View
159
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Laporan Praktikum Fisika Kelas XIIMateri:Kisi DifraksiPembiasan pada Kaca Planparalel
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKKUM FISIKAPembiasan pada Kaca Planparalel
Kisi Difraksi
Daniel Christianto Setyo P.
XII IPA 8 – 06
SMA NEGERI 1 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
PEMBIASAN PADA KACA PLANPARALEL
A. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Menyelidiki sifat pembiasan pada kaca planparalel.
2. Membandingkan besarnya pergeseran sinar pada kaca planparalel dari hasil
pengukuran langsung dengan hasil perhitungan
3. Menentukan indeks bias kaca
4. Menemukan hubungan antara sinar datang, sinar pantul, dan ketebalan kaca.
B. ALAT DAN BAHAN
1. Kaca planparalel
2. Busur derajat
3. Kertas
4. Styrofoam (dalam percobaan ini praktikan ganti dengan selembar kardus
berbentuk persegi, dengan ukuran 30 cm x 30 cm)
5. Jarum pentul secukupnya
6. Pensil
7. Penggaris
C. KONSEP FISIS
1. Jika jarum pentul di bagian ‘utara’ kaca planparalel pada percobaan kedua
diletakkan pada sudut yang berbeda dengan jarum pentul percobaan pertama,
maka panjang pergeseran sinarnya akan berbeda pula.
2. Sinar datang dari udara ke kaca dan sinar keluar dari kaca ke udara memiliki
besar sudut yang sama, sehingga semakin besar sinar datang dari udara,
semakin besar pula sinar bias dari kaca.
3. Kaca planparalel memiliki indeks bias yang lebih besar daripada indeks bias
udara.
D. LANDASAN TEORI
Pembiasan terjadi apabila cahaya melewati batas dua medium. Seberkas
cahaya (sinar) yang datang dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat akan
dibiaskan mendekati garis normal. Ini berarti sudut datang lebih besar daripada
sudut bias. Sudut datang adalah sudut yang dibentuk oleh sinar datang dengan
garis normal permukaan. Sementara sudut bias adalah sudut yang dibentuk oleh
sinar bias dengan garis normal.
Hubungan antara sinar datang, sudut datang, dengan sinar bias dan sudut bias
ditemukan secara eksperimental oleh Willebrord Snellius pada tahun 1621.
Hubungan yang diberikan dikenal sebagai Hukum Snellius atau Hukum
Pembiasan. Hukum Snellius menyatakan hukum-hukum pembiasan sebagai
berikut.
1. Sinar datang, garis normal, dan sinar bias terletak dalam satu bidang datar.
2
2. Perbandingan sinus sudut datang dengan sinus sudut bias pada dua medium
berbeda merupakan bilangan tetap yang disebut indeks bias. Pernyataan ini
dapat dituliskan dalam bentuk persamaan:
n1 sin i=n2 sin r
Keterangan:
n1 = indeks bias medium 1 i = sudut datang sinar
n2 = indeks bias medium 2 r = sudut bias sinar
Di dalam kaca planparalel, sinar mengalami pembiasan dua kali. Pembiasan
pertama terjadi ketika cahaya masuk ke kaca. Pembiasan kedua terjadi ketika
cahaya keluar dari kaca ke udara. Ketika cahaya masuk ke kaca, cahaya akan
dibiaskan mendekati garis normal. Setelah itu cahaya akan keluar dari kaca dan
dibiaskan oleh udara menjauhi garis normal. Pergeseran sinar yang melewati kaca
planparalel dapat dihitung dengan persamaan:
t=sin(i−r )cos r
d
Keterangan:
t = pergeseran sinar (m)
d = lebar kaca planparalel (m)
E. CARA KERJA
1. Meletakkan selembar kardus di atas meja.
2. Mengambil kertas dan menempelkan pada kardus, lalu mengambil kaca
planparalel dan mengukur ketebalannya (d).
3. Meletakkan kaca planparalel di atas kertas, lalu menggambar bagian tepi kaca
tersebut.
4. Membuat garis normal (N1) pada bagian pinggir kaca, kemudian membuat sudut
datang (i1)
5. Menancapkan dua jarum pentul pada ujung-ujung sinar datang yang telah
digambar.
6. Mengamati kedua jarum pentul yang ditancapkan pada sinar datang dari sisi
kaca yang lain dengan menancapkan dua jarum pentul lagi agar kedua jarum
pentul tersebut kelihatan berimpit dengan jarum pentul yang tertancap pada
sinar datang.
7. Mengambil kaca planparalel dan menarik garis penghubung antara dua jarum
pentul pada sinar bias kaca. Kemudian menarik garis penghubung antara sinar
datang dengan sinar bias.
