28
LAPORAN PENDAHULUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT A. KONSEP TEORI 1. Definisi Cairan adalah air beserta unsur-unsurnya yang didalamnya diperlukan untuk kesehatan sel, dan cairan ini sebagian berada di dalam dan sebagian di luar sel. Elektrolit adalah suatu zat cair di dalam tubuh yang terdiri dari molekul-molekul atau ion-ion yang berfungsi membantu proses metabolisme dalam tubuh. Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling berhubungan, ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang terjadi dalam bentuk berlebihan atau kekurangan. Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Cairan tubuh terdiri dari cairan eksternal dan cairan internal. Volume cairan intrasel tidak dapat diukur secara langsung dengan prinsip difusi oleh karena tidak ada bahan yang hanya terdapat dalam cairan intrasel. Volume cairan intrasel dapat diketahui dengan mengurangi jumlah cairan ekternal, terdiri dari cairan tubuh total. Cairan Eksternal terdiri dari cairan tubuh total :

Laporan Pendahuluan Cairan Dan Elektrolit

  • Upload
    rina

  • View
    273

  • Download
    8

Embed Size (px)

DESCRIPTION

1

Citation preview

Page 1: Laporan Pendahuluan Cairan Dan Elektrolit

LAPORAN PENDAHULUAN

KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

A. KONSEP TEORI

1. Definisi

Cairan adalah air beserta unsur-unsurnya yang didalamnya diperlukan untuk

kesehatan sel, dan cairan ini sebagian berada di dalam dan sebagian di luar sel.

Elektrolit adalah suatu zat cair di dalam tubuh yang terdiri dari molekul-molekul atau

ion-ion yang berfungsi membantu proses metabolisme dalam tubuh.

Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena

metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap

stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling berhubungan,

ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang terjadi dalam bentuk berlebihan atau

kekurangan.  Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi

tubuh tetap sehat.

Cairan tubuh terdiri dari cairan eksternal dan cairan internal. Volume cairan

intrasel tidak dapat diukur secara langsung dengan prinsip difusi oleh karena tidak ada

bahan yang hanya terdapat dalam cairan intrasel. Volume cairan intrasel dapat

diketahui dengan mengurangi jumlah cairan ekternal, terdiri dari cairan tubuh total.

Cairan Eksternal terdiri dari cairan tubuh total :

a. Cairan Interstitiel: bagian cairan ekstra sel yang ada diluar pembulu darah. Plasma

darah.

b. Cairan Transeluler, cairan yang terdapat pada rongga khusus seperti dalam pleura,

perikardium, cairan sendi, cairan serebrospinalis.

Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah

satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan

komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang

terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang

menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam

larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan

cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan

dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan

elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling

Page 2: Laporan Pendahuluan Cairan Dan Elektrolit

bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu maka akan

berpengaruh pada yang lainnya.

2. Fisiologi Cairan Dan Elektrolit

Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial

masuk kedalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membrane sel yang merupakan

membran semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen

dalam cairan tubuh ikut berpindah. Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit

tubuh dengan beberapa cara yaitu:

a. Difusi

Merupakan proses di mana partikel yang terdapat di dalam cairan bergerak

dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan.

Cairan dan elektrolit di difusikan menembus membran sel. Kecepatan difusi di

pengaruhi oleh ukuran molekul, konsentarsi larutan dan temperature.

b. Osmosis

Merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melaui membran

semipermiabel dan larutan yang berkosentrasi lebih rendah ke kosentrsi yang

lebih tinggi yang sifatnya menarik.

c. Transport aktif

Partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke lebih tinggi karena adanya

daya aktif dari tubuh seperti pompa jantung.

3. Fungsi Cairan Tubuh

Fungsi cairan antara lain: 

a. Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan temperature tubuh

b.Transpor nutrien ke sel 

c.Transpor hasil sisa metabolisme

d. Transpor hormon

e. Pelumas antar organ

f. Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam system kardiovaskuler.

( Tarwoto dan Wartonah, 2006 )

Page 3: Laporan Pendahuluan Cairan Dan Elektrolit

4. Gejala Klinis Kekurangan Cairan dan Elektrolit

a. Haus

b. Anoreksia

c. Perubahan tanda-tanda vital

d. Lemas atau pucat

e. Anak rewel

f. Kejang-kejang

g. Kulit dingin

h. Rasa malas

5. Keseimbangan Cairan

Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake dan output cairan. Intake cairan

berasal dari minuman dan makanan. Kebutuhan cairan setiap hari antara 1.800 – 2.500

ml/hari. Sekitar 1.200ml berasal dari minuman dan 1.000 ml dari makanan.

