Upload
fahmiganteng
View
2.121
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN ANALISIS KEBUTUHAN AIR, SCHEDULLING IRIGASI DAN PERANCANGAN METODE IRIGASI TANAMAN JAGUNG
DI DESA NAJUM, KECAMATAN SUMBERPUCUNG
Oleh :
MUHAMMAD GURUH ARIF ZULFAHMI
NIM: 105040201111091
KELAS M
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2012
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR…………………………………………………………… i
I. PENDAHULUAN ………………………………………………………………
1.1. Latar Belakang …………………………………………………………... 1
1.2. Tujuan ………………………………………………………………………2
II. TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………… 3
2.1. Syarat Tumbuh Tanaman Jagung …………………………………………..
2.2. Fungsi Air Dalam Pertumbuhan Tanaman ………………………………..
2.3. Software Cropwat 8 ………………………………………………………
2.4. Macam Metode Irigasi ……………………………………………………
III. METODE ANALISIS …………………………………………………………….
3.1. Analisis Kebutuhan Air Tanaman …………………………………………
3.2. Analisis Kebutuhan Air Irigasi ……………………………………………..
3.3. Analisis Pemilihan Metode Irigasi …………………………………………
3.4. Perancangan Design Irigasi di Lapangan ………………………………….
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………………………….
4.1. Kondisi Umum Lokasi Studi ……………………………………………….
4.2. Kebutuhan Air Tanaman ……………………………………………………
4.2.1. Kondisi Meteorologi Lokasi Studi ……………………………….
4.2.2. Kebutuhan Air Tanaman …………………………………………
4.3. Kebutuhan Air Irigasi Sesuai Skenario ……………………………………
4.4. Metode Irigasi Yang Dipilih ………………………………………………
4.4.1. Rancangan Design Irigasi di Lapangan …………………………..
4.4.2. Evaluasi Design ……………………………………………………
4.4.3. Rencana Operasional Irigasi ……………………………………….
V. KESIMPULAN DAN RENCANA LANJUTAN …………………………………….
5.1. Kesimpulan ……………………………………………………………………
5.2. Rencana Lanjutan ……………………………………………………………
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Alloh SWT, yang atas rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan yang berjudul “ANALISIS
KEBUTUHAN AIR, SCHEDULLING IRIGASI DAN PERANCANGAN METODE IRI
GASI TANAMAN JAGUNG DESA KECAMATAN KASEMBON”. Penulisan laporan
adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas UTS mata
kuliah irigrasi dan drainase.
Dalam Penulisan laporan ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan laporan ini. Serta berguna bagi pembaca laporan ini nantinya
dilkemudian hari. Dan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam
penyelesaian laporan ini.
Malang, 11 April 2012
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup.
Setiap makhluk hidup selalu membutuhkan air dengan sekala yang berbeda-beda
untuk proses metabolisme. Di alam ini ketersediaan air pada tiap daerah dan waktu
selalu berbeda, kadang melimpah atau kadang pula kekurangan. Oleh karena itu perlu
diadakan suatu upaya agar ketersediaan air bisa stabil dan bisa mencukupi kebutuhan
maklhuk disetiap saat.
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang
pertanian yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawahtanah, irigasi
pompa dan irigasi rawa. Pembangunan saluran irigrasi sebagai penunjang penyediaan
bahan pangan nasional tentu sangat diperlukan, sehingga ketersediaan lahan akan
terpenuhi walaupun lahan tersebut berada jauh dari sumber air permukaan. Dalam
pertanian bahwa irigasi dan drainase merupakan suatu sub system pertanian yang
sangat penting. Jika salah satunya tidak terpenuhi maka pertanian tidak akan berjalan.
Irigasi merupakan proses pemberian air sedangkan drainase adalah proses
pembuangan air. Laporan ini akan membahas tentang irigrasi pada tanaman jagung.
Peranan irigasi dalam meningkatkan dan menstabilkan produksi pertanian tidak
hanya bersandar pada produktivitas saja tetapi juga pada kemampuannya untuk
meningkatkan faktor-faktor pertumbuhan lainnya yang berhubungan dengan input
produksi. Irigasi mengurangi resiko kegagalan panen karena ketidakpastian hujan
dan kekeringan, membuat unsur hara yang tersedia menjadi lebih efektif,
menciptakan kondisi kelembaban tanah optimum untuk pertumbuhan tanaman, serta
hasil dan kualitas tanaman yang lebih baik.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah:
Agar dapat mengetahui kebutuhan air pada tanaman jagung
Agar dapat mengetahui kebutuhan irigasi pada tanaman jagung
Agar dapat mengtahui jadwal irigasi yang tepat
Agar dapat mengetahui metode irigrasi yang tepat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Syarat Tumbuh Tanaman Jagung
Jagung (Zea mays L.) ialah salah satu tanaman pangan dunia yang penting, selain
gandum dan padi. Penduduk beberapa daerah di Indoensia seperti di Madura dan Nusa
Tenggara juga menggunakan jagung sebagai tanaman pokok. Selain sebagai sumber
karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya),
diambil minyaknya (dari biji), dibuat dari tepung (dari biji), dan bahan baku industri.
Tongkol jagung mengandung banyak pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku
pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika saat ini juga ditanam sebagai
bahan penghasil farmasi. Jagung merupakan tanaman semusim yang mempunyai siklus
hidup 80 – 150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif
dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.
Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase
pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal
musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman
yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak
optimal. Suhu optimum antara 230 C - 300 C. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah
khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH
tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %.
Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan
teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-
600 m dpl. Tanaman jagung membutuhkan tanah yang bertekstur lempung, lempung
berdebu, atau lempung berpasir dengan struktur tanah remah, aerasi dan drainase baik,
serta endap air. Keadaan tanah ini dapat memacu pertumbuhan dan produksi jagung bila
tanahnya subur, gembur dan kaya bahan organik.
