18
1 TUGAS ASISTENSI CLOSE RANGE PHOTOGRAMMETRY KALIBRASI KAMERA ANDROID CROSS A7S PRAKTIKUM KALIBRASI KAMERA Nama : Sarkawi Jaya Harahap NRP : 3511100004 JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2015

Laporan Praktikum Kalibrasi Kamera Android Cross A7S menggunakan Software Photomodeler Scanner

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kalibrasi Kamera

Citation preview

  • 1

    TUGAS ASISTENSI CLOSE RANGE PHOTOGRAMMETRY

    KALIBRASI KAMERA ANDROID CROSS A7S

    PRAKTIKUM KALIBRASI KAMERA

    Nama : Sarkawi Jaya Harahap

    NRP : 3511100004

    JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA

    FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

    INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

    SURABAYA

    2015

  • 2

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pada jaman yang semakin modern, kebutuhan akan informasi geospasial semakin

    meningkat. Begitu juga pada perkembangan dalam memperoleh serta pengolahan data spasial.

    Itu juga selaras dengan perkembangan teknologi penginderaan jauh dan SIG yangsemakin maju.

    Hal tersebut ditandai dengan perkembangan sensor, pengolahan data serta keragaman dari

    aplikasinya. Fotogrametri adalah salah satu aplikasi dari teknologi penginderaan jauh.

    Fotogrametri merupakan ilmu, seni dan teknologi untuk memperoleh ukuran terpercaya dari foto

    udara (Kiefer, 1993). Fotogrametri dapat didefinisikan sebagai suatu seni, pengetahuan dan

    teknologi untuk memperoleh data dan informasi tentang suatu objek serta keadaan disekitarnya

    melalui suatu proses pencatatan, pengukuran dan interpretasi bayangan fotografis (hasil

    pemotretan).

    Dalam fotogrametri , kamera merupakan hal yang sangat krusial dalam data akuisisi foto

    udara. Dalam pengambilan data foto udara dengan kamera terdapat kemungkian trjadi kesalahan.

    Maka untuk meredukdsi kesalahan tersebut dilakukan kalibrasi kamera agar mendapaot hasil

    yang maksimal. Dlama perkembangannya, telah ada beberapa software yang menunjang dalam

    pengkoreksian data foto yaitu salah satunya adalah hotoModeler Scanner V6.2.2.596. Oleh

    karena itu, dengan mempelajari software ini diharapkan pelaku kegiatan fotogrametri (khususnya

    mahasiswa Teknik Geomatika) dapat lebih mudah dalam mengkalibrasi hasil foto tanpa harus

    menggunakan cara manual fotogrametri.

    Dengan adanya perkembangan dari software yang ada dan pengguna menjadi mudah

    dalam mengoreksi data serta mereduksi kesalahan yang ditimbulkan saat data akuisisi dalam

    pengerjaan survey dengan metode fotogrametri

    1.2 Tujuan

    Tujuan dari praktikum ini adalah:

    a. Melakukan kalibrasi kamera dengan bantuan foto dan software PhotoModeler.

    b. Mengetahui apakah kamera tersebut dapat digunakan untuk keperluan fotogrametri.

    1.3 Manfaat

    Manfaat dari praktikum ini adalah:

    1. Mahasiswa dapat melakukan kalibrasi kamera dengan bantuan foto dan software PhotoModeler.

    2. Mahasiswa dapat mengetahui apakah kamera tersebut dapat digunakan untuk keperluan

    fotogrametri.

  • 3

    BAB II

    DASAR TEORI

    2.1 Fotogrametri Digital

    Fotogrametri merupakan suatu ilmu dan teknologi yang berkaitan dengan proses

    perekaman, pengukuran/pengamatan, dan interpretasi(pengenalan dan identifikasi) suatu kondisi

    permukaan bumi serta objek fisik diatasnya yang dapat dipercaya. Produk dari fotogrametri

    digunakan oleh berbagai disiplin yang didalam kegiatannya berkaitan dengan lahan/permukaan

    bumi.