Sedangkan pengeluaran cairan melalui ginjal dalambentuk urine 1.200-1.500

ml/hari, paru-paru 300-500 ml, dan kulit 600-800 ml.

Rumus menghitung keseimbangan cairan tubuh

     CM – CK – IWL

Keterangan :

CM : Cairan Masuk

CK : Cairan Keluar

Rumus IWL

IWL = (15 x BB )

                     24 jam

6. Pengaturan Keseimbangan Cairan

a. Rasa dahaga

Mekanisme rasa dahaga:

1) Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan rennin, yang pada akhirnya

menimbulkan produksi angiotesin II yang dapat merangsang hipotalamus

untuk melepaskan substrat neural yang bertanggung jawab terhadap sensasi

haus.

2) Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi peningkatan tekanan osmotik dan

mengaktivasi jaringan saraf yang dapat mengakibatkan sensasi rasa dahaga.

Page 4: Laporan Pendahuluan Cairan Dan Elektrolit

b. Anti diuretik hormon (ADH)

ADH dibentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neurohipofisis dari

hipoofisis posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan

osmolaritas dan penurunan cairan ekstrasel. Hormone ini meningkatkan

reabsorbsi air pada duktus koligentes, dengan demikian dapat menghemat air.

c. Aldosteron

Hormon ini di sekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada tubulus

ginjal untuk meningkatkan reabsorbsi natrium. Pelepasan aldosteron dirangsang

oleh perubahan konsentrasi kalium, natrium serum, dan system angiotensin renin.

d. Prostaglandin

Prostaglandin adalah asam lemak alami yang terdapat dalam banyak

jaringan dan berfungsi dalam merespon radang, pengendalian tekanan darah,

kontraksi uterus, dan mobilitas gastrointestinal. Dalam ginjal, prostaglandin

berperan mengatur sirkulasi ginjal, respon natrium, dan efek ginjal pada ADH.

e.       Glikokortikoid

Meningkatkan reabsorbsi natrium dan air, sehingga volume darah naik dan

terjadi retensi natrium. Perubahan kadar glukokortikoid menyebabkan perubahan

pada keseimbangan volume darah. ( Tarwoto dan Wartonah, 2006 )

7. Pengaturan Elektrolit

a. Natrium (sodium)

Merupakan kation paling banyak yang terdapat pada cairan ekstrasel. Na+

memengaruhi keseimbangan air, hantaran impuls saraf dan kontraksi otot.

Sodium diatur oleh intake garam, aldosteron, dan pengeluaran urine. Normalnya

sekitar 135-148 mEq/lt.

b. Kalium (potassium)

Merupakan kation utama cairan intrasel. Berfungsi sebagai excitability

neuromuskuler dan kontraksi otot. Diperlukan untuk pembentukan glikogen,

sintesa protein, pengaturan keseimbangan asam basa, karena ion K+ dapat diubah

menjadi ion hydrogen (H+). nilai normalnya sekitar 3,5-5,5 mEq/lt.

c. Kalsium

Berguna untuk integritas kulit dan struktur sel, konduksi jantung,

pembekuan darah, serta pembentukan tulang dan gigi. Kalsium dalam cairan

Page 5: Laporan Pendahuluan Cairan Dan Elektrolit

ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid. Hormone paratiroid

mengabsorbsi kalsium melalui gastrointestinal, sekresi melalui ginjal. Hormone

thirocalcitonin menghambat penyerapan Ca++ tulang.

d. Magnesium

Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel. Sangat penting

untuk aktivitas enzim, neurochemia, dan muscular excibility. Nilai normalnya

sekitar 1,5-2,5 mEq/lt.

e. Klorida

HCO3 adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan

ekstrasel dan intrasel. Biknat diatur oleh ginjal.

f. Fosfat

Merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Berfungsi

untuk meningkatkan kegiatan neuromuskuler, metabolisme karbohidrat,

pengaturan asam basa. Pengaturan oleh hormone paratiroid. ( Tarwoto dan

Wartonah, 2006 )

8. Cara Pengeluaran Cairan

Pengeluaran cairan terjadi melalui organ-organ seperti:

a. Ginjal

Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170 liter

darah untuk disaring setiap hari. Produksi urine untuk semua usia 1 ml/kg/jam.

Pada orang dewasa produksi urine sekitar 1,5 lt/hari. Jumlah urine yang

diproduksi pleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron.

b. Kulit

Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang merangsang

aktivitas kelenjar keringat. Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari

aktivitas otot, temperatur lingkungan yang meningkat, dan demam. Disebut juga

Isensible Water Loss (IWL) sekitar 15-20 ml/24 jam.

c. Paru-paru

Menghasilkan IWL sekitar 400 ml/hari. Meningkatnya cairan yang hilang

sebagai respon terhadap perubahan kecepatan atau kedalaman napas akibat

pergerakan atau demam.

Page 6: Laporan Pendahuluan Cairan Dan Elektrolit

d. Gastrointestinal

Dalam kondisi normal cairan yang hilang di gastrointestinal setiap hari

sekitar 100-200 ml. perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15

cc/kgBB/24 jam, dengan kenaikan10% dari IWL pada setiap kenaikan suhu 10

celcius. ( Tarwoto dan Wartonah, 2006 )

9. Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit

Kebutuhan Cairan Menurut Umur dan Berat Badan.

NO UMUR BB (KG)CAIRAN (ML/24

JAM)

1 3 hari 3,0 250 – 300

2 1 tahun 9,5 1150 – 1300

3 2 tahun 11,8 1350 – 1500

4 6 tahun 20 1800 – 2000

5 10 tahun 28,7 2000 – 2500

6 14 tahun 45 2200 – 2700

7 18 tahun (Adult) 54 2200 -

2700

Volume Cairan Tubuh

Total jumlah volume cairan tubuh (total body water-TBW) kira-kira 60% dari berat

badan pria dan 50% dari berat badan wanita. Jumlah volume ini tergantung pada

kandungan lemak badan dan usia. Lemak jaringan sangat sedikit menyimpan cairan di

mana lemak pada wanita lebih banyak dari pria sehingga jumlah volume cairan lebih

rendah dari pria. Usia juga berpengaruh terhadap TBW di mana makin tua usia makin

sedikit kandungan airnya. Contoh: bayi baru lahir TBW nya 70-80% dari BB, usia 1

tahun 60% dari BB, usia pubertas sampai dengan 39 tahun untuk pria 60% dari BB

dan wanita 52% dari BB, usia 40-60 tahun untuk pria 55% dari BB dan wanita 47%

dari BB, sedangkan pada usia di atas 60 tahun untuk pria 52% dari BB dan wanita

46% dari BB.

Page 7: Laporan Pendahuluan Cairan Dan Elektrolit

10. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit

a. Umur

Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan

berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant

dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding

usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan di

karenakan gangguan fungsi ginjal ataw jantung.

b. Iklim

Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban

udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit

melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas

dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.

c. Diet

Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake

nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga

akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya

sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan

menyebabkan edema.

e. Stress

Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan

glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air

sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.

f. Kondisi sakit

Kondisi sakit sangat b3erpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan

elektrolit misalnya:

1) Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.

2) Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator

keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.

3) Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami ganguan

pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemapuan untuk memenuhinya

secara mandiri.

g. Tindakan medis

Page 8: Laporan Pendahuluan Cairan Dan Elektrolit

Banyak tindakan medis akan berpengaruh pada keseimbangan cairan dan

elektrolit tubuh seperti: suction, NGT dan lain-lain.

h. Pengobatan

Pengobatan seperti pemberian dueretik, laksative dapat berpengaruh pada

kondisi cairan dan elektrolit tubuh.

i. Pembedahan

Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggimengalami

gangguan  keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh karena kehilangan darah

selama pembedahan.

11. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Gangguan keseimbangan cairan elektrolit dibagi menjadi 3 yaitu gangguan

keseimbangan cairan, gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan

asam basa.

a. Gangguan Keseimbangan Cairan

1) Defisit volume cairan ( fluid volume defisit/ FVD ) atau Hipovolemia

Adalah suatu kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan defisiensi

cairan dan elektrolit diruang ekstrasel, namun kedua proporsi antara keduanya

mendekati normal. Kehilangan cairan diakibatkan oleh berbagai faktor antara

lain kurangnya asupan cairan, tingginya asupan pelarut ( misalnya protein,

klorida dan natrium )yang dapat menyebabkan ekskresi urine berlebih,

keringat yang banyak serta kelainan yang menyebabkan pengeluaran urine

berlebih. Secara umum kondisi defisit volume cairan ( dehidrasi ) terbagi 3

yaitu:

a) Dehidrasi isotonic. Ini terjadi bila jumlah cairan yang hilang sebanding

dengan jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma darah 130-

150 mEq/l.

b) Dehidrasi hipertonik. Ini terjadi bila jumlah cairan yang hilang lebih besar

daripada jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma 130-150

mEq/l.

c) Dehidrasi hipotonik. Ini terjadi bila jumlah cairan yang hilang lebih

sedikit daripada jumlah elektolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma

adalah 130mEq/l.

Kondisi dehidrasi dapat digolongkan menurut derajat keparahannya antara lain :

Page 9: Laporan Pendahuluan Cairan Dan Elektrolit

a) Dehidrasi ringan. Pada kondisi ini kehilangan cairan mencapai 5% dari berat

tubuh.

b) Dehidrasi sedang. Kondisi ini terjadi apabila kehilangan cairan mencapai 5-

10% dari berat tubuh atau sekitar 2-4 liter. Kadar natrium berkisar 152-158

mEq/l. salah satu gejalanya adalah mata cekung.

c) Dehidrasi berat

Kondisi ini terjadi bila kehilangan cairan mencapai 4-6 liter. Kadar natrium

serum berisar 159-166 mEq/l. pada kondisi ini penderita dapat mengalami

hipotensi.

2) Volume cairan berlebih (fluid volume eccess/ FVE) atau hipervolemia

Volume cairan berlebih ( overhidrasi ) adalah kondisi ketidakseimbangan

yang ditandai dengan kelebihan ( retensi ) cairan dan natrium diruang ekstrasel.

Umumnya terjadi akibat adanya masalah di ginjal. .( Wahid dan Nurul, 2007 )

b. Gangguan Keseimbangan Elektrolit

1) Ketidakseimbangan Natrium

a) Hiponatremia

Kekurangan kadar natrium dicairan ekstrasel yang menyebabkan

perubahan tekanan osmotic dimana kadar natrium serum <136 mEq/l dan berat

jenis urin <1,010. Diakibatkan gagal ginjal penyakit adison, pengeluaran

keringat berlebih dieresis, dan asidosis metabolic.

b) Hipernatremia

Kelebihan kadar natrium dicairan ekstrasel yang menyebabkan

peningkatan tekanan osmotic ekstrasel dimana kadar natrium serum >144

mEq/l dan berat jenis urine >11,30. Diakibatkan diare disfagia, poliuria karena

diabetes insipidus.

2) Ketidakseimbangan Kalium

a) Hipokalemia

Kekurangan kadar kalium dalam cairan ekstrasel yang menyebabkan

pindahnya kalium keluar sel dimana kadar kalium <4 mEq/l.

b) Hiperkalemia

Kelebihan kadar kalium dalam cairan ekstrasel dimana kadarnya >5 mEq /l.

3) Ketidakseimbangan Kalsium

a) Hipokalsemia

Page 10: Laporan Pendahuluan Cairan Dan Elektrolit

Kekurangan kadar kalsium dalam cairan ekstrasel dimana kadar kalsium

serum <4,5 mEq/l atau 10 mg/100 ml.

b) Hiperkalsemia

Kelebihan kadar kalsium dalam cairan ekstrasel dimana kadar kalsium serum

> 5,8 mEq/l atau 10 mg/100 ml.

4) Ketidakseimbangan Magnesium

a) Hipomagnesemia

Kondisi dimana kadar magnesium kurang dari 1,5 mEq/l. umumnya

disebabkan oleh konsumsi alcohol, malnutrisi, diabetes, gagal ginjal, gagal hati

dan absorbs usus yang buruk.

b) Hipermagnesemia

Kondisi dimana kadar magnesium lebih dari 3,4 mEq/l. Umumnya disebabkan

oleh konsumsi antasida yang mengandung magnesium.

5) Ketidakseimbangan Klorida

a) Hipokloremia

Penurunan kadar ion klorida dalam serum, dimana kadar klorida >95 mEq/l.

Disebabkan oleh kehilangan sekresi gastrointestinal yang berlebihan seperti

diare, muntah, uresis.

b) Hiperkloremia

Peningkatan kadar ion klorida dalam serum, dimana kadar klorida <105 mEq/l.

Disebabkan oleh dehidrasi dan masalah ginjal.

6) Ketidakseimbangan Fosfat

a) Hipofosfatemia

Penurunan kadar fosfat didalam serum, dimana nilainya <2,8 mg/dl.

Disebabkan oleh alkoholisme, malnutrisi, hipertiroidisme.

b) Hiperfosfatemia

Peningkatan kadar fosfat dalam serum, dimana nilainya >4,4 mg/dl atau >3,0

mEq/l. Disebabkan oleh penggunaan laksatif yang mengandung fosfat,

penurunan hormone paratiroid dan kasus gagal ginjal. ( Wahid dan Nurul,

2007 ).

c. Gangguan Keseimbangan Asam Basa

1) Asidosis respiratorik.

Page 11: Laporan Pendahuluan Cairan Dan Elektrolit

Adalah gangguan asam basa yang disebabkan oleh retensi CO2 akibat gangguan

hiperkapnia.

a) Tanda-tandanya meliputi: nafas dangkal, gangguan pernafasan yang

menyebabkan hipoventilasi, depresi susunan saraf pusat, gangguan kesadaran

dan disorientasi, pH plasma <7,35; pH urine <6, PCO2 tinggi (>45 mmHg).

b) Penyebabnya antara lain penyakit obstruksi, restriksi paru, polimielitis,

penurunan aktivitas pusat pernafasan karena trauma kepala, pendarahan,

narkotik, anestesi)

2) Asidosis metabolic

Terjadi akibat akumulasi abnormal fixed acid atau kehilangan basa.

a) Tanda-tandanya meliputi: pernafasan kussmaul ( nafas cepat dan dalam ),

kelelahan ( malaise ), disorientasi, koma, pH plasma <3,5, PCO2 normal atau

rendah jika sudah mencapai kompensasi, kadar bikarbonat rendah ( anak-anak

<20 mEq/l, dewasa <21 mEq/l )

b) Penyebabnya adalah penimbunan asam nonkarbonat dan pengeluaran cairan

kaya HCO3- secara berlebihan.

3) Alkalosis respiratorik

Merupakan dampak utama pengeluaran CO2 berlebih akibat hiperventilasi.

a) Tanda-tandanya meliputi: penglihatan kabur, kesemutan pada ujung jari

tangan dan kaki, kemampuan konsentrasi terganggu, tetani, kejang, aritmia

jantung dan Ph>7,45

b) Penyebabnya adalah demam, kecemasan dan keracunan aspiri yang

kesemuanya merangsang ventilasi yang berlebihan.

4) Alkalosis metabolic

Merupakan kondisi penurunan H+ plasma yang disebabkan oleh difisiensi relatif

asam nonkarbonat.

a) Tanda-tandanya meliputi: apatis, lemah, gangguan mental ( misalnya gelisah,

bingung, letargi ), kram, pusing.

b) Penyebabnya adalah muntah yang terus menerus dan ingesti obat-obat alkali. .(

Wahid dan Nurul, 2007 )

Page 12: Laporan Pendahuluan Cairan Dan Elektrolit

12. Cara Menghitung Cairan Infus

a. Dewasa (Makro dengan 20 tetes / menit)

Tetesan / menit =         Jumlah cairan yang masuk

                                    Lamanya infuse (jam) x 3

Atau tetesan / menit = Jumlah kebutuhan cairan x factor tetesan (20)                       

Lama infuse (jam) x 60 menit

Catatan : factor tetesan infuse bermacam – macam, dapat dilihat pada label infuse (10

per menit, 15 per menit, 20 tetes per menit).

b.Anak

Tetesan / menit (mikro) = Jumlah kebutuhan cairan x factor tetesan (60)      

          Lama infuse (jam) x 60 menit

13. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan medis utama diarahkan pada pengendalian atau pengobatan

penyakit dasar. Obat-obatan tersebut misalnya; prednison yang dapat mengurangi

beratnya diare dan penyakit.

b. Untuk diare ringan cairan oral dengan segera ditingkatkan dan glukosa oral serta

larutan elektrolit dapat diberikan untuk rehydrasi pasien.

c. Untuk diare sedang, akibat sumber non infeksius, obat-obatan tidak spesifik seperti

defenosiklat (lomotil) dan loperamit (imodium) juga diberikan untuk menurunkan

motilitas.

d. Preparat anti mikrobial diberikan bila preparat infeksius telah teridentifiksi atau

bila diare sangat berat.

e. Terapi cairan intra vena mungkin diperlukan untuk hydrasi cepat, khususnya untuk

anak kecil dan lansia.

Page 13: Laporan Pendahuluan Cairan Dan Elektrolit

B. ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

1. PENGKAJIAN

Tanggal                                         :

Jam                                                :

Ruang                                            :

a. Biodata

1) Identitas klien

2) Identitas penanggung jawab

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama

Yang biasa muncul pada pasien dengan ganguan kebutuhan cairan

dan elektrolit antara lain: nyeri abdomen, kram, bising usus hiperaktif atau

hipoaktif, anoreksia, borborigmi, distensi abdomen, perasaan rektal penuh,

feses keras dan berbentuk, kaletihan umum, sakit kepala, tidak dapat

makan, nyeri saat defekasi, mual, muntah, konstipasi, inkontenensia

defekasi, diare.

2) Riwayat kesehatan sekarang

Ditanyakan / menjelaskan kronologi berjalannya penyakit pasien

3) Riwayat kesehatan terdahulu

c. Pola Fungsi Kesehatan (Gordon)

1) Persepsi terhadap kesehatan – manajemen kesehatan

2) Pola aktivitas dan latihan

3) Pola istirahat tidur

4) Pola nutrisi -  metabolic

5) Pola eliminasi

6) Pola kognitif perceptual

7) Pola konsep diri

8) Pola koping

9) Pola seksual – reproduksi

10) Pola peran hubungan

Page 14: Laporan Pendahuluan Cairan Dan Elektrolit

11) Pola nilai dan kepercayaan

d. Pemeriksaan Fisik

1) Data klinik, meliputi:

a) Pengukuran Klinik

(1) Berat Badan

Kehilangan/ bertambanhnya berat badan menunjukkan adanya masalah

keseimbangan asam basa cairan :

+ 2 %                      : ringan

+ 5 %                      : sedang

+ 10 %                    : berat

Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama

(2) Keadaan Umum

(a) Pengukuran TTV seperti nadi, tekanan darah, suhu dan pernafasan

(b) Tingkat kesadaran

(3) Pengukuran pemasukan cairan

(a) Cairan oral ; NGT dan oral

(b) Cairan parenteral termasuk obat-obatan IV

(c) Makanan yang cenderung mengandung air

(d) Irigasi kateter atau NGT

(4) Pengukuran pengeluaran cairan

(a) Urine : volume, kelernihan/kepekatan

(b) Feses : jumlah dan konsisten

(c) Muntah

(d) Tube drainase

(e) IWL

(f) Ukuran keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya + 200 cc

b) Data hasil pemeriksaan yang mungkin ditemukan:

(1) Integumen : keadaan turgor kulit, edema, kelemahan otot, tetani dan

sensasi rasa.

(2) Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah, Hemoglobin dan

bunyi jantung.

(3) Mata : cekung, air mata kering.

(4) Neurologi : reflex, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran

Page 15: Laporan Pendahuluan Cairan Dan Elektrolit

(5) Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-untah

dan bising usus.

2) Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral, parental)

3) Tanda umum masalah elektrolit

4) Tanda kekurangan dan kelebihan cairan

5) Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan elektrolit.

6) Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu status cairan

7) Status perkembangan seperti usia atau situasi sosial

8) Faktor psikologis seperti perilaku emosional yang mengganggu pengobatan.

e. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan elektrolit,

2) Darah lengkap,

3) pH,

4) Berat jenis urin,

5) AGD (Analisa Gas darah)

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Aktual / Resiko defisit Volume Cairan

Definisi : Kondisi dimana pasien mengalami resiko kekurangan cairan pada

ekstraseluler (CES) dan Vaskuler (CIV).

Berhubungan dengan :

1) Kehilangan cairan secara berlebihan

2) Berkeringant secara terus menerus

3) Menurunnya intake oral

4) Penggunaa diuretic

5) Pendarahan

Ditandai dengan :

1) Hipotensi

2) Takhikardia

3) Pucat

4) Keklemahan

5) Konsentrasi urin pekat

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada :

Page 16: Laporan Pendahuluan Cairan Dan Elektrolit

1) Penyakit Addison

2) Koma

3) Ketoasidosis pada disbetik

4) Pendarahn gastrointestinal

5) Muntah diare

6) Intake cairan tidak adekuat

7) AIDS

8) Pendarahan

9) Ulcer kolon

Tujuan yang diharapkan :

1) Mempertahnkan keseimbangan cairan

2) Menunjukkkan adannya keseimbangan cairan seperti output adekuat, tekanan

darah normal, membrane mukosa lembab, turgor kulit baik.

3) Secara verbal pasien mengatakan penyebab kekurangan cairan dapat teratasi.b. Volume cairan tubuh

NO INTERVENSI RASIONAL

1 Ukur dan catat setiap 4 jam :

·    Intake dan output cairan

·    Warna muntahan, urine dan feses

·    Monitor turgor kulit

·    Tanda – tanda vital

·    Monitor IV infuse

·    CVP

·    Elektrolit, BUN, hematokrit dan Hb

·    Status mental

·    Berat badan

Menentukan kehilangan makan dan

minum

2 Berikan makanan dan cairan Memenuhi kebutuhan makan dan minum

3 Berikan pengobatan seperti antidiare dan

antimuntah

Menurunkan pergerakan usus dan muntah

4 Berikan dukungan verbal dalam pemberian

cairan

Meningkatkan konsumsi yang lebih

5 Lakukan kebersihan mulut sebelum makan Meningkatkan nafsu makan

6 Ubah posisi pasien setiap 4 jam Meningkatkan sirkulasi

7 Berikan pendidikan kesehatan tentang :

·   Tanda dan gejala dehidrasi

·   Intake dan output cairan serta terapi.

Meningkatkan informasi dan kerjasama.

Page 17: Laporan Pendahuluan Cairan Dan Elektrolit

Definisi: Kondisi dimana terjadi peningkatan retensi dan edema

Berhubungan dengan :

1) Retensi garam dan air

2) Efek dari pengobatan

3) Malnutrisi

Ditandai dengan :

1) Orthopnea

2) Oliguria

3) Edema

4) Distensi vena jugularis

5) Distress pernafasan

6) Anasarka

7) Edema paru

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada :

1) Obesitas

2) Hipothiroidism

3) Pengobatan dengan kortikosteroid

4) Cushings syndrome

5) Gagal ginjal

6) Sirosis hepatis

7) Kanker

8) Toxemia

Tujuan yang diharapkan :

1) Mempertahankan keseimbangan intake dan output cairan

2) Menurunkan kelebihan cairan

Page 18: Laporan Pendahuluan Cairan Dan Elektrolit

C. EVALUASI / KRITERIA HASIL :

Kriteria hasil meliputi :

1. Intake dan output dalam batas keseimbangan

2. Elektrolit serum dalam batas normal

3. Vital sign dalam batas normal.

NO INTERVENSI RASIONAL

1 ·    Ukur dan monitor :

·    Intake dan output cairan, BB,

tensi, CVP distensi vena, jugularis

dan bunyi paru

Dasar pengkajian kardiovaskuler

dan respon terhadap penyakit.

2 Monitor rongtgen paru Mengetahui adanya edema paru

3 Kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian cairan, obat dan efek

pengobatan

Kerjasama disiplin ilmu dalam

perawatan

4 Hati – hati dalam pembarian cairan Mengurangi kelebihan cairan

5 Pada pasien yang bedrest :

·    Ubah posisi setiap 2 jam

·    Latihan pasif dan aktif

Mengurangi edeme

6 Pada kluit yang edeme, berikan

losion, hindari penekanan yang

teruis – menerus.

Mencegah kerusakan kulit

7 Berikan pengetahuan kesehatan

tentang :

·   Intake dan output cairan

·   Edema, Berat badan

·   Pengobatan

Pasien dan keluarga mengetahui

dan kooperatif.

Page 19: Laporan Pendahuluan Cairan Dan Elektrolit

DAFTAR PUSTAKA

Mubarak, W.I., Chayatin, N. 2005. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: teori dan

aplikasi dalam praktik. EGC: Jakarta

North American Nursing Diagnosis Association. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan

NANDA 2005-2006. Prima Medika

Tarwoto dan Wartonah. 2007. Kebutuhan Dasar Manusi & Proses Keperawatan. Edisi 3.

Salemba Medika. Jakarta

Wilkinson, J.M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan

Kriteria Hasil NOC. EGC. Jakarta