sakit jiwa dipandang tidak sesuai dengan

norma dan budaya.

b) Kegiatan ibadah

Klien biasanya menjalankan ibadah di rumah sebelumnya, saat

sakit ibadah terganggu atau sangat berlebihan.

Page 11: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Jiwa Perilaku Kekerasan

f. Status Mental

1) Penampilan

Biasanya penampilan diri yang tidak rapi, tidak cocok / serasi dan

berubah dari biasanya.

2) Pembicaraan

Pembicaraan cepat, keras

3) Aktivitas motorik

Biasanya aktifitas motorik klien tampak tegang, dan agitasi (gerakan

motorik yang gelisah), serta memiliki penglihatan yang tajam jika

ditanyai hal-hal yang dapat menyinggungnya.

4) Alam perasaan

Berupa suasana emosi yang memanjang akibat dari faktor presipitasi

misalnya : sedih dan putus asa.

5) Afek

Biasanya klien selama berinteraksi emosinya labil. Dimana klien

mudah tersinggung ketika ditanyai hal-hal yang tidak mndukungnya,

klien memperlihatkan sikap marah dengan mimik muka yang tajam

dan tegang.

6) Interaksi selama wawancara

Selama berinteraksi dapat dideteksi sikap klien yang tampak

bermusuhan, selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran

dirinya, dan mudah tersinggung.

7) Persepsi

Klien dengan perilaku kekerasan biasanya tidak memiliki kerusakan

persepsi.

8) Proses pikir

Biasanya klien mampu mengorganisir dan menyusun pembicaraan

logis dan keheran.

9) Isi Pikir

Keyakinan klien konsisten dengan tingkat intelektual dan latar

belakang budaya klien, masih memiliki ambang isi fikir yang wajar,

Page 12: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Jiwa Perilaku Kekerasan

dimana ia selalu menanyakan kapan ia akan pulang dan mengharapkan

pertemuan dengan keluarga dekatnya.

10) Tingkat Kesadaran

Biasanya klien tidak mengalami disorientasi terhadap orang, tempat

dan waktu.

11) Memori

Biasanya daya ingat jangka panjang klien baik, dimana ia masih bisa

menceritakan kejadian masa-masa lampau yang pernah dialaminya,

maupun daya ingat jangka pendek, seperti menceritakan penyebab ia

masuk ke RSJ.

12) Tingkat konsentrasi dan berhitung

Klien tidak mengalami gangguan konsentrasi dan berhitung

13) Kemampuan penilaian

Klien mampu dalam mengambil keputusan jika menghadapi masalah

yang ringan klien mampu menilai dan mengevaluasi diri sendiri.

14) Daya tilik diri

Klien biasanya mengingkari penyakit yang diderita dan tidak

memerlukan pertolongan, klien juga sering menyalahkan hal-hal diluar

dirinya.

g. Kegiatan Persiapan Pulang

1) Makan

Pada keadaan berat, klien cenderung tidak memperhatikan dirinya

termasuk tidak peduli makanan karena tidak memiliki minat dan

kepedulian.

2) BAB / BAK

Observasi kemampuan klien untuk BAB / BAK serta kemampuan

klien untuk membersihkan dirinya.

3) Mandi

Biasanya klien mandi berulang / tidak mandi sama sekali

4) Berpakaian

Biasanya tidak rapi, tidak sesuai dan tidak diganti

5) Istirahat

Page 13: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Jiwa Perilaku Kekerasan

Observasi tentang lama dan waktu tidur siang dan malam, biasanya

istirahat klien terganggu karena klien gelisah dengan masalah yang

dihadapi.

6) Pemeliharaan Kesehatan

Untuk pemeliharaan kesehatan klien selanjutnya, peran keluarga dan

sistem pendukung sangat menentukan.

7) Penggunaan obat

Biasanya klien menerima keadaan yang sedang dialaminya, dimana dia

masih dapat patuh makan obat sesuai frekuensi, jenis, waktu maupu

cara pemberian obat itu sendiri.

