32
LAPORAN PENDAHULUAN “KASUS UROLITHIASIS” DISUSUN OLEH: Henni Kusuma 0806483405 PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN SPESIALIS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

LAPORAN PENDAHULUAN UROLITIASIS

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN UROLITIASIS

LAPORAN PENDAHULUAN

“KASUS UROLITHIASIS”

DISUSUN OLEH:

Henni Kusuma

0806483405

PROGRAM PASCASARJANA

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

SPESIALIS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

UNIVERSITAS INDONESIA

2011

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN UROLITIASIS

UROLITHIASIS

Pengertian

Urolithiasis adalah istilah adanya batu di saluran kemih. Batu terbentuk karena adanya

supersaturasi zat-zat yang terdapat dalam urine, seperti calcium, oxalat, fosfat, asam urat, dan

lain-lain karena suatu keadaan tertentu. Batu dapat ditemukan di setiap tempat saluran kemih,

mulai dari ginjal hingga kandung kemih.

Lebih dari 80% batu saluran kemih terdiri atas batu kalsium, baik yang berikatan dengan

oksalat maupun dengan fosfat, membentuk batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat;

sedangkan sisanya berasal dari batu asam urat, batu magnesium amonium fosfat, batu

xanthyn, batu sistein, batu silikat, dan batu jenis lainnya.

Etiologi

Penyebab terjadinya batu saluran kemih dapat dijelaskan melalui beberapa teori (Purnomo,

2009) :

a. Teori nukleasi

Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada tempat-

tempat yang sering mengalami hambatan aliran urin (stasis urine), yaitu pada sistem

kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan seperti pelvikalises (stenosis uretro-

pelvis), obstruksi infravesika kronis seperti hiperplasia prostat benigna, striktura, dan

buli-buli neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya

pembentukan batu.

Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun anorganik

yang terlarut di dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan

metastable (tetap terlarut) dalam urine jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu yang

menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal yang saling mengadakan

presipitasi membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian akan mengadakan agregasi,

dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar. Meskipun cukup

besar, agregat kristal masih rapuh dan belum cukup mampu membuntu saluran kemih.

Untuk itu agregat kristal menempel pada epitel saluran kemih (membentuk retensi

kristal), dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN UROLITIASIS

batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih. Meskipun proses pembentukan

batu hampir sama, tetapi suasana di dalam saluran kemih yang memungkinkan jenis batu

itu tidak sama (misal: batu asam urat mudah terbentuk dalam suasana asam, sedangkan

batu magnesium amoium fosfat terbentuk karena urine bersifat basa).

Kondisi metastabel dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di dalam urine,

konsentrasi solut dalam urine, laju aliran urine di dalam kemih, atau adanya korpus

alineum di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu.

b. Teori inhibitor crystal (penghambat kristalisasi)

Diduga terjadinya batu saluran kemih akibat tidak ada atau berkurangnya faktor inhibitor

(penghambat) pembentukan batu seperti: magnesium, sitrat, peptid fosfat, pirofosfat,

polifosfat (mencegah pengikatan kalsium dengan oksalat/fosfat yang 80% ditemukan

sebagai komposisi batu), dan beberapa protein atau senyawa organik lain yang mampu

menghambat pertumbuhan kristal, menghambat agregasi kristal, maupun menghambat

retensi kristal (asam mukopolisakarida, glikosaminoglikan, protein Tamm Horsfall atau

uromukoid, nefrokalsin, dan osteopontin).

Selain kedua teori tersebut ada faktor internal dan eksternal berpengaruh pada terbentuknya

batu saluran kemih, yakni sebagai berikut:

1) Faktor internal :

Stasis urine

Infeksi; Infeksi Saluran Kencing (ISK) dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan

akan menjadi inti pembentukan Batu Saluran Kencing (BSK). Infeksi bakteri akan

memecah ureum dan membentuk amonium yang akan mengubah pH urine menjadi

alkali.

Hiperkalsiuria (kadar kalsium di dalam urine > 250-300mg/24jam) yang dapat

disebabkan oleh :

Hiperparathyroid atau status keganasan (peningkatan resorpsi kalsium tulang),

ranulomatous (dimana terjadi peningkatan vit D yang diproduksi oleh granuloma),

intake vitamin D yang berlebih.

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN UROLITIASIS

Gangguan kemampuan reabsorbsi melalui tubulus ginjal dan absorbsi kalsium melalui

usus.

