LAPORAN PRAKTIKUM Analisis Proksimat

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH NUTRISI DASAR

ANALISIS PROKSIMATNAMA BAHAN: KOPRA / BINGKIL KELAPA

TANGGAL PRAKTIKUM : 27 OKTOBER 2009 SEMESTER III 2009-2010

PRAKTIKAN: 1. SHENA NADYA NIRMALA 2. GRAHITA ARDHANA RESWARI 3. ANJU BENNI SARAGIH 4. RIKJEN 5. SRI RIKANI N. BR. SITEPU 200110080092 200110080093 200110080094 200110080095 200110080097

UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PETERNAKAN 2009

BAB I PENDAHULUAN

Didalam mengembangkan suatu produk pangan, penting dimengerti sifat dari setiap unsur pokok yang terdapat dalam pangan tersebut. Meskipun komposisi dari bahan pangan sangat bervariasi dan kompleks, bagian terbesar dari unsur pokok dalam bahan pangan terdiri dari lima katagori yaitu air, mineral, karbohidrat, lemak dan protein. Tentu saja selain selain dari kelima unsur pokok tersebut diatas, pangan juga mengandung bahan ramuan lainnya seperti aroma dan pewarna, antioksidan, bahan pengawet, dan aditif lainnya. Nilai nutrisi bahan pangan ditetapkan berdasarkan komposisinya dan dalam labelisasi pangan, produsen pangan harus mencantumkan nilai yang andal (cermat dan tepat) dari unsur-unsur tersebut. Dalam upaya memberikan mendapatkan data yang andal, pengetahuan mengenai metode analisis yang mendasari penentuan setiap unsur diatas perlu dipahami dengan baik. Selain itu perlu pula dipahami titik kendali kritis (critical control point) dari setiap metode. Saat ini labelisasi pangan di Indonesia dapat dikatakan masih bersifat sukarela. Masih banyak ditemukan produk pangan di pasar swalayan yang belum mencantumkan nilai nutrisi dalam kemasannya. Akan tetapi seiring dengan bertambahnya pengetahuan konsumen akan bahan pangan yang berkualitas, kebutuhan akan labelisasi pangan semakin meningkat. Komponen wajib dalam labelisasi pangan memang bervariasi, tergantung jenis pangannya, namun umumnya beberapa komponen dibawah ini pasti dicantumkan; yaitu: jumlah kalori, gram protein, lemak dan karbohidrat. Informasi yang lebih lengkap biasanya memuat juga kandungan vitamin A, vita-min C, thiamine, riboflavin, niacin, kalsium dan besi. Pencantuman informasi lainnya seperti kandungan serat, kholesterol, vitamin (selain yang sudah dise-butkan diatas) dan mineral sifatnya sukarela. Jelas terlihat dari uraian diatas bahwa minimal kandungan unsur pokok dalam bahan pangan diperlukan dalam labelisasi pangan. Analisis unsur pokok ini biasa disebut sebagai analisis proksimat. Untuk membantu industri di dalam memahami dan menerapkan teknik analisis proksimat, maka RCChem Learning

Centre, Pusat Penelitian Kimia-LIPI akan menyelenggarakan Kursus Teknik Analisis Proksimat dan aplikasinya. Kursus ini terbuka bagi Industri, Laboratorium Jasa, Lembaga Penelitian dan Pengembangan serta Perguruan Tinggi.

Tujuan Dalam melakukan praktikum ini kami memiliki beberapa tujuan yaitu : Praktikum ini memiliki tujuan untuk mengeahui kandungan zat makanan dari bahan pakan yang akan diuji. Praktikum bertujuan untuk meningkatkan kemampuan praktikan dalam menganalisis proksimat baik meliputi pengetahuan dasar dan aplikasinya.

