78
1 LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING EVALUASI PAKAN SUPLEMEN SEBAGAI SUMBER ANTIOKSIDAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENAMPILAN FISIOLOGIS DAN PRODUKTIFITAS KAMBING PERAH PERANAKAN ETAWAH Ir. Mardalena, MP NIP. 196301191989032002 Prof. DR. Ir. Lili Warly, M.Agr NIP. 196008281985031002 DR. Ir. Ellyza Nurdin, MS NIP. 196108031986032003 Ir. Farizal, MP NIP. 196112251987101001 Ex Proyek DIPA Universitas Jambi Tahun Anggaran 2010 Sesuai dengan Surat Perjanjian Penelitian Hibah Bersaing Nomor 017/SP2H/PP/DP2M/III/2010 Tanggal 1 Maret 2010 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JAMBI November 2010 PERTANIAN

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

1

LAPORAN PENELITIANHIBAH BERSAING

EVALUASI PAKAN SUPLEMEN SEBAGAI SUMBER ANTIOKSIDAN

DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENAMPILAN FISIOLOGIS DAN

PRODUKTIFITAS KAMBING PERAH PERANAKAN ETAWAH

Ir. Mardalena, MP NIP. 196301191989032002Prof. DR. Ir. Lili Warly, M.Agr NIP. 196008281985031002DR. Ir. Ellyza Nurdin, MS NIP. 196108031986032003Ir. Farizal, MP NIP. 196112251987101001

Ex Proyek DIPA Universitas Jambi Tahun Anggaran 2010 Sesuai dengan SuratPerjanjian Penelitian Hibah Bersaing Nomor 017/SP2H/PP/DP2M/III/2010

Tanggal 1 Maret 2010

FAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS JAMBI

November 2010

PERTANIAN

Page 2: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

2

Page 3: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

3

RINGKASAN

Evaluasi Pakan Suplemen Sebagai Sumber Antioksidandan Pengaruhnya Terhadap Penampilan Fisiologis dan

Produktifitas Kambing Perah Peranakan Etawah¹(Mardalena²,Lili Warly³,Ellyza Nurdin³ dan Farizal²)

Tujuan penelitian ini adalah untuk : 1). Mengatahui komponen fitokimia kulit nenas 2),Melihat pengaruh antioksidan kulit nenas dan mineral mineral antioksidan secara in vitroterhadap ekologi rumen 3). Mendapatkan level terbaik pakan suplemen yang mengandungantioksidan kulit nenas dan mineral antioksidan dalam meningkatkan penampilan fisiologis danproduktifitas kambing perah Peranakan Etawah.

Percobaan in-vitro menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola Faktorial. 4 x 3 dengan3 ulangan. Faktor I terdiri dari :N1 : Antioksidan kulit nenas 5 mg/kg BB, N2 : Antioksidankulit nenas 7,5 mg/kg BB, N3 : Antioksidan kulit nenas 10 mg/kg BB. Faktor II terdiri dari :M1 : Mineral Zn-vitamin E sebanyak 60 ppm-10 ppm, M2 : Mineral Cu-vitamin E sebanyak15 ppm-10 ppm, M3 : Mineral Se-vitamin E sebanyak 0,15 ppm-10 ppmDalam percobaan ini dilakukan pengamatan terhadap bioproses rumen yang didasarkan ataspeubah 1. Produksi gas cairan rumen,2. Kecernaan bahan kering (KcBK) dan koefisien cernabahan organik (KcBO), 3. Volatil Fatty Acid (VFA) total dan partial (mg/100 ml), 4. KonsentrasiN-NH3 5. pH cairan rumen (mg/l, 6. Jumlah bakteri rumen (CFU/ml)

Hasil uji fitokimia, kulit nengandung mengandung senyawa flavonoid, polifenol,mopnoterpen dan sesqiuterpen, steroid, kuinon dan saponin

Hasil pengukuran yang dilakukan terhadap bioproses rumen adalah perlakuan N1menghasilkan produksi gas sebesar 4,46 mM lebih tinggi dibanding perlakuan N2 dan N3.Begitujuga dengan mineral antioksidan M1 (Zn-vitamin E) lebih tinggi dibanding perlakuan M2 danM3. Tidak terdapat interaksi antara kedua perlakuan. KcBK dan KcBO, jumlah bakteri, NH3 danVFA total dan partial cairan rumen untuk perlakuan N1 adalah masing-masing 80,36%, 89,54%,1,83 CFU/ml, 4,46 mM, 54,83 mM lebih tinggi dari N2 dan N3, begitu juga dengan M1 lebihtinggi dibanding M2 dan M3.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan antioksidan kulit nenas sebesar 5mg/kg BB dengan mineral antiolsidan Zn – vitamin E dapat dijadikan sebagai pakan suplemendalam ransum kambing perah Peranakan Etawah.

Kata kunci : Pakan suplemen, antioksidan, fisiologis

¹. Penelitian dibiayai melalui dana Hibah Bersaing Tahun Anggaran 2010 No Kontrak017/SP2H/PP/DP2M/III/2010 Tanggal 1 Maret 2010.

². Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Jambi³. Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang

Page 4: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

4

SUMMARY

Feed Supplements Evaluation as a Source of Antioxidant and Its Effect onPhysiological Performance and Productivity of Peranakan

Etawah Dairy Goat¹(Mardalena, Lili Warly, Ellyza Nurdin and Farizal )

The purpose of this study are to: 1). Analysis of phytochemical components of pineappleskin 2), Seeing pineapple skin antioxidant effect of minerals and mineral antioxidants in vitroagainst rumen ecology 3). Getting the best level of feed supplements containing antioxidantpineapple skin and mineral antioxidants in improving the appearance of physiological andproductivity of Peranakan Etawah goat dairy.

Experiments in-vitro using a factorial completely randomized design. 4 x 3 with 3replications. Factor I consists of: N1: Antioxidants skin pineapple 5 mg / kg, N2: Antioxidantspineapple skin 7.5 mg / kg, N3: pineapple skin Antioxidant 10 mg / kg. Factor II consists of: M1:Mineral Zn-vitamin E by 60 ppm-10 ppm, M2: Mineral Cu-vitamin E as much as 15 ppm-10ppm, M3: Minerals Se-vitamin E as much as 0.15 ppm-10 ppm

In this experiment carried out observations on rumen bioprocess based on variables 1.Rumen fluid gas production, 2. Dry matter digestibility (KcBK) and organic matter digestibilitycoefficient (KcBO), 3. Volatile Fatty Acid (VFA), total and partial (mg/100 ml), 4.Concentrations of N-NH3 5. pH of rumen fluid (mg / l, 6. The number of rumen bacteria (CFU /ml)

Phytochemical test results, skin nengandung contain flavonoids, polyphenols,mopnoterpen and sesqiuterpen, steroids, quinones and saponins. Results of measurements madeon the rumen is the treatment bioprocess N1 produce gas production amounted to 4.46 mMhigher than the N2 treatment and also with mineral antioxidant N3.Begitu M1 (Zn-vitamin E)was higher than M2 and M3 treatments. There was no interaction between the two treatments.KcBK and KcBO, the number of bacteria, NH3 and total VFA and rumen fluid for the treatmentof partial N1 are respectively 80.36%, 89.54%, 1.83 CFU / ml, 4.46 mM, 54.83 mM higher ofN2 and N3, as well as the M1 was higher than M2 and M3

. The conclusion of this research is the use of antioxidant pineapple skin by 5 mg / kgwith minerals antiolsidan Zn - vitamin E can be used as a feed supplement in dairy rationsPeranakan Etawah goats.

Key words: Feed supplements, antioxidants, physiological.

ii

Page 5: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

5

PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan

karunia-Nya, laporan Hibah Bersaing ini dapat diselesaikan dengan judul “Evalusi Pakan

Suplemen Sebagai Sumber Antioksidan dan Pengaruhnya Terhadap Penampilan

Fisiologis dan Produktifitas Kambing Perah Peranakan Etawah”

Ucapan terima kasih disampaikan kepada DP2M Dirjen DIKTI yang telah

mendanai kegiatan penelitian ini. Kepada Rektor Universitas, Ketua Lembaga Penelitian

UNJA, Dekan Fakultas Peternakan UNJA juga disampaikan ucapan terima kasih atas

kesempatan dan izin yang diberikan untuk melakukan kegiatan penelitian ini.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Pimpinan Balai Penelitian

Ternak (BPT) Ciawi Bogor beserta staf. Ucapan yang sama disampaikan Bpk. Prof. DR.

Ir. H. Winugroho, MSc. selaku Kepala Laboratorium Nutrisi Ternak BPT dan kepada

tenaga teknisi Laboratorium Nutrisi Ternak, Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor atas

bantuan, fasilitas, sarana dan prasarana serta tenaga untuk kelancaran kegiatan

penelitian ini..

Kiranya hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai informasi untuk pengembangan

peternakan umumnya.

Jambi, November 2010

Tim Peneliti

Iii

Page 6: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

6

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………………. I

A. LAPORAN HASIL PENELITIAN

RINGKASAN DAN SUMMARY…………………………………………………. ii

PRAKATA……………..………………………………………………………………. iii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………… iv

DAFTAR TABEL ………………………………………………………………….. v

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………….. vi

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………….. vii

I. PENDAHULUAN ……………………………………………………….. 1

II. STUDI PUSTAKA ………………………………………………………. 4

III.TUJUAN dan MANFAAT PENELITIAN …………………………… 26

IV. METODE PENELITIAN ………………………………………………. 27

Materi Penelitian………………………………………………………… 27

Rancangan Percobaan ……………………………………………… 27

Peubah yang Diamati ……………………………………………….. 28

Analsis Statistik ……………………………………………………….. 28

Protokol Percobaan …………………………………………………… 29

V. HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………………… 32

VI. KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………………. 43

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 44

LAMPIRAN …………………………………………………………………….. 52

B. DRAF ARTIKEL ILMIAH ……………………………………………. 71

C. SINOPSIS PENELITIAN LANJUTAN …………………………… 85

Page 7: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

7

v

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rekomendasi Kebutuhan Zat Gizi Kambing Perah ……………… 8

2. Perlakuan yang Diuji dalam Penelitian In-vitro …………………. 28

3. Komponen Fitokimia Kulit Nenas……………………………….. 32

4. Produksi Gas Cairan Rumen Menurut Perlakuan (ml) ………….. 33

5. Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Menurut Perlakuan.. 35

6. Jumlah Bakteri Menurut Perlakuan ……………………………… 36

7. Rataan Pengaruh Perlakuan Terhadap NH3 Rumen (mM)……….. 37

8. Rataan Pengaruh Perlakuan Terhadap pH Cairan Rumen……….. 39

9. Rataan Konsentrasi VFA Cairan Rumen (mM)…………………. 40

10. Produksi VFA Partrial Cairan Rumen (mM)……………………. 41

V

Page 8: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

8

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kambing PE Betina …………………………………………. 6

2. Buah Nenas yang Sudah Masak ……………………………. 9

3. Struktur Molekul Vitamin C ………………………………… 12

4. Proses Metabolisme Protein dalam Rumen Ternak Ruminansia 23

5. Proses Metabolisme Karbohidrat dalam Rumen Ternak Ruminansia 25

6. Bagan Alir Penelitian Tahap I………………………………….

Page 9: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

9

Vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Analisis Produksi Gas cairan Rumen (ml) ………………………… 51

2. Analisis Kecernaan Bahan Kering (KcBK) (%)………………… 53

3. Analisis Kecernaan Bahan Organik (%) ……………………… 55

4. Analisis Jumlah Bakteri Rumen (CFU x 109) …………………… 57

5. Analisis pH Rumen ………………………………………………….. 59

6. Analisis NH3 Rumen …………………………………………………. 61

7. Analiis VFA Cairan Rumen (mM)…………………………………… 63

8. Analisis Asam Asetat Cairan Rumen (mM)…………………… 65

9. Analisis Asam Propionat Cairan Rumen (mM)………………… 67

10.Analisis Butirat Cairan Rumen (mM) ……………………………. 69

Page 10: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

10

BAB I. PENDAHULUAN

Salah satu misi pembangunan peternakan adalah membangun sumberdaya manusia

(SDM) yang berkualitas melalui penyediaan pangan asal hewan berupa ikan, daging, telur dan

susu untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein. Berdasarkan National Socio Economic

Survey (2007) yang dilaporkan oleh BPS (2008), konsumsi energi masyarakat Indonesia baru

mencapai 2.007,65 kkal/kapita/hari pada tahun 2005, bahkan menurun menjadi 1.926,74

kkal/kapita/hari pada tahun 2006. Jumlah ini lebih rendah dibandingkan dengan standar

kebutuhan energi yaitu 2.500 kkal/kapita/hari. Demikian halnya konsumsi protein hewani asal

ternak hanya sebesar 4,46 gr/kapita/hari, dibandingkan dengan standar kebutuhan nasional

sebesar 6 gr/kapita/hari. Jumlah konsumsi tersebut terdiri dari konsumsi protein asal daging 1,95

gr/kapita/hari, telur 2,00 gr/kapita/hari dan susu 0,51 gr/kapita/hari setara dengan 2,94

kg/kapita/tahun.

Saat ini selain sapi perah, sedang digalakkan pengembangan ternak perah lainnya yang

memiliki potensi dan prospek sangat baik sebagai penghasil susu diantaranya kambing PE

(Peranakan Etawah). Keunggulan kambing PE telah banyak dipublikasikan, diantaranya dapat

beradaptasi di sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk tipe dwi guna, memiliki sifat

reproduksi yang baik (Sodiq et al. 2002) dan susu kambing bernilai gizi tinggi serta berkhasiat

untuk menyembuhkan berbagai penyakit diantaranya asma dan TBC (Moeljanto dan Wiryanta,

2002). Namun realita yang ada menunjukan bahwa perkembangbiakan kambing PE masih

mengalami kendala dalam hal jumlah produksi susu yang masih terbilang rendah yaitu 1,0 – 1,5

liter/ekor/hari (Balitanak, 2004, Afandi, 2007) dan tingkat mortalitas anak yang cukup tinggi dari

lahir sampai disapih yaitu 16,6 – 55,0 % (Devendra and Burns, 1994).

Rendahnya produksi susu erat kaitannya dengan rendahnya mutu pakan dan kurang

optimalnya metabolisme rumen. Menurut Haenlein (2008), nilai heritability produksi susu adalah

0,25 sehingga diindikasikan bahwa produksi susu dipengaruhi oleh faktor genetik sebesar 25 %

sedangkan 75 % lainnya ditentukan oleh faktor lingkungan diantaranya pakan. Hal ini

Page 11: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

11

menunjukan bahwa produksi susu pada kambing PE masih dapat dioptimalkan melalui

perbaikan mutu pakan sehingga produksi susu kambing PE dapat ditingkatkan mendekati

produksi susu kambing Etawah yaitu 3,5 liter/ekor/hari (Devendra and Burns, 1994).

Kondisi fisiologis sangat mempengaruhi produktifitas ternak. Dalam tubuh ternak terjadi

keseimbangan secara alami antara pembentukan radikal bebas dengan antioksidan endogen

selama proses metabolisme. Antioksidan berfungsi menghalangi radikal bebas yang merugikan

tersebut. Level radikal bebas bisa lebih tinggi dari senyawa kandungan antioksidan endogen

sehingga terjadi stres pada ternak. Stres akan berpengaruh negatif terhadap produktifitas

kambing perah Peranakan Etawah terutama terhadap produksi dan kualitas susu. Untuk

mengantisipasi terjadinya stres maka diberikan pakan yang mengandung sumber antioksidan.

Menurut Bellville-Nabet (1996), antioksidan alami yang terdapat dalam bahan pangan dapat

dikategorikan menjadi dua golongan yaitu pertama golongan zat gizi yang terdiri dari vitamin (A,

B, C, E) dan mineral (Zn, Cu, Se), kedua, yaitu golongan zat non gizi yang terdiri dari senyawa

fenol, flavonoid , steroid, alkaloid, terpenoid, tanin dan saponin.

Mineral mikro (Zn, Cu dan Se) memiliki peran ganda dalam tubuh ternak yaitu sebagai

antioksidan (Bellville-Nabet, 1996) dan meningkatkan bioproses dalam rumen dan pascarumen

dan metabolisme zat-zat makanan (Muhtaruddin, 2003). Vitamin E bersama-sama Zn sangat

penting untuk menjaga kesehatan dan memelihara performans. Mekanisme interaksi Zn-vitamin

E terjadi pada level membran. Zn dapat memperbaiki integritas membran sedangkan vitamin E

memelihara struktur membran dan melindungi dari radikal bebas. Dengan demikian Zn-vitamin

E secara sinergis mempertahankan integritas membran (Lionnerdal 1988). Mineral mikro yang

diikat oleh vitamin E yang berfungsi sebagai antioksidan dapat dinamakan mineral-antioksidan.

Pada awal laktasi biasanya akan terjadi neraca negatif, karena zat makanan lebih banyak

dirobah menjadi air susu dan jumlahnya dapat melebihi dari jumlah yang diperoleh dari makanan.

