Upload
others
View
14
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PERILAKU KONSUMEN
ANALISIS SIKAP DAN PERILAKU KONSUMEN
SERTA STRATEGI PEMASARAN PRODUK TURUNAN
“INDOMIE”
Disusun Oleh:
KELOMPOK 7
Afrida Ariani Tsani 125040101111005
Diah Marhaendrawati 125040101111007
Anindita Putri Safitri 125040101111008
Anis Verawati 125040101111009
KELAS G
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIBERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teori perilaku konsumen yang berkembang sebelum periode tahun 1960-an
didasarkan pada teori ekonomi, yakni yang menjelaskan bahwa seorang konsumen
akan menetapkan kuantitas komoditas yang dikonsumsi dengan cara memaksimumkan
kepuasan (utilitas). Kemampuan dalam menganalisis perilaku konsumen berarti
keberhasilan dalam menyelami jiwa konsumen dalam memenuhi kebutuhannya.
Menurut Kotler (1995), atribut produk adalah suatu komponen yang merupakan
sifat-sifat produk yang menjamin agar produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan
dan keinginan yang diterapkan oleh pembeli. Atribut produk merupakan hal pertama
yang dilihat dan diamati oleh konsumen sebelum ia melakukan pembelian dengan
tujuan untuk menilai dan mengukur kesesuaian karakteristik produk dengan kebutuhan
dan keinginan. Bagi perusahaan, dengan mengeetahui atribut-atribut apa saja yang
bisa mempengaruhi keputusan pembelian maka dapat ditentukan stategi untuk
mengembangkan dan menyempurnakan produk agar lebih memuaskan konsumen.
Untuk mengetahui atribut apa saja yang menjadi pertimbangan konsumen dalam
pengambilan keputusan pembelian suatu produk, digunakan suatu alat analisis yaitu
uji Q Chocran. Uji ini perlu dilakukan karena dalam melakukan pembelian, konsumen
selalu memepertimbangkan atribut yang terdapat pada produk tersebut. Pengambilan
data dilakukan dengan menyebar kuisioner kepada responden, kemudian data tersebut
dianalisis.
Konsep sikap konsumen merupakan salah satu konsep paling penting dalam studi
perilaku konsumen. Sikap menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai
atribut dan manfaat objek tersebut. Untuk mengetahui sikap konsumen terhadap suatu
produk, perlu dilakukan suatu analisis. Alat analisis yang digunakan ialah uji validitas,
uji reliabilitas, dan uji fishbein. Pengukuran model sikap dengan model multiciri
Fishbein dilakukan dengan menggunakan skala likert dengan dimensi 5.
Sikap konsumen terhadap suatu produk juga akan mempengaruhi perilaku
konsumen terhadap produk tersebut. Perilaku konsumen merupakan hal-hal ynag
mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Assael (1992)
mendiskripsikan bahwa perilaku konsumen dipengaruhi oleh tiga hal, yakni individual
konsumen itu sendiri, pengaruh lingkungan, dan pengaruh dari strategi pemasaran.
Alat analisis perilaku konsumen yang digunakan ialah Theory Of Reasoned Action.
Teori ini menyatakan bahwa suatu keyakinan tertentu dapat mempengaruhi persepsi
perilaku dan perilaku sebenarnya.
Roda analisis konsumen yang terdiri dari tiga elemen: afeksi dan kognisi,
lingkungan, dan perilaku mempengaruhi strategi pemasaran yang akan dilakukan oleh
perusahaan. Seorang pengusaha akan memperhatikan ketiga elemen tersebut agar
produk yang dibuatnya dapat memenuhi permintaan dan kebutuhan konsumen, serta
mendapat keuntungan yang besar.
Sehingga untuk mengetahui sikap dan perilaku konsumen terhadap produk
Indomie, perlu dilakukan suatu pengujian. Pengambilan data dilakukan dengan
menyebar kuisioner kepada 30 responden. Hasil analisis tersebut kemudian digunakan
untuk membuat produk turunan dan menentukan strategi pemasarannya.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui atribut apa saja pada produk Indomie yang menjadi
pertimbangan konsumen dalam mengambil keputusan pembelian.
2. Untuk mengetahui sikap konsumen terhadap produk Indomie.
3. Untuk mengetahui perilaku konsumen terhadap produk Indomie.
4. Untuk menciptakan produk turunan dari Indomie serta menentukan strategi
pemasarannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Produk
Manusia memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka dengan barang dan jasa.
Produk menurut Philip Kotler adalah: “segala sesuatu yang ditawarkan ke pasar untuk
memuaskan kebutuhan dan keinginan” (1997:52). Basu Swastha dan Irawan,
menyatakan bahwa produk adalah: ”suatu sifat kompleks, baik dapat diraba maupun
tidak diraba, termasuk bungkus, warna, harga, prestise perusahaan, pelayanan
pengusaha dan pengecer, yang diterima pembeli untuk memuaskan keinginan dan
kebutuhan” (1990:165).
Fandy Tjiptono mengartikan produk sebagai: “segala sesuatu yang ditawarkan
produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan/dikonsumsi pasar
sebagai pemenuh kebutuhan/keinginan pasar yang bersangkutan” (1999:95). Produk
yang ditawarkan tersebut meliputi: barang fisik, jasa, orang/pribadi, organisasi, dan
ide. Secara lebih rinci, konsep produk meliputi: barang, kemasan, merk, warna, label,
harga, kualitas, pelayanan dan jaminan.
2.2 Pengertian Atribut Produk
Atribut produk menurut Sumarwan (2004) adalah “suatu komponen yang
merupakan sifat-sifat produk yang menjamin agar produk tersebut dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginan yang diharapkan pembelinya”. Atribut produk menurut Fandy
Tjiptono adalah “unsur-unsur produk yang dipanndang penting oleh konsumen dan
dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian” (1999:103). Atribut produk secara
umum meliputi:
a) Desain Produk
Indriyo Gito Sumarno menyatakan bahwa “desain atau bentuk produk
merupakan atribut yang sangat penting untuk mempengaruhi konsumen agar mereka
tertarik dan kemudian membelinya” (2000:192). Dalam praktiknya kita dapat
melihat bahwa desain produk dari merek tertentu, berbeda dengan desain produk
yang sama namun merek yang berbeda.
Mark Gobe menyatakan bahwa “desain produk yang baik harus dapat
memberikan pengalaman sentuhan yang menyenangkan bagi pelanggan” (2005:7).
