114
PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari-hari listrik sangat berperan penting dalam kehidupan makluk hidup. Listrik yang ada dalam tubuh manusia memainkan peranan penting secara langsung dalam perambatan impuls saraf. Impuls saraf yang diterima oleh organ sensoris akan diterjemahkan lalu direspon oleh organ motorik yang ada didalam tubuh manusia. Peristiwa pengantaran impuls ini tidak lepas dari peristiwa potensial aksi. Dihampir semua sel tubuh terdapat potensial listrik yang melintasi membran. Selain itu, pada beberapa sel, misalnya sel saraf dan sel otot, mampu membangkitkan sendiri impuls elektrokimia yang cepat berubah pada membrannya dan impuls ini digunakan untuk menghantarkan signal sepanjang membran saraf atau otot. Pada tipe sel lainnya, seperti kelenjar, makrofag, dan sel yang bersilia, perubahan lokal pada potensial membran juga mengaktifkan berbagai fungsi sel. Apabila potensial aksi ini tidak terjadi dalam tubuh secara seimbang, maka akan terjadi gangguan pengantaran impuls dan bisa menyebabkan kelainan yang berdampak pada organisme tersebut. Pada praktikum kali ini, digunakan simulasi tegangan listrik untuk menemukan dimana potensial aksi berlangsung. Potensial aksi berhubungan dengan tegangan listrik yang dialirkan melalui akson. Tujuan dari 1

Laporan Praktikum ( Gabungan )

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan praktikum gabungan

Citation preview

Page 1: Laporan Praktikum ( Gabungan )

PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari listrik sangat berperan penting dalam

kehidupan makluk hidup. Listrik yang ada dalam tubuh manusia memainkan

peranan penting secara langsung dalam perambatan impuls saraf. Impuls saraf

yang diterima oleh organ sensoris akan diterjemahkan lalu direspon oleh organ

motorik yang ada didalam tubuh manusia. Peristiwa pengantaran impuls ini tidak

lepas dari peristiwa potensial aksi. Dihampir semua sel tubuh terdapat potensial

listrik yang melintasi membran. Selain itu, pada beberapa sel, misalnya sel saraf

dan sel otot, mampu membangkitkan sendiri impuls elektrokimia yang cepat

berubah pada membrannya dan impuls ini digunakan untuk menghantarkan signal

sepanjang membran saraf atau otot. Pada tipe sel lainnya, seperti kelenjar,

makrofag, dan sel yang bersilia, perubahan lokal pada potensial membran juga

mengaktifkan berbagai fungsi sel. Apabila potensial aksi ini tidak terjadi dalam

tubuh secara seimbang, maka akan terjadi gangguan pengantaran impuls dan bisa

menyebabkan kelainan yang berdampak pada organisme tersebut.

Pada praktikum kali ini, digunakan simulasi tegangan listrik untuk

menemukan dimana potensial aksi berlangsung. Potensial aksi berhubungan

dengan tegangan listrik yang dialirkan melalui akson. Tujuan dari praktikum ini

ialah mengamati secara visual pada simulasi komputer, potensial aksi yang terjadi

pada sel saraf melalui tegangan listrik tertentu dan pada tenggang waktu tertentu.

Potensial aksi juga dapat dihambat melalui zat-zat kimia tertentu, sehingga

menyebabkan perambatan potensial aksi menjadi lambat bahkan tidak ada sama

sekali.

Membran memiliki potensial(potensial gradien dan potensial aksi).

Potensial membran sel ada 2 yaitu : graded potensial dan action potential.Graded

potensial akan melewati bagian badan neuron yang disebut trigger zone.Di trigger

zone ada yang disebut threshoid yaitu ambang batas yang harus dicapai agar

potensial aksi dapat terbentuk.Jadi,jika graded potensial melewati akson hillock

dan memiliki kekuatan yang cukup besar sehingga melewati ambang batas

(supathreshold),potensial aksi tidak akan terjadi.

Perambatan potensial aksi:

1

Page 2: Laporan Praktikum ( Gabungan )

Membran saraf otot mendapat rangsangan mencapai nilai ambang - timbul

potensial aksi - merangsang daerah sekitarnya untuk mencapai nilai ambang -

perambatan potensial aksi atau gelombang depolarisasi - sel membran mengalami

repolarisasi.

Pada umumnya, sistem saraf ini mengatur aktifitas tubuh yang cepat,

misalnya kontraksi otot, perubahan viseral yang berlangsung dengan cepat, dan

bahkan juga kecepatan sekresi beberapa kelenjar endokrin.

Sejak pembentukannya, sistem saraf mempunyai sifat-sifat mengatur yang

sangat kompleks dan khusus. Ia menerima berjuta-juta rangsangan informasi yang

berasal dari bermacam-macam organ sensorik, dan semua ini bersatu untuk dapat

menentukan respons apa yang akan diberikan oleh tubuh.

Sebagian besar aktivitas sistem saraf diawali oleh pengalaman-pengalaman

sensorik yang berasal dari reseptor sensorik, yaitu reseptor visual, reseptor

auditorik, reseptor taktil di permukaan tubuh, atau macam-macam reseptor

lainnya. Pengalaman sensorik ini dapat menimbulkan reaksi segera, atau ingatan

yang terbentuk ini dapat disimpan dalam otak untuk beberapa menit, beberapa

minggu, atau beberapa tahun dan selanjutnya dapat membantu reaksi tubuh di

masa datang.

Segala sesuatu yang lewat antara sel dan cairan ekstrasel di sekitarnya

harus mampu menembus membran plasma. Apabila suatu zat dapat menembus

membran, membran tersebut bersifat permeable terhadap zat tersebut. Jika suatu

zat tidak dapat lewat, membran tersebut impermeable terhadap zat tersebut.

Membran plasma bersifat permeabel selektif, yaitu memungkinkan sebagian

partikel lewat tetapi menghambat yang lain.

Dua sifat partikel mempengaruhi apakah partikel tersebut dapat menembus

plasma tanpa bantuan yaitu kelarutan relatif partikel dalam lemak dan ukuran

partikel.Partikel yang mudah larut dalam lemak mampu larut dalam lipid lapis-

ganda dan menembus membran. Molekul-molekul tidak bermuatan atau nonpolar

(misalnya O2, CO2, dan asam lemak) sangat mudah larut dalam lemak dan cepat

menembus membran. Sedangkan, partikel-partikel bermuatan seperti Na+ dan K+

2

Page 3: Laporan Praktikum ( Gabungan )

serta molekul polar seperti glukosa dan protein memiliki kelarutan lemak yang

rendah tetapi mudah larut dalam air.

Selain itu, pergerakan suatu partikel melintasi membran tersebut juga

memerlukan suatu gaya. Dua gaya umum yang berperan dalam hal ini adalah gaya

pasif (tidak memerlukan ATP) dan gaya aktif (memerlukan ATP).

Transportasi membran dapat dilakukan dengan berbagai metode, baik

menggunakan mekanisme pasif atau aktif, di antaranya difusi, osmosis, filtrasi,

dan transport aktif.

Dalam praktikum ini, metode transportasi membran di atas akan dipelajari,

sehingga syarat, proses, serta zat yang digunakan dapat diketahui.

3

Page 4: Laporan Praktikum ( Gabungan )

PRAKTIKUM I

PERAN NEURONTRANSMITER PADA KOMPONEN LENGKUNG

REFLEKS

I. Pendahuluan

Saraf dan otot dianggap sebagai jaringan yang dapat tereksitasi karena

keduanya mampu menghasilkan sinyal listrik apabila dirangsang. Sinyal-sinyal

saraf dijalankan dari satu neuron ke neuron berikutnya melalui sinaps. Kerja

sinaps bersifat selektif, dapat menghambat sinyal yang lemah sedangkan sinyal

yang lebih kuat dijalarkan, atau menyeleksi dan memperkuat sinyal lemah tertentu

atau juga meneruskan sinyal ke segala arah. Sinaps terdiri dari dua jenis yaitu

sinaps listrik dan sinaps kimia. Pada sinaps listrik ditandai oleh adanya saluran

langsung yang menjalarkan aliran listrik dari satu sel ke sel berikutnya dan saluran

ini terdiri dari struktur tubuler protein kecil yang disebut gap junction. Sedangkan

sinaps kimia dengan neurotransmitter. Terminal akson neuron presinaps akan

menghantarkan potensial aksi yang berakhir di kepala sinaps yang mengandung

vesikel sinaps yang menyimpan neurotransmitter. Ruang antar neuron presinaps

dan pascasinaps disebut celah sinaps. Pada ujung presinaps ada yang bersifat

mudah dirangsang (eksitatory)—artinya menyekresi suatu bahan yang

merangsang neuron pascasinaps dan juga ada yang bersifat sulit dirangsang

(inhibitory)—artinya menyekresi suatu bahan yang dapat menghambat neuron

pascasinaps. Potensial aksi yang menjalar sampai terminal akson akan

merangsang voltage-gate calcium chanell yang menyebabkan sebagian saluran

kalsium masuk ke terminal akson yang kemudian akan merangsang vesikel yang

berisi neurotransmiter untuk keluar dari membran terminal akson presinaps

melalui proses eksitosis. Neurotransmiter akan ditangkap oleh reseptor yang

berada di membran presinaps. Peristiwa ini menimbulkan potensial aksi.Suatu

potensial aksi di neuron motorik dengan cepat menjalar dari sistem saraf pusat ke

otot rangka. Terminal akson neuron motorik membesar menjadi suatu struktur

4

Page 5: Laporan Praktikum ( Gabungan )

berbentuk tombol disebut terminal button. Bagian khusus dari membran sel otot

yang terletak tepat dibawah terminal button dikenal sebagai motor end plate.

Setiap terminal button mengandung ribuan vesikel yang menyimpan zat perantara

kimiawi/neurotransmitter asetilkolin (Ach).[1.2] Asetilkolin merupakan suatu ester

asam cuka kolin, dibentuk dari asetil-KoA dan kolin didalam sitoplasma akson.

Asetilkolin ini berperan dalam kontraksi otot. Neurotransmitter asetilkolin

memiliki 2 reseptor subtype yaitu reseptor nikotinik dan muskarinik, reseptor

nikotinik terdapat pada otot rangka/skelet sedangkan reseptor muskarinik terdapat

pada otot jantung. Kedua reseptor tersebut memiliki antagonist terhadap

asetilkolin, pada reseptor nikotinik yaitu curare dan reseptor muskarinik yaitu

atrophine. Antagonist tersebut dapat menyebabkan otot tidak berkontraksi.

II. Tujuan: Memahami peran neurotransmiter pada penghantaran impuls

dari saraf ke efektor.

III. Prinsip Kerja:

1. Mengobservasi hasil perangsangan tak langsung (pada saraf) pada sediaan

otot-saraf katak

2. Mengobservasi dan menganalisis efek kurare sebagai inhibitor kompetitif pada

asetilkolin, terhadap hasil perangsangan tak langsung sediaan otot-saraf katak

3. Mengobservasi dan menganalisis peran kalsium dalam penglepasan

neurotransmitter

IV. ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN YANG DIBUTUHKAN:

1. Sediaan otot-saraf katak

2. 3 buah gelas arloji

3. Peralatan bedah minor

4. Stimulator dengan elektroda perangsang

5. Larutan Ringer

6. Larutan Ringer tanpa kalsium

7. 0,5 cc larutan tubo-kurarin 2%

8. Jarum pentul

5

Page 6: Laporan Praktikum ( Gabungan )

9. Benang wol

10. Steroform

V. CARA KERJA :

A. Proses kerja

1. Mengambil katak. Katak di genggam  dalam tangan kiri sehingga bagian

tengkuk katak berada di antara ibu jari dan jari telunjuk.