Dengan demikian kekurangan zat makanan akan diambil dari tubuh sehingga ternak akan

kehilangan bobot badan. Penurunan bobot badan induk selama 6 minggu laktasi adalah -21

gr/ekor/hari (Adiati et al. (1999). Penurunan bobot badan akan mengakibatkan kambing PE akan

mengalami penurunan daya tahan tubuh yang berakibat timbulnya penyakit. Terjadinya

penurunan daya tahan tubuh diakibatkan oleh terjadinya pembentukan radikal bebas dalam tubuh

melebihi keberadaan antioksidan endogenus. Untuk itu perlu dilakukan pemberian antioksidan

Page 12: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

12

eksogenus untuk meredam radikal bebas dalam tubuh kambing PE sehingga kambing PE

menjadi sehat, konsumsi pakan meningkat, mengurangi penurunan bobot badan dan akhirnya

meningkatkan produktifitas.

Potensi penggunaan kulit nenas sebagai bahan pakan dilihat dari potensi energi dan

protein pada kambing telah diteliti oleh Ginting et al. (2005) Akan tetapi potensi

pemanfaatannya sebagai sebagai sumber antioksidan dalam pakan ternak, informasinya masih

minim Menurut Kurniawan (2008), buah nanas mengandung vitamin C sebesar 24,0 miligram

dalam 100 gram bahan. Vitamin C sudah lama dikenal memiliki aktivitas sebagai antioksidan

yang mampu menghentikan reaksi berantai pembentukan radikal bebas dalam tubuh yang

merupakan penyebab berbagai penyakit.

Sebagai sumber antioksidan, sebaiknya limbah kulit nenas dikombinasikan dengan

mineral mikro yang terdiri dari unsur mineral Zn, Cu, Se yang dapat diikat oleh antioksidan

vitamin (vitamin E) yang berfungsi sebagai chelates (pengikat). Menurut Muhtarudin dan Liman

(2006) mineral dalam bentuk chilates dapat lebih diserap dalam proses pencernaan (Muhtarudin

dan Liman, 2006). Ditambahkan oleh Supriyati (1999) bahwa mineral mikro Zn dan Cu dapat

meningkatkan kecernaan bahan kering (KcBK) dan kecernaan bahan kering (KcBK),

meningkatkan nilai pH serta menurunkan kadar amonia.

Sebagai sumber antioksidan, maka kombinasi kulit nenas dan mineral-antioksidan punya

prospek untuk ditambahkan kedalam pakan ternak kambing Peranakan Etawah guna

meningkatkan respon fisiologis dan produktifitasnya.

Page 13: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

13

BAB II. STUDI PUSTAKA

3.1. Potensi Kambing PE

Salah satu jenis kambing perah yang sekarang ini mulai mendapat perhatian serius adalah

kambing peranakan etawah (PE) (Gambar 1.). Pemeliharaan kambing ini memberikan pengaruh

besar terhadap sistem pertanian pedesaan karena telah bedaptasi baik di sebagian besar wilayah

Indonesia. Kambing PE adalah hasil persilangan kambing etawah (jamnapari) dan kambing

kacang dengan proporsi genotipe yang tidak jelas. Jenis kambing ini memiliki ciri bentuk muka

cembung, telinga panjang menggantung, postur tubuh tinggi, panjang dan agak ramping

(Balitnak, 2004).

Kambing PE sudah banyak berkembang di Indonesia terutama di P. Jawa yang

pemeliharaannya ditujukan untuk peningkatan produksi susu. Hal ini disebabkan karena susu

kambing mempunyai khasiat untuk kesehatan, kecantikan dan meningkatkan gizi masyarakat

pedesaan melalui konsumsi susu dan daging kambing hasil produksi petani sendiri. Air susu

kambing PE memiliki sederet khasiat yang dapat mengatasi beberapa penyakit seperti gangguan

pencernaan, gangguan ginjal, migrain, hepatitis A, asma, darah tinggi, TBC, penyakit kulit,

perawatan kulit dan masih banyak lagi berbagai khasiat yang dikandung air susu kambing PE.

Dengan demikian secara nasional pengembangan ternak kambing dwiguna di Indonesia akan

membantu programpembangunan dibidang kesehatan disamping sebagai sumber pendapatan

baru sub sektor peternakan (Adiati et al., 2001).

Sodiq dan Abidin (2002) mendapatkan bahwa produksi susu kambing PE 0,45 – 2,2 liter/

ekor/ hari dengan panjang laktasi 92 – 156 hari. Tingkat produksi ini masih bisa ditingkatkan

dengan manajemen yang baik yaitu pemberian pakan tambahan dan pemilihan bibit yang

berkualitas.

Secara umum kualitas susu kambing lebih tinggi dari susu sapi yaitu bahan kering 16,4%,

kandungan protein 4,5 %, lemak 6,7%, laktosa 5,5%, Ca 0,11% dan P 0,09% (Adriani et al.,

2004). Diambahkan (Moeljanto dan Wiryanto, 2002). Komposisi susu kambing mendekati

Page 14: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

14

komposisi kimia air susu ibu (ASI) sehingga susu kambing dapat diberikan kepada bayi yang

baru lahir atau berumur kurang dari satu tahun sebagai pengganti air susu ibu. Susu kambing

juga dapat dikonsumsi tanpa dimasak terlebih duhulu dengan menjamin kebersihan ambing,

kandang dan alat pemerahan.

Gambar 1. Kambing PE Betina

Sodiq dan Abidin (2002) mendapatkan bahwa produksi susu kambing PE 0,45 – 2,2 liter/

ekor/ hari dengan panjang laktasi 92 – 156 hari. Tingkat produksi ini masih bisa ditingkatkan

dengan manajemen yang baik yaitu pemberian pakan tambahan dan pemilihan bibit yang

berkualitas.

Secara umum kualitas susu kambing lebih tinggi dari susu sapi yaitu bahan kering 16,4%,

kandungan protein 4,5 %, lemak 6,7%, laktosa 5,5%, Ca 0,11% dan P 0,09% (Adriani et al.,

2004). Diambahkan (Moeljanto dan Wiryanto, 2002). Komposisi susu kambing mendekati

komposisi kimia air susu ibu (ASI) sehingga susu kambing dapat diberikan kepada bayi yang

baru lahir atau berumur kurang dari satu tahun sebagai pengganti air susu ibu. Susu kambing

juga dapat dikonsumsi tanpa dimasak terlebih duhulu dengan menjamin kebersihan ambing,

kandang dan alat pemerahan.

3.2. Pakan Kambing PE

Pakan untuk ternak perah menjadi faktor utama yang dapat mempengaruhi produksi dan

kualitas susu, bahkan dapat mempengaruhi kesehatan sapi baik fisik maupun reproduksi. Itulah

Page 15: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

15

sebabnya pakan pada ternak perah harus sesuai dengan kebutuhan. Rekomendasi kebutuhan

nutrisi kambing perah (NRC, 1981) dapat dilihat pada Tabel 1

Kebutuhan zat gizi ternak perah sangat erat hubungannya dengan bobot hidup dan tingkat

produksi. Bahkan pada setiap bulan dalam masa laktasi selera makan ternak dapat berubah. Oleh

karena itu perlu pengaturan pemberian pakan pada awal dan akhir laktasi. Pada awal laktasi

biasanya akan terjadi neraca negatif karena zat makanan lebih banyak dikeluarkan ke dalam air

susu, feses serta urine dan jumlahnya melebihi jumlah yang diperoleh dari makanan. Dengan

demikian kekurangan zat makanan akan diambil dari tubuh sehingga ternak akan kehilangan

bobot badan. Hal ini tidak dapat dicegah meskipun dengan meningkatkan jumlah pemberian

pakan karena saat berproduksi dan setelah beranak, pakan diperlukan untuk pemulihan kondisi

tubuh ternak dan pertumbuhan anak. Sebaliknya pada akhir laktasi, diperlukan penambahan

jumlah pakan untuk mengantisipasi kehilangan bobot badan (Sutardi, 1981).

Pakan ternak perah secara umum terbagi atas dua kategori yaitu hijauan dan konsentrat.

Hijauan yang diberikan biasanya bersifat bulky, tinggi serat dan rendah kandungan energinya

seperti rumput pastura, silase, daun-daunan dan hijauan lainnya. Sedangkan konsentrat dapat

tersusun dari jagung, gandum dan bahan lainnya yang merupakan sumber protein atau energi

tetapi rendah serat kasar ( Sudono et al., 2003). Rumput raja adalah satu diantara sekian banyak

jenis hijauan pakan yang biasa digunakan sebagai pakan kambing PE. Hijauan ini memiliki

kandungan gizi baik dan mudah ditanam sehingga menjadi pilihan dalam penyediaan hijauan

(Balitnak, 2004). Sedangkan Setiawan dan Tanius (2002) menyatakan bahwa secara umum

jenis pakan yang diberikan pada kambing PE terdiri dari tiga jenis yaitu pakan kasar, pakan

penguat dan pakan suplemen.

Tabel 1. Rekomendasi Kebutuhan Zat Gizi Kambing Perah

Status

Kebutuhan

Bahan Kering (kg) Protein Kasar (kg) TDN (kg)

BB 30 kg, Produksi

susu 1 liter, kadar

lemak 4 %

0,54 – 1,22 0,123 – 0,134 0,704 – 0,798

Sumber : NRC (1981)

Page 16: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

16

Pakan suplemen dapat berfungsi sebagai pakan pemicu pertambahan bobot badan (PBB)

ternak rumunansia, juga meningkatkan populasi bakteri dalam rumen. Hal tersebut akan

merangsang ternak untuk meningkatkan jumlah konsumsi pakan sehingga akan meningkatkan

produksi (Kartadisastra, 1997). Menurut Hatmono dan Hastoro (1997) manfaat pemberian pakan

sulemen dari aspek fisiologis adalah ternak terhindar dari defisiensi vitamin dan mineral,

produksi dapat dipertahankan baik kualitas maupun kuantitas.

Menurut Rukmana, (2005) pemberian konsentrat ditambah pakan suplemen pada

kambing yaitu 2 kali sehari dengan pemberian selama 10 hari dalam 1 blok (1,5 kg). Pemberian

pakan konsentrat dan suplemen yang dilakukan 2 jam sebelum pemberian pakan hijauan akan

mampu meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan organik sehingga sangat berpengaruh

terhadap peningkatan produksi dan produktifitas ternak. Ditambahkan bahwa pakan konsentrat

dan suplemen merupakan sumber protein ( non- protein nitrogen), energi, dan mineral, dan

meningkatkan konsumsi zat-zat makanan dari pakan yang berserat tinggi.

Pemberian konsentrat dan suplemen akan dapat mempertahankan kontinuitas kualitas

pakan yang diperlukan oleh ternak. Hasil penelitian Balitnak (1997) yang dilaporkan Rukmana

(2005) menunjukkan bahwa kambing Peranakan Etawah (PE) yang diberi pakan tambahan

konsentrat dan UMB mencapai masa pubertas 20 hari lebih cepat dibandingkan dengan yang

tidak mendapatkan pakan tambahan. Jika diberikan dengan frekuensi yang lebih tinggi akan

meningkatkan konsumsi pakan dan produksi susu. Ditambahkan dengan hasil penelitian Adiati

dkk. (2001) bahwa pemberian wheat pollard, dedak padi, bungkil kedele, molases, mineral top

mix, garam dapur dan kapur dalam pakan ternak kambing PE mampu dihasilkan produksi susu

rata-rata 2,8 – 3,0 kg/ekor/hari selama 3 bulan laktasi.

3.2.1. Kulit Nenas

Buah nenas (Ananas comosus L. Merr) merupakan salah satu jenis buah yang terdapat di

Indonesia, mempunyai penyebaran yang merata. Selain dikonsumsi sebagai buah segar, nenas

juga banyak digunakan sebagai bahan baku industri rumah tangga. Dari berbagai macam

pengolahan seperti selai, manisan, sirup, dodol dan lain-lain maka akan didapatkan kulit yang

cukup banyak sebagai hasil sampingan.

Page 17: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

17

. Berdasarkan kandungan nutriennya, kulit buah nenas mengandung karbohidrat dan gula

yang cukup tinggi. Menurut Wijana, et al., (1991) kulit nenas mengandung 81,72 % air; 20,87 %

serat kasar; 17,53 % karbohidrat; 4,41 % protein. Mengingat kandungan karbohidrat yang cukup

tinggi tersebut maka kulit nenas memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai bahan makanan

ternak.

Menurut Ginting et al (2005) kandungan bahan kering ampas nenas hasil pengolahan

buah nenas menjadi sari nenas relatif rendah yaitu 16,22 %. Proporsi terbesar limbah nenas

adalah karbohidrat yaitu berupa selulosa, hemiselulosa, hexosa, pentose dan pectin. Kandungan

serat kasar relatif tinggi dan merupakan faktor pembatas dan sulit dicerna.

Komposisi limbah nenas mencapai 40%, dimana didalamnya terdapat kandungan sisik

sebesar 5%. Sari nenas sebanyak 60% diolah hingga diperoleh konsentrat nenas (hasil akhir)

sebesar 10 – 12% dari sari buah (Sianipar et al., 2006). Besarnya persentase limbah kulit berkisar

antara 21,73 - 24,48 %, limbah mata berkisar antara 11,09 - 13,26 %, daging buah berkisar antara

Gambar 2. Buah Nenas yang Sudah Masak

45,24 - 48,00 %, dan limbah hati berkisar antara 16,43 - 17,48 % (Tahir et al., 2008).

Penelitian Ogwang dan Karua (1996) menunjukan bahwa pemberian kulit nenas dalam

bentuk tepung ad libitum pada kambing menghasilkan pertambahan bobot badan yang baik (60,0

g/h) dengan tingkat konsumsi yang tinggi. Penambahan suplemen protein sebanyak 80,0 g atau

160,0 g meningkatkan pertambahan bobot badan menjadi 81,0 g/h dan 84,0 g/h. Hasil penelitian

ini mengindikasikan bahwa konsumsi energi dari kulit nenas masih mampu mendukung

Page 18: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

18

pertambahan bobot badan yang lebih tinggi selama suplai protein mencukupi. Dengan kata lain,

kulit nenas merupakan bahan pakan sumber energi yang \potensial bagi ternak kambing.

Menurut Kurniawan, (2008) nenas memiliki kandungan air 90% dan kaya akan Kalium,

Kalsium, lodium, Sulfur, dan Khlor. Selain itu juga kaya Asam, Biotin, Vitamin B12, Buah

nanas juga mengandung vitamin (A dan C), Kalsium, Fosfor, Magnesium, Besi, Natrium,

Kalium, Dekstrosa, Sukrosa (gula tebu), dan Enzim Bromelain. Bromelain berkhasiat antiradang,

membantu melunakkan makanan di lambung, mengganggu pertumbuhan sel kanker,

menghambat agregasi platelet, dan mempunyai aktivitas fibrinolitik. Kandungan seratnya dapat

mempermudah buang air besar pada penderita sembelit (konstipasi). Mengkonsumsi sari buah

nanas akan meningkatkan protein dalam tubuh. Nanas juga dapat digunakan untuk mengurangi

dehidrasi. Nenas kaya dengan antioksidan dan fitokimia yang berkhasiat mengatasi penuaan dini,

wasir, kanker, serangan jantung, dan penghalau stres. Buah nanas mengandung vitamin C dan

vitamin A (Retinol) masing-masing sebesar 24,0 miligram dan 39 miligram dalam setiap 100

gram bahan. Kedua vitamin sudah lama dikenal memiliki aktivitas sebagai antioksidan yang

mampu menghentikan reaksi berantai pembentukan radikal bebas dalam tubuh yang diyakini

sebagai dalang atau provokator berbagai penyakit. Hasil penelitian ilmiah menunjukkan

kandungan senyawa fenolik antara lain Myricetin, Quercitin, Tyramine, dan Ferulic Acid pada

buah nanas mampu meredam reaksi berantai radikal bebas dalam tubuh, yang pada akhirnya

dapat menekan terjadinya penyakit kanker. Berbagai antioksidan alami ini diyakini amat ampuh

menghentikan radikal bebas sehingga tak berkeliaran mencari asam lemak tak jenuh dalam sel.

Komposisi kimiawi limbah nenas menunjukkan potensi sebagai sumber energi,

sedangkan kandungan protein kasar sangat rendah. Pemanfaatan limbah nenas yang dikeringkan

sebagai pakan dasar akan dibatasi oleh konsumsi yang rendah jika pemberiannya dilakukan

secara tunggal. Rendahnya tingkat konsumsi ini diduga disebabkan oleh kandungan N yang

rendah, kandungan NDF atau kadar air bahan yang terlalu rendah atau kombinasi ketiganya.

Penggunaan limbah nenas sebagai pakan dasar menggantikan hijauan dapat dilakukan jika

digunakan dalam bentuk pakan komplit (Ginting, 2004). Ginting et al. (2005)

merekomendasikan bahwa tingkat substitusi optimal hijauan oleh ampas nenas adalah 25%,

namun dapat direkomendasikan tingkat substitusi sebesar 50 atau 75% apabila ketersediaan

Page 19: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

19

hijauan terbatas. Namun bila diekspresikan terhadap bobot hidup, konsumsi ransum pada semua

tingkat substitusi ampas nenas berkisar antara 3,5–3,8% bobot hidup.

3.2.2. Antioksidan

Dalam pengertian kimia, senyawa antioksidan adalah senyawa pemberi elektron. Secara

biologis, antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal atau meredam dampak negatif

oksidan dalam tubuh. Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada

senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut bisa dihambat.