Gobe meyakini bahwa “dalam membeli sesuatu konsumen tidak hanya memerlukan
infomasi mengenai produk, mereka cenderung menyentuh produk untuk proses
evaluasi” (2005:97).
b) Warna produk
Penglihatan merupakan indera yang utama bagi manusiia dalam mengeksploitasi
dan memahami dunia. Warna merupakan elemen penting dalam desain grafis yang
memiliki pengaruh besar terhadap penglihatan audiens. Pada suatu produk, warna
adalah elemen penting yang dilihat pertama kali oleh audiens. Warna juga
merupakan hal yang menjadi pertimbangan kualitas suatu produk.
c) Merek
Merek menurut Philip Kotler dan A.B. Susanto (2001;575) adalah “nama,
istilah, simbol, atau rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut yang
dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang atau
sekelompok penjual dan untuk membedakannya dengan pesaing-pesaing”. David
Baker dan Fandy Tjiptono (1999:105) menyatakan bahwa “merek berbeda dengan
produk”. Produk adalah sesuatu yang dihasilkan oleh pabrik, sedang merek adalah
sesuatu yang dibeli konsumen. Produk bisa lebih dengan mudah ditiiru pesaing,
sedang merek memiliki keunikan yang relative sukar ditiru atau dijiplak.
d) Kemasan
Pengemasan (packaging) menurut Basu Swastha (1984:139) adalah "kegiatan-
kegiatan umum dalam perencanaan barang yang melibatkan penentuan desain dan
pembuatan bungkus atau kemasan bagi suatu barang". Fandy Tjiptono menyatakan
bahwa: “pengemasan, berkaitan dengan perancangan dan pembuatan wadah atau
pembungkus untuk suatu produk” (1999:106).
e) Pemberian label
Label menurut Basu Swastha adalah “bagian dari sebuah barang yang berupaya
keterangan (kata-kata) tentang barang tersebut atau penjualnya” (1984:44). Label
bisa merupakan bagian dari kemasan atau merupakan etiket (tanda pengenal) yang
dicantelkan pada produk.
f) Harga
Harga menurut Basu Swastha adalah “jumlah uang (ditambah beberapa barang
kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari
barang beserta pelayanannya” (1990:65). Pada umumnya perusahaan menentukan
harga dengan mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan dan keuntungan yang
diharapkan, Basu Swastha menyatakan bahwa: “harga ditetapkan untuk
mendapatkan laba maksimum, mendapatkan pengembalian investasi yang
ditargetkan atau pengembalian pada penjualan bersih, mencegah atau mengurangi
persaingan dan mempertahankan atau memperbaiki market share” (1984:148-149).
g) Kualitas produk
Perusahaan selalu berusaha memenuhi kebutuhan konsumen dengan
menawarkan produk yang berkualitas. Produk yang berkualitas adalah produk yang
memiliki manfaat bagi konsumennya. Philip Kotler menyatakan bahwa: “kualitas
adalah keseluruhan sifat serta ciri dari suatu produk/pelayanan yang berpengaruh
pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan/tersurat”
(1997:24). MC. Cartny dan Philip Kotler menyatakan bahwa “kualitas merupakan
salah satu atribut produk yang dipertimbangkan konsumen saat memilih suatu
produk” (1998:88).
h) Layanan pelengkap (supplementary services)
Saat ini produk apapun tidak lepas dari unsur jasa/pelayanan, baik itu jasa
sebagai produk inti (jasa murni) maupun jasa sebagai pelengkap. Produk inti
umumnya sangat bervariasi, tetapi layanan pelengkapnya memiliki kesamaan.Fandy
Tjiptono menyatakan bahwa layanan pelengkap terdiri dari: “informasi, konsultasi,
order taking (pemesanan), hospitality (pelayanan), care taking (perhatian pada
barang bawaan dan belanjaan), exceptions (permintaan khusus), billing (pengajuan
rekening), dan pembayaran” (1999:98).
i) Jaminan
Jaminan menurut Fandy Tjiptono adalah “janji yang merupakan kewajiban
produsen atas produknya kepada konsumen, dimana konsumen akan memberi ganti
rugi bila produknya tidak dapat berfungsi seperti apa yang diinginkan/diharapkan”
(1999:108).
(Sumarwan, 2004).
2.3 Pengertian Kuisioner
Kuesioner atau daftar isian adalah satu set pertanyaan yang tersususn secara
sistematis dan standar sehingga pertanyaan yang sama dapat diajukan terhadap setiap
responden. Sistematis yang dimaksud disini adalah bahwa item-item pertanyaan
disusun menurut logika sesuai dengan maksud dan tujuan pengumpulan data
(Supranto, 2000).
Kuesioner atau angket hanya berbeda dalam bentuknya. Pada kuesioner
pertanyaan disusun dalam bentuk kalimat tanya, sedangkan pada angket, pertanyaan
disusun dalam kalimat pernyataan dengan opsi jawaban yang tersedia (Gulo, 2002).
Kuesioner adalah sebuah alat pengumpulan data yang nantinya data tersebut
akan diolah untuk menghasilkan informasi tertentu. Sebuah aplikasi riset bisa saja
membutuhkan lebih dari satu macam kuesioner, misalnya lima macam kuesioner
(Umar, 2002).
2.4 Uji Cochran
Uji Q Cochran termasuk pengujian statistik nonparametrik yang digunakan
untuk peristiwa atau perlakuan lebih dari dua. Uji ini merupakan perluasan dari uji
McNemar. Data yang digunakan berbentuk binary (dikotomis). Perlakuan lebih dari
dua yang dimaksud adalah sebelum, ketika dan sesudah perlakuan. Sampel diperoleh
dari data yang saling berhubungan (Bimo, 2012).
Dimana: Q = Nilai hasil perhitungan
k = jumlah kolom
= jumlah keseluruhan dalam kolom
= jumlah keseluruhan dalam baris
2.5 Pengertian Sikap Konsumen
Sikap (attitude) adalah suatu kecenderungan yang dipelajari untuk memberikan
respon secara konsisten terhadap suatu objek yang diberikan, seperti halnya suatu
merk. Sikap tergantung pada sistem nilai dari seorang individu yang mewakili standar
pribadi tentang baik dan buruk, benar dan salah, dan seterusnya, oleh karena itu sikap
cenderung lebih tahan lama dan kompleks dibandingkan dengan kepercayaan
(Schiffman, L.G, dan Kanuk, 2007).
Sikap (Attitude) konsumen adalah faktor penting yang akan mempengaruhi
keputusan konsumen. Konsep sikap sangat terkait dengan konsep kepercayaan
(beliefe) dan perilaku (behavior). Kepercayaan konsumen adalah pengetahuan
konsumen mengenai suatu objek, atributnya, dan manfaatnya (Mowen dan Minor,
2001).
Eagly & Chaiken (1993) mengemukakan bahwa sikap dapat diposisikan sebagai
hasil evaluasi terhadap objek sikap, yang diekspresikan ke dalam proses-proses
kognitif, afektif, dan perilaku.Sebagai hasil evaluasi, sikap yang disimpulkan dari
berbagai pengamatan terhadap objek diekspresikan dalam bentuk respon kognitif,
afektif (emosi), maupun perilaku (Peter dan Olson,1996).
2.6 Uji Validitas
Validitas adalah ketepatan atau kecermatan suatu instrumen dalam mengukur
apa yang ingin dukur. Dalam pengujian instrumen pengumpulan data, validitas bisa
dibedakan menjadi validitas faktor dan validitas item. Validitas faktor diukur bila item
yang disusun menggunakan lebih dari satu faktor (antara faktor satu dengan yang lain
ada kesamaan). Pengukuran validitas faktor ini dengan cara mengkorelasikan antara
skor faktor (penjumlahan item dalam satu faktor) dengan skor total faktor (total
keseluruhan faktor), sedangkan pengukuran validitas item dengan cara
mengkorelasikan antara skor item dengan skor total item.