2. Cari letak Foramen occipetale magnum pada katak tersebut.

3. Antefleksikan kepala katak dengan menusukan jarum di garis median

melalui Foramen occipetale magnum, tusukkan hingga masuk ruang

kepala dan korek-korek otak bingga rusak, tarik penusuk dan terakhir di

tusukan ke dalam canalis vetebralis sampai setengah panjang kanalis.

4. Jarum ditusuk terus sampai masuk keruang kepala, jarum pentul di

gerakkan kekiri dan ke kanan. Setelah itu, jarum pentul di tarik keluar dari

otak. Lalu ditusuk kembali pada lubang yang sama) ke dalam tulang

kanalis vertebralis sampai terasa memasuki suatu rongga, sehingga otak

dan tulang belakang menjadi rusak.

5. Meletakkan katak diatas steroform sebagai  papan fiksasi, kemudian

keempat kaki katak ditusuk dengan menggunakan jarum pentul dengan

posisi punggung menghadap ke atas.

6. Angkat kulit beserta tonjolan os coccygis dengan menggunakan pinset

bedah, kulit dibawah os coccygis digunting  sampai tulang tersebut

bersama sakrum bebas, kemudian gunting os coccygis dan sakrum yang

telah terangkat sampai terlihat pangkal n. Ischiadicus yang berasal dari

pleksus lumbosakralis sebagai serat putih yang mengkilat

7. Salah satu n. Ischiadicus diikat dengan sehelai benang sedekat-dekatnya

dengan pangkal tulang belakang, pangkal n. Ischiadicus tersebut di

gunting diantara benang dan tulang belakang. Benang tersebut  berguna

sebagai pemegang saraf pada waktu membebaskan n. Ischiadicus.

6

Page 7: Laporan Praktikum ( Gabungan )

8. Setelah dibebaskan, maka kulit diseluruh tungkai kanan dilepaskan dengan

gunting dan pinset hingga semua otot-otot terbuka termasuk m.

Gastrocnemius

9. n. Ischiadicus di bebaskan dari jaringan sekitarnya sampai ke m.

Gastrocnemius. Setelah n. Ischiadicus bebas, n. Ischiadicus diletakkan

sementara diatas m. Gastrocnemius supaya tidak menjadi kering

10. Membaskan m. Gastrocnemius dari jaringan sekitarnya. Memotong tendo

achilles sejauh-jauhnya dari perut m. Gastrocnemius, supaya pada otot

masih terdapat tendo archilles yang cukup panjang

11. Memotong tibia tepat dibawah sendi lutut

12. Membebaskan femur dari otot sekitarnya, kecuali origo m. Gastrocnemius

13. Memotong femur dekat sendi lutut. Kemudian diperolehlah  sediaan lutut

yang terdiri dari sendi lutut, m. Gastrocnemius, tendo archilles dan n.

Ischiadicus

14. Jaringan dijaga yang terbuka jangan sampai menjadi kering dengan

membasahinya dengan larutan ringer.

VI. PEMBAHASAN

Sediaan Saraf-otot Katak

Pada percobaan dengan menggunakan Ringer fisiologis tegangan 3

ditemukan adanya kontraksi m.gastrocnemius. Hal ini dapat disebabkan karena

potensial ambang yang diperlukan untuk terjadinya potensial aksi pada n.

ischiadicus tidak tercapai sehingga impuls saraf tidak bisa disalurkan ke terminal

buttons. Dengan demikian potensial aksi pada terminal buttons pun tidak akan

diperoleh yang pada akhirnya mengakibatkan kanal ion kalsium (Ca2+) tidak

terbuka sehingga tidak ada kalsium yang masuk ke dalam terminal buttons.

Dengan tidak masuknya ion kalsium menyebabkan neurotransmitter asetilkolin

tidak bisa dieksositosis menuju taut neuromuskulus akibatnya tidak ada satupun

asetilkolin yang berikatan pada reseptornya di motor end plate. Padahal dengan

berikatannya asetilkolin pada motor end plate akan membuka kanal ion natrium

dan kalium terbukanya ke dua kanal inilah yang akan mengakibatkan kontraksi

7

Page 8: Laporan Praktikum ( Gabungan )

pada m. gastrocnemius. Agar dapat diperoleh kontraksi otot dapat dilakukan

dengan menaikan sumber tegangan, namun pada percobaan kali ini hanya

menggunakan tegangan sebesar 3 V saja sehingga hal tersebut tidak bisa

dilakukan.

Pada perendaman dengan menggunakan Ringer non kalsium dengan

tegangan 3 volt, hasil yang diperoleh pun negative. perendaman dengan larutan ini

menyebabkan ambang potensial menjadi semakin tinggi sehingga diperlukan

tegangan yang semakin besar. Sayangnya pada praktikum kali ini tegangan yang

digunakan hanya sebesar 3 V. Dengan direndam pada Ringer non kalsium akan

menyebabkan kadar kalsium di sedian menjadi menurun, sehingga diperlukan

tegangan yang lebih tinggi untuk membuka lebih banyak kanal ion kalsium agar

ion kalsium dapat masuk ke bagian terminal buttons n. ischiadicus.

Saat sediaan otot direndam pada larutan tubo-kurarin dan dirangsang

dengan tegangan 3 Volt tidak dihasilkan kontraksi otot. Tubo-kurarin bersifat

antagonis terhadap asetilkolin sehingga ia menempati reseptor dimana asetilkolin

breikatan, yaitu pada bagian end plate. Akibatnya kanal ion natrium dan kalium

tidak dapat terbuka sehingga tidak.

8

Page 9: Laporan Praktikum ( Gabungan )

VII. HASIL

SEDIAAN Ringer dengan

Kalsium

Ringer tanpa

Kalsium

larutan Tubo

Kurarin 2%

3 v 4,5 v 6 v 3 v 4,5 v 6 v 3 v 4,5 v 6 v

SARAF

(tidak

langsung)

- - ada - - - - - -

OTOT

(langsung)

Ada - - - - - - Ada`

Lampiran :

9

Page 10: Laporan Praktikum ( Gabungan )

VIII. Kesimpulan :

Praktikum katak

Dari praktikum ini dapat disimpulkan:

1. Asetilkolin yang dilepaskan dari presinaps dan berikatan pada end-plate

pada akhirnya akan menyebabkan kontraksi pada otot.

2. Diperlukan besar tegangan yang sesuai untuk tercapainya ambang

potensial sel saraf sehingga terjadi penyaluran impuls saraf.

3. Ether, curare dan lidocaine dapat menghabat terjadinya potensial aksi

maupun terikatnya neurotransmitter pada reseptornya.

4. Jumlah selubung myelin berbanding lurus dengan kecepatan impuls saraf

Neurotransmiter merupakan bahan kimia yang disekresikan oleh presinaps dan

bekerja pada protein reseptor pada membran postsinaps sehingga terjadi

10

Page 11: Laporan Praktikum ( Gabungan )

penghantaran impuls dari satu neuron ke neuron lain atau ke efektor. Pelepasan

neurotransmiter dari vesikel dibantu oleh beberapa komponen di antaranya adalah

ion Ca2+. Kerja neurotransmitter juga dapat dihambat seperti dengan penggunaan

tubo kurarin sebagai inhibitor kompetitif pada reseptor asetilkolin.

IX. Daftar Pusataka

Guyton A. C, Hall J. E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 11. Jakarta : EGC,

2007.

Mudjihartini, Ninik. Neurobiokimia dan Neurobiologi Molekuler Sel Saraf.

Departemen Biokimia dan Biologi Molekuler FKUI, 2011.

Ibrahim N. Neurofisiologi. Depatemen Fisiologi Kedokteran FKUI, 2011.

Suryandari D. A, Asmarinah. Sitoskeleton : Mikrotubul, Mikrofilamen & Aktivitas

Dinamik Sel. Departemen Biologi Kedokteran FKUI, 2011

Laporan Praktikum 2

Refleks Fisiologis: Refleks Patella

I. Pendahuluan

Dalam praktikum Refleks Patella didapatkan bahwa pada saat palu refleks di ayunkan ke tendon patella kanan, dapat disimpulkan memukul tendon patella dengan hammer refleks tepat di bawah patella menyebabkan otot-otot paha depan meregang. Hal ini merangsang reseptor sensorik stretch yaitu muscle spindle untuk memicu impuls afferen dalam saraf sensorik dari saraf femoralis yang sinapsis (tanpa interneurones) di sumsum tulang belakang, benar-benar independen dari pusat yang lebih tinggi. Dari sana, sebuah neuron alfa-motor melakukan impuls eferen kembali ke otot quadriceps femoris, memicu kontraksi. Kontraksi ini, dikoordinasikan dengan relaksasi dari otot hamstring fleksor antagonis menyebabkan kaki menendang. Refleks ini membantu menjaga postur dan keseimbangan, yang memungkinkan seseorang untuk berjalan tanpa sadar, tanpa memikirkan setiap langkah.

Dalam praktikum Refleks Babinsky pada saat digoreskan pada bagian lateral telapak kaki menghasilkan OP melakukan reaksi dorsofleksi, maka dapat

11

Page 12: Laporan Praktikum ( Gabungan )

disimpulkan refleks yang diketahui jelas, sebagai indikasi adanya penyakit SSP yang mempengaruhi traktus kortikospinal, disebut respons Babinski. Bila bagian lateral telapak kaki seseorang dengan SSP utuh digores maka terjadi kontraksi jari kaki dan menarik bersamaan.

II. ALAT DAN BAHAN

1. Palu Refleks (refleks hammer)

2. Matras

III. CARA KERJA

A. REFLEKS PATELLA :

1. Lakukan percobaan ini pada semua anggota kelompok.

2. Mintalah orang percobaan (OP) untuk duduk atau berbaring dalam posisi terlentang.

3. Mintalah OP untuk rileks (jika perlu lakukanlah manuver Jendrasick).

4. Lakukan fleksi pada sendi lutut kanan.

5. Ayunkan palu refleks pada tendon patela kanan.

6. Amati respons berupa ekstensi tungkai atau kontraksi m. Quadriceps femoris.

7. Ulangi langkah nomor 4-6 pada tendon patela kiri.

8. Catat hasil percobaan.

B. REFLEKS BABINSKY

12

Page 13: Laporan Praktikum ( Gabungan )

1.Lakukan percobaan ini pada semua anggota kelompok.

2.Mintalah OP untuk berbaring dalam posisi terlentang dengan posisi kaki lurus santai.

3.Fiksasi daerah pergelangan kaki kanan.

4.Gores bagian lateral telapak kaki OP dari arah posterior ke anterior (sampai dekat perbatasan daerah ibu jari kaki).

5.Amati respons berupa dorsofleksi ibu jari dan atau abduksi jari kaki lainnya.

6. Ulangi langkah nomor 4-6 ditelapak kaki kiri.

7. Catat hasil percobaan.

IV. Pembahasan

Refleks adalah respons otomatis terhadap stimulus tertentu yang menjalar pada rute lengkung refleks. Sebagian besar proses tubuh involunter misalnya denyut jantung, pernapasan, aktivitas pencernaan, dan pengaturan suhu, serta respon otomatis misalnya sentakan akibat suatu stimuli nyeri atau sentakan pada lutut merupakan kerja refleks.

Proses yang terjadi pada refleks melalui jalan tertentu disebut lengkung refleks. Komponen-komponen yang dilalui refleks adalah sebagai berikut :

1.Reseptor rangsangan sensoris : ujung distal dendrit yang menerima stimulus peka terhadap suatu rangsangan misalnya kulit.

