Upload
trankiet
View
233
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENDIDIKAN
L A P O R A N P E N E L I T I A N H I B A H BERSA1NG
PENGEMBANGAN PAKET PROGRAM COACHING BERBASIS VIDEO
UNTUK M E N I N G K A T K A N K E M A M P U A N MENGAJAR GURU D A N C A L O N
GURU BIOLOGI
Dr. phil. A r i Widodo, M . Ed.
Drs. Riandi, M . Si
Drs. Bambang Supriatno, M . Si.
Dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional
sesuai dengan Surat perjanjian Pelaksanaan Hibah Penelitian
Nomor: 032/SP2H/PP/DP2M/IN/2007 tanggal 31 Desember 2006
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Oktobcr, 2007
PENDIDIKAN
L A P O R A N P E N E L I T I A N H I B A H B E R S A I N G
P E N G E M B A N G A N PAKET PROGRAM COACHING BERBASIS VIDEO
UNTUK M E N I N G K A T K A N K E M A M P U A N MENGAJAR GURU D A N C A L O N
GURU B I O L O G I
Dr. phil. A r i Widodo, M . Ed.
Drs. Riandi, M . Si
Drs. Bambang Supriatno, M . Si.
Dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional
sesuai dengan Surat perjanjian Pelaksanaan Hibah Penelitian
Nomor: 032/SP2H/PP/DP2M/III/2007 tanggal 31 Desember2006
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Oktober, 2007
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Program-program peningkatan kualitas guru sudah banyak dilakukan. Meskipun
demikian kegiatan-kegiatan seperti itu tidak memberikan perubahan berarti bagi
pembelajaran di dalam kelas. Setelah mengikuti suatu kegiatan penataran, cara guru
mengajar tetap saja seperti sebelum mengikuti kegiatan penataran (Widodo, Riandi,
Amprasto & Ana Ratna Wulan, 2006). Hal yang serupa juga terjadi pada calon guru.
Meskipun dalam perkuliahan mahasiswa diajarkan dengan berbagai metode namun pada
saat mereka melakukan praktek mengajar di sekolah, cara mereka mengajar tidak
memperlihatkan adanya inovasi yang berarti (Widodo, Unang Sumamo, Mimin Nurjhani
& Riandi, 2006). Hal ini menandakan perlunya altematif baru untuk peningkatan
kemampuan mengajar guru/calon guru (Hinduan, 2005).
Analisis beberapa rekaman video pembelajaran yang telah peneliti lakukan
mengungkapkan bahwa dalam setiap pembelajaran hampir selalu terdapat aspek "positif
dan negatif' (Widodo, 2004a, 2005). Sayangnya, karena pembelajaran yang dilakukan
guru tidak pemah direkam dengan video, guru tidak pernah melihat bagaimana mereka
mengajar. Oleh karena itu guru tidak pemah mengetahui kekurangan dan kelebihan yang
dimilikinya, sehingga mereka juga tidak tahu apa yang harus diperbaiki dan bagaimana
cara memperbaikinya.
Dalam penelitian yang telah peneliti lakukan, ketika seorang guru mengamati
rekaman pembelajaran, guru bisa menemukan kelemahan pembelajaran tersebut.
Mengamati rekaman pembelajaran sendiri ternyata bisa mendorong guru untuk
melakukan refleksi terhadap apa yang telah dilakukannya dan membantu mereka
menemukan hal-hal yang perlu diperbaiki. Sebaliknya ketika mengamati rekaman
pembelajaran guru lain, kelemahan dan kelebihan gum lain ternyata juga bisa menjadi
pelajaran berharga bagi guru yang bersangkutan.
Program coaching merupakan suatu program yang dirancang untuk membantu
gum menemukan kelebihan dan kekurangannya serta memberikan saran untuk
meningkatkannya (Fischler, 2004). Melalui pemilihan cuplikan rekaman video
pembelajaran yang tepat dan menyajikannya secara terprogram, gum akan tahu betul apa
yang harus diperbaiki dan bagaimana memperbaikinya. Pengetahuan baru yang diperoleh
1
merupakan pengalaman nyata sesama guru dan bukan penjelasan teoritis atasan, ahli, atau
penatar.
1. 2 Rumusan masalah
Berdasarkan analisis kondisi sebagaimana dipaparkan pada bagian latar belakang,
permasalahan utama penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.
"Paket program coaching berbasis video seperti apakah yang efektif untuk meningkatkan
kemampuan mengajar guru dan calon guru biologi?"
Untuk penelitian tahun pertama, fokus permasalahan yang dikaji adalah sebagai berikut.
a. Keterampilan mengajar apakah yang merupakan kelemahan yang menonjol yang
banyak teramati pada guru/calon guru biologi?
b. Pola treatment seperti apakah yang diperlukan untuk mengatasi kelemahan
guru/calon guru tersebut?
c. Apakah paket program coaching berbasis video bisa mengatasi kelemahan
tersebut?
2
BAB I I TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gambaran pembelajaran biologi di sekolah
Rendahnya capaian siswa dalam ujian nasional dan studi komparatif antarnegara
telah memicu kritik terhadap dunia pendidikan kita. Berbagai saran dan ide bermunculan
untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Meskipun demikian data empiris yang miliki
tentang gambaran proses pembelajaran yang terjadi di sekolah-sekolah sangatlah sedikit
jumlahnya. Oleh karena itu sesungguhnya pengetahuan kita tentang apa yang terjadi di
dalam kelas sangatlah terbatas. Terbatasnya jumlah penelitian pembelajaran bisa
dimengerti sebab penelitian proses pembelajaran menyita banyak waktu, biaya, tenaga
dan rumit dalam analisa (Stigler, Gonzales, Kanakawa, Knoll, & Serrano, 1999; Widodo,
2004b).
Meskipun penelitian pembelajaran dengan video relatif mahal dan berat, namun
penelitian semacam ini bisa memberikan informasi yang sangat komprehensif dan
berharga tentang proses pembelajaran yang tidak bisa diperoleh dengan metode penelitian
lainnya. Oleh karena itu penelitian yang dirintis oleh Stigler et al. (1999) kini mulai
diadopsi di berbagai tempat (Clarke, 2001; Labudde, Gerber, & Knierim, 2003; Prenzel,
Duit, Euler, & Lehrke, 1999). Walaupun dalam skala sangat kecil dan terbatas, penelitian
serupa yang kami lakukan (Widodo, 2005) ternyata bisa mengungkap beberapa aspek
penting dalam pembelajaran biologi di sekolah terkait struktur materi yang dibahas dalam
pembelajaran (Widodo & Erni Yuliah, 2005), tahapan-tahapan proses pembelajaran
(Widodo & Nurhayati, 2005), pelaksanaan kegiatan praktikum (Widodo & Vidia
Ramdhaningsih, 2006), dan pertanyaan-pertanyaan yang muncul selama proses
pembelajaran (Widodo & Sintya Pujiastuti, 2005; Widodo, 2006).
Analisis materi subyek yang dibelajarkan guru (Widodo & Erni Yuliah, 2005)
mengungkapkan bahwa kompetensi profesional guru terkait kemampuan dalam memilih
dan menyajikan konsep-konsep juga masih perlu ditingkatkan. Dari beberapa rekaman
video yang dianalisis, sajian materi pelajaran kadang tidak sesuai dengan kurikulum dan
buku yang dijadikan acuan. Beberapa kelemahan yang ditemukan misalnya, alokasi
waktu pembahasan setiap konsep yang sangat beragam, adanya konsep yang tidak dan
urutan pembahasan yang kurang sistematis.
Analisis urutan pembelajaran menunjukkan bahwa pembelajaran biologi tidak
memperlihatkan pola dasar/model dasar'yang jelas (Widodo & Lia Nurhayati, 2005).
3
Model dasar adalah struktur dasar yang menjadi kerangka pembelajaran (Oser & Patry,
1990). Oser dan Patry (1990) mengidentifikasi ada sepuluh model dasar pembelajaran
yang bisa digunakan dalam pembelajaran. Dengan memperhatikan tujuan yang ingin
dicapai, guru bisa memilih model dasar pembelajaran yang sesuai, misalnya apabila guru
ingin mengembangkan pengetahuan/konsep guru bisa memilih model dasar pembelajaran
untuk membangun pengetahuan/konsep. Apabila tujuan pembelajaran adalah untuk
mengembangkan keterampilan, maka model dasar pembelajaran yang sesuai adalah
model belajar keterampilan.
Analisis terhadap pengelolaan kegiatan praktikum juga memperlihatkan bahwa
praktikum masih belum efisien (Widodo & Vidia Ramdhaningsih, 2006). Waktu efektif
yang digunakan untuk praktikum hanya berkisar 80% dan dari waktu tersebut sekitar 25%
dihabiskan untuk kegiatan pendahuluan, seperti penjelasan cara kerja dan pendistribusian
alat dan bahan. Waktu efektif yang digunakan untuk siswa bekerja hanya berkisar 25%
saja dari waktu yang tersedia. Hasil ini menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan
guru dalam pengelolaan kegiatan praktikum masih sangat memungkinkan untuk
ditingkatkan.
Analisis pembelajaran berdasarkan jenis pertanyaan yang muncul selama proses
pembelajaran (Widodo & Sintya Pujiastuti, 2005; Widodo, 2006) menunjukkan bahwa
pertanyaan yang diajukan guru jauh lebih banyak dibandingkan pertanyaan yang diajukan
siswa. Bahkan ketika mereka didorong untuk bertanya pertanyaan yang muncul tetap
sedikit. Walaupun kedua penelitian ini dilakukan pada jenjang pendidikan yang berbeda,
namun hasilnya relatif sama yaitu bahwa siswa jarang mengajukan pertanyaan.
Analisis terhadap jenis pertanyaan yang diajukan guru menunjukkan bahwa
sebagian besar pertanyaan yang diajukan guru merupakan pertanyaan tertutup (pertanyaan
yang jawabannya sudah tertentu) dan berupa pertanyaan faktual dan tidak mengarah pada
proses berpikir tingkat tinggi. Dalam tuntutan kurikulum, jenis pertanyaan yang
diharapkan sesungguhnya adalah pertanyaan produktif (pertanyaan yang mengarahkan
siswa untuk melakukan kegiatan). Gambaran di atas menunjukkan bahwa peningkatan
kemampuan bertanya masih diperlukan baik oleh guru maupun siswa.
2.2 Problematika peningkatan profesionalisme guru/calon guru
Pada saat diketahui bahwa prestasi siswa tidak memuaskan, maka gurulah yang
seringkali menjadi pihak yang disalahkan. Maka muncul ungkapan bahwa guru tidak
profesional. Sebagai upaya untuk mengatasi "ketidakprofesionalan'' ini maka muncul ide
4
seperti peningkatan gaji, peningkatan jenjang pendidikan, guru harus juga melakukan
penelitian, uji sertifikasi, dsb. Hal-hal tersebut tentu tidak salah, namun profesionalisme
sesungguhnya lebih ditentukan oleh penguasaan pengetahuan dan keterampilan
profesional, adanya mekanisme untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
tersebut, dan keinginan untuk senantiasa meningkatkan diri (Stigler & Hiebert, 1999).
Persoalan yang terkait dengan peningkatan kemampuan profesional guru memang
cukup pelik. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa dalam kondisi yang ada
sekarang, peningkatan profesionalisme guru dan perubahan cara mengajar di kelas sulit
tercapai. Walaupun telah mendapatkan berbagai masukan untuk perbaikan pembelajaran,
guru dan calon guru seakan tidak bergeming dari cara-cara mengajar yang tradisional.
Ada beberapa hal yang menyebabkan yang menyebabkan mengapa usaha-usaha
peningkatan profesionalisme guru/calon guru belum mencapai sasaran.
• Pertama, para peneliti pendidikan dan ahli pendidikan cenderung "egois". Inovasi-
inovasi pendidikan yang mereka kembangkan biasanya hanya "dinikmati" di
kalangan mereka sendiri. Laporan penelitian, jurnal ilmiah, buku-buku, seminar
biasanya kurang melibatkan guru (Parchmann, Graesel, & Fey, 2004; Tim PPM
FPMIPA IKIP Bandung, 1998).
• Kedua, penelitian-penelitian yang dilakukan para peneliti pada umumnya
mengarah pada generalisasi yang berlaku umum, padahal permasalahan
pembelajaran yang dihadapi guru seringkali bersifat lokal dan kontekstual
(Parchmann et al., 2004).
• Belum ada kesamaan kata dan tindakan antara peneliti dan guru. Persoalan yang
dianggap menarik dan penting oleh peneliti seringkali bukanlah persoalan yang
sesunguhnya penting bagi guru (Parchmann et al., 2004; Tim PPM FPMIPA IKIP
Bandung, 1998).
• Sistem pendidikan dan pelatihan guru/calon guru yang memisahkan aspek materi
dan aspek pedagogi. Dosen-dosen mata kuliah materi dan penatar cenderung
menganggap bahwa tugas utama mereka adalah menyampaikan materi sehingga
tidak memperhatikan aspek pedagogi (Hewson et al., 1999; Hinduan, 2005).
• Kurangnya contoh nyata yang bisa dijadikan rujukan bagi guru/calon guru
(Hewson et al., 1999; Mellado, 1998).
Hal-hal di atas menunjukkan bahwa program peningkatan profesionalisme guru/calon
gum harus lebih berorientasi kej>ada kepentingan guru. Artinya program-program tersebut
5
memberikan saran dan alternatif-alternatif, namun coachee sendirilah yang harus
mengembangkan solusi permasalahan yang dihadapinya. Paket program coaching
yang berisi cuplikan rekaman video pembelajaran yang "baik" dan yang "kurang
baik" akan diputar agar coachee bisa mengembangkan ide guna mengatasi
permasalahan yang dihadapinya. Coach juga akan memberikan saran dan masukan
kepada coachee untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya.
4. Tahap penutup: Pada tahap ini dilakukan evaluasi terhadap apa yang telah dicapai
coachee dari proses coaching. Hal-hal yang pada tahap pendahuluan disepakati
untuk diubah/diperbaiki akan dinilai apakah tujuan tersebut telah tercapai. Ketika
coachee tampil mengajar, coach akan mengobservasi dan merekam kegiatan
pembelajaran tersebut sehingga coach maupun coachee dapat mengamatinya dan
menilai kemajuan yang telah dicapai.
Coaching, terlebih lagi coaching berbasis rekaman video pembelajaran, belum
banyak dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh sebuah tim peneliti di Free University
of Berlin, Jerman (Fischler, Schroeder, Tonhaeuser, & Zedler, 2002; Schroder & Fischler,
2003) mengungkapkan bahwa guru yang telah mengikuti coaching memerlihatkan
peningkatan yang berarti dalam cara mengajarnya. Setelah mengikuti coaching
pandangan guru tentang cara mengajar yang efektif jadi berubah dan hal tersebut
diperlihatkannya dalam kegiatan pembelajaran yang berubah dari pembelajaran yang
berpusat pada guru (ceramah) menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Analisis
terhadap kegiatan pembelajaran guru tersebut juga memperlihatkan bahwa guru mengajar
dengan menggunakan metode pembelajaran yang lebih bervariasi (Schroeder & Fischler,
2003).
