Upload
gopieens-arifiin
View
121
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PENDAHULUAN
BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)
Oleh :
MAFTUH ARIFIN (P17420211078)
II B
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG
PRODI KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2013
1
LATAR BELAKANG
WHO ( World Health Organization) sejak tahun 1961 menyatakan bahwa semua bayi
baru lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan 2500gram disebut low birth weight
infant (bayi berat badan lahir rendah, BBLR). Definisi WHO tersebut dapat disimpulkan
secara ringkas sebagai bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat
badan kurang atau sama dengan2500 gram.
Kelahiran bayi berat badan lahir rendah terus meningkat pertahunnya di negara maju
seperti Amerika Serikat, sedangkan di Indonesia kelahiran bayi berat badan lahir rendah
justru diikuti kematian bayi, kelahiranbayi berat badan lahir rendah tidak bisa diabaikan
begitu saja. BBLR dapat berakibat terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, gangguan
pendengaran, penglihatan, masalah perilaku serta rentan terhadap infeksi terhadap gangguan
saluran pernafasan.
2
A. PENGERTIAN
Bayi berat lahir rendah ( BBLR ) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram ( berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah
lahir). BBLR adalah bayi baru lahir dengan BB 2500 gram/ lebih rendah
(WHO 1961).
BBLR adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gr tanpa
memperhatikan umur kehamilan ( Mansjoer, 2003 : 326 )
BBLR adalah bayi dengan berat badanya 2500 gr atau kurang saat lahir
dianggap mengalami masa gestasi yang diperpendek, maupun pertumbuhan
intrauterin yang kurang dari yang diharapkan atau keduanya (Sacharin, 1956:
172)
B. KLASIFIKASI
Menurut ukurannya di bagi menjadi :
a) Bayi berat lahir rendah (BBLR) berat lahir 1500 – 2500 gram
b) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir < 1500 gram
c) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) berat lahir < 1000 gram
(Sarwono, 2002 : 376)
Bayi berat lahir rendah ( BBLR ) menurut Surasmi (2003) dikelompokan menjadi :
a) Prematuritas murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan
berat badan untuk masa gestasi berat atau biasa disebut neonatus kurang bulan
sesuai untuk masa kehamilan (NKB – SMK)
b) Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk
masa gestasi itu. Berat bayi mengalami retardasi pertumbuhan intruterin dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK)
C. ETIOLOGI
Penyebab kelahiran prematur tidak diketahui, tapi ada beberapa faktor yang
berhubungan, yaitu :
1) Faktor ibu
Gizi saat hamil yang kurang
3
Umur kurang dari 20 tahun atau diaatas 35 tahun
Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat
Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah,
perokok
2) Faktor kehamilan
Hamil dengan hidramnion
Hamil ganda
Perdarahan antepartum
Komplikasi kehamilan : preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini
3) Faktor janin
Cacat bawaan
Infeksi dalam rahim
4) Factor yang masih belum diketahui
(IBG,Manuaba , 2010 : 326 )
D. TANDA DAN GEJALA
Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
a) Prematuritas murni
1. BB < 2500 gram, PB < 45 cm, LK < 33 cm, LD < 30 cm
2. Masa gestasi < 37 minggu
3. Kepala lebih besar dari pada badan, kulit tipis transparan, mengkilap dan licin
4. Lanugo banyak terdapat terutama pada daerah dahi, pelipis, telinga dan
lengan, lemak subkutan kurang, ubun-ubun dan sutura lebar
5. Genetalia belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup oleh labia
mayora, pada laki-laki testis belum turun.
6. Tulang rawan telinga belum sempurna, rajah tangan belum sempurna
7. Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltik usus dapat terlihat
8. Rambut tipis, halus, teranyam, puting susu belum terbentuk dengan baik
9. Bayi kecil, posisi masih posisi fetal, pergerakan kurang dan lemah
10. Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami
apnea, otot masih hipotonik
11. Reflek tonus leher lemah, reflek menghisap, menelan dan batuk belum
sempurna
4
b) Dismaturitas
1) Kulit berselubung verniks kaseosa tipis/tak ada,
2) Kulit pucat bernoda mekonium, kering, keriput, tipis
3) Jaringan lemak di bawah kulit tipis, bayi tampak gesit, aktif dan kuat
4) Tali pusat berwarna kuning kehijauan
E. PATOFISIOLOGI
Semakin kecil dan semakin prematur bayi, maka akan semakin tinggi risiko
gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi;
1. Menurunnya simpanan zat gizi, cadangan makanan di dalam tubuh sedikit.
Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor, dan
seng dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan.
2. Meningkatnya kebutuhan energi dan nutrien untuk pertumbuhan dibandingkan
BBLC.
3. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi antara
reflek hisap dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk mencegah aspirasi
pneoumonia belum berkembang denan baik sampai kehamilan 32 – 34 minggu.
Penundaan pengosongan lambung atau buruknya motilitas usus sering terjadi
pada bayi preterm.
Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan, pada bayi preterm
mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna
dan mengabsorbsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm. Produksi amilase
pankreas dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam pencernaan lemak dan
karbohidrat juga menurun. Begitu pula kadar laktose (enzim yang diperlukan untuk
mencerna susu) juga sampai sekitar kehamilan 34 minggu.Paru yang belum matang
dengan peningkatan kerja nafas dan kebutuhan kalori yang meningkat. Masalah
pernafasan juga akan mengganggu makanan secara oral. Potensial untuk kehilangn
panas akibat permukaan tubuh dibanding dengan BB dan sedikitnya jaringan lemak
di bawah kulit. Kehilangan panas ini akan meningkatkan kebutuhan akan kalori.
5
6
F. KOMPLIKASI
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain :
a) Hipotermia
b) Hipoglikemia
c) Gangguan cairan dan elektrolit
d) Hiperbilirubinemia
e) Sindroma gawat nafas
f) Paten duktus arteriosus
g) Infeksi
h) Perdarahan intraventrikuler
i) Apnea of Prematurity
j) Anemia
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir
rendah (BBLR) antara lain
a) Gangguan perkembangan
b) Gangguan pertumbuhan
c) Gangguan penglihatan (Retinopati)
d) Gangguan pendengaran
e) Penyakit paru kronis
f) Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
g) Kenaikan frekuensi kelainan bawaan
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada BBLR meliputi :
a) Analisa gas darah ( PH kurang dari 7,2 )
b) Penilaian APGAR score meliputi ( warna kulit, frekuensi jantung, usaha
napas, tonus otot dan reflex )
c) Pemeriksaan EEG dan ETC ketika sudah timbul komplikasi
d) Pemeriksaan fungsi paru
e) Pemeriksaan fungsi kardiovaskuler
7
f) Pemeriksaan kadar glukosa
Pada bayi aterm kadar gula dalam darah 50 - 60 mg/dl dalam 72 jam
pertama.Pada bayi berat lahir rendah kadar gula darah 40 mg /dl hal ini
disebabkan karena cadangan makanan glikogen yang belum mencukupi
( hiploglikemi).bila kadar gula darah sama dengan atau kurang dari 20 mg/ dl
g) Pemeriksan kadar bilirubin
Kadar bilirubin normal pada bayi prematur 10 mg/dl, dengan 6 mg/dl
pada hari pertamake hidupan, 8 mg/dl 1- 2hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.
Hiperbilirubun terjadi karena belum matangnya fungsi hepar.
h) Jumlah sel darah putih : 18.000 mm3, neutrofil meningkat sampai 23.000 –
24.000 mm3 hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).
i) Hematokrit (Ht) : 43% - 61% (peningkatan sampai 65% atau lebih
menandakaan polisitemia, penurunan kadar menunjukan anemia atau
hemoragikprenatal/ perinatal)
j) Hemoglobin (Hb) : 15 -20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan
anemi atau hemolisis berlebihan)
k) Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4 -6 jam pertama setelah kelahiran
ratra- rata 40 – 50 mg/dl meningkat 60 -70 mg/dl pada hari ke tiga.
l) Pemantauan Elektrolit (Na, K. Cl), biasanya dalam batas normal pada
awalnya.
H. PENATALAKSAAN
a) Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar
perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar.
Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator
b) Pelestarian suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan
suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan
antara 35,50 C s/d 370 C. Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu
lingkungan dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic
yang minimal.
Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga
memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas
8
25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C untuk bayi dengan
berat kurang dari 2000 gram.
c) Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur
perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum
memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai
sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih
kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang
adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan
lebih mudah.
d) Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm
BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2 yang diberikan
sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi O2 yang tinggi dalam
masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang
dapat menimbulkan kebutaan
e) Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang
berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi.
Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan
sebelum dan sesudah merawat bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas, lepaskan
semua asessoris dan tidak boleh masuk kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit
kulit.
f) Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah
terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat
diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan
menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak
kalori, dibandingkan dengan bayi preterm.
I. PENCEGAHAN
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah
yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan
9
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama
kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga
berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus
cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang
lebih mampu
2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama
kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung
dengan baik
3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi
sehat (20-34 tahun)
4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan
pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan
akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil
J. GANGGUAN YANG MUNGKIN TERJADI
Dengan kurang sempurnanya alat-alat dalam tubuhnya baik anatomis maupun
fisiologis maka mudah timbul beberapa kelainan seperti berikut ini :
1. Suhu tubuh yang tidak stabil oleh karena kesulitan mempertahankan suhu tubuh
yang disebabkan oleh penguapan yag bertambah akibat dari kurangnya jaringan
lemak dibawah kulit, permukaan tubuh relatif lebih luas dibandingkan dengan berat
badan, otot yang tidak aktif,produksi panas yang berkurang oleh karena lemak
coklat (brown fat) yang belum cukup serta pusat pengaturan suhu yang belum
berfungsi sebagaimana mestinya.
2. Gangguan pernafasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR. Hal
ini disebabkan kekurangan surfactan(rasio lesitin/sfingomielin kurang dari 2),
pertumbuhan dan pengembangan paru yang belum sempurna, otot pernafasan yang
masih lemah yang tulang iga yang mudah melengkung(pliable thorak)
3. Penyakit gangguan pernafasan yang sering pada bayi BBLR adalah penyakit
membran hialin dan aspirasi pneumoni.