8) Aktivitas dalam rumah

Klien mampu melakukan aktivitas dalam rumah seperti menyapu.

9) Aktifitas diluar rumah

Ini disesuaikan dengan jenis kelamin klien dan pola kebiasaan yang

biasa dia lakukan diluar rumah.

H. Diagnosa Keperawatan

1) Resiko perilaku kekerasan

2) Harga diri rendah

3) Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Page 14: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Jiwa Perilaku Kekerasan

I. Rencana Keperawatan

TglNo Dx

Dx Keperawatan

PerencanaanTujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Risiko Perilaku Kekerasan

TUM: Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan

TUK:1. Klien dapat

membina hubungan saling percaya

1. Setelah … X pertemuan klien menunjukkan tanda-tanda percaya kepada perawat:o Wajah cerah,

tersenyumo Mau berkenalano Ada kontak matao Bersedia menceritakan

perasaan

1. Bina hubungan saling percaya dengan: Beri salam setiap berinteraksi. Perkenalkan nama, nama panggilan

perawat dan tujuan perawat berinteraksi Tanyakan dan panggil nama kesukaan

klien Tunjukkan sikap empati, jujur dan

menepati janji setiap kali berinteraksi Tanyakan perasaan klien dan masalah

yang dihadapi klien Buat kontrak interaksi yang jelas Dengarkan dengan penuh perhatian

ungkapan perasaan klien2. Klien dapat

mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya

2. Setelah … X pertemuan klien menceritakan penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya:o Menceritakan

2. Bantu klien mengungkapkan perasaan marahnya: Motivasi klien untuk menceritakan

penyebab rasa kesal atau jengkelnya Dengarkan tanpa menyela atau memberi

penilaian setiap ungkapan perasaan klien

Page 15: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Jiwa Perilaku Kekerasan

penyebab perasaan jengkel/kesal baik dari diri sendiri maupun lingkungannya

3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan

3. Setelah … X pertemuan klien menceritakan tanda-tanda saat terjadi perilaku kekerasano Tanda fisik : mata

merah, tangan mengepal, ekspresi tegang, dan lain-lain.

o Tanda emosional : perasaan marah, jengkel, bicara kasar.

o Tanda sosial : bermusuhan yang dialami saat terjadi perilaku kekerasan.

3. Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda perilaku kekerasan yang dialaminya: Motivasi klien menceritakan kondisi fisik

(tanda-tanda fisik) saat perilaku kekerasan terjadi

Motivasi klien menceritakan kondisi emosinya (tanda-tanda emosional) saat terjadi perilaku kekerasan

Motivasi klien menceritakan kondisi hubungan dengan orang lain (tanda-tanda sosial) saat terjadi perilaku kekerasan

4. Klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya

4. Setelah … X pertemuan klien menjelaskan:o Jenis-jenis ekspresi

kemarahan yang selama ini telah dilakukannya

o Perasaannya saat melakukan kekerasan

o Efektivitas cara yang

4. Diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang dilakukannya selama ini: Motivasi klien menceritakan jenis-jenis

tindak kekerasan yang selama ini pernah dilakukannya.

Motivasi klien menceritakan perasaan klien setelah tindak kekerasan tersebut terjadi

Diskusikan apakah dengan tindak

Page 16: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Jiwa Perilaku Kekerasan

dipakai dalam menyelesaikan masalah

kekerasan yang dilakukannya masalah yang dialami teratasi.

5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan

5. Setelah … X pertemuan klien menjelaskan akibat tindak kekerasan yang dilakukannyao Diri sendiri : luka,

dijauhi teman, dllo Orang lain/keluarga :

luka, tersinggung, ketakutan, dll

o Lingkungan : barang atau benda rusak dll

5. Diskusikan dengan klien akibat negatif (kerugian) cara yang dilakukan pada: Diri sendiri Orang lain/keluarga Lingkungan

6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan

6. Setelah … X pertemuan klien :o Menjelaskan cara-cara

sehat mengungkapkan marah

6. Diskusikan dengan klien: Apakah klien mau mempelajari cara baru

mengungkapkan marah yang sehat Jelaskan berbagai alternatif pilihan untuk

mengungkapkan marah selain perilaku kekerasan yang diketahui klien.