Ide pemanfaatan rekaman video pembelajaran untuk coaching ternyata juga
menarik perhatian kelompok peneliti lain untuk melakukan hal serupa (Duit, Euler,
Friege, Komorek, & Mikelskis-Seifert, 2003). Dengan memanfaatkan sejumlah rekaman
video pembelajaran yang telah dikumpulkan, para peneliti ini merancang untuk
melakukan coaching berbasis video pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa coaching
bisa menjadi strategi yang tepat untuk mengembangkan pemahaman guru dan
peningkatan praktek mengajarnya, yang keduanya memang harus dikembangkan secara
paralel (Duit, Widodo, & Mueller, 2007).
7
2.4 Hasil studi pendahuluan
Sejak tahun 2005 FPMIPA UPI mencanangkan agar Program Pengalaman
Lapangan atau PPL (sekarang bemama Program Pengalaman Profesi) mahasiswa
FPMIPA dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip lesson study. Dalam
melaksanakan praktek setiap mahasiswa diamati oleh sesama peserta PPL maupun oleh
peneliti dan setelah kegiatan pembelajaran dilakukan refleksi. Kegiatan pembelajaran
tersebut juga direkam secara utuh dengan menggunakan video kamera. Hasil analisis
rekaman video pembelajaran menunjukkan bahwa mahasiswa calon guru telah melakukan
upaya memunculkan komponen-komponen penting dalam pembelajaran.
Salah satu temuan menarik dari penelitian tersebut adalah adanya kemiripan
pembelajaran yang dilakukan oleh para mahasiswa calon guru tersebut (Widodo, Unang
Sumarno, Mimin Nurjhani & Riandi, 2006).. Pembelajaran yang dilakukan oleh seorang
mahasiswa akan menjadi sumber "inspirasi" bagi mahasiswa lain. Sayangnya karena
jumlah pembelajaran yang diamati sangat terbatas, ide-ide baru yang dimiliki para
mahasiswa tersebut juga terbatas.
Hasil ini menunjukkan bahwa memperlihatkan lebih banyak rekaman video
pembelajaran akan menambah perbendaharaan strategi pembelajaran para mahasiswa.
Apabila rekaman video tersebut dirancang secara khusus supaya bisa memberikan
sebanyak mungkin variasi pembelajaran, maka mahasiswa yang melihat juga akan
mendapatkan lebih banyak lagi strategi pembelajaran.
Temuan lain yang juga menarik adalah sulitnya menghilangkan "kelemahan"
tertentu dalam keterampilan mengajar mahasiswa. Sekalipun oleh sesama peserta PPL
maupun oleh pembimbing telah diingatkan dalam sesi refleksi, namun kesalahan serupa
tetap saja muncul dalam pembelajaran berikutnya. Misalnya, dalam teknik bertanya
mahasiswa seringkali menunjuk siswa terlebih dahulu baru kemudian memberikan
pertanyaan. Secara pedagogis hal ini kurang tepat. Pertanyaan seharusnya ditanyakan ke
seluruh kelas agar semua siswa terlibat, barulah ditunjuk siswa yang harus menjawabnya.
Mahasiswa seringkali tidak menyadari bahwa dia melakukan hal tersebut. Barulah apabila
ditunjukkan rekaman video pembelajarannya mereka menyadari hal tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa menyaksikan rekaman video pembelajaran sendiri aka'n membantu
calon guru dan guru untuk menemukan hal-hal yang perlu diperbaiki dalam
melaksanakan pembelajaran.
Program-program peningkatan kualitas guru sudah banyak dilakukan. Meskipun
demikian kegiatan-kegiatan seperti itu tidak memberikan perubahan berarti bagi
8
mengajar tetap saja seperti sebelum mengikuti kegiatan penataran (Widodo, Riandi,
Amprasto & Ana Ratna Wulan, 2006). Kondisi ini jelas menuntut perlunya alternatif baru
dalam usaha peningkatan kemampuan mengajar guru/calon guru (Hinduan, 2005).
Berdasarkan pengalaman dalam program peningkatan profesionalisme guru di
Karibia dan Indonesia, Adey, Hewitt, Hewitt, dan Landau (2004) menyatakan bahwa
perubahan di sekolah dan pembelajaran perlu memperhatikan beberapa hal berikut.
1. Proses penyusunan kurikulum harus benar-benar melibatkan guru sehingga guru
bukan sekedar pengguna yang ditunjuki "bagaimana cara menggunakannya".
2. Perubahan tidaklah dapat dipaksakan. Guru hendaknya diperlakukan sebagai
partner dalam program yang dilakukan.
3. Coaching dalam kelas merupakan sesuatu yang esensial. Coaching berperan
penting sebagai pembawa perubahan pedagogi praktis dalam kelas.
4. Perubahan berlangsung secala pelan, tidak menentu, kadang berbalik lagi, namun
kadang juga bergerak maju.
Untuk mengubah praktik mengajarnya, seorang guru memerlukan lebih dari
sekedar penjelasan bagaimana cara mengajar yang baik. Supaya setelah mengikuti suatu
program peningkatan kemampuan mengajar guru bisa mempraktekkan apa yang
diperolehnya, program tersebut harus memenuhi beberapa ciri.
1. Bisa membuat guru reflektif, artinya bisa mengarahkan guru agar menyadari dan
menemukan "kelemahan" dan "kelebihan" yang dimilikinya dalam mengajar
(Fischler, 2004). Seseorang tidak akan mau berubah apabila dia tidak menyadari
bahwa ada sesuatu yang kurang baik yang harus diperbaiki.
2. Memperhatikan prinsip-prinsip perubahan konsepsi. Analog dengan prinsip dasar
konstruktivisme, bahwa setiap orang memiliki pengetahuan awal, program
peningkatan profesionalisme guru juga harus memperhatikan pengetahuan awal
yang dimiliki guru tentang belajar dan mengajar (Davis, 2003; Fischler &
Schroder, 2003; Haney & McArthur, 2002). Apabila penelitian tentang perubahan
konsepsi menyatakan bahwa perubahan konsepsi berlangsung sangat sulit, maka
perubahan praktek mengajar berlangsung lebih sulit lagi.
3. Memperhatikan aspek emosi, pandangan, dan keyakinan guru. Suatu perubahan
yang mendasar bukan hanya sekedar melibatkan aspek kognitif tetapi juga aspek
non kognitif (Fischler, 2004; Pintrich, Marx, & Boyle, 1993).
4. Memberikan contoh nyata yang berasal dari lapangan (Davis, 2003; Hewson,
Tabachnick, Zeichner, & Lemberger, 1999). Contoh nyata dari lapangan membuat
guru yakin bahwa sesuatu yang baru dipelajari adalah sesuatu yang memang bisa
dilakukannya.
5. Memberikan dukungan pada saat pelaksanaan di lapangan. Perubahan bukanlah
suatu loncatan, namun merupakan suatu proses yang bertahap (Fischler, 2004).
Oleh karena itu guru harus tetap mendapatkan dukungarvTDantuan pada saat
menerapkan apa yang telah dipelajari.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang telah diuraikan, coaching berbasis
rekaman video pembelajaran merupakan strategi yang paling memenuhi syarat sebagai
metode peningkatan kemampuan mengajar guru. Ada beberapa alasan mengapa coaching
berbasis video pembelajaran bisa meningkatkan kemampuan mengajar guru dan calon
guru biologi.
• Coaching berbasis rekaman video pembelajaran memberikan kesempatan kepada
guru untuk mengamati kegiatan pembelajaran yang telah dilakukannya. Dengan
demikian guru didorong untuk bisa melakukan refleksi dan self-evaluation,
terhadap pengetahuannya, keyakinannya, dan juga keterampilan mengajarnya.
Pemahaman tentang hal-hal tersebut akan membuat guru lebih terfokus dan
terarah dalam menentukan apa saja yang harus ditingkatkan.
• Coaching berbasis rekaman video pembelajaran memungkinkan guru untuk
memperoleh masukan dan diskusi yang produktif dengan ahli pembelajaran atau
guru lain. Karena setelah mengamati rekaman video pembelajaran dilakukan
diskusi dengan ahli pembelajaran atau guru lain, guru berkesempatan untuk
belajar dengan lebih intensif. Kondisi ini juga memfasilitasi perubahan pandangan
guru tentang cara mengajar yang baik.
• Coaching berbasis rekaman video pembelajaran menggabungkan pendekatan
individual dan pendekatan kelompok. Program peningkatan kualitas guru yang
telah ada bersifat massal sehingga tidak memperhatikan perkembangan individual
guru. Belajar pada dasarnya adalah proses individual oleh karena itu guru juga
harus diberi kesempatan untuk mendapatkan perlakuan yang sifatnya individual.
Pendekatan yang bersifat individual ini tentu saja bisa lebih memperhatikan
10
aspek-aspek emosional dan keyakinan guru. Pada saat tertentu coaching juga
dilakukan dalam kelompok sehingga ada interaksi antar guru.
• Coaching berbasis rekaman video pembelajaran memberikan kesempatan kepada
guru untuk mengamati pembelajaran yang dilakukan guru lain. Hal ini akan
membantu guru untuk menemukan ide-ide baru untuk memperkaya khazanah
pengetahuannya tentang pembelajaran.
• Coaching berbasis rekaman video pembelajaran bukan hanya memfokuskan pada
proses pemberian nasehat saja namun juga memberikan dukungan pada saat guru
menerapkan perubahan yang diinginkan. Pada saat guru menerapkan idea
baru/perubahan, kegiatan pembelajarannya juga akan diamati oleh coach. Oleh
karena itu kesulitan dan permasalahan lain yang muncul akan dapat diidentifikasi
dan dipecahkan dalam sesi coaching berikutnya.
11
BAB I I I
TUJUAN DAN M A N F A A T P E N E L I T I A N
3.1 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan paket program coaching berbasis
video pembelajaran. Tujuan ini akan dicapai melalui rangkaian tiga tahap penelitian yang
masing-masing berlangsung selama satu tahun. Tujuan khusus penetilitian tahap pertama
adalah sebagai berikut.
a. Melakukan kajian teoritik dan hasil studi tentang coaching.
b. Mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan pembelajaran biologi yang sering
ditemukan di lapangan melalui analisis rekaman video kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan oleh guru/calon guru biologi.
c. Menemukan pola-pola treatment yang diperlukan untuk mengatasi kelemahan
pembelajaran guru.
d. Mengembangkan blueprint paket program coaching dan perangkat pendukung
lainnya.
e. Mengembangkan instrumen untuk mengukur efektivitas paket program coaching.
3.2 Manfaat
Hasil penelitian ini akan memberikan manfaat bagi calon guru dan guru, Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), dan lembaga-lembaga lain yang bergerak
dalam peningkatan profesionalisme guru.
3.2.1 Manfaat bagi calon guru dan guru
Paket program coaching yang dihasilkan akan membantu calon guru dan guru untuk
meningkatkan kemampuan mengajar mereka. Selain bisa mengenali kelemahan dirinya,
guru dan calon guru juga mendapatkan ide dan contoh-contoh untuk memperbaiki
keterampilan mengajar mereka.
3.2.2 Manfaat bagi L P T K
Paket program coaching ini dapat digunakan oleh LPTK dalam proses penyiapan calon-
calon guru sehingga lulusan bisa lebih profesional. Bagi LPTK yang menyelenggarakan
12
progam profesi pendidik pakaet program coaching ini dapat digunakan untuk melakukan
coaching kepada peserta, terutama peserta yang bukan lulusan pendidikan.
3.2.3 Manfaat bagi lembaga-Iembaga pembina profesionalisme guru
Bagi lembaga-Iembaga yang bergerak dalam peningkatan profesionalisme guru, paket
program coaching ini bisa menjadi altematif yang komplementer dengan program-
program lain. Paket program coaching ini bisa menjangkau guru-guru yang sangat banyak
dan tersebar.
13
BAB I V
METODE PENELITIAN
4.1 Subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah mahasiswa calon guru biologi Jurusan Pendidikan
Biologi FPMIPA UPI yang sedang mengikuti Program Pengalaman Profesi dan guru
biologi SMP dan SMA di wilayah Bandung dan Kabupaten Sumedang.
4.2 Metode penelitian
Karena penelitian ini merupakan penelitian pengembangan, pendekatan yang
digunakan juga mengikuti prinsip siklus Developmental Research, yang terdiri: 1. Tahap
pengembangan produk dan uji coba terbatas; 2. Tahap pengujian produk; dan 3. Tahap
pengujian di lapangan dan dilanjutkan dengan penyempurnaan produk (Borg & Gall,
1989). Penelitian ini direncanakan dilakukan dalam tiga tahap yang masing-masing
tahapnya berlangsung selama satu tahun (Gambar 1).
4.3 Langkah-langkah penelitian
Tujuan utama penelitian di tahun pertama adalah untuk mengembangkan blueprint
paket program coaching dan perangkat pendukung lainnya. Langkah-langkah yang akan
ditempuh pada tahap ini adalah:
1. Melakukan kajian teoritik dan hasil studi tentang coaching;
2. Melakukan perekaman sejumlah pembelajaran biologi yang dilakukan oleh guru
maupun calon guru yang sedang melakukan praktek mengajar di sekolah;
3. Mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan setiap kegiatan pembelajaran;
4. Menemukan pola-pola treatment yang diperlukan untuk mengatasi kelemahan
pembelajaran;
5. Mengembangkan software untuk program coaching; dan
6. Mengembangkan instrumen untuk mengukur efektivitas paket program coaching.
14
Tahap
I
Sifat Metode Kajian Teoritik Studi
dokumentasi
Empirik Studi deskriptif
Langkah Penelitian
Analisis teoretis tentang peningkatan profesionalisme guru/calon guru dan coaching
Perekaman kegiatan pembelajaran guru/calon guru
Analisis rekaman video pembelajaran
I / • l I I
Teoretik Studi deskriptif
Analisis pola treatment untuk tiap jenis masalah
Teoretik Studi pengembangan
Pengembangan blueprint paket
program coaching
Pengembangan instrumen untuk
mengukur efektivitas program coaching
Empirik Studi pra eksperimen
m
o t
Teoretik Studi desktiptif
n Teoretik, empirik
Studi deskriptif
Teoretik Studi pengembangan
Empirik Studi
Uji coba paket program coaching
Analisis kelayakan program coaching
Diskusi Pertimbangan pakar
Pengkajian
Penyempurnaan paket program coaching
empirik
Teoretik
eksperimental
Studi deskriptif
deskriptif
Pengujian efektivitas paket program coaching terhadap sejumlah guru/calon guru
Analisis paket program coaching
Penyempurnaan paket program coaching
Pembuatan dan penyebarluasan paket program coaching ^ ^ ^ ^ ^
Gambar 1. Prosedurdan langkah penelitian
15
BAB V
H A S I L DAN PEMBAHASAN
5.1 Deskripsi kelemahan guru/calon guru biologi
Beberapa keterampilan mengajar yang sangat penting dikuasai guru adalah keterampilan
membuka pelajaran, keterampilan menutup pelajaran, dan keterampilan bertanya
(Rustaman et al., 2005). Ketiga keterampilan itu menjadi acuan penting untuk menganalis
kelemahan guru/calon guru.