2.Neuron aferen (sensoris) : melintas sepanjang neuron sensorik sampai ke medula spinalis yang dapat menghantarkan impuls menuju ke susunan saraf pusat.

refleks yaitu :

a)Rangsangan Adekuat

Rangsangan yang memicu terjadinya refleks umumnya sangat tepat (presisi). Rangsangan ini dinamakan rangsangan adekuat untuk refleks tersebut. Suatu contoh yang jelas adalah refleks menggaruk pada anjing. Refleks spinal ini timbul akibat rangsangan yang adekuat melalui rangsangan

13

Page 14: Laporan Praktikum ( Gabungan )

raba linier multipel, yang misalnya karena terdapat serangga yang merayap di kulit. Respons yang timbul adalah garukan hebat pada daerah yang terangsang.

b)Jalur Bersama Akhir

Neuron motorik yang mempersarafi serabut ekstrafusal otot rangka merupakan bagian eferen dari lengkung refleks. Seluruh pengaruh persarafan yang memengaruhi kontraksi otot pada akhirnya akan tersalur melalui lengkung refleks ke otot tersebut, dan karena itu dinamakan jalur bersama akhir (final common path).

c)Berbagai Keadaan Eksitasi dan Inhibisi Sentral

Penyebaran ke atas dan ke bawah di sepanjang medula spinalis karena pengaruh penggabungan daerah bawah ambang yang ditimbulkan oleh rangsangan eksitasi. Efek inhibitorik langsung dan prasinaps juga dapat menyebar. Efek ini umumnya bersifat sementara. Istilah keadaan eksitasi sentral dan keadaan inhibisi sentral digunakan untuk menggambarkan keadaan berkepanjangan yang memperlihatkan pengaruh inhibisi atau sebaliknya.

d)Habituasi dan Sensitisasi Respons Refleks

Keadaan bahwa respons refleks bersifat stereotipik tidak menghilangkan kemungkinan bahwa respons tersebut dapat berubah melalui pengalaman.

Neuron berfungsi sebagai unit anatomis dan fisiologis dasar dari sistem saraf. Ini terdiri dari perikaryon atau sel-sel tubuh dan memiliki struktur seperti nukleus, tubuh nissl, neurofibrils, lisosom, mitokondria, dan aparat Golgi. Sebuah neuron dewasa tidak berisi alat mitosis. Tubuh Nissl adalah massa dari reticula endoplasma kasar dan terlibat dalam sintesis protein. Neurofibrils adalah mikrotubulus berongga yang terlibat dalam konduksi impuls saraf, dukungan untuk sel, dan transportasi makanan.

Neuron dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah proses yang membentang dari perikaryon atau mereka dapat diklasifikasikan fungsional berdasarkan arah impuls saraf dilakukan.

Ketiga jenis neuron struktural adalah: nurons multipolar, neuron bipolar, dan neuron unipolar. Multipolar neuron memiliki banyak dendrit dan satu akson utama. neuron bipolar akan hanya memiliki satu akson dan hanya satu dendrit. unipolar neuron terdiri dari sel-sel tubuh dan satu proses yang biasanya disebut sebagai akson, meskipun sebagian dorongan terhadap pelaksanaan perikaryon ini kadang-kadang disebut suatu dendrit.

14

Page 15: Laporan Praktikum ( Gabungan )

Ketiga jenis neuron fungsional adalah: sensoris (aferen) neuron, motor (eferen) neuron, dan konektor (asosiasi) neuron. Neuron sensorik melakukan impuls ke saraf tulang belakang atau otak. Neuron motorik melakukan impuls dari saraf tulang belakang atau otak ke efektor (otot dan kelenjar). Konektor neuron hanya ditemukan dalam sistem saraf pusat dan berfungsi untuk menghubungkan sensorik dan neuron motorik dan satu sama lain.

Adapun Sistem saraf terbagi atas 2 kelompok besar yaitu :

1.Sistem saraf sadar

Sistem saraf sadar adalah system saraf yang mengatur atau mengkoordinasikan semua kegiatan yang dapat diatur menurut kemauan kita. Contohnya, melempar bola, berjalan, berfikir, menulis, berbicara dan lain-lain. Saraf sadar pun terbagi menjadi dua :

a.Saraf pusat terdiri dari :

1)Otak

Merupakan pusat kesadaran,yang letaknya di rongga tengkorak.

2)Sumsum tulang belakang

Sumsum tulang belakang berfungsi menghantarkan impuls (rangsangan) dari dan ke otak, serta mengkoordinasikan gerak refleks. Letaknya pada ruas-ruas tulang belakang, yakni dari ruas – ruas tulag leher hingga ke ruas-ruas tulang pinggang yang kedua dan dalam sumsum ini terdapat simpul – simpul gerak refleks.

b.Saraf Tepi

Sistem saraf tepi terdiri dari saraf-saraf yang berada di luar system saraf pusat (otak dan sumsum ulang belakang). Artinya system saraf tepi merupakan saraf yang menyebar pada seluruh bagian tubuh yang melayani organ-organ tubh tertentu, sepeti kulit, persendian, otot, kelenjar, saluran darah dan lain-lain.

2.Susunan saraf tak sadar

a)Susunan saraf simpatis

15

Page 16: Laporan Praktikum ( Gabungan )

b)Susunan saraf parasimpatis

Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor.

Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk. Dimana gerak refleks ini merupakan gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling sederhana. Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen dari neuron sensorik , interneuron, dan neuron motorik, yang mengalirkan impuls saraf untuk tipe refleks tertentu. Gerak refleks yang paling sederhanahanya memerlukandua tipe sel saraf, yaitu neuron sensorik dan neuron motorik. Gerak refleks bekerja bukanlah dibawah kesadaran dan kemauan seseorang.Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf, diterima oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung refleks. Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi) berada di dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar dan refleks sumsum tulang belakang bila set saraf penghubung berada di dalam sumsum tulang belakang misalnya refleks pada lutut.

Gerak refleks adalah gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling sederhana. Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen neuron sensor,interneuron,dan neuron motor,yang mngalirkan impuls saraf untuk tipe reflek tertentu.Gerak refleks yang paling sederhana hanya memerlukan dua tipe sel sraf yaitu neuron sensor dan neuron motor.

Gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang biasanya mengejutkan dan menyakitkan. Misalnya bila kaki menginjak paku,secara otomatis kita akan menarik kaki dan akan berteriak. Refleks juga terjadi ketika kita membaui makanan enak , dengan keluarnya air liur tanpa disadari.

Dalam medula spinalis terintegrasi banyak macam refleks otonom segmental. Singkatnya, refleks-refleks ini meliputi :

16

Page 17: Laporan Praktikum ( Gabungan )

a)Perubahan tegangan pembuluh darah akibat perubahan panas kulit setempat.

b)Berkeringat, yang disebabkan oleh panas setempat pada permukaan tubuh.

c)Refleks intestino-intestinal yang mengatur beberapa fungsi motorik usus.

d)Refleks peritoneointestinal yang menghambat gerakan lambung sebagai respons terhadap iritasi peritoneum.

e)Refleks evakuasi untuk mengosongkan kandung kemih dan kolon.

V. HASIL

Hasil yang kami dapatkan pada saat praktikum berlangsung adalah pada Praktek Refleks Patella itu orang percobaan (OP) pada saat palu refleks di ayunkan tepat pada tendon patela kanan dan kiri yang terjadi adalah reaksi menendang ke arah depan, lalu pada praktek Refleks Babinsky adalah orang percobaan (OP) pada saat digoreskan bagian lateral pada telapak kaki kanan dan kiri secara cepat yang terjadi adalah reaksi reflek dorsofleksi.

VI. KESIMPULAN

1.Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan berkesimanbungan serta terdiri dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan internal dan eksternal dipantau dan diatur.

2.Refleks adalah respon otomatis terhadap stimulus tertentu yang menjalar pada rute lengkung reflex. Sebagian besar proses tubuh involunter misalnya denyut jantung, pernapasan, aktifitas pencernaan, dan pengaturan suhu, serta respon otomatis misalnya sentakan akibat suatu stimulus nyeri atau sentakan pada lutut merupakan kerja reflex

3. Refleks patella membantu menjaga postur dan keseimbangan seseorang pada saat berjalan.

4. variasi refleks babinskisebetulnya ada 27 gerakan yang bisa memberikan dorsofleksi jari jempol kaki tetapi yang sering digunakan adalah oppenheim ( goresan jari sepanjang tepi depan tulang tibia dari atas kebawah), gordon ( memencet otot gastrocnemeus), schaefer ( memencet tendon achilles), chaddock ( goresan sepanjang tepi lateral kaki di luar telapak kaki dari bawah ke atasdi antara variasi refleks babinski ini maka refleks chaddock adalah yang paling berguna dalam penggunaan di klinis. variasi babinski ini diperlukan apabila kita ragu-ragu mengenai hasil evaluasi refleks babinsku

17

Page 18: Laporan Praktikum ( Gabungan )

atau bila penderita sangat sensitif pada telapak kaki.Refleks superfisial and refleks patologis (babinski) sebaiknya jangan dilakukan berulang-ulang karena akan menimbulkan kelelahan sehingga hasilnya membingungkan ( kalau mau diulang sebaiknya ditunggu beberapa menit).

VII. Daftar Pusataka

Guyton, Artur C. Jonh E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC.

Ganong, William F.2008.Fisiologi Kedokteran.Edisi 22.Jakarta:EGC.

Sherwood,Lauralee.2006.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.Jakarta :EGC

Laporan Praktikum III

PhysioEx 9.0 Reflex and Reaction Time

18

Page 19: Laporan Praktikum ( Gabungan )

Aktifitas 1 :

1. Dicatat bahwa neuron dalam percobaan ini diperbesar relatif terhadap cawan

petri. Dalam neuron khas, sel tubuh, yang merupakan bagian paling tebal

adalah 5 sampai 100 µm lebar, dan akson mungkin hanya 0,5 µm lebar.

Klik cairan kontainer kontrol ekstraselularuntuk mengisi cawan petri dengan 5

mM K+ dan 150 mM Na+ (solusi ini meniru konsentrasi ekstraseluler normal

kalium dan natrium).

2. Dicatat bahwa elektroda referensi sudah diposisikan di cawan petri. Elektroda

referensi ini terhubung ke tanah melalui penguat.

Klik posisi 1 pada kontroler microelectrode manipulator untuk posisi ujung

microelectrode dalam larutan, di luar sel tubuh, dan mengamati tracing yang

dihasilkan pada osiloskop.

19

Page 20: Laporan Praktikum ( Gabungan )

3. Perhatikan penelusuran osiloskop tegangan luar sel tubuh dan klik data rekam

untuk menampilkan hasil dalam grid.

4. Klik posisi 2 pada kontroler microelectrode manipulator untuk posisi ujung

microelectrode hanya di dalam sel tubuh dan mengamati tracing yang

dihasilkan.

20

Page 21: Laporan Praktikum ( Gabungan )

5. Perhatikan penelusuran osciloscope dari tegangan di dalam sel tubuh dan klik

data rekam untuk menampilkan hasil dalam grid.Ini adalah potensial membran

istirahat. Yaitu perbedaan potensial antara intraseluler dan ekstraseluler

tegangan membran. Dengan konvensi, tegangan membran istirahat

ekstraseluler yang dianggap 0 mV.

6. Klik posisi 3 pada kontroler microelectrode manipulator untuk posisi ujung

microelectrode dalam larutan, di luar akson, dan mengamati tracing yang

dihasilkan.

21

Page 22: Laporan Praktikum ( Gabungan )

7. Perhatikan penelusuran osiloskop tegangan luar akson dan klik data rekam

untuk menampilkan hasil dalam grid.