BAB II PROSEDUR KERJA

2.1 Penentuan Kadar Air a. Prinsip Menguapkan air yang terdapat dalam bahan dengan oven dengan suhu 100-105C dalam jangka waktu tertentu (3-24 jam) hingga seluruh air yang terdapat dalam bahan menguap atau penyusutan berat bahan tidak berubah lagi. b. Alat dan Bahan Oven listrik Timbangan analitik Cawan aluminium Eksikator Tang penjepit c. Prosedur Keringkan cawan aluminium dalam oven selama 1 jam pada suhu 100105C. Kemudian dinginkan dalam eksikator selama 15 menit dan timbang beratnya (catat sebagai A gram) Tambahkan ke dalam cawan aluminium tersebut sejumlah sample/bahan lebih kurang 2-5 gram, timbang dengan teliti. Dengan demikian berat bahan/sample dapat diketahui dengan tepat (catat sebagai B gram). Bila menggunakan timbangan analitik digital maka dapat diketahui berat sampelnya dengan menset zero balans, yaitu setelah berat aluminium diketahui beratnya dan telah dicatat, kemudian dizerokan sehingga penunjuk angka menjadi nol, lalu sampel langsung dimasukkan ke dalam cawan dan kemudian timbang beratnya dan catat sebagai C gram. Masukkan cawan+sampel ke dalam oven selama 3 jam pada suhu 100105C sehingga seluruh air menguap. (Atau dapat pula dimasukkan dalam oven dengan suhu 60C selam 48 jam)

Masukkan dalam eksikator selama 15 menit dan timbang. Ulangi pekerjaan ini dari tahap no 4 dan 5, sampai beratnya tidak berubah lagi. Catat sebagai B gram. Setiap kali memindahkan cawan aluminium baik berisi sampel atau tidak gunakan tang penjepit.

2.2 Penentuan Kadar Abu a. Prinsip Membakar bahan dalam tanur (furnace) dengan suhu 600C selama 3-8 jam sehingga seluruh unsur pertama pembentuk senyawa organik (C,H,O,N) habis terbakar dan berubah menjadi gas. Sisanya yang tidak terbakar adalah abu yang merupakan kumpulan dari mineral-mineral yang terdapat dalam bahan. Dengan perkataan lain, abu merupakan total mineral dalam bahan. b. Alat dan Bahan Cawan porselen 30 mL Pembakar bunsen atau hot plate Tanur listrik Eksikator Tang penjepit c. Prosedur Keringkan cawan porselen ke dalam oven selama 1 jam pada suhu 100105C. Dinginkan dalam eksikator selama 15 menit dan timbang, catat sebagai A gram. Masukkan sejumlah sampel kering oven 2-5 gram ke dalam cawan, catat sebagai B gram. Panaskan dengan hot plate atau pembakar bunsen sampai tidak berasap lagi Masukkan ke dalam tanur listrik dengan temperatur 600-700C, biarkan

beberapa lama sampai bahan berubah menjadi abu putih betul. Lama pembakaran sekitar 3-6 jam Dinginkan dalam eksikator kurang lebih 30 menit dan timbang dengan teliti, catat sebagai C gram Hitung kadar abunya!

2.3 Penentuan Kadar Protein Kasar a. Prinsip Penetapan nilai protein kasar dilakukan secara tidak langsung, karena analisis ini didasarkan pada penentuan kadar nitrogen yang terdapat dalam bahan. Kandungan nitrogen yang diperoleh dikalikan dengan angka 6,25 sebagai angka konversi menjadi nilai protein. Nilai 6,25 diperoleh dari asumsi bahwa protein mengandung 16% nitrogen(perbandingan protein : nitrogen =100 :16 = 6,25:1). Penentuan nitrogen dalam analisis ini melalui tiga tahapan analis kimia: Destruksi Yaitu menghancurkan bahan menjadi komponen sederhana, sehingga nitrogen dalam bahan terurai dari ikatan organiknya. Nitrogen yang terpisah diikat oleh H2SO4 menjadi (NH4)2SO4. Destilasi Pengikatan komponen organik tidak hanya kepada nitrogen saja, tetapi juga terhadap komponen lain, oleh karena itu nitrogen harus diisolasi. Untuk melepaskan nitrogen dalam larutan hasil destruksi adalah dengan membentuk gas NH3. Pemberian NaOH 40% akan merubah (NH4)2SO4 menjadi NH4OH. NH4OH bila dipanaskan akan berubah menjadi gas NH3 dan air, yang kemudian dikondensasi. NH3 akhirnya ditangkap oleh larutan asam borat 5% membentuk (NH4)3BO3. Titrasi Nitrogen dalam (NH4)3BO3 ditentukan jumlahnya dengan cara dititrasi dengan HCl.