Validitas item ditunjukkan dengan adanya korelasi atau dukungan terhadap item
total (skor total), perhitungan dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor item
dengan skor total item. Bila kita menggunakan lebih dari satu faktor berarti pengujian
validitas item dengan cara mengkorelasikan antara skor item dengan skor faktor,
kemudian dilanjutkan mengkorelasikan antara skor item dengan skor total faktor
(penjumlahan dari beberapa faktor). Dari hasil perhitungan korelasi akan didapat suatu
koefisien korelasi yang digunakan untuk mengukur tingkat validitas suatu item dan
untuk menentukan apakah suatu item layak digunakan atau tidak. Dalam penentuan
layak atau tidaknya suatu item yang akan digunakan, biasanya dilakukan uji
signifikansi koefisien korelasi pada taraf signifikansi 0,05, artinya suatu item dianggap
valid jika berkorelasi signifikan terhadap skor total. Atau jika melakukan penilaian
langsung terhadap koefisien korelasi, bisa digunakan batas nilai minimal korelasi 0,30.
Menurut Azwar (1999) semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal
0,30 daya pembedanya dianggap memuaskan. Tetapi Azwar mengatakan bahwa bila
jumlah item belum mencukupi kita bisa menurunkan sedikit batas kriteria 0,30
menjadi 0,25 tetapi menurunkan batas kriteria di bawah 0,20 sangat tidak disarankan.
Untuk pembahasan ini dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi dengan kriteria
menggunakan r kritis pada taraf signifikansi 0,05 (signifikansi 5% atau 0,05 adalah
ukuran standar yang sering digunakan dalam penelitian) (Duwi, 2011).
2.7 Uji Reliabilitas
Reliabilitas (keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsitensi
responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk-konstruk pertanyaan
yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu bentuk kuesioner.
Uji reliabilitas dapat dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh butir
pertanyaan untuklebih dari satu variabel, namun sebaiknya uji reliabilitas sebaliknya
dilakukan pada masing-masing variabel pada lembar kerja yang berbeda sehingga
dapat diketahui konstruk variabel mana yang tidak reliabel.
Output SPSS untuk uji reliabilitas akan dihasilkan secara bersama-sama dengan
hasil uji validitas. Namun demikian untuk melihat hasil uji reliabilitas perlu dilihat
pada tabel Reliability Coefficients. Pada tabel tersebut akan terlihat nilai Cronbach’s
Alpha atau Reliability Coefficients atau tertulis Alpha.
Kriteria uji reliabilitas: Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika
memiliki nilai Cronbach’s Alpha > 0,60 (Gumilar, 2005).
2.8 Uji Fishbein
Model Sikap Fishbein pada prinsipnya akan menghitung Ao (Attitude toward the
object), yaitu Sikap seseorang terhadap sebuah objek, yang dikenali lewat atribut-
atribut yang melekat pada obyek tersebut. Dengan mengenali sebuah obyek melalui
cara melihat, meraba, mencoba dan menggunakan obyek itu untuk sekian waktu
lamanya, maka seorang konsumen akan mempunyai sikap tertentu terhadap obyek
dipakai atau digunakannya tersebut. Biasanya sebelum konsumen mengkonsumsi
sebuah obyek tentunya ia memiliki suatu harapan-harapan terhadap obyek tersebut.
Sehingga setelah melihat, mencoba dan menggunakannya, konsumen tersebut dapat
menilai apakah obyek yang bersangkutan telah sesuai dengan harapannya.
Dari pemaparan di atas, terlihat bahwa ada dua komponen penting pada
pengukuran sikap Fishbein, yaitu adanya evaluasi dan belief yang ada pada diri
konsumen terhadap sebuah obyek tertentu (Chong, 2008).
2.9 Pengertian Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen di definisikan sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen
pada saat mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk,
jasa, dan gagasan yang mereka harapkan dapat memenuhi kebutuhannya (Schiffman
dan Kanuk 2007). Sedangkan menurut Arnould, Price, dan Zinkhan (2005, 9),
perilaku konsumen adalah tindakan dari individu maupun kelompok yang secara
langsung terlibat dalam pembelian dan proses pertukaran yang meliputi pembelian,
konsumsi, dan pembuangan suatu produk barang atau jasa, pengalaman dan ide-ide.
David L. Loudon dan Albert J. Della Bitta (1984:6) mengemukakan bahwa
Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai proses pengambilan keputusan dan
aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam proses mengevaluasi,
memperoleh, menggunakan atau dapat mempergunakan barang-barang dan jasa.
Menurut Solomon (1999), Studi Perilaku Konsumen merupakan proses ketika
individu atau kelompok menyeleksi, membeli, menggunakan atau membuang produk,
pelayanan, ide dan pengalaman untuk memuaskan kebutuhannya.
Sumarwan (2004) menyatakan bahwa perilaku konsumen bukan hanya kegiatan,
tindakan, serta faktor-faktor psikologis yang mendorong tindakantersebut, baik
sebelum melakukan aktivitas pembelian, saat menggunakan, atausetelah
menghabiskan barang atau jasa tersebut tetapi juga termasuk didalamnyaadalah segala
hal yang mempengaruhi proses evaluasinya.
2.10 Alat Analisis Perilaku Konsumen
Sikap memainkan peranan utama dalam membentuk perilaku (Engel, Blackwell
& Miniard 1995, 338). Dalam memutuskan merek apa yang akan dibeli, atau toko
mana untuk dijadikan langganan, konsumen secara khas memilih merek atau toko
yang dievaluasi secara paling menguntungkan. Sebagai akibatnya, peningkatan sikap
dapat menjadi sasaran pemasaran yang berguna.
Ada beberapa teori-teori sikap. Teori sikap paling awal adalah Theory of
Reasoned Action (TRA) yang dikembangkan oleh Fishbein dan Ajzen (1975).
Menurut Arnould, Price, dan Zinkhan (2005, 643), theory of reasoned action (teori
tindakan beralasan) adalah teori yang memiliki asumsi bahwa konsumen secara sadar
mempertimbangkan konsekuensi alternatif perilaku yang sedang mempertimbangkan
dan memilih salah satu dari pertimbangan tersebut yang dapat memberikan
konsekuensi paling diharapkan. Teori tindakan beralasan digunakan untuk
meramalkan dan mengerti perilaku individu dalam kehidupan sosial. Teori tindakan
beralasan merupakan teori umum tentang psikologi sosial yang telah terbukti dengan
baik dengan menyatakan bahwa suatu keyakinan tertentu dapat mempengaruhi
persepsi perilaku dan perilaku sebenarnya.