8. Membuat garis normal untuk sinar bias (N2) dan mengukur sudut bias kaca (r2).
9. Menggambar garis penghubung antara sinar datang dan sinar bias. Lalu
mengukur besar sudut r1 dan i2.
10. Memperpanjang sinar datang, kemudian menarik garis yang tegak lurus yang
menghubungkan perpanjangan sinar datang dengan sinar bias (t). Lalu
mengukur panjang garis yang menghubungkan sinar datang dengan
perpanjangan sinar bias tersebut (t).
3
d
tN2
r2
r1
i2
i1
N1
11. Mengulangi langkah 1-11 sebanyak dua kali dengan besar sudut datang yang
berbeda-beda.
F. HASIL PENGAMATAN
d = 6 cm
No i1 r1 r2
t (dari pengamat
an)
t (dari rumus)
1 370 230 370 1,2 cm 1,577 cm
2 500 250 500 2,6 cm 2,801 cm
G. ANALISIS DATA
1. Perhitungan Panjang Pergeseran Sinar (t)
t 1=sin(i1−r1)cos r1
×d=sin (37−23)0
cos230×6= sin 14
0
cos 230×6=0,242
0,921×6=1,577 cm
t 2=sin(i1−r1)cos r1
×d=sin (50−25)0
cos250×6= sin 25
0
cos250×6=0,423
0,906×6=2,801cm
2. Kesalahan Mutlak
∆ t=12×skala terkecil=1
2×0,1cm=0,05cm
t 1→(t 1±∆ t )=(1,58±0,05)cm
t 2→(t 2±∆ t )=(2,80±0,05)cm
H. SOAL DAN JAWABAN
1. Bandingkanlah hasil t hitung dengan t hasil pengukuran! Jelaskan!
Jawab : t1 hasil pengamatan = 1,2 cm
t1 dari rumus = 1,58 cm
t2 hasil pengamatan = 2,6 cm
t2 dari rumus = 2,80 cm
Ternyata hasilnya berbeda namun hanya selisih sedikit.
2. Bandingkanlah hasil antara sinar datang dengan sinar pantul!
Jawab : Berdasarkan percobaan, besarnya sudut sinar datang dari udara ke
kaca dengan sinar bias dari kaca ke udara adalah sama pada masing-
masing percobaan.
Percobaan 1 i1 = r2 = 370
Percobaan 2 i1 = r2 = 500
3. Berapa besar indeks bias kaca?
Jawab : Besar indeks bias kaca planparalel pada percobaan 1 adalah sebagai
berikut.
nu sin i1=nkp sin r1
1×sin 370=nkp sin 230
nkp=sin 370
sin 230
nkp=1,54
4
Besar indeks bias kaca planparalel pada percobaan 2 adalah sebagai
berikut.
nu sin i1=nkp sin r1
1×sin 500=nkp sin 250
nkp=sin 500
sin 250
nkp=1,81
Hasil kedua indeks bias tersebut sedikit berbeda, mungkin karena
ketidaktelitian praktikan dalam mengukur besar sudut yang ada dalam
percobaan tersebut.
I. KESIMPULAN
1. Penyajian Data
(t 1±∆ t)=(1,58±0,05)cm
(t 2±∆ t )=(2,80±0,05)cm
2. Panjang pergeseran sinar hasil pengamatan dengan hasil perhitungan rumus
berbeda, karena ada beberapa kemungkinan sebagai berikut :
a. Ketidakcermatan praktikan dalam pengukuran menggunakan penggaris dan
busur derajat;
b. Kemampuan mata praktikan ketika melihat jarum mungkin kurang tajam; dan
c. Garis perpanjangan sinar datang terlihat kurang sejajar dengan garis sinar bias
keluar kaca.
Surakarta, 18 September 2013
Pembina, Praktikan,
Kurotu A'yun, S.Pd., M.Pd. Daniel Christianto Setyo PrihangkosoNIP. 19700908 199702 2 004 NIS. 20604
5
KISI DIFRAKSI
A. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan λ merah, λ kuning, dan λ biru.
B. ALAT DAN BAHAN
1. Power supply 4. Layar
2. Lampu 12 volt 5. Lensa
3. Kisi 6. Mistar
C. KONSEP FISIS
1. Ketika cahaya dilewatkan melalui kisi, maka hasilnya di layar tampak spektrum-
spektrum warna yang terpisah.
2. Tiga kisi yang konstanta kisinya masing-masing berbeda menghasilkan spektrum
warna di layar yang jaraknya berbeda-beda pula.
3. Jika kedudukan lensa atau diubah-ubah membuat jarak spektrum warna di layar
berubah jarak.
D. LANDASAN TEORI
Difraksi adalah pelenturan suatu gelombang. Berarti difraksi cahaya dapat
didefinisikan sebagai pelenturan cahaya yaitu saat suatu cahaya melalui celah maka
cahaya dapat terpecah-pecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan memiliki
sifat seperti cahaya baru. Sifat-sifat difraksi pada cahaya ini dapat dibuktikan
dengan melihat pola interferensi yang terjadi pada layar saat dipasang di belakang
celah.
Kisi adalah sejumlah celah sempit sejajar dan terpisah dengan jarak yang sama.
Kisi dapat dibuat dengan cara menggores pelat logam dengan ujung sebuah intan
sedemikian rupa sehingga membentuk garis-garis sejajar berjarak sama satu sama
lain. Bagia logam yang tergores sebagai celah kisi difraksi pertama kali dibuat oleh
Fraunhofer dengan menggunakan kawat-kawat halus. Untuk menghitung jarak
antarcelah, dapat digunakan rumus berikut.
d= 1N
Pola terang-gelap yang terbentuk di layar akibat difraksi oleh kisi sama dengan
pola hasil interferensi pada celah ganda Young. Oleh karena itu, persamaan pola
difraksi oleh kisi sama dengan pola interferensi celah ganda Young. Untuk pita
terang dengan sudut yang sangat kecil, dapat diperoleh rumus berikut.
d . pl
=m . λ
Sedangkan untuk pita gelap adalah:
d . pl
=(m−12 ) . λ
Keterangan:
d : konstanta kisi
6
p : jarak titik terang pusat
l : jarak kisi ke layar
m : orde
λ : panjang gelombang cahaya yang digunakan
E. CARA KERJA
1. Menyusun alat dan bahan seperti pada gambar. Kemudian menentukan kisi yang
akan digunakan.
2. Menyalakan power supply. Lalu mengamati pola yang terjadi pada layar.
3. Mengubah-ubah posisi lensa, kisi, dan layar sehingga pada layar terjadi pola garis
terang-gelap.
4. Mengukur jarak kisi ke layar (l).
5. Mengukur jarak salah satu warna terang ke terang pusat (p).
6. Menentukan konstanta kisi (d) dengan melihat spesifikasi kisi yang digunakan.
7. Mengisi data pada tabel pengamatan.
F. HASIL PENGAMATAN
NoKisi yang
Digunakan (N)
Warna
Cahaya
l (cm) m (orde)
p (cm) d (m) λ (m)
1 100 line / mm
Merah 15,3 1 1 10-5 6,54 x 10-
7
Hijau 15,3 1 0,9 10-5 5,88 x 10-
7
Biru 15,3 1 0,7 10-5 4,58 x 10-
7
2 300 line / mm
Merah 8,3 1 1,6 3,33 . 10-6
6,42 x 10-
7
Hijau 8,3 1 1,2 3,33 . 10-6
4,82 x 10-
7
Biru 8,3 1 1,1 3,33 . 10-6
4,41 x 10-
7
3 600 line / mm
Merah 6,8 1 2,7 1,67 . 10-6
6,63 x 10-
7
Hijau 6,8 1 2,2 1,67 . 10-6
5,40 x 10-
7
Biru 6,8 1 1,9 1,67 . 10-6
4,42 x 10-
7
G. ANALISIS DATA
1. Perhitungan Panjang Gelombang Cahaya (λ)
d . pl
=m . λ→λ=d . pl .m
a. Panjang Gelombang Cahaya Merah Berdasarkan Rumus
7
Layar
KisiLensaLamp
u
Power Supply
λm1=d . pl .m
=10−5×10−2
0,153×1= 10−7
0,153=6,54×10−7meter
λm2=d . pl .m
=3,33.10−6×1,6 .10−2
8,3 .10−2×1=5,328 .10
−8
0,083=6,42×10−7meter
λm3=d . pl .m
=1,67 .10−6×2,7 .10−2
6,8 .10−2×1=4,509 .10
−8
0,068=6,63×10−7meter
b. Panjang Gelombang Cahaya Hijau Berdasarkan Rumus
λh1=d . pl .m
=10−5×9 .10−3
0,153×1=9 .10
−8
0,153=5,88×10−7meter
λh2=d . pl .m
=3,33 .10−6×1,2 .10−2
0,083×1=3,996 .10
−8
0,083=4,82×10−7meter
λh3=d . pl .m
=1,67 .10−6×2,2.10−2
0,068×1=3,674 .10
−8
0,068=5,40×10−7meter
c. Panjang Gelombang Cahaya Biru Berdasarkan Rumus
λb1=d . pl .m
=10−5×7 .10−3
0,153×1=7 .10
−8
0,153=4,58×10−7meter
λb2=d . pl .m
=3,33.10−6×1,1.10−2
0,083×1=3,663 .10
−8
0,083=4,41×10−7meter
λb3=d . pl .m
=1,67 .10−6×1,8 .10−2
0,068×1=3,006 .10
−8
0,068=4,42×10−7meter
2. Kesalahan Mutlak
λm λm2 λh λh
2 λb λb2
1 6,54 . 10-7 4,27716 . 10-
13 5,88 . 10-7 3,45744 . 10-
13 4,58 . 10-7 2,09764 . 10-
13
2 6,42 . 10-7 4,12164 . 10-
13 4,82 . 10-7 2,32324 . 10-
13 4,41 . 10-7 1,94481 . 10-
13
3 6,63 . 10-7 4,39569 . 10-
13 5,40 . 10-7 2,916 . 10-13 4,42 . 10-7 1,95364 . 10-
13
Σ 19,59 . 10-
712,79449 .