b. Alat dan Bahan Alat : Labu Kjeldahl 300 mL Satu set alat estilasi Erlenmeyer 250 cc Buret 50 cc skala 0,1 mL Timbangan analitik Bahan ( zat kimia) : Asam Sulfat pekat Asam Chorida ( yang sudah diketahui normalitasnya) Natrium Hydroxsida 40% Katalis campuran (yang dibuat dari CuSO4.5H2O dan K2SO4 dengan perbandingan 1:5 Asam borax 5% Indikator campuran ( brom cresolgreen : Methyl merah = 4 : 5) sebanyak 0,9 gram campuran dilarutkan dalam alkohol 100 mL) c. Prosedur Destruksi Timbang contoh sampel kering oven sebanyak 1 gram ( catat sebagai A gram). Masukan ke dalam labu kjeldhal dengan hati-hati, dan tambahkan 6 gram katalis campuran. Tambah 20 mL Asam Sulfat pekat. Panaskan dalam nyala api kecil di lemari asam. Bila sudah tidak berbuih lagi destruksi diteruskan dengan nyala api yang besar. Destruksi sudah di anggap selesai bila larutan sudah berwarna hijau jernih, setelah itu dinginkan. Destilasi Siapkan alat destilasi selengkapnya, pasang dengan hati-hati jangan lupa batu didih, vaselin dan tali pengaman

Pindahkan larutan hasil destruksi ke dalam labu didih, kemudian bilas dengan aquades sebanyak lebih kurang 50 mL. Pasangkan erlenmeyer yang telah diisi asam borax 5% sebanyak 5 mL untuk menangkap gas amonia, dan telah diberi indikator campuran sebanyak 2 tetes. Basakan larutan bahan dari destruksi dengan menambah 40-60 mL NaOH 40% melalui corong samping. Tutup kran corong segera setelah larutan tersebut masuk ke labu didih Nyalakan pemanas bonsen dan alirkan air ke dalam kran pendingin tegak. Lakukan destilasi sampai semua N dalam larutan dianggap telah tertangkap oleh asam borax yang ditandai dengan menyusutnya larutan dalam labu didih sebanyak 2/3 bagian (atau sekurang-kurangnya sudah tertampung dalam erlenmeyer sebanyak 15 mL. Titrasi Erlenmeyer berisi sulingan tadi diambil (jangan lpa membilas bagian yang terendam dalam air sulingan). Kemudian titrasi dengan HCl yang sudah diketahui normalitasnya catat sebagai B, titik titrasi dicapai dengan ditandai perubahan warna hijau ke abu-abu. Catat jumlah larutan HCl yang terpakai sebagai C mL.

2.4 Penentuan Kadar Lemak Kasar a. Prinsip Melarutkan (ekstraksi) lemak yang terdapat dalam bahan dengan pelaut lemak (ether) selama 3-8 jam. Ekstraksi menggunakan alat sokhlet. Beberapa pelarut yang dapat digunakan adalah kloroform, heksana, dan aseton. Lemak yang terekstraksi (larut dalm pelarut) terakumulasi dalam wadah pelarut (labu sokhlet) kemudian dipisahkan dari pelarutnya dengan cara dipanaskan dalam oven suhu 105C. Pelarut akan menguap sedangkan lemak tidak (titik didih lemak lebih besar dari 105C, sehingga