4. Gangguan alat pencernaan dan problema nutrisi, distensi abdomen akibat dari
motilitas usus berkurang, volume lambung berkurang sehingga waktu pengosongan
lambung bertambah, daya untuk mencernakan dan mengabsorbsi lemak,
10
laktosa,vitamin yang larut dalam lemakdan bebberapa mineral tertentu berkurang.
Kerja dari sfingter kardio esofagus yang belum sempurna memudahkan terjadinya
regurgitasi isi lambung ke esofagus dan mudah terjadi asspirasi.
5. Imatur hati memudahkan terjadinya hiperbilirubinemia dan defisiensi vitamin K.
6. Ginjal yang immatur baik secara anatomis maupun fungsinya. Produksi urine
yang sedikit, urea clearence yang rendah, tidak sanggup mengurangi kelebihan
airtubuh dan elektrolit dari badan dengan akibat mudah terjadi edema dan asidosis
metabolik.
7. Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh (fragile),
kekurangan faktor pembekuan seperti protrombine, faktor VII dan faktor christmas.
8. Gangguan imunologok, daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena
rendahya kadar Ig G gamma globulin. Bayi prematur relatif belum sanggup
membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap infeksi masih belum
baik
9. Perdarahan intraventrikuler, lebih dari 50% bayi prematur menderita perdarahan
intraventrikuler. Hal ini disebabkan oleh karena bayi BBLR sering menderita
apnea,asfuksia berat dan sindroma gangguan pernafasan. Luasnya perdarahan
intraventrikuler
10. Retrolental Fibroplasia : dengan menggunakan oksigen dengan konsentrasi
tinggi(PaO2 lebih dari 115 mmHg : 15 kPa) maka akan terjadi vasokonstriksi
pembuluh darah retina yang diikuti oleh proliferasi kapiler-kapiler baru kedaerah
yang iskemi sehingga terjadi perdarahan, fibrosis, distorsi dan parut retina sehingga
bayi menjadi buta. Untuk menghindari retrolental fibroplasia maka oksigen yang
diberikan pada bayi prematur tidak boleh lebih dati 40%. Hal ini dapat dicapai
dengan memberikan oksigen dengan kecepatan 2 liter permenit.
11
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1) Pengkajian umum
a. Dengan menggunakan timbangan elektronik, timbang setiap hari, atau lebih
sering apabila diinstruksikan.
b. Ukur panjang dan lingkar kepala secara periodik.
c. Gambarkan bentuk dan ukuran tubuh umum, postur saat istirahat, kemudahan
bernafas, adanya edema, dan lokasinya.
d. Gambarkan adanya deformitas yang nyata.
e. Gambarkan adanya tanda disstres: warna buruk, mulut terbuka, kepala
terangguk-angguk, meringis, alis berkerut.
2) Pengkajian pernafasan
a. Gambarkan bentuk dada (barrel, cembung), kesimetrisan, adanya insisi, selang
dada, atau penyimpangan lain.
b. Gambarkan otot aksesori: pernafasan cuping hidung atau substansial,
interkostal, atau retraksi subklavikular.
c. Tentukan frekuensi dan keteraturan pernafasan.
d. Auskultasi dan gambarkan bunyi pernafasan: stridor, krekels, mengi, ronki
basah, area yang tidak ada bunyinya, mengorok, penurunan udara masuk,
keseimbangan bunyi nafas.
e. Tentukan apakah penghisapan diperlukan.
f. Gambarkan tangisan bila tidak diintubasi.
g. Gambarkan oksigen ambien dan metode pemberian, bila diintubasi gambarkan
ukuran selang, jenis ventilator dan penyiapannya, serta metode pengamanan
selang.
h. Tentukan saturasi oksigen dengan oksimetri nadi dan tekanan parsial oksigen
dan karbon dioksida dengan oksigen transkutan dan karbondioksida
transkutan.
3) Pengkajian kardiovaskular
a. Tentukan frekuensi dan irama jantung.
b. Gambarkan bunyi jantung, termasuk adanya murmur.
12
c. Tentukan titik intensitas maksimum, titik di mana bunyi dan palpasi denyut
jantung yang terkeras (perubahan pada titik intensitas maksimum dapat
menunjukkan pergeseran mediastinal).
d. Gambarkan warna bayi: sianosis, pucat, pletora, ikterik, mottling.
e. Kaji warna kuku, membran mukosa, bibir.
f. Tentukan tekanan darah. Tunjukkan ekstremitas yang digunakan dan ukutan
manset, periksa setiap ekstremitas setidaknya sekali.
g. Gambarkan nadi perifer, pengisian kapiler (< 2 – 3 detik), perfusi perifer
mottling.
h. Gambarkan monitor, parameternya, dan apakah alarm berada pada posisi “on”.
4) Pengkajian gastrointestinal
a. Tentukan distensi abdomen: lingkar perut bertambah, kulit mengkilat, tanda-
tanda eritema dinding abdomen, peristaltik yang dapat dilihat, lengkung susu
yang dapat dilihat, status umbilikus.
b. Tentukan adanya tanda-tanda regurgitasi dan waktu yang berhubungan
dengan pemberian makan.
c. Gambarkan jumlah, warna, konsistensi, dan bau dari adanya muntah.
d. Gambarkan jumlah, warna, dan konsistensi feses, periksa adanya darah
samar dan atau penurunan substansibila diinstruksikan atau diindikasikan
dengan tampilan feses.
d. Gambarkan bisisng usus, ada atau tidak ada.