Penggunaan obat-obatan. Penggunaan obat anti hipertensi triamterene, penggunaan

jangka panjang antasid, carbonat anhidrase inhibitor akan meningkatkan insiden batu

saluran kemih pada seorang individu.

Hiperoksaluri (ekskresi oksalat urine > 45gr/hari), keadaan ini banyak dijumpai pada

pasien yang mengalami gangguan pada usus sehabis menjalani pembedahan usus dan

pasien banyak mengkonsumsi makanan yang kaya oksalat (seperti: teh, kopi instan, soft

drink, kokoa, arbei, jeruk sitrun, dan sayuran berwarna hijau terutama bayam).

Hiperurikosuria (kadar asam urat dalam urin > 850 mg/hari), asam urat yang berlebihan

dalam urine bertindak sebagai inti batu pada terbentuknya batu asam urat. Sumber asam

urat di dalam urin berasal dari makanan yang banyak mengandung purin maupun

berasal dari metabolisme endogen.

Faktor Eksternal :

Umur (penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun)

Jenis kelamin (jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibanding pasien

perempuan)

Keadaan Sosial Ekonomi

Penyakit batu saluran kemih lebih sering diderita oleh masyarakat industrialis dibanding

nonindrustrialis.

Diet

Meningkatnya kualitas makanan suatu masyarakat (peningkatan konsumsi asam lemak,

protein hewani, gula, garam, dan minuman instan (teh, kopi, bersoda), serta penurunan

makanan berserat, protein nabati, dan karbohidrat) akan meningkatkan insiden batu

saluran kemih.

Jenis pekerjaan

Jenis pekerjaan yang dengan aktivitas fisik minimal (banyak duduk) dan paparan suhu

yang tinggi akan meningkatkan insisden batu saluran kemih.

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN UROLITIASIS

Air Minum

Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan mengurangi kemungkinan

terbentuknya batu, sedangkan kurang minum menyebabkan kadar semua substansi dalam

urine meningkat.

Iklim

Individu yang menetap di daerah yang beriklim panas dengan paparan sinar ultraviolet

tinggi akam cenderung mengalami dehidrasi serta peningkatan produksi vitamin D

(memicu peningkatan eksresi kalsium dan oksalat), sehingga insiden batu saluran kemih

akan meningkat.

Riwayat keluarga

Riwayat batu saluran kemih pada keluarga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya

batu saluran kemih pada seseorang.

Manifestasi Klinis

a. Nyeri, rasa nyeri yang berbeda-beda ditentukan oleh lokasi batu :

Ginjal

Menimbulkan 2 macam jenis nyeri :nyeri kolik dan nonkolik. Nyeri kolik (hilang

timbul) disebabkan oleh karena aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises ataupun

ureter yang meningkat untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih. Peningkatan

peristaltik itu menyebabkan tekanan intraluminalnya meningkat sehingga terjadi

peregangan dari terminal syaraf yang memberikan sensasi nyeri. Nyeri nonkolik

disebabkan oleh peregangan kapsule ginjal karena terjadi hidronefrosis atau infeksi

pada ginjal.

Pelvis renalis

Batu saluran kemih sebesar lebih dari 1 cm pada pelvis renalis akan menyebabkan

nyeri berat pada punggung bagian bawah tepat di iga ke-2.

Ureter bagian atas dan tengah

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN UROLITIASIS

Akan menyebabkan rasa nyeri pinggang hebat yang menjalar ke perut bagian bawah.

Rasa nyeri itu akan bertambah hebat apabila batu bergerak turun dan menyebabkan

obstruksi.

Ureter bagian distal (bawah)

Akan menyebabkan rasa nyeri di sekitar testis pada pria atau labia mayora pada

wanita. Dan nyeri sering dirasakan pula saat kencing atau menjadi sering kencing.