Teori tindakan beralasan menjelaskan tentang perbandingan integrasi komponen
perilaku dalam struktur yang telah didesain untuk memprediksi perilaku yang lebih
baik. Variabel-variabel yang ada di dalam teori tindakan beralasan adalah variabel
sikap, norma subyektif, niat, dan perilaku (Ajzen, 1988). Peter dan Olson (2005, 147)
mengatakan bahwa hasil dari proses pilihan yang memiliki alasan ini merupakan satu
keinginan untuk terlibat di dalam perilaku yang dipilih. Niat berperilaku dapat
dijadikan sebagai alat ukur perilaku nyata yang terbaik, dan menyatakan bahwa
perilaku tersebut disengaja sehingga cukup rumit untuk ditentukan oleh keinginan
seseorang untuk menyatakan perilaku tersebut. Teori tindakan beralasan dijelaskan
dengan adanya sikap dan norma subyektif yang dapat membentuk niat pembelian
seseorang.
(Warmanto, 2008).
2.11 Profil Perusahaan
Profil Perusahaan adalah salah satu media Public Relation yang bertujuan untuk
memperkenalkan sebuah perusahaan atau organisasi. Produk Public Relation ini
meliputi highlight secara umum tentang perusahaan atau organisasi, dimana
perusahaan atau organisasi dapat memilih hal hal penting apa saja yang akan
disampaikan secara terbuka kepada publik (Aura, 2011).
2.12 Struktur Organisasi
Menurut Stoner, organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui
mana orang-orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama.Menurut
James D. Mooney, Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk
mencapai tujuan bersama.
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen (unit-unit kerja) dalam
organisasi.Struktur organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja dan meninjukkan
bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda tersebut
diintegrasikan (koordinasi).Selain daripada itu struktur organisasi juga menunjukkan
spesialisasi-spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian laporan
(Yudanto, 2009).
2.13 Penentuan Harga
Penetapan harga telah memiliki fungsi yang sangat luas di dalam program
pemasaran. Menetapkan harga berarti bagaimana mempertautkan produk kita dengan
aspirasi sasaran pasar, yang berarti pula harus mempelajari kebutuhan, keinginan, dan
harapan konsumen. Penetapan harga juga berbicara mengenai variasi produk. Jika
produknya bervariasi tetapi ditetapkan dengan harga yang sama maka persepsi yang
muncul adalah kesamaan kualitas sebagai cerminan variasi produk secara horizontal
(Gino,2013).
2.14 Kemasan dan Desain Kemasan
Kemasan adalah kegiatan penempatan produksi ke dalam wadah dengan segala
jenis material lainnya yang dilakukan oleh produsen atau pemasar untuk disampaikan
kepada konsumen.
Fungsi Kemasan adalah sebagai berikut :
Sebagai Pelindung (Kekedapan)
Sebagai Sarana Promosi & Informasi
Memberikan nilai tambah
Proses desain kemasan pada umumnya memperhitungkan aspek fungsi, estetika
dan berbagai macam aspek lainnya, yang biasanya datanya didapatkan dari riset,
pemikiran, brainstorming, maupun dari desain yang sudah ada sebelumnya. Desain
kemasan yang baik dapat mensinergikan dan mengintegrasaikan dari beberapa elemen
desain dan fungsi kemasan, sehingga dihasilkan kemasan yang memiliki tingkat
efektifitas, efisiensi dan fungsi yang sesuai baik dalam produksi kemasan sampai
kegunaan kemasan (Choliq, 2011).
2.15 Pengertian Outlet
Outlet (Inggris) berarti 'toko atau tempat penjualan'. Kata outlet mengandung
pengertian bahwa toko atau tempat penjualan itu hanya menjual barang-barang yang
merupakan satu produk tertentu, misalnya produk baju dengan merek tertentu (Balai
Bahasa Jateng, 2010).
2.16 Pengertian Pemasaran
Banyak definisi tentang pemasaran, seperti yang dikemukakan Downey dan
Erickson (1989) bahwa pemasaran merupakan ilmu yang menelaah terhadap aliran
produk secara fisik dan ekonomis dari produsen melalui lembaga pemasaran kepada
konsumen.
Pemasaran menurut Kotler (1988) adalah proses sosial dan manajemen, dimana
individu-individu atau kelompok dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya
melalui pembuatan dan pertukaran suatu produk dan uang dengan individu-individu
atau kelompok-kelompok lainnya.
FAO pada tahun 1958 dalam Sudiyono (2004) mendefinisikan pemasaran hasil
pertanian sebagai serangkaian kegiatan ekonomi berturut-turut yang terjadi selama
perjalanan komoditi hasil-hasil pertanian mulai dari produsen primer sampai ke tangan
konsumen.
(Baladina, 2012).
2.17 Pengertian Strategi Pemasaran
Strategi adalah hal sehubungan dengan menetapkan arah bagi perusahaan dalam
arti sumber daya yang ada dalam perusahaan serta bagaimana mengidentifikasi
kondisi yang memberikan keuntungan terbaik untuk membantu memenangkan
persaingan di pasar. Secara ringkas strategi adalah sebuah kombinasi akhir yang ingin
dicapai perusahaan serta bagaimana untuk mencapai tujuan akhir (Tjiptono, 2008).
Menurut Chalder (1962), strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan
perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut,
serta prioritas alokasi sumber daya. Sementara itu Learned, Christensen, Andrews,
dan Guth (1965) dalam Tjiptono (2008) menyatakan bahwa strategi merupakan alat
untuk menciptakan keunggulan bersaing.
2.18 Fungsi 4P dalam Pemasaran
Product (Produk)
Produk adalah sesuatu yang bisa ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan
perhatian, pembelian, pemakaian, atau konsumsi yang dapat memenuhi keinginan
atau kebutuhan.
Produk merupakan suatu hasil dari proses yang dipengaruhi oleh
kekuatan pasar (supply vs demand) yang diperankan oleh fungsi operation dalam
menciptakan atau pengadaan barang dan jasa pada basis biaya (cost) dan oleh
fungsi marketing dalam hal memahami kebutuhan dan keinginan customer
(consumer behavior).
Price (Harga)
Harga adalah sejumlah uang yang dibebankan untuk sebuah produk atau
jasa.Secara lebih luas, harga adalah keseluruhan nilai yang ditukarkan konsumen
untuk mendapatkan keuntungan dari kepemilikan terhadap sebuah produk atau jasa.
Harga merupakan elemen dari bauran pemasaran yang bersifat fleksibel, dimana
suatu saat harga akan stabil dalam waktu tertentu tetapi dalam seketika harga dapat
juga meningkat atau menurun dan juga merupakan satu-satunya elemen yang
menghasilkan pendapatan dari penjualan.
Promotion (Promosi)
Promotion, merupakan konsep bauran pemasaran yang terakhir, mengacu pada
cara mempromosikan produk tersebut agar diterima konsumen dan melakukan
pembelian. Promotion ini juga mencakup iklan dan publisitas.
Place (Tempat atau distribusi)
Keputusan penentuan lokasi dan saluran yang digunakan untuk memberikan
jasa kepada pelanggan melibatkan pemikiran tentang bagaimana cara mengirimkan
atau menyampaikan jasa kepada pelanggan dan dimana hal tersebut akan
dilakukan. Ini harus dipertimbangkan karena dalam bidang jasa sering kali tidak
dapat ditentukan tempat dimana akan diproduksi dan dikonsumsi pada saat
bersamaan.