22

Page 23: Laporan Praktikum ( Gabungan )

8. Klik posisi 4 pada kontroler microelectrode manipulator untuk posisi ujung

microelectrode hanya di dalam akson dan mengamati tracing yang dihasilkan.

9. Perhatikan penelusuran osiloskop tegangan dalam akson dan klik data rekam

untuk menampilkan hasil dalam grid.

10. Anda sekarang akan mengubah konsentrasi ion dalam cairan ekstraselular

untuk menentukan ion memberikan kontribusi besar untuk pemisahan muatan

23

Page 24: Laporan Praktikum ( Gabungan )

melintasi membran. Konsentrasi kalium ekstraseluler biasanya rendah,

sehingga Anda pertama akan meningkatkan konsentrasi kalium ekstraseluler.

Dalam tinggi ECF solusi konsentrasi K+ telah meningkat 5 kali lipat, dari 5

sampai 25 mM untuk menjaga jumlah muatan positif dalam larutan

ekstraseluler konstan, konsentrasi Na+ telah dikurangi sebesar 20 mM, dari

150 sampai 130 mM karena Anda akan lihat, ini penurunan yang relatif kecil

di Na+ tidak akan dengan sendirinya mengubah potensial membran. dicatat

bahwa, dalam kegiatan ini, generasi potensial aksi.

11. Perhatikan tegangan di dalam akson dan klik data rekam untuk menampilkan hasil dalam grid.

24

Page 25: Laporan Praktikum ( Gabungan )

12. Klik posisi 3 pada kontroler microelectrode manipulator untuk posisi ujung

microelectrode dalam larutan, di luar akson, dan mengamati tracing yang

dihasilkan.

13. Perhatikan tegangan luar akson dan klik data rekam untuk menampilkan hasil dalam grid.

25

Page 26: Laporan Praktikum ( Gabungan )

14. Klik posisi 1 pada kontroler microelectrode manipulator untuk posisi ujung

microelectrode dalam larutan di luar sel tubuh dan mengamati tracing yang

dihasilkan.

26

Page 27: Laporan Praktikum ( Gabungan )

15. Perhatikan tegangan luar sel tubuh dan klik data rekam untuk menampilkan hasil di grid.

16. Klik posisi 2 pada kontroler microelectrode manipulator untuk posisi ujung microelectrode hanya di dalam sel tubuh dan amati bahwa hasil pada oscilloscope.

17. Perhatikan tegangan di dalam sel tubuh dan klik data rekam untuk menampilkan hasil dalam grid

27

Page 28: Laporan Praktikum ( Gabungan )

.

18. Klik wadah kontrol ECF untuk kembali ke konsentrasi K+ normal dan perhatikan perubahan tegangan di dalam sel tubuh.

19 Anda sekarang akan menurunkan konsentrasi Na+ ekstraseluler (konsentrasi

Na+ ekstraseluler biasanya tinggi).

28

Page 29: Laporan Praktikum ( Gabungan )

Konsentrasi natrium ekstrasel dalam larutan Na+ rendah telah menurun 5 kali

lipat, dari 150 mM menjadi 30 mM Untuk menjaga jumlah muatan positif

konstan dalam larutan ekstraseluler, Na+ telah digantikan dengan jumlah yang

sama dari monovalen kation besar. Perhatikan bahwa konsentrasi Na+

ekstraseluler, bahkan di Na+ ECF rendah, lebih tinggi dari konsentrasi Na+

intraseluler.

Klik wadah rendah Na+ ECF untuk mengubah solusi dalam cawan petri untuk

5 Mm K+dan 30 mM Na+.

20. Perhatikan tegangan di dalam sel tubuh dan klik data rekam untuk menampilkan hasil dalam grid.

29

Page 30: Laporan Praktikum ( Gabungan )

21. Klik posisi 1 pada kontroler microelectrode manipulator untuk posisi ujung microelectrode dalam larutan, di luar sel tubuh, dan mengamati tracing yang dihasilkan.

22. Perhatikan tegangan luar sel tubuh dan klik data rekam untuk menampilkan hasil dalam grid.

30

Page 31: Laporan Praktikum ( Gabungan )

23. Klik posisi 3 pada kontroler microelectrode manipulator untuk posisi ujung microelectrode dalam larutan, di luar akson, dan mengamati tracing yang dihasilkan.

24.Perhatikan tegangan luar akson dan klik data rekam untuk menampilkan hasil dalam grid.

31

Page 32: Laporan Praktikum ( Gabungan )

25. Klik posisi 4 pada kontroler microelectrode manipulator untuk posisi ujung microelectrode hanya di dalam akson dan mengamati tracing yang dihasilkan pada osiloskop.

26. Perhatikan tegangan di dalam akson dan klik data rekam untuk menampilkan hasil dalam grid.

32

Page 33: Laporan Praktikum ( Gabungan )

Selamat! Anda telah menyelesaikan percobaan ini.

33

Page 34: Laporan Praktikum ( Gabungan )

34

Page 35: Laporan Praktikum ( Gabungan )

35

Page 36: Laporan Praktikum ( Gabungan )

36

Page 37: Laporan Praktikum ( Gabungan )

37

Page 38: Laporan Praktikum ( Gabungan )

38

Page 39: Laporan Praktikum ( Gabungan )

39

Page 40: Laporan Praktikum ( Gabungan )

40

Page 41: Laporan Praktikum ( Gabungan )

41

Page 42: Laporan Praktikum ( Gabungan )

42

Page 43: Laporan Praktikum ( Gabungan )

b. tidak

c. tergantung pada intensitas cahaya

43

Page 44: Laporan Praktikum ( Gabungan )

Berhenti dan pertanyaan berpikir

Nilai dari hasil, apakah cahaya memiliki bau ?a. ya

b. tidak

c. tergantung intensitas cahaya

44

Page 45: Laporan Praktikum ( Gabungan )

13.klik reseptor terakhir ( nervus bebas terakhir ) untuk di mencatat membran potensial resting. Reseptor sensorik akan menempati cawan petri, dan tip mikroelektroda akan menempati pada reseptor sensorik. Observasi jumlah hasil yang berada di oscilloscope.

14. catat voltase pada reseptor sensorik dan klik Record Data untuk menampilkan data jaringan.

45

Page 46: Laporan Praktikum ( Gabungan )

15. sekarang kamu akan menggobservasi bagaimana perbedaan respon reseptor sensorik dengan stimulus sensorik.

Pada stimulator klik Pressure modality

Klik Low intensitas kemudian klik Stimulate untuk menstimulasi reseptor sensorik dan observasi hasil

Klik High intensitas kemudian klik Stimulate untuk menstimulasi reseptor sensorik dan observasi hasil

klik Record Data untuk menampilkan hasil data jaringan.

46

Page 47: Laporan Praktikum ( Gabungan )

16. pada stimulator klik kimia (bau)

Pada stimulator klik Pressure modality

Klik Low intensitas kemudian klik Stimulate untuk menstimulasi reseptor sensorik dan observasi hasil

Klik High intensitas kemudian klik Stimulate untuk menstimulasi reseptor sensorik dan observasi hasil

klik Record Data untuk menampilkan hasil datajaringan.

47

Page 48: Laporan Praktikum ( Gabungan )

17. pada stimulator klik panas

Pada stimulator klik Pressure modality

Klik Low intensitas kemudian klik Stimulate untuk menstimulasi reseptor sensorik dan observasi hasil

Klik High intensitas kemudian klik Stimulate untuk menstimulasi reseptor sensorik dan observasi hasil

klik Record Data untuk menampilkan hasil datajaringan.

48

Page 49: Laporan Praktikum ( Gabungan )

18. pada stimulator klik cahaya

Pada stimulator klik Pressure modality

Klik Low intensitas kemudian klik Stimulate untuk menstimulasi reseptor sensorik dan observasi hasil

Klik High intensitas kemudian klik Stimulate untuk menstimulasi reseptor sensorik dan observasi hasil

klik Record Data untuk menampilkan hasil datajaringan.

49

Page 50: Laporan Praktikum ( Gabungan )

Berhenti dan pertanyaan berpikir

Mengapa responsyarafistirahatakhirberbedadenganmodalitas ?

a. Kurangnyatransduksimembrain protein di sensorikakhirb. Merekajuagasebagianpenghambat protein dalamsensorikakhirc. sensorikakhirdarisarafkurangspecifikd. karena mereka bebas

50

Page 51: Laporan Praktikum ( Gabungan )

2. catatrekamanelektroda R1 dan R2rekamekstraselullarvoltase, daripadamembranpotensial aktual

51

Page 52: Laporan Praktikum ( Gabungan )

Depolarisasi 10mV padabagian dari stimulasi hanya terjadi lokal padabagiandantidakjauhdariakson.Padainisial stimulus voltaseini, tidakadaterjadipotensianaksi.

klikRecord Data untuk menampilkan hasildatajaringan

Tambahkanvoltase 10mV dengankliktombol + disampingpenampilvoltasedanklik Single stimulus

voltasepadapertamakamuobservasipotensialaksiadalahvoltase threshold. Catatbahwapotensialaksimerekamekstraselularcukupkecil.Intraselular, membranpotensialdiubahdai -70 menjadi +30 klik record data

52

Page 53: Laporan Praktikum ( Gabungan )

3. kamu akan menambahkan voltase stimulus sampai kamu mengobservasi potensial aksi pada rekaman elektroda 1 ( R1 )

Tambahkanvoltase 10mV dengankliktombol + disampingpenampilvoltasedanklik Single stimulus

voltasepadapertamakamuobservasipotensialaksiadalahvoltase threshold. Catatbahwapotensialaksimerekamekstraselularcukupkecil.Intraselular, membranpotensialdiubahdai -70 menjadi +30 klik record data

klikRecord Data untuk menampilkan hasildatajaringan

53

Page 54: Laporan Praktikum ( Gabungan )

berhenti dan pertanyaan berpikir

daripertamarekamanelektroda ( 1 ) ?

a. kekuatan stimulus terlalu kecil untuk terjadinya simultanb. penggunaanaksondalameksperimenpanjangtidak normalc. potensialaksiharusmenyebardarin R1 ke R2d. catatan kabel dalam eksperimen tidak tersedia untuk mendeteksi simultan

54

Page 55: Laporan Praktikum ( Gabungan )

Pertanyaan prediksi

Bagaimana reaksi potensial pada R1 ( atau R2 ) berubah untuk menambah voltase stimulus ?

a. durasi potensial aksi akan berkurangb. ujung nilai potensial aksi akan ditingkatkanc. potensial aksi tidak berubahd. ujung nilai potensial aksi akan berkurang

;;

4. kamu sekarang lanjut observasi efek dari incremental bertambah dari voltase stimulus

Tambahkanvoltase 10mV dengankliktombol + disampingpenampilvoltasedanklik Single stimulus

Ulangi langkah sampai akson stimulasi 50mV kemudian klik Record dara untuk menampilkan hasil jaringan.

55

Page 56: Laporan Praktikum ( Gabungan )

2. masukan ujung nilai dari respon pada R1 dan R2 dalam wadah di bawah dan klik submit data untuk memasukan jawabanmu kedalam laporan lab

56

Page 57: Laporan Praktikum ( Gabungan )

3. Klik skala waktu pada stimulator untuk mengganti waktu pada oscillocope dari millidetik ke detik

57

Page 58: Laporan Praktikum ( Gabungan )

Berhenti dan berpikir

Dengan skala waktu lambat, kelihatan generasi potensial aksi pada R1 dan R2 muncul untuk

a. terjadi lebih lambat dan memiliki respo ujung nilai rendahb. terjadi lebih lambat dan respon ujung nilai lebarc. ringkas dalam waktu tapi mempunyai respon ujung nilai yang samad. terjadi cepat dan respon ujung nilai lebar

4. kamu sekarang sampai pada salinan stimuli dari jangka 2.0 detik untuk mengobservasi keliatan seperti apa kontrol potensial aksi di skala waktu

58

Page 59: Laporan Praktikum ( Gabungan )

Sepasang interval antara timuli 2.0 detik klik tombol + disamping interval antara stimuli

Klik multiple stimuli untuk mengantarkan pulse ke akson setiap 2 detik. Stimuli akan berhenti setelah 10 detik.

5. catat respon nilai ujung pada R1 dan R2 dan klik record data untuk menaampilkan hasil jaringan

Pertanyaan prediksi

Jika kamu menggunakan TTX antara rekman elektroda R1 dan R2, apa efek TTX pada potensial aksi di R1 dan R2 ?

59

Page 60: Laporan Praktikum ( Gabungan )

a. TTX tidak akan memberi effek pada alah satu lokasib. TTX akan memblokir respon pada R1 tetapi tidak pada R2c. TTX akan memblokir respon pada R2 tetapi tidak pada R1d. TTX akan memblokir R1 dan R2

6.tarik pipet TTX ke akson antara rekam elektroda R1 dan R2

60

Page 61: Laporan Praktikum ( Gabungan )

7. klik multiple stimuli untuk engantar pulse ke akson setiap 2 detik. Stimuli akan berhenti setelah 10 detik

catat respon nilai ujung pada R1 dan R2 dan klik record data untuk menaampilkan hasil jaringan

61

Page 62: Laporan Praktikum ( Gabungan )

62

Page 63: Laporan Praktikum ( Gabungan )

Klik new akson untuk memilih akson baru. TTX adalah irreversibel dan tidak ada diketahui antidot untuk TTX

Pertanyaan prediksi

Jika kamu menggunakan lidocaine antara rekam elektroda R1 dan R2, apa efek TTX pada potensial aksi di R1 dan R2 ?

a. lidocaine tidak akan memberi effek pada alah satu lokasib. lidocaine akan memblokir respon pada R1 tetapi tidak pada R2c. lidocaine akan memblokir respon pada R2 tetapi tidak pada R1d. lidocaine akan memblokir R1 dan R2

63

Page 64: Laporan Praktikum ( Gabungan )

10. tarik pipet TTX ke akson antara rekam elektroda R1 dan R2

11.klik multiple stimuli untuk engantar pulse ke akson setiap 2 detik. Stimuli akan berhenti setelah 10 detik

64

Page 65: Laporan Praktikum ( Gabungan )

12. catat nilaujung respon R1 dan R2

Untuk mempermudah eksperimen ini menunjukan satu akson, diana potensial aksi “ semua atau tidak “ terjadi. Jika kamu menggunakan bundel pada akson ( saraf ), dengan sedikit perbedaan ambang dan sensitivitasa obat, kamu akan melihat kombinasi ujung nilai, atau mencampurkan, pengurangan potensial aksi lebih secara berangsur-angsur akan memblokir lebih banyak akson

Klik record data untuk menampilkan hasil jaringan

65

Page 66: Laporan Praktikum ( Gabungan )

Mengapa kamu pikir TTX tidak digunakan selama prosedur dental ?

a. TTX tidak bisa menggaplikasi akson didalam atau dekat lubang gigi

66

Page 67: Laporan Praktikum ( Gabungan )

b. TTX irreversibel memblokir kebocoran kanal potassium dalam aksonal membrane

c. TTX irreversible memblokir pintu masuk kanal voltase sodium di membran aksond. Kebanyakan orang tidak suka rasa ikan

Selamat ! kamu telah menyelesaikan eksperimen ini

Klik submit untuk rekam hassil laporan lab dan proses pada post lab quiz

67

Page 68: Laporan Praktikum ( Gabungan )

Aktivitas 5

Cara Kerja

1. Mengatur durasi rangsangan selama 0,5 ms, mengatur tegangan sebesar 20 mV, klik single stimulus.

2. Membagi dua stimulus selama 250 ms, klik twin pulse dan record data.3. Membagi waktu awal, menjadi 125 ms. klik twin pulse dan record data.4. Mengurangkan waktu sehingga hanya 60 ms. klik twin pulse dan record

data.5. Potensial aksi kedua dapat dihasilkan, tetapi intensitas rangsangan harus

ditingkatkan. Meningkatkan intensitas rangsangan 5 mV dengan mengklik tombol (+) dan mengklik Twin Pulser, langkah ini dapat diatur. Click Record Data.

6. Pada langkah ini kita dapat mengurangi interval hingga potensial aksi kedua gagal kembali. Menurunkan rangsangan hingga setengahnya, kemudian klik Twin Pulse. Kemudian mengklik Record Data.

7. Kita dapat meningkatkan intensitas rangsangan hingga potensial aksi kedua dihasilkan kembali. Meningkatkan intensitas rangsangan sebesar 5 mV. Kemudian klik Twin Pulse. Kemudian mengklik Record Data.

8. Rangsangan potensial aksi kedua tidak bisa dihasilkan, berapapun intensitas rangsangan. Meningkatkan intensitas rangsangan sebesar 60 mV. Menurunkan interval rangsangan sebesar 50%, apabila gagal itu merupakan periode mutlak, kemudian mengklik Record Data.

9. Selesai.

Berhenti & Pikirkan Pertanyaan:

1. Threshold dapat didefinisikan sebagai tegangan minimum yang diperlukan

untuk menghasilkan potensial aksi. Apakah ambang batas untuk tindakan

pertama

potensi sama, atau berbeda dari, ambang batas untuk potensial aksi kedua

dengan 60 msec selang?

Anda menjawab dengan benar: a. Ambang batas untuk potensial aksi

pertama lebih rendah dari ambang batas untuk tindakan kedua potensial.

Data Eksperimen

68

Page 69: Laporan Praktikum ( Gabungan )

Aktivitas 6

Cara Kerja

1. Atur durasi rangsangan selama 0,5 ms. Mengatur oskiloskop selama 100 ms. Mengatur tegangan sebesar 20 mV, mengklik rangsang tungggal.

2. Perhatikan jarak waktu, kemudian klik record data.3. Meningkatkan durasi rangsangan selama 500 ms. Mengklik rangsang

tunggal. 4. Mengklik measure utnuk membantu mengatur waktu antar tegangan.

Mengklik submit data.5. Intensitas rangsangan 30 mV dapat menghasilkan potensial aksi kedua,

kemudian mencoba 20 mV. Mengklik rangsang tunggal.6. Mengklik submit data.7. Mengkalkulasi intensitas stimus sebesar 45 mV. Meningkatkan intensitas

rangsanga 45 mV.8. Mengklik rangsang tunggal.9. Mengkik submit data.

Berhenti Dan Pikirkan

Di lokasirangsangan , stimulusmembranakson di ambanguntukwaktu yang

lama , tapidepolarisasiinitidakmenyebarkeelektroda .

Setelahsatupotensialaksitelahdihasilkandanaksontelahsepenuhnyapulihdaripe

rioderefraktori yang absolutdanrelatif , stimulus

masihadauntukmenghasilkanpotensialaksi lain

Mengukurwaktu( dalammilidetik ) antarapotensialaksi . Interval

iniharussedikitlebih lama dariperioderefrakterrelative.

69

Page 70: Laporan Praktikum ( Gabungan )

Interval antarapotensialaksikadang-kadangdisebut interval interspike( ISI ) .

Potensialaksikadang-

kadangdisebutsebagailonjakankarenatentusajawaktumerekacepat .

Dari ISI ,Andadapatmenghitungfrekuensipotensialaksi.

Frekuensiadalahkebalikandari interval danbiasanyadinyatakandalam hertz

( Hz ) , yang merupakanperistiwa ( potensialaksi ) per detik . Dari ISI

Andamasukkan ,menghitungfrekuensipotensialaksidengan ( 500 msec )

intensitas stimulus threshold berkepanjangan . Frekuensi = 1 / ISI .

( Mengkonversi ISI kedetiksebelummenghitungfrekuensi . )

Data Eksperimen

Aktivitas 7

Cara Kerja

1. Mengklik fiber A untuk memindahkan akson ke ruang persarafan, mengatur waktu nya selama 0.5 ms dan mengatur oskiloskop 1 ms, mengatur tegangan 30 mv, dan mengklik rangsang tunggal.

2. Mengklik record data.3. Memastikan perbedaan waktu antara potensial aksi yang direkam di

R1 dan yang di rekam di R2, kemudian mengkonversi waktu dari ms ke s, kemudian mengklik submit data.

4. Menghitung kecepatan aliran ke ms dengan membagi jarak antara R1 dan R2 (0,1m), kemudian mengklik submit data.

5. Mengklik fiber B untuk memindahkan akson ke ruang persarafan, mengatur waktunya selama 10 ms, dan mengatur oskiloskop 10 ms, kemudian mengklik rangsang tunggal.

6. Mengulangi kembali step 2,3,4.7. Mengklik fiber C untuk memindahkan akson ke ruang persarafan,

mengatur waktunya selama 50 ms, dan mengatur oskiloskop 50 ms, kemudian mengklik rangsang tunggal.

8. Mengulangi kembali step 2,3,4.9. Mengklik submit data.

70

Page 71: Laporan Praktikum ( Gabungan )

Berhenti dan Pikirkan

1. Perhatikan perbedaan waktu antara potensial aksi tercatat sebesar R1 dan

potensial aksi tercatat sebesar R2. jarak antara set ini elektroda rekaman

adalah 10 cm (0,1 m). Mengkonversi waktu dari milidetik ke detik,

masukkan waktu (dalam detik) di bidang di bawah ini, lalu klik Submit

data untuk menampilkan hasil Anda dalam grid.

Anda menjawab: 0.002 sec

2. Hitung kecepatan konduksi dalam meter / detik dengan membagi jarak

antara R1 dan R2 (0,1 m) dengan waktu yang dibutuhkan untuk potensial

aksi untuk perjalanan dari R1 ke R2. Masukkan kecepatan konduksi di

bidang di bawah ini dan kemudian klik Submit data untuk menampilkan

hasil Anda dalam grid.

Anda menjawab: 0,05 m / detik

3. Perhatikan perbedaan waktu antara potensial aksi tercatat sebesar R1 dan

potensial aksi tercatat sebesar R2. Mengkonversi waktu dari milidetik ke

detik, masukkan waktu (dalam detik) di bidang di bawah ini, lalu klik

Submit data untuk menampilkan hasil Anda dalam grid.

Anda menjawab: 0,01 detik.

4. Hitung kecepatan konduksi dalam meter / detik dengan membagi jarak

antara R1 dan R2 (0,1 m) dengan waktu yang dibutuhkan untuk potensial

aksi untuk perjalanan dari R1 ke R2. Masukkan kecepatan konduksi di

bidang di bawah ini dan kemudian klik Submit data untuk menampilkan

hasil Anda dalam grid.

Anda menjawab: 10 m / detik

5. Perhatikan perbedaan waktu antara potensial aksi tercatat sebesar R1 dan

potensial aksi tercatat sebesar R2. Mengkonversi waktu dari milidetik ke

detik, masukkan waktu (dalam detik) di bidang di bawah ini, lalu klik

Submit data untuk menampilkan hasil Anda dalam grid.