Bladder (kandung kemih)

Akan menyebabkaan gejala iritasi dan bila bersamaan dengan infeksi akan

menyebabkan hematuria. Jika batu mengobstruksi bladder neck, maka akan terjadi

retensi urin.

b. Kristaluria; urine yang keluar disertai dengan pasir atau batu.

c. Infeksi; batu yang terdapat di saluran kemih menjadi tempat bersarangnya kuman yang

tidak dapat dijangkau oleh obat-obatan. Batu jenis struvite adalah yang paling sering

berhubungan dengan infeksi, umumnya disebabkan oleh Proteus, Pseudomonas,

Providencia, Klebsiella, Staphyllococcus dan Mycoplasma. Batu jenis lain adalah batu

kalsium fosfat.

d. Demam; bila kuman sudah menyabar ke tempat lain. Tanda demam yang diikuti dengan

hipotensi, palpitasi, vasodilatasi pembuluh darah dikulit merupakan tanda terjadinya

urosepsis (kedaruratan).

e. Adanya massa di daerah punggung; obstruksi urine di saluran kemih bagian atas yang

akut ditandai dengan rasa sakit di punggung bagian bawah, dan pada obstruksi yang

berlangsung lama kadang-kadang dapat ditemukan massa pada saat palpasi akibat

adanya hidronefrosis.

f. Nyeri ketok pada daerah kosto-vertebra.

Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan sedimen urine (adanya leukositoria, hematuria, kristal, kultur kuman

pemecah urea) dan faal ginjal.

b. Kadar elektrolit darah dan urine (kalsium, oksalat, fosfat, maupun asam urat).

c. Foto polos abdomen : mendeteksi adanya batu opak seperti kalsium oksalat dan kalsium

fosfat yang paling sering dijumpai.

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN UROLITIASIS

d. BNO/KUB : Bladder Nier Oversich/Kidney Ureter Bladder, untuk melihat anatomi dan

bayangan batu pada saluran kemih.

e. IVP (Intravenous Pyelography) : Untuk melhat fungsi fisiologis ginjal dan melihat

secara simultan apakah adanya obstruksi pada saluran kemih. Pemeriksaan ini ditujukan

untuk medeteksi batu semi-opak (MAP) atau non-opak (urat/sistin).

f. RPG (Retrograde Pyelography ) : Dilakukan bila jenis batu radilusen yang tak dapat

dilihat dengan BNO/IVP, RPG suatu tindakan dimasukkannya kateter ureter dengan

tanpa guide wire sepanjang 3-4 cm ke dalam ureter, lalu dimasukkan sejumlah kontras

dan difoto dengan alat fluroskopi.

g. USG, CT scan, MRI : Dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan

IVP, yaitu pada keadaan seperti alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang

menurun, dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi batu di

ginjal atau di buli-buli (echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis, atau pengkerutan

ginjal.

Treatment

1. Observasi Konservatif

Kebanyakan batu ureter yang kecil dapat melewati saluran kemih tanpa perlu adanya

intervensi. Tergantung jenis batu, bentuk dan lokasi. Batu ureter 4-5 mm, 40-50 % dapat

keluar secara spontan, namun jika lebih dai 6 mm maka hanya 5% yang keluar secara

spontan. Namun ini tidaklah menunjukkan bahwa batu 1-2 cm tidak dapat keluar secara

spontan dan batu 1-2mm dapat keluar secara spontan.

2. Agen Disolusi

Yaitu larutan atau bahan untuk memecahkan batu, agen disolusi ini keefektifannya

tergantung dengan luas permukaan batu, jenis batu, volume cairan irigasi dan cara

keluarnya.

Agen alkalinisasi oral : sodium aatau potassium bikarbonat dan potasium sitrat.

Agen alternatif lainnya adalah orange juice.

Agen alkalinisasi intravena : 1/6 molar sodium laktat

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN UROLITIASIS

Agen alkalinisasi intra renal : Sodium bikarbonat, tromerthamine E yang dimasukkan

melalui nefrostomi.

3. Mengurangi Obstruksi

Pemasangan DJ Stent untuk menghindari perforasi dinding ureter akibat batu yang

lewat

Percutaneous nefrostomi untuk mengeluarkan urine melalui alat yang yang

dimasukkan ke dalam pelvis renalis

4. Terapi Non Invasif

ESWL (Extracorporeal Shockwafe Lithotripsy) : Pemecah batu dengan gelombang kejut

dari luar tubuh.

ESWL digunakan jika batu ureter tidak dapat keluar secara spontan dengan terapi

konservatif. Keberhasilan cara ini tergantung dari ukuran, lokasi batu dan metode yang

digunakan, dan modalitas imaging yang digunakan. Batu ginjal dengan ukuran total <2,0-

2,5 cm memberikan hasil yang baik dengna ESWL. Sebagian besar srep[ihan batu dapat

dikeluarkan dalam waktu kurang lebih 2 minggu. Komplikasi ESWL jarang ditemukan

dan biasanya berhubungan dengan sepsis dan terdapatnya sisa-sisa batu di dalam saluran

kemih.