Saluran distribusi dapat dilihat sebagai kumpulan organisasi yang saling
bergantungan satu sama lainnya yang terlibat dalam proses penyediaan sebuah
produk/pelayanan untuk digunakan atau dikonsumsi. Penyampaian dalam
perusahaan jasa harus dapat mencari agen dan lokasi untuk menjangkau populasi
yang tersebar luas.Sebagai salah satu variabel marketing mix, place / distribusi
mempunyai peranan yang sangat penting dalam membantu perusahaan memastikan
produknya, karena tujuan dari distribusi adalah menyediakan barang dan jasa yang
dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen pada waktu dan tempat yang tepat.
(Priatama, 2011)
2.19 STP dalam Pemasaran
Segmentasi
1. Segmen pasar : Sub kelompok orang-orang atau organisasi yang memiliki satu atau
lebih karakteristik yang sama menyebabkan mereka memiliki produk yang serupa.
2. Segmentasi pasar : proses membagi sebuah pasar ke segmen-segmen atau
kelompok-kelompok yang bermakna, relatif sama dan dapat diidentifikasikan.
Tujuan segmentasi pasar adalah membuat para pemasar mampu menyelesaikan
bauran pemasaran untuk memenuhi kebutuhan satu atau lebih segmen pasar
tertentu.Segmentasi pasar merupakan suatu aktivitas membagi atau
mengelompokkan pasar yang heterogen menjadi pasar yang homogen atau
memiliki kesamaan dalam hal minat, daya beli, geografi, perilaku pembelian
maupun gaya hidup.Segmentasi tersebut memiliki peran penting karena beberapa
alasan; pertama, segmentasi memungkinkan perusahaan untuk lebih fokus dalam
mengalokasikan sumber daya.
Dengan membagi pasar menjadi segmen-segmen akan memberikan gambaran
bagi perusahaan untuk menetapkan segmen mana yang akan dilayani. Selain itu
segmentasi memungkinkan perusahaan mendapatkan gambaran yang lebih jelas
mengenai peta kompetisi serta menentukan posisi pasar perusahaan.Kedua,
segmentasi merupakan dasar untuk menentukan komponen-komponen strategi.
Segmentasi yang disertai dengan pemilihan target market akan memberikan acuan
dalam penentuan positioning. Ketiga, segmentasi merupakan faktor kunci untuk
mengalahkan pesaing, dengan memandang pasar dari sudut yang unik dan cara
yang berbeda dari yang dilakukan pesaing.
Targeting
Pengertian dari targeting itu sendiri merupakan sebuah sasaran, siapa yang
dituju. Dalam menentukan targeting maka dilakukan beberapa survey untuk dapat
mengetahui keadaan pasar nantinya, agar ketika proses pemasaran tidak salah
sasaran.
Selanjutnya Kotler, Kartajaya, Huan dan Liu (2003) menyatakan ada tiga
kriteria yang harus dipenuhi perusahaan pada saat mengevaluasi dan menentukan
segmen mana yang akan dijadikan target.
Pertama, perusahaan harus memastikan bahwa segmen pasar yang dibidik itu
cukup besar dan akan cukup menguntungkan bagi perusahaan. Perusahaan dapat
saja memilih segmen yang kecil pada saat sekarang namun segmen itu mempunyai
prospek menguntungkan dimasa datang. Sehubungan dengan hal ini perusahaan
harus menelaah kompetisi yang ada di sektor tersebut dan potensinya untuk tumbuh
karena akan berkaitan juga dengan ukuran dan pertumbuhan target segmen
perusahaan. Kedua adalah bahwa strategi targeting itu harus didasarkan pada
keunggulan kompetitif perusahaan yang bersangkutan. Keunggulan kompetitif
merupakan cara untuk mengukur apakah perusahaan memiliki kekuatan dan
keahlian yang memadai untuk menguasai segmen pasar yang dipilih sehingga
memberikan value bagi konsumen. Ketiga adalah bahwa segmen pasar yang
dibidik harus didasarkan pada situasi persaingannya.
Positioning
Positioning adalah image atau citra yang terbentuk di benak seorang konsumen
dari sebuah nama perusahaan atau produk. Posititioning adalah bagaimana sebuah
produk dimata konsumen yang membedakannya dengan produk pesaing.
Dalam hal ini termasuk brand image, manfaat yang dijanjikan serta competitive
advantage.Inilah alasan kenapa konsumen memilih produk suatu perusahaan bukan
produk pesaing. Positioning tidak sekedar membujuk dan menciptakan citra dalam
benak pelanggan, tetapi juga bagaimana merebut kepercayaan
pelanggan.Positioning menyangkut menciptakan being dalam benak konsumen dan
membimbing mereka dengan penuh kredibilitas. Selanjutnya positioning
merupakan sebuah janji yang dibuat perusahaan kepada konsumen. Janji tersebut
harus ditepati dan kemampuan perusahaan untuk menepati janji merupakan bagian
yang vital dan strategi. Karena alasan inilah, positioning yang tepat merupakan hal
yang krusial bagi keberhasilan akhir perusahaan.
(Rahmayanty, 2009)
BAB III
METODOLOGI
3.1 Langkah-Langkah Uji Cochran
Pengujian Q hitung dilakukan terus-menerus sampai diperoleh nilai Q hitung <
Q tabel, dengan derajat kebebasan yang digunakan untuk mencari Q tabel adalah dk =
n – 1 dengan taraf signifikasi 0,05.
Dalam penggunaan alat analisis SPSS dilakukan dengan tahap-tahap sebagai
berikut.
1. Sebagai acuan gunakan data chiqsquare
2. Copy data angka yang telah disusun dalam tabel excel ke dalam alat analisis SPSS.
3. Setelah data angka telah di copy dalam SPSS, Langkah selanjutnya, Pilih menu
analyze - Nonparametric Test – K Related Samples.
4. Pindahkan Atribut (Var00001-……) ke kolom Test Variables dengan cara memilih
variable, selanjutnya menekan tanda panah ke kanan. Beri contreng pada Cochran
Q. Kemudian pilih OK.
5. Diketahui hasil SPSS sebagai berikut
6. Selanjutnya bandingkan Q hitung (nilai Cochrans’s Q yang dihasilkan pada Test
Statistics) dengan Q table
7. Lalu eliminasi satu per satu atribut hingga mencapai nilai df.
3.2 Langkah-Langkah Uji Validitas
1. Data disusun dalam table excel.
2. Data dimasukkan kedalam SPSS, klik Analyze, Corelate, Bivarate
3. Blok semua tabel disebelah kiris etelah itu klik panah, centang pearson, two-tailed,
dan flag significant correlations, setelah itu klik ok
4. Sehingga didapatkan hasil output.
3.2 Langkah-Langkah Uji Reliabilitas
1. Masukkan data ke excel
2. Data dimasukkan kedalam SPSS, dengan klik scale, reliabilitas analyze
3. Blok semua table disebelah kiri, setelah itu klik tanda panah, klik ok
4. Sehingga didapatkan hasil output evaluasi.
3.3 Langkah-Langkah Uji Fishbein
1. Hitung nilai AO (bi x ei) dari masing-masing atribut.
2. Nilai AO dari masing-masing responden dijumlahkan.
3. Didapatkan nilai AB atau sikap dari masing-masing responden.
4. Dari nilai tersebut kemudian di interpretasikan.
Positif = AB tertinggi – skala interval
Netal = Positif – skala interval
Negatif = Netral – skala interva
3.4 Langkah-Langkah Analisis Perilaku Konsumen dengan Metode TRA
1. Menyusun kuisioner.
2. Menyebarkan kuisioner kepada 15 responden.
3. Menyusun data hasil pengisian kuisioner pada exel.
4. Dilakukan perhitungan TRA.
5. Hasil perhitungan TRA diinterpretasikan, kemudian dihubungkan dengan hasil uji
Fishbein.