Menurut Winarsi (2007) antioksidan adalah senyawa pemberi elektron atau reduktan yang

bekerja menghambat oksidasi dengan cara bereaksi dengan radikal bebas reaktif yang mampu

menginaktifasi reaksi oksidasi dengan cara mencegah terbentuknya radikal atau membentuk

radikal bebas tak reaktif yang relatif stabil dan dapat melindungi sel dari efek berbahaya radikal

bebas.

Penyebab utama kerusakan oksidatif di dalam tubuh adalah senyawa oksidan, baik yang

berbentuk radikal bebas ataupun bentuk senyawa oksigen reaktif lain yang bersifat oksidator.

Kerusakan oksidatif terjadi sebagai akibat dari rendahnya antioksidan dalam tubuh sehingga

tidak dapat mengimbangi reaktivitas senyawa oksidan. Machdin dan Bendich (1987) menyatakan

bahwa ada 3 mikronutrien esensial yang mampu menghalangi secara langsung radikal bebas

yaitu alfa tokoferol (vitamin E), beta karoten dan asam askorbat (vitamin C). Menurut Winarsi

(2007) secara umum antioksidan dikelompokan menjadi 2 yaitu antioksidan enzimatis dan non-

enzimatis. Antioksidan enzimatis misalnya superoksida dismutase atau SOD, katalase dan

glutation peroksidase. Antioksidan non enzimatis dibagi menjadi 2 kelompok yaitu antioksidan

larut dalam lemak seperti tokoferol, karotenoid, flavonoid, quinon dan bilirubin dan antioksidan

larut dalam air seperti asam askorbat, asam urat, protein pengikat logam dan protein pengikat

heme. Antioksidan enzimatis (endogenus) merupakan sistem pertahanan utama (primer)

terhadap kondisi stres oksidatif. Antioksidan non enzim (eksogenus) disebut juga sebagai

antioksidan sekunder karena dapat diperoleh dari bahan makanan seperti vitamin C , E dan β-

karoten.

Berdasarkan pada sumber dari mana diperoleh, antioksidan dibedakan dalam dua

kelompok besar yaitu antioksidan sintetis (konvensional) dan antioksidan alami. Penggunaan

Page 20: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

20

antioksidan alami lebih populer dari pada sintetis dengan pertimbangan terhadap kesehatan

sehingga antioksidan sintetis penggunaannya sangat dibatasi (Winarsi, 2007). Bahan makanan

dari alam ditemukan mengandung antioksidan yang dapat menstabilkan reaksi yang berbahaya

didalam tubuh yang dikenal dengan radikal bebas. Aktifitas dari radikal bebas bergabung

didalam membran sel, enzim dan DNA. Antioksidan mampu menghalangi radikal bebas pada sel

dan jaringan tubuh (Bendich, 1992)

Antioksidan nabati punya prospek untuk ditambahkan kedalam pakan ternak guna

meningkatkan ketahanan tubuh ternak sehingga kebal terhadap serangan penyakit yang akhirnya

meningkatkan produksi ternak (Prawirodigdo, 2006).

3.2.3.Vitamin C Sebagai Antioksidan

Vitamin C merupakan antioksidan yang larut dalam air . Senyawa ini menurut Zakaria

(1996), merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh terhadap senyawa-senyawa reaktif

dalam plasma dan sel. Ditambahkan Sies dan Stahl (1995) bahwa vitamin C atau dikenal pula

sebagai L-ascorbic acid dengan struktur molekul seperti pada Gambar 3, merupakan vitamin

yang bersifat larut dalam air dan sebagai antioksidan yang penting dalam cairan ekstraseluler.

Vitamin C sangat efisien dalam menangkap beberapa senyawa seperti superoksida, hidrogen

peroksida, radikal hidroksi dan radikal peroksil

Sebagai antioksidan, vitamin C bekerja sebagai donor elektron dengan cara memindahkan

satu elektron ke senyawa logam Cu. Selain itu vitamin C dapat menyumbangkan elektron

kedalam reaksi biokimia intra seluler dan ekstraseluler. Diluar sel, vitamin C mampu

menghilangkan senyawa oksigen reaktif, mencegah terjadinya LDL teroksidasi, mentransfer

elektron ke dalam tokoferol teroksidasi dan mengabsorpsi logam dalam saluran pencernaan

(Levine et al., 1995).

Gambar 3. Struktur Molekul Vitamin C.

OO

OH

HO

OH

OH

Page 21: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

21

Vitamin C bekerja secara sinergis dengan vitamin E. Vitamin E yang teroksidasi oleh

radikal bebas dapat bereaksi dengan vitamin C, kemudian akan berobah menjadi tokoferol

setelah mendapat ion hidrogen dari vitamin C dengan reaksi:

Tokoferol radikal + askorbat tokoferol + monodehidroaskorbat (Belleville-Nabet, 1996)

Sapi dapat mensintesa vitamin C di dalam hati dan tidak dianggap sebagai zat gizi yang

penting bagi sapi yang sehat (McDowell, 1989). Namun penambahan vitamin C dapat

mengurangi timbulnya diare pada sapi (Cummins and Brunner, 1989) dan membantu

penyembuhan kelenjar susu sapi laktasi yang mengalami mastitis (Chaiyotwittayakun et al.,

2002)

Konsentrasi vitamin C dalam plasma akan meningkat dengan meningkatnya vitamin C

dalam pakan. Penelitian menunjukan bahwa sedikit vitamin C yang dipecah di dalam rumen

kemudian diserap oleh usus halus. Konsentrasi vitamin C dalam plasma meningkat pada domba

yang diberi vitamin C bersama silikon sebanyak 80 – 88 mg/kg BB per hari ( Hidiroglou et al.,

1997). Weiss (2001) menunjukan bahwa konsentrasi vitamin C dalam plasma meningkat secara

linier dengan pemberian askorbil-2-pospat sebanyak 3 – 30 gr/e/hr pada sapi laktasi. Konsentrasi

vitamin C dalam plasma dan yang dikeluarkan lewat urin akan meningkat dengan meningkatnya

vitamin C dalam pakan. Sapi dapat menyerap lebih dari separoh vitamin C tetapi sebagian besar

dikeluarkan melalui urin (Padilla, et al., 2007)

3.2.4. Mineral - Antioksidan

Bioproses rumen dan pasca rumen harus didukung oleh kecukupan mineral makro dan

mikro. Mineral ini berperan dalam optimalisasi bioproses rumen dan metabolisme zat-zat

makanan. Pemberian mineral dalam bentuk organik dapat meningkatkan ketersediaannya

sehingga lebih dapat diserap dalam tubuh ternak (Muhtarudin, 2003). Mineral dalam bentuk

chilates dapat lebih diserap dalam proses pencernaan. Agensia chelating dapat berupa

karbohidrat, lipid, asam amino, fosfat dan vitamin. Dalam proses pencernaan chelates dalam

ransum memfasilitasi menembus dinding sel usus. Secara teoritis, chelates meningkatkan

penyerapan mineral (Muhtarudin dan Liman, 2006).

Antioksidan alami yang terdapat dalam bahan pangan dapat dikategorikan menjadi dua

golongan yaitu pertama golongan zat gizi yang terdiri dari vitamin (A, B, C, E), mineral (Zn, Cu,

Page 22: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

22

Se) dan protein, kedua golongan zat non gizi yang terdiri dari senyawa fenol, flavonoid dan lain-

lain ( Bellville-Nabet, 1996).

1. Mineral Zn

Seng (Zn) adalah salah satu trace elemen yang secara biologis mempunyai fungsi

struktural, regulasi dan katalitik (Cousins, 1999).

Menurut King (2000) Zn dapat disimpan dalam bentuk metalloenzim (MT). dan

merupakan pemakan radikal bebas yang baik. MT merupakan protein intraseluler yang memiliki

ikatan kuat dengan Zn dan Cu. Sedangkan Se mereduksi senyawa peroksida, sehingga

menurunkan radikal bebas dalam tubuh (Linder, 1992).

Kebutuhan Zn ternak domba berkisar antara 17 – 32 ppm dalam BK ransum. Pada ternak

kadar Zn darah yang normal berkisar antara 0.8 – 1.2 µ g ml¯ ¹ namun variasi kadar Zn antar

individu sangat besar. Sedangkan kadar Zn pada darah domba berkisar antara 0.53 – 0.89 g ml¯ ¹

atau rata-rata 0.70 g ml¯ ¹. Konsentrasi Zn plasma atau serum darah domba menjadi indikator

penduga defisiensi Zn pada ternak.

.Mineral Zn dapat memicu pertumbuhan mikroba (Putra, 1990) dan meningkatkan

penampilan ternak (Hartati, 1998). Namun kandungan mineral Zn hijauan di Indonesia umumnya

rendah yaitu dibawah kadar yang direkomendasikan NRC (2001) yaitu kadar Zn yang layak

antara 40 – 50 mg/kg bahan kering ransum. Little (1986) melaporkan bahwa kandungan Zn

pakan ruminansia di Indonesia berkisar antara 20 – 38 mg/kg BK ransum..

Zn berfungsi sebagai imunostimulator yaitu mampu meningkatkan sistem kekebalan.

Upaya untuk meningkatkan kekebalan tubuh pada sapi dianjurkan penggunaan Zn lebih tinggi

dibanding kebutuhan untuk pertumbuhan dan reproduksi (Liberman dan Bruning, 1990). Bires et

al. (1992) melaporkan bahwa aktifitas fisiologis meningkat dengan pemebrian Zn dimana terjadi

peningkatan jumlah monosit sebesar 14 % dan granulosit sebesar 86 %. Kelebihan atau

ketidakseimbangan mineral seperti Zn dapat menyebabkan rusaknya komponen sistem kekebalan

tubuh (Linder, 1992).

Pemberian suplementasi mineral dalam konsentrat diharapkan dapat memenuhi

kebutuhan energi dan protein bagi ternak, yang pada gilirannyasetelah pasca rumen mampu

menyediakan nutrien bagi kelenjar ambing untuk produksi susu. (Sukarini, 2000). Suplementasi

Page 23: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

23

mineral mikro Zn, Cu dan Mo dapat meningkatkan kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan

organik, meningkatkan nilai pH serta menurunkan kadar amonia (Supriyati, 1999).

Pada waktu melahirkan terjadi penurunan progesteron plasma dan peningkatan sekresi

prolaktin yang mengakibatkan meningkatnya enzim laktose sintetase untuk memulai terjadinya

sintesis laktosa. Laktosa bersumber dari hasil metabolisme terutama asam propionat dalam

rumen. Penambahan konsentrat termasuk ZnSO4 dapat menurunkan pH rumen dan

mengakibatkan peningkatan produksi lemak atsiri (VFA) secara keseluruhan dimana proporsi

asam propionat dan asam butirat meningkat nyata. Asam propionat merupakan sumber utama

pembentukan glukosa susu. Meningkatnya laktosa susu akan meningkatkan produksi susu karena

laktosa berperan mengatur aliran air atau tekanan osmose dalam kelenjar ambing.(Larson, 1985).

Pada kambing perah, Zn harus disuplai secara kontinyu sebab hanya sedikit yang dapat

disimpan dalam tubuh dalam bentuk tersedia atau siap pakai. Defisiensi Zn dapat menyebabkan

parakeratosis, pengeluaran saliva berlebihan, libido rendah, konsumsi menurun dan kehilangan

bobot badan pada kambing. Kebutuhan minimum Zn per hari untuk kambing belum ditetapkan,

namun dosis 10 ppm merupakan batas paling minimum (NRC, 1981). Toksisitas akibat Zn

jarang terjadi, pada sapi perah kadar toksik sekitar 500 – 1500 ppm. Pada domba efek toksik

sekitar 100 mg/ hari (Howell, 1983)

2. Mineral Cu

Mineral Cuprum (Cu) diabsorpsi kurang baik oleh ruminansia. Umumnya hanya 1 – 3 %

Cu yang diabsorpsi oleh ternak ruminansia (McDowell, 1992). Absorpsi Cu berlangsung dalam

dua mekanisme yaitu bentuk jenuh dengan traspor aktif dan bentuk tidak jenuh dengan difusi

sederhana. Absorpsi Cu diatur oleh metalotionein yang sekali gus tempat berlangsungnya

interaksi antara Cu dan Zn di dalam usus halus (McDowell, 1992).

Sekitar 60 % Cu terikat dalam enzim superoksida dismutase sehingga merupakan ukuran

yang bagus bagi status Cu pada manusia, sapi, tikus dan mencit. Konsentrasi Cu hati dapat

digunakan sebagai indikator status Cu ternak yang cenderung defisien bila sangat rendah dan

keracunan bila sangat tinggi (Davis dan Mertz, 1987)

Hays dan Swenson (1984) menyatakan bahwa kebutuhan akan Cu dipengaruhi oleh level

mineral lainnya dalam ransum. Cu menjadi meningkat kebutuhannya pada rumiansia dengan

Page 24: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

24

adanya level molibdenum yang tinggi. Rekomendasi umum bagi ternak ruminansia tidak dapat

dsibuat secara rasional tanpa mengacu pada konsentrasi Cu, Mo dan S padang rumput

(McDowell, 1992). Kendati demikian, untuk domba, NRC (1981) merekomendasikan angka

kebutuhan Cu 7 – 11 mg/kg.

Suplementasi Cu berbentuk Cu lisinat berpengaruh menurunkan pertumbuhan, sebaliknya

Zn, Cu proteinat mampu menghasilkan pertumbuhan terbaik pada domba. Oleh karena itu

suplemetasi Cu sebaiknya dalam bentuk Cu proteinat (Sutardi, 2001) NRC (1981)

merekomendasikan kebutuhan Zn dan Cu masing-masing 50 ppm dan 10 ppm.

3. Mineral Se

Salah satu mineral mikro yang juga sangat dibutuhkan ternak ruminansia adalah mineral

Se (selenium) yang kadarnya dalam pakan belum banyak diketahui dan kadar ketersediaan

biologisnya sangat beragam. Dengan demikian peluang untuk defisiensi cukup besar yang dapat

menyebabkan penyakit daging putih pada domba dan kemandulan pada sapi perah (Arthur,

1997). sebagai antioksidan Se mereduksi senyawa peroksida, sehingga menurunkan radikal

bebas dalam tubuh dan menghambat timbul dan berkembangnya kanker (Linder, 1992).

Selenium merupakan komponen fungsional berbagai selenoprotein tubuh yang

berinteraksi dengan vitamin E. keduanya merupakan nutrisi antioksidan yang berperan

melindungi tubuh dari kerusakan yang diakibatkan radikal bebas. Berbagai penelitian yang telah

dilakukan memperlihatkan bahwa konsumsi produk ternak yang mengandung Se melalui

pengkayaan pada pakan ternak dapat menjadi langkah efektif untuk meningkatkan asupan Se

pada manusia (Djujic et al., 2005). Hasil penelitian Akil et al. (2008) menunjukan bahwa

pengkayaan selenium organik, selenium inorganik dan vitamin E dapat meningkatkan selenium

daging ternak puyuh.

Surai et al. (2006) melaporkan bahwa Se berperan dalam pertahanan antioksidan dan

merupakan bagian penting dari GSH-Px serta ketersediaan Se merupakan kunci efektif

ketersediaan Se merupakan kunci efektif sintesis GSH-Px. Menurut Piliang (2004) Se dapat

menggantikan fungsi vitamin E dalam tiga bentuk yaitu (1) diperlukan untuk menjaga integritas

kelenjar pankreas agar terjadi pencernaan lemak secara normal, pembentukan garam empedu

micelle dan absorpsi vitamin E secara normal pula (2) Se merupakan bagian integral dari sistem

Page 25: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

25

enzim GSH-Px, yang merubah bentuk reduksi glutathine menjadi bentuk oksidase glutathine

dan pada waktu yang bersamaan merusak peroksida dengan cara konversi peroksida menjadi

bentuk alkohol yang tidak berbahaya. Reaksi tersebut mencegah terjadinya proses peroksidasi

terhadap asam-asam lemak yang tidak jenuh pada membran sel, dan oleh karena itu menurunkan

jumlah vitamin E yang diperlukan untuk menjaga integritas sel-sel membran (3) mineral Se

dengan cara yang tidak diketahui membantu retensi vitamin E dalam plasma.

3.3. Sistem Pencernaan Ruminansia

Pencernaan merupakan proses perubahan fisik dan kimia yang dialami bahan pakan alat

pencernaan. Proses pencernaan tersebut meliputi pencernaan mekanik, pencernaan hidrolitik dan

pencernaan fermentatif. Pencernaan mekanik terjadi dalam mulut oleh gigi melalui proses

mengunyah dengan tujuan untuk memperkecil ukuran, kemudian pakan masuk ke dalam perut

dan usus melalui pecernaan hidrolitik, tempat zat makanan diuraikan menjadi molekul-molekul

sederhana oleh enzim-enzim pencernaan yang dihasilkan oleh hewan (Sutardi, 1980). Hasil

pencernaan fermentatif berupa Volatil Fatty Acid (VFA), NH3 dan air yang sebagian diserap

dalam rumen dan sebagian lagi diserap dalam omasum. Selanjutnya pakan yang tidak dicerna

disalurkan ke abomasum dan dicerna secara hidrolitik oleh enzim-enzim pencernaan, sama

seperti yang terjadi pada monogastrik (Arora, 1989).

Sistem pencernaan ruminansia sangat tergantung pada perkembangan populasi mikroba

yang mendiami rumen dalam mengolah setiap bahan pakan yang dikonsumsi. Mikroba tersebut

berperan sebagai pencerna serat dan sumber protein. Mikroba rumen berperan mencerna pakan

berserat yang berkualitas rendah dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber protein bagi induk

semang sehingga kebutuhan asam amino untuk ternak tidak sepenuhnya tergantung pada protein

pakan yang diberikan (Sutardi, 1980). Adapun ekologi rumen dipengaruhi oleh bebarapa

parameter berikut :

1. Mikroba Rumen

Mikroba yang terdapat dalam rumen dibagi menjadi empat jenis mikroorganisme anaerob

yaitu bakteri, protozoa, fungi dan mikroorganisme lainnya seperti virus. Penghuni rumen yang

fungsional paling penting adalah bakteri, dalam 1 ml getah rumen terkandung 10 sampai 10 sel

Page 26: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

26

dan merupakan 5 – 10% masa kering isi perut besar (Schlegel, 1994). Jumlah protozoa rumen

lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah bakteri yaitu sekitar 10 sel/ml. ukuran tubuhnya

lebih besar dengan panjang tubuh berkisar antara 20 – 200 mikron. Oleh karena itu biomassa

total dari protozoa hampir sama dengan biomassa total bakteri (McDonald et al., 2002).

Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan aktifitas populasi mikroba rumen

adalah temperatur, pH, kapasitas buffer, tekanan osmotik, kandunganb bahan kering dan

potensial oksidasi reduksi (Dehority, 2004). Pola pertumbuhan bakteri dan protozoa rumen

dipengaruhi oleh pola fermentasi yang ditunjukan oleh proporsi molar VFA dan pH rumen.

Perkembangan populasi mikroba rumen terutama bakteri akan dibatasi oleh kadar amonia cairan

rumen yang rendah karena ini sangat diperlukan oleh bakteri sebagai sumber N untuk

membangun sel tubuhnya.

2. Bakteri Rumen

Spesies-spesies bakteri dan protozoa yang berbeda saling berinteraksi melalui hubungan

simbiosa dan menghasilkan produk-produk yang khas seperti selulosa, hemiselulosa, dan pati

melalui pencernaan polimer tumbuhan . bakteri rumen spesies tertentu seperti Ruminococcus

flavifaciens, R. alubus, Butyrivibrio fibrisolvans dan Selenomonas ruminantium bertanggung

jawab dalam fermentasi pregastrik membentuk asam asetat, propionat, butirat, CO2 dan H2.

Fermentasi akan diikuti meningkatnya pertumbuhan mikroba dan sintesis protein sel sebagai

sumber protein untuk ternak. Bakteri rumen mampu mensintesis vitamin-vitamin golongan B

kompleks (Arora, 1989).

Bakteri merupakan biomassa terbesar di dalam rumen, terdapat sekitar 50 % dari total

bakteri hidup bebas dalam cairan rumen dan sekitar 30 – 40 % menempel pada partikel makanan.

Beberapa jenis bakteri dari spesies Micrococcus, Staphylococcus, Streptococcus,

Corynebacterium, Lactobacillus, Fusobacterium dan Propionibacterium ditemukan menempel

pada epitel dinding rumen, disamping itu terdapat spesies bakteri methanogen yang hidup

menempel pada protozoa (Dehority, 2004).

Bakteri rumen memiliki fungsi yang sangat penting terhadap fermentasi serat tanaman

berpolimer (Arora, 1989). Bakteri mengurai karbohidrat polimer dalam pakan menjadi senyawa

Page 27: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

27

sederhana seperti asam lemak dan alkohol dari selulosa, amilum, fruktosan dan xilan (Schlegel,

1994).

Bakteri rumen terdiri dari jenis gram prositif dan gram negatif. Perbedaan utama antar

bakteri gram positif dan gram negatif terletak pada struktur dinding sel. Dinding sel bakteri gram

negatif merupakan struktur berlapis, sedangkan bakteri gram positif mempunyai satu lapis yang

tebal. Bakteri gram positif memiliki kandungan peptidoglikan yang tinggi dibandingkan bakteri

gram negatif . disamping itu kandungan lipid pada dinding sel bakteri gram positif lebih rendah

dari dinding sel bakteri gram negatif (Waluyo, 2005). Spesies bakteri rumen yang termasuk

dalam gram positif antara lain Lactobacillus ruminis, L. vitulinus, Eubacterium uminantium,

Clostridium polysaccarilyticum, Streptococcus bovis dan Butyrivibrio fibrisolvens, sedangkan

yang termasuk gram negatif antara lain Prevotella sp., Ruminobacter amylophilus, Fibrobacter

succinogenes, Selenomonas ruminantium, Succinimonas amylolitica dan Treponema bryantii.

(Hobson dan Stewart, 1997).

3. Protozoa Rumen

Protozoa merupakan mikroorganisme yang ada dalam rumen dengan jumlah lebih sedikit

jika dibandingkan dengan jumlah bakteri yaitu sekitar 1 juta /ml (MCDonald et al., 2002).

Protozoa bersifat anaerob, apabila kadar oksigen atau pH rumen tinggi, maka protozoa tidak

dapat membentuk cyste untuk mempertahankan diri dari lingkungan yang jelek sehingga dengan

cepat akan mati (Arora, 1989). Pada ruminansia, protozoa yang bersilia berkembang di dalam

rumen dan membantu pencernaan zat-zat makanan dari rumput-rumputan yang kaya akan serat

kasar. Protozoa jenis Holotrica terutama memecah gula terlarut seperti glukosa, maltosa, sukrosa

dan pati terelarut dan melepaskan asam asetat, asam butirat, asam laktat CO2, H2 dan

amilopektin. Amilopektin sebagai simpanan energi bagi protozoa digunakan apabila substrat

dalam lingkungan rumen berkurang.

Keadaan kelaparan atau kekurangan makanan jangka lama merupakan faktor utama

penyebab berkurangnya jumlah protozoa. Rendahnya pH mengurangi populasi protozoa secara

drastis. Protozoa mempunyai kemampuan sangat kecil untuk mensintesa asam amino dan

vitamin B kompleks. Protozoa memperoleh dua golongan zat makanan tersebut dari bakteri dan

dapat menghidrogenasi asam-asam lemak tak jenuh menjadi asam lemak jenuk (Arora, 1989).

Page 28: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

28

Sebagian besar protozoa memakan bakteri untuk memperoleh sumber nitrogen dan mengubah

protein bakteri menjadi protein protozoa, bersamaan dengan itu memperoleh tambahan sumber

protein dan pati dari ingesta rumen.

4. Produksi Gas

Metode pengukuran (gas test) digunakan untuk mengevaluasi nilai nutrisi pakan.

Hubungan antara kecernaan in vivo dan produksi gas (CO2 dan CH4) secara in vitro pada saat

pakan diinkubasi dengan menggunakan cairan rumen selama 24 jam dapat digunakan untuk

memperkirakan kecernaan bahan organik dan energi metabolis yang terkandung dalam pakan.

Gas yang dihasilkan dari metode pengukuran gas ini secara langsung dihasilkan dari proses

fermentasi, sedangkan gas yang dihasilkan secara tidak langsung berasal dari buffer dari VFA

(Close dan Menke, 1986) Ditambahkan Kurniawati (2007) metode produksi gas secara in vitro

dapat digunakan untuk mengukur dan memprediksi nilai kecernaan bahan pakan, pengaruh

bahan pakan terhadap fermentasi di dalam rumen dan pengaruh bahan pakan terhadap

pertumbuhan mikroba rumen.

Produksi gas yang dihasilkan menunjukan terjadinya proses fermentasi pakan oleh

mikroba rumen, yaitu menghidrolisis karbohidrat menjadi monosakarida dan disakarida yang

kemudian difermentasi menjadi asam lemak terbang (VFA) terutama asam asetat, propionat dan

but5irat serta gas metan (CH4) dan CO2 (McDonald et al., 2002). Produksi gas dari fermentasi

protein relatif sedikit dibandingkan dengan fermentasi karbohidrat (Sallam, 2005). Menurut

Firsoni (2005), gas merupakan banyaknya bahan organik yang dapat dicerna di dalam rumen.

Produksi gas total yang dihasilkan berasal dari pakan yang difermentasi dan gas ini menjadi

terakumulasi di dalam syringe akibat tidak adanya penyerapan dan sistem in vitro.

Pada ternak ruminansia sebagian energi pakan terbuang dalam bentuk produksi gas metan

(CH4). Gas metan terbentuk dari reaksi antara gas CO2 dan gas H2. Fermentasi dalam rumen

yang mengarahke sintesis propionat akan lebih menguntungkan karena pada sintesis propionat

banyak menggunakan gas hidrogen sehingga produksi gas metan berkurang. Pada proses sintesis

asetat dan butirat banyak dihasilkan gas hidrogen. Gas hidrogen dengan CO2 akan membentuk

gas metan yang sesungguhnya tidak bermanfaat bagi ternak (Orskov dan Ryle, 1990). Dalam

sehari gas yang terbentuk dari seekor sapi sekitar 900 liter. Berdasarkan volumenya gas tersebut

Page 29: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

29

tersusun dari 65 % karbon dioksida (CO2), 27 % metan (CH4), 7 % nitrogen (N) dan 0,18 (H2)

serat gas H2S (Schlegel, 1994).

5. Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik

Kecernaan merupakan perubahan fisik dan kimia yang dialami bahan makanan dalam alat

pencernaan. Perubahan tersebut dapat berupa penghalusan bahan makanan menjadi butir-butir

atau partikel kecil atau penguaraian molekul besar menjadi molekul kecil. Kecernaan yang tinggi

mencerminkan besarnya sumbangan nutrien tertentu pada ternak, sementara itu pakan yang

mempunyai kecernaan rendah menunjukan bahwa pakan tersebut kurang mampu menyuplai

nutrien untuk hidup pokok maupun untuk tujuan produksi.ternak Yusmadi, 2008 dan Arora,

1989).

Kecernaan in vitro dipengaruhi oleh pencampuran sampel pakan, cairan rumen, pH,

pengaturan suhu fermentasi, lamanya waktu inkubasi, ukuran partikel sampel dan larutan

penyangga, (Selly, 1994). Derajad keasaman pH cairan rumen merupakan faktor penting dalam

pemanfaatan bahan organik pada sistem pencernaan ruminansia, sedangkan faktor yang

mempengaruhi degaradasi ransum dalam saluran pencernaan ruminansia adalah struktur

makanan, ruminasi, produk saliva dan pH optimum (Anggorodi, 1994).

Kecernaan bahan kering dipengaruhi oleh kandungan protein pakan karena setiap sumber

protein memiliki kelarutan dan ketahanan degradasi yang berbeda-beda dan kecernaan bahan

organik merupakan faktor penting yang dapat menentukan nilai pakan(Sutardi, 1980). Sutardi

(2001) melaporkan bahwa sebagian besar komponen bahan kering terdiri atas bahan organik

sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya KcBK akan mempengaruhi juga

tinggi rendahnya KcBO ransum. Pakan dengan kecernaan yang berbeda ditandai dengan

perbedaan laju dan jumlah produksi gas dalam periode waktu tertentu, biasanya 24 jam.

6. Amonia (NH3)

Protein pakan di dalam rumen dipecah oleh mikroba menjadi peptida dan asam amino,

beberapa asam amino dipecah lebih lanjut menjadi amonia. Amonia diproduksi bersama dengan

Page 30: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

30

peptida dan asam amino yang akan digunakan oleh mikroba rumen dalam pembentukan protein

mikroba (McDonald et al., 2002).

Produksi NH3 berasal dari protein yang didegradasi oleh enzim proteolitik. Di dalam

rumen, protein dihidrolisis pertama kali oleh mikroba rumen. Tingkat hidrolisis protein

bergantung dari daya larutnya yang berkaitan dengan kenaikan kadar NH3 (Arora, 1989). Kadar

amonia dalam rumen merupakan petunjuk antara proses degradasi dan proses sintesis protein

oleh mikroba rumen. Jika pakan defisien akan protein atau proteinnya tahan degradasi maka

konsentrasi amonia dalam rumen akan rendah dan pertumbuhan mikroba rumen akan lambat

yang menyebabkan turunnya kecernaan pakan (McDonald et al., 2002).

Amonia merupakan sumber nitrogen utama untuk sintesis protein mikroba oleh karena itu

konsentrasinya dalam rumen merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan (Satter dan Slyter,

1974). Menurut McDonald et al.,(2002), kisaran konsentrasi NH3 yang optimal untuk sintesis

protein oleh mikroba rumen adalah 6 – 21 mM.

Faktor yang mempengaruhi konsentrasi N-NH3 adalah karbohidrat dalam ransum.

Peningkatan jumlah karbohidrat mudah difermentasi akan mengurangi produksi amonia karena

terjadi kenaikan penggunaan untuk pertumbuhan mikroba (Ranjhan, 1980). Proses proteolisis

dan deaminasi berlangsung baik pada pH 6,5 – 7,0. pada kondisi pH yang lebih rendah, proses

tersebut terhambat karena pertumbuhan bakteri proteolitik dan selulotik tertekan (Orskov, 1982).

Konsentrasi amonia dalam rumen tergantung pada kelarutan dan jumlah pakan. Protein

pakan yang didegradasi menjadi asam amino akan mengalami proses deaminasi menjadi asam

organik CO2 dan NH3. NH3 yang dihasilkan dapat diubah menjadi protein mikroba kemudia

mengalir ke abomasum, usus halus dan hati. nH3 yang masuk ke dalam hati diubah menjadi urea.

Urea yang dihasilkan sebagian akan masuk kembali ke dalam rumen melalui saliva ataupun

dinding rumen dan sebagian lagi disekresikan melalui urin (Ranjhan, 1980; Arora, 1989).

Page 31: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

31

Pakan

Protein Non-protein N

Sulit Mudah Non-proteinN

Didegradasi Didegradasi

Enzim protease

Peptida

Enzim Peptidase

Deaminasi

Asam Amino Amonia

RUMEN

Protein Mikroba

Dicerna di Usus Diekskresikan

Halus (urine)

Gambar 4. Proses Metabolisme Protein dalam Rumen Ternak Ruminansia(McDonald et al., 2002)

Mikroorganisme rumen menghasilkan enzim protease yang digunakan untuk

menghidrolisa protein menjadi peptida dan asam amino, yang selanjutnya dihidrolisa menjadi

Hati

NH3 Urea

Ginjal

Kelenjar,Saliva

Page 32: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

32

CO2, amonia (NH3) dan VFA (Ranjhan, 1980). Amonia merupakan nitrogen yang dibutuhkan

mikroba rumen dan bersama dengan kerangka karbon sumber energi akan disintesis menjadi

asam amino dan selanjutnya menjadi protein mikroba (Hungate, 1966). Menurut Ranjhan (1980)

batas minimum kadar amonia untuk pertumbuhan mikroba sebesar 2 mg persen.

Sumbangan NH3 pada ternak ruminansia sangat penting mengingat bahwa prekusor

protein mikroba adalah amonia dan senyawa sumber karbon. Makin tinggi kadar NH3 di rumen

maka makin banyak protein mikroba yang terbentuk sebagai sumber protein tubuh. Konsentrasi

nitrogen amonia sebesar 5 mg persen setara dengan 3,57 mM sudah mencukupi kebutuhan

nitrogen mikroba. Amonia hasil fermentasi tidak semuanya disintesis menjadi protein mikroba,

sebagian akan diserab ke dalam darah. Amonia yang tidak terpakai dalam rumen akan dibawa ke

hati diubah menjadi urea, sebagian dikeluarkan melalui urin dan yang lainnya dibawa ke kelenjar

saliva. Proses metabolisme protein dan pembentukan amonia (NH3) ditunjukan pada Gambar 4.

Untuk mencegah dampak buruk dari pemenuhan nitrogen amonia asal urea, produksi NH3 di

dalam rumen akan diproduksi terus menerus walaupun sudah terjadi akumulasi (Sutardi, 1977).

Konsentrasi amonia yang optimum untuk menunjang sintesis protein mikroba dalam cairan

rumen sangat bervariasi, berkisar antara 6 – 21 mM (McDonald et al., 2002)

7. Volatile Fatty Acid (VFA)

Proses pencernaan karbohidrat di dalam rumen ternak ruminansia akan menghasilkan

energi berupa asam-asam lemak terbang ()VFA) antara lain yang utama yaitu asetat, propionat,

butirat, valerat dan format dengan perbandingan di dalam rumen berkisar pada 50 70 % asetat,

17 – 21 % propionat, 14 – 20 % butirat, valerat dan format hanya terbentuk dalam jumlah yang

kecil (Schlegel, 1994).

Karbohidrat pakan di dalam rumen mengalami dua tahap pencernaan oleh enzim-enzim

yang dihasilkan oleh mikroba rumen. Tahap pertama, karbohidrat mengalami hidrolisis menjadi

monosakarida, seperti glukosa, fruktosa dan pentosa. Selanjutnya, gula sederhana tersebut

dipecah menjadi asam asetat, asam propionat, asam butirat, CO2 dan CH4 (McDonald et al.,

2002). Mikroba rumen akan mencerna karbohidrat, sebagian protein dan lemak (Hungate, 1966).

Menjadi Volatil Fatty Acid (VFA), amonia (NH3) , gas CO2 dan metan.

Page 33: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

33

VFA merupakan produk akhir fermentasi karbohidrat dan merupakan sumber energi

utama ruminansia asal rumen. Oleh sebab itu, produksi VFA di dalam cairan rumen dapat

digunakan sebagai tolok ukur fermentabilitas pakan (Hartati, 1998). Menurut Sutardi (1980),

kisaran VFA ransum yang optimal adalah 80 – 160 mM.

Hijauan umumnya memproduksi pola fermentasi asetat yang memiliki karakteristik

proporsi molar asetat yang tinggi dan proporsi propionat dan butirat yang rendah dimana rasio

asetat-propionat-butirat adalah 69 : 17 : 14. Sementara pakan mengandung tinggi konsentrat

umumnya memproduksi fermentasi propionat adalah 55 : 32 : 13. Pakan yang mengandung

tinggi sukrosa menghasilkan fermentasi butirat 55 : 14 : 31 (Harrison dan McAllan, 1980).

Menurut McDonald et al. (2002), ransum dengan komposisi 40 % hijauan; 60 % konsentrat,

akan menghasilkan VFA total sebesar 96 mM dengan perbandingan 61 % asetat, 18 % propionat

dan 8 % butirat pada sapi, sedangkan domba akan menghasilkan VFA total sebesar 76 mM

dengan perbandingan 52 % asetat, 34 % propionat dan 12 % butirat (McDonald et al. (2002),

Ransum yang diberikan kepada ternak ruminansia sebagian besar terdiri dari karbohidrat.

Di dalam rumen, polisakarida dihidrolisa menjadi monmosakarida oleh enzim-enzim mikroba

rumen. Kemudian monosakarida tersebut seperti glukosa difermentasi menjadi VFA berupa

asetat, propiona, butirat dan gas CH4 dan CO2. VFA diserap melalui dinding rumen melalui vili.

Sekitar 75 % dari total VFA yang diproduksi akan diserap langsung retikulo-rumen yang masuk

ke darah, sekitar 20 % diserap di abomasum dan omasum dan sisanya sekitar 5 % diserap di usus

halus.( McDonald et al. (2002), proses hidrolisis karbohidarat dapat dilihat pada Gambar 5.

Asetat adalah precursor untuk pembentukan lemak air susu, karena itu jika imbangan

asetat/propionat rendah, kadar lemak susu menurun (Sutardi, 1977). Selanjutnya dikatakan

bahwa untuk pembentukan lemak tubuh, imbangan asetat/propionat rendah akan merangsang

penggemukan.

Page 34: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

34

Cellulose Hemicellulose Pectin Fructans Starch

Pentoses Uronic

acidsGalactose

Pentose

pathway

Cellobiose

Glucose

Sucrose

Dextrans

Fructose Maltose

ATPPyruvate Lactate

Oxalacetate

Malate

Fumarate

+ ATP

Succinate

Succinyl - CoA

Methylmalonyl-CoA

Propionyl-CoA

+ ATP

Propionate

+ 2H

Acrylate

Acetyl-CoA

Aceto-

acetyl-CoA

Acetaldehyde

Ethanol

ATP

Acetate

Formate

CO2

H2

ATP

CH4

2 ATP

Butyrate

FEED CARBOHYDRATE FRACTIONS

RUMEN FERMENTATION

Gambar 5. Proses Metabolisme Karbohidrat dalam Rumen Ternak Ruminansia(McDonald et al. (2002),

Page 35: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

35

BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

1. Melihat ekologi rumen kambing Peranakan Etawah (PE) secara in-vitro yang meliputi

produksi gas, kecernaan bahan kering dan bahan organik, jumlah bakteri, pH, NH3,

VFA total dan partial setelah dilakukan pemberian kulit nenas sebagai sumber

antioksidan dan mineral antioksidan.

2. Mendapatkan level terbaik kulit nenas dan mineral-antioksidan sebagai dasar pemberian

pakan pada penelitian in vivo (penelitian tahun ke 2) sehingga dihasilkan respon

fisiologis dan produktifitas kambing perah Peranakan Etawah (PE).

2. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi

perkembangan ilmu nutrisi antioksidan, khususnya pada ternak kambing perah.

2. Dapat dujadikan sebagai salah satu alternatif teknologi pakan dalam

meningkatkan produktifitas ternak ruminansia khususnya ternak perah dalam

menunjang pembangunan peternakan.

Page 36: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

36

IV. METODOLOGI PENELITIAN

1. Tahun Pertama

Tujuan penelitian pada tahun pertama adalah melihat ekologi rumen kambing perah

Peranakan Etawah (PE) yang diberi sumber antioksidan yang berasal dari kulit nenas dan

mineral antioksidan yang terdiri dari mineral Zn, Cu, Se dan vitamin E. Disini diharapkan

dihasilkan ekologi rumen yang baik yang meliputi produksi gas, kecernaan bahan kering dan

bahan organik, jumlah bakteri rumen, NH3, pH dan VFA total dan partial. Dari hasil terbaik

yang terlihat pada parameter yang diukur, akan menjadi acuan dalam menyusun ransum

perlakuan pada Tahun Kedua.

a. Materi Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Pebruari sampai dengan bulan Mei 2010. Analisis

Proksimat dan Van Soest kulit nenas dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi Fakultas Peternakan

Universitas Jambi. Penelitian in-vitro dilakukan di laboratorium Balitnak Ciawi, Bogor.

Bahan penelitian yang digunakan terdiri atas kulit nenas segar dan ditambah mineral

antioksidan yang terdiri dari Zn, Cu dan Se yang dicampur masing-masing dengan vitamin E..

Kemudian dilakukan pembuatan mineral antioksidan yang terdiri dari Zn-vitamin E, Cu-vitamin

E dan Se-vitamin E.

Mineral antioksidan yang digunakan sebanyak 1,5 kali rekomendasi NRC (1981) yang

terdiri dari Zn (60 ppm), Cu (15 ppm) dan Se (0,15 ppm) (Muhtarudin dan Liman, 2006) dan

dikombinasikan dengan vitamin E sebanyak 10 ppm (Rumetor, 2008) dan 120 ml cairan rumen

kambing PE.

b. Rancangan Percobaan

Percobaan in-vitro menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola Faktorial. 3 x 3 dengan

3 ulangan.

Faktor I terdiri dari :

N 1. : vitamin C = 200 mg/ekor ≈ kulit nenas segar 818 gr = 164,58 gr BK

N2 : vitamin C = 300 mg/ekor ≈ kulit nenas segar 1227 gr = 246,87 gr BK

N3 : vitamin C = 400 mg/ekor ≈ kulit nenas segar 1636 gr = 329,16 gr BK

Page 37: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

37

Faktor II terdiri dari :

M1 : Mineral Zn-vitamin E sebanyak 60 ppm-10 ppm

M2 : Mineral Cu-vitamin E sebanyak 15 ppm-10 ppm

M3 : Mineral Se-vitamin E sebanyak 0,15 ppm-10 ppm

Kombinasi perlakuan yang diuji dalam penelitian ini seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Perlakuan yang Diuji dalam Penelitian in-vitro

Level Kulit Nenas M1 M2 M3

N1

N2

N3

N1M1

N2M1

N3M1

N1M2

N2M2

N3M2

N1M3

N2M3

N3M3

Peubah yang diamati :

Dalam percobaan ini dilakukan pengamatan terhadap bioproses rumen yang didasarkan

atas peubah :

1. Produksi gas cairan rumen.

2. Koefisien cerna bahan kering (KcBK)

3. Koefisien cerna bahan organik (KcBO)

4. Volatil Fatty Acid (VFA) (mg/100 ml) total dan partial yang terdiri dari asam asetat,

butirat dan propionat

5. Konsentrasi N-NH3

6. pH cairan rumen (mg/l)

7. Jumlah bakteri rumen (CFU/ml)

Analisis statistik

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Program SAS Tahun 1997 (Mantjik

dan Sumertajaya, 2002). Perbedaan antar perlakuan diuji dengan Duncan’sMultiple Range Test

(DMRT).

Page 38: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

38

c. Protokol Percobaan

Kulit nenas terlebih dahulu dianalisis kandungan gizinya menggunakan analisis

proksimat untuk komponen nutrien dan analisis Van Soest untuk komponen serat, AAS (Atomic

Absorption Spectrophotometer) mengikuti prosedur AOAC (1995) untuk komponen mineral,

prosedur AOAC (1995) untuk vitamin E.

Percobaan in-vitro menggunakan teknik pressure transducer dengan cara mengamati

proses fermentasi pakan oleh mikroba rumen kambing PE dalam botol in-vitro yang telah berisi

substrat. Prosedur pelaksanaan adalah sebagai berikut :

1. Satu gram sampel kombinasi perlakuan dimasukan dalam tabung in-vitro kapasitas 150

ml.

2. Kondisi yang diperhatikan antara lain keadaannya an-aerob, suhu inkubasi berkisar antara

38º C – 42 º C, kondisi pH netral pada kisaran 6,0 – 7,0 yang merupakan syarat yang

harus dipenuhi guna mendukung pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba serta

aktifitasnya.

3. Menambahkan larutan medium yang terdiri dari mikromineral, buffer, makromineral,

resazurin dan air destilasi kedalam botol yang berisi sampel tadi sambil terus diberi gas

CO2.

4. Menyimpan botol in-vitro tersebut kedalam ruang pendingin selama 24 jam.

5. Setelah 24 jam, kemudian dihangatkan di dalam water bath selama kurang lebih 15

menit.

6. Masukan cairan rumen segar sebanyak 10 ml

7. Tambahkan larutan reduksi kedalammya.

8. Simpan botol in-vitro kedalam water yang bersuhu 40 ºC dan menyamakan tekanan gas

didalamnya sebagai pertanda 0 jam dengan cara memasukan jarum pada tutup karetnya.

9. Pengamatan terhadap peubah mulai dilakukan setelah 24 jam

Persiapan Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tunggal yaitu hanya berupa

kulit nenas segar yang sudah dihaluskan dan ditambah mineral antioksidan tanpa dicampur

dengan hijauan maupun konsentrat. Bagan alir penelitian in – vitro terlihat pada gambar 6.

Page 39: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

39

1. Jumlah bakteri rumen tertinggi2. pH rumen optimum3. Konsentrasi NH3 terendah4. Produksi Vfa total dan parsial tertinggi

Perlakuan terbaik pada Tahap I (in-vitro)Menjadi perlakuan pada Tahap II (in-vivo)

WATER BATH

40°C

Cooling Room-10°C - -4°C

SUBSTRAT LARUTANMEDIUM (86ML)

CO2

Antioksidan KulitNenas dan MineralAntioksidan

LARUTAN REDUKSI(4ml)

CAIRANRUMEN(10ml)15 mnt

Setelah 24 jam

analisa

Gambar 6. Bagan Alir Penelitian Tahap I

Page 40: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

40

Pengambilan Cairan Rumen

Cairan rumen yang digunakan dalam percobaan ini diambil dari rumen kambing PE

dengan cara disedot langsung dari rumen menggunakan selang, kemudian disaring dan disimpan

dalam termos. Termos yang akan dipakai untuk tempat cairan rumen diisi dengan air panas

sehingga suhunya mencapai 39° C kemudian ditutup.

Page 41: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

41

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian Tahun I : In – Vitro

Penelitian pada Tahun I bertujuan untuk memperoleh kombinasi perlakuan terbaik antara

dosis antioksidan kulit nenas dan mineral antioksidan terhadap ekologi rumen untuk digunakan

sebagai perlakuan pada penelitian Tahun II.

1. Pengaruh Perlakuan Terhadap Produksi Gas Rumen

Metode produksi gas in vitro dapat digunakan untuk mengukur dan memprediksi nilai

kecernaan bahan pakan, pengaruh bahan pakan terhadap fermentasi di dalam rumen dan

pengaruh bahan pakan terhadap pertumbuhan mikroba rumen (Kurniawati, 2007).

Hasil sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan antioksidan kulit nenas dan mineral

antioksidan memberikan pengaruh sangat nyata (P< 0.01) terhadap produksi gas pada inkubasi 0 –

48 jam, namun tidak terjadi interaksi (P> 0.05) antara antioksidan kulit nenas dan mineral

antioksidan (Lampiran 1) Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa antioksidan kulit nenas pada N1 (5

mg/kg BB) me3nghasilkan laju produksi gas yang lebih tinggi dibanding N2 (7,5 mg/kg BB) dan

N3 (10 mg/kg BB). Perlakuan mineral antioksidan memberikan pengaruh terhadap produksi gas.

dan interaksi antara antioksidan kulit nenas dan mineral antioksidan tidak memberikan pengaruh

terhadap produksi gas rumen. Perlakuan M1 (Zn-Vit E) menunjukan pengaruh yang tertinggi

dibanding perlakuan M2 (Cu- Vit. E) dan M3 (Se-vitamin E) terhadap kecernaan bahan kering

Tabel 6. Produksi Gas Cairan Menurut Perlakuan (ml)

Antiokswidan

Kulit nenas (N)

Mineral Antioksidan (M)

M1 M2 M3 Rataan

N1 18.67 ±1.44 18,33 ±0.76 17,17± 0.50 18.06 a

N2 18.33 ±1.15 17.67±1.61 16,67 ±2.57 17.56 a

N3 16.7 ± 1.04 14.67±4.01 11,67 ± 2.23 14.35 b

Rataan17,9 a 16,89 b 15,17 c

Superskrip huruf yang berbeda dalam satu kolom/baris menunjukan perbedan yang sangat nyata (P<0.01)

Produksi gas yang dihasilkan menunjukan terjadinya proses fermentasi pakan oleh

mikroba rumen yaitu menghidrolisis karbohidarat menjadi monosakarida dan disakarida yang

Page 42: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

42

kemudian difermentasi menjadi asam lemak terbang (VFA) terutama asam asetat, propionat dan

butirat serta gas metan (CH4) dan CO2 (Mc Donald et al., 2002). Produksi gas dari fermentasi

protein relatif sedikit dibandingkan dengan fermentasi karbohidrat (Sallam, 2005).

Pada Gambar 7. terlihat laju produksi gas menggambarkan peningkatan produksi gas

untuk keseluruhan perlakuan terjadi pada waktu inkubasi 0 – 24 jam dan pada saat inkubasi 24 –

48 jam perlakuan N1M1 menunjukan peningkatan laju produksi gas yang nyata dan pada

perlakuan N3M3 terjadi penurunan laju produksi gas. Produksi gas yang dihasilkan menunjukan

terjadinya proses fermentasi pakan oleh mikroba dan degradasi terjadi di dalam rumen yang

merupakan gambaran banyaknya bahan organik yang dapat dicerna di dalam rumen (Firsoni,

2005).

Menurut Winugroho et al. (1997), puncak produksi gas diperoleh pada 24 jam pertama,

selanjutnya mengalami penurunan hingga 96 jam dan akhirnya menjadi titik nol. Hal ini akan terjadi

pada semua jenis pakanoleh karena semakin lama suatu jenis pakan dalam rumen maka semakin

berkurang sumber protein dan bahan organik dari pakan, semakin berkurang sumber protein dan

Waktu Inkubasi (Jam ke-))

Page 43: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

43

bahan organik yang diubah menjadi NH3 dan VFA untuk dimanfaatkan oleh mikroorganisme.

2. Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik

Kecernaan adalah indikasi awal ketersediaan nutrien yang terkandung dalam bahan

pakan tertentu bagi ternak yang mengkonsumsinya (Yusmadi, 2008). Pengaruh antioksidan kulit

nenas dan mineral antioksidan terhadap kecernaan bahan kering in vitro disajikan pada Tabel 8.

Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan antioksidan kulit nenas dan mineral

antioksidan memberikan pengaruh yang sangat nyata (P< 0.01) terhadap kecernaan bahan kering

dan bahan organik. Interaksi antara antioksidan kulit nenas dan mineral antioksidan juga

memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0.0 terhadap kecernaan bahan kering (KcBK).

Kecernaan bahan kering pada pemberian antioksidan kulit nenas N1 (5 mg/kg BB) memberikan

pengaruh yang lebih baik dibanding perlakuan N2 (7,5 mg/kg BB) dan N3 (10 mg/ kg BB).

Tabel 8. Kecernaan Bahan Kering dan bahan OrganikMenurut Perlakuan (%).

Antioksidan KulitNenas (N)

Mineral Antioksidan (M)

M1 M2 M3 Rataan

Kecernaan BahanKering (%)

N1

N2

N3

86.04±1.81

81.86±2.71

74.77±2.12

85.38±0.71

79.94±2.22

71.46±2.87

82.06±1.29

76.37±0.57

60.59±2.48

80.36 a

74.18 b

60.97 c

Rataan 80.89 a 78.92 a 73.01 b

Kecernaan BahanOrganik (%)

N1

N2

N3

90.90±1.66

86.15±2.14

83.30±2.53

90.14±5.34

85.81±2.71

77.07±2.61

87.60±0.38

84.41±4.69

76.99±4.47

89.54 a

85.45 b

80.23 b

Rataan 86.78 a 84.34 a 83.0 b

Superskrip huruf yang berbeda dalam satu kolom/baris menunjukan perbedan yang sangat nyata (P<0.01)

Min

eral

ant

ioks

idan

Page 44: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

44

Perlakuan M1 (Zn-Vit E) menunjukan pengaruh yang lebih tinggi dibanding perlakuan

M2 (Cu- Vit. E) dan M3 (Se-vitamin E). Sama dengan hasil penelitian Rumetor (2008) bahwa

mineral Zn-vitamin E yang dikombinasikan dengan daun bangun-bangun dalam ransum

meningkatkan KcBK dan KcBO . hal ini diduga karena peran katalitik ZN dan fungsi vitamin E

dalam melindungi oksidasi lemak dan kerusakan sel. Zn dengan fungsi katalitiknya,

mengaktivasi enzim yang terlibat dalam metabolisme (NRC, 2001) dan vitamin E melindungi

lemak dari peroksidasi (Vitahealth, 2004)., sehingga dapat berdampak positif terhadap kecernaan

lemak dan juga memberikan kontribusi terhadap kecernaan bahan organik dan bahan kering

secara keseluruhan. Adanya penambahan Zn-vitamin E dapat memicu peningkatan KcBK dan

KcBO yang lebih tinggi. Hasil penelitian Kardaya (2000) juga menunjukan bahwa mineral Zn

mengkasilkan kecernaan yang lebih tinggi dibanding pemberian mineral Cu dan Mo dalam

ransum domba.