5. Terapi Invasif Minimal

Ureteroscopic Stone Extraction : Ekstraksi batu dengan teropong ureter

Yaitu pengeluaran batu dengan menggunakan teropong ureter, efektif untuk batu

saluran kemih bagian bawah. Penggunaan ureteroscop dan pelebaran saluran kemih

dengan menggunakan balon dapat meningkatkan keberhasilan pengeluaran batu

secara dramatis. Angka keberhasilannya berkisar 66-100% tergantung dari besarnya

batu, lokasi batu, berapa lama batu berada dalam saluran kemih, adanya riwayat

operasi di daerah retroperitonel dan ketrampilan operator. Komplikasi seperti

penyempitan ureter jarang terjadi.

URS (ureterorenoscopy)

Prosedur dengan menggunakan teropong dari ureter ke ginjal, dilakukan untuk

diagnosis sekaligus untuk terapi. Cara ini biasanya dilakukan untuk terapi batu ureter,

atau indikasi lain seperti penyempitan ureter dan tumor ureter. Dengan teropong yang

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN UROLITIASIS

berdiameter besar dapat digunakan alat-alat untuk menghancurkan batu, seperti

ultrasonik, elektrohidrolik dan laser probe; juga alat untuk mengeluarkan batu.

PCN (Percutaneous Nephrolithotomy)

adalah pengambilan batu ginjal atau ureter bagian atas melalui kulit. Cara ini adalah

pilihan terapi untuk batu yang berukuran lebih besar dari 2,5 cm yang tidak mempan

dengan ESWL.

Prosedur ini dilakukan dengan membuat irisan sepanjang 1 cm di daerah pinggang

untuk memasukkan alat nefroskop, yang terdiri dari kamera untuk melihat ke dalam

dan alat untuk ‘menangkap’ batu, yang diarahkan langsung ke ginjal atau ureter

penderita. Dengan bantuan nefroskop ini, batu berukuran kecil dapat dengan mudah

dikeluarkan. Sedangkan batu yang berukuran besar akan dihancurkan terlebih dahulu

dengan ultrasonic, elektrohidrolik atau laser sebelum dikeluarkan. Setelah menjalani

prosedur pembedahan ini, penderita batu saluran kemih biasanya dapat kembali

menjalankan aktivitas normalnya setelah 2 minggu perawatan pasca operasi.

(mades/ins).

Cystolithotripsi/Cystolitholapaxy

Adalah pemecahan batu di dalam bladder melalui bantuan alat cystoscopi, lalu

kemudian batu dihancurkan dengan Elektrohydrolik, ultrasonik, pneumatik lithotritos

6. Terapi Bedah

Dalam melakukan penanganan batu saluran kemih, biasanya terlebih dahulu dilakukan

usaha untuk mengeluarkan batu secara spontan tanpa pembedahan. Namun jika sampai

waktu tertentu batu tetap tidak dapat dikeluarkan, biasanya karena terlalu besar dan

menimbulkan rasa sakit akibat obstruksi urine , maka akan dilakukan tindakan

pembedahan

Nefrolitotomi

Prosedur ini hanya dilakukan pada kasus-kasus yang sulit. Pengambilan batu

dilakukan langsung dari ginjal atau pyelum ginjal penderita, setelah sebelumnya

dokter membuat irisan (10-20 cm) di daerah pinggang atau perut penderita

(tergantung lokasi batu). Perawatan pasca operasi biasanya lebih lama karena cedera

yang diakibatkan cukup berat.

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN UROLITIASIS

Nefrektomi parsial

Kadangkala batu pada saluran kemih dapat mengakibatkan kerusakan fungsi ginjal.

Jika kerusakan fungsi ginjal sudah sangat parah, biasanya dilakukan operasi radikal

dengan mengangkat bagian organ ginjal yang rusak. Pengangkatan seluruh ginjal

biasa dikenal dengan istilah nefrektomi. Namun seringkali ada bagian ginjal yang

masih baik sehingga pengangkatan seluruh ginjal menimbulkan risiko

ketidakmampuan ginjal lainnya untuk bekerja dengan baik. Nefrektomi parsial atau

pengangkatan sebagian tertentu dari ginjal, walaupun jarang dilakukan, lebih cocok

bagi penderita kerusakan fungsi ginjal pada bagian tertentu akibat adanya batu yang

kronik. Karena dengan teknik ini, yang diangkat hanya bagian yang mengandung batu

dan mengalami kerusakan.