Tanah yang kekurangan air dapat menimbulkan penurunan produksi jagung
hingga15%. Tanaman jagung tahan terhadap pH tanah 5,5 sedangkan pH tanah yang
paling baik adalah 6,8. Dari hasil penelitian bahwa reaksi tanah pH 6,8 dapat
menimbulkan hasil yang tinggi. Pada tanah dengan pH 7,5 dan pH tanah di bawah 5,7
pada jagung cendrung menurun. Jenis tanah di Indonesia dengan jenis tanah podsolik
merah kuning (PMK) yang mempunyai pH tanah rata-rata rendah (masam) untuk
penanaman.
Tanaman jagung berasal dari daerah tropis yang dapat menyesuaikan diri
denganlingkungan di luar daerah tersebut. Jagung tidak menuntut persyaratan lingkungan
yang terlalu ketat, dapat tumbuh pada berbagai macam tanah bahkan pada kondisi tanah
yang agak kering. Tetapi untuk pertumbuhan optimalnya, jagung menghendaki beberapa
persyaratan.
Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerahdaerah
beriklim sedang hingga daerah beriklim sub-tropis/tropis yang basah. Jagung dapat
tumbuh di daerah yang terletak antara 0-50 derajat LU hingga 0-40 derajat LS. Pada
lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman ini memerlukan curah hujan ideal
sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji
tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya jagung ditanam diawal musim
hujan, dan menjelang musim kemarau. Pertumbuhan tanaman jagung sangat
membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan
terhambat/ merana, dan memberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat
membentuk buah. Suhu yang dikehendaki tanaman jagung antara 21-34O C, akan tetapi
bagi pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antara 23-27O C. Pada
proses perkecambahan benih jagung memerlukan suhu yang cocok sekitar 30O C. Saat
panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik daripada musim hujan,
karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil.
Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus. Agar supaya dapat tumbuh
optimal tanah harus gembur, subur dan kaya humus. Jenis tanah yang dapat ditanami
jagung antara lain: andosol (berasal dari gunung berapi), latosol, grumosol, tanah
berpasir. Pada tanah-tanah dengan tekstur berat (grumosol) masih dapat ditanami jagung
dengan hasil yang baik dengan pengolahan tanah secara baik. Sedangkan untuk tanah
dengan tekstur lempung/liat (latosol) berdebu adalah yang terbaik untuk
pertumbuhannya. Keasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur
hara tanaman. Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung adalah pH
antara 5,6 - 7,5. Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan aerasi dan ketersediaan air
dalam kondisi baik. d) Tanah dengan kemiringan kurang dari 8 % dapat ditanami jagung,
karena disana kemungkinan terjadinya erosi tanah sangat kecil. Sedangkan daerah
dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras
dahulu.
Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di daerah
pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 m dpl. Daerah dengan
ketinggian optimum antara 0-600 m dpl merupakan ketinggian yang baik bagi
pertumbuhan tanaman jagung.
2.2 Fungsi Air Dalam Pertumbuhan Tanaman
Air merupakan sumber kehidupan, tanpa air tidak ada makhluk yang dapat
hidup. Begitu juga tanaman,salah satu unsur terbesar tanaman adalah air yaitu
berkisar anatara 90% untuk tanaman muda, sampai kurang dari 10% untuk padi-
padian yang menua sedangkan tanaman yang mengandung minyak , kandungan
airnya sangat sedikit. penyiraman harus dilakukan teratur agar tidak kekurangan. Jika
tidak disiram, tanaman akan mati kekeringan. Air merupakan bahan untuk
fotosintesis, tetapi hanya 0,1% dari total air yang digunakan untuk fotosintesis. Air
yang digunakan untuk transpirasi tanaman sebanyak 99 %, dan yang digunakan untuk
hidrasi 1 %, termasuk untuk memelihara dan menyebabkan pertumbuhan yang lebih
baik. Selama pertumbuhan tanaman membutuhkan sejumlah air yang tepat.
Air merupakan reagen yang penting dalam proses-proses fotosintesa dan
dalam proses-proses hidrolik. Disamping itu juga merupakan pelarut dari garam-
garam, gas-gas dan material-material yang bergerak kedalam tumbuh-
tumbuhan,melalui dinding sel dan jaringan esensial untuk menjamin adanya
turgiditas, pertumbuhan sel, stabilitas bentuk daun, proses membuk dan menutupnya
stomata, kelangsungan gerak struktur tumbuh-tumbuhan. Kekurangan air akan
mengganggu aktifitas fisiologis maupun morfologis, sehingga mengakibatkan
terhentinya pertumbuhan. Defisiensi air yang terusmenerus akan menyebabkan
perubahan irreversibel (tidak dapat balik) dan pada gilirannya tanaman akan mati.
Air adalah pelarut terbaik bagi 3 kelompok bahan biologis yang sangat
penting bagi tanaman: 1). Bahan organik, melalui ikatan hidrogen dengan asam
amino (protein), karbohidrat dll, khususnya molekul yang mengandung ikatan
hidroksil, amine, maupun gugus fungsional karboksilat, 2). Ion-ion, unsur hara yang
mampu diserap tanaman sebagian besar berupa ion yang terlarut dalam air, 3). Gas di
atmosfer yang BM-nya kecil seperti O2 dan N2.