5) Pengkajian genitourinaria
a. Gambarkan adanya abnormalitas genetalia.
b. Gambarkan jumlah urin (warna, pH, dll).
c. Periksa BB (pengkajian paling akurat untuk hidrasi).
6) Pengkajian neurologis-muskuloskeletal
a. Gambarkan gerakan bayi: acak, bertujuan, gelisah, kedutan, spontan,
menonjol, tingkat aktivitas dengan stimulasi, evaliasi berdasarkan usia gestasi.
b. Gambarkan posisi atau sikap bayi: fleksi, ekstensi.
c. Gambarkan reflek yang diamati: moro, menghisap, Babinski, reflek plantar,
dan reflek yang diharapkan.
13
d. Tentukan perubahan pada lingkar kepala (bila diindikasikan).
7) Pengkajian suhu
a. Tentuka suhu kulit dan aksila.
b. Tentukan dengan suhu lingkungan.
8) Pengkajian kulit
a. Gambarkan adanya perubahan warna, area kemerahan, tanda iritasi, lepuh,
abrasi atau area gundul, khususnya di mana alat pemantau, infus, atau alat lain
lontak dengan kulit, periksa juga dan perhatikan adanya preparat kulit yang
digunakan (misal plester,, providin-iodin).
b. Tentukan tekstur dan turgor kulit: kering, halus, pecah-pecah, terkelupas, dll.
c. Gambarkan adanya ruam, lesi kulit, atau tanda lahir.
d. Tentukan apakah kateter infus intravena atau jarum berada pada tempatnya
dan amati adanya tanda-tanda infiltrasi.
e. Gambarkan jalur pemadangn kateter infus intravena, jenis (arteri, vena, perifer,
umbilikus, sentral, vena sentral perifer), jenis infus (obat, salin, dekstrosa,
elektrolit, lemak, nutrisi parenteral total), jenis pompa infus dan frekuensi
aliran, jenis jarum (kupu=kupu, kateter), tampilan area insersi.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif b.d imatur pusat pernafasan / otot pernafasan masih
lemah
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi jalan nafas oleh penumpukan
lendir, reflek batuk
3. Ketidak efektifan pola minum bayi b.d prematuritas
4. Resiko terhadap perubahan suhu tubuh (termoregulasi) b.d pusat pengaturan
suhu tubuh yang belum sempurna, penurunan lemak subkutan
5. Resiko kekurangan volume cairan b.d regulasi berlebihan imatur ginjal
(kegagalan untuk mengkosentrasi urin)
6. Resiko terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d otot
pencernaan yang masih lemah (imatur sfingter cardioesofagus ),ketidak
adekuatan simpanan nutrisi
14
7. Resiko terhadap infeksi b.d daya tahan tubuh menurun
8. Kurang pengetahuan b.d prosedur perawatan
9. Menyusui tidak evektif b.d refleks hisap masih lemah
10. Pola makan bayi tidak efektif b.d prematuritas (sfingter kardiakesofagus belum
matur)
11. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d tekanan darah rendah
12. Resiko teraspirasi b.d penurunan sfingter esofagus, gangguan menelan, adanya
regurgitasi
13. Resiko pertumbuhan tidak proporsional b.d prematuritas
14. Resiko keterlambatan perkembangan b.d Prematuritas
15. Resiko kerusakan integritas kulit b.d factor mekanik penekanan
16. Resiko syndrom kematian bayi mendadak b.d berat lahir rendah
C. INTERVENSI
DIAGNOSA I : Pola nafas tidak efektif b.d imatur pusat pernafasan / otot
pernafasan masih lemah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan monitoring vital sign selama proses
keperawatan diharapkan pola nafas kembali efektif yang ditunjukkan dengan status
respiratori sering menunjukkan ventilasi baik dengan skala 4
NOC : Respiratory status : ventilation
Kriteria hasil :
a. Bernafas mudah
b. Tidak ada suara tambahan
c. Ekspansi dada simetris
d. Irama nafas normal
e. Tanda – tanda vital dalam batas normal
Indikator skala :
1 : Tidak pernah menunjukan
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang menunjukan
4 : Sering menunjukan
15
5 : Selalu menunjukan
NIC : Vital Sign Monitory
Intervensi :
a. Monitor td, nadi, suhu, dan RR
b. Monitor frekuensi dan irama pernafasan
c. Monitor suara paru
d. Monitor pola nafas abnormal
e. Monitor sianosis perifer
DIAGNOSA II : Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi jalan nafas oleh
penumpukan lendir, reflek batuk.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pengaturan jalan nafas selamam
proses keperawatan diharapkan bersihan jalan nafas kembali efektif yang ditunjukkan
dengan status respiratori selalu menunjukkan potensi jalan nafas baik dengan skala 5
NOC : Respiratory status : Airway patency
Kriteria hasil :
a. Mendemonstrasikan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dispnea
b. Mampu bernafas dengan mudah dan tidak ada purse lips
c. Menunjukan jalan nafas yang paten (pasien tidak merasa tercekik, irama nafas
frekuensi,pernafasan dalam rentang normal)
d. Keluarga mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat
menghambat jalan nafas.