5.1.1 Keterampilan membuka pelajaran
Hasil analisis umum terhadap keterampilan guru/calon guru dalam membuka pelajaran
disajikan dalam Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Durasi setiap aspek dalam membuka pelajaran
Pembelajaran
Durasi Aspek membuka pelajaran (menit) Jumlah (menit) Pembelajaran Meninjau
kembali Menggali
pengetahuan Menarik perhatian Memotivasi
Menjelaskan tujuan dan
acuan
Jumlah (menit)
Guru-1 0.0 0.0 4.5 4.8 6.3 15.7
Guru-2 0.0 0.0 6.3 7.7 0.3 14.3
Guru-3 0.0 1.3 0.0 2.7 0.7 4.7
Guru-4 1.5 0.5 J . J 0.3 1.2 6.8
Guru-5 0.0 0.5 1.3 0.3 0.0 2.2
Guru-6 0.2 2.0 0.5 1.8 0.8 5.3
Guru-7 0.2 0.0 1.7 5.5 9.2 16.5
Guru-8 3.0 0.5 6.2 2.5 4.5 16.7
Guru-9 2.3 0.8 3.0 0.0 0.8 7.0
Guru-10 0.8 0.3 3.8 0.3 0.0 5.3
Calon guru-1 1.5 0.8 0.8 0.0 0.2 3.3
Calon guru-2 4.8 - 0.0 0.0 0.0 0.5 5.3
Calon guru-3 1.0 2.2 0.0 0.0 0.3 3.5
Calon guru-4 1.7 0.7 0.0 0.0 0.0 2.3
Calon guru-5 0.0 1.0 6.7 4.8 3.8 16.3
Rerata (menit) 1.1 0.7 2.5 2.0 1.9 8.3
16
Secara umum waktu yang digunakan guru/calon guru untuk membuka pelajaran adalah
sekitar 8,3 menit. Alokasi waktu yang demikian cukup logis sebab pada umumnya alokasi
waktu membuka yang direncanakan guru dalam perencanaan pembelajaran berkisar
antara 5 - 1 0 menit. Namun demikian terdapat variasi yang cukup besar (dari 2,3 menit
hingga 16,7 menit).
Analisis lebih rinci terhadap aspek-aspek membuka pelajaran menunjukkan bahwa
alokasi untuk tiap aspek tidak terlalu jauh berbeda. Menggali pengetahuan awal siswa
merupakan aspek membuka pelajaran yang paling sedikit dilakukan guru. Ditinjau dari
pandangan konstruktivisme hal ini jelas menunjukkan bahwa pelajaran kurang
menerapkan prinsip-prinsip konstruktivisme sebab salah satu ciri dasar pembelajaran
yang konstruktivis adalah adanya usaha untuk mengaktifkan pengetahuan awal siswa
(Widodo, 2004).
Secara umum terdapat sedikit perbedaan antara calon guru dan guru dalam hal
alokasi waktu membuka pelajaran (Tabel 5.2 dan Tabel 5.3). Waktu yang digunakan oleh
para guru dalam membuka pelajaran pada umumnya sedikit lebih panjang dibandingkan
para calon guru. Kecuali calon guru-5, calon guru pada umumnya hanya mengguankan
sedikit waktu saja untuk membuka pelajaran.
Tabel 5.2 Durasi setiap aspek dalam membuka pelajaran untuk guru
Pembelajaran
Durasi Aspek membuka pelajaran (menit) Jumlah (menit) Pembelajaran Meninjau
kembali Menggali
pengetahuan Menarik perhatian Memotivasi
Menjelaskan tujuan dan
acuan
Jumlah (menit)
Guru-1 0.0 0.0 4.5 4.8 6.3 15.7
Guru-2 0.0 0.0 6.3 7.7 0.3 14.3
Guru-3 0.0 1.3 0.0 2.7 0.7 4.7
Guru-4 1.5 0.5 J . J 0.3 1.2 6.8
Guru-5 0.0 0.5 1.3 0.3 0.0 2.2
Guru-6 0.2 2.0 0.5 1.8 0.8 5.3
Guru-7 0.2 0.0 1.7 5.5 9.2 16.5
Guru-8 3.0 0.5 6.2 2.5 4.5 16.7
Guru-9 2.3 0.8 3.0 0.0 0.8 7.0
Guru-10 0.8 0.3 3.8 0.3 0.0 5.3
0.8 0.59 3.06 2.59 2.38 9.45
17
Tabel 5.3 Durasi setiap aspek dalam membuka pelajaran untuk calon guru
Pembelajaran
Durasi (menit) r 1
Jumlah ^mcnit)
Pembelajaran Meniniau kembali
MPI I PPH I i pengetahuan
Mpnarilz I * I v l 1C11 1IV
perhatian Memotivasi
Menjelaskan tujuan dan
acuan
r 1
Jumlah ^mcnit)
Calon guru-1 1.5 0.8 0.8 0.0 0.2 3.3
Calon guru-2 4.8 0.0 0.0 0.0 0.5 5.3
Calon guru-3 1.0 2.2 0.0 0.0 0.3 3.5
Calon guru-4 1.7 0.7 0.0 0.0 0.0 2.3
Calon guru-5 0.0 1.0 6.7 4.8 3.8 16.3
Rerata 1.8 0.94 1.5 0.96 0.96 6.14
Analisis lebih rinci terhadap aspek-aspek membuka pelajaran yang dilakukan guru
dan calon guru menunjukkan bahwa banyak calon guru yang tidak berusaha menarik
perhatian siswa ataupun memotivasi siswa untuk belajar. Pada guru-guru kedua aspek ini
hampir senantiasa dilakukan. Hal ini mengindikasikan bahwa banyak calon guru yang
belum menguasai cara-cara untuk menarik perhatian siswa dan memotivasi siswa.
5.1.2 Keterampilan menutup pelajaran
Hasil analisis terhadap keterampilan menutup pelajaran guru/calon guru disajikan dalam
Tabel 5.4. Secara umum waktu yang digunakan guru/calon guru untuk menutup pelajaran
berkisar 7,0 menit. Sekalipun tidak ada rumusan pasti tentang seberapa lama waktu yang
harus dialokasikan untuk menutup pelajaran, namun secara umum 5-10 menit merupakan
alokasi waktu yang cukup logis. Meskipun demikian apabila dikaji secara lebih rinci
terlihat adanya variasi yang sangat besar. Ada guru yang menutup pelajaran dengan
sangat tiba-tiba (hanya perlu waktu sekitar 0,5 menit) namun ada juga guru yang menutup
pelajaran hingga 24 menit.
Analisis lebih lanjut terhadap aspek-aspek menuntup pelajaran menunjukkan
bahwa guru dan calon guru hanya mengalokasikan sedikit waktu saja untuk "Menjelaskan
bahan berikutnya" dan "Memberikan tugas". Hal ini mengindikasikan bahwa guru kurang
memberikan arahan kepada siswa tentang apa yang akan mereka pelajari selanjutnya.
Kegiatan "Mengevaluasi" juga merupakan aspek yang jarang dilakukan secara memadai
oleh para guru dan calon guru.
18
Tabel 5. 4 Durasi menutup pelajaran yang teramati (menit)
Pembelajaran
Durasi aspek menutup pelajaran (menit) Jumlah
(menit) Pembelajaran I V l C I l g U I c t o
I c p m h n l i I \ v 1 J I L / t l 1 I
Mengevaluasi Menjelaskan
U a l l a l i UCI I K U U l y a
Memberikan
tugas
Jumlah
(menit)
Guru-3 9 0 n ? U.Z
n n u.u n A u.u 9 2
Guru-5 1 R 7 n n n 7 u.z A 7
u.z 18 5
Guru-9 6 0 i n 1 .u
n n u.u A A U.U 7 0
Guru-10 4 7 n n u.u
n n u.u A A U.U 4.7
Guru-11 0 0 0 0 U.U
l n 1 .u 7 A Z . U 3.0
Guru 12 1 0 n i U . J
A 7 U . J 2.5
Guru-13 U.U 0 s U . J
n o u.u A A U.U 0.5
Calon mini-3 1 3 3 7 j . / 0 3 U . J
n 7 u. /
6 0
Calon guru-4 1.7 0.0 0.3 0.0 2.0
Calon guru-5 6.3 17.0 0.3 0.5 24.2
Calon guru-6 0.3 0.0 0.0 0.0 0.3
Calon guru 7 1.2 3.0 0.3 0.2 4.7
Calon guru-8 7.7 0.0 0.3 0.2 8.2
Re rata 4.4 2.0 0.2 0.3 7.0
Analisis keterampilan menutup pelajaran guru dan calon guru menunjukkan
bahwa waktu yang digunakan guru dan calon guru dalam menuntup pelajaran relatif sama
(Tabel 5.5 dan Tabel 5.6)
Tabel 5. 5 Durasi menutup pelajaran yang dilakukan guru (menit)
Pembelajaran
Durasi aspek menutup pelajaran (menit) Jumlah
(menit) Pembelajaran Mengulas
kembali Mengevaluasi
menjelaskan
bahan berikutnya
memberikan
tugas
Jumlah
(menit)
Guru-3 9.0 0.2 0.0 0.0 9.2
Guru-5 18.2 0.0 0.2 0.2 18.5
Guru-9 6.0 1.0 0.0 0.0 7.0
Guru-10 4.7 0.0 0.0 0.0 4.7
Guru-11 0.0 0.0 1.0 2.0 3.0
Guru 12 0.8 1.0 0.3 0.3 2.5
Guru-13 0.0 0.5 0.0 0.0 0.5
Rerata 5.5 0.4 0.2 0.4 6.5
19
Tabel 5. 6 Durasi menutup pelajaran yang dilakukan calon guru (menit)
rCniUCIclJclI all
Durasi aspek menutup pelajaran (menit) Jumlah
(menit) rCniUCIclJclI all Mengulas
kembali Mengevaluasi
menjelaskan
bahan berikutnya
memberikan
tugas
Jumlah
(menit)
(~*n\f\Ti onni-^ 1.3 3.7 0.3 0.7 £ n
Calon guru-4 1.7 0.0 0.3 0.0 2.0
Calon guru-5 6.3 17.0 0.3 0.5 24.2
Calon guru-6 0.3 0.0 0.0 0.0 0.3
Calon guru 7 1.2 3.0 0.3 0.2 4.7
Calon guru-8 7.7 0.0 0.3 0.2 8.2
Re rat a 3.1 3.9 0.3 0.3 7.6
Salah satu perbedaan yang mencolok antara guru dan calon guru adalah dalam hal
mengevaluasi, namun hal ini lebih dikarenakan adanya seorang calon guru yang
melakukan evaluasi dengan cukup lama. Tiga dari enam pembelajaran yang diamati tidak
terdapat kegiatan mengevaluasi di akhir pelajaran. Tidak adanya perbedaan yang berarti
antara guru dan calon guru menunjukkan bahwa pengalaman mengajar tidak identik
dengan bertambahnya kompetensi guru dalam menutup pelajaran.
5.1.3 Keterampilan bertanya
Analisis interaksi verbal dalam pembelajaran menunjukkan bahwa guru banyak
mengajukan pertanyaan (Tabel 5.7). Analisis terhadap jenis pertanyaan yang diajukan
guru menunjukkan bahwa sebagian besar pertanyaan yang diajukan guru adalah
pertanyaan tertutup (pertanyaan yang jawabannya pasti). Kondisi ini menunjukkan bahwa
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru hanyalah pertanyaan yang jawabannya pasti
dan kurang mendorong siswa untuk berpikir.
20
Tabel 5.7 Jenis pertanyaan yang diajukan guru dan calon guru dalam pembelajaran
Pembelajaran Jenis pertanyaan Jumlah
pertanyaan Pembelajaran
Pertanyaan tertutup Pertanvann teritulffl ft V. l | H | J J * * I I i v l l
Jumlah
pertanyaan
Guru-1 28 13 41
Guru-3 75 10 35
Guru-5 28 75 53
Guru-6 54 4 58
Guru-7 i y 7 J 22
Guru-8 71 77 z / 98
Guru-9 49 77 Z / 76
Guru-10 1 7 1 7 1 J 30
Guru-11 147 0^ 242
Guru-12 77 z z i n 1U
32
Guru-13 100 l \J\J
D 1 151 1 «-/ ft
Calon guru-1 80 16 96
Calon guru-2 87 5 92
Calon guru-3 84 11 95
Calon guru-4 36 22 58
Calon guru-7 134 4 138
Re rata 61 21 82
Dari segi jumlah jumlah pertanyaan yang diajukan guru lebih sedikit
dibandingkan pertanyaan yang diajukan calon guru (Tabel 5.8 dan Tabel 5.9). Dari sisi
jenis pertanyaan, pertanyaan yang diajukan oleh calon guru sebagian besarnya adalah
pertanyaan tertutup. Kalau pada guru proporsi pertanyaan tertutup dan terbuka berkisar
2:1, pada calon guru proporsinya sekitar 7:1. Hal ini jelas menunjukkan bahwa calon guru
masih sangat lemah dalam hal keterampilan bertanya, terutama dalam mengajukan
pertanyaan terbuka.
2 1
Tabel 5.8 Jenis pertanyaan yang diajukan guru dalam pembelajaran
Pembelajaran Jenis pertanyaan Jumlah
pertanyaan Pembelajaran
Pertanyaan tertutup Pertanyaan terbuka
Jumlah
pertanyaan
Guru-1 28 13 41
Guru-3 25 10 35
Guru-5 28 25 53
Guru-6 54 4 58
Guru-7 19 3 22 Guru-8 71 27 98
Guru-9 49 27 76
Guru-10 17 13 30
Guru-11 147 95 242
Guru-12 22 10 32
Guru-13 100 51 151
Rerata 51 25 76
Tabel 5.9 Jenis pertanyaan yang diajukan calon guru dalam pembelajaran
Pembelajaran
Jenis pertanyaan Jumlah
pertanyaan Pembelajaran Pertanyaan
tertutup
Pertanyaan
terbuka
Jumlah
pertanyaan
Calon guru-1 80 16 96
Calon guru-2 87 5 92
Calon guru-3 84 11 95
Calon guru-4 36 22 58
Calon guru-7 134 4 138
Rerata 84 12 96
5.2 Alternatif treatment seperti untuk mengatasi kelemahan guru/calon guru
Sebagaimana disajikan pada bagian sebelumnya ternyata bahwa banyak guru dan calon
guru yang masih relatif lemah dalam tiga keterampilan dasar mengajar (membuka
pelajaran, menutup pelajaran, dan. mengajukan pertanyaan). Analisis literatur tentang
program pengembangan profesionalisme guru (Adey, Hewitt, Hewitt, & Landau, 2004,
22
Fischler, 2004; Fischler & Schroder, 2003) menunjukkan pentingnya coaching untuk
membantu pengembangan profesionalisme guru.
Berdasarkan temuan sebagaimana dibahas pada Bagian 5.1 dan literatur maka
dirancang sebuah altematif treatment dalam bentuk paket program coaching berbasis
video. Untuk keperluan tersebut maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Memilih sejumlah cuplikan video pembelajaran yang akan digunakan untuk
coaching. Untuk keperluan ini dilakukan pemotongan sejumlah video
pembelajaran tentang membuka dan menutup pelajaran.
2. Menata cuplikan-cuplikan video yang telah dipilih menjadi suatu paket coaching.
3. Meminta coachee untuk mengamati dan mengomentari video yang diamati, serta
memberikan skor.
4. Coach dan coachee mendiskusikan hasil pengamatan coachee
5. Meminta coachee untuk merefleksikan praktik mengajarnya.
6. Mendiskusikan alternatif perbaikan yang bisa dilakukan coachee.
7. Mengamati praktik mengajar coachee.
53 Pengembangan paket program coaching berbasis video
53.1 Blueprint paket program coaching berbasis video
Blueprint paket program coaching yang telah dikembangkan terdiri dari sebuah software
yang bisa digunakan oleh coachee untuk menganalisis video dan menuliskan komentar
serta beberapa cuplikan video pembelajaran yang telah dipilih. Software yang
dikembangkan diberi nama "Video analyzer" (lihat Gambar 2).
23
Gam bar 2. Tampilan paket program coaching berbasis video
Keterangan:
1. Tombol untuk membuka file video
2. Tombol keluar program video analyzer
3. Jendela tampilan video
4. Identitas file video
5. Identitas penganalisis
6. Tombol untuk menjalankan dan memberhentikan video
7. Tombol untuk memperbesar tampilan video
8. Tombol untuk menyimpan hasil analisis apabila telah selesai
9. Penunjuk durasi video dan alur waktu putaran video
10. Kolom untuk mencantumkan nilai hasil analisis setiap aspek
11. Kolom jenis aspek yang dikomentari/dinilai
12. Kolom untuk menuliskan komentar setiap aspek
24
Paket program coaching yang telah dikembangkan telah diujicobakan
penggunaannya kepada mahasiswa, guru pemula dan guru yang cukup berpengalaman.
Dalam uji coba ini kepada responden disajikan sejumlah cuplikan video pembelajaran
untuk kegiatan membuka dan menutup pelajaran. Selanjutnya responden diminta untuk
memberikan komentar terhadap kegiatan pembelajaran tersebut serta memberikan nilai.
Sekalipun dalam kegiatan ini responden diminta untuk memberikan komentar dan nilai,
namun tujuan sesungguhnya adalah agar responden dapat mengidentifikasi kelemahan
dan kelebihan dirinya dan sekaligus mendapatkan ide tentang bagaimana guru-guru lain
mengajar. Ringkasan komentar coachee dan coach tentang kegiatan membuka dan
menutup pelajaran dapat dilihat pada Tabel 5.10.
Dari Tabel 5.10 tidak terlihat ada perbedaan yang mencolok antara komentar yang
diberikan oleh calon guru, guru pemula, maupun guru yang berpengalaman. Hal ini
menunjukkan bahwa mereka pada dasarnya telah memiliki pemahaman yang cukup
memadai tentang aspek-aspek apa saja yang semestinya dilakukan guru pada saat
membuka dan menutup pelajaran. Meskipun demikian coachee pada umumnya hanya
terfokus pada muncul atau tidaknya suatu komponen membuka dan menutup pelajaran
dan kurang memperhatikan kecukupan. Bisa saja seorang guru menampilkan semua
komponen membuka dan menutup pelajaran namun waktunya sangat singkat atau sangat
lama.
25
Tabel 5.10 Ringkasan komentar coachee dan coach tentang video pembelajaran
Video Pembelajaran
Komentar Komentar coach Video Pembelajaran Calon guru Guru pemula Guru
Komentar coach
CG2 Keterampilan guru untuk menarik perhatian siswa sangat kurang, selain itu guru juga tidak menginformasikan bahan acuan kepada para siswa. Namun demikian guru telah berusaha memotivasi siswa dan mengaitkan materi yang akan dibelajarkan dengan materi ajar sebelumnya
Keterampilan guru untuk menarik perhatian siswa sangat kurang, selain itu guru juga tidak menginformasikan bahan acuan kepada para siswa. Namun demikian guru telah berusaha memotivasi siswa dan mengaitkan materi yang akan dibelajarkan dengan materi ajar sebelumnya
Keterampilan guru untuk menarik perhatian siswa sangat kurang, selain itu guru juga tidak menginformasikan bahan acuan kepada para siswa. Namun demikian guru telah berusaha memotivasi siswa dan mengaitkan materi yang akan dibelajarkan dengan materi ajar sebelumnya
Guru lebih banyak mengulas materi bCUCl ulllliy a (Jail KClllUUlall memberikan tugas untuk dikerjakan. Aspek membuka pelajaran yang lain tidak muncul dalam pelajaran ini.
G4 Guru telah menunjukkan keterampilan yang memadai dalam usaha menarik perhatian siswa, memotivasi C I C A X / O Hon mpnfroltVon m n t ^ n MoWd Hull IHCllgulLlNull HluLCl 1 yang akan dibelajarkan dengan materi ajar sebelumnya. Namun guru tidak menginformasikan bahan acuan kepada siswa
Guru telah menunjukkan keterampilan yang memadai dalam usaha menarik perhatian siswa, memotivasi cictx/9 Htin mpnopit l^an oiovvd uuu mciigtiiirvaii materi yang akan dibelajarkan dengan materi ajar sebelumnya. Namun guru tidak menginformasikan bahan acuan kepada siswa
Guru telah menunjukkan keterampilan yang memadai dalam usaha menarik perhatian siswa, m Am estiva c i cicu/fl Han
mengaitkan materi yang akan dibelajarkan dengan materi ajar sebelumnya. Namun guru tidak menginformasikan bahan acuan kepada siswa
Guru berusaha mengulas mofpr i cphplnmnvo Hon inoo I U C U J V I * jCUClunui V il U C U I J U&c*
menggali pengetahuan awal siswa. Guru juga menginformasikan kegiatan yang akan dilakukan. Usaha guru untuk menarik perhatian siswa juga sudah cukup baik
G7 Guru telah menunjukkan keterampilan yang memadai dalam hal menarik perhatian siswa, memotivasi siswa,
Guru telah menunjukkan keterampilan yang memadai dalam hal menarik perhatian siswa, memotivasi siswa,
Guru telah menunjukkan keterampilan yang memadai dalam hal menarik perhatian siswa,
Aspek-aspek membuka pelajaran pada dasarnya sudah terpenuhi. Guru telah berusaha membangkitkan
26
Video Pembelajaran
Komentar Komentar coach Video Pembelajaran Calon guru Guru pemula Guru
Komentar coach
mengaitkan materi yang akan dibelajarkan dengan materi sebelumnya dan guru juga menginformasikan bahan acuan kepada siswa
mengaitkan materi yang akan dibelajarkan dengan materi sebelumnya dan guru juga menginformasikan bahan acuan kepada siswa
memotivasi siswa, mengaitkan materi yang akan dibelajarkan dengan materi sebelumnya dan gurujuga menginformasikan bahan acuan kepada siswa
motivasi belajar siswa. Guru juga berusaha mengaitkan pelajaran dengan pelajaran yang lalu. Sayangnya pembukaan cenderung terlalu lama dan lambat.
G l Guru telah menunjukkan keterampilan dalam menarik perhatian siswa dan memotivasi siswa. Selain itu guru juga memberikan bahan acuan kepada siswa, namun guru tidak berusaha untuk mengaitkan materi yang akan dibelajarkan dengan materi sebelumnya.
Guru telah menunjukkan keterampilan dalam menarik perhatian siswa dan memotivasi siswa. Selain itu guru juga memberikan bahan acuan kepada siswa, namun guru tidak berusaha untuk mengaitkan materi yang akan dibelajarkan dengan materi sebelumnya.
Guru telah menunjukkan keterampilan dalam menarik perhatian siswa, memotivasi siswa dan mengaitkan materi yang akan dibelajarkan dengan materi sebelumnya. Namun guru tidak menginformasikan bahan acuan kepada siswa
Guru telah berusaha menarik perhatian siswa. Guru juga telah berusaha menggali pengetahuan awal siswa dengan meminta siswa ke depan mengelompokkan. Guru juga menginformasikan kegiatan yang akan dilakukan.
MENUTUP PELAJAJR A N CG3 Ketika menutup kegiatan
belajar mengajar, guru meninjau kembali materi yang telah dibelajarkan. Selain itu guru menginformasikan materi ajar berikutnya, memberikan tugas kepada siswa dan melakukan evaluasi.
Ketika menutup kegiatan belajar mengajar, guru meninjau kembali materi yang telah dibelajarkan. Selain itu guru menginformasikan materi ajar berikutnya, memberikan tugas kepada siswa dan melakukan evaluasi.
Ketika menutup kegiatan belajar mengajar, guru meninjau kembali materi yang telah dibelajarkan. * Selain itu guru memberikan tugas kepada siswa dan melakukan evaluasi.
Guru berusaha meninjau kembali pelajaran dengan melakukan evaluasi lisan. Materi dan tugas selanjutnyajuga dikomunikasikan
2 7
Video Pembelajaran
Komentar Komentar coach Video Pembelajaran Calon guru Guru pemula Guru
Komentar coach
CGI Ketika menutup kegiatan belajar mengajar, guru meninjau kembali materi yang telah dibelajarkan. Selain itu guru menginformasikan materi ajar berikutnya, memberikan tugas kepada siswa dan melakukan evaluasi
Guru tidak meninjau kembali materi yang telah dibelajarkan ketika mengahiri kegiatan belajar mengajar. Namun demikian guru telah menginformasikan bahan ajar berikutnya, memberikan tugas kepada siswa dan melakukan evaluasi
Ketika menutup kegiatan belajar mengajar, guru meninjau kembali materi yang telah dibelajarkan. Akan tetapi guru tidak menginformasikan materi ajar berikutnya. Namun demikian guru telah memberikan tugas kepada siswa dan melakukan evaluasi
Guru telah berusaha meninjau kembali pelajaran denagn melakukan evaluasi lisan. Bahan dan tugas untuk pertemuan selanjutnya hanya diinfornasikan secara sangat singkat.
G12 Ketika menutup kegiatan belajar mengajar, guru meninjau kembali materi yang telah dibelajarkan, menginformasikan bahan berikutnya, memberikan tugas dan melakukan evaluasi
Ketika menutup kegiatan belajar mengajar, guru meninjau kembali materi yang telah dibelajarkan. Namun guru tidak menginformasikan bahan berikutnya, tidak memberikan tugas dan tidak melakukan evaluasi
Ketika menutup kegiatan belajar mengajar, guru meninjau kembali materi yang telah dibelajarkan. Namun guru tidak menginformasikan bahan berikutnya, tidak memberikan tugas dan tidak melakukan evaluasi
Guru telah membantu siswa untuk menyimpulkan kegiatan yang telah dilakukan. Guru tidak melakukan evaluasi maupun menginformasikan bahan dan tugas selanjutnya.
G i l Ketika menutup kegiatan belajar mengajar, guru tidak meninjau kembali materi yang telah dibelajarkan. Guru menginformasikan bahan berikutnya dan memberikan tugas kepada siswa, namun guru tidak melakukan evaluasi
Ketika menutup kegiatan belajar mengajar, guru tidak meninjau kembali materi yang telah dibelajarkan dan tidak menginformasikan bahan berikutnya. Guru memberikan tugas kepada siswa, namun tidak melakukan evaluasi
Ketika menutup kegiatan belajar mengajar, guru tidak meninjau kembali materi, tidak menginformasikan bahan berikutnya, dan mengevaluasi. Guru memberikan tugas kepada siswa.
Kegiatan menutup pelajaran terkesan sangat mendadak. Tidak ada kesempatan untuk membahas apa yang telah dilakukan. Guru telah menginformasikan tugas yang harus dilakukan.
2 8
5.3.2 Pengujian blueprint paket program coaching
Untuk keperluan perbaikan paket program coaching, telah dijuga dilakukan pengkajian
terbatas terhadap kualitas paket program coaching tersebut. Hasil penilaian responden
terhadap program coaching yang dikembangkan menunjukkan bahwa paket program
coaching tersebut sudah bisa dipakai walaupun masih ada beberapa kelemahan (lihat
Tabel 5.11).
Tabel 5 .11 Skor komentar responden tentang paket program coaching
INO. Item Penilai rerata INO. Item
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Kualitas tampilan
Kontras Warna 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3.8 Ukuran Huruf 4 4 4 5 4 4 4 4 3 4 4 Keterbacaan 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4.1 Latar Belakang 4 *> j 3 3 4 3 4 4 3 3 3.4 Tata Letak 3 3 *>
J 3 4 4 4 4 3 4 3.5 2 Kualitas Video
Kontras Gambar 4 3 4 4 3 3 3 3 3 ^ 3.3 Kualitas Suara i 3 5 4 J 5 j 2 3 Kecerahan 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3.2
3 Icon (Lambang) Ukuran J 3 4 4 4 4 3 4 4 3.6 Kesesuaian 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3.9
4 Ruang/Bidang Komentar Kemudahan Mengisi 3 J 4 3 4 4 3 4 *> J 3.4 Keleluasaan Menulis J -» J J 4 4 4 4 -> J 4 4 3.6
5 Perekaman Biodata 4 4 5 3 5 4 4 *•> 5 4 4.1 6 Operasional Penggunaan
Kemudahan 3 3 3 4 5 4 *> 3 4 4 3.6 Kelengkapan Petunjuk 4 4 4 4 4 ~* j *•» J 4 3.6
Rerata 3.6
Tabel 5.11 menunjukkan bahwa secara umum paket program coaching yang telah
dikembangkan sudah cukup baik (rata-rata skor 3,6 dari skor maksimum 5). Kualitas
video dan ruang penulisan komentar merupakan aspek yang masih perlu diperbaiki
mengingat skor untuk hal-hal tersebut masih relatif rendah. Karena beberapa kendala, ada
beberapa video yang kualitas gambar atau suaranya kurang baik. Gambaran umum
komentar para responden tentang paket program coaching dirangkum dalam Tabel 5.12.
29
Tabel 5.12 Komentar responden tentang paket program coaching
No. Item Komentar
1 Kualitas tampilan Kontras Warna Ukuran Huruf Keterbacaan Latar Belakang Tata Letak
Secara umum, sudah cukup baik dan kualitas tampilannya lumayan, tetapi warnanya yang abu-abu kurang menarik.
2 Kualitas Video Kontras Gambar Kualitas Suara Kecerahan
Ada sebagian video yang gambar gelap, kurang jelas dan buram, suara kurang jelas dan kecerahannya juga kurang.
3 Icon (Lambang) Ukuran Kesesuaian
Sudah cukup baik, menarik dan sesuai dengan luas tampilan dan mudah dibaca.
4 Ruang/Bidang Komentar Kemudahan Mengisi Keleluasaan Menulis
Sudah cukup baik, mudah dan jelas. Ruang untuk menulis komentar membuat pengamat lebih leluasa untuk memberikan komentar
5 Perekaman Biodata Sudah cukup baik, jelas dan memudahkan dalam pengisian
6 Operasional Penggunaan Kemudahan Kelengkapan Petunjuk
Kemudahan penggunaan software sudah cukup baik, tetapi petunjuk pengisian masih kurang
Komentar responden tentang kualitas paket program coaching juga menunjukkan bahwa
paket tersebut secara umum sudah bisa digunakan untuk coaching walaupun ada beberapa
aspek yang masih perlu perhatian, misalnya kualitas video, tampilan, dan petunjuk
pengoperasian.
5.3.3 Manfaat paket program coaching
Perubahan dalam mengajar bukanlah sesuatu yang mendadak namun merupakan sebuah
proses. Agar seorang guru lebih baik praktik mengajarnya diperlukan beberapa proses,
yaitu:
1. Guru menyadari menyadari bahwa ada kelemahan dalam dirinya yang perlu
diperbaiki.
2. Ada ide tentang bagaimana memperbaikinya kelemahan yang dimiliki.
3. Ada motivasi yang kuat untuk untuk meningkatkan kemampuan diri
30
4. Ada dukungan yang memadai untuk menerapkan usaha perbaikan tersebut.
Poin 1-3 merupakan hal-hal yang dapat dicapai dengan coaching berbasis video ini
sedangkan poin ke-4 dipengaruhi oleh kondisi sekolah dan beberapa faktor terkait.
Untuk mengukur kemanfaatan paket program coaching terkait poin 1-3, coachee
responden yang telah menggunakan paket program coaching diminta untuk memberikan
komentar. Secara umum terungkap bahwa paket program coaching yang telah
dikembangkan bisa memenuhi kondisi sebagaimana tercantum pada poin 1-3 (Tabel
5.13). Satu-satunya aspek yang dirasa kurang bermanfaat adalah dalam membantu
coachee untuk menemukan kelebihan yang dimilikinya.
Tabel 5.13 Manfaat paket program coaching bagi coachee
No Aspek Coachee Rata-rata No Aspek
CG GP GL
Rata-rata
1 Menemukan kelemahan/kekurangan Anda dalam hal mengelola waktu
3,0 3,0 4,0 3,4
2 Menemukan kelemahan/kekurangan Anda dalam hal mengelola kelas
3,0 3.3 4.0 3.5
3 Menemukan kelemahan/kekurangan Anda dalam hal mengelola media pembelajaran
3,0 3.3 3.8 3.4
4 Menemukan kelemahan/kekurangan Anda dalam hal keterampilan membuka pelajaran
3,0 3,5 4,0 3,6
5 Menemukan kelemahan/kekurangan Anda dalam hal keterampilan menutup pelajaran
3,0 3,3 4,0 3,5
6 Mengenali kelemahan/kekurangan Anda dalam penguasaan materi
2,7 3,3 3,7 3,2
7 Menyadari kelebihan Anda dalam melaksanakan pembelajaran
2,3 3,0 3,3 2,9
8 Menemukan gagasan baru untuk perbaikan pembelajaran
3,3 3,7 3,8 3,6
9 Menemukan gagasan baru untuk mengatasi kelemahan/kekurangan Anda
3,0 3,5 4,0 3,6
10 Membangkitan motivasi diri untuk senantiasa melakukan perbaikan diri dalam melaksanakan proses pembelajaran
3,7 3,0 3,8 3,4
31
1 1 11
Membangkitkan keinginan untuk melanjutkan studi
A A
4,0 A O
2,8 3,0 3,1
1 o 12
Membangkitkan keinginan Anda untuk mengikuti forum ilmiah guru (misalnya seminar pertemuan MGMP)
1 A 3,0
A O 2,8
3,5 3,1
13 Meningkatkan kemampuan diri melalui baca buku yang berkaitan dengan proses belajar mengajar
3,0 3,0 3,5 3,2
14 Membangkitkan keinginan untuk melakukan penelitian
3,3 3,0 3,8 3,4
15 Membangkitkan kembali keinginan Anda untuk melakukan perbaikan dalam pembelajaran
3,7 3,5 4,0 3,7
16 Memberikan dorongan bagi Anda untuk merealisasikan ide yang Anda miliki
3,0 3,0 4,0 3,4
17 Memberikan tantangan bagi Anda untuk menjadi guru yang lebih profesional
4,0 3,3 4,0 3,7
Rata-rata 3,2 3,2 3,8 3,4
Keterangan:
CG = Calon Guru (mahasiswa yang sudah berlatih mengajar dalam peer teaching)
GP = Guru Pemula (lulusan baru yang belum mengajar)
GL = Guru Berpengalaman (guru yang sudah berpengalaman mengajar beberapa tahun)
Adanya perbedaan rata-rata skor antara calon guru dan guru pemula di satu sisi dengan
guru yang sudah berpengalaman di sisi lain menunjukkan bahwa paket program coaching
ini memberikan manfaat lebih banyak bagi guru dibandingkan calon guru ataupun guru
pemula. Pengalaman nyata dalam menghadapi problematika pembelajaran di lapangan
tampaknya memberikan kesadaran bagi guru-guru untuk lebih meningkatkan kemampuan
mengajarnya.
32
BAB V I
K E S I M P U L A N DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang dikumpulkan dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut.
Pertama, dari tiga jenis keterampilan dasar mengajar (keterampilan membuka
pelajaran, keterampilan menutup pelajaran, dan keterampilan bertanya), calon guru dan
guru ternyata masih lemah. Dalam membuka pelajaran baik calon guru maupun guru
sangat jarang menggali pengetahuan awal siswa. Khusus untuk calon guru mereka juga
lemah dalam memotivasi siswa dan menarik perhatian siswa. Untuk kegiatan menutup
pelajaran, baik calon guru maupun guru jarang melakukan evaluasi, menginformasikan
materi selanjutnya, dan tugas-tugas yang harus dilakukan. Terkait keterampilan bertanya,
calon guru ternyata masih sangat lemah dalam keterampilan mengajukan pertanyaan
terbuka.
Kedua, hasil kajian literatur yang dilakukan mengarahkan akan perlunya coaching
sebagai salah satu alternatif pengembangan profesionalisme guru. Berbeda dari program-
program peningkatan profesionalisme yang telah ada, coaching berbasis video bersifat
lebih personal (sehingga bisa memenuhi kebutuhan guru yang beragam) dan kontekstual
(sesuai dengan permasalahan yang dihadapi guru di lapangan).
Ketiga, paket program coaching yang telah dikembangkan sudah dapat digunakan
walaupun masih memerlukan beberapa penyempurnaan. Beberapa hal yang masih perlu
penyempurnaan antara lain adalah kualitas video, tampilan, dan petunjuk pengoperasian.
Uji coba terbatas yang telah dilakukan menunjukkan bahwa paket program coaching
tersebut bisa membantu coachee (terutama guru) untuk menyadari kelemahan dalam
dirinya yang perlu diperbaiki, mendapatkan ide untuk memperbaikinya kelemahan yang
dimiliki, dan memotivasi mereka untuk meningkatkan kemampuan diri. Namun demikian
coachee belum bisa menemukan kelemahan video pembelajaran yang diamati dari sisi
kecukupan waktu untuk setiap aspek penting dalam membuka dan menutup pelajaran.
33
6.2 Saran
Berdasarkan temuan-temuan yang telah diperoleh, ada beberapa saran yang perlu
dilakukan.
Pertama, software yang telah dikembangkan (Videoanalyzer) perlu lebih
disempurnakan sehingga lebih user friendly dan bisa lebih fleksibel dalam pemberian
komentar. Komentar dan skor yang diberikan coachee hendaknya bisa langsung
terorganisir dalam database sehingga coachee bisa dengan mudah memaknai hasil
komentarnya. Dalam software tersebut hendaknya juga dilengkapi dengan pesan coach,
sehingga coachee bisa membukanya apabila diperlukan.
Kedua, video yang digunakan hendaknya dipilih video yang betul-betul bagus
kualitasnya baik dari sisi gambar maupun suara. Selain itu agar coachee punya informasi
yang lebih lengkap perlu juga diberikan video pembelajaran biologi yang "diharapkan".
Agar paket program coaching lebih mengena perlu juga disajikan video pembelajaran
yang berasal dari calon guru dalam peer teaching.
Ketiga, uji coba paket program coaching perlu terus dilakukan dengan subjek
yang semakin banyak dan semakin beragam, misalnya guru SD, dosen, dan widyaiswara.
Dengan demikian akan diperoleh masukan yang semakin banyak untuk perbaikan-
perbaikan.
34
DAFTAR PUSTAKA
Adey, P., Hewill, G., Hewitt, J. & Landau, N. (2004). The professional development of teachers: Practice and theory. Dordrecht: Kluwer Academic Publishers.
Borg, W. R., & Gall, M . D. (1989). Educational Research: An Introduction. New York: Longman.
Clarke, D. (2001). Teaching/Learning. In D. Clarke (Ed.), Perspectives on Practice and Meaning in Mathematics and Science Classrooms (pp. 291-320). Dordrecht: Kluwer Academic Publishers.
Cooper, B. S., Sarrel, R., Darvas, P., Alfano, F., Meier, E., Samuels, J., et al. (1994). Making money matter in education: A micro-financial model for determining school-level allocations, efficiency, and productivity. Journal of Educational Finance, 20, 66-87.
Davis, K. S. (2003). "Change is hard": What science teachers are telling us about reform and teacher learning of innovative practices. Science and Education, #7(1), 3-30.
1/ Duit, R., Euler, M . , Friege, G., Komorek, M. , & Mikelskis-Seifert, S. (2003). Physik im Kontext. Ein Programm zur Verbesserung der naturwissenschaftlichen Grundbildung durch Physikunterricht [Physics in Context - A program to improve scientific literacy in physics instruction]. Occational Paper. IPN Kiel - Germany.
v Duit, R., Widodo, A., & Mueller, C. (2007). Conceptual change ideas - Teachers' views and their instructional practice. In S. Vosniadou (Ed.). Advances in Learning and Instruction, (in print)
L Fischler, H. (2004). Grundsaetze fachdidaktischen Coachings [Dasar-dasar coaching untuk pendidikan bidang studi]. In A. Pitton (Ed.), Chemie- undphysikdidaktische Forschung und naturwissenschaftliche Bildung (pp. 176-178). Muenster: LIT Verlag.
Fischler, H., & SchrOder, H.-J. (2003). Fachdidaktisches coaching fiir Lehrende in der Physik [Subject-related coaching for physics teachers]. Zeitschrift fiir Didaktik der Natunvissenschaften, 9, 43-62.
Fischler, H., Schroeder, H.-J., Tonhaeuser, C , & Zedler, P. (2002). Unterrichtssckripts und Lehrerexpertise: Bedingungen ihrer Modifikation. Zeitschrift fur Paedagogik, 45, 157-172.
Good, T. L., & Brophy, J. E. (1978). Looking in Classrooms. New York: Harper & Row Publishers.
«, Haney, J. J., & McArthur, J. (2002). Four case studies of prospective science teachers' beliefs concerning constructivist teaching practices. Science and Education, 86,
Hewson, P. W., Tabachnick, B. R., Zeichner, K. M. , & Lemberger, J. (1999). Educating prospective teachers of biology: Findings, limitations, and recommendations. Science Education, 83(3), 373-384.
Hinduan, A. A. (2005). Meningkatkan Profesionalisme Guru IPA Sekolah. Paper presented at the Seminar Nasional Himpunan sarjana dan Pemerhati pendidikan Indonesia, Bandung.
Labudde, P., Gerber, B., & Knierim, B. (2003). Integrated science in a constructivist oriented approach: Between vision and reality. Paper presented at the ESERA.
Mellado, V. (1998). The classroom practice of preservice teachers and their conceptions of teaching and learning. Science Education, 82, 197-214.
OECD/UNESCO-UIS. (2003). Literacy Skills for the World of Tomorrow: Further results from PISA 2000: OECD/UNESCO-UIS (http://www 1 .oecd.org/publications).
783-802.
55
Parchmann, I . , Graesel, C , & Fey, A. (2004). Kooperation von Praxis und Forschung. In A. Pitton (Ed.), Chemie- und physikdidaktische Forschung und naturwissenschaftliche Bildung. Muenster: LIT Verlag.
Pintrich, P. R., Marx, R. W., & Boyle, R. A. (1993). Beyond cold conceptual change: The role o f motivational beliefs and classroom contextual factors in the process o f conceptual change. Review of Educational Research, (55(2), 167-199.
Prenzel, M. , Duit, R., Euler, M. , & Lehrke, M . (1999). Lehr-Lern-Prozesse im Physikunterricht: Eine Videostudie. Projektantrag an die DFG [Teaching and learning processes in physics: A video study. Application for funding a project sent to the German Sciece Foundation]. Kiel: IPN - Institute for Science Education.
Rimmele, R. (2004). The Videograph: A Videoanalyses Program: Leibniz Institute for Science Education, Kiel, Germany. http://www.ipn.uni-kiel.de/aktuell/videograph/htmStart.htm.
Schroder, H.-J., & Fischler, H . (2003). Subject-related pedagogical coaching: A case study. Paper presented at the ESERA Conference, Noordwijkerhout, The Netherlands.
Schroeder, H.-J., & Fischler, H. (2004). Fachdidaktisches Coaching: Methoden der Beratung an einem Fallbeispliel. In A. Pitton (Ed.), Chemie- und physikdidaktische Forschung und naturwissenschaftliche Bildung (pp. 179-181). Muenster: LIT Verlag.
Stigler, J. W., Gonzales, P., Kanakawa, T., Knoll, S., & Serrano, A. (1999). The TIMSS Videotape Classroom Study: Methods and findings from an exploratory research project on eight-grade mathematics instruction in Germany, Japan, and the United States. U.S. Department o f Education, National Center for Education Statistics (1999NCES 99-074). Washington, D C : U.S. Government Printing Office (http://nces.ed.gov/timss).
Stigler, J. W., & Hiebert, J. (1999). The Teaching Gap. New York: The Free Press. Tim-PPM-FPMIPA-IKIP-Bandung. (1998). Pemantapan Rancangan Penelitian
A^/as.Unpublished manuscript, Bandung. Widodo, A. (2004a). Constructivist Oriented Lessons: The learning environment and the
teaching sequences. Frankfurt: Peter Lang. !/ Widodo, A. (2004b). Videos of lessons: A mean to understand classroom reality and a
resource to improve science lessons. ISTECS, 5, 65-73. Widodo, A. (2005). Analisis Pembelajaran Biologi dengan Menggunakan video. Paper
disajikan dalam Seminar Nasional Himpunan Sarjana dan Pemerhati Pendidikan IPA Indonesial, Bandung.
[ Widodo, A. & Erni Yuliah. (2005). Analisis Struktur Penyajian materi Sains (Biologi) di Sekolah Menengah Pertama. (in press)
Widodo, A., & Nurhayati, L. (2005). Tahapan Pembelajaran yang Konstruktivis: Bagaimanakah Pembelajaran Sains di Sekolah? Paper disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Bandung.
J Widodo, A. & Sintya Pujiastuti. (2005). Analisis Pertanyaan dalam Proses Pembelajaran Sains (Biologi) di Sekolah Menengah Pertama (in press)
VWidodo, A. & Vidia Ramdhaningsih. (2006). Analisis kegiatan Praktikum Biologi dengan menggunakan video. Metalogika, 9(2). 146-158.
l /Widodo, A. Riandi, Amprasto & Ana Ratna Wulan. (2006). Analisis dampak program-program peningkatan profesionalisme guru sains terhadap peningkatan kualitas pembelajaran sains di sekolah. Laporan penelitian Hibah Kebijakan Balitbang Depdiknas.
36
/ / Widodo, A. Unang Sumarno, Mimin Nurjhani & Riandi. (2006). Peranan lesson study
dalam peningkatan kemampuan mengajar mahasiswa calon guru. Laporan penelitian Hibah Kompetitif UPI.
Widodo, A. (2006). Profil pertanyaan guru dan siswa dalam pembelajaran sains. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. 4(2), 139-148.
37
LAMPIRAN-LAMPIRAN
38
L A M P I R A N 1
Format Penilaian Software Pembelajaran Petunjuk: Nyatakan penilaian anda dengan member tanda V pada kolom yang sesuai, terhadap item -item di bawah ini, dengan kriteria sebagi berikut:
Penilaian 1 2 3 4 5
Sangat jelek Jelek Sedang Baik Sangat Baik
No Item Penilaian Komentar 1 2 3 4 5
1 Kualitas tampilan Kontras wama Ukuran huruf XT A 1
Keterbacaan Latar belakang Tata letak
2 Kualitas video Kontras gambar rvUalllao Midi a Kecerahan
3 Icon (iambang) Ukuran Kesesuaian
4 Ruang/bidang komentar Kemudahan mengisi Keleluasaan menulis
5 Perekaman biodata
6 Operasional Penggunaan Kemudahan Kelengkapan petunjuk
Catatan: Judul file video yang dianalisis: I. 2. 3. 4. 5. 6.
39
LA MP I RAN 2
A N G K E T M A N F A A T PAKET PROGRAM COACHING
Anda telah mengamati dan memberikan komentar terhadap beberapa video pembelajaran biologi. Sebagai calon guru/guru, seberapa bermanfaat pengalaman menyaksikan video tersebut terhadap hal-hal berikut? Berilah tanda V pada kolom yang sesuai untuk tiap-tiap pernyataan. SS = Sangat setuju S = Setuju TS = Tidak Setuju STS = Sangat Tidak Setuju
No Pernyataan Pendapat No Pernyataan
SS S TS STS
1 Menemukan kelemahan/kekurangan Anda dalam •
hal mengelola waktu
2 Menemukan kelemahan/kekurangan Anda dalam
hal mengelola kelas
3 Menemukan kelemahan/kekurangan Anda dalam
hal mengelola media pembelajaran
4 Menemukan kelemahan/kekurangan Anda dalam
hal keterampilan membuka pelajaran
5 Menemukan kelemahan/kekurangan Anda dalam
hal keterampilan menutup pelajaran
6 Mengenali kelemahan/kekurangan Anda dalam
penguasaan materi
7 Menyadari kelebihan Anda dalam melaksanakan
pembelajaran
8 Menemukan gagasan baru untuk perbaikan
pembelajaran
9 Menemukan gagasan baru untuk mengatasi
kelemahan/kekurangan Anda
10 Membangkitan motivasi diri untuk senantiasa
melakukan perbaikan diri dalam melaksanakan
proses pembelajaran
11 Membangkitkan keinginan untuk melanjutkan studi
40
12 Membangkitkan keinginan Anda untuk mengikuti
forum ilmiah guru (misalnya seminar, pertemuan
MGMP)
13 Meningkatkan kemampuan diri melalui baca buku
yang berkaitan dengan proses belajar mengajar
14 Membangkitkan keinginan untuk melakukan
penelitian
15 Membangkitkan kembali keinginan Anda untuk
melakukan perbaikan dalam pembelajaran
16 Memberikan dorongan bagi Anda untuk
merealisasikan ide yang Anda miliki
17 Memberikan tantangan bagi Anda untuk menjadi
guru yang lebih profesional
Terima kasih atas kerjasama dan bantuan Anda
41
LA MP I RAN 3
C U R R I C U L U M V I T A E PENELITI
1. Ketua Peneliti Nama dan gelar lengkap NIP Jenis Kelamin Tempat dan Tanggal Lahir Pangkat/Golongan Alamat Kantor
Alamat Rumah Telepon E-mail
: Dr. Ar i Widodo, M.Ed. :131998644 : Laki-laki :Grobogan, 27 Mei 1967 : Penata Tk. I / I I I d : Jurusan pendidikan Biologi FPMIPA UPI
Jl. Dr. Setiabudhi 229 Bandung (40154) Kp. Babakan Rt 02/09 Cikole-Lembang, Bandung 081321656749 [email protected]
Pendidikan Formal Perguruan Tinggi Tempat Tamat Gelar Bidang
IKIP Bandung Bandung 1991 Sarjana Pend. Biologi
Deakin University Melbourne -Australia
1996 Master Pendidikan Sains
Universitaet Kiel Kiel - Jerman 2004 Doktor Pendidikan Sains
Pengalaman kerja Instansi Jabatan Waktu
UPI Dosen Jurusan Pendidikan Biologi 1992-sekarang
Pengalaman Penelitian (5 tahun terakhir) Judul penelitian Jabatan Tahun
Peningkatan kemampuan siswa SD mengajukan pertanyaan produktif untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran IPA berbasis praktikum sederhana
Ketua Penelitian PTK
2005
Peranan Lesson Study dalam peningkatan kemampuan mengajar guru dan mahasiswa calon guru
Ketua penelitian Hibah UPI
2006
Analisis dampak program-program peningkatan profesionalisme guru sains terhadap peningkatan kualitas pembelajaran sains di sekolah
Ketua hibah penelitian kebijakan Depdiknas
2006
Pengembangan model-model pembelajaran berbasis teknologi informasi untuk mengembangkan keterampilan generik sains dan berpikir tingkat tinggi pebelajar
Anggota penelitian Hibah Pascasarjana
2007
42
Daftar Publikasi (5 tahun terakhir) Widodo, A. (2004). Videos o f lessons: A mean to understand classroom reality and a
resource to improve science lessons. ISTECS, 5, 65-73. Widodo, A. & Duit, R. (2004). The practice of constructivist teaching and learning in
ordinary classroom settings. Proceedings of the the Annual Meeting of the National Association for Research in Science Teaching (NARST), Vancouver, Canada.
Widodo, A. & Duit, R. (2004). Constructivist teaching sequences. In A. Pitton (Ed). Chemie- und physikdidaktische Forschung und naturwissenschaftliche Bildung. Muenster: LIT Verlag.
Widodo, A. (2004). Constructivist Oriented Lessons: The Learning Environments and the Teaching Sequences. Frankfurt am Main: Peter Lang.
Widodo, A., & Duit, R. (2004). Konstruktivistische Sichtweisen vom Lehrern und Lernen und die Praxis des Physikunterrichts. Zeitschrift fiir Didaktik der Naturwissenschaften, 10, 233-255.
Widodo, A., & Nurhayati, L. (2005). Tahapan Pembelajaran yang Konstruktivis: Bagaimanakah Pembelajaran Sains di Sekolah? Paper disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Umu Pengetahuan Alam, Bandung.
Widodo, A. (2005). Analisis Pembelajaran Biologi dengan Menggunakan video. Paper disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan IPA I I I , Bandung.
Widodo, A. (2005). Taksonomi Tujuan Pembelajaran. Didaktis. 4(2), 61-69. Widodo, A . & Duit, R. (2005). Konstruktivistische Lehr-Lern-Sequencen und die Praxis
des Physikunterrichts. Zeitschrift fiir Didaktik der Naturwissenschaften, 11, 131-146.
Widodo, Yeti Sumiati & Cucu Setiawati. (2006). Peningkatan Kemampuan Siswa SD untuk Mengajukan Pertanyaan Produktif. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. 4(1), 1-12.
Widodo, A. & Ramdhaningsih, V. (2006). Analisis kegiatan praktikum biologi dengan menggunakan video. Metalogika. 9(2), 146-158.
Widodo, A. (2006). Profil pertanyaan guru dan siswa dalam pembelajaran sains. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. 4(2), 139-148.
Widodo, A. (2006). Taksonomo Bloom dan Pengembangan Butir Soal. Buletin Puspendik. 3(2), 18-29.
Widodo, A. (2007). Konstruktivisme dan pembelajaran sains. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 13(1), 91-105).
Duit, R., Widodo, A., & Mueller, C. (2007). Conceptual change ideas - Teachers' views and their instructional practice, in S. Vosniadou, A. Baltas and X. Vamvakoussi (Ed.). Reframing the conceptual change approach in learning and Instruction. Amsterdam: Elsevier.
Bandung, 30 Oktober 2007
Dr. Ari Widodo, M . Ed.
43
2. Anggota T im Peneliti Nama dan gelar lengkap NIP Jenis Kelamin Pangkat/Golongan Alamat Kantor
:Drs. Riandi, M. Si. : 131772450 : Laki-laki : Penata Tk. I / III d : Jurusan pendidikan Biologi FPMIPA UPI JL Dr. Setiabudhi 229 Bandung (40154)
Pendidikan Formal Nama Perguruan Tinggi Tempat Tahun Gelar Bidang
IKIP Bandung Bandung Sarjana Pend. Biologi
Universitas Gajah Mada Yogyakarta Magister Biologi
Pengalaman Penelitian Judul Penelitian Sumber Dana Tahun
Kajian Kemampuan dan Keterampilan Non-Kognitif Siswa SMU dalam Pelaksanaan Kegiatan Praktikum Biologi Di SMU
Hibah Duelike
2002
Kesulitan-kesulitan Guru Biologi dalam Membelajarkan Topik-topik Biologi yang Berkaitan dengan Biologi Molekuler
Hibah Duelike
2003
Analisis dampak program-program peningkatan profesionalisme guru sains terhadap peningkatan kualitas pembelajaran sains di sekolah. Laporan penelitian Hibah Kebijakan Balitbang Depdiknas.
Hibah Kebijakan Depdiknas
2006
Peranan lesson study dalam peningkatan kemampuan mengajar mahasiswa calon guru
Hibah Kompetitif UPI
2006
Pengalaman Pelatihan Nama Pelatihan Tempat Tahun
Teknik Isolasi DNA Sebagai Tahap Awal Persiapan Analisis DNA
ITB - Bandung 2002
Mathematics and Science Education (Lesson Study & E-Learning)
Tokyo - Jepang 2004
Daftar Karya Tulis Ilmiah Riandi. (2000). Teknik Laboratorium. Bandung: IMSTEP-JICA. Riandi. (2005). Lesson Study sebagai Sarana Penyebarluasan Inovasi Pembelajaran IPA.
Paper disajikan dalam Seminar Nasinal IPA dan Pembelajarannya, Bandung. Riandi. (2006). Keragaman genetik ikan lele (Clarias batrachus L.) berdasarkan
pengamatan protein dan enzim dan aplikasinya pada program S-l kependidikan biologi. Metalogika, 9(2), 191-201.
44
3. Anggota T im Peneliti Nama NIP Jenis Kelamin Tempat dan Tanggal Lahir Pangkat/G o 1 o n gan Jabatan Alamat Kantor Telepon
: Drs. Bambang Supriatno, M . Si. :131772451 : Pria : Bandung, 21 Mei 1963 : Penata Tk. I/IIId : Lektor : JL Dr. Setiabudhi 229 Bandung :(022)2001937
Pendidikan Formal Nama Perguruan
Tinggi Tempat Tahun Gelar Bidang
IKIP Bandung Bandung 1987 Sarjana Pend. Biologi UGM Yogjakarta 1995 Master Biologi
Pengalaman Penelitian Judul penelitian Jabatan Tahun
Identifikasi serangga yg hidup di kebun botani Ketua 1997
Fisiologi dan biomassa rumput laut Thallasia hempricii di daerah pasang surut Cagar Alam leuweung Sancang
Ketua 1997
Identifikasi tumbuhan lumut gunung Tangkuban Perahu
Ketua 1999
Publikasi Bambang Supriatno. (2002). Optimalisasi peralatan laboratorium dalam pelajaran
biologi. Bambang Supriato. (2003). Pengembangan Laboratorium. Bambang Supriatno. (2005). Pembuatan micrometer untuk mengukur laju potensial
dan respirasi tumbuhan. Makalah disajikan dalam seminar nasional HISPPIPAI, Bandung.
Amprasto, Bambang Supriatno & Tina Safarina. (2005). Pembelajaran praktikum ekologitumbuhan dengan metode riset mini dengan memanfaatkan tutor sebaya. Jurnal Pembelajaran MIPA. 6(1), 23-29.
Bandung, 30 Oktober 2007 Yang bersangkutan,
Drs. Bambang Supriatno, M . Si.
46
D R A F T A R T I K E L I L M I A H
47
V I D E O - B A S E D C O A C H I N G T O I M P R O V E T E A C H E R S ' T E A C H I N G S K I L L S :
D E V E L O P I N G A COACHING P A C K A G E
Ari Widodo, Riandi, Bambang Supriatno Department of Biology Education FPMIPA UPI
Abstract This paper presents results of the first phase of a three-year research project on video-based coaching. The project aims at developing a video-based coaching program to improve teachers' teaching skills (preservice and inservice teachers). As part of the project a coaching package was developed. The package consists of a video software (video analyzer), a number of video on biology lessons specially chosen for the coaching purpose, and instruments for assessing the changes of teachers' teaching skills. A video analyses software specially design for coaching was developed. The software allows teachers to observe scenes o f biology lessons taught by others. The scenes are specially chosen to address specific teaching skills. After observing the videos teachers are required to write their comments on the teaching skills (e.g. questioning skills, opening a lesson, closing a lesson). The purpose of the activity is to encourage teachers to reflect on their own teaching practice so that they can identify some weaknesses as well as strengths in their teaching. The video also provide teachers with ideas on how to improve their teaching. Preliminary findings suggest that despite its limitations, the package can be used for coaching (and analyses of lessons in general). Coach and coachee using the package can identity strengths and weaknesses of the lessons presented.
Keywords: video-based coaching, teaching skills, analyses o f lessons, video analyzer
Pendahuluan
Program-program peningkatan kualitas guru sudah banyak dilakukan. Meskipun
demikian kegiatan-kegiatan seperti itu tidak memberikan perubahan berarti bagi
pembelajaran di dalam kelas. Setelah mengikuti suatu kegiatan penataran, cara guru
mengajar tetap saja seperti sebelum mengikuti kegiatan penataran (Widodo, Riandi,
Amprasto & Ana Ratna Wulan, 2006). Kondisi ini jelas menuntut perlunya alternatif baru
dalam usaha peningkatan kemampuan mengajar guru/calon guru (Hinduan, 2005).
Berdasarkan pengalaman dalam program peningkatan profesionalisme guru di
Karibia dan Indonesia, Adey, Hewitt, Hewitt, dan Landau (2004) menyatakan bahwa
perubahan di sekolah dan pembelajaran perlu memperhatikan beberapa hal berikut.
i
48
a. Proses penyusunan kurikulum harus benar-benar melibatkan guru sehingga guru
bukan sekedar pengguna yang ditunjuki "bagaimana cara menggunakannya".
b. Perubahan tidaklah dapat dipaksakan. Guru hendaknya diperlakukan sebagai
partner dalam program yang dilakukan.
c. Coaching dalam kelas merupakan sesuatu yang esensial. Coaching berperan
penting sebagai pembawa perubahan pedagogi praktis dalam kelas.
2. Perubahan berlangsung secala pelan, tidak menentu, kadang berbalik lagi, namun
kadang juga bergerak maju.
Untuk mengubah praktik mengajarnya, seorang guru memerlukan lebih dari
sekedar penjelasan bagaimana cara mengajar yang baik. Supaya setelah mengikuti suatu
program peningkatan kemampuan mengajar guru bisa mempraktekkan apa yang
diperolehnya, program tersebut harus memenuhi beberapa ciri.
a. Bisa membuat guru reflektif, artinya bisa mengarahkan guru agar menyadari dan
menemukan "kelemahan" dan "kelebihan" yang dimilikinya dalam mengajar
(Fischler, 2004). Seseorang tidak akan mau berubah apabila dia tidak menyadari
bahwa ada sesuatu kurang baik yang harus diperbaiki.
b. Memperhatikan prinsip-prinsip perubahan konsepsi. Analog dengan prinsip dasar
konstruktivisme, bahwa setiap orang mcmiliki pengetahuan awal, program
peningkatan profesionalisme guru juga harus memperhatikan pengetahuan awal
yang dimiliki guru tentang belajar dan mengajar (Davis, 2003; Fischler &
Schroder, 2003; Haney & McArthur, 2002). Apabila penelitian tentang perubahan
konsepsi menyatakan bahwa perubahan konsepsi berlangsung sangat sulit, maka
perubahan praktek mengajar berlangsung lebih sulit lagi.
c. Memperhatikan aspek emosi, pandangan, dan keyakinan guru. Suatu perubahan
yang mendasar bukan hanya sekedar melibatkan aspek kognitif tetapi juga aspek
non kognitif (Fischler, 2004; Pintrich, Marx, & Boyle, 1993).
3. Memberikan contoh nyata yang berasal dari lapangan (Davis, 2003; Hewson,
Tabachnick, Zeichner, & Lemberger, 1999). Contoh nyata dari lapangan membuat
guru yakin bahwa sesuatu yang baru dipelajari adalah sesuatu yang memang bisa
dilakukannya.
4. Memberikan dukungan pada saat pelaksanaan di lapangan. Perubahan bukanlah
suatu loncatan, namun merupakan suatu proses yang bertahap (Fischler, 2004).
49
Oleh karena itu, guru harus tetap mendapatkan dukungan^antuan pada saat
menerapkan apa yang telah dipelajari.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang telah diuraikan, coaching berbasis
rekaman video pembelajaran merupakan strategi yang paling memenuhi syarat sebagai
metode peningkatan kemampuan mengajar guru. Ada beberapa alasan mengapa coaching
berbasis video pembelajaran bisa meningkatkan kemampuan mengajar guru dan calon
guru biologi.
A. Coaching berbasis rekaman video pembelajaran memberikan kesempatan kepada
guru untuk mengamati kegiatan pembelajaran yang telah dilakukannya. Dengan
demikian guru didorong untuk bisa melakukan refleksi dan self-evaluation,
terhadap pengetahuannya, keyakinannya, dan juga keterampilan mengajarnya.
Pemahaman tentang hal-hal tersebut akan membuat guru lebih terfokus dan
terarah dalam menentukan apa saja yang harus ditingkatkannya.
B. Coaching berbasis rekaman video pembelajaran memungkinkan guru untuk
memperoleh masukan dan diskusi yang produktif dengan ahli pembelajaran atau
guru lain. Karena setelah mengamati rekaman video pembelajaran dilakukan
diskusi dengan ahli pembelajaran atau guru lain, sehingga guru berkesempatan
untuk belajar dengan lebih intensif. Kondisi ini juga memfasilitasi perubahan
pandangan guru tentang cara mengajar yang baik.
C. Coaching berbasis rekaman video pembelajaran menggabungkan pendekatan
individual dan pendekatan kelompok. Program peningkatan kualitas guru yang
telah ada bersifat massal sehingga tidak memperhatikan perkembangan individual
guru. Belajar pada dasarnya adalah proses individual oleh karena itu guru juga
harus diberi kesempatan untuk mendapatkan perlakuan yang sifatnya individual.
Pendekatan yang bersifat individual ini tentu saja bisa lebih memperhatikan
aspek-aspek emosional dan keyakinan guru. Pada saat tertentu coaching juga
dilakukan dalam kelompok sehingga ada interaksi antar guru.
D. Coaching berbasis rekaman video pembelajaran memberikan kesempatan kepada
guru untuk mengamati pembelajaran yang dilakukan guru lain. Hal ini akan
membantu guru untuk menemukan ide-ide baru untuk memperkaya khazanah
pengetahuannya tentang pembelajaran.
50
E. Coaching berbasis rekaman video pembelajaran bukan hanya memfokuskan pada
proses pemberian nasehat saja namun juga memberikan dukungan pada saat guru
menerapkan perubahan yang diinginkan. Pada saat guru menerapkan ide
baru/perubahan, kegiatan pembelajarannya juga akan diamati oleh coach. Oleh
karena itu kesulitan dan permasalahan lain yang muncul akan dapat diidentifikasi
dan dipecahkan dalam sesi coaching berikutnya.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan mengikuti prinsip siklus Developmental
Research, yang terdiri: 1. Tahap pengembangan produk dan uji coba terbatas; 2. Tahap
pengujian produk; dan 3. Tahap pengujian di lapangan dan dilanjutkan dengan
penyempurnaan produk (Borg & Gall, 1989). Tahap pengembangan produk yang
dilanjutkan dengan uji terbatas telah dilakukan. Tahap I ini diawali dengan studi
dokumentasi untuk menganalisis program-program peningkatan profesionalisme guru dan
keunggulan program coaching. Hasil studi dokumentasi tersebut dijadikan dasar untuk
pengembangan paket program coaching. Paket program coaching tersebut selanjutnya
diuji coba secara terbatas (studi eksperimentasi). Secara utuh tahapan penelitian yang
dilakukan dapat dilihat pada bagan alur penelitian pada Gambar 1 berikut ini. Dalam
tulisan ini hanya disajikan hasil pengembangan blueprint paket program coaching yang
merupakan salah satu hasil dari penelitian Tahap I .
51
Tahap Sifat Kajian Teoritik
Empirik
Metode • 5 '/'^'"/
Studi dokumentasi
Studi deskriptif
m IS
Langkah Penelitian
Analisis teoretis tentang peningkatan profesionalisme guru/calon guru dan coaching
Perekaman kegiatan pembelajaran guru/calon guru
Analisis rekaman video pembelajaran m
Studi deskriptif
pengembangan
Analisis pola treatment untuk tiap jenis masalah
Pengembangan blueprint paket
program coaching
Pengembangan instrumen untuk
mengukur efektivitas program coaching
•
Empirik Studi pra eksperimen
Uji coba paket program coaching
Teoretik **x;xX'
Teoretik, empirik
Teoretik
Empirik
desktiptif
Studi deskriptif
Studi pengembangan
Analisis kelayakan program coaching
T "
Diskusi Pertimbangan pakar
Pengkajian
Penyempurnaan paket program coaching
Empirik
Teoretik
— — — —
Studi eksperimental
Studi deskriptif
Studi deskriptif
Pengujian efektivitas paket program coaching terhadap sejumlah guru/calon guru
Analisis paket program coaching
Penyempurnaan paket program coaching
•
Pembuatan dan penyebarluasan paket program coaching
Gambar 1. Prosedur dan langkah penelitian
5 2
Hasil dan Pembahasan
Salah satu tahapan penting dalam penelitian ini adalah pengembangan paket
program coaching. Untuk keperluan ini telah dikembangkan sebuah software yang diberi
nama "Videoanalyzer" (lihat Gambar 2). Software ini memungkinkan seseorang untuk
mengamati video pembelajaran dan memberikan komentar sesuai dengan kapabilitasnya
sebagai guru pada saat itu.
Keterangan:
13. Tombol untuk membuka file video
14. Tombol keluar program video analyzer
15. Jendela tampilan video
16. Identitas file video
17. Identitas penganalisis
18. Tombol untuk menjalankan dan memberhentikan video
19. Tombol untuk memperbesar tampilan video
20. Tombol untuk menyimpan hasil analisis apabila telah selesai
21. Penunjuk durasi video dan alur waktu putaran video
22. Kolom untuk mencantumkan nilai hasil analisis setiap aspek
53
23. Kolom jenis aspek. yang dikomentari/dinilai
24. Kolom untuk menuliskan komentar setiap aspek
Paket program coaching yang telah dikembangkan telah diujicobakan
penggunaannya kepada mahasiswa, guru pemula dan guru yang cukup berpengalaman.
Dalam uji coba ini kepada responden disajikan sejumlah cuplikan video pembelajaran
untuk kegiatan membuka dan menutup pelajaran. Selanjutnya responden diminta untuk
memberikan komentar terhadap kegiatan pembelajaran tersebut serta memberikan nilai.
Sekalipun dalam kegaiatan ini responden diminta untuk meberikan komentar dan nilai,
namun tujuan sesungguhnya adalah agar responden dapat mengidentifikasi kelemahan
dan kelebihan dirinya dan sekaligus mendapatkan ide tentang bagaimana guru-guru lain
mengajar.
Untuk keperluan perbaikan paket program coaching yang dikembangkan,
responden diminta untuk memberikan nilai dan komentar terhadap paket program
coaching tersebut. Hasil penilaian responden terhadap program coaching yang
dikembangkan menunjukkan bahwa paket program coaching tersebut sudah bisa dipakai
walaupun masih ada beberapa kelemahan (lihat Tabel 1).
Tabel 1. Skor komentar responden tentang paket program coaching
No. Item Penilai rerata No. Item
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Kualitas tampilan 1
Kontras Warna 4 4 4 4 4 ~> 4 4 3 4 3.8
1
Ukuran Huruf 4 4 4 5 4 4 4 4 3 4 4
1
Keterbacaan 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4.1
1
Latar Belakang 4 3 j 4 4 4 3 j 3.4
1
Tata Letak 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3.5 2 Kualitas Video 2
Kontras Gambar 4 3 4 4 3 3 J 3 -> J 3.3
2
Kualitas Suara 3 3 3 j 4 3 3 3 3 2 "A
J
2
Kecerahan 3 3 3 4 4 3 *> 3
H
J 3 3 3.2 3 Icon (Lam bang) 3
Ukuran 3 3 3 4 4 4 4 J 4 4 3.6
3
Kesesuaian 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3.9 4 Ruang/Bidang Komentar 4
Kemudahan Mengisi 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3.4
4
Keleluasaan Menulis H J j 4 4 4 4 j 4 4 3.6
5 Perekaman Biodata 4 4 5 3 5 4 4 3 5 4 4.1 6 Operasional Penggunaan
54
No. Item Penilai rerata No. Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kemudahan 3 *> J 4 5 4 J 3 4 4 3.6
Kelengkapan Petunjuk 4 4 4 4 4 H
J 3 3 3 4 3.6 Rerata 3.6
Tabel 1 menunjukkan bahwa secara umum paket program coaching yang telah
dikembangkan sudah cukup baik (rata-rata skor 3,6 dari skor maksimum 5). Kualitas
video dan ruang penulisan komentar merupakan aspek yang masih perlu diperbaiki
mengingat skor untuk hal-hal tersebut masih relatif rendah. Gambaran umum komentar
para responden tentang paket program coaching dirangkum dalam Tabel 2.
Tabel 2 Komentar responden tentang paket program coaching
No. Item Komentar
1 Kualitas tampilan Secara umum, sudah cukup baik dan kualitas tampilannya lumayan, tetapi warnanya yang abu-abu kurang menarik.
1 Kontras Warna
Secara umum, sudah cukup baik dan kualitas tampilannya lumayan, tetapi warnanya yang abu-abu kurang menarik.
1
Ukuran Huruf
Secara umum, sudah cukup baik dan kualitas tampilannya lumayan, tetapi warnanya yang abu-abu kurang menarik.
1
Keterbacaan
Secara umum, sudah cukup baik dan kualitas tampilannya lumayan, tetapi warnanya yang abu-abu kurang menarik.
1
Latar Belakang
Secara umum, sudah cukup baik dan kualitas tampilannya lumayan, tetapi warnanya yang abu-abu kurang menarik.
1
Tata Letak
Secara umum, sudah cukup baik dan kualitas tampilannya lumayan, tetapi warnanya yang abu-abu kurang menarik.
2 Kualitas Video Ada sebagian video yang gambar gelap, kurang jelas dan buram, suara kurang jelas dan kecerahannyajuga kurang.
2 Kontras Gambar
Ada sebagian video yang gambar gelap, kurang jelas dan buram, suara kurang jelas dan kecerahannyajuga kurang.
2
Kualitas Suara
Ada sebagian video yang gambar gelap, kurang jelas dan buram, suara kurang jelas dan kecerahannyajuga kurang.
2
Kecerahan
Ada sebagian video yang gambar gelap, kurang jelas dan buram, suara kurang jelas dan kecerahannyajuga kurang.
3 Icon (Lambang) Sudah cukup baik, menarik dan sesuai dengan luas tampilan dan mudah dibaca.
3 Ukuran
Sudah cukup baik, menarik dan sesuai dengan luas tampilan dan mudah dibaca.
3
Kesesuaian
Sudah cukup baik, menarik dan sesuai dengan luas tampilan dan mudah dibaca.
4 Ruang/Bidang Komentar
Sudah cukup baik, mudah dan jelas. Ruang untuk menulis komentar membuat pengamat lebih leluasa untuk memberikan komentar
4
Kemudahan Mengisi
Sudah cukup baik, mudah dan jelas. Ruang untuk menulis komentar membuat pengamat lebih leluasa untuk memberikan komentar
4
Keleluasaan Menulis
Sudah cukup baik, mudah dan jelas. Ruang untuk menulis komentar membuat pengamat lebih leluasa untuk memberikan komentar
5 Perekaman Biodata Sudah cukup baik, jelas dan memudahkan dalam pengisian
6 Operasional Penggunaan
Kemudahan penggunaan software sudah cukup baik, tetapi kelengkapan petunjuk masih kurang
6
Kemudahan
Kemudahan penggunaan software sudah cukup baik, tetapi kelengkapan petunjuk masih kurang
6
Kelengkapan Petunjuk
Kemudahan penggunaan software sudah cukup baik, tetapi kelengkapan petunjuk masih kurang
Komentar responden tentang kualitas paket program coaching juga menunjukkan
bahwa paket tersebut secara umum sudah bisa digunakan untuk coaching walaupun ada
55
beberapa aspek yang masih perlu perhatian, misalnya kualitas video, tampilan, dan
petunjuk pengoperasian.
Perubahan dalam mengajar bukanlah sesuatu yang mendadak namun merupakan
sebuah proses. Agar seorang guru lebih baik praktik mengajarnya diperlukan beberapa
proses, yaitu:
5. Guru menyadari menyadari bahwa ada kelemahan dalam dirinya yang perlu
diperbaiki.
6. Ada ide tentang bagaimana memperbaikinya kelemahan yang dimiliki.
7. Ada motivasi yang kuat untuk untuk meningkatkan kemampuan diri
8. Ada dukungan yang memadai untuk menerapkan usaha perbaikan tersebut.
Poin 1-3 merupakan hal-hal yang dapat dicapai dengan coaching berbasis video ini
sedangkan poin ke-4 dipengaruhi oleh kondisi sekolah dan beberapa faktor terkait.
Untuk mengukur kemanfaatan paket program coaching terkait poin 1-3, coachee
responden yang telah menggunakan paket program coaching diminta untuk memberikan
komentar. Secara umum terungkap bahwa paket program coaching yang telah
dikembangkan bisa memenuhi kondisi sebagaimana tercantum pada poin 1-3 (Tabel 3).
Satu-satunya aspek yang dirasa kurang bermanfaat adalah dalam membantu coachee
untuk menemukan kelebihan yang dimilikinya.
Tabel 3 Manfaat paket program coaching bagi coachee
No Aspek Coachee
Rata-rata No Aspek CG GP GL
Rata-rata
1 Menemukan kelemahan/kekurangan Anda dalam hal mengelola waktu
3,0 3,0 4,0 3,4
2 Menemukan kelemahan/kekurangan Anda dalam hal mengelola kelas
3,0 3.3 4.0 3.5
3 Menemukan kelemahan/kekurangan Anda dalam hal mengelola media pembelajaran
3,0 3.3 3.8 3.4
4 Menemukan kelemahan/kekurangan Anda dalam hal keterampilan membuka pelajaran
3,0 3,5 4,0 3,6
5 Menemukan kelemahan/kekurangan Anda dalam hal keterampilan menutup pelajaran
3,0 3,3 4,0 3,5
56
No Aspek Coachee
Rata-rata No Aspek CG GP GL
Rata-rata
6 Mengenali kelemahan/kekurangan Anda dalam penguasaan materi
2,7 3,3 3,7 3,2
7 Menyadari kelebihan Anda dalam melaksanakan pembelajaran
2,3 3,0 3,3 2,9
8 Menemukan gagasan baru untuk perbaikan pembelajaran
3,3 3,7 3,8 3,6
9 Menemukan gagasan baru untuk mengatasi kelemahan/kekurangan Anda
3,0 3,5 4,0 3,6
10 Membangkitan motivasi diri untuk senantiasa melakukan perbaikan diri dalam melaksanakan proses pembelajaran
3,7 3,0 3,8 3,4
11 Membangkitkan keinginan untuk melanjutkan studi
4,0 2,8 3,0 3,1
12 Membangkitkan keinginan Anda untuk mengikuti forum ilmiah guru (misalnya seminar pertemuan MGMP)
3,0 2,8 3,5 3,1
13 Meningkatkan kemampuan diri melalui baca buku yang berkaitan dengan proses belajar mengajar
3,0 3,0 3,5 3,2
14 Membangkitkan keinginan untuk melakukan penelitian
3,3 3,0 3,8 3,4
15 Membangkitkan kembali keinginan Anda untuk melakukan perbaikan dalam pembelajaran
3,7 3,5 4,0 3,7
16 Memberikan dorongan bagi Anda untuk merealisasikan ide yang Anda miliki
3,0 3,0 4,0 3,4
17 Memberikan tantangan bagi Anda untuk menjadi guru yang lebih profesional
4,0 3,3 4,0 3,7
Rata-rata 3,2 3,2 3,8 3,4
Keterangan:
CG = Calon Guru (mahasiswa yang sudah berlatih mengajar dalam peer teaching)
GP • Guru Pemula (lulusan baru yang belum mengajar)
GL = Guru Berpengalaman (guru yang sudah berpengalaman mengajar beberapa tahun)
57
Adanya perbedaan rata-rata skor antara calon guru dan guru pemula di satu sisi dengan
guru yang sudah berpengalaman di sisi lain menunjukkan bahwa paket program coaching
ini memberikan manfaat lebih banyak bagi guru dibandingkan calon guru ataupun guru
pemula. Pengalaman nyata dalam menghadapi problematika pembelajaran di lapangan
tampaknya memberikan kesadaran bagi guru-guru untuk lebih meningkatkan kemampuan
mengajarnya.
Secara visual bentuk kemanfaatan program coaching melalui videoanalyzer dapat
dilihat pada grafik dalam gambar 3. Pada grafik tersebut terlihat pula perbedaan pendapat
antara calon guru, guru pemula dan guru, seperti yang telah diuraikan.
0 Calon Guru •) Guru Pemula SGuru
Menemukan Memunculkan MerrbancJ<itkan Menantang kelemahan gagasan motivasi profesionalime
Jenis manfaat
Gambar 3. Grafik kemanfaatan coaching melalui videoanalyzer
Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian literatur yang dilakukan mengarahkan akan perlunya
coaching sebagai salah satu altematif pengembangan profesionalisme guru. Berbeda dari
program-program peningkatan profesionalisme yang telah ada, coaching berbasis video
bersifat lebih personal (sehingga bisa memenuhi kebutuhan guru yang beragam) dan
kontekstual (sesuai dengan permasalahan yang dihadapi guru di lapangan).
Paket program coaching yang telah dikembangkan sudah dapat digunakan
walaupun masih memerlukan beberapa penyempurnaan. Beberapa hal yang masih perlu
penyempurnaan antara lain adalah kualitas video, tampilan, dan petunjuk pengoperasian.
58
Uji coba terbatas yang telah dilakukan menunjukkan bahwa paket program coaching
tersebut bisa membantu coachee (terutama guru) untuk menyadari kelemahan dalam
dirinya yang perlu diperbaiki, mendapatkan ide untuk memperbaikinya kelemahan yang
dimiliki, dan memotivasi mereka untuk meningkatkan kemampuan diri. Namun coachee
belum bisa menemukan kelemahan video pembelajaran dari sisi kecukupan waktu untuk
setiap aspek penting dalam membuka dan menutup pelajaran. Paket program coaching ini
masih terus disempurnakan dan akan diuji coba penggunaannya secara lebih luas pada
tahun mendatang.
Daftar Pustaka Adey, P., Hewill, G., Hewitt, J. & Landau, N . (2004). The professional development of
teachers: Practice and theory. Dordrecht: Kluwer Academic Publishers. Davis, K. S. (2003). "Change is hard": What science teachers are telling us about reform
and teacher learning o f innovative practices. Science and Education, #7(1), 3-30. Fischler, H. (2004). Grundsaetze fachdidaktischen Coachings [Dasar-dasar coaching
untuk pendidikan bidang studi]. In A. Pitton (Ed.), Chemie- und physikdidaktische Forschung und naturwissenschaftliche Bildung (pp. 176-178). Muenster: LIT Verlag.
Fischler, H., & Schroder, H.-J. (2003). Fachdidaktisches coaching fiir Lehrende in der Physik [Subject-related coaching for physics teachers]. Zeitschrift fur Didaktik der Naturwissenschaften, 9, 43-62.
Fischler, H., Schroeder, H.-J., Tonhaeuser, C., & Zedler, P. (2002). Unterrichtssckripts und Lehrerexpertise: Bedingungen ihrer Modifikation. Zeitschrift fur Paedagogik, 45, 157-172.
Haney, J. J., & McArthur, J. (2002). Four case studies of prospective science teachers' beliefs concerning constructivist teaching practices. Science and Education, 86, 783-802.
Hewson, P. W., Tabachnick, B. R., Zeichner, K. M. , & Lemberger, J. (1999). Educating prospective teachers of biology: Findings, limitations, and recommendations. Science Education, #3(3), 373-384.
Hinduan, A. A. (2005). Meningkatkan Profesionalisme Guru IPA Sekolah. Paper presented at the Seminar Nasional Himpunan sarjana dan Pemerhati pendidikan Indonesia, Bandung.
Mellado, V. (1998). The classroom practice of preservice teachers and their conceptions of teaching and learning. Science Education, 82, 197-214.
Parchmann, L, Graesel, C , & Fey, A. (2004). Kooperation von Praxis und Forschung. In A. Pitton (Ed.), Chemie- und physikdidaktische Forschung und naturwissenschaftliche Bildung. Muenster: LIT Verlag.
Pintrich, P. R., Marx, R. W., & Boyle, R. A. (1993). Beyond cold conceptual change: The role of motivational beliefs and classroom contextual factors in the process of conceptual change. Review of Educational Research, 63(2), 167-199.
Schroder, H.-J., & Fischler, H. (2003). Subject-related pedagogical coaching: A case study. Paper presented at the ESERA Conference, Noordwijkerhout, The Netherlands.
59
Schroeder, H.-J., & Fischler, H. (2004). Fachdidaktisches Coaching: Methoden der Beratung an einem Fallbeispliel. In A. Pitton (Ed.), Chemie- und physikdidaktische Forschung und naturwissenschaftliche Bildung (pp. 179-181). Muenster: LIT Verlag.
Widodo, A. Riandi, Amprasto & Ana Ratna Wulan. (2006). Analisis dampak program-program peningkatan profesionalisme guru sains terhadap peningkatan kualitas pembelajaran sains di sekolah. Laporan penelitian Hibah Kebijakan Balitbang Depdiknas.
Ucapan ten ma kasih: Penelitian ini merupakan penelitian Hibah Bersaing yang dibiayai oleh DP2M DIKTI tahun 2007.
60
L Hasil yang telah dicapai di tahun I
Pada rericana penelitian, target-target utama yang akan dicapai di tahun I adalah
a. Melakukan kajian teoritik dan hasil studi tentang coaching.
b. Mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan pembelajaran biologi yang sering
ditemukan di lapangan melalui analisis rekaman video kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan oleh guru/calon guru biologi.
c. Menemukan pola-pola treatment yang diperlukan untuk mengatasi kelemahan
pembelajaran guru.
d. Mengembangkan blueprint paket program coaching dan perangkat pendukung
lainnya.
e. Mengembangkan instrumen untuk mengukur efektivitas paket program coaching.
Sesuai dengan rencana, tujuan-tujuan tersebut semuanya telah tercapai dengan
baik. Terkait tujuan pertama, telah dilakukan pengkajian terhadap literatur tentang
pengembangan profesional -guru, khususnya coaching. Literatur yang telah dikaji berasal
dari Indonesia, luar negeri, dan literatur terbitan luar negeri tentang program
pengembangan profesionalisme guru di Indonesia. Program coaching merupakan salah
satu alternatif program pengembangan profesionalisme guru (Gambar 1). Pengalaman
penyelenggaraan program profesionalisme guru di Indonesia di masa lalu menunjukkan
bahwa coaching harus lebih banyak dilakukan (Adey, Hewitt, Hewitt, dan Landau, 2004).
Gambar 1. Lokus program peningkatan profesionalisme guru
62
Sesuai dengan tujuan kedua, penelitian ini telah berhasil mengidentifikasi
kelemahan calon guru dan guru dalam keterampilan dasar mengajar. Dalam membuka
pelajaran baik calon guru maupun guru sangat jarang menggali pengetahuan awal siswa.
Khusus untuk calon guru mereka juga lemah dalam memotivasi siswa dan menarik
perhatian siswa. Untuk kegiatan menutup pelajaran, baik calon guru maupun guru jarang
melakukan evaluasi, menginformasikan materi selanjutnya, dan tugas-tugas yang harus
dilakukan. Terkait keterampilan bertanya, calon guru ternyata masih sangat lemah dalam
keterampilan mengajukan pertanyaan terbuka.
Untuk tujuan penelitian yang ketiga, yaitu pengidentifikasian pola-pola treatment,
penelitian ini telah berhasil mengidentifikasi pola treatment, yang mencakup langkah-
langkah.
a. Memilih sejumlah cuplikan video pembelajaran yang akan digunakan untuk
coaching. Untuk keperluan ini dilakukan pemotongan sejumlah video
pembelajaran tentang membuka dan menutup pelajaran.
b. Menata cuplikan-cuplikan video yang telah dipilih menjadi suatu paket coaching.
c. Meminta coachee untuk mengamati dan mengomentari video yang diamati, serta
memberikan skor.
d. Coach dan coachee mendiskusikan hasil pengamatan coachee
e. Meminta coachee untuk merefleksikan praktik mengajarnya.
f. Mendiskusikan alternatif perbaikan yang bisa dilakukan coachee.
g. Mengamati praktik mengajar coachee.
Tujuan penelitian yang keempat, mengembangkan blueprint paket program
coaching dan perangkat pendukung lainnya juga telah berhasil dilakukan, walaupun paket
tersebut masih memiliki beberapa kelemahan. Beberapa hal yang masih perlu
penyempurnaan antara Iain adalah kualitas video, tampilan, dan petunjuk pengoperasian.
Uji coba terbatas yang telah dilakukan menunjukkan bahwa paket program coaching
tersebut bisa membantu coachee (terutama guru) untuk menyadari kelemahan dalam
dirinya yang perlu diperbaiki, mendapatkan ide untuk memperbaikinya kelemahan yang
dimiliki, dan memotivasi mereka untuk meningkatkan kemampuan diri. Namun demikian
coachee belum bisa menemukan kelemahan video pembelajaran yang diamati dari sisi
kecukupan waktu untuk setiap aspek penting dalam membuka dan menutup pelajaran.
Tujuan yang kelima, mengembangkan instrumen untuk mengukur efektivitas paket
program coaching, juga telah dicapai. Untuk keperluan ini telah djkembangkan instrumen
untuk mengukur pendapat responden tentang manfaat paket program coaching. Instrumen
63
ini akan terus disempurnakan dan diujicobakan pada tahap selanjutnya. Instrumen untuk
mengukur dampak coaching terhadap praktik mengajar akan dikembangkan pada tahap
kedua sesuai dengan yang telah direncanakan, yaitu pada saat coachee praktik mengajar.
2. Rencana penelitian tahun II
2.1 Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan paket program coaching berbasis
rekaman video pembelajaran. Tujuan ini direncanakan dicapai melalui rangkaian tiga
tahap penelitian yang masing-masing berlangsung selama satu tahun. Pada tahun kedua
ini penelitian akan dilanjutkan untuk mencapai tujuan selanjutnya, yaitu:
1. Menguji dan merevisi instrumen untuk mengukur efektivitas paket program
coaching.
2. Melakukan uji coba paket program coaching yang telah dikembangkan pada
sejumlah guru/calon guru biologi.
3. Melakukan analisis dan pengkajian hasil uji coba melalui seminar dan konsultasi
dengan pakar.
4. Menyempurnakan paket program coaching dan perangkat pendukung lainnya.
2.2 Langkah penelitian
Langkah-langkah penelitian di tahun kedua yang merupakan kelanjutan penelitian
di tahun I mencakup uji coba paket program coaching, analisis kelayakan, dan
penyempurnaan berdasarkan hasil uji coba dan masukan pakar (Gambar 2).
64
••••
Sifat Kajian Teoritik
Metode Langkah Penelitian
Studi Analisis teoretis tentang peningkatan dokumentasi | profesionalisme guru/calon guru dan coaching
\nah'sis pola r>« aim tit untuk tian |e; i - m'aalah
f .v.Y •
A:, Empirik
Teoretik
I I Teoretik, , empirik
Teoretik
Studi pengembangan
Studi pra eksperimen
Studi desktiptif
Studi deskriptif
Studi pengembangan
Pengembangan blueprint paket
program coaching
Pengembangan instrumen untuk
mengukur efektivitas program coaching
r i r
Uji coba paket program coaching
Analisis kelayakan program coaching
T" Diskusi Pertimbangan
pakar Pengkajian
Penyempurnaan paket program coaching
Empirik Studi eksperi mental
empirik Studi deskriptif
Teoretik Studi deskriptif
Pengujian efektivitas paket program coaching terhadap sejumlah guru/calon guru
Analisis paket program coaching
Penyempurnaan paket program coaching
Pembuatan dan penyebarluasan paket program coaching
Gambar 2. Prosedur dan langkah penelitian
65
2.3 Waktu pelaksanaan
Penelitian tahap I I akan dilakukan mulai Januari 2008 sampai November 2008, dengan
time schedule sebagai berikut.
No Jenis kegiatan
Uji coba dan revisi instrumen
Uji coba paket program
coaching
Analisis hasil uji coba
Konsultasi dengan pakar
Penyempurnaan
program coaching
paket
Penulisan laporan
2.4 Anggaran biaya
Biaya yang diperlukan untuk penelitian tahap I I seluruhnya berjumlah Rp 50.000.000,00
(Lima puluh juta rupiah) dengan rincian sebagai berikut.
No Jenis pengeluaran Jumlah (Rp)
1 Honor pelaksana 9.132.000
2 Peralatan 700.0000
3 Biaya pengembangan paket 1.500.0000
4 Perjalanan 1.500.0000
5 Rapat 1.000.000
6 Seminar 1.500.000
7 Laporan dan publikasi 600.000
Jumlah (Rp) 49.232.000
20