Air sangat penting bagi kehidupan tanaman, peranannya: Merupakan 90 –
95% penyusun tubuh tanaman, Aktivator enzim, Pereaksi dalam reaksi hidrolisis,
Sumber H dalam fotosintesis, Penghasil O2 dalam fotosintesis, Pelarut dan pembawa
berbagai senyawa, Menjaga Ψp sel yang penting untuk pembelahan, pembesaran,
pemanjangan sel, mengatur bukaan stomata, gerakan daun dan bunga (misal epinasti),
Pemacu respirasi, Mengatur keluar masuknya zat terlarut ke dan dari sel, Mendukung
tegaknya tanaman, terutama pada tanaman herbaceus, Agensia penyebaran benih
tanaman, Mempertahankan suhu tanaman tetap konstan pada saat cahaya penuh.
(Anonymous , 2012)
2.3 Software Cropwat 8
CROPWAT 8,0 adalah program komputer untuk perhitungan kebutuhan air
tanaman dan kebutuhan irigasi berdasarkan data tanah, iklim dan tanaman. Selain itu,
program ini memungkinkan pengembangan jadual irigasi untuk kondisi manajemen
yang berbeda dan perhitungan pasokan skema air untuk berbagai pola tanaman.
CROPWAT 8,0 juga dapat digunakan untuk mengevaluasi praktek-praktek irigasi
petani dan untuk menilai kinerja tanaman yang berhubungan dengan kebutuhan air.
Prosedur perhitungan yang digunakan dalam semua CROPWAT 8,0 didasarkan pada
dua publikasi dari FAO Irigasi dan Drainase Series, yaitu, No 56 "Evapotranspirasi
Tanaman - Pedoman untuk kebutuhan air tanaman komputasi" dan
Nomor 33 berjudul "Tanggapan Hasil untuk air". Sebagai titik awal, dan hanya untuk
digunakan saat data lokal tidak tersedia, CROPWAT 8,0 termasuk tanaman standar
dan data tanah. Ketika data lokal yang tersedia, file-file data dapat dengan mudah
diubah atau yang baru dapat diciptakan. Demikian juga, jika data iklim lokal tidak
tersedia, ini dapat diperoleh untuk lebih dari 5.000 stasiun di seluruh dunia dari
CLIMWAT, database iklim terkait. Perkembangan jadwal irigasi di CROPWAT 8,0
didasarkan pada keseimbangan tanah-air setiap hari menggunakan pilihan yang
ditetapkan pengguna berbagai untuk suplai air dan kondisi pengelolaan irigasi. Skema
pasokan air dihitung sesuai dengan pola tanam yang ditentukan oleh pengguna, yang
dapat berisi hingga 20 tanaman.
Langkah langkah dalam pengoprasian software CropWat sebagai berikut :
1. Ini merupakan tampilan awal dari software CropWat.
2. Klik menu Climate/ETo pada samping kiri layar.
3. Selanjutnya akan muncul
4. Kemuadian mengisi data pada table yang dengan data yang kita punya. Dan
hasilnya dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:
5. Lalu klik menu Rain, dan mengisi data hujan yang kita miliki.
6. Selanjutnya Klik menu Crop, akan muncul gambar seperti ini
7. Lalu klik menu soil dibawah menu crop. Lalu mengisi jenis tanah
8. Lalu klik menu Schedule dan muncul menu seperti gambar
9. Muncul menu dan klik menu chart untuk mendapatkan diagram hasil dari
pengisian data data diatas.
10. Pada setiap garis yang menurun berarti pada saat itu tanaman memerlukan irigasi.
Jadi waktu itulah tanaman budidaya disiram. Pada tanda di atas, umur tanaman 58
hst memerlukan 78 mL air untuk irigasi. Sumbu X atau sumbu yang mendatar
adalah hari penanaman tanaman. Dan sumbu Y atau garis vertical adalah
kebutuhan air bagi tanah.
(FAO, 2012)
2.4 Macam Metode Irigrasi
Menurut Sudjarwadi (1990), macam-macam metode irigasi adalah sebagai berikut:
Irigasi Tetes
Prinsip dari irigasi tetes adalah pemberian air pada tanaman yang
dilakukan dengan menggunakan jaringan pipa bertekanan rendah, yang dipasangi
dengan penetes (emitter), dan ditempatkan sepanjang baris-baris tanaman.Dasar
operasi sistem irigasi tetes adalah memberikan air ke tanaman dengan
menggunakan jaringan pipa yang ekstensif pada tekanan rendah (1 – 2 atm) yang
diletakan di dekat tanaman yang akan diairi. Air keluar dari jaringan pipa melalui
lubang-lubang penetes dalam bentuk tetesan (trickle), karena adanya perbedaan
tinggi tekan antara sumber air dan penetes. Salah satu ciri khas irigasi tetes adalah
bahwa air dialirkan dari sumbernya ke tanaman yang akan diairi melalui jaringan
pipa yang ektensif. Komponen-komponen yang digunakan dalam sistem ini
meliputi pengendali tinggi tekan, jaringan pipa dan unit penetes.
Sistem irigasi ini menggunakan air sedikit sekali yang langsung
mengalirkan air ke tanaman-tanaman secara terus menerus sesuai kebutuhan.
Irigasi jenis ini terbukti berhasil menyuburkan tanaman di daerah pertanian Israel
yang kering.
Prinsip dasar irigasi tetes adalah memompa air dan mengalirkannya ke
tanaman dengan perantaraan pipa-pipa yang dibocorkan tiap 15 cm (tergantung
jarak antartanaman). Penyiraman dengan sistem ini biasanya dilakukan dua kali
sehari pagi dan petang selama 10 menit. Sistem tekanan air rendah ini
menyampaikan air secara lambat dan akurat pada akar-akar tanaman, tetes demi
tetes.
Keuntungannya dengan sistem ini sedikit menggunakan air, air tidak
terbuang percuma, dan penguapan pun bisa diminimalisir.
Irigasi tetes tampaknya bisa dijadikan pilihan cerdas untuk mengatasi masalah
kekeringan atau sedikitnya persediaan air di lahan-lahan kering.