    Seiring dengan perkembangan teknologi digital, sistem fotogrametri telah mengalami

    perkembangan dari sistem fotogrametri analitik dan kemudian yang paling baru adalah sistem

    fotogrametri digital (softcopy fotogrametri). Perkembangan sisitem fotogrametri berdampak

    pada perkembangan alat restitusi yang digunakan dari alat restitusi analog dan analog seperti

    analog/analitik stereo plotter dimana proses pekerjaanya dilakukan oleh manusia, berganti

    menjadi alat restitusi otomatis dimana proses pekerjaannya dikerjakan secara otomatis

    menggunakan komputer.

    2.2 Digital Camera

    Berdasarkan penggunaannya ada beberapa jenis kamera digital diantaranya kamera digital low-

    end, kamera digital midrange dan kamera digital high-end.

    a. Kamera Digital low-end

    Kamera dengan resolusi kecil, dengan fitur zoom dan lensa zoom

    Gambar 1. Kamera Digital low-end

    b. Kamera Digital midrange

    Kamera digital dengan resolusi tinggi, memiliki lensa zoom yang variatif dan fasilitas

    yang lebih lengkap dari kamera digital low-end.

    Gambar 2. Kamera Digital midrange

  • 4

    c. Kamera Digital high-end

    Kamera tipe DSLR dengan resolusi mulai dari 6 mega pixel dan memiliki fasilitas dan

    pengaturan yang lebih lengkap.

    Gambar 3. Kamera Digital high-end

    2.3 Kalibrasi Kamera

    Kalibrasi merupakan hal yang sangat penting dalam proses pengukuran secara

    fotogrametrik. Kalibrasi dan orientasi kamera yang tepat dibutuhkan dalam mengekstrak data 3

    dimensi metric yang presisi. Sebuah kamera dianggap telah dikalibrasi apabila parameter

    panjang focus, principal point (xp, yp) dan distorsi lensa (K1,K2,K3,P1,P2) telah diketahui

    (Remonindo & Fraser, 2006).

    Kalibrasi kamera dapat dilakukan dengan berbagai metode. Secara umum kalibrasi

    kamera biasa dilakukan dengan tiga metode, yaitu laboratory calibration, on the job calibration

    dan self calibration (Atkinson, 1987). Laboratory calibration dilakukan di laboratorium, terpisah

    dengan proses pemotretan objek. Metode yang termasuk di dalamnya antara lain optical

    laboratory dan test range calibration. Secara umum metode ini sesuai untuk kamera jenis

    metrik. On the job calibration merupakan teknik penentuan parameter kalibrasi lensa dan kamera

    dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan pemotretan objek. Pada self calibration pengukuran

    titik-titik target pada objek pengamatan digunakan sebagai data untuk penentuan titik objek

    sekaligus untuk menentukan parameter kalibrasi kamera.

    Proses kalibrasi kamera dilakukan dengan mengambil minimal 6 gambar dari sebuah pola

    dengan grid tertentu. Gambar tersebut dimasukkan ke dalam perangkat lunak untuk kemudian

    diproses secara otomatis untuk menghitung parameter-parameter yang dibutuhkan. Hasil dari

    kalibrasi kamera ini dapat disimpan dan digunakan kembali untuk proses-proses selanjutnya

    yang menggunakan kamera tersebut.

    (Gorski, Kuczko, Wichniarek & Zawadski, 2010)

    2.3.1 Parameter Interior X0, Y0, dan Fokus

    Dalam berbagai kasus fotogrametri, elemen dari principle point (xo, yo) dan perspektif

    distance (panjang fokus) harus ditentukan, hal ini dikarenakan semua sistem persamaan

    matematis yang digunakan dalam fotogrametri bergantung dari ketiga parameter ini. Secara

    geometris hubungan antara ketiga parameter ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

  • 5

    Gambar 1. Geometri foto

    Posisi principle point (xo, yo) merupakan proyeksi garis lurus dari letak perspective center

    ke bidang foto dan jarak dari principle point ke perspective center merupakan panjang fokus (c).