3.5 Penentuan Strategi Pemasaran Produk Turunan Indomie
Produk turunan dari Indomie yang telah dibuat ialah “Bola-Bola Magic”. Dari
hasil analisis sikap konsumen dan perilaku konsumen terhadap produk Indomie,
kemudian dtentukan strategi pemasaran produk turunan tersebut. Strategi pemasaran
yang dilakukan ialah dengan menentukan fungsi 4P dan STP.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Uji Cochran
Hasil uji Cochran setelah mengeliminasi 6 atribut
Uji Cochran merupakan uji atribut dengan tujuan untuk mngetahui atribut mana
yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli produk. Nilai Cochran’s Q harus
lebih kecil dari nilai chisquare dengan skala signifikan 0,05 yaitu harus kurang dari
23,685 (nilai df=14). Sehingga untuk mendapatkan nilai Cochran’s Q yang lebih kecil
dari nilai Chisquare, harus mengeliminasi atribut-atribut yang kurang dipertimbangkan
konsumen dalam membeli produk. Atribut yang dipilih untuk dieliminasi ialah atribut
yang memiliki jawaban “ya” paling sedikit. Pengeliminasian dilakukan sampai
didapatkan nilai Cochran’s Q kurang dari 23,685.
Dengan mengeliminasi 6 atribut didapatkan nilai Cochran’s Q sebesar 22,104 (<
23,685). Dari 15 atribut produk Indomie yang diujikan pada uji Cochran Q-test,
didapatkan 9 atribut yang dianggap menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli
produk Indomie, yaitu harga, rasa, nilai gizi, labelling, promosi, sertifikat halal, varian
rasa, tekstur, dan tanggal kadaluarsa. Sedangkan 6 atribut lainnya yang kurang/tidak
dipertimbangkan adalah kemasan, tempat penjualan, komposisis, berat, verifikasi
produk, dan jingle.
4.2 Analisis Sikap Konsumen
4.2.1 Hasil Uji Validitas
Dari uji Validitas, didapatkan hasil seperti tabel diatas. Nilai yang bertanda
bintang satu (*), berarti tingkat kepercayaan konsumen terhadap produk Indomie
sebesar 5%, sedangkan nilai yang bertanda bintang dua (**) berate tingkat kepercayaan
konsumen terhadap produk Indomie sebesar 99%.
4.2.2 Hasil Uji Reliabilitas
Dari hasil output yang diperoleh dari hasil evaluasi maka pada kolom corrected
item total coralation kita bandingkan dengan R table di row ke 28 (jumlah responden
dikurangi 2). Pada R table ke 28 patokannya adalah pada kolom 5% yaitu 0,374.
Setelah menemukan patokan dengan menggunakan 0,374 kemudian mencari data
yang kurang dari 0,374 pada table corrected item total coralation. Apabila pada table
corrected item total coralation diatas 0,374 berarti data dikatakan valid. Sedangkan
apabila dibawah 0,374 maka tidak valid. Sehingga dari data diatas didapatkan data
yang tidak valid adalah E2, E6, E7, dan E9.
Sehingga dengan mengetahui pernyataan yang valid dari corrected item total
coralation, kita dapat mengetahui kelebihan atau keunggulan serta kelemahan produk
“INDOMIE” pada umumnya. Nilai Alpha Chronbach’s 0,925 maka dikatakan bahwa
instrumen yang digunakan sudah sangat reliabel.
4.2.3 Hasil Uji Fishbein
Data diatas merupakan hasil perhitungan uji Fishbein. Dari 30 responden
diketahui bahwa responden yang bersikap positif tehadap produk Indomie sebanyak
20 orang, responden yang bersikap netral sebanyak 10 orang, dan tidak ada respnden
yang bersikap negatif terhadap produk Indomie. Jadi, kesimpulan dari uji fishbein
tentang sikap konsumen terhadap produk Indomie ialah rata-rata konsumen
berpandangan positif terhadap produk tersebut.
4.3 Analisis Perilaku Konsumen dengan Theory Of Reasoned Action (TRA)
Tabel data niat untuk melakukan pembelian terhadap produk Indomie
Responden AB W1 SN W2 BI Interpretasi
Annisa Tri N. 137,33 0,72 26 0,28 106,30 bermaksud untuk membeli
Ahmad Syarifuddin 80,44 0,66 24 0,34 61,02 tidak bermaksud untuk membeli
Nindy Callista E. 109,22 0,63 39 0,37 83,04 ragu-ragu untuk membeli
Fitri Sugiarti 146,89 0,63 40 0,34 105,61 bermaksud untuk membeli
Novia Yunita S. 130,00 0,72 26 0,28 100,81 bermaksud untuk membeli
Tri Surya N. 115,44 0,65 37 0,35 87,71 ragu-ragu untuk membeli
Robi'atul A. 117,67 0,66 33 0,34 88,87 ragu-ragu untuk membeli
Ayu Selfia N. 138,78 0,70 27 0,30 105,13 bermaksud untuk membeli
Zahra Fitria 126,00 0,70 24 0,30 95,25 bermaksud untuk membeli
Annisa Hasanah 137,89 0,68 33 0,32 104,05 bermaksud untuk membeli
Amilah Dita B. 138,11 0,71 24 0,29 105,12 bermaksud untuk membeli
Evalina Surya A. 86,00 0,60 41 0,40 68,06 tidak bermaksud untuk membeli
Nanang Achmad S. 106,66 0,64 36 0,36 81,08 ragu-ragu untuk membeli
M. Nur Nadhif 144,67 0,72 24 0,28 110,36 bermaksud untuk membeli
Wahyu Isnaini 107,22 0,65 34 0,35 81,62 ragu-ragu untuk membeli
Tabel Hubungan sikap dan keinginan bertindak konsumen terhadap produk Indomie
Responden Sikap Keinginan bertindak
Annisa Tri N. positif bermaksud untuk membeli
Ahmad Syarifuddin netral tidak bermaksud untuk membeli
Nindy Callista E. positif ragu-ragu untuk membeli
Fitri Sugiarti positif bermaksud untuk membeli
Novia Yunita S. positif bermaksud untuk membeli
Tri Surya N. positif ragu-ragu untuk membeli
Robi'atul A. positif ragu-ragu untuk membeli
Ayu Selfia N. positif bermaksud untuk membeli
Zahra Fitria positif bermaksud untuk membeli
Annisa Hasanah netral bermaksud untuk membeli
Amilah Dita B. positif bermaksud untuk membeli
Evalina Surya A. netral tidak bermaksud untuk membeli
Nanang Achmad S. positif ragu-ragu untuk membeli
M. Nur Nadhif positif bermaksud untuk membeli
Wahyu Isnaini positif ragu-ragu untuk membeli
Dari hasil analisis TRA yang telah dilakukan pada 15 responden, didapatkan
hasil bahwa konsumen yang bermaksud untuk membeli sebanyak 8 orang, konsumen
yang ragu-ragu untuk membeli sebanyak 5 orang, dan konsumen yang tidak
bermaksud membeli sebanyak 2 orang
Hubungan hasil uji Fishbein dengan TRA:
Konsumen yang bersikap positif dan bermaksud untuk membeli sebanyak 7 orang
Konsumen yang bersikap positif namun ragu-ragu untuk membeli sebanyak 5
orang
Konsumen yang bersikap netral dan bermaksud untuk membeli sebanyak 1 orang
Konsumen yang bersikap netral dan tidak bermaksud untuk membeli sebanyak 2
orang
Berdasarkan tabel.4, terdapat hubungan antara hasil uji fishbein (yang
menganalisis sikap konsumen) dan TRA (yang menganalisis perilaku konsumen).