Irigasi tetes pertamakali digunakan di kawasan gurun dimana air sangat langka
dan berharga. Pada pertanian skala besar, irigasi tetes cocok untuk sistem
pertanian berjajar, untuk buah-buahan, juga sistem irigasi di dalam greenhouse.
Irigasi tetes juga menjadi sarana penting di negara-negara maju di seluruh dunia
dalam mensiasati pasokan air yang terbatas.
Drip irrigation dirancang khusus untuk pertanian bunga-bungaan,
sayuran, tanaman keras, greenhouse, bedengan, patio dan tumbuhan di dak.
Selain oleh petani tradisional, sistem mikro irigasi ini cocok untuk kebun
perkotaan, sekolah, rumahan, operator greenhouse. Pada dasarnya siapapun yang
bercocok tanam yang butuh pengairan yang tepat dan efisien, bisa menggunakan
sistem ini.
Sistem irigasi tetes cepat dan mudah dirakit. Komponennya utama adalah
pipa paralon dengan dua ukuran yang berbeda. Yang berdiameter lebih besar
digunakan sebagai pipa utama, sementara yang lebih kecil digunakan sebagai pipa
tetes. Pipa utama berfungsi sebagai pembagi air ke setiap pipa tetes. Pipa tetes
diberi lubang-lubang untuk meneteskan air ke setiap tanaman dengan jarak sesuai
jarak antar tanaman. Untuk mengalirkan air dari sumbernya diperlukan pompa air,
juga dilengkapi kran dan saringan air ke pipa utama, tidak lupa pipa konektor
untuk sambungan.
Untuk instalasi sistem perpipaan memang membutuhkan biaya. Tapi
banyak alternatif yang layak dicoba selain menggunakan pipa-pipa dan pompa.
Contoh irigasi tetes yang paling sederhana adalah dengan menggunakan bambu
yang dilubangi antar ruasnya atau memanfaatkan botol plastik bekas kemasan air
mineral yang diletakkan terbalik.
Dibandingkan dengan sprinkler atau penyiram taman sistem semprot
perlu jumlah air yang banyak. Diperlukan sebanyak 400 galon air per jam,
sementara tanah tidak diberi waktu untuk menyerap air. Hasilnya air lolos di
permukaan mengakibatkan erosi. Sementara dengan irigasi tetes air bisa dihemat
hingga 50%. Drip irrigation tidak membuang-buang air, tidak menyebabkan erosi
dan sedikit air yang menguap. Air memiliki waktu untuk menyerap ke dalam dan
secara kapiler ke seluruh area perakaran. Hasilnya irigasi tetes memiliki efisiensi
hingga 95% dibanding sistem sprinkler yang hanya 50% - 65%.Dengan
penambahan pengatur waktu (timer) yang diprogram, sistem irigasi mikro ini
secara otomatis akan menyiram tanaman dengan jumlah air yang tepat setiap hari
sementara anda bisa berleha-leha di rumah atau bisa tenang bepergian.
Sasaran utama dari perancangan dan pengelolaan sistem irigasi yang baik
adalah memperoleh kapasitas sistem yang bisa mencukupi kebutuhan air seluruh
tanaman. Hubungan antara debit penetes minimum dan rata-rata merupakan
faktor terpenting dalam pemakaian sistem irigasi ini. Tingkat keseragaman sistem
irigasi tetes dinyatakan sebagai keseragaman tetesan (Emission Uniformity, EU).
Metode Irigasi Sprinkle (Metode Siraman)
Irigasi curah atau siraman (sprinkle) menggunakan tekanan untuk
membentuk tetesan air yang mirip hujan ke permukaan lahan pertanian.
Disamping untuk memenuhi kebutuhan air tanaman. Sistem ini dapat pula
digunakan untuk mencegah pembekuan, mengurangi erosi angin, memberikan
pupuk dan lain-lain. Pada irigasi curah air dialirkan dari sumber melalui jaringan
pipa yang disebut mainline dan sub-mainlen dan ke beberapa lateral yang masing-
masing mempunyai beberapa mata pencurah (sprinkler) (Prastowo, 1995). Sistem
irigasi curah dibagi menjadi dua yaitu set system (alat pencurah memiliki posisi
yang tepat),serta continius system (alat pencurah dapat dipindah-pindahkan).
Pada set system termasuk ; hand move, wheel line lateral, perforated pipe,
sprinkle untuk tanaman buah-buahan dan gun sprinkle. Sprinkle jenis ini ada
yang dipindahkan secara periodic dan ada yang disebut fixed system atau tetap
(main line lateral dan nozel tetap tidak dipindah-pindahkan). Yang termasuk
continius move system adalah center pivot, linear moving lateral dan traveling
sprinkle (Keller dan Bliesner, 1990).
Berdasarkan penyusunan alat penyemprot, irigasi curah dapat dibedakan ;
(1) system berputar (rotaring hed system) terdiri dari satu atau dua buah nozzle
miring yang berputar dengan sumbu vertical akibat adanya gerakan memukul dari
alat pemukul (hammer blade). Sprinkle ini umumnya disambung dengan suatu
pipa peninggi (riser) berdiameter 25 mm yang disambungkan dengan pipa lateral,
(2) system pipa berlubang (perforated pipe system), terdiri dari pipa berlubang-
lubang, biasa dirancang untuk tekanan rendah antara 0,5-2,5 kg/cm2 , hingga
sumber tekanan cukup diperoleh dari tangkai air yang ditempatkan pada
ketinggian tertentu (Prastowo dan Liyantono, 2002.
Umumnya komponen irigasi curah terdiri dari (a) pompa dengan tenaga
penggerak sebagai sumber tekanan, (b) pipa utama, (c) pipa lateral, (d) pipa
peninggi (riser) dan (e) kepala sprinkle (head sprinkle). Sumber tenaga penggerak
pompa dapat berupa motor listrik atau motor bakar. Pipa utama adalah pipa yang
mengalirkan air ke pipa lateral. Pipa lateral adalah pipa yang mengalirkan air dari
pipa utama ke sprinkle. Kepala sprinkle adalah alat/bagian sprinkle yang
menyemprotkan air ke tanah (Melvyn, 1983).
Metode Surface (Permukaan)
Irigasi permukaan didefinisikan sebagai sekelompok teknik aplikasi
dimana air diterapkan dan didistribusikan ke permukaan tanah oleh gravitasi Ini
adalah jauh bentuk paling umum dari irigasi di seluruh dunia dan telah
dipraktekkan di banyak daerah hampir tidak berubah selama ribuan tahun.
Permukaan sering disebut sebagai irigasi banjir, menyiratkan bahwa distribusi air
tidak terkendali dan karena itu, secara inheren tidak efisien Pada kenyataannya,
beberapa praktek irigasi dikelompokkan dalam nama ini melibatkan tingkat
signifikan manajemen (untuk irigasi lonjakan misalnya Irigasi permukaan datang
dalam tiga jenis utama; cekungan tingkat, alur dan perbatasan strip.
Irigasi permukaan merupakan metode pemberian air yang paling awal
dikembangkan. Irigasi permukaan merupakan irigasi yang terluas cakupannya di
seluruh dunia terutama di Asia. Sistem irigasi permukaan terjadi dengan
menyebarkan air ke permukaan tanah dan membiarkan air meresap (infiltrasi) ke
dalam tanah. Air dibawa dari sumber ke lahan melalui saluran terbuka baik
dengan atau lining maupun melalui pipa dengan head rendah. Investasi yang
diperlukan untuk mengembangkan irigasi permukan relatif lebih kecil daripada
irigasi curah maupun tetes kecuali bila diperlukan pembentukan lahan, seperti
untuk membuat teras.
Sistem irigasi permukaan (Surface irrigation), khususnya irigasi alur (Furrow
irrigation) banyak dipakai untuk tanaman palawija, karena penggunaan air oleh
tanaman lebih efektif. Sistem irigasi alur adalah pemberian air di atas lahan
melalui alur, alur kecil atau melalui selang atau pipa kecil dan megalirkannya
sepanjang alur daalam lahan.
Untuk menyusun suatu rancangan irigasi harus diadakan terlkebih dahulu
survei mengenai kondisi daerah yang bersangkutanserta penjelasannya,
penyelidikan jenis-jenis tanah pertanian, bagi bagian-bagian yang akan diirigasi
dan lain-lain untuk menentukan cara irigasi dan kebutuhan air tanamannya.
Irigasi Alur (Furrow Irrigation)
Salah satu jenis dari sistem irigasi permukaan adalah irigasi alur yang
dilakukan dengan mengalirkan air melalui alur-alur atau saluran kecil yang dibuat
searah atau memotong slope. Air masuk ke dalam permukaan tanah dari dasar
alur dan dinding alur. Teknik ini cocok untuk tanah berderet dengan tekstur
medium sampai halus untuk mengalirkan air vertikal dan horisontal. Desain
irigasi alur meliputi panjang alur, jarak antar alur, dan kedalaman alur. Panjang
alur berkisar 100-200 m dengan memperhatikan perkolasi dan erosi. Jarak antar
alur 1-2 m tergantung jenis tanaman dan sifat tanah. Kedalaman alur 20-30 cm
untuk memudahkan pengendalian dan penetrasi air. Kelebihan dari irigasi alur ini
adalah mengurangi kehilangan akibat evaporasi, mengurangi pelumpuran tanah
berat, dan mempercepat pengolahan tanah setelah pemberian air. Irigasi alur
cocok untuk memberikan air pada tanaman yang mudah rusak bila bagian
tanamannya terkena air.
Beberapa keuntungan dan kerugian menggunakan sistem irigasi alur,
keuntungannnya adalah sesuai untuk semua kondisi lahan, besarnya air yang
mengalir ke dalam lahan akan meresap ke dalam tanah dan membasahai daerah
perakaran untuk dipergunakan oleh tanah secara efektif, efisiensi pemakaian air
lebih besar dibanding dengan irigasi genangan (basin) dan irigasi galengan
(border). Sedangkan kekurangannya, adanya akumulasi garam disepanjang alur,
waktu untuk membuat alur lebih lama, erosi tanah di sepanjang alur cukup tinggi,
serta sulit dikontrol secara otomatis terutama pemberian air yang seragam
sepanjang alur.
(Sudjarwadi 1990),
BAB III
METODE ANALISIS
3.1 Analisis Kebutuhan Air Tanaman
Kebutuhan air tanaman adalah jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman untuk
proses pertumbuhannya sehingga diperoleh produksi yang baik. Kebutuhan air
tanaman ditentukan oleh evaporasi dan transpirasi. Evaporasi adalah proses
menguapnya air dari permukaan tanah atau air, sedangkan transpirasi adalah proses
menguapnya air dari bagian tubuh tanaman. Evaporasi yang mungkin terjadi pada
kondisi air yang tersedia berlebihan disebut evaporasi potensial. Evaporasi yang
sesungguhnya terjadi dalam kondisi air tidak berlebihan yang sering terjadi di
lapangan disebut evaporasi actual (Susi Susilawati. 2002).
Evapotranspirasi potensial dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
Penman-Monteith yang lebih dikenal sebagai metode “one-step”. Pendekatan ini
memerlukan data-data dari koefisien tanaman yang tidak selalu tersedia. Metode
“twostep” lebih dikenal. Evapotranspirasi potensial dari tanaman dihitung dari
persamaan:
ETpot = kc . ETref
Dimana kc adalah koefisien tanaman dan ETref adalah evapotranspirasi referensi.
Evapotranspirasi referensi didefinisikan sebagai laju evapotranspirasi dari
rumput hijau setinggi 8 – 15 cm yang menutupi permukaan tanah dan dalam kondisi
tidak kekurangan air. Doorenbos dan Pruitt dalam Makalah FAO – ID No. 24 (1977)
menjelaskan prosedur dari metode Penman Modifikasi yang banyak dipakai dan
khususnya dipakai dalam perhitungan evapotranspirasi dari komputer model
“Cropwat versi 5.5”. Persamaan dari metode Penman Modifikasi adalah sebagai
berikut :
ETref = c.{ W . Rn + ( 1-W ) f ( u ) ( ea – ed )}
Dimana :
ETref = evapotranspirasi referensi
W = suatu faktor, tergantung dari temperatur
Rn = radiasi netto dalam evapotranspirasi ekivalen (mm/hari)
f(u) = faktor yang tergantung dari kecepatan angin
(ea – ed) = perbedaan tekanan uap jenuh rata-rata dengan tekanan uap
rata-rata yang sesungguhnya (mbar)
c = faktor penyesuaian yang tergantung dari kondisi cuaca siang
dan malam.
Secara praktis kebutuhan air untuk tanaman seringkali ditaksirkan dari suatu
evapotranspirasi referensi ETref dan koefisien tanaman kc dengan mengikuti
persamaan dari ETpot = kc . ETref.
Koefisien tanaman dapat dibedakan dalam 4 tingkatan:
1. Tingkatan awal (initial stage) dari tanggal tanam sampai permukaan tanah
ditutupi tanaman (Sc) sekitar 10 %
2. Tingkatan pertumbuhan tanaman (crop development stage) yaitu dari Sc = 10
% sampai Sc = 70 – 80 %
3. Tingkatan pertengahan (mid-season stage) yaitu dari Sc = 70 – 80 % sampai
tanaman dewasa
4. Tingkatan akhir (late season stage) yaitu dari tanaman dewasa sampai berbuah
atau panen.
Sedangkan pada laporan ini untuk menentukan kebutuhan air tanaman maka
analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan software cropwat 8.0. Pertama
yaitu dengan memasukkan data meteorologi di stasiun klimatologi selorejo.
Kemudian memasukkan data rata-rata hujan, data tanah, dan data tanaman. Dengan
memasukkan semua data tersebut maka jumlah kebutuhan air tanaman akan muncul.
Pada hasil data Cropwat dihasilkan kebutuhan air tanaman sesuai yang ditunjukkan oleh
table:
3.2 Analisis Kebutuhan Air Irigasi
Air irigasi merupakan air yang diambil dari suatu sungai atau waduk melalui
saluran-saluran irigasi yang disalurkan ke lahan pertanian guna menjaga
keseimbangan air dan kepentingan pertanian. Air sangat dibutuhkan untuk produksi
pangan, seandainya pasokan air tidak berjalan baik maka hasil pertanian pun akan
terpengaruh (Sutawan, 2001). Air irigasi dapat berasal dari air hujan maupun air
permukaan atau sungai. Pemanfaatan air irigasi tidak hanya untuk pertanian saja
melainkan dapat juga dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan yang lain seperti
perikanan atau peternakan. Kebutuhan air irigasi dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu kebutuhan untuk penyiapan lahan (IR), kebutuhan air konsumtif untuk tanaman
(Etc), perkolasi (P), kebutuhan air untuk penggantian lapisan air (RW), curah hujan
efektif (ER), efisiensi air irigasi (IE), dan luas lahan irigasi (A). Untuk menghitung
kebutuhannya dapat menggunakan persamaan berikut :
Dimana :
IG = kebutuhan air irigasi (m3),
Etc = kebutuhan air konsumtif (mm/hari),
IR = kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm/hari),
RW = kebutuhan air untuk mengganti lapisan air (mm/hari),
P = perkolasi (mm/hari),
ER = hujan efektif (mm/hari),
EI = efisiensi irigasi (-),
A = luas areal irigasi (m2).
Namun persamaan diatas sapat disederhanakan dengan asumsi bahwa Pemberian
Air Irigasi adalah kebutuhan air dikurangi hujan efektif dan sumbangan air tanah.
Persaannya adalah sebagai berikut :
PAI = KAI - HE – KAT
Dimana :
PAI = Pemberian air irigasi
KAI = Kebutuhan air
HE = Hujan efektif
KAT = Kontribusi air tanah
Sebagai contoh misalnya kebutuhan air pada suatu periode telah dihitung
sebesar 10 mm per hari, sumbangan hujan efektif pada periode tersebut juga telah
dihitung sebesar 3 mm per hari dan kontribusi air tanah adalah 1 mm per han, maka
air yang perlu diberikan adalah :
PAI = 10 – 3 -1
PAI = 6 mm per hari
Pada laporan ini seperti analisis kebutuhan air irigasi sama seperti analisis
kebutuhan air tanaman yaitu dengan menggunakan sofware cropwat 8.0 dengan
memasukkan data meteorogi, data tanah, dan data tanaman maka hasilnya akan
keluar.
