10
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN II TEKANAN OSMOSIS Oleh : Nama : Ayiguna Mada Wardiana NIM : B1J006084 Kelompok : 2 Rombongan : VI Hari/jam : Sabtu / 15.45-17.45 WIB Asisten : Iis Istianah

LAPORAN PRAKTIKUM - Ayimada006084's | … · Web viewFAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2008 LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN II Acara Praktikum : Tekanan Osmosis Tujuan : 1. Menyatakan

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUMFISIOLOGI TUMBUHAN II

TEKANAN OSMOSIS

Oleh :

Nama : Ayiguna Mada WardianaNIM : B1J006084Kelompok : 2Rombongan : VI

Hari/jam : Sabtu / 15.45-17.45 WIBAsisten : Iis Istianah

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO

2008

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN II

Acara Praktikum : Tekanan Osmosis

Tujuan : 1. Menyatakan adanya tekanan osmosis dalam cairan

sel

2. Menghitung besarnya tekanan osmosis cairan sel

Hasil dan Pembahasan :

A. Hasil

Tabel Pengamatan sel epidermis bawah daun Rhoeo discolor yang

berplasmolisis dan yang tidak berplasmolisis

Konsentrasi

(M)

Jumlah Sel

Tidak

berplasmolisisBerplasmolisis

0 M

0,16 M

0,18 M

0,20 M

0,22 M

0,24 M

0,26 M

19

6

12

12

12

7

5

6

19

13

13

13

18

20

Konsentrasi saat terjadi plasmolisis insipen : 0,18 M

Temperatur ruangan : 25oC + 273 = 298 oK

Perhitungan Potensial Osmosis :

ψ =

=

=

= -4,40 atm

B. Pembahasan

Nilai potensial air di dalam sel dan nilainya di sekitar sel akan

mempengaruhi difusi air dari dan ke dalam sel tumbuhan. Dalam sel tumbuhan

ada tiga faktor yang menetukan nilai potensial airnya, yaitu matriks sel, larutan

dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel. Hal ini menyebabkan

potensial air dalam sel tumbuhan dapat dibagi menjadi 3 komponen yaitu

potensial matriks, potensial osmotik dan potensial tekanan (Wilkins, 1992). Sel

tumbuhan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sel epidermis bawah daun

Rhoeo discolor, sedangkan konsentrasi larutan sukrosa yang digunakan adalah 0

M; 0,16 M; 0,18 M; 0,20 M; 0,22 M; 0,24 M dan 0,26 M. Berdasarkan hasil

praktikum, sel tumbuhan yang dimasukan kedalam larutan sukrosa dengan

konsentrasi 0 M terdapat sel yang tidak berplasmolisis sebanyak 19 sel dan yang

berplasmolisis 6 , hal tersebut tidak sesuai dengan pendapat Tjitrosomo (1987)

bahwa sel yang isinya air murni tidak mengalami plasmolisis. Jika suatu sel

dimasukan ke dalam air murni, maka struktur sel itu terdapat potensial air yang

nilainya tinggi (=0), sedangkan di dalam sel terdapat nilai potensial air yang lebih

rendah (negatif). Hal ini menyebabkan air akan bergerak dari luar sel masuk ke

dalam sel sampai tercapai keadaan setimbang.

Osmosis pada hakekatnya adalah suatu proses difusi. Secara sederhana

dapat dikatakan bahwa osmosis adalah difusi air melaui selaput yang permeabel

secara differensial dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi ke tempat

berkonsentrasi rendah. Tekanan yang terjadi karena difusi molekul air disebut

tekanan osmosis. Makin besar terjadinya osmosis maka makin besar pula tekanan

osmosisnya. Menurut Kimball (1983) bahwa proses osmosis akan berhenti jika

kecepatan desakan keluar air seimbang dengan masuknya air yang disebabkan

oleh perbedaan konsentrasi.

Menurut Tjitrosomo (1987), jika sel dimasukan ke dalam larutan gula,

maka arah gerak air neto ditentukan oleh perbedaan nilai potensial air larutan

dengan nilainya didalam sel. Jika potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak

dari luar ke dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah maka yang terjadi

sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air itu cukup

besar, maka ada kemungkinan bahwa volum sel akan menurun demikian besarnya

sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel.

Membran dan sitoplasma akan terlepas dari dinding sel, keadaan ini dinamakan

plasmolisis. Sel daun Rhoeo discolor yang dimasukan ke dalam larutan sukrosa

mengalami plasmolisis. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak

sel yang mengalami plasmolisis.