Anda menjawab: 0,1 detik

6. Hitung kecepatan konduksi dalam meter / detik dengan membagi jarak

antara R1 dan R2 (0,1 m) dengan waktu yang dibutuhkan untuk potensial

71

Page 72: Laporan Praktikum ( Gabungan )

aksi untuk perjalanan dari R1 ke R2. Masukkan kecepatan konduksi di

bidang di bawah ini dan kemudian klik Submit data untuk menampilkan

hasil Anda dalam grid.

Anda menjawab: 1 m / detik

Data Eksperimen

Aktivitas 8

Cara Kerja

1. Mengklik control Ca2+ solusi ekstraseluler untuk mengisi cawan petri dengan kontrol solusi ekstraseluler.

2. Mengklik Low Intensity pada stimulator untuk merangsang neuron (akson) dengan stimulus threshold yang menghasilkan frekuensi rendah dari potensial aksi dan mengamati pelepasan neurotransmitter.

3. Mengklik High Intensity pada stimulator untuk merangsang neuron lebih lama, stimulus yang lebih intens menghasilkan ledakan potensial aksi dan mengalami pelepasan neurotransmitter.

4. Mengklik Ca2+ solusi ekstraseluler untuk mengisi cawan petri dengan larutan ekstraseluler yang tidak mengandung kalsium.

5. Mengulangi kembali step 2 dan 3.6. Mengkilk perlahan Ca2+ solusi ekstraseluler untuk mengisi cawan petri

dengan solusi ekstraseluler yang konsentrasi kalsium nya telah dikurangi dari dalam larutan.

7. Mengulangi kembali step 2 dan 3.8. Mengklik Mg2+ solusi ekstraseluler untuk mengisi cawan petri bersama

dengan ekstraseluler, Mg2+ adalah ion divalent, kalsium dan blok berperan dalam pelepasan neurotransmitter.

72

Page 73: Laporan Praktikum ( Gabungan )

9. Mengulangi kembali step 2 dan 3.10. Mengklik submit data.

Aktivitas 9

Cara Kerja

1. Mengatur Moderate Intensity untuk stimulasi dan mengklik Stimulate dengan sensor reseptor dan mengamati tracing yang dihasilkan.

2. Mengklik Very Weak intensitas pada stimulator dan kemudian mengklik Stimulate untuk merangsang ujung penerima rangsang dari neuron sensorik dan mengamati tracing yang dihasilkan. Stimulus berlangsung hingga 500 detik.

3. Mengklik record data.4. Mengklik Moderate pada stimulator, kemudian mengklik Stimulate

untuk merangsang reseptor sensorik dan mengamati traking yang dihasilkan.

5. Mengklik record data.6. Mengklik Strong pada stimulator, kemusian mengklik Stimulate untuk

merangsang ujung penerima rangsang ujung penerima dari reseptor sensorik dan mengamati tracing yang dihasilkan.

7. Mengklik record data.8. Mengklik submit data.

Berhenti dan Pikirkan

Data Eksperimen

73

Page 74: Laporan Praktikum ( Gabungan )

Daftar Pustaka :

1. Guyton, Arthur c, Hall, John E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed.

59. Jakarta : EGC. 2006. Hal. 59

2. Jusuf, Ahmad Aulia. Catatan Kuliah Aspek Histologi dalam

Neurosains. Jakarta : Departemen Histologi FKUI. 2011

3. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Ed. 2.

Jakarta : EGC. 2001. Hal. 599

74

Page 75: Laporan Praktikum ( Gabungan )

Laporan Praktikum IV

Mekanisme Sensorik

1.1 Alat dan Bahan

a. 3 Waskom dengan air bersuhu 20OC, 30OC, 40OC.

b. Gelas Beker

c. Termometer Kimia

d. Es

e. Alkohol atau eter

f. Kerucut kuningan

g. Bejana berisi kikiran kuningan

h. Estesiometer rambut frey

i. Jarum

j. Pensil

k. Jangka

l. Amplas

m. Benda-benda kecil

n. Bahan-bahan pakaian\

1.2 Cara Kerja

I. Perasaan subjektif panas dan dingin

a. Menyediakan 3 baskom yang masing-masing di isi air dengan suhu kira-

kira 20℃, 30℃ dan 40℃.

b. Meminta orang percobaan (OP) memasukkan tangan kanannya ke

dalam air bersuhu 20℃ dan tangan kirinya ke dalam air bersuhu 40℃

selama kurang lebih 2 menit. Mencatat kesan yang dialami oleh OP.

c. Kemudian meminta OP untuk segera memasukkan kedua tangan itu

serentak ke dalam air bersuhu 30℃. Mencatat kesan yang dialami OP.

d. Meniup perlahan-lahan kulit punggung tangan OP yang kering dari

jarak ± 10 cm.

75

Page 76: Laporan Praktikum ( Gabungan )

e. Kemudian membasahi kulit punggung tangan OP dengan air dan

meniup sekali lagi dengan kecepatan yang sama.

f. Mengolesi sebagian kulit punggung tangan OP dengan alkohol atau eter

dan meniup sekali lagi dengan kecepatan yang sama.

g. Membandingkan kesan yang dialami OP pada hasil tiupan pada langkah

II. Titik-titik panas, dingin, tekan dan nyeri di kulit

a. Meminta OP untuk meletakkan punggung tangan kanannya di atas

sehelai kertas dan menarik garis pada pinggir tangan dan jari-jari

sehingga diperoleh gambar tangan.

b. Memilih dan menggambarkan di telapak tangan OP suatu daerah

seluas 3x3 cm, dan menggambarkan pula daerah itu di gambar tangan

pada kertas.

c. Menutup mata OP dan meletakkan punggung tangannya santai di meja.

d. Menyelidiki secara teratur menurut garis-garis sejajar titik-titik yang

memberikan kesan panas yang jelas pada telapak tangan tersebut

dengan menggunakan kerucut kuningan yang telah dipanasi. Cara

memanasi kerucut yaitu dengan menempatkannya dalam bejana berisi

kikiran kuningan yang direndam dalam air bersuhu 50℃.

e. Menandai titik-titik panas yang diperoleh dengan tinta.

f. Mengulangi langkah #d dengan kerucut kuningan yang ditempatkan

dalam bejana berisi kikiran kuningan yang direndam dalam air es.

g. Menandai titik-titik dingin yang diperoleh dengan tinta.

III. Lokalisasi taktil

a. Menutup mata OP dan menekankan ujung pensil pada suatu titik di

kulit ujung jari

b. Memerintahkan OP untuk melokalisasikan tempat yang baru di

rangsang dengan ujung pensil

c. Menetapkan jarak antara titik rangsang dan titik yang telah ditunjuk

76

Page 77: Laporan Praktikum ( Gabungan )

d. Mengulangi percobaan di atas sampai 5 kali dan menentukan jarak

rata-rata untuk kulit ujung jari, telapak tangan, lengan bawah, lengan

atas dan tengkuk

IV. Diskriminasi taktil (ambang membedakan 2 titik rangsang taktil)

a. Mengambil sebuah jangka yang sudah disediakan dan meregangkan

jangka sehingga kedua ujung jangka berjarak ± 1 cm (sesuai dengan

ukuran jari telunjuk OP)

b. Menginstruksikan OP untuk menutup mata dan meletakkan secara

simultan (bersamaan waktunya) kedua ujung jangka pada ujung jari

telunjuk OP dan meminta OP untuk mengidentifikasi jumlah rangsang

(1 atau 2 titik rangsang) yang menekan/ merangsang ujung jarinya.

c. Mendekatkan kedua ujung jangka (secara bertahap dan mengulangi

langkah #b sampai OP tidak dapat lagi membedakan kedua ujung

jangka sebagai 2 titik rangsang. Arah gerakan harus tegak lurus

terhadap garis yang menghubungkan kedua ujung jangka.

d. Mencatat ambang rangsang OP dalam membedakan 2 titik rangsang

taktil.

e. Mengulangi langkah a s/d c namun kedua ujung jangka diletakkan

tidak secara simultan tetapi secara suksesif (berurutan) yaitu satu ujung

diletakkan lebih dahulu daripada ujung lainnya.

f. Mencatat hasil pemeriksaan ambang membedakan 2 titik rangsang

baik dengan cara perangsangan simultan maupun suksesif.

g. Menentukan dengan cara yang sama (simultan dan suksesif) ambang

dua titik di tengkuk, bibir, pipi dan lidah.

h. Mencatat apa yang dialami OP.

V. Perasaan iringan

a. Meletakkan sebuah pensil antara kepala dan daun telinga OP dan

membiarkan di tempat itu selama melakukan percobaan VI.

77

Page 78: Laporan Praktikum ( Gabungan )

b. Setelah selesai dengan percobaan VI, mengangkat pensil dari telinga

OP dan mencatat apa yang dirasakan OP setelah pensil itu dilepaskan.

VI. Kemampuan membedakan berbagai sifat benda

Kekasaran permukaan benda

a. Dengan mata tertutup, memerintahkan OP untuk meraba-raba

permukaan ampelas yang mempunyai derajat kekasaran yang berbeda-

beda.

b. Memperhatikan kemampuan OP untuk membedakan derajat kekasaran

ampelas.

Bentuk benda

a. Dengan mata tertutup, memerintahkan OP untuk memegang-megang

benda kecil yang diberikan.

b. Memerintahkan OP untuk menyebutkan nama/ bentuk benda-benda

itu.

Bahan pakaian

a. Dengan mata tertutup, memerintahkan OP untuk meraba-raba berbagai

jenis bahan pakaian yang diberikan.

b. Memerintahkan OP untuk setiap kali menyebutkan jenis/ sifat bahan

pakaian yang dirabanya.

VII. Tafsiran sikap

a. Memerintahkan OP untuk duduk dan menutup mata.

b. Pegang dan menggerakkan secara pasif lengan bawah OP ke dekat

kepalanya, dekat dadanya, dekat lututnya, dan akhirnya

menggantungkan di sisi badannya.

c. Menanyakan setiap kali sikap dan lokasi lengan OP.

d. Memerintahkan OP utnuk menyentuh telinga, hidung dan dahinya

menggunakan menggunakan telunjuknya dengan perlahan-lahan

setelah setiap kali mengangkat lurus lengannya.

e. Memperhatikan apakah ada kesalahan.

78

Page 79: Laporan Praktikum ( Gabungan )

1.3 Tinjauan Pustaka

Kulit terdiri atas Eperdermis yaitu terletak dibagian terluar,

Dermisterdapat kelenjar dan saluran keringat, bulbus rambut, folikel

rambut dan akar rambut yang terletak dikelenjar sebaseus, dan

Subcutaneous ada pembuluh darah, saraf cutaneous dan jaringan otot.5

Kulit memiliki fungsi sebagai Mekanoreseptor, Thermoreseptor, reseptor

nyeri dan Khemoreseptor.Mekanoreseptor berkaitan dengan indra peraba,

tekanan, getaran dan kinestesi, Thermoreseptor berkaitan dengan

pengindraan yang mendeteksi panas dan dingin, Reseptor nyeri, berkaitan

dengan mekanisme protektif bagi kulit. Khemoreseptor, mendeteksi rasa

asam, basa, dan garam.Pada Epidermisterdapat Merkel’s disc, yaitu

sentuhan oleh orang yang tidak dikenal dan Meisners corpuscle, yaitu

sentuhan orang yang dikenal. Sedangkan pada Dermis, terdapat tiga

reseptor, yaitu : Reseptor ruffini’s yaitu reseptor panas, Reseptor end

Krause, yaitu reseptor untuk mendeteksi dingin dan Reseptor paccini’s

corpuscle, untuk mendeteksi tekanan, bisa berupa pijat.

Reseptor kulit dan hantaran impuls terdapat di saraf

perifer.Stratum germinativum mengadakan pertumbuhan ke daerah dermis

membentuk kelenjar keringat dan akar rambut.Akar rambut berhubungan

dengan pembuluh darah yang membawakan makanan dan oksigen, selain

itu juga berhubungan dengan serabut saraf.Pada setiap pangkal akar

rambut melekat otot penggerak rambut.Pada waktu dingin atau merasa

takut, otot rambut mengerut dan rambut menjadi tegak. Di sebelah dalam

dermis terdapat timbunan lemak yang berfungsi sebagai bantalan untuk

melindungi bagian dalam tubuh dari kerusakan mekanik.

Sensasi taktil yang terdiri dari raba, tekanan dan getaran sering di

golongkan sebagai sensasi terpisah, mereka semua dideteksi oleh jenis

reseptor yang sama. Satu – satunya perbedaan diantara ketiganya adalah :

1. Sensasi raba, umumnya disebabkan oleh reseptor taktil di dalam kulit

atau di dalam jaringan tepat dibawah kulit.

79

Page 80: Laporan Praktikum ( Gabungan )

2. Sensasi tekanan biasanya disebabkan oleh perubahan bentuk jaringan

yang lebih dalam.

3. Sensasi getaran, disebabkan oleh sinyal sensori yang berulang dengan

cepat, tetapi menggunakan beberapa jenis reseptor yang sama seperti

yang digunakan untuk raba dan tekanan.

Kepekaan kulit yang berambut terhadap stimulus besar, sehingga

diduga bahwa akhiran syaraf yang mengelilingi foliculus rambut adalah

reseptor taktil.Kita dapat membedakan benda – benda tanpa melihat

bentuknya.Disini yang berperan adalah reseptor kinaesthesi.Bentuk dan

berat benda dapat dibedakan dengan reseptor tekanan yang

digeserkan.Pada tempat di mana tidak ada rambut, tetapi dengan kepekaan

yang besar terdapat stimulus taktil, ternyata banyak corpuscullum

tactus.Perasaan taktil dapat dibedakan menjadi perasaan taktil kasar dan

perasaan taktil halus. Impuls taktil kasar dihantarkan oleh tractus

spinothalamicus anterior, sedangkan impuls taktil halus dihantarkan

melalui faciculus gracilis dan faciculus cunneatus.

Fungsi sistem saraf adalah:

1. Pusat koordinasi segala aktivitas tubuh

2. Pusat kesabaran, memory, dan intelegensi.

3. Pusat highermental process (Reasoning, thinking, dan judgement).

Gerak terjadi begitu saja.Gerak terjadi melalui mekanisme rumit

dan melibatkan banyak bagian tubuh.Terdapat banyak komponen –

komponen tubuh yang terlibat dalam gerak ini baik itu disadari maupun

tidak disadari.

Gerak adalah suatu tanggapan tehadap rangsangan baik itu dari

dalam tubuh maupun dari luar tubuh.Gerak merupakan pola koordinasi

yang sangat sederhana untuk menjelaskan penghantaran impuls oleh saraf.

Seluruh mekanisme gerak yang terjadi di tubuh kita tak lepas dari

peranan sistem saraf.Sistem saraf ini tersusun atas jaringan saraf yang di

dalamnya terdapat sel-sel saraf atau neuron.Meskipun sistem saraf

80

Page 81: Laporan Praktikum ( Gabungan )

tersusun dengan sangat kompleks, tetapi sebenarnya hanya tersusun atas 2

jenis sel,yaitu sel saraf dan sel neuroglia.

Adapun berdasarkan fungsinya sistem saraf itu sendiri dapat

dibedakan atas tiga jenis :

1. Sel saraf sensorik

Sel saraf sensorik adalah sel yang membawa impuls berupa

rangsangan dari reseptor (penerima rangsangan), ke sistem saraf pusat

(otak dan sumsum tulang belakang). Sel saraf sensorik disebut juga dengan

sel saraf indera,karena berhubungan dengan alat indra

2. Sel saraf motorik

Sel saraf motorik berfungsi membawa impuls berupa tanggapan

dari susunan saraf pusat (otak atau sumsum tulang belakang) menuju ke

kelenjar tubuh. Sel saraf motorik disebut juga dengan sel saraf

penggerak,karena berhubungan erat dengan otot sebagai alat gerak.

3. Sel saraf penguhubung

Sel saraf penguhubung disebut juga dengan sel saraf konektor,hal

ini disebabkan karena fungsinya meneruskan rangsangan dari sel saraf

sensorik ke sel saraf motorik.

Namun pada hakikatnya sebenarnya sistem saraf terbagi menjadi

dua kelompok besar :

1. Sistem saraf sadar

Adalah sistem saraf yang mengaturatau mengkoordinasikan semua

kegiatan yang dapat diatur menurut kemauan kita.Contohnya, melempar

bola, berjalan, berfikir, menulis, berbicara dan lain-lain.

Saraf sadar pun terbagi menjadi dua :

1) Saraf pusat, terdiri dari :

a. Otak: Merupakan pusat kesadaran,yang letaknya di rongga tengkorak.

b. Sumsum tulang belakang: Sumsum tulang belakang berfungsi

menghantarkan impuls (rangsangan) dari dan ke otak, serta

mengkoordinasikan gerak refleks. Letaknya pada ruas-ruas tulang

belakang, yakni dari ruas-ruas tulang leher hingga ke ruas-ruas tulang

81

Page 82: Laporan Praktikum ( Gabungan )

pinggang yang kedua. Dan dalam sumsum ini terdapat simpul-simpul

gerak refleks.

2) Saraf Tepi

Sistem saraf tepi terdiri dari saraf-saraf yang berada di luar sistem

saraf pusat (otak dan sumsum ulang belakang).Artinya sistem saraf tepi

merupakan saraf yang menyebar pada seluruh bagian tubuh yang melayani

organ-organ tubuh tertentu, sepeti kulit, persendian, otot, kelenjar, saluran

darah dan lain-lain.

2. Susunan saraf tak sadar

a. Susunan saraf simpatis

b. Susunan saraf parasimpatis

Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak

yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar

melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak

untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh otak,

berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang harus

dilaksanakan oleh efektor.

Sensasi adalah perasaan yang timbul sebagai akibat adanya stimulus

suatu reseptor. Sensasi yang berlangsung secara terus-menerus disebut

sensasi beriringan ( after image ).

Ciri-ciri sensasi antara lain:

a. Modalitas ( Modal )

Contoh: Alat indera, melihat cahaya modalnya mata.

b. Kualitas ( Mutu )

Contoh: Mata mampu membedakan warna merah dan biru.

c. Adaptasitas

Contoh: Wanita yang menggunakan anting beratnya menjadi

konstan karna adapatasi.

d. Intensitas ( Kekuatan )

Contoh: Membedakan antara merah muda dengan merah tua.

82

Page 83: Laporan Praktikum ( Gabungan )

e. Durasitas ( Lama )

Contoh: 1 bulan atau 1 tahun.

Proses pendeteksian hadirnya stimulus sederhana, perasaan, kesan

yang timbul sebagai akibat prasangka suatu reseptor.

Syarat-syarat sensasi:

1. Adanya stimulus yang mampu menimbulkan respon.

2. Adanya alat indera atau respon yang dapat mengadakan respon

terhadap stimulus.

3. Ada saraf sensoris yang menghantarkan implus dari alat indera ke otak

(sistem saraf pusat).

4. Ada bagian dari otak yang mampu mengolah atau menterjemahkan

implus menjadi sensasi.

Sensasi merupakan hasil dari suatu proses didalam otak sebagai akibat

adanya impuls yang datang ke otak. Seseorang dapat memilih beberapa

implus yang datang serta mengabaikannya merupakan dasar dari

konsentrasi dan atensi. Sensasi dapat bertahan lama didalam otak dan

dapat didasari kembali dasar memori.

Reseptor taktil adalah mekanoreseptor.Mekanoreseptor berespons

terhadap perubahan bentuk dan penekanan fisik dengan mengalami

depolarisasi dan menghasilkan potensial aksi.Apabila  depolarisasinya

cukup besar, maka serat saraf yang melekat ke reseptor akan melepaskan

potensial aksi dan menyalurkan informasi ke korda spinalis dan otak.

Reseptor taktil yang berbeda memiliki kepekaan dan kecepatan mengirim

impuls yang berbeda pula.Dikriminasi titik adalah kemampuan

membedakan rangsangan kulit oleh satu ujung benda dari dua ujung

disebut diskriminasi dua titik.Berbagai daerah tubuh bervariasi dalam

kemampuan membedakan dua titik pada tingkat derajat pemisahan

bervariasi. Normalnya dua titik terpisah 2– 4 mm dpt dibedakan pada

ujung jari tangan, 30-40mm dpt dibedakan pada dorsum pedis. Tes dapat

menggunakan kompas, jepitan rambut.

83

Page 84: Laporan Praktikum ( Gabungan )

Sensasi taktil dibawa ke korda spinalis oleh satu dari tiga jenis neuron

sensorik: serat tipe A beta yang besar, serat tipe A delta yang kecil, dan

serat tipe C yang paling kecil. Kedua jenis serat tipe A mengandung mielin

dan menyalurkan potensial aksi dengna sangat cepat; semakin besar serat

semakin cepat transmisinya dibanding serat yang lebih kecil. Informasi

taktil yang dibawa dalam serat A biasanya terlokalisasi baik. Serat C yang

tidak mengandung mielin dan menyalurkan potensial aksi ke korda

spinalis jauh lebih lambat daripada serat A.

Hampir semua informasi mengenai sentuhan, tekanan, dan getaran

masuk ke korda spinalis melalui akar dorsal saraf spinal yang sesuai.

Setelah bersinaps di spinal, informasi dengan lokalisasi dibawa oleh serat-

serat A yang melepaskan potensial aksi dengan cepat (beta dan delta) di

kirim ke otak melalui sistem lemniskus kolumna dorsalis. Serat-serat saraf

dalam sisitem ini menyeberang dari kiri ke kanan di batang otak sebellum

bersinaps di talamus.Informasi mengenai suhu dan sentuhan yang

lokalisasi kurang baik di bawa ke korda spinalis melalui serat-serat C yang

melepaskan potensial aksi secara lambat. Info tersebut dikirim ke daerah

retikularis di batang otak dan kemudian ke pusat-pusat yang lebih tinggi

melalui serat di sistem anterolateral.

1.4 Hasil

I. Perasaan subjektif panas dan dingin

Pada percobaan yang telah dilakukan oleh OP pada langkah kerja #a,

#b dan #c. Kesan yang dialami oleh OP adalah:

a. Pada suhu 20℃ OP merasakan tangan kanannya dingin

b. Pada suhu 40℃ OP merasakan tangan kirinya hangat

c. Pada suhu 30℃ OP merasakan tangan kanan yang awalnya dingin

berubah menjadi hangat dan tangan kiri yang awalnya hangat menjadi

dingin.

Pada percobaan yang telah dilakukan oleh OP pada langkah kerja #d,

#e dan #f. Kesan yang dialami oleh OP adalah:

84

Page 85: Laporan Praktikum ( Gabungan )

a. Kulit punggung tangan OP yang kering pada saat di tiup terasa

dingin yang merata

b. Kulit punggung tangan OP yang sudah dibasahi dengan air pada

saat di tiup, bagian kulit punggung yang terkena air tidak terasa

dingin, yang terasa dingin hanyalah pada bagian samping yang tidak

terkena air. Tetapi ketika sudah tidak di tiup, kulit punggung yang

terkena air kemudian terasa dingin.

c. Kulit punggung tangan OP yang telah diolesi dengan alkohol terasa

dingin dan semakin terasa dingin ketika kulit punggung tangan di

tiup.

II. Titik-titik panas, dingin, tekan dan nyeri di kulit

III. Lokalisasi taktil

No. Lokasi

percobaan

Jarak antara titik rangsang dan titik yang di

tunjuk

Rata-

rata

1. Kulit ujung jari 0,5 cm 0,1 cm 0 0 0 0,12 cm

2. Telapak tangan 1,7 cm 1 cm 0,6 cm 0,6 cm 1,3 cm 1,04 cm

3. Lengan bawah 1,2 cm 1,2 cm 1,4 cm 1 cm 1,5 cm 1,26 cm

4. Lengan atas 2,1 cm 0,7 cm 0,5 cm 0,5 cm 1,3 cm 1,02 cm

5. Tengkuk 1,9 cm 1,6 cm 1,4 cm 1,5 cm 1,3 cm 1,54 cm

IV. Diskriminasi taktil (ambang membedakan dua titik rangsang taktil)

85

Page 86: Laporan Praktikum ( Gabungan )

Dari percobaan yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil:

1. Pada saat ujung jari diberikan rangsangan, OP dapat mengidentifikasi

jumlah rangsangan (1 atau 2 titik rangsang) dengan tepat.

2. Pada saat tengkuk diberikan rangsangan, OP sulit untuk

mengidentifikasi jumlah rangsang, karena dari 5 kali percobaan yang

dilakukan di tengkuk, OP hanya mampu mengidentifikasi 1 kali

percobaan dengan tepat.

3. Pada saat pipi diberikan rangsangan, OP bisa mengidentifikasi jumlah

rangsangan, walaupun masih terdapat 1 kali kesalahan dari 5 kali

percobaan.

4. Pada saat lidah diberikan rangsangan, OP dapat mengidentifikasi

jumlah rangsangan dengan tepat.

5. Pada saat bibir diberikan rangsangan, OP juga dapat mengidentifikasi

jumlah rangsangan dengan tepat.

V. Perasaan iringan (after image)

Dari percobaan yang telah dilakukan dengan melalui percobaan ke VI

terlebih dahulu, telingan kanan OP terasa lebih ringan daripada telinga kiri

setelah pensil diangkat.

VI. Kemampuan membedakan berbagai sifat benda

Kekasaran Permukaan benda

Dari percobaan yang telah dilakukan, OP mampu membedakan permukaan

ampelas yang memiliki derajat kekasaran yang berbeda-beda.

Bentuk benda

Dari percobaan yang telah dilakukan, OP mampu menyebutkan bentuk

benda-benda yang diberikan.Sepeti bentuk bulat pada manik-manik.

Bahan pakaian

Dari percobaan yang telah dilakukan, OP mampu menyebutkan jenis/ sifat

dari bahan pakaian yang dirabanya seperti kasar dan halus.

86

Page 87: Laporan Praktikum ( Gabungan )

VII. Tafsiran sikap

Pada percobaan yang telah dilakukan, ketika lengan bawah OP

digerakkan secara pasif ke dekat kepala, dada dan lutut, OP mampu

menentukan lokasi lengannya.Kemudian, pada percobaan selanjutnya, saat

OP diperintahkan secara perlahan untuk menyentuh bagian telinga, hidung

dan dahinya, OP mampu menunjukkan lokasi dengan tepat menggunakan

telunjuk jarinya.Namun, pada saat OP diperintahkan dengan cepat terjadi

kesalahan dalam menunjukkan lokasi.

1.5 Pembahasan

Dalam praktikum pertama, menunjukkan perbedaan suhu secara

bersamaan pada tangan yang berbeda dan disertai dengan peningkatan

serta penurunan kalor. Hal tersebut ditunjukkan pada saat kedua tangan

dicelupkan pada baskom bersuhu 30°C Thermoreseptor menanggapi

dengan cepat saat menerima suhu berbeda, sehingga akan dirasakan pada

tangan disuhu 20°C berubah menjadi lebih panas dan tangan disuhu 40°C

menjadi lebih dingin. Dapat disimpulkan bahwa terjadi adaptasi pada

Thermoreseptor dan tubuh berusaha menyeimbangkan suhu berbeda

tersebut secara bertahap.

Dalam praktikum kedua, rangsangan yang diberikan berubah-ubah

secara cepat. Berbeda dengan praktikum pertama yang memerlukan waktu

dua menit untuk membandingkan perubahan kalor, serta adaptasi

reseptor.Terlihat, ketika tangan kering yang ditiup dengan pelan terasa

sejuk, kemudian dioleskan dengan dengan air terasa lebih dingin

dibandingkan kulit kering yang ditiup. Namun, pada saat diolesi dengan

alkohol 70% ternyata lebih dingin dari kedua uji coba sebelumnya, bahkan

sempat terjadi kejutan singkat pada kulit punggung tangan yang diolesi

dengan alkohol. Hal itu, disebabkan karena alkohol lebih mudah menguap

dan disertai kalor yang didapatkan pada permukaan kulit. Kemudian, rasa

kejut sesaat yang dialami oleh OP disebabkan reaksi Nociceptor yang

menanggapi suhu terlalu tinggi ataupun suhu terlalu rendah sebagai sensasi

87

Page 88: Laporan Praktikum ( Gabungan )

nyeri, akibat perubahan suhu secara cepat, nociceptor merasakan alkohol

memberi sensasi lebih dingin dibanding bahan uji coba yang lain.

Dalam praktikum ketiga dilakukan lokalisasi taktil, dimana OP

harus menunjukkan daerah yang ditekan dengan pensil. Mekanoreseptor,

mengambil peran untuk merespon tekanan, getaran, kinestesi, dan

berkaitan dengan indra peraba. Dari tabel pada bagian hasil, terlihat

perbedaan yang cukup mencolok pada jari tangan. Sebab, ditemukan

ketepatan sebanyak tiga kali berturut-turut dan hasilnya tidak ada yang

mencapai 5 cm. Hal ini, menunjukkan pengaruh waktu rangsangan dan

proses penyebarannya ke reseptor sekitar akibat luasan lokasi rangsangan.

Dalam praktikum keempat, diskriminasi taktil agak sedikit berbeda

dari praktikum ketiga karena memakai dua titik yang terkadang akan

menyebabkan kesulitan dalam pembedaanya.Hal tersebut disebabkan

karena berbagai daerah tubuh bervariasi dalam kemampuan membedakan

dua titik pada tingkat derajat pemisahan bervariasi.Normalnya dua titik

terpisah 2– 4 mm dapat dibedakan pada ujung jari tangan, 30-40 mm dapat

dibedakan pada dorsum pedis.Dari hasil percobaan, terlihat pada tengkuk

dan pipi hanya satu kali OP dapat membedakan kedua titik secara tepat.

Berdasarkan literatur, disimpulkan bahwa lokalisasi dua titik lebih peka

pada bagian yang menonjol, seperti bibir, hidung, mata, ujung jari dan

telinga. Selain itu, Waktu juga mempengaruhi sehingga ada penyebaran

sensasi.

Dalam praktikum kelima, praktikan melakukan uji coba dengan

perasaan iringan (after image).Dari hasil praktikum menunjukkan bahwa

telinga telah mengalami adaptasi terhadap beban yang diberikan selama

beberapa saat. Namun, setelah beban di angkat akan terasa lebih ringan

diakibatkan beban yang menjadi stimulus pada reseptor telah hilang. Hal

ini, berkaitan dengan sensasi yang diberikan dalam durasi waktu tertentu,

sehingga menjadi memori yang disimpan dalam otak.

Dalam praktikum keenam, praktikan melakukan uji coba untuk

membedakan sifat benda, mulai dari bentuk, tekstur dan juga jenis atau

88

Page 89: Laporan Praktikum ( Gabungan )

sifat benda.Dari praktikum ini, OP dapat menyebutkan secara tepat semua

benda yang di berikan saat OP menutup matanya. Hal ini, disebabkan

karena adanya reseptor taktil. Impuls taktil kasar dihantarkan oleh tractus

spinothalamicus anterior, sedangkan impuls taktil halus dihantarkan

melalui faciculus gracilis dan faciculus cunneatus. Untuk dapat

membedakan benda – benda tanpa melihat bentuknya, adalah reseptor

kinaesthesi.

Dalam praktikum ketujuh, praktikan melakukan tafsiran sikap.

Dimana OP akan menutup mata dan menggerakkan tangan serta jari untuk

menunjuk ke arah yang diperintahkan rekan OP. berdasarkan hasil uji

coba, OP dapat menunjukkan dan menggerakkan lengan ke arah yang tepat

sesuai dengan prosedur dari rekan OP. Hal ini, menunjukkan bahwa

koordinasi sistem saraf berjalan dengan baik. Sebab, gerak merupakan

pola koordinasi yang sangat sederhana untuk menjelaskan penghantaran

impuls oleh saraf. Seluruh mekanisme gerak yang terjadi di tubuh kita tak

lepas dari peranan sistem saraf.

Kesimpulan

Dalam praktikum pertama, menunjukkan perbedaan suhu secara

bersamaan pada tangan yang berbeda dan disertai dengan peningkatan

serta penurunan kalor (30°C, 20°C, 40°C), karena terjadi adaptasi

pada Thermoreseptor dan tubuh berusaha menyeimbangkan suhu

berbeda tersebut secara bertahap.

Dalam praktikum kedua, rangsangan yang diberikan berubah-ubah

secara cepat, antara tiupan pada kulit, air, dan alkohol 70% yang

disebabkan reaksi Nociceptor yang menanggapi suhu terlalu tinggi

ataupun suhu terlalu rendah sebagai sensasi nyeri, akibat perubahan

suhu secara cepat, nociceptor merasakan alkohol memberi sensasi

lebih dingin dibanding bahan uji coba yang lain.

89

Page 90: Laporan Praktikum ( Gabungan )

Dalam praktikum ketiga dilakukan lokalisasi taktil, dengan

menunjukkan daerah yang ditekan dengan pensil. Mekanoreseptor,

mengambil peran untuk merespon tekanan, getaran, kinestesi, dan

berkaitan dengan indra peraba. Hal ini, menunjukkan pengaruh waktu

rangsangan dan proses penyebarannya ke reseptor sekitar akibat

luasan lokasi rangsangan.

Dalam praktikum keempat, diskriminasi taktil dengan memakai dua

titik yang terkadang akan menyebabkan kesulitan dalam

pembedaanya. Berdasarkan literatur, disimpulkan bahwa lokalisasi

dua titik lebih peka pada bagian yang menonjol, seperti bibir, hidung,

mata, ujung jari dan telinga. Selain itu, Waktu juga mempengaruhi

sehingga ada penyebaran sensasi.

Dalam praktikum kelima, praktikan melakukan uji coba dengan

perasaan iringan (after image). Dimana telinga telah mengalami

adaptasi terhadap beban yang diberikan selama beberapa saat.

Dalam praktikum keenam, praktikan melakukan uji coba untuk

membedakan sifat benda, mulai dari bentuk, tekstur dan juga jenis

atau sifat benda. Impuls taktil kasar dihantarkan oleh tractus

spinothalamicus anterior, sedangkan impuls taktil halus dihantarkan

melalui faciculus gracilis dan faciculus cunneatus. Untuk dapat

membedakan benda – benda tanpa melihat bentuknya, adalah reseptor

kinaesthesi.

Dalam praktikum ketujuh, praktikan melakukan tafsiran sikap.

Dimana, gerak merupakan pola koordinasi yang sangat sederhana

untuk menjelaskan penghantaran impuls oleh saraf. Seluruh

mekanisme gerak yang terjadi di tubuh kita tak lepas dari peranan

sistem saraf.

90