Jelaskan cara-cara sehat untuk mengungkapkan marah: Cara fisik: nafas dalam, pukul bantal

atau kasur, olah raga. Verbal: mengungkapkan bahwa

dirinya sedang kesal kepada orang lain.

Sosial: latihan asertif dengan orang

Page 17: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Jiwa Perilaku Kekerasan

lain. Spiritual: sembahyang/doa, zikir,

meditasi, dsb sesuai keyakinan agamanya masing-masing

7. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan

7. Setelah … X pertemuan klien memperagakan cara mengontrol perilaku kekerasan:o Fisik: tarik nafas

dalam, memukul bantal/kasur

o Verbal: mengungkapkan perasaan kesal/jengkel pada orang lain tanpa menyakiti

o Spiritual: zikir/doa, meditasi sesuai agamanya

7. 1. Diskusikan cara yang mungkin dipilih dan anjurkan klien memilih cara yang mungkin untuk mengungkapkan kemarahan.

7.2. Latih klien memperagakan cara yang dipilih:

Peragakan cara melaksanakan cara yang dipilih.

Jelaskan manfaat cara tersebut Anjurkan klien menirukan peragaan yang

sudah dilakukan. Beri penguatan pada klien, perbaiki cara

yang masih belum sempurna7.3. Anjurkan klien menggunakan cara yang

sudah dilatih saat marah/jengkel

8. Klien mendapat dukungan keluarga untuk mengontrol perilaku kekerasan

8. Setelah … X pertemuan keluarga:o Menjelaskan cara

merawat klien dengan perilaku kekerasan

o Mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien

8.1. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung klien untuk mengatasi perilaku kekerasan.

8.2. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi perilaku kekerasan

8.3. Jelaskan pengertian, penyebab, akibat dan cara merawat klien perilaku kekerasan yang dapat dilaksanakan oleh keluarga.

Page 18: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Jiwa Perilaku Kekerasan

8.4. Peragakan cara merawat klien (menangani perilaku kekerasan)

8.5.Beri kesempatan keluarga untuk memperagakan ulang

8.6. Beri pujian kepada keluarga setelah peragaan

8.7. Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatihkan

9. Klien menggunakan obat sesuai program yang telah ditetapkan

9.1. Setelah ...X pertemuan klien menjelaskan:o Manfaat minum obato Kerugian tidak minum

obato Nama obato Bentuk dan warna obato Dosis yang diberikan

kepadanyao Waktu pemakaiano Cara pemakaiano Efek yang dirasakan

9.2. Setelah … X pertemuan klien menggunakan obat sesuai program

9.1. Jelaskan manfaat menggunakan obat secara teratur dan kerugian jika tidak menggunakan obat

9.2. Jelaskan kepada klien: Jenis obat (nama, warna dan bentuk obat) Dosis yang tepat untuk klien Waktu pemakaian Cara pemakaian Efek yang akan dirasakan klien

9.3. Anjurkan klien: Minta dan menggunakan obat tepat

waktu Lapor ke perawat/dokter jika mengalami

efek yang tidak biasa Beri pujian terhadap kedisiplinan klien

menggunakan obat.

Page 19: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Jiwa Perilaku Kekerasan

J. Referensi

Keliat Budi Ana, 1999, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta :

EGC

Keliat, B.A., dkk. (2011), Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas (CMHN - Basic Course). Jakarta: EGC

Nanda International, 2012. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC

Stuart, G.W dan Sundeen, S.J., 1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa

(terjemahan). Jakarta: EGC

Tim Direktorat Keswa, 2000, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1,

Bandung: RSJP Bandung

Townsend, M.C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan

Psikiatri, edisi 3. Jakarta: EGC.