(Suroso, 2008)
Pada hasil data Cropwat dihasilkan kebutuhan air tanaman sesuai yang ditunjukkan oleh
table:
3.3 Analisis Pemilihan Metode Irigrasi
Dalam memberikan air pada areal lahan ada beberapa macam cara tergantung
dari jenis tanaman yang akan dialiri. Macam-macam metode irigasi adalah sprinkler,
permukaan, dan tetes. Dari hasil analisis kebutuhan air tanaman dan kebutuhan
irigasi diatas untuk tanaman jagung hanya bisa menggunakan irigasi permukaan atau
sureface. Ini karena sifat dari tanaman jagung sendiri hanya membutuhkan sedikit air
dalam proses pertumbuhannya. Namun jika apabila kekurangan air dalam proses
pertumbuhannya maka hasil dari produksi tanaman jagung tersebut tidak akan
maksimal.lebih-lebih pada proses perkembangan bunga sampai penyerbukan.
. BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Umum Lokasi Study
Malang sebagai salah satu daerah tujuan menarik di Jawa Timur dan terletak 90 km
disebelah selatan kota Surabaya, merupakan salah satu tempat yang nyaman dan
mengesankan untuk dikunjungi. Secara geografis Malang terletak antara 112 17’ 10,90”
sampai dengan 112 57’ 00,00’’ Bujur Timur dan 07 44’ 55,11” sampai dengan 08 26’
35,34” Lintang Selatan. Lokasi study terletak di desa Najum kecamatan Sumber Pucung.
Sumberpucung adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur,
Indonesia. Saat ini Sumberpucung terus mengalami kemajuan, terutama di pusat
kecamatan. Banyak sekali pendatang dari daerah atau kecamatan lain yang mengadu
nasib mencari rezeki di Sumberpucung. Penghasilan utama masyarakatnya adalah dari
sektor pertanian dan sektor perdagangan.
Batas Kecamatan Sumberpucung Wetan berada di antara:
Selatan: Kalipare
Barat: Selorejo (Kabupaten Blitar)
Utara: Kromengan
Timur: Kepanjen
(Ahmad Muwassi, 2011)
4.2 Kebutuhan Air Tanaman
4.2.1 Kondisi Meteorologi Lokasi Studi
Data Meteorologi
Stasiun pengamat : Karangkates
Altitude : 2857 m
Latitude : 8.090 L.S
Longitude : 112. 210 B.T
Tabel data iklim daerah Desa Najum Kec. Sumberpucung
Layaknya daerah lainnya dimalang desa memiliki kondisi iklim dengan suhu
berkisar 18.3 – 32.60 C (Sedang). Kelembaban udara rata-rata pertahun adalah
79% dan kecepatan angin mencapai 167 km/day. Lama penyinaran matahari
rata-rata tiap tahun 7.8 hours dengan radiasi rata-rata 20.6 MJ/m/day.
Sedangkan evaporasi rata-rata tiap tahun adalah 4.51mm/day.
4.2.2 Kebutuhan Air Tanaman
Grafik Kebutuhan air (Etc) pada komoditas jagung kasus ini.
Kebutuhan air tanaman dipengaruhi oleh faktor – faktor evaporasi, transpirasi yang
kemudian dihitung sebagai evapotranspirasi, evapotranspirasi adalah suatu peristiwa
perubahan air menjadi uap dengan adanya energi panas matahari, laju evaporasi
dipengaruhi oleh faktor lamanya penyinaran matahari, angin, kelembaban udara, dll.
Transpirasi merupakan proses peristiwa uap air meninggalkan tubuh tanaman dan
memasuki atmosfir. Fakta iklim yang mempengaruhi laju transpirasi adalah intensitas
penyinaran matahari, tekanan uap air di udara, suhu, kecepatan angin.
Evapotranspirasi sering disebut dengan kebutuhan konsumtif tanaman yang
merupakan jumlah air untuk evaporasi dari permukaan areal tanaman dengan air
untuk transpirasi dari tubuh tanaman. Pada kasus ini tanaman jagung memerlukan
jumlah air sebanyak 534.5mm/dec selama masa tanam. Pada awal masa tanam yaitu
pada bulan juni dekade 3 sampai bulan juli dekade 3 tanaman hanya memerlukan air
dibawah 40mm/dec. Kebutuhan air menjdi banyak terjadi antara bulan agustus
dekade 2 sampai bulan september dekade 3. Selanjutnya setelah memasuki fase
generatif kebutuhan air mulai menurun. Kebutuhan tertinggi yaitu 69.1mm/dec pada
bulan Agustus dekade 3.
(Anonymousc, 2011)
4.3. Kebutuhan Air Irigasi Sesuai Skenario
Dari data meteorologi di stasiun Karagkates diatas dapat dicari kebutuhan air irigrasi
dengan menggunakan software cropwat 8. Dengan membutuhkan data tambahan untuk
irigrasi terhadap tanaman jagung yakni kedalaman akar tanaman Jagung , fraksi air yang
tersedia, dll. Dengan data tersebut dapat dimasukkan ke dalam software cropwat
sehingga didapatkan hasil sebagai berikut:
Gambar 1. Data tanaman jagung
Dari data diatas kita dapat mengetahui bahwa danaman jagung ditanam pada tanggal
23 juni dan akan di panen pada 25 oktoer. Jadi tanaman jagung mempunyai umur total
125 hari dengan rincian masa awal atau perkecambahan 20 hari, masa perkembangan 35
hari, massa pertengahan (akir pertumbuhan vegetatif dan awal pertumbuhan generatif) 40
hari, dan 30 hari pada masa akhir pertumbuhan.. Sedangkan kedalaman akar tanaman
jagung adalah 1 m.
Gambar 5. Merupakan data tanah
Dalam hal ini tanah yang digunakan adalah medium yang sudah tersedia didalam
cropwat 8 dengan penciri diatas. Total ketersediaan air tanah adalah 290 mm/meter
dengan rata-rata infiltrasi air hujan masimum sebesar 40 mm/day. Bisa dianalisa bahwa
laju infiltrasi ini cukup tinggi sehingga air akan cepat masuk kedalam tanah bagian
dalam. Sedangkan kedalaman maksimal perakaran tanaman jagung adalah 900cm.