Pyelolitotomi

Pembedahan untuk mengambil batu yang berada di pelvis renalis.

Urethrolitotomi

Pembedahan untuk mengambil batu yang berada di ureter.

Cystolitotomi

Pembedahan untuk mengambil batu yang berada di bladder.

Pencegahan

Umumnya, 50% pasien tanpa tindakan profilaksis akan mengalami rekurensi batu saluran

kemih dalam 5 tahun. Karena itu diperlukan edukasi dan tindakan-tindakan preventif disertai

dengan motivasi kepada penderita untuk mencegah timbulnya kembali batu saluran kemih.

Tindakan pencegahan itu antara lain:

Minum Banyak Air

Konsumsi air 7 sampai 12 gelas dalam satu hari dapat meningkatkan produksi urin sampai 2

kali per hari. Konsumsi air ini juga dapat mencegah pembentukan kristal urin yang dapat

menyebabkan batu. Dianjurkan untuk mengkonsumsi air setiap kali makan, pada saat bangun

tidur, sebelum tidur dan di malam hari, jika ingin buang air kecil.

Perubahan pola makan

Apabila didapati kadar kalsium atau oksalat yang tinggi dalam darah, perlu dilakukan diet.

Antara lain dengan mengurangi konsumsi susu, telur, es krim, yogurt dan keju yang

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN UROLITIASIS

mengandung kalsium tinggi dan mengurangi konsumsi kopi, coklat, kacang, dan bayam

sebagai sumber oksalat yang tinggi.

Konsumsi obat-obatan oral

Beberapa jenis obat dianjurkan sebagai pencegahan terbentuknya batu saluran kemih, seperti:

Obat-obatan untuk meningkatkan pH urin, yaitu: kalium sitrat.

Penghambat absorbsi usus: selulosa fosfat

Suplemen fosfat

Diuretik, seperti: Tiazid

Suplemen Kalsium

Penurun asam urat: Allopurinol

Inhibitor urease: Acetohydroxamic acid (AHA)

Mengurangi konsumsi garam yang berlebihan

Selain dapat memperkecil risiko terjadinya hipertensi, pengurangan konsumsi garam berlebih

dapat menurunkan jumlah kalsium yang diekskresikan lewat urin sehingga mencegah

pembentukan batu kalsium dalam saluran kemih.

ASUHAN KEPERAWATAN UROLITHIASIS

Pengkajian

Data-data yang mungkin dapat ditemukan pada pasien :

Riwayat keluarga ada yang menderita urolhitiasis, riwayat pasien pernah mengalami

urolhitiasis.

Lingkungan tempat tinggal dimana sumber air minum keluarga mengandung tinggi

mineral.

Intake makanan yang mengandung tinggi kalsium dan oksalat.

Keluhan nyeri kolik dan nonkolik tergantung dengan besar, lokasi batu.

Keluhan pernah terjadi infeksi saluran kemih (LUTS) : penurunan out put urine, distensi

bladder, urgency, rasa panas atau terbakar saat miksi.

Terdapat kristaluria, hematuria.

Page 12: LAPORAN PENDAHULUAN UROLITIASIS

Demam, jika terdapat urosepsis maka dapat ditemukan pula hipotensi, vasodilatasi

pembuluh darah di kulit, palpitasi.

Pada pengkajian fisik dapat ditemukan nyeri ketok pada CVA, teraba massa pada

abdomen jika telah terjadi hidronefrosis.

Pada pemeriksaan penunjang ditemukan :

Urinalisa : urine berwarna kuning, coklat atau merah, secara mikroskopis terdapat sel

darah merah, sel darah putih, kristal, mineral, bakteri, PH urine dapat asam (untuk jenis

batu cystine atau asam urat) dan basa (batu jenis magnesium, amonium fosfat atau

kalsium fosfat).

Urine 24 jam : ditemukan peningkatan kreatinin, asam urat, kalsium, fosfor, oksalat, atau

cystin.

Urine kultur : Mungkin ditemukan adanya kuman penyebab infeksi saluran kemih

Biokimia darah : Peningkatan magnesium, kalsium, asam urat, fosfat, protein dan

elektrolit.