tidak menguap dan tinggal di dalam wadah). Lemak yang tinggal dalam wadah ditentukan beratnya. b. Alat dan Bahan Alat : Satu set alat sokhlet Kertas saring bebas lemak Kapas dan biji hekter Eksikator Timbangan analitik Bahan (zat kimia) Kloroform c. Prosedur Siapkan kertas saring yang elah kering oven (gunakan kertas saring bebas lemak) Buatlah selongsong penyaring yang dibuat dari kertas saring, timbang dan catat beratnya sebagai A gram. Masukkan sampel sekitar 2-5 gram dalam selongsong kemudian timbang dan catat beratnya sebagai B gram. Tutup dengan kapas kemudian dihekter, lalu timbang dan catat beratnya sebagai C gram. Berat sampel = (B-A) gram Selongsong penyaring berisi sampel dimasukkan ke dalam alat soxhlet. Masukan pelarut lemak (Klorofom) sebanyak 100-200 mL ke dalam labu didihnya. Lakukan ekktarksi (yalakan pemanas hot plate dan alirkan air pada bagian kondensornya). Ekstrasi dilakukan selama lebih kurang 6 jam. Ambil selongsong yang berisi sampel yang telah diekstrasi dan keringkan di dalam oven selama 1 jam pada suhu 1050 . kemudian masukan ke dalam eksikator 15 menit dan kemudian timbang dan catat beratnya sebagai D gram. Kloroform yang terdapat dalam labu didih, didestilasi sehingga tertampung di penampungan sokhlet. Kloroform yang tertampung disimpan untuk digunakan kembali.

2.5 Penentuan Kadar Serat Kasar a. Prinsip Komponen dalam suatu bahan yang tidak dapat larut dalam pemasakan dengan asam encer dan basa encer selama 30 menit adalah serat kasar dan abu. Untuk mendapatkan nilai serat kasar, maka bagian yang tidak larut tersebut (residu) dibakar sesuai dengan prosedur analisis abu. Selisih antara residu dengan abu adalah serat kasar. b. Alat dan bahan Alat : Gelas piala khusus 600 mL Cawan porselen 30 mL Corong Buchner diameter 4,5 cm Satu set alat pompa vakum Eksikator Kertas saring bebas abu Tanur listrik Hot plate Tang penjepit Timbangan analitik Bahan (zat kimia) : H2SO4 1,25 % NaOH 1,25 % Aseton Aquades panas c. Prosedur Siapkan kertas saring kering oven dengan diameter 4,5 cm, catat sebagai A gram Siapkan cawan porselen kering oven Masukkan sampel ke dalam gelas piala khusus sebanyak B gram Tambah asam sulfat 1,25 % sebanyak 100 mL kemudian pasang pada alat pemanas khusus tepat di bawah kondensor

Alirkan airnya dan nyalakan pemanas tersebut Didihkan selama 30 menit dihitung saat mulai mendidih Kemudian tambahkan NaOH 1,25 % sebanyak 100 mL Didihkan selama 30 menit lagi dihitung saat mulai mendidih Letakkan kertas saring pada corong buchner kemudian masukkan residu dan nyalakan pompa vacum Secara berturut-turut bilas dengan : - Air panas 100 mL - Asam sulfat panas 0,3 N (1,25%) 50 mL - Air panas 100 mL - Aseton 50 mL Kertas saring dan isinya dimasukkan ke dalam cawan porselen menggunakan pinset Keringkan dalam oven 100-105C selama 24 jam Dinginkan dalam eksikator selama 15 menit lalu timbang sebagai C gram Panaskan dalam hot plate sampai tidak berasap lagi, kemudian masukkan ke dalam tanur listrik 600C-700C selama minimal 3 jam sampai abunya berwarna putih. Disini serat kasar dibakar sampai habis Dinginkan dalam eksikator selama 30 menit lalu timbang dan catat sebagai D gram