Gambar 6. Kebutuhan irigrasi
Berdasarkan data diatas irigasi baru perlu dilaksanakan pada bulan juli dekade
pertama dengan jumlah irigasi sebesar 1.8 mm/dec. Pada bulan Juni dekade ke-3 belum
perlu diadakan irigasi karena kebutuhan tanaman akan air masih sangat rendah dan bisa
terpenuhi dari air hujan. Sejak bulan Juli dekade pertama kebutuhan irigasi terus
meningkat sampai mencapai klimaks pada bulan agustus dekade ketiga yaitu sebesar 66.3
mm/dec. Pada bulan Agustus dekade dua sampai september dekade kedua irigasi yang
diperlukan sangat tinggi karena pada masa itu tanaman memasuki fase akhir vegetatif
dan mulai masuk ke fase generatif sehingga kebutuhan airnya sangat tinggi , disisi lain
curah hujan saat itu sangat rendah karena dekade tersebut tergolong bulan kering. Pada
bulan September dekade ke-2 curah hujan mulai meningkat sehingga keperluan irigasi
mulai menurun yaitu 45.4 mm/dec. Sampai pada bulan oktober dekade ke-2 sudah tidak
diperlukan lagi irigasi karena tanaman memasuki fase pematangan sehingga kebutuhan
tanaman akan sangat rendah yaitu 19.0 pada bulan Oktober dekade ke-3. Secara
keseluruhan tanaman jagung mulai dari awal tanam sampai masa panen memerlukan
534.5 mm/dec sedangkan air yang tersedia dari curah hanya sebesar 157.3mm/dec
sehingga diperlukan irigasi sebanyak 395.8 mm/dec.
4.4. Metode Irigasi yang Dipilih
Dalam memberikan air pada areal lahan ada beberapa macam cara tergantung
dari jenis tanaman yang akan dialiri. Macam-macam metode irigasi adalah sprinkler,
permukaan, dan tetes. Dari hasil analisis kebutuhan air tanaman dan kebutuhan
irigasi diatas untuk tanaman jagung sangat cocok untuk menggunakan metode
irigasi permukaan atau sureface. Sistem irigasi permukaan (Surface irrigation),
khususnya irigasi alur (Furrow irrigation) banyak dipakai untuk tanaman palawija,
karena penggunaan air oleh tanaman lebih efektif. Sistem irigasi alur adalah
pemberian air di atas lahan melalui alur, alur kecil atau melalui selang atau pipa kecil
dan megalirkannya sepanjang alur daalam lahan. Ini karena sifat dari tanaman
jagung sendiri hanya membutuhkan sedikit air dalam proses pertumbuhannya.
Namun jika apabila kekurangan air dalam proses pertumbuhannya maka hasil dari
produksi tanaman jagung tersebut tidak akan maksimal. lebih-lebih pada proses
perkembangan bunga sampai penyerbukan. Selain itu pemilihan metode irigasi
permukaan karena pada daerah tersebut pertanian dilakukan tiap kepala keluarga
dalam sekala kecil jadi sehingga pengaturan irigasi dipilih yang palng sederhana dan
ekonomis sehingga pengeluaran biaya produksi bisa diteka semaksimalkan untuk
mendapat keuntungan yang besar.
4.4.1. Rancangan Design Irigasi di Lapangan
Untuk menyusun suatu rancangan irigasi harus diadakan terlebih dahulu survei
mengenai kondisi daerah yang bersangkutanserta penjelasannya, penyelidikan jenis-
jenis tanah pertanian, bagi bagian-bagian yang akan diirigasi dan lain-lain untuk
menentukan cara irigasi dan kebutuhan air tanamannya. Berdasarkan jenis komoditas
tanaman termasuk tanaman yang tidak banyak memerlukan air sehingga mampu
hidup pada bulan kering. Kondisi tanah pada daerah desa Najum Kec. Karangploso
adalah tergolong medium yaitu tersusun dari fraksi debu dominan dan lempung dan
struktur tanah yang . Pada kasus ini dibutuhkan dua kali irigasi. Irigasi pertama kali
dilakukan pada hari ke-60 setelah tanam, dan irigasi dilakukan
4.4.2. Evaluasi Design
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous , 2012.http://www.perkebunanku.com/2011/02/peranan-air-bagi-tanaman.html
diakses tanggal 9 April 2012
Anonymous,2012.http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47515/F11yrw_
BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf?sequence=6 .diakses tanggal 9 April 2012
Anonymous,2012.http://www.ideelok.com/budidaya-tanaman/jagung.diakses
tanggal 9 April 2012
Anonymous,2012. http://surososipil.files.wordpress.com/2008/10/irigasi1-bab-4-
kebutuhan-irigasi.pdf diakses tanggal 9 April 2012
FAO, 2012. http://www.fao.org/nr/water/infores_databases_cropwat.html
diakses tanggal 9 April 2012
Hansen, CV.C.O.W, Israel Son G.B. Stingherm., 2002. Dasar – Dasar dan Praktek
Irigasi. Erlangga; Jakarta.
Melvyn, 1983., Sprinkler Irigation; Equitment and educational, London UK.
Partowijoto, A. 2003. Peningkatan Produksi Sebagai Salah Satu Faktor Ketahanan
Pangan. Majalah Dunia Insinyur. Jakarta.
Prastawo, 1995., Kriteria Pembangunan Irigasi Sprinkler dan Drip. Fateta, IPB. Bogor.
Sudjarwadi. 1990. Teori dan Praktek Irigasi. PAU Ilmu Teknik UGM. Yogyakarta.
Tim Dosen Budidaya Pertanaian. 2011. Modul Praktikum TPT. Fakultas
Pertanian.Universitas Brawijaya MAlang