Ureum, creatinin serum dan urin : Terjadi peningkatan akibat terjadi iskemik pada ginjal

karena batu.

Natrium klorida dan bikarbonat serum : Peningkatan klorida dan penurunan bikarbonat

diduga akibat telah terjadinya asidosis tubulus renal.

Leukosit : Meningkat, menandakan adanya infeksi

Sel darah merah : Biasanya normal

Hb/Ht : Abnormal jika pasien telah mengalami dehidrasi atau polycitemia atau anemia

(perdarahan, gagal ginjal /disfungsi ginjal).

Hormon Parathyroid : Dapat meningkat jika telah terjadi kegagalan ginjal.

BNO : Memperlihatkan adanya batu atau perubahan anatomi pada ginjal dan ureter.

IVP : Memperlihatkan abnormalnya struktur anatomis ginjal (distensi ureter) dan

bayangan batu.

Cystoscopy dan ureteroscopy : Secara visual dapat memperlihatkan batu dan obstrksi

pada bladder, ureter dan ginjal.

CT Scan dan MRI : Dapat mengindentifikasi batu, massa pada ginjal. Ureter dan distensi

bladder.

Ultrasound Ginjal : Melihat perubahan obstruksi, lokasi batu.

Page 13: LAPORAN PENDAHULUAN UROLITIASIS

Rencana Asuhan Keperawatan Urolithiasis

Pre Operasi

Tgl

No

Dx

DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN RENCANA TINDAKAN

Resiko kelebihan volume cairan tubuh berhubungan dengan : Penurunan fungsi

filtrasi ginjal Retensi natrium dan

cairan

Ditandai dengan : Ureum : Creatinin : CCT : Na : Cl : ………………..

Volume cairan tubuh seimbang

Kriteria hasil : Urine out put > 30

ml/ jam Balans cairan / 24

jam 500 cc Edema (-) Hasil lab ureum,

creatinin, CCT, Na, Cl dalam batas normal (…………………..)

Kaji status cairan klien: Timbang berat ba-

dan secara periodik

Hitung balans cairan intake-output

Kaji turgor kulit dan adanya edema

Adanya distensi vena jugularis

Peningkatan TD, Nadi

Peningkatan fre-kuensi nafas dan suara nafas tambahan

Batasi intake cairan sesuai dengan balans cairan

Identifikasi sumber yang dapat menyebabkan pemasukan cairan berlebih Medikasi Makanan

Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan

Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan dan frustasi

Page 14: LAPORAN PENDAHULUAN UROLITIASIS

yang dirasakan Berikan oral hygiene

yang adekuat untuk meminimalkan kekeringan membran mukosa mulut

Konsultasi dengan gizi untuk membatasi pemasukan protein dan lemak. Pastikan masukan kalori yang adekuat

.................................. ..................................

Tgl No

Dx

DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN RENCANA TINDAKAN

Nyeri b.d :

Peningkatan kontraksi ureter

Trauma jaringan, formasi edema, iskemik sel

......................................................

DS :

Keluhan nyeri pada .........................

....................................................

DO :

Nyeri berkurang/terkontrol

Kriteria Evaluasi :

Pasien melaporkan bahwa spasme otot berkurang

Pasien terlihat relaks, dapat istirahat/tidur cukup.

....................................................

Mandiri :

Catat lokasi, durasi dan intensitas (skala0-10 ), radiasi nyeri. Monitor tanda nonverbal : peningkatan TD, Nadi, lemah.

Jelaskan tentang penyebab nyeri dan anjurkan klien untuk melapor ke pada perawat bila terjadi perubahan karakteristik nyeri

Berikan suasana yang nyaman dan tenang, masase punggung

Page 15: LAPORAN PENDAHULUAN UROLITIASIS

TD :.......Nadi: ..... RR:.......

Wajah meringis Psn gelisah, tidak

dapat beristirah/tidur cukup

Otot tegang Fokus pada diri

sendiri BNO-IVP : batu

terdapat di............ ...........................

...........................

Bantu klien untuk melakukan tehnik nafas dalam, imaginasi dan aktivitas untuk mengalihkan nyeri.