Indikator skala :
1 : Tidak pernah menunjukan
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang menunjukan
4 : Sering menunjukan
5 : Selalu menunjukan
16
NIC : Airway management
Intervensi :
a. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi (posisi hiperekstensi dengan
memberi gulungan popok di bawah bahu)
b. Keluarkan sekret dengan vibrasi atau suction
c. Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan
d. Identifikasi pasien adanya alat nafas buatan
e. Monitor respirasi dan status oksigen
DIAGNOSA. III : Ketidak efektifan pola minum bayi b.d prematuritas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan monitor nutrisi selama proses
keperawatan diharapkan pola minum bayi efektif yang selalu menunjukan
kemandirian penyusuan pada bayi secara adekuat dengan skala 5
NOC : Breastfeeding Estabilshment : infant
Kriteria hasil :
a. Pasien dapat menyusu dengan efektif
b. Mengverbalisasi teknik untuk mengatasi masalah menyusui
c. Bayi menandakan kepuasan menyusui
d. Ibu menunjukan harga diri yang positif dengan menyusui
Indikator skala :
1. : Tidak pernah menunjukan
2. : Jarang menunjukan
3. : Kadang menunjukan
4. : Sering menunjukan
5. : Selalu menunjukan
NIC : Monitor Nutrisi
Intervensi :
a. Berat pasien dalam interval
17
b. Monitor interaksi ibu dan anak dalam menyusui
c. Monitor level energi, kelemahan, kelelahan
d. Monitir kalori dan masukan nutrisi
DIAGNOSA IV : Resiko terhadap perubahan suhu tubuh (termoregulasi) b.d
pusat pengaturan suhu tubuh yang belum sempurna, penurunan lemak
subkutan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan regulasi temperatur selama proses
keperawatan diharapkan suhu tubuh dalam batas normal yang selalu menunjukan
dengan termoregulasi yang baik dengan skala 5
NOC : Thermoregulation
Kriteria hasil :
a. Suhu tubuh dalam rentang normal
b. Tidak ada perubahan warna kulit
c. Nadi dan respirasi dalam rentang normal
d. Hidrasi adekuat
Indikator skala :
1 : Tidak pernah menunjukan
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang menunjukan
4 : Sering menunjukan
5 : Selalu menunjukan
NIC : Temperature regulation
Intervensi :
a. Monitor suhu tubuh minimal setiap 2 jam
b. Monitor tanda – tanda hipertermi atau hipotermi
c. Monitor tanda – tanda vital
d. Monitor warana dan suhu kulit
18
e. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
f. Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
g. Rawat pasien dalam incubator
DIAGNOSA V : Resiko kekurangan volume cairan b.d regulasi berlebihan
imatur ginjal (kegagalan untuk mengkosentrasi urin)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan menejemen cairan selama proses
keperawatan diharapkan kebutuhan cairan pasien dapat terpenuhi atau tercukupi
dengan selalu menunjukan keseimbangan cairan adekuat dengan skala 5
NOC : Fluid balance
Kriteria hasil :
a. Mempertahankan output urin sesuai dengan usia dan berat badan
b. Tanda – tanda vital dalam batas normal
c. Tidak ada tanda – tanda dehidrasi
d. Elastisitas turgor kulit baik
e. Membran mukosa lembab,
f. Tidak ada rasa haus yang berlebi
Indikator skala :
1 : Tidak pernah menunjukan
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang menunjukan
4 : Sering menunjukan
5 : Selalu menunjukan
NIC : Fluid Management
Intervensi :
a. Timbang popok atau pembalut tiap kali ganti
b. Pertahankan cairan intake dan output yang adekuat
19
c. Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
darah orotostatik )
d. Monitor TTV
e. Kolaborasi pemberian cairan IV
DIAGNOSA VI : Resiko terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d otot pencernaan yang masih lemah (imatur sfingter
cardioesofagus ),ketidak adekuatan simpanan nutrisi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pengelolaan nutrisi selama proses
keperawatan diharapkan nutrisi pasien terpenuhi yang ditunjukan dengan status nutrisi
selalu menujukan masuknya makanan dan cairan secara adekuat dengan skala 5
NOC : Nutritional status : Food and fluid intake
Kriteria hasil :
a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan dan umur kelahiran
c. Keluarga Mampu mengidentifikasikan kebutuhan nutrisi
d. Tidak ada tanda – tanda malnutrisi
e. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Indikator skala :
1 : Tidak pernah menunjukan
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang menunjukan
4 : Sering menunjukan
5 : Selalu menunjukan
NIC : Pengelolaan nutrisi
Intervensi :
a. Pantau asupan nutrisi pasien
b. Pantau nilai laboratorium
20
c. Timbang pasien pada interval yang tepat