Konsumen yang bersikap positif dapat bertindak/bermaksud untuk membeli produk
Indomie dan dapat bertindak ragu-ragu untuk membeli produkIndomie. Sedangkan
konsumen yang bersikap netral, dapat bertindak/bermaksud untuk membeli, ragu-ragu,
atau bahkan tidak bermaksud untuk membeli produk Indomie. Hal ini berarti antara
sikap dan perilaku konsumen terdapat hubungan yang nyata.
4.4 Strategi Pemasaran
4.4.1 Profil Perusahaan dan Ruang Lingkup Perusahaan
Nama Perusahaan : PT Kedai Magic
Pemilik : Afrida Ariani Tsani, SP. M.Si.
Tahun Berdiri : 2013
Lokasi/Alamat : Jl. Terusan Cikampek No. 25 Malang
Jenis Usaha : Mengerjakan dan menjual bola-bola magic, cocok untuk
semua kalangan, terutama bagi pecinta Indomie.
Berbasis : PT
4.4.2 Struktur Organisasi
Afrida ariani
tsani
Direktur
Perusahaan
Diah
marhaendrawati
ManaJer
Produksi
anindita putri
Manajer
Pemasaran
anis verawati
Manajer
Keuangan
Siska Larasati
Manajer SDM
4.4.3 Bahan dan Cara Membuat Bola-Bola Magic
Bahan-bahan:
- INDOMIE 2 bungkus - Cabe rawit 10 buah
- Buncis 10 buah - Tepung terigu secukupnya
- Wortel 1 buah - Tepung panir secukupnya
- Bawang Merah 3 siung - Margarin secukupnya
- Bawang Putih 2 siung - Telur 2 butir
- Garam, gula secukupnya.
Cara Membuat:
1. Panaskan sedikit margarin.
2. Masukkan bawang merah, bawang putih dan cabe rawit yang telah di haluskan
lalu tumis sampai wangi, masukkan potongan buncis dan wortel tumis hingga
setengah matang.
3. Campurkan hasil tumisan diatas dgn tepung terigu, mentega, garam, gula, aduk,
lalu tambahkan sedikit air aduk terus hingga kental.
4. Masukkan mie ke dalam campuran diatas aduk rata, kemudian bentuk seperti
bola kecil.
5. Celupkan bola mie kedalam telur kemudian guling-gulingkan ke dalam tepung
panir.
6. Goreng dalam minyak panas hingga ke kuningan angkat dan tiriskan.
7. Sajikan selagi hangat.
4.4.4 Desain Kemasan
Untuk memperkenalkan produk Bola-Bola Magic, maka dibuatlah desain
kemasan yang menarik sebagai media komunikasi untuk promosi. Kemasan dibuat
semenarik mungkin, yaitu dengan menggunakan kata-kata yang unik dan simple,
menggunakan font berukuran besar pada bagian atas untuk menampilkan nama
produk, menggunakan gambar-gambar yang lucu, semuanya itu dikombinasikan
dengan warna yang magic dan desain yang menarik agar dapat menarik perhatian
konsumen untuk mencoba dan membelinya.
4.4.5 Gambaran Letak Outlet
Keterangan :
1. Playground 6. Bakso Bakar
2. Malang Town Square 7. Gereja
3. Kedai Magic 8. ATM BNI
4. Taman makam pahlawan 9. Pujasera
5. MX
4.4.6 Gambaan Outlet
Keterangan :
1. Dapur
2. Tempat Pemesanan
3. Tempat tunggu/ tempat duduk
4. Kasir
5. Tempat pembelian oleh-oleh
4.4.7 Fungsi 4P Dalam Pemasaran
Product (Produk)
Produk Bola-bola Magic ini berbahan dasar Mie Indomie. Seperti yang kita
ketahui produk ini memiliki rasa yang begitu nikmat sekaligus bergizi. Produk ini
juga dicampur dengan sayur mayur yang berwana-warni. Vitamin dan gizi yang
terkandung dalam sayur-mayur ini sangat baik bagi pertumbuhan anak-anak, serta
produk ini cocok untuk anak kosan saat mengerjakan tugas serta cocok untuk
camilan keluarga.
Place (Tempat dan distribusi)
Jika ingin membeli Bola-Bola Magic yang enak dan dapat menunda lapar,
konsumen dapat membelinya di Jl. Terusan Cikampek No. 25 Malang. Lokasi
dapat terjangkau oleh konsumen. Selain itu tempatnya juga nyaman dan strategis.
Produk kami juga dijual di toko-toko makanan serta dijual di kantin-kantin
kampus dan sekolah di wilayah Malang dan Sekitarnya.
Price (Harga)
Penentuan harga produk Bola-Bola Magic didasarkan pada kualitas dan
seementasi pasar yang dituju. Produk ini dijual dengan haga Rp 5.000,00 sudah
mendapatkan 1 bungkus yang berisi 8 buah Bola-Bola Magic
Promotion ( Promosi)
Perusahaan kami melakukan promosi melalui iklan pada surat kabar, brosur,
blog, media sosial seperti facebook, twitter,dll. Promosi ini dilakukan agar produk
Bola-Bola Magic dapat dikenal oleh banyak masyarakat dari seluruh kalangan.
4.4.8 Fungsi STP Dalam Pemasaran
Segmentasi
Segmentasi pasar dari produk Bola-Bola Magic, kami tujukan bagi kalangan
masyarakat menengah ke bawah. Mengingat harga yang kami tawarkan cukup
murah, sehingga sangat cocok bagi kalangan masyarakat menengah ke bawah.
Targeting
Target sasaran yang kami tuju ialah keluarga, anak-anak, remaja dan
dewasa. Seperti yang kita ketahui bahwa bola-bola magic ini sangat cocok
sebagai camilan keluarga karena rasanya yang enak sekaligus bentuk-bentuknya
yang sangat lucu yang disukai anak-anak. Bagi para remaja seperti anak kosan
makanan ini juga sangat cocok sebagai camilan saat mengerjakan tugas.