Membran protoplasma dan sifat permeabel deferensiasinya dapat

diketahui dari proses plasmolisis. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula

diperlihatkan oleh sel-sel yang terplasmolisis. Apabila ruang bening diantara

dinding dengan protoplas diisi udara, maka dibawah mikroskop akan tampak di

tepi gelembung yang berwarna kebiru-biruan. Jika isinya air murni maka sel tidak

akan mengalami plasmolisis. Molekul gula dapat berdifusi melalui benang-benang

protoplasme yang menembus lubang-lubang kecil pada dinding sel. Benang-

benang tersebut dikenal dengan sebutan plasmolema, dimana diameternya lebih

besar daripada molekul tertentu sehingga molekul gula dapat masuk dengan

mudah (Salisbury, 1995).

Komponen potensial air pada tumbuhan terdiri atas potennsial osmosis

(solut) dan potensial turgor (tekanan). Dengan adanya potensial osmosis cairan

sel, air murni cenderung memasuki sel. Sebaliknya potensial turgor di dalam sel

mengakibatkan air meninggalkan sel. Pengaturan potensial osmosis dapat

dilakukan jika potensial turgornya sama dengan nol yang terjadi saat sel

mengalami plasmolisis. Nilai potensial osmotik dalam tumbuhan dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain : tekanan, suhu, adanya partikel-partikel bahan terlarut

yang larut di dalamnya, matrik sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik

dalam isi sel. Nilai potensial osmotik akan meningkat jika tekanan yang diberikan

juga semakin besar. Suhu berpengaruh terhadap potensial osmotik yaitu semakin

tinggi suhunya maka nilai potensial osmotiknya semakin turun (semakin negatif)

dan konsentrasi partikel-partikel terlarut semakin tinggi maka nilai potensial

osmotiknya semakin rendah (Meyer and Anderson, 1952).

Larutan yang di dalamnya terdapat sekumpulan sel dimana 50%

berplasmolisis dan 50% tidak berplasmolisis disebut plasmolisis insipien.

Plasmolisis ini terjadi apabila sel berada dalam keadaan tanpa tekanan. Nilai

potensial osmosis sel dapat diketahui dengan menghitung nilai potensial osmosis

larutan sukrosa yang isotonik terhadap cairan sel. Berdasarkan hasil praktikum,

plasmolisis insipien terjadi pada konsentrasi 0,18 M dengan potensial osmosis -

4,40 atm. Menurut Salisbury dan Ross (1992), potensial air murni pada tekanan

atmosfer dan suhu yang sama dengan larutan tersebut sama dengan nol, maka

potensial air suatu larutan air pada tekanan atmosfer bernilai negatif.

Keadaan volume vakuola dapat untuk menahan protoplsma agar tetap

menempel pada dinding sel sehingga kehilangan sedikit air saja akan berakibat

lepasnya protoplasma dari dinding sel. Peristiwa plasmolisis seperti ini disebut

plasmolisis insipien. Plasmolisis insipien terjadi pada jaringan yang separuh

jumlahnya selnya mengalami plasmolisis. Hal ini terjadi karena tekanan di dalam

sel = 0. potensial osmotik larutan penyebab plasmolisis insipien setara dengan

potensial osmotik di dalam sel setelah keseimbangan dengan larutan tercapai

(Salisbury and Ross, 1992).

Adanya potensial osmosis cairan sel air murni cenderung untuk

memasuki sel, sedangkan potensial turgor yang berada di dalam sel

mengakibatkan air untuk cenderung meninggalkan sel. Saat pengaturan potensial

osmosis maka potensial turgor harus sama dengan 0. Agar potensial turgor sama

dengan 0 maka haruslah terjadi plasmolisis. Plasmolisis adalah suatu proses

lepasnya protoplasma dari dinding sel yang diakibatkan keluarnya sebagian air

dari vakuola (Salisbury and Ross, 1992). Menurut Winduwati (2000),

karakteristik permeasi air pada membran osmosis balik telah dipelajari dengan

menggunakan membran komposit modul modul sopitral wound dan larutan

klorida dalam air dalam larutan umpan.

Kesimpulan

1. Potensial osmosis pada konsentrasi 0,18 M sebesar -4,40 atm

2. Sel tumbuhan yang dimasukan dalam larutan sukrosa akan mengalami

plasmolisis, dan semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel

yang mengalami plasmolisis

3. Plasmolisis insipien terjadi pada konsentrasi 0,18 M

Daftar Referensi

Kimball, J. W. 1983. Biologi. Erlangga, Jakarta.

Meyer, B.S and Anderson, D.B. 1952. Plant Physiology. D Van Nostrand Company Inc., New York.

Salisbury, Frank B. et al. 1995. Plant Physiology 2nd Edition. Mc Graw Hill Company. New York.

Salisbury, F. B. & Ross, C. W. 1992. Plant Physiology. Wadswovth Publishing co, California.

Tjitrosomo.1987. Botani Umum 2. Penerbit Angkasa, Bandung.

Wilkins, M. B. 1992. Fisiologi Tanaman. Bumi Angkasa, Jakarta.

Winduwati S., Yohan, Rifaid M. Nur. 2000. Karakteristik Osmosis Balik Membran Spiral Wound. Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radio Aktif.