d. Berikan informasi kepada keluarga tentang kebutuhan nutrisi pasien dan
bagaimana memenuhinya
e. Kolaborasi bersama ahli gizi
f. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan
DIAGNOSA VII : Resiko terhadap infeksi b.d daya tahan tubuh menurun
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan perlindungan terhadap infeksi
selama proses keperawatan diharapkan klien terbebas dari resiko infeksi yang selalu
menunjukan status imun yang baik dengan skala 5
NOC : Status imun
Kriteria hasil :
a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
b. Keluarga menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
c. Jumlah leukosit dalam batas normal
Indikator skala :
1 : Tidak pernah menunjukan
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang menunjukan
4 : Sering menunjukan
5 : Selalu menunjukan
NIC : Perlindungan terhadap infeksi
Intervensi :
a. Pantau tanda dan gejala infeksi ( misal : suhu tubuh , denyut jantung )
b. Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi (misal : tanggap imun rendah)
c. Pantau hasil laboratorium(leukosit)
d. Ajarkan kepada keluarga tanda atau gejala infeksi dan kapan harus
melaporkan ke pusat kesehatan
21
e. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan(lakukan
perawatan tali pusat secara aseptik)
f. Batasi jumlah pengunjung dan pantau pengunjang akan adanya lesi kulit
g. Pertahankan teknik isolasi bila perlu
Diagnosa VIII : Kurang pengetahuan berhubungan dengan, prosedur
perawatan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan pendidikan kesehatan
tentang proses penyakit diharapkan pengetahuan keluarga adekuat dan selalu
dilakukannya dengan menambah pengetahuan tentang proses penyakit dengan skala 5
NOC : Knowledge : disease process
Kriteria hasil :
a. Keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis, dan
program pengobatan
b. Keluarga mampu melaksanakan prosedur yang di jelaskan secara benar
c. Keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang di jelaskan perawat / tim
kesehatan lainnya
Indikator skala :
1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
NIC : Teaching : disease process
Intervensi :
a. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara
yang benar.
b. Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat
c. Identifikasikan kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
22
d. Sediakan informasi pada keluarga tentang kondisi dengan cara yang tepat
diskusikan pilihan terapi atau penaganan.
Diagnosa IX : Menyusui tidak evektif b.d refleks hisap masih lemah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan membantu menyusui diharapkan
bayi dapat menyusu dengan efektif dan selalu menunjukan kemadirian bayi dalam
menyusu dengan skala 5
NOC : Breatstfeeding eastablisment : infant
Kriteria hasil :
a. Ketepatan bayi menangkap / memasukan areola
b. Keteptan bayi menekan areola
c. Koreksi isapan dan penempatan lidah
d. Terdengar tegukan
e. Susui minimal 5 -10 tiap payudara
Indikator skala :
1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
NIC : Membantu menyusui
Intervensi :
a. Sediakan kesempatan kontak ibu dan bayi untuk menysui sejak 2 hari setelah
lahir
b. Pantau kemampuan bayi dalam menghisap
c. Pantau kemampuan bayi dalam menangkap areola
d. Anjurkan pada ibu dalam menyusui, bayi dalam posisi relaks
e. Diskusikan penggunaan pompa Asi jika bayi tidak mampu menghisap
23
Diagnosa X : Pola makan bayi tidak efektif b.d prematuritas (sfingter
kardiakesofagus belum matur)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan monitor nutrisi diharapkan pola
makan bayi efektif dan selalu menunjukan pertahanan menyusui yang sangat adekuat
dengan skala 5
NOC : Breastfeeding Maintenance
Kriteria hasil :
a. Bayi tumbuh dalam rentang normal
b. Perkembangan bayi dalam rentang normal
c. Keluarga mengetahui perkembangan bayi
d. Ibu mampu menyimpan ASI dengan benar
Indikator skala :
1. Tidak adekuat
2. Sedikit adekuat
3. Cukup adekuat
4. Adekuat sedang
5. Sangat Adekuat
NIC : Monitor Nutrisi
Intervensi :
a. BB dalam interval yang jelas
b. Monitor BB yang hilang dan yang masuk
c. Monitor bayi selama di susui / diberi makan
d. Keluarga mengetaui pertumbuhan dan perkembangan bayi
Diagnosa XI : Gangguan perfusi jaringan perifer b.d tekanan darah rendah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan perawatan sirkulasi
diharapkan perfusi jaringan perifer efektif dan tidak ada kompromi dengan monitor
perfusi jaringan perifer dengan skala 5
NOC : Perfusi jaringan perifer
24
Kriteria hasil :
a. Nadi perifer kuat