Positioning
Bola-bola magic ini berbahan dasar mie Indomie yang sangat enak,
sekaligus bergizi. Seperti yang kita ketahu bahwa makanan ini berbentuk camilan
sehingga cocok sekali dinikmati saat malam hari apalagi ketika cuaca dingin dan
disajikan pada kondisi hangat.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil uji Cochran didapatkan 9 atribut yang dianggap menjadi
pertimbangan konsumen dalam membeli produk Indomie dengan nilai Cochran’s Q
sebesar 22,104. Atribut tersebut ialah : harga, rasa, nilai gizi, labelling, promosi,
sertifikat halal, varian rasa, tekstur, dan tanggla kadaluarsa.
Pada uji reliabilitas didapatkan nilai Alpha Chronbach’s 0,925, maka dikatakan
bahwa instrumen yang digunakan sudah sangat reliabel. Kemudian pada uji fishbein,
didapatkan hasil bahwa rata-rata konsumen bersikap positif terhadap produk
INDOMIE.
Dari analisis perilaku konsumen didapatkan hasil bahwa responden yang
bermaksud untuk membeli sebanyak 8 orang. Hubungan uji fishbein dan TRA
menyatakan bahwa konsumen yang bersikap positif dapat bermaksud untuk membeli
dan ragu-ragu untuk membeli. Sedangkan konsumen yang bersikap netral, dapat
bermaksud untuk membeli, ragu-ragu, atau tidak bermaksud untuk membeli. Hal ini
berarti antara sikap dan perilaku konsumen terdapat hubungan yang nyata.
Produk turunan Indomie yang kami buat ialah Bola-Bola Magic. Produk ini
dicampur dengan sayur-mayur yang menyehatkan. Produk kami ini terletak di Jl.
Terusan cikampek No. 25 Malang. Produk kami ini dijual dengan harga yang murah
yaitu sebesar Rp 5.000,00 sudah mendapatkan 1 bungkus yang berisi 8 Bola-Bola
Magic. Perusahaan kami melakukan promosi melalui iklan pada surat kabar, brosur,
media sosial seperti facebook, twitter, blog dll. Promosi ini dilakukan agar produk
Bola-Bola Magic dapat dikenal oleh banyak masyarakat dari seluruh kalangan.
Segmentasi pasar yang kami tujukan bagi kalangan menengah kebawah.
5.2 Saran
Dalam pelaksanaan praktikum mengenai ketentuan responden untuk uji Fishbein
dan TRA, sebaiknya dijelaskan lebih awal. Sehingga tidak ada yang perlu mengulang
kembali dalam penyebaran kuisioner. Praktikum Perilaku Konsumen selama ini
berjalan dengan lancar dan terimaksih atas ketersediaan kakak asisten dalam
membimbing kami selama praktikum ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arnould, Eric., Price, Linda and Zinkhan, George. 2005. Consumers, 2nded. New York,
NY: Mc Graw Hill.
Aura. 2011. Pengertian Profil Perusahaan. (online). http://lathzanku.blogspot.com
/2011/10/pengertian-profil-perusahaan.html. Diakses 4 Desember 2013.
Balai Bahasa Jateng. 2010. Pengertian Outlet (Online). http://www.balaibahasajateng.
web.id/index.php/read/home/infobahasa_detail/8/Outlet-Counter-dan-Gerai.
Diakses 4 Desember 2013.
Baladina, Nur. 2012. Pemasaran Hasil Pertanian: Konsep Pemasaran Hasil Pertanian.
Lab. Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang.
Bimo, Suseno. 2012. Uji Q Cochran. (online).
http://www.statistikolahdata.com/2012/01/uji- q-cochran.html. Diakses 15
November 2013.
Choliq. 2011. Proses desain Kemasan (Online). http://iseng88.wordpress.com/2011/12
/15/desain-kemasan/. Diakses 4 Desember 2013.
Chong, Richard Hutama. 2008. Analisis Sikap Multiatribut Fishbein Terhadap Produk
Sandal Merek Jepit’z Pada PT.Kemakmuran Jaya. Skripsi Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Bina Nusantara, Jakarta.
Duwi. 2011. Uji Validitas Kuisioner. (online). http://duwiconsultant.blogspot.com
/2011/11/uji-validitas-kuisioner.html. Diakses 21 November 2013.
Gino. 2013. Penentuan Harga (Online). http://usaginoempire.blogspot.com/2013/
01/penentuan-harga.html. Diakses 30 November 2013.
Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : Grasindo.
Gumilar, Ivan. 2005. Metode Riset untuk Bisnis dan Manajemen. Jakarta : Elex Media
Komputindo.
Kotler, P. 1995. Manajemen Pemasaran, Analisa, Perencanaan, dan Pengendalian.
Jakarta : Salemba Empat.
Mowen, J.C. and Minor, M. 2001. Consumer Behavior. Fifth Edition, Harcourt, Inc.
Payne, A. 2000. “The Essence of Services Marketing”. Terj. Fandy Tjiptono, Yogyakarta :
Penerbit Andi.
Peter dan Olson, 1996. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. D. Sihombing
(penerjemah). Consumen Behavior. Gelora Aksara Pratama. Jakarta.
Priatama, Iqbal. 2011. 4P dalam Pemasaran (Online). http://clix72.blogspot.com/2011
/04/konsep-4p-dalam-pemasaran.html. Diakses 4 Desember 2013.
Rahmayanty, Nina. 2009. Segementasi, Targeting, dan Positioning (Online). http://
duniapemasaranglobal.blogspot.com/p/teori-teori-pemasaran.html. Diakses 4
Desember 2013.
Salomon, M.R. 1999. Consumer Behavior, 4thed. Upper Saddle, NJ : Prentice Hall.
Schiffman, L.G, dan Kanuk. 2007. Perilaku Konsumen. Edisi 7, Alih bahasa, Zoelkifli
Kasip, Penyunting Bahasa, Rita Maharani, Jakarta : Penerbit PT Indeks.
Sumarwan, U. 2004. Perilaku Konsumen. Ghalia Indonesia. Jakarta
Supranto, J. 2000. Statistik: Teori dan Aplikasi. Jakarta : Erlangga.
Tjiptono, F. 2008. Strategi Pemasaran, Edisi III, Penerbit Andi Yogyakarta.
Umar, Husein. 2002. Metode Riset Bisnis: Panduan Mahasiswa untuk Melaksanakan
Riset. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Warmanto, Frans. 2008. Analisis Hubungan Antara Sikap, Norma Subyektif, dan Kontrol
Keperilakuan yang Dirasakan Terhadap Perilaku Berbagi Pengetahuan Manajer:
Studi Empiris Pada Perusahaan Di Wilayah Jakarta. Jakarta.
Yudanto, Putu. 2009. Struktur Organisasi (Online). http://blogputuyuda01.blogspot.com/
2009/11/pengertian-struktur-organisasidan.html. Diakses 4 Desember 2013.
LAMPIRAN