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Metode analisis kimia pakan yang umum dilakukan adalah analisis proksimat atau Weende. Pada analisis proksimat ini terdapat enaam komponen pakan yang dievaluasi, yaitu : air, abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar, dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Analisis kimia memberikan dasar yang kuat untuk evaluasi pakan. Tabel komposisi pakan sering dijadikan dasar dalam penyusunan ransum. Hasil analisis proksimat kurang tepat mencerminkan nutrien yang betul-betul dimanfaatkan oleh tubuh ternak, oleh karena itu istilah yang digunakan masih kasar yang artinya masih ada komponen lain yang terikut dalam analisis tersebut. Analisis proksimat adalah suatu metoda analisis kimia untuk

mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat makanan dari bahan pakan atau pangan. Analisis proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas pakan atau bahan pangan terutama pada standar zat makanan yang seharusnya terkandung di dalamnya. Satu item hasil analisis merupakan kumpulan dari beberapa zat makanan yang mempunyai sifat yang sama (fraksi). Istilah proksimat mempunyai pengertian bahwa hasil analisis dari metode ini menunjukkan nilai mendekati. Disebabkan dalam satu analisis fraksi hasil analisis masih terdapat zat lain. Analisis proksimat merupakan salah satu dari tingkatan cara penilaian suatu bahan pakan secara kimia. Tingkat penilaian bahan pakan: Secara fisik Secara kimia Secara biologis Manfaat: Mengidentifikasi kandungan zat makanan yang belum diketahui sebelumnya Menguji kualitas bahan yang telah diketahui dibandingkan dengan standarnya

Mengevaluasi hasil formula ransum yang telah dibuat Merupakan dasar untuk analisis labih lanjut Dari bagian analisis proksimat, hanya fraksi yang dapat diketahui nilainya dengan melakukan analisis kimia, yaitu: Air, abu, Protein Kasar, Lemak Kasar dan Serat Kasar BETN = 100 air abu PK LK SK BETN = BOTN LK SK BO = 100 air abu BOTN = BO PK Penyajian data Analisis (%): 1. Berdasarkan bahan kering (kandungan bahan kering 100% dan air 0%) a. Bila sajian tidak mencantumkan kadar air, biasanya analisis bahan kering. b. Umunya data-data yang terdapat pada tabel-tabel dalam rujukan literatur berdasarkan sajian ini. c. Data sajian ini diperlukan terutama untuk keperluan formulasi ransum ruminan. d. Bila kandungan air tercantum, lihat keterangannya, apakah

berdasarkan bahan keringa atau tidak. 2. Berdasarkan Asfed (keadaan apa adanya saat diberikan pada ternak) a. Total perjumlahan seluruh fraksi proksimat bernilai 100 (100 = Air + Abu + PK + LK + SK + BETN) Konversi penyajian data analisis: Konversi penyajian data analisis adalah cara perhitungan merubah data dalam sajian bahan kering ke dalam sajian asfed dan demikian sebaliknya. Rumus konversi:

Kandungan zat makanan pada kondisi asfed Kandungan BK asfed

=

Kandungan zat makanan pada kondisi BK 100% Kandungan BK 100%

Penyiapan sampel yang akan dianalisis: 1. Untuk bahan basah (kadar air > 40%) a. Dikeringkan dengan suhu 30 60oC dalam oven atau dijemur. Setelah kandungan airnya 15 20%, maka dilanjutkan dengan oven 105oC. (catatan: data berat bahan sebelum dan sesudah pengeringan harus dicatat untuk memperoleh data kandungan air). b. Yang dijemur dan di oven harus dihamparkan dengan tipis, agar pemanasan merata dan untuk menghindari tumbuh jamur pembusuk dibagian bawah. 2. Ukuran partikel bahan a. Di luar kadar air, harus dalam bentuk tepung (minimal 2 MESH). Digiling dengan blender diskmill, setelah kering jemur atau kadar air maksimal 15%. b. Yang telah digiling disaring dengan ayakan (sieve) ukuran 20 MESH. Bahan yang tidak lolos digiling kembali. Tidak boleh ada bahan yang dibuang. Sampling: Bahan yang akan dianalisis jumlah yang dibutuhkan sangat sedikit (1-5 gr). Dari jumlah itu harus mewakili atau menggambarkan kandungan zat yang dianalisis dalam jumlah yang sangat besar, misalnya 1 gudang, 1 karung, 1 hamparan, dst. Oleh karena itu bahan dibawa ke laboratorium minimal 500 gr. Cara sampling: a. Sampel 5 10% dari total bahan b. Sampel diambil dari setiap bagian dan tempat secara adil dan merata dengan jumlah tepat. Kelemahan analisis proksimat: Istilah proksimat mempunyai pengertian bahwa hasil analisis dari metode ini menunjukkan nilai mendekati. Disebabkan dalam satu analisis fraksi hasil analisis masih terdapat zat lain.