3. Jumlah Bakteri Menurut Perlakuan

Hasil pengkuran jumlah bakteri rumen antioksidan kulit nenas dan mineral antioksidan dapat

dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah Bakteri Menurut Perlakuan ( x 109 CFU/ml)

Antioksidan Kulit

Nenas (N)

Mineral Antioksidan (M)

M1 M2 M3 Rataan

N1 2.45 ±1.08 1.85 ±0.62 1.18 ±0.71 1.83 a

N2 1.74±0.60 1.32 ±0.30 1.23 ±0.31 1.43 b

N3 1.12±0.75 0.85 ±0.66 0.84 ±0.25 0.94 c

Rataan 1.77 1.34 1.08 1.39

Superskrip huruf yang berbeda dalam satu kolom/baris menunjukan perbedan yang sangat nyata (P<0.01)

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa perlakuan antioksidan kulit nenas memberikan

pengaruh sangat nyata (P< 0.01) menurunkan jumlah mikroba, sementara pemberian mineral

antioksidan dan interaksi antara antioksidan kulit nenas dan mineral antioksidan tidak nyata

(P>0.05) mempengaruhi jumlah bakteri cairan rumen (Lampiran 4.). Pada Tabel 9. terlihat bahwa

Page 45: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

45

nilai rataan bakteri yang diperoleh dalam penelitian berkisar antara 0,84 – 2.45 x 10 milyar/ml. Hasil

ini masih dalam kisaran pendapat Mc Donald dkk (1988) bahwa jumlah bakteri di dalam rumen

mencapai 1 – 10 milyar. Namun jumlah bakteri yang dihasilkan masih rendah dan terlihat bahwa

jumlah bakteri pada perlakuan antioksidan kulit nenas N1 (5 mg/kg BB) menunjukan angka

tertinggi dan diikuti secara menurun berturut-turuit oleh N2 dan N3. Menurut Mc Donald dkk (2002)

perkembangan populasi mikroba rumen akan dipengaruhi oleh kadar amonia cairan rumen karena

merupakan sumber N untuk membangun selnya..Ditambahkan oleh Winarno (1983) antioksidan bila

diberikan pada konsentrasi tinggi maka akan bersifat bakterisidal yaitu dapat menghambat

perkembangan bakteri di dalam rumen.

4. Konsentrasi Amonia (NH3)

Amonia dalam cairan rumen merupakan hasil dari proses degradasi protein dan nitrogen

bukan protein (NPN) yang masuk dalam rumen. Amonia erat kaitannya dengan sintesisi protein

mikroba karena mikroba rumen memanfaatkan amonia sebagai sumber nitrogen (N) utama untuk

sintesis protein mikroba rumen. Dengan demikian kadar NH3 merupakan salah satu indikator untuk

mengetahui fermentabilitas pakan yang berhubungan dengan kecernaan protein pakan, aktivitas dan

populasi mikroba rumen. Produksi NH3 pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Rataan Pengaruh Perlakuan Terhadap NH3 Rumen (mM)

Antioksidan Kulit

Nenas (N)

Mineral Antioksidan (M)

M1 M2 M3 Rataan

N1 5.63±0.49 5.33 ±0.09 4.47 ±0.36 4.46 a

N2 5.47 ±0.37 5.57 ±0.46 5.04 ±0.37 4.02 b

N3 4.87±0.74 4.81±0.48 4.83±0.57 3.72 c

Rataan 5,21 5.04 3.07 4.11

Superskrip huruf yang berbeda dalam satu kolom/baris menunjukan perbedan yang sangat nyata (P<0.01)

Hasil diatas berada pada kisaran yang kurang baik untuk pertumbuhan mikroba yaitu

seperti yang dinyatakan oleh Sutardi (1995) konsentrasi NH3 yang mampu dan baik untuk

pertumbuhan mikroba rumen berkisar antara 4 – 12 mM dengan level optimum untuk aktifitas

fermentatif mikroba rumen adalah 8 mM. Konsentrasi NH3 dalam penelitian ini berkisar antara 4,83

– 5,63 mM. Berdasarkan temuan dari Mehrez et al. (1977) terungkap bahwa untuk memaksimumkan

Page 46: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

46

laju fermentasi mikroba rumen diperlukan konsentrasi amonia yang lebih tinggi yakni 23, 5 mg%

atau setara dengan 13.82 mM. Dengan demikian level cairan rumen pada semua kelompok

perlakuan memungkinkan untuk mendukung aktifitas fermentatif rumen dengan optimal. Rendahnya

konsentrasi NH3 rumen disebabkan salah satunya oleh kandungan protein kulit nenas relatif rendah

yaitu 4.81 % (Hasil analisa Lab. Fapet Unand, 2009). Orskov (1982) menyatakan bahwa produksi

NH3 dalam rumen dipengaruhi oleh lamanya makanan berada dalam rumen, kelarutan protein

ransum, pH rumen dan jumlah protein rumen.

Produksi NH3 in vitro pada penelitian menurun sangat nyata (P<0.01) dengan

meningkatnya level pemberian antioksidan kulit nenas. Penurunan ini disebabkan pembentukan

mikroba rumen juga menurun (Tabel 9). . Clarke dan Bauchop (1977) menyatakan bahwa bakteri

proteolitik membutuhkan substrat protein untuk membentuk protein mikroba dan memproduksi NH3

yang juga dapat digunakan sebagai sumber energi ternak ruminansia. Selanjutnya Leng (1990)

mengemukakan bahwa apabila ketersediaan substrat berkurang maka jumlah populasi mikroba yang

memanfaatkan substrat tersebut akan berkurang sehingga produk akhir jenis mikroba ini akan

menurun.

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa mineral antioksidan tidak nyata (P>0.01)

berpengaruh terhadap produksi NH3. Hal ini berarti bahwa pemberian Zn, Cu, Se – vitamin E tidak

memberikan pengaruh yang berarti bagi pembentukan NH3. Hal ini diduga adanya penurunan

aktifitas enzim untuk proses pencernaan protein (degradasi dan deaminasi) yang dapat menghasilkan

NH3 sehingga peran seperti Zn – vitamin E untuk meningkatkan kerja enzim tersebut dalam

metabolisme menjadi berkurang. Menurut Counsin (1996), Zn berperan sebagai komponen maupun

kofaktor enzim, sehingga aktifitas enzim dapat ditingkatkan dengan adanya vitamin E. dengan

demikian apabila ketersediaan enzim berkurang, peran Zn juga berkurang. Hasil penelitian ini

diperkuat dari hasil penelitian Bargo dan Muller (2005) yang mendapatkan bahwa penggunaan 58,59

mg/kg Zn dan 1363 mg/kg vitamin E yang merupakan jumlah penggunaan diatas optimum, dalam

campuran konsentrat sapi laktasi, tidak berpengaruh terhapap produksi NH3.

5. pH Rumen

Nilai pH cairan rumen penting untuk mendukung pertumbuhan mikroba rumen dan

mengatur proses fermentasi dalam rumen. Pengaruh perlakuan terhadap rataan pH rumen disajikan

Page 47: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

47

pada Tabel 11.

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa perlakuan antioksidan kulit nenas dan interaksi

antara antioksidan kulit nenas dan mineral antioksidan tidak nyata (P > 0.05) berpengaruh terhadap

kadar pH cairan rumen (Lampiran 5). Namun mineral antioksidan memberikan pengaruh yang nyata

(P < 0.05) terhadap pH cairan rumen. Perlakuan M1 (Zn-Vitamin E) memberikan kondisi asam

cairan rumen yang relatif tinggi dibanding perlakuan M2 dan M3. Nilai pH yang tetap dipertahankan

dalam kondisi normal tidak terlepas dari fungsi Zn dan vitamin E yaitu berperan dalam homeostasis

asam basa (Piliang, 2001) dan menjaga integritas membran sel (Hughes, 2003). Ditambahkan oleh

Clarke dan Bauchop (1977) bahwa perubahan pH kearah basa akan memperlambat pertumbuhan

mikrobadan jenis mikroba, sebaliknya perubahan pH yang menjadi semakin asam akan merubah

pola pencernaan kearah pemanfaatan substrat dari golongan karbohidrat.

Tabel 11. Rataan Pengaruh Perlakuan Terhadap pH Cairan Rumen

Antioksidan Kulit

Nenas (N)

Mineral Antioksidan (M)

M1 M2 M3 Rataan

N1 6.52± 0.01 6.52 ±0.02 6.52 ±0.01 6.52

N2 6.49± 0.06 6.50±0.04 6.59±0.09 6.53

N3 6.53±0.04 6.55±0.03 6.59±0.04 6.57

Rataan 6,51 b 6,52 c 6.58 a

Superskrip huruf yang berbeda dalam satu kolom/baris menunjukan perbedan yang sangat nyata (P<0.01)

Pada Tabel 11 terlihat bahwa pH cairan rumen in vitro berkisar antara 6.52 – 6.59. Nilai pH

ini masih termasuk nilai pH normal untuk kehidupan mikroba dan berlangsungnya proses fermentasi

dalam rumen yaitu pada kisaran 5.5 sampai 7.0 (Leng, 1990).

6. Konsentrasi Volatile Fatty Acid (VFA)

Produksi VFA merupakan hasil metabolisme pakan dalam rumen, terutama dari komponen

karbohidrat pakan, melalui proses enzimatik dan fermentatif. Hasil akhir dari proses fermentasi

adalah asam lemak terbang (Volatile Fatty Acid/VFA) diantaranya asam asetat, propionat dan

butirat. VFA mempunyai peran ganda yaitu sebagai sumber energi bagi ternak dan sumber kerangka

karbon untuk pembentukan protein mikroba. Peningkatan konsentarsi VFA mencerminkan

peningkatan kandungan protein dan karbohidrat pakan yang mudah larut (Davies, 1982).

Page 48: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

48

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa produksi VFA total nyata (P<0.01) dipengaruhi

oleh perlakuan antioksidan kulit nenas dan mineral antioksidan. Hal tersebut menandakan bahwa

pemberian kulit nenas dan mineral antioksidan mempengaruhi aktivitas mikroba rumen. Interaksi

dari kedua perlakuan ini tidak memberikan pengaruh yang nyata (P> 0.05) terhadap VFA total. Dari

Tabel 12 terlihat bahwa perlakuan N1 (antioksidan kulit nenas 5 mg/kg BB) menghasilkan VFA

total yang lebih tinggi dibanding perlakuan N2 (antioksidan kulit nenas 7,5 mg/kg BB) dan N3

(antioksidan kulit nenas 10 mg/kg BB). Tingginya VFA total pada N3 diduga karena tingginya

KcBK dan KcBO sehingga ketersediaan substrat lebih banyak untuk bakteri dalam memproduksi

VFA. Menurut Hubson dan Stewart (1977), ketersediaan substrat sangat penting bagi kehidupan

mikroba rumen maupun dalam proses fermentatif dan metabolisme untuk menyediakan energi bagi

ternak. Substrat yang tersedia dalam kulit nenas adalah komponen serat berupa selulosa dan

hemiselulosa. Kondisi ini mengindikasikan adanya adanya peningkatan populasi mikroba dari jenis

selulotik. Menurut Clarke dan Bauchop (1977), bakteri selulotik membutuhkan substrat selulosa dan

hemiselulosa untuk menghasilkan energi bagi ternak ruminansia dalam bentuk VFA.

Tabel 12. Rataan konsentrasi VFA Total Cairan Rumen (mM)

Antioksidan Kulit

Nenas (N)

Mineral Antioksidan (M)

M1 M2 M3 Rataan

N1 55.15±0.21 54.54 ±0.29 54.68±0.75 54.83 a

N2 54.85±0.15 54.58 ±0.51 53.22± 0.42 54.17 b

N3 54.42± 0.72 53.78 ±1.39 52.18±0.25 53.72 b

Rataan 54,81 a 54,42 a 53,49 b 54,24

Superskrip huruf yang berbeda dalam satu kolom/baris menunjukan perbedan yang sangat nyata (P<0.01)

Dari Tabel 13 terlihat bahwa produksi VFA total yang dihasilkan berkisar antara 54,16 –

55,15mM. Terlihat bahwa semakin tinggi level pemberian antioksidan kulit nenas semakin renah

konsentrasi VFA total. Nilai ini VFA total berada dibawah kisaran konsentrasi VFA yang

dihasilkan oleh mikroba rumen dalam kondisi normal yaitu 80 – 160 mM (Sutardi, 1980). Hal ini

disebabkan oleh karena dalam pelaksanaan penelitian tidak menggunakan ransum tapi menggunakan

pakan tunggal berupa kulit nenas yang dikombinasikan dengan mineral antioksidan.

1. Grafik 6. pH RUMENGrafik 5. pH Rumen Menurut Perlakuan

Page 49: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

49

7. Produksi VFA Partial (mM)

Gambaran proporsi molar atau VFA parsial rumen menurut Arora (1989) antara lain 50 –

60% asasm asetat, 18 – 24 % asam propional dan sekitar 13 – 21% asam butirat. Hasil analsis

proporsi molar VFA dapat dilihat pada Tabel 13. Berdasarkan gambaran proporsi molar

VFA, .interaksi antara antioksidan kulit nenas dan mineral antioksidan menunjukan bahwa proporsi

asam asetat lebih tinggi dari asam propionat dan butirat. Menurut Seymour et al. (2004) asetat

berkorelasi positif dengan kandungan lemak susu, sementara propionat dan butirat berkorelasi positif

dengan produksi susu. Ditambahkan Mc Namee (1996) bahwa asam asetat merupakan asam lemak

terbang yang sangat dibutuhkan oleh ternak ruminansia karena asetat merupakan prekusor

pembentukan lemak susu selain untuk dioksidasi menjadi energi dan lemak tubuh.

Tabel 13. Produksi VFA Partial Cairan Rumen (mM)

Peubah

Perlakuan

N1M1 N1M2 N1M3 N2M1 N2M2 N2M3 N3M1 N3M2 N3M3

Asam Asetat

Asam Propionat

As. Iso Butirat

As. n-Butirat

As. Iso Valerat

As. n-Valerat

27.1

17.4

2,1

8,1

0,8

0,00

26.8

16.5

3.2

7.1

0.8

0.00

26.8

1 6.5

3,2

7,4

0,8

0,00

26.8

16.5

3,2

7,4

0,8

0,00

26.8

16.3

3,2

7,4

0,8

0,00

26.3

16.2

2,6

7,3

0,7

0,00

26.7

16.4

3,2

7,1

0,8

0,00

26.5

16.3

3,2

7,1

0,8

0,00

26.2

15.9

3,2

6,2

0,8

0,00

VFA Total 55,15 54.54 54.68 54.85 54.58 53.22 54.42 53.78 52.18

Berdasarkan analsis sidik ragam (lampiran 8,9 dan 10) bahwa perlakuan antioksidan kulit

nenas berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap asam asetat dan butirat tetapi tidak memberikan

pengaruh nyata (P>0.05) terhadap asam propionat, sedangkan perlakuan mineral antioksidan

berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap asam asetat tetapi tidak memberikan pengaruh yang nyata

(P>0.05) terhadap propionat dan butirat. Interaksi antara antioksidan kulit nenas dan mineral

antioksidan tidak berpengaruh terhadap asam asetat, propionat dan butirat.

Asam propionat merupakan satu-satunya VFA yang digunakan untuk sintesa glukosa.

Konsentrsi propionat akan meningkat apabila ternak mengkonsumsi pati atau gula dalam jumlah

Page 50: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

50

besar, sedangkan konsentrasi asam asetat akan meningkat apabila konsumsi hijauan ditingkatkan.

Berarti berdasarkan Tabel 13 dapat disimpulkan bahwa pemberian antioksidan kulit nenas yang

dikombinasikan dengan mineral antioksidan dapat mengurangi pemakaian hijauan karena perlakuan

dapat memproduksi asam asetat yang lebih tinggi dibanding asam propionat.

.

Page 51: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

51

KESIMPULAN

Penggunaan antioksidan kulit nenas sebesar 5 mg/kg BB dan mineral antiolsidan Zn –

vitamin E dapat dijadikan sebagai pakan suplemen dalam ransum kambing perah Peranakan Etawah.

Sebagai pakan suplemen, dapat menghasilkan ekologi rumen berupa produksi gas, pH dan NH3

yang baik dan juga dapat meningkatkan KcBK dan KcBO, VFA total dan parsial serta jumlah

bakteri rumen.

Dalam penelitian Tahun II untuk penelitian in-vivo digunakan penggabungan antara mineral

Zn, Cu, Se dan Vitamin E yang ditambahkan kedalam antioksidan kulit nenas karena dalam

penelitian in vitro dihasilkan interaksi antara antioksidan kulit nenans dan mineral antioksidan yang

tidak berpengaruh terhadap peubah yang diukur.

Page 52: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

52

DAFTAR PUSTAKA

(AOAC) Association of Official Analitical Chemists. 1995. Official Methods of Analysis. USA ,Arlington Press.

(Balitnak) Balai Penelitian Ternak. 2004. Kambing Peranakan Etawah, Kambing PerahIndonesia, Bogor : Puslitbang Deptan.

(BPS) Biro Pusat Statistik. 2008. Statistik Indonesia, Jakarta, BPS .

(NRC) National Research Council. 1981. Nutrient Requirement of Goat. National AcademyScience. Washington, D.C.

-------------------------------------------.. 2001. Nutrient Requirement of Dairy Cattle. WashingtonDC, National Academy Press.

Adiati,U., I.K. Sutama, D. Yulistiani, I.G.M. Budiarsono. 2001. Pemberian Kosentrat denganlevel protein yang berbeda pada induk kambing PE selama bunting tua dan laktasi.Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Bogor.

Arora, S.P. 1989. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Edisi Indonesia. Penerbit Gajah MadaUniversity Press, Yogyakarta.

Belleville-Nabet, F. 1996. Zat Gizi Antioksidan Penangkal Senyawa Radikal Pangan dalamSistem Biologis dalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan: reaksiBiomolekuler, Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan. CFNS-IPB dan KedutaanBesar Perancis-Jakarta.

Bendich, A. 1992. Simposium: Antioxidant, Immune and Animal Fungtion. Fisiological role ofantioxidant in the immune system. J. Dairy Sci. 76: 278 – 2794.

Chaiyotwittayakun, A., R. J. Erskine, P. C. Bartlett, T. H. Herd, P. M. Sears, and R. J. Harmont.2002. The effect of ascorbic acid and L-histidine therapy on acute mammaryinflammation in dairy cattle. J. Dairy Sci. 85:60–67.

Close, W and K. Menke. 1986. Selected Topics in Animal Nutrition. University of Hohenheim,Jerman.

Cousin, R.J. 1996. Zinc. Di dalam Ziegler EE, Filer LJ Editor. Present Knowledge in Nutrition,Washington DC: ILSI Press.

Dehority, B. A. 2004. Rumen Microbiology, Nottingham University Press, Nottingham.

Page 53: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

53

Djujic, I., M. Demajo, O. Jozanov-Stankov and I.J. Markovic. 2005. Health Benefits ofConsumining Selenium – Enriched Quail Eggs. Proceeding 5th Internasional Symposiumon Trace Elements In Human: New Perspectives. Athens, Greece. Pp 622 – 635.

Firsoni. 2005. Manfaat tepung daun kelor (Moringa oletjer, Lamb) dan glirisidia (Gliricidiasepium, Jacq) sebagai sumber protein dalam urea molases blok (UMB) terhadapmetabolisme pakan secara in-vitroroduksi susu sapi perah. Tesis. Program Pasca Sarjana,Universitas Brawijaya, Malang.

Ginting, S.P. 2004. Tantangan dan peluang pemanfaatan pakan lokal untuk pengembanganpeternakan kambing di Indonesia. Loka Penelitian Kambing Potong. Pusat Penelitian danPengembangan Peternakan.

-----------------, R. Krisnan dan A. Tarigan. 2005. The Substitution of Forages with PineappleWastes in Complete Feed for Goats. Seminar Nasional Teknologi Peternakan danVeteriner.

Harrison, D.G. and A.B. McAllan. 1980. Digestive Physiology and Metabolism in Ruminants.AVI Publishing Company, Inc., Connecticut.

Hartati, E. 1988. Suplementasi minyak lemuru dan seng ke dalam ransum yang mengandungsilase pod kakao dan urea ungtuk memacu pertumbuhan sapi Holstein jantan. DisertasiProgram Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

Hatmono,H., I. Hastoro. 1997. Urea Molases Blok. Pakan Suplemen Ternak Ruminansia. , PT.Trubus Agriwdya, Ungaran.

Hidiroglou, M., T. R. Batra, and X. Zhao. 1997. Comparison of vitamin C bioavailability aftermultiple or single oral dosing of different formulations in sheep. Reprod. Nutr. Dev.37:443–448.

Hungate, R.E. 1966. The Rumen and Its Microbes. Academic Press Inc., New York.

Kartadisastra, H.R. 1997. Tatalaksana dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. Kanisius,Jogjakarta.

King, J.C. 2000. Determinants of maternal zinc status during pregnancy. American Jurnal ofClinical Nutrition. 71:1334 – 1343.

Kurniawan, F. 2008. Sari buah nenas kaya manfaat. Sinar Tani Edisi 13 – 19 Agustus 2008.

Kurniawati, A. 2007. Teknik produksi gas in vitrountuk evaluasi pakan ternak., volume produksigas dan kecernaan bahan pakan. Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi. 3(1): 40 – 51.

Page 54: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

54

Larson, BL. 1985. Biosynthesis and Cellular Secretion of Milk. Di dalam : Larson BL. Editor.Lactation. Iowa: Iowa State Press.

Leng. R.A. 1990. Factor affecting the utilization of “poor quality” forage by ruminantsparticulary under tropical condition. Di dalam Smith R.H. Editor. Nutrition ResearchReview. Volume ke 3. USA, Cambridge University Press.

Linder, M.C. 1992. Nutrisi dan Metabolisme Vitamin Dalam Biokimia Nutrisi dan Metabolisme,hlm : 119-344 (M.C. LINDER, diterjemahkan oleh A. Parakkasi & A.Y. Amwila).Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

McDonald, J.W., R.A. Edwards and J.F.D. Greenhalgh. 2002. Animal Nutrition. 6th Edition.Longman Science and Technology, New York.

McDowell, L. R. 1989. Vitamin C. Pages 365–387 in Vitamins in Animal Nutrition. L. R.McDowell, ed. Academic Press, San Diego, CA.

Moeljanto, R.D. dan B.T.W. Wiryanta. 2002. Khasiat Dan Manfaat Susu Kambing, Susu TerbaikDari Hewan Ruminansia. Agro Media Pustaka. Tanggerang.

Muchdin C.J and A. Bendich. 1987. Free radical tissue demage: Protective Role of AntioxidantNutrient. J. Feed Am. Soc. Exp. Biol. 1: 441.

Muhtarudin dan Liman. 2006. Penentuan tingkat penggunaan mineral organik untukmemperbaiki bioproses rumen pada kambing secara in-vitro. Jurnal Ilmu-ilmu PertanianIndonesia. Vol. 8 No2. Hal 132 – 140.

Muhtarudin. 2003. Pembuatan dan penggunaan Zn-Proteinat dalaam ransum untukmeningkatkan nilai hayati dedak gandum dan optimalisasi bioproses dalam pencernaanternak kambing. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. Vol. III (5): 385—393.

Oguang, B.H., dan S.K. Karua. 1996. The effect of supplement of crop residues and agro-industrial byproducts on the growth performances of Swazi goats. In: S.H.B. Lebbie andE. Kagiuni (Eds.) Small Ruminant Research and Developmentr in Africa. Proc. 3thBiennial Conference of the African Small Ruminant Research Network. ILRI, Nairobi.Kenya.

Orskov, E.R. 1982. Protein Nutrition in Ruminants. Academic PressLimited, London. P: 40 – 80.

Padilla, L., T. Matsui S. Ikeda, M. Kitagawa and H. Yano . 2007. The effect of vitamin Csupplementation on plasma concentration and urinary excretion of vitamin C in cattle J.Anim Sci. 2007. 85:3367-3370.

Piliang, W.G. 2001. Nutrisi Mineral. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Page 55: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

55

----------------. 2004. Nutrisi Vitamin. Vol. 1. Bogor. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat InstitutPertanian Bogor.

Prawirodigdo, S.. 2006. Pemberian Pakan Mengandung Asam Amino dan Antioksidan NabatiSebagai Strategi Proteksi Terhadap Serangan Penyakit Pada Ternak Ayam. DalamProsiding Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal, Hlm: 144-156.

Ranjhan, S.M. 1980. Animal Nutrition and Feeding Practice in India, 2nd Ed. Vikas PublishingHouse Ltd, New Delhi, pp. 93 – 104.

Rukmana, H.R. 2005. Silase dan Permen Ternak Ruminansia. Penerbit Kanisius, Jogjakarta.

Sallam, S.M.A. 2005. Nutritive value assessment of the alternative feed resources by gasproduction and rumen fermentation in vitro.. J. of Agriculture and Biological Sciences1(2): 200 – 209.

Satter, I. and L.L. Slyter. 1974. Effect of amonia concenrtation on rumen microbial proteinproduction in vitro. Br. J. Nutr. 32: 199 – 208.

Schlegel H.G. 1994. Mikronbiologi Umum. Penerjemah T. Baskoro. Gajah Mada UniversityPress, Yogyakarta.

Setiawan, T. Dan A. Tanius. 2002. Beternak Kambing Perah Peranakan Ettawa PenebarSwadaya, Jakarta.

Seymour, W.M., D.R. Campbella and Z.B. Johnson. 2004. Relationship between rumen volatilefatty acid concentration and milk production in dairy cows : a literature study. Animal FeedSci. and Tech. 119 : 155 – 169.

Sianipar, J., R. Krisnan, K. Simanjutak dan L.P. Batubara. 2006. Evalusi Tiga Jenis LimbahPertania Sebagai Pakan Kambing Potong. Seminar Nasional Teknologi Peternakan danVeteriner 2006

Sies, H dan W. Stahl. 1995. Vitamin E dan C, β-carotene and other carotenoids as antioxidants.Am. J. Clin. Nutr. Supl. 62: 1315S – 1321S.

Sodiq, A. dan Z. Abidin. 2002. Kambing Peranakan Etawah Penghasil Susu Berkhasiat Obat.Agro Media Pustaka, Tanggerang.

Sudono A., R.F. Rosdiana, B.S. Setiawan. 2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Jakarta:Agromedia, Jakarta.

Supriyati, D, Yulistiani, Wina dan B. Haryanto. 1999. Suplementasi mineral mikro dalam upayapeningkatan produktifitas domba. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. Hal : 11 – 30.

Page 56: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

56

Surai, P.F. 2003. Natural Antioxidants in Avian Nutrition and Reproduction. Thrumpton,Nottingham Univ

-------------., F. Karadas, A.C. Pappas and N.H.C. Sparks. 2006. Effect of organic selenium inquail diet on its accumulation in tissues and transfer to the progeny. Br. Poult. Sci. 47 : 65– 72.

Sutardi, T. 1979. Ketahanan protein bahan makanan terhadap degradasi oleh mikroba rumen danmanfaatnya bagi peningkatan produktivitas ternak. Prosiding Seminar dan PenunjangPeternakan . Lembaga Penelitian Peternakan, Bogor.

-------------. 1981. Sapi Perah dan Pemberian Makanannya. Bogor. Departemen Ilmu MakananTernak, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

-------------. 2001. Revitalisasi peternakan sapi perah melalui penggunaan ransum berbasislimbah perkebunan dan suplemen mineral organik. Laporan akhir RUT VIII. InstitutPertanian Bogor, Bogor.

Tahir, I., S. Sumarsih, dan S. D. Astuti. 2008. Kajian Penggunaan Limbah Buah Nenas Lokal(Ananas comosus, L) Sebagai Bahan Baku Pembuatan Nata. Seminar Nasional KimiaXVIII, Jurusan Kimia FMIPA UGM, Yogyakarta

Walstra, P. 1999. Dairy Technology. New York. Marcel Dekker Inc.

Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi Umum. UMM Press, Malang.

Weiss, W.P. 1998. Requirement of fat- soluble vitamins for dairy cows: A review. J. Dairy Sci.81: 2493-2501.

Wijana, S., Kumalaningsih, A. Setyowati, U. Efendi dan N. Hidayat. 1991. OptimalisasiPenambahan Tepung Kulit Nanas dan Proses Fermentasi pada Pakan Ternak terhadapPeningkatan Kualitas Nutrisi. ARMP (Deptan). Universitas Brawijaya. Malang.

Winarno. 1983. Enzim Pangan. Gramedia, Jakarta.

Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Potensi dan aplikasinya dalamkesehatan. Penerbit Kanisius.

Yusmadi. 2008. Kajian mutu dan palatabilitas silase dan hay ransum komplit berbasis sampahorganik primer pada kambing PE.

Zakaria, F.R. 1996. Sintesis senyawa radikal dan elektrolit dalam dan oleh komponen pangan. Didalam Prosiding Seminar senyawa radikal dan sistem pangan, reaksi biomolekuler, dampakterhadap kesehatan dan penangkalan. Kerjasama PSPGIPB dengan Kedutaan BesarPerancis, Jakarta.

Page 57: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

57

LAMPIRAN

Lampiran 1.1. PRODUKSI GAS Cairan Rumen

Kulitnenas

ulangan M1 M2 M3 Total Rataan

1 17 17.5 18 52.5 17.5N1 2 19.5 18.5 17 55 18.33

3 19.5 19 17.5 56 18.67Jumlah 56 55 52.5Rataan 18.67 18.33 17.5 18.67

1 19 16,5 16 51.5 17.17N2 2 19 17 18.5 54.5 18.17

3 17 19.5 15.5 52 17.33Jumlah 55 53 50

Rataan 18.33 17.67 16.67 17.56

1 15,5 15 13 43.5 14.55N3 2 17.5 18.5 12.5 48.5 16.17

3 17 10,5 9.5 37 12.33Jumlah 50 44 35Rataan 16.7 14.67 11.67 14.35

Analysis of Variance ProcedureDependent Variable: Produksi Gas

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 8 100.83333333 12.60416667 2.87 0.0303

Error 18 79.16666667 4.39814815

Corrected Total 26 180.00000000

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F

Page 58: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

58

KN 2 61.05555556 30.52777778 6.94 0.0058MIN 2 32.66666667 16.33333333 3.71 0.0446KN*MIN 4 7.11111111 1.77777778 0.40 0.8031Duncan's Multiple Range Test for variable: GAS

Duncan Grouping Mean N KN

A 18.1667 9 N1AA 17.2222 9 N2

B 14.6111 9 N3

Duncan's Multiple Range Test for variable: GASDuncan Grouping Mean N MIN

A 17.8889 9 M1A

B A 16.8889 9 M2BB 15.2222 9 M3

Level of Level of -------------Produksi Gas-------------KN MIN N Mean SD

N1 M1 3 18.6666667 1.44337567N1 M2 3 18.3333333 0.76376262N1 M3 3 17.5000000 0.50000000N2 M1 3 18.3333333 1.15470054N2 M2 3 17.6666667 1.60727513N2 M3 3 15.6666667 2.56580072N3 M1 3 16.6666667 1.04083300N3 M2 3 14.6666667 4.01040314N3 M3 3 12.5000000

Page 59: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

59

Lampiran 2.

2. Kecernaan Bahan Kering (KcBK)

Kulit nenas ulangan M1 M2 M3 Jumlah Rataan

N1

1 84.51 86.13 81.87 246.06 82.022 85.58 85.30 80.92 235.96 78.653 88.04 84.71 83.48 241.25 80.41

Jumlah 258.13 256.14 246.18 723.27 241.09Rataan 86.04 85.38 82.06 241.08 80.36

N2

1 79.82 80.40 75.76 224.99 752 80.82 81.90 76.89 221.26 73.753 84.95 77.53 76.48 221.47 73.82

Jumlah 245.59 239.83 229.13 667.72 222.57Rataan 81.86 79.94 76.37 225.56 74.18

N3

1 72.34 70.18 58.50 166.63 55.542 75.77 74.75 59.95 191.86 63.953 76.20 69.45 63.34 190.32 63.44

Jumlah 224.31 214.38 181.79 548.81 182.93Rataan 74.77 71.46 60.59 182.93 60.97

Jumlah 728.03 710.35 657.1 1939.8Rataan 80.89 78.92 73.01

Analysis of Variance ProcedureDependent Variable: KCBK

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 8 1535.88689630 191.98586204 46.69 0.0001

Error 18 74.01913333 4.11217407

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F

KN 2 1132.63142963 566.31571481 137.72 0.0001MIN 2 302.10642963 151.05321481 36.73 0.0001KN*MIN 4 101.14903704 25.28725926 6.15 0.0027

Duncan's Multiple Range Test for variable: KcBKDuncan Grouping Mean N KN

Page 60: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

60

A 84.5044 9 N1

B 79.3944 9 N2

C 68.9422 9 N3

Duncan's Multiple Range Test for variable: KcBKDuncan Grouping Mean N MIN

A 80.8922 9 M1AA 78.9278 9 M2

B 73.0211 9 M3

Level of Level of -------------KcBK------------KN MIN N Mean SD

N1 M1 3 86.0433333 1.81003683N1 M2 3 85.3800000 0.71337227N1 M3 3 82.0900000 1.29410201N2 M1 3 81.8633333 2.71949137N2 M2 3 79.9433333 2.22050295N2 M3 3 76.3766667 0.57204312N3 M1 3 74.7700000 2.11539594N3 M2 3 71.4600000 2.87250762N3 M3 3 60.5966667 2.48395518

Page 61: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

61

Lampiran 3.3. Kecernaan Bahan Organik (KcBO) ( % )

Kulit nenas ulangan M1 M2 M3 Jumlah Rataan

N1

1 89.01 90.12 87.43 266.56 88.852 91.60 89.98 88.04 269.62 89.873 92.11 90.33 87.33 269.77 89.92

Jumlah 272.72 270.43 262.8 805.95 268.65Rataan 90.90 90.14 87.6 268.64 89.54

N2

1 85.21 88.23 79.24 252.68 84.222 84.64 86.33 88.42 259.39 86.463 88.60 82.87 85.58 257.05 85.68

Jumlah 258.45 257.43 253.24 769.12 256.37Rataan 86.15 85.81 84.41 256.37 85.45

N3

1 82.50 76.41 80.42 239.39 79.772 81.03 79.95 71.94 242.92 80.973 86.38 74.86 78.61 239.85 79.95

Jumlah 249.91 231.22 230.97 722.1 240.7Rataan 83.30 77.07 76.99 240.69 80.23

Analysis of Variance ProcedureDependent Variable: KcBO

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 8 523.63653333 65.45456667 5.97 0.0008

Error 18 197.23513333 10.95750741

Corrected Total 26 720.87166667

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F

KN 2 409.47362222 204.73681111 18.68 0.0001MIN 2 81.85162222 40.92581111 3.73 0.0440KN*MIN 4 32.31128889 8.07782222 0.74 0.5787

Duncan's Multiple Range Test for variable: KcBO

Page 62: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

62

Duncan Grouping Mean N KN

A 88.550 9 N1AA 85.458 9 N2

B 79.189 9 N3

Duncan's Multiple Range Test for variable: KcBODuncan Grouping Mean N MIN

A 86.853 9 M1

B 83.342 9 M2BB 83.001 9 M3

Level of Level of -------------KcBO------------KN MIN N Mean SD

N1 M1 3 90.9066667 1.66223745N1 M2 3 87.1433333 5.33863591N1 M3 3 87.6000000 0.38431758N2 M1 3 86.1500000 2.14081760N2 M2 3 85.8100000 2.71757245N2 M3 3 84.4133333 4.69988652N3 M1 3 83.5033333 2.52895894N3 M2 3 77.0733333 2.60902919N3 M3 3 76.9900000 4.46608330

Page 63: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

63

Lampiran 4.4. JUMLAH BAKTERI RUMEN (CFU x 109 )

Kulitnenas

ulangan M1 M2 M3 Jumlah Rataan

1 1,31 1,80 1,57 4.86 1.56

N1 2 3,46 1,29 1,08 5.83 1.94

3 2,59 2.46 0,88 5.93 1.98

Jumlah 7.63 5.55 3.53

Rataan 2.45 1.85 1.18 1.83

1 1,14 1,65 0,9 3.69 1.23

N2 2 1,73 1,25 1,23 4.21 1.40

3 2,34 1,05 1,55 4.94 1.65

Jumlah 5.21 3.95 3.68

Rataan 1.74 1.32 1.23 1.43

1 0,47 0,52 0,95 1.94 0.65

N3 2 1,95 1,61 0,56 4.12 1.37

3 0,95 0,41 1,02 2.38 0.79

Jumlah 3.37 2.54 2.53

Rataan 1.12 0.85 0.84 0.94

Analysis of Variance ProcedureDependent Variable: BAKTERI

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 8 6.39833333 0.79979167 1.96 0.1122

Error 18 7.34153333 0.40786296

Corrected Total 26 13.73986667

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F

KN 2 4.05342222 2.02671111 4.97 0.0191MIN 2 1.83120000 0.91560000 2.24 0.1348KN*MIN 4 0.51371111 0.12842778 0.31 0.8643

Page 64: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

64

Duncan's Multiple Range Test for variable: BAKTERI

Duncan Grouping Mean N KN

A 1.8867 9 N1A

B A 1.4289 9 N2BB 0.9378 9 N3

Duncan's Multiple Range Test for variable: BAKTERI

Duncan Grouping Mean N MIN

A 1.7711 9 M1AA 1.3311 9 M2AA 1.1511 9 M3

Level of Level of -----------BAKTERI-----------KN MIN N Mean SD

N1 M1 3 2.45333333 1.08149588N1 M2 3 1.83000000 0.61554854N1 M3 3 1.37666667 0.70571477N2 M1 3 1.73666667 0.60002778N2 M2 3 1.31666667 0.30550505N2 M3 3 1.23333333 0.31501323N3 M1 3 1.12333333 0.75507174N3 M2 3 0.84666667 0.66335008N3 M3 3 0.84333333 0.24785749

Page 65: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

65

Lampiran 5.

5. pH RUMEN

Kulitnenas

ulangan M1 M2 M3 Jumlah Rataan

1 6.51 6.50 6.53 6.51

N1 2 6.53 6.54 6.51 6.53

3 6.51 6.52 6.51 6.51

Jumlah

Rataan 6.52 6.52 6.52 6.52

1 6.42 6.50 6.49 6.47

N2 2 6.55 6.46 6.66 6.56

3 6.50 6.55 6.63 6.56

Jumlah

Rataan 6.49 6.50 6.59 6.53

1 6.50 6.52 6.60 6.47

N3 2 6.57 6.58 6.65 6.60

3 6.52 6.56 6.63 6.57

Jumlah

Rataan 6.49 6.50 6.59 6.57

Analysis of Variance ProcedureDependent Variable: pH Rumen

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 8 0.03293333 0.00411667 1.94 0.1153

Error 18 0.03813333 0.00211852

Corrected Total 26 0.07106667

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F

KN 2 0.00780000 0.00390000 1.84 0.1873MIN 2 0.01580000 0.00790000 3.73 0.0442KN*MIN 4 0.00933333 0.00233333 1.10 0.3861

Page 66: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

66

Duncan's Multiple Range Test for variable: pH RumenDuncan Grouping Mean N KN

A 6.55889 9 N3AA 6.52889 9 N2AA 6.51889 9 N1

Duncan's Multiple Range Test for variable: pH RumenDuncan Grouping Mean N MIN

A 6.56889 9 M3A

B A 6.52556 9 M2BB 6.51222 9 M1

Level of Level of --------------pH-------------KN MIN N Mean SD

N1 M1 3 6.51666667 0.01154701N1 M2 3 6.52000000 0.02000000N1 M3 3 6.52000000 0.01000000N2 M1 3 6.49000000 0.06557439N2 M2 3 6.50333333 0.0450925N2 M3 3 6.59333333 0.09073772N3 M1 3 6.53000000 0.03605551N3 M2 3 6.55333333 0.03055050N3 M3 3 6.59333333 0.04041452

Page 67: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

67

Lampiran 6.

NH3 RumenKulitnenas

ulangan M1 M2 M3 Jumlah Rataan

1 6.054 5.207 5.126 5.46

N1 2 5.082 5.395 584.9 5.44

3 5.76,1 5.265 5.424 5.48

Jumlah

Rataan 5.63 5.73 5.47 5.46

1 5.126 5.078 5.148 5.12

N2 2 5.849 4.453 4.626 4.976

3 5.422 4.169 5.331 4.974

Jumlah

Rataan 5.47 4.57 5.04 5.02

1 569,7 448,9 429,4 4.83

N3 2 4.63,7 5.365 4.343 4.79

3 327,4 4.569 5.464 4.43

Jumlah

Rataan 4.54 4.81 4.71 4.72

Analysis of Variance ProcedureDependent Variable: NH3

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 8 3.25362850 0.40670356 1.75 0.1585

Error 17 3.95554400 0.23267906

Corrected Total 25 7.20917250

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F

KN 2 1.92137828 0.96068914 4.13 0.0346MIN 2 0.95479985 0.47739992 2.05 0.1591

Page 68: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

68

KN*MIN 4 0.37745038 0.09436259 0.41 0.8021

Duncan's Multiple Range Test for variable: NH3Duncan Grouping Mean N KN

A 5.4945 8 N1A

B A 5.0224 9 N2BB 4.8370 9 N3

Duncan's Multiple Range Test for variable: NH3Duncan Grouping Mean N MIN

A 5.3224 9 M1AA 5.1118 9 M3AA 4.8479 8 M2

Level of Level of -------------NH3 Rumen -------------KN MIN N Mean SD

N1 M1 3 5.63233333 0.49861040N1 M2 2 5.33000000 0.09192388N1 M3 3 5.46633333 0.36335428N2 M1 3 5.46566667 0.36347260N2 M2 3 4.56666667 0.46503799N2 M3 3 5.03500000 0.36583193N3 M1 3 4.86933333 0.73940269N3 M2 3 4.80766667 0.48431945N3 M3 3 4.83400000 0.57395209

Page 69: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

69

Lampiran 7.

6. VFA Total Cairan Rumen

Kulitnenas

ulangan

M1 M2 M3 Jumlah Rataan

1 55.201 54.860 53.643 54.57

N1 2 55.324 54.626 54.538 54.83

3 54.921 54.271 55.847 55.08

Jumlah

Rataan 55.15 54.54 54.68 54.83

1 54.745 54.678 52.742 54.06

N2 2 54.563 53.980 52.363 53.63

3 55.246 54.647 54.551 54.81

Jumlah

Rataan 54.85 54.44 53.22 54.17

1 55.233 55.432 52.152 54.27

N3 2 53.841 54.447 52.647 53.64

3 54.245 52588 52.899 53.24

Jumlah

Rataan 54.44 54.16 52.57 53.72

Analysis of Variance ProcedureDependent Variable: VFASource DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 8 11.90967333 1.48870917 3.65 0.0107

Error 18 7.33190667 0.40732815

Corrected Total 26 19.24158000Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F

Page 70: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

70

KN 2 4.07948022 2.03974011 5.01 0.0187MIN 2 6.71992289 3.35996144 8.25 0.0029KN*MIN 4 1.11027022 0.27756756 0.68 0.6138

Duncan's Multiple Range Test for variable: VFADuncan Grouping Mean N KN

A 54.7246 9 N1

B 53.9728 9 N2BB 53.8427 9 N3

Duncan's Multiple Range Test for variable: VFADuncan Grouping Mean N MIN

A 54.7243 9 M1AA 54.2966 9 M2

B 53.5191 9 M3

Level of Level of -------------VFA-------------KN MIN N Mean SD

N1 M1 3 55.1486667 0.20653410N1 M2 3 54.5856667 0.29656421N1 M3 3 54.4393333 0.75187122N2 M1 3 54.5846667 0.15067293N2 M2 3 54.1150000 0.50910608N2 M3 3 53.2186667 0.42337257N3 M1 3 54.4396667 0.71612662N3 M2 3 54.1890000 1.39007446N3 M3 3 52.8993333 0.25250017

Page 71: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

71

Lampiran 8.

7. Kandungan Asam Asetat Cairan Rumen

Kulitnenas

ulangan M1 M2 M3 Jumlah Rataan

1 27.354 25.445 26.668 26.498

N1 2 26.432 26.329 25.443 26.068

3 27.621 25.667 24.356 25.881

Jumlah

Rataan 27.137 25.814 25.489 26.149

1 25.958 25.064 24.582 25.201

N2 2 25.446 24.484 24.998 24.976

3 26.121 24.886 25.775 25.594

Jumlah

Rataan 25.842 24.811 25.118 25.257

1 24.569 25.455 24.467 24.830

N3 2 25.781 24.654 24.432 24.956

3 26.998 24.323 26.,231 25.851

Jumlah

Rataan 25.783 24.811 25.043 25.212

Analysis of Variance ProcedureDependent Variable: ASETAT

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 8 12.46764896 1.55845612 2.90 0.0290

Error 18 9.68382667 0.53799037

Corrected Total 26 22.15147563

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F

KN 2 5.00899874 2.50449937 4.66 0.0235MIN 2 5.91376385 2.95688193 5.50 0.0137KN*MIN 4 1.54488637 0.38622159 0.72 0.5907

Page 72: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

72

Duncan's Multiple Range Test for variable: ASETATDuncan Grouping Mean N KN

A 26.2017 9 N1

B 25.3223 9 N3BB 25.2571 9 N2

Duncan's Multiple Range Test for variable: ASETATDuncan Grouping Mean N MIN

A 26.2533 9 M1

B 25.3109 9 M2BB 25.2169 9 M3

Level of Level of ------------ASETAT-----------KN MIN N Mean SD

N1 M1 3 27.1356667 0.62384480N1 M2 3 25.9803333 0.47063503N1 M3 3 25.4890000 1.15668622N2 M1 3 25.8416667 0.35221632N2 M2 3 25.1446667 0.30900054N2 M3 3 24.7850000 0.20818021N3 M1 3 25.7826667 1.21450086N3 M2 3 24.8076667 0.58326781N3 M3 3 25.3766667 0.90289553

Page 73: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

73

Lampiran 9.

8. Kandungan Asam Propioanat Cairan Rumen

Kulitnenas

ulangan M1 M2 M3 Jumlah Rataan

1 16.322 15.333 14.203

N1 2 17.343 16.553 14.876

3 18.543 14.775 15.014

Jumlah

Rataan

1 15.991 14.969 14.890

N2 2 15.886 15.043 14.132

3 14.998 14.654 14.878

Jumlah

Rataan

1 15.134 14.984 14.968

N3 2 14.342 14.774 13.976

3 15.667 13.965 13.231

Jumlah

Rataan

Analysis of Variance ProcedureDependent Variable: PROPIONAT

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 8 3.51104333 0.43888042 0.33 0.9431

Error 18 23.91891933 1.32882885

Corrected Total 26 27.42996267

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > FKN 2 1.12500956 0.56250478 0.42 0.6612MIN 2 1.40325956 0.70162978 0.53 0.5986KN*MIN 4 0.98277422 0.24569356 0.18 0.9432

Page 74: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

74

Duncan's Multiple Range Test for variable: PROPIONATDuncan Grouping Mean N KN

A 17.1293 9 N1AA 16.7268 9 N2AA 16.6712 9 N3

Duncan's Multiple Range Test for variable: PROPIONATDuncan Grouping Mean N MIN

A 17.0920 9 M1AA 16.8944 9 M2AA 16.5409 9 M3

Level of Level of -----------Asam Propionat-----------

KN MIN N Mean SD

N1 M1 3 17.4033333 1.11272743N1 M2 3 17.2203333 0.61874173N1 M3 3 16.7643333 0.48711634N2 M1 3 17.1583333 0.15144746N2 M2 3 16.8886667 1.19652427N2 M3 3 16.1333333 1.14084939N3 M1 3 16.7143333 2.19282839N3 M2 3 16.5743333 1.44861670N3 M3 3 16.7250000 0.66184817

Page 75: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

75

Lampiran 10.

9. Asam Butirat Cairan Rumen

Kulitnenas

ulangan M1 M2 M3 Jumlah Rataan

1 9.311 9.147 9.120

N1 2 9.654 8.645 7.698

3 9,676 7.674 8,541

Jumlah

Rataan

1 9.456 9.785 8.118

N2 2 7.889 7.876 7.566

3 8,121 7.632 8.989

Jumlah

Rataan

1 7.238 8.818 8.199

N3 2 8.432 6.763 7.398

3 7.556 7,676 6,187

Jumlah

Analysis of Variance ProcedureDependent Variable: BUTIRAT

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 8 10.05549896 1.25693737 1.82 0.1380

Error 18 12.40470133 0.68915007Corrected Total 26 22.46020030

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F

KN 2 7.14918452 3.57459226 5.19 0.0166MIN 2 1.71406585 0.85703293 1.24 0.3120KN*MIN 4 1.19224859 0.29806215 0.43 0.7833

Page 76: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

76

Duncan's Multiple Range Test for variable: BUTIRATDuncan Grouping Mean N MIN

A 8.8296 9 N1A

B A 8.3813 9 N2BB 7.5852 9 N3

Duncan's Multiple Range Test for variable: BUTIRATDuncan Grouping Mean N MIN

A 8.5926 9 M1AA 8.2240 9 M2AA 7.9796 9 M3

Level of Level of -----------BUTIRAT-----------KN MIN N Mean SD

N1 M1 3 9.54700000 0.20467780N1 M2 3 8.48866667 0.74884066N1 M3 3 8.45300000 0.71507272N2 M1 3 8.48866667 0.84572829N2 M2 3 8.43100000 1.17892790N2 M3 3 8.22433333 0.71743455N3 M1 3 7.74200000 0.61834942N3 M2 3 7.75233333 1.02962437N3 M3 3 7.26133333 1.01293846

Page 77: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

77

FOTO- FOTO KEGIATAN PENELITIAN

Gambar 1. Pengenceran larutan media bakteri Gambar 2. Penyuntikan Gas CO2

Gambar 3. Pengukuran pH rumen Gambar 4. Sampel Cairan rumen

Page 78: LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELITIAN... · 2018. 9. 4. · laporan penelitian hibah bersaing evaluasi pakan suplemen sebagai sumber antioksidan dan pengaruhnya terhadap penampilan

78

Gambar 5. Pengukuran NH3 Rumen Gambar 6. Sampel VFA Partial

Gambar 7. Alat Pengukur VFA Partial Gambar 8. Sampel untuk pengukuran KcBOdan KcBK