Bantu pasien dan sarankan untuk ambulasi dan minum 3000-4000 cc/hari jika tidak ada kontra indikasi

Catat adanya peningkatan atau nyeri abdomen yang tetap

Kolaborasi

Berikan obat-obatan sesuai indikasi : Jenis narkosa; me-peridine, morphine. Antispasmodik : flaavoxate (urispas), Ditropan

Berikan kompres hangat pada bagian punggung

Pertahankan kepatenan kateter jika ada.

Tgl No

Dx

DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN RENCANA TINDAKAN

Perubahan eliminasi urin b.d

Stimulasi bladder oleh batu

Iritasi renal atau ureter oleh batu

Obstruksi mekanis, inflamasi

......................................................

Eliminasi normal

Kriteria Evaluasi :

Pasien melaporkan bahwa b.a.k spontan tanpa keluhan.

Pola berkemih normal

Tidak ada tanda

Mandiri :

Monitor intake dan out put dan karakteristik urin

Kaji pola normal bak klien serta variasinya

Tingkatkan intake cairan oral

Kumpulkan urine dan saring untuk

Page 16: LAPORAN PENDAHULUAN UROLITIASIS

DS :

Urgensi Frekunsi .......................... ......................... ..........................

..........................

DO :

Retensi urin Oliguria Hematuria USG : BNO-IVP: Urinalisa:............

...........................

...........................

..........................

......................................................

obstruksi ..........................

..........................

meng-kumpulkan batu sehingga dpt dianalisa di lab

Kaji adanya distensi bladder dengan pal-pasi suprapubis. Catat adanya penurunan output urin dan ada-nya edema periorbital.

Observasi adanya pe-rubahan status men-tal, tingkah laku atau tingkat kesadaran

Kolaborasi

Monitor hasil lab : Elektrolit, ureum dan kreatinin

Lakukan pemeriksaan kutur urin dan resistensi kuman

Berikan obat-obatan sesuai indikasi.............................................

.............................

.............................

Pertahankan kepa-tenan kateter uretra, ureter, nefros-tomi jika dipergunakan

Lakukan irigasi dengan larutan asam atau alkali sesuai indikasi...........................................

............................

Siapkan pasien untuk dilakukan prosedur endoskopi ...........................

Page 17: LAPORAN PENDAHULUAN UROLITIASIS

...........................

ESWL :...............

Atau prosedur pembedahan......

.............................

.............................

Post Operasi

Tgl No

Dx

DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN RENCANA TINDAKAN

Resiko kurang volume cairan tubuh b.d

Nausea, muntah Diuresis post

obstruksi ...........................

...........................

DS :

.......................... ......................... ..........................

..........................

DO :

Muntah (+) Produksi urine :

...........................

Intake cairan :...........................

Balance cairan :..........................

.....................................................

Volume cairan tbuh cukup

Kriteria Evaluasi :

Balance cairan seimbang

TTV dan berat badan normal

Membran mukosa lembab

Nadi perifer teraba Turgor kulit baik .......................... ..........................

..........................

Mandiri :

Monitor intake dan out put

Catat karakteristik muntah, diarea dan faktor presipitasi.

Tingkatkan cairan 3 – 4 ltr/hari jika tidak ada kontra indikasi

Monitor TTV, evaluasi Capilary refill, turgor kulit, membran mukosa.

Timbang berat badan setiap hari

Kolaborasi

Monitor hasil lab : Elektrolit dan Hb,Ht

Berikan cairan intravena

Berikan makanan lunak agar mudah dicerna

Berikan obat-obatan antiemetik sesuai indikasi.............................................

.............................

Page 18: LAPORAN PENDAHULUAN UROLITIASIS

...........................

..........................

......................................................

.............................

.............................

Tgl No

Dx

DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN RENCANA TINDAKAN

Gangguan rasa nyaman nyeri b.d

Insisi pembedahan Posisi dan

ketegangan otot-otot saat operasi

DS :

Pasien mengeluh nyeri pada .................................

................................. .................................

DO :

wajah pesien meringis saat bergerak

tidak dapat istirahat/tidur dengan nyaman

mendapat terapi analgetik....................................................

Terdapat luka pada

Nyeri berkurang

Kriteria hasil :

Pasien menyatakan nyeri berkurang

Secara bertahap meningkatkan aktivitas

Pasien tenang, cukup istirahat /tidur

Berpartisipasi dalam melakukan tehnik relaksasi

Mandiri :

Kaji tingkat nyeri pasien dengan skala nyeri

Berikan kompres hangat dan pijatan pada otot yang tegang

Tekan daerah insisi dengan telapak tangan atau bantal saat pasien batuk atau nafas dalam

Bantu dan anjurkan pasien untuk ambulasi dini

Ajarkan dan anjurkan melakukan tehnik relaksasi dan nafas dalam

Kolaborasi :

Berikan analgetik sesuai program

Page 19: LAPORAN PENDAHULUAN UROLITIASIS

.................................