1. Penentuan Kadar Air a. Kelemahan Tidak hanya air yang menguap, tetapi terdapat juga senyawasenyawa asam-basa organik sederhana (berat molekul rendah) yang ikut menguap (misal: asam asetat, butirat, propionat, ester atsiri) sehingga terhitung sebagai komponen air. Air yang terikat dalam senyawa sukar untuk menguap, sehingga mengurangi total air. b. Komponen Fraksi Air, asam dan basa organik yang mudah menguap. 2. Penentuan Kadar Abu a. Kelemahan Tidak seluruhnya unsur utama pembentuk senyawa organik dapat terbakar dan berubah menjadi gas. Oksigen ada yang masih tinggal dalam abu sebagai oksida (misal: CaO) dan karbon sebagai karbonat (CO3). Sebagian mineral terentu menguap menjadi gas (misal: sulfur sebagai H2S) b. Komponen Fraksi Mineral (Ca, P, Fe, dll), oksida, karbonat. 3. Penentuan Kadar Protein Kasar a. Kelemahan Nitrogen yang terdapat dalam bahan selain terdapat dalam protein juga terdapat dalam senyawa organik lain, sehingga terhitung sebagai komponen fraksi protein kasar. Senyawa bukan protein yang mengandung nitrogen disebut NPN (Non-Protein Nitrogen). Nilai 6,25 tidak selalu tepat, tergantung bahan yang dianalisis. Umumnya protein nabati kurang dari 6,25 sedangkan hewani lebih dari 6,25. b. Komponen Fraksi

Protein, asam amino bebas, amine nitrat, glikosida yang mengandung N, vitamin B, asam nukleat, HCN. 4. Penentuan Kadar Lemak Kasar a. Kelemahan Tidak hanya lemah yang dapat larut dalam pelarut lemak, tetapi terdapat pula komponen senyawa organik lain yang bukan lemak larut dalam pelarit lamak (misal: pigmen, asam organik, klorofil, sterol, vitamin ADEK) sehingga terhitung sebagai fraksi lemak. Lemak dengan bobot molekul besar serta kompleks (misal: fosfolipid, lipoprotein) sulit larut dalam ether, sehingga bahan yang demikian (umumnya dari hewan) harus didestruksi dulu agar bisa larut (misalnya dengan HCl). b. Komponen Fraksi Lemak, minyak, malam (lilin), pigmen, asam organik, klorofil, sterol, vitamin ADEK, curcumin, karoten. 5. Penentuan Kadar Serat Kasar a. Kelemahan Terdapat dalam suatu bahan yang tidak larut dalam pemasakan dengan asam encer dan basa encer selama 30 menit adalah serat kasar dan abu. Untuk mendapatkan nilai serat kasar maka bagian yang tidak larut (residu) dibakar sesuai prosedur analisis abu. Selisih antara residu dengan abu adalah serat kasar. b. Komponen Fraksi Selulosa, hemiselulosa, lignin.