b. Panca indra normal
c. Fungsi otot lengkap
d. Warna kulit normal
e. Tidak ada edema perifer
Indikator skala :
1. Kompromi sangat baik
2. Kompromi sekali
3. Kompromi baik
4. Kompromi sedang
5. Tidak ada kompromi
NIC : Perawatan sirkulasi
Intervensi :
a. Evaluasi edema dan nadi perifer
b. Pantau kulit adanya ulserasi atau tidak
c. Naikan kepala dengan 20 derajat
d. Monitor TD
e. Pertahankan hidrasi yang adekuat
Diagnosa XII : Resiko teraspirasi b.d penurunan sfingter esofagus, gangguan
menelan, adanya regurgitasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan memposisikan pasien
diharapkan tidak terjadi aspirasi yang ditunjukan dengan status respirasi yang tidak
ada kompromi perubahan gas dengan skala 5
NOC : Respiratory Status : Gas exchange
25
Kriteria hasil :
a. Kemudahan bernafas
b. Tidak ada sianosis
c. Pa Oksigen dalam batas normal
d. Pa carbondioksida dalam batas normal
e. PH arteri dalam batas norma
Indikator skala :
1 : Kompromi sangat baik
2 : Kompromi sekali
3 : Kompromi baik
4 : Kompromi sedang
5 : Tidak ada kompromi
NIC : Positioning
Intervensi :
a. Tempatkan dalam posisi terapetik
b. Tinggikan bagiant tubuh (kepala 20 darajat)
c. Posisikan untuk mengurangi dispnea dan resiko aspirasi
d. Posisikan untuk memudahkan ventilasi
Diagnosa XIII : Resiko pertumbuhan tidak proporsional b.d prematuritas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan monitor nutrisi diharapkan
pertumbuhan proporsional yang ditunjukan dengan pertumbuhan dan tidak ada
penyimpangan dari hasil yang diharapkan dengan skala 5
NOC : Growth
Kriteria hasil :
a. BB sesuai umur
b. BB sesuai jenis kelamin
26
c. BB sesuai TB
d. Lajunya penambahan BB
e. Lingkar kepala sesuai umur
Indikator skala :
1 : Penyimpangan luar biasa dari hasil yang di harapkan
2 : Penyimpangan berat dari hasil yang di harapkan
3 : Penyimpangan sedang dari hasil yang di harapkan Kompromi baik
4 : Penyimpangan cukup dari hasil yang di harapkan
5 :Tidak ada penyimpangan dari hasil yang di harapkan
NIC : Nutrisi Monitory
Intervensi :
a. BB dalam interval yang jelas
b. Monitor BB yang hilang dan yang masuk
c. Monitor bayi selam disusui
d. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
Diagnosa XIV : Resiko keterlambatan perkembangan b.d Prematuritas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan perkembangan yang baik
diharapkan perkembangan tidak terjadi keterlambatan yang ditunjukan adaptasi bayi
tidak ada penyimpangan dari hasil yang diharapkan dengan skala 5
NOC : Newborn Adaptation
Kriteria hasil :
a. Apgar score
b. Indeks umur kehamilan
c. Naadi rata – rata 100 – 160 x/ menit
d. Respirasi rata- rata 30 – 60 x/ menit
e. Saturasi O2 > 90 %
27
f. Reflek menghisap
g. BB
h. Respon rangsang
i. Level bilirubin
Indikator skala :
1 : Penyimpangan luar biasa dari hasil yang di harapkan
2 : Penyimpangan berat dari hasil yang di harapkan
3 : Penyimpangan sedang dari hasil yang di harapkan Kompromi baik
4 : Penyimpangan cukup dari hasil yang di harapkan
5 : Tidak ada penyimpangan dari hasil yang di harapkan
NIC : Development Enhanchement
Intervensi :
a. Identifikasi kebutuhan bayi
b. Fasilitasi kontak dengan ibu
c. Gunakan bahasa tubuh untuk berkomunikasi
d. Bangun rasa kepercayaan ibu pada perawat
Diagnosa XV : Resiko kerusakan integritas kulit b.d factor mekanik penekanan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan manajemen tekanan selama proses
keperawatan diharapkan tidak terjadi kerusakan integritas kulit yang ditujukan dengan
intergritas jaringan selalu menunjukan membran kulit dan mukosa baik
NOC : Tissue Integritas : skin and Mucous membran
Kriteria hasil :
a. Integritas kulit yang baik di pertahankan
b. Tidak ada luka lesi pada kulit
c. Perfusi jaringan baik
d. Ibu mampu mempertahankan integritas kulit bayinya
28
Indikator skala :
1 : Tidak pernah menunjukan
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang menunjukan
4 : Sering menunjukan
5 : Selalu menunjukan
NIC : Pressure Management
Intervensi :
a. Hindari kerutan pada tempat tidur
b. Jaga kebersihan kulit agar tetap kering dan bersih
c. Monitor kulit akan adanya kemerahan
d. Oleskan minyak pada daerah yang tertekan
e. Memandikan bayi dengan air hangat
DIAGNOSA XVI : Resiko syndrom kematian bayi mendadak b.d berat lahir
rendah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan menejemen energi selama proses
keperawatan diharapkan tidak terjadi kematian bayi mendadak dengan tidak ada
kompromi terhadap daya tahan yang baik dengan skala 5
NOC : Daya tahan
Kriteria hasil :
a. Aktivitas
b. Daya tahan otot
c. Pola menyusui
d. Penampilan rutin bayi
e. Penampilan bayi istirahat
Indikator skala :
29
1 : Kompromi sangat baik
2 : Kompromi sekali
3 : Kompromi baik
4 : Kompromi sedang
5 : Tidak ada kompromi
NIC : Menejemen Energi
Intervensi :
a. Monitor inutrisi secara adekuat
b. Anjurkan istirahat
c. Bantu ibu untuk membuat jadwal istirahat bayi
d. Bantu untuk membuat jadwal menyusui
e. Pantau lokasi dan pola aami selama aktivitas
30
D. EVALUASI
DIAGNOSA I
Kriteria hasil : Skala
a. Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi
yang adekuat 4
b. Memelihara kebersihan paru dan bebas dari tanda – tanda
distress pernapasan 4
c. Tanda – tanda vital dalam rentang nomal 4
DIAGNOSA II
Kriteria hasil : Skala
a. Bernafas mudah 5
b. Tidak ada suara tambahan 5
c. Ekspansi dada simetris 5
d. Irama nafas normal 5
e. Tanda – tanda vital dalam batas normal 5
DIAGNOSA III
Kriteria hasil : Skala
a. Klien dapat menyusu dengan efektif 5
b. Mengverbalisasi teknik untuk mengatasi masalah menyusui 5
c. Bayi menandakan kepuasan menyusui 5
d. Ibu menunjukan harga diri yang positif dengan menyusui 5
DIAGNOSA IV
Kriteria hasil : Skala
a. Suhu tubuh dalam rentang normal 5
b. Nadi dan respirasi dalam rentang normal 5
31
c. Tidak ada perubahan warna kulit 5
DIAGNOSA V
Kriteria hasil : Skala
a. Mempertahankan output urin sesuai dengan usia dan
berat badan 5
b. Tanda – tanda vital dalam batas normal 5
c. Tidak ada tanda - tanda dehidrasi, 5
d. Elastisitas turgor kulit baik, 5
e. Membran mukosa lembab 5
f. Tidak ada rasa haus yang berlebih 5
DIAGNOSA VI
Kriteria hasil : Skala
a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan 5
b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
dan umur kelahiran 5
c. Mampu mengidentifikasikan kebutuhan nutrisi 5
d. Tidak ada tanda – tanda malnutrisi 5
e. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti 5
DIAGNOSA VII
` Kriteria hasil : Skala
a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi 5
b. Menunjukan kemampuan untuk mencegah
timbulnya infeksi 5
c. Jumlah leukosit dalam batas normal 5
DIAGNOSA VIII
32
Kriteria hasil : Skala
a. Keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis, dan program pengobatan 5
b. Keluarga mampu melaksanakan prosedur yang di
jelaskan secara benar 5
c. Keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang di
jelaskan perawat / tim kesehatan lainnya 5
DIAGNOSA IX Skala
a. Ketepatan bayi menangkap / memasukan areola 5
b. Keteptan bayi menekan areola 5
c. Koreksi isapan dan penempatan lidah 5
d. Terdengar tegukan 5
e. Susui minimal 5 -10 tiap payudara 5
DIAGNOSA X Skala
a. Bayi tumbuh dalam rentang normal 5
b. Perkembangan bayi dalam rentang normal 5
c. Keluarga mengetahui perkembangan bayi 5
d. Ibu mampu menyimpan ASI dengan benar 5
DIAGNOSA XI Skala
a. Nadi perifer kuat 5
b. Panca indra normal 5
c. Fungsi otot lengkap 5
d. Warna kulit normal 5
e. Tidak ada edema perifer 5
33
DIAGNOSA XII Skala
a. Kemudahan bernafas 5
b. Tidak ada sianosis 5
c. Pa Oksigen dalam batas normal 5
d. Pa carbondioksida dalam batas normal 5
e. PH arteri dalam batas norma 5
DIAGNOSA XIII Skala
a. BB sesuai umur 5
b. BB sesuai jenis kelamin 5
c. BB sesuai TB 5
d. Lajunya penambahan BB 5
e. Lingkar kepala sesuai umur 5
DIAGNOSA XIV Skala
a. Apgar score 5
b. Indeks umur kehamilan 5
c. Naadi rata – rata 100 – 160 x/ menit 5
d. Respirasi rata- rata 30 – 60 x/ menit 5
e. Saturasi O2 > 90 % 5
f. Reflek menghisap 5
g. BB 5
h. Respon rangsang 5
i. Level bilirubin 5
DIAGNOSA XV Skala
a. Integritas kulit yang baik di pertahankan 5
b. Tidak ada luka lesi pada kulit 5
c. Perfusi jaringan baik 5
d. Ibu mampu mempertahankan integritas kulit bayinya 5
34
DIAGNOSA XVI Skala
a. Aktivitas 5
b. Daya tahan otot 5
c. Pola menyusui 5
d. Penampilan rutin bayi 5
e. Penampilan bayi istirahat 5
35
DAFTAR PUSTAKA
Betz, L C dan Sowden, L A. 2002.Keperawatan Pediatri Edisi 3. Jakarta : EGC.
Garna, Heri.dkk. 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak Edisi Ke dua.Bandung : FKU Padjadjaran.
Irianto, Kus. Drs. 2004.Struktur Dan Fungsi Tubuh Manusia Untuk Paramedis.Bandung : Yrama Widya.
Laksman, Hendra, T. Dr. 2003.Kamus Kedokteran. Jakarta : Djambaran.
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 1.Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, Sarwono, DR. dr. SpOG 2005, ILMU KEBIDANAN. Jakarta YBP-SP
Shelov, Steven P dan Hannemann, Robert E. 2004.Panduan Lengkap Perawatan Bayi Dan Balita. The American Academy Of Pediatrics.Jakarta : ARCAN.
36