    Secara praktis panjang fokus kamera dan letak principle point tidak mutlak berada di tengah-

    tengah pusat foto, permasalahan ini disebabkan oleh kurang stabilnya susunan lensa dan CCD

    yang berguna untuk merekam bayangan objek pada saat perakitan.

    2.2.2. Parameter Distorsi Radial (K1, K2, K3)

    Distorsi radial adalah pergeseran linier titik foto dalam arah radial terhadap titik utama

    dari posisi idealnya. Distorsi lensa biasa diekspresikan sebagai fungsi polonomial dari jarak

    radial (dr) terhadap titik utama foto.

    Efek yang terjadi apabila pada kamera memiliki nilai distorsi, maka gambar foto yang

    dihasilkan akan berbentuk cembung atau cekung, tergantung dari nilai parameter distorsi radial

    bernilai positif atau negatif (Wolf). Efek distorsi radial adalah sekitar 1 sampai 2 piksel di

    perbatasan CCD sensor. Dalam kaitannya dengan definisi distorsi radial, ada korelasi besar

    antara koefisien distorsi itu sendiri K1, K2, K3 dan antara principle distance. Hubungan antara

    distorsi radial dengan principle distance adalah dalam kaitannya sesuai principle distance dengan

    deviasi rata-rata akan dihitung menjadi minimum.

    2.2.3. Parameter Distorsi Decentring atau tangensial (P1, P2)

    Distorsi decentring adalah pergeseran linier titik di foto pada arah normal (tegak lurus)

    garis radial melalui titik foto tersebut. Distorsi decentring disebabkan kesalahan sentering

    elemen-elemen lensa dalam satu gabungan lensa dimana titik pusat elemen-elemen lensa dalam

    gabung lensa tersebut tidak terletak pada satu garis lurus. Pergeseran ini biasa dideskripsikan

    dengan 2 persamaan polonomial untuk pergeseran pada arah x (dx) dan y (dy). Efek dari distorsi

    decentring ini akan menyebabkan kesan hiperbolik pada foto yang terekam oleh kamera.

    2.3. PhotoModeler Scanner

    Photomodeler Scanner adalah software fotogrametri yang menyediakan pemodelan

    berdasarkan gambar (image) untuk pengukuran yang akurat serta model 3D dalam bidang

    x

    y

    Perspective center

    Principal point

    (xo,yo)

    Object

    Image (positive)

    o

  • 6

    engineering, arsitektur, film, forensik, kebudayaan, dan lain-lain. Photomodeler Scanner

    menyediakan utilitas untuk menciptakan pengukuran dan model 3D yang akurat dan berkualitas

    tinggi dari kumpulan foto. Proses ini disebut dengan scanning 3D berbasis foto.

    PhotoModeler Scanner adalah sebuah scanner 3d yang menyediakan hasil yang serupa

    dengan 3s laser scanner. Proses scanning 3d ini menghasilkan point cloud yang padat dari textur

    permukaan fotografi dari berbagai ukuran PhotoModeler dasar ditambah kemampuan untuk

    melakukan Dense Surface modelling (DSM), scanning 3d dan Smartmatch.

    SmartMatch menyediakan pemasangan proyek yang efisien dimana tidak ada target yang

    terkode dibutuhkan. Dense Surface Modelling digunakan dalam berbagai aplikasi di mana

    sejumlah besar titik-titik 3D diperlukan. Surface yang dimodelkan tersebut memerlukan tekstur

    random atau natural. Kebanyakan aplikasi dimana 3d laser scanner bekerja, DSM akan bekerja

    juga.

    Beberapa aplikasi dari DSM antara lain:

    Arkeologi

    Arsitektur dan preservasi

    Seni/Museum/Kuratorial

    Teknik Sipil

    Film dan Animasi

    Forensik

    Teknik Mesin dan Pengukuran bersifat industri

    Obat-obatan

    Pertambangan, ekskavasi, dan geoteknik

    PhotoModeler Scanner mengekspor point cloud 3d dan jaring triangulasi dalam format

    berikut: .stl, .ply, .txt, .iv, .facet.

  • 7

    BAB III

    METODOLOGI DAN PELAKSANAAN

    3.1 Alat dan Bahan

    1. Software PhotoModeler Scanner V6.2.2.596

    2. Kamera Android Cross A7S

    3. Grid

    4. Selotip

    3.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

    Praktikum fotogrametri digital, Kalibrasi Kamera Digital ini dilaksanakan pada:

    Hari/Tanggal : Jumat, 21 Maret 2014

    Pukul : 15:00 17.00 WIB

    Tempat : Laboratorium Geospasial Teknik Geomatik ITS, lantai 3

    3.3 Diagram Alir dan Langkah Pelaksanaan

    Mulai

    Grid

    Memotret Grid

    Analisa Hasil

    Pembuatan Laporan

    Selesai

    Kalibrasi Kamera dengan Software PhotoModeler Scanner V6.2.2.596

    Ya

    Tidak

    Print out grid kemudian

    memposisikannya

  • 8

    Adapun langkah tahapan dalam praktikum fotogrametri digital Kalibrasi Kamera Digital ini

    adalah:

    1. Menyiapkan grid dengan menempelkan grid pada lantai menggunakan selotip

    2. Melakukan pengambilan grid menggunakan kamera digital dengan posisi sudut kira-kira 45

    derajat dari atas, setiap sisi diambil 3 foto yaitu , posisi horizontal, ratasi 90 derajat ke kanan, dan

    rotasi 90 derajat kekiri pada kamera. Jumlah foto yang dihasilkan adalah 12 foto.

    3. Melakukan kalibrasi kameradengan menggunakan perangkat lunak (software) aplikasi

    PhotoModeler Scanner V6.2.2.596, dengan tahapan sebagai berikut:

    a. Buka SoftwarePhotoModelerScanner

    b. Pada photomodeler versi 6 ini akan langsung ditampilkan pilihan project. Pilih Camera

    Calibration Project. Seperti yang tertera pada gambar berikut.

    c. Pada kotak new project wizard, pilih foto yang akan digunakan untuk kalibrasi dengan cara

    menentukan lokasi foto pada computer, langkah selanjutnya adalah klikk All Next untuk

    tahap selanjutnya.

  • 9

    Catatan : jika terdapat pemberitahuan seperti gambar dibawah, menadakan bahwa ada

    beberapa rientasi foto yang tidak sama, kita harus menyamakan semua orientasi foto

    dengan pilihan Landscape atau Porteait pada semua foto.

    d. Kemudian pada jendela akan muncul automatic calibration wizard, klik execute

    calibration.

    e. kalibrasi secara otomatis sedang berlangsung seperti pada gambar dibawah, tunggu sampai

    proses kalibrasi selesei.

  • 10

    Jika kita perhatikan gambar diatas terdapat tiga gambar yang tidak terkalibrasi, yaitu pada

    gambar 6, 7 dan 8. Penyebab tidak terkalibrasi dengan semmpurna adalah terdapat blur

    pada foto atau pencahayaan yang kurang pada saat pemotretan, sehingga kita perlu

    melakukan pemotretan ulang untuk hasil yang lebih baik.

    f. Untuk melihat hasil kalibrasi klik Show Report

    Tidak terseteksi

    Terideftifikasi dua titik

  • 11

    BAB IV

    HASIL DAN ANALISA

    4.1 Hasil

    4.1.1 Automarking Camera Caliberation

    Hasil dari analisa ini diperoleh dari melakukan pengambilan foto pada kertas grid dengan

    menggunakan kamera Android Cross A7S kemudian dilakukan kalibrasi kamera menggunakan