Posisi saat operasi...............................

Tgl No

Dx

DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN RENCANA TINDAKAN

Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan Insisi operasi Tidak adekuatnya

daya tahan primer karena prosedur infasif

Pemasangan kateter, NGT, drain, Nefrostomi

Ditandai dengan :DS : Pasien mengatakan

adanya luka operasi di daerah abdomen bagian …….

.......................................................

DO : KU…….TD….

Nadi ….x/menit RR…..x/menit. Suhu …... C

Tampak luka insisi abdomen bagian.....................

Infeksi tidak terjadi selama tujuh hari

Kriteria evaluasi : Luka insisi utuh,

tidak ada bengkak, kemerahan, nyeri, pus

Luka sembuh dengan adekuat

Suhu tubuh normal (36-37 C)

Tidak ada tanda-tanda infeksi pada pemasangan alat

Hasil lab leukosit normal (5000-10.000 ul)

Observasi balutan dan insisi luka terhadap adanya pengeluaran dan pendarahan setiap 4 jam sekali

Ganti balutan dan observasi proses penyembuhan

observasi tanda-tanda infeksi luka, kemerahan, drainase, nyeri, bau

Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan

Gunakan tehnik aseptik dan antiseptik pada saat mengganti balutan dan tindakan yang berhubungan dengan alat-alat yang terpasang

Observasi suhu tiap 4 jam hari pertama, selanjutnya 6-8 jam atau setiap shift jika tidak ada kenaikan suhu

Jaga kebersihan

Page 20: LAPORAN PENDAHULUAN UROLITIASIS

................................

..................... Leukosit …… Program dokter

….......................

perorangan dan lingkungan pasien

Berikan antibiotika sesuai dengan program dokter atau indikasi

Beri makan TKTP dan pantau makan habis atau tidak

Kolaborasi : Pemeriksaan leukosit Pemberian terapi

antibiotik.......................

Tgl

No

Dx

DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN RENCANA TINDAKAN

Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan tindakan yang dibutuhkan b.d

Misinterpretasi informasi

Kurang terpaparnya informasi

......................................................

DS :

Menanyakan tentang .........................

..........................

Pengetahuan pasien adekuat.

Kriteria Evaluasi :

Scr verbal pasien mengerti tentang proses penyakit

Berinisiatif untuk merubah gaya hidup

Berpartisipasi dalam tindakan

.......................... ..........................

..........................

Mandiri :

Ulangi tentang proses penyakit dan tujuan yang diharapkan

Tekankan tentang perlunya intake cairan yang cukup 3 – 4 ltr/hari, ajari klien untuk memper-hatikan bila adanya mulut yang kering, diuresis yang berle-bihan, dipphoresis maka klien harus meningkatkan intake cairan

Ajarkan tentang makanan yang harus dihindari/ dibatasi:Purin; alkohol, jeroan,

Page 21: LAPORAN PENDAHULUAN UROLITIASIS

..........................

DO :

.....................................................

...........................

..........................

......................................................

kacang-kacangan

Kalsium; susu, keju, yoghurt, Oksalat; coklat, kopi, bayam.

Diskusikan bila ada obat yang harus di-minum untuk meng-hindari terjadinya kambuh kembali

Anjurkan klien untuk tetap aktif

Dengarkan secara aktif ttg keinginan klien untuk meng-ubah gaya hidup dan mentaati pro-gram terapi regimen

Ajarkan klien untuk mengevaluasi penyakitnya; rasa nyeri, hematuria, oliguria

Ajarkan tentang perawatan luka pembedahan

......................... ........................

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Linda Jual. (1998). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan

(terjemahan). PT EGC. Jakarta.

Doenges, et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan). PT EGC. Jakarta.

Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume I

(terjemahan). PT EGC. Jakarta.

Purnomo, Basuki B. (2009). Dasar-Dasar Urologi. Edisi II. Fakultas Kedokteran Universitas

Brawijaya.

Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI. Jakarta

Page 22: LAPORAN PENDAHULUAN UROLITIASIS