10-13 16,1 . 10-7 8,69668 . 10-
1313,41 . 10-
75,99609 . 10-
13
λ 6,53 . 10-7 4,26483 . 10-
13 5,37 . 10-7 2,898893 . 10-13 4,47 . 10-7 1,998697 .
10-13
a. Panjang Gelombang Cahaya Merah
SD λm=1N √ N .Σ λm2−(Σ λm)
2
N−1
SD λm=13 √ 3× (12,79449×10−13)−(19,59×10−7)2
3−1
SD λm=13 √ (38,39847×10−13)−(3,837681×10−12)
2
SD λm=13 √ 2,166×10−15
2
SD λm=13×3,2909×10−8
SD λm=1,0970×10−8
Kesalahan mutlak
8
λm±∆ λm=(6,53×10−7±1,10×10−8 )mb. Panjang Gelombang Cahaya Hijau
SD λh=1N √ N . Σ λh2−(Σ λh)
2
N−1
SD λh=13 √ 3×(8,69668×10−13)−(13,41×10−7)2
3−1
SD λh=13 √ 26,09004×10−13−2,5921×10−12
2
SD λh=13 √ 1,6904×10−14
2
SD λh=13×9,193475948×10−8
SD λh=3,064491983×10−8
Kesalahan mutlak
λh±∆ λh=(5,37×10−7±3,06×10−8 )m
c. Panjang Gelombang Cahaya Biru
SD λb=1N √ N .Σ λb2−(Σ λb)
2
N−1
SD λb=13 √ 3×(5,99609×10−13)−(13,41×10−7)2
3−1
SD λb=13 √ 17,98827×10−13−1,798281×10−12
2
SD λb=13 √ 5,46×10−16
2
SD λb=13×1,652271164×10−8
SD λb=5,507570547×10−9
Kesalahan mutlak
λb±∆ λb=(4,47×10−7±5,51×10−9 )m
3. Kesalahan Relatif
a. Panjang Gelombang Cahaya Merah
∆ λmλm×100%=1,10×10
−8
6,53×10−7 ×100%=1,68%
b. Panjang Gelombang Cahaya Hijau
∆ λhλh×100%=3,06×10
−8
5,37×10−7 ×100%=5,70%
c. Panjang Gelombang Cahaya Biru
9
∆ λbλb×100%=5,51×10
−9
4,47×10−7×100%=1,23%
H. SOAL DAN JAWABAN
1. Warna apa yang paling dekat dengan terang pusat?
Jawab : Warna yang paling dekat dengan terang pusat adalah warna merah.
2. Sebutkan urutan panjang gelombang warna cahaya dari yang paling besar!
Jawab : Merah, hijau, biru
I. KESIMPULAN
1. Penyajian Data
λm±∆ λm=(6,53×10−7±1,10×10−8 )m
λh±∆ λh=(5,37×10−7±3,06×10−8 )m
λb±∆ λb=(4,47×10−7±5,51×10−9 )m2. Berdasarkan buku referensi diketahui bahwa :
λ merah = 6 x 10-7 m
λ kuning = 5 x 10-7 m
λ biru = 4 x 10-7 m
Panjang gelombang cahaya warna merah, hijau, dan biru hasil perhitungan
eksperimen berbeda dengan panjang gelombang cahaya warna merah, hijau, dan
biru yang ada di buku referensi, karena beberapa kemungkinan sebagai berikut.
a. Sulitnya mengukur jarak suatu warna dari terang pusat, karena harus mencari
fokus yang paling sesuai;
b. Sempitnya ruang antara lensa dengan layar, Praktikan sengaja melakukan hal
itu demi mendapatkan fokus yang paling baik. Namun, dengan sempitnya
ruangan antara lensa dengan layar, praktikan agak sedikit kesulitan dalam
mengukur;
c. Ketidakcermatan praktikan dalam pengukuran menggunakan penggaris.
Surakarta, 18 September 2013
Pembina, Praktikan,
Kurotu A'yun, S.Pd., M.Pd. Daniel Christianto Setyo PrihangkosoNIP. 19700908 199702 2 004 NIS. 20604
10