BAB IV HASIL ANALISIS

4.1. Deskripsi bahan Kopra / Bungkil kelapa Analisis air - Berat cawan (A) = 5,290 gr - Berat cawan almunium + sampel (B) = 14,834 gr - Berat sampel (C) = 9,544 gr - Berat cawan almunium + sampel kering (D) = 14, 178 gr Analisis abu - Berat cawan kosong (A) = 18,571 gr - Berat cawan + sampel (B) = 20,044 gr - Berat sampel (B-A) = 1,473 gr - Berat cawan + abu (C) = 18,654 gr - Berat abu (C-A) = 0,083 gr Analisis protein kasar - Berat sampel (A) = 0,632 gr - Mililiter HCl yang terpakai (B) = 10,9 ml - Normalitas HCl (C) = 0,140 N Analisis lemak kasar - Berat selongsong (A) = 1,064 gr - Berat selongsong + sampel (B) = 2,942 gr - Berat sampel (B-A) = 1,878 gr - Berat selongsong + sampel + kapas + hekter (C) = 2,962 gr - Berat selongsong + sample akhir + kapas + hekter (D) = 2,653 gr Analisis serat kasar - Berat kertas saring (A) = 0,249 gr - Berat residu lemak (B) = 0,455gr - Berat residu + cawan + kertas saring (C) = 21,496 gr - Berat cawan + abu (D) = 21,110 gr 4.2. Perhitungan Kadar Air Kadar air (%) = (B D) X 100% C = (14,834 14,178) X 100% = 6,873% 9,544 4.3. Perhitungan Kadar Abu

Kadar abu (%) = (C A) X 100% (B A) = (0,083) X 100% = 5,635% (1,473) 4.4. Perhitungan Kadar Protein Kasar Kadar protein kasar (%) = C x B x 0,014 x 6,25 x 100% A = 10,9 x 0,140 x 0,014 x 6,25 x 100% = 21,127% 0,632 4.5. Perhitungan Kadar Lemak Kasar Kadar lemak kasar (%) = (C- D) x 100% (B A) = (2,962 2,653) x 100% = 16,454% 1,878 4.6. Perhitungan Kadar Serat Kasar Kadar serat kasar (%) = (C D A) x 100% Bx 100 100 - %LK = (21,498 21,110 0,249) x 100% = 25,523% 0,455 x 100 100 16,454 4.7. Perhitungan Kadar BETN Kadar BETN (%) = 100 (% Air + % Abu + % Protein kasar + % Lemak kasar + % Serat kasar ) = 100 (6,873% + 5,635% + 21,127% + 16,454% + 25,524%) = 24,387% 4.8. Konversi ke Asfed Abu Diketahui: Abu pada BK 100% = 5,635% BK Asfed = 100% - 70% = 30% Kandungan zat makanan pada BK Asfed Kandungan BK Asfed X 30% X Kandungan zat makanan = pada BK 100% Kandungan BK 100% = = 1,690% 5,635% 100%

Protein kasar Diketahui: Protein kasar pada BK 100% = 21,127% BK Asfed = 100% - 70% = 30% X = 21,127% 30% 100% X = 6,338% Lemak kasar Diketahui: Lemak kasar pada BK 100% = 16,454% BK Asfed = 100% - 70% = 30% X = 16,454% 30% 100% X = 4,936% Serat Kasar Diketahui: Serat kasar pada BK 100% = 25,524% BK Asfed = 100% - 70% = 30% X = 25,524% 30% 100% X = 7,657% BETN Kadar BETN Asfed (%) = 100% - (%Air + %Abu + %PK + %LK + %SK). 100% - (70% + 1,690% + 6,338%+ 4,936% + 7,657%). = 9,379% 4.9. Tabel Lengkap Hasil Analisis NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 FRAKSI PROKSIMAT Air Bahan Kering Abu Bahan Organik Protein Kasar BOTN Lemak Kasar Karbohidrat Serat Kasar BETN KOMPOSISI ASFED BK 100% 70% 6,873% 30% 93,127% 1,690% 5,635% 28,310% 87,492% 6,338% 21,127% 21,972% 66,365% 4,936% 16,454% 17,036% 49,911% 7,657% 25,524% 9,379% 24,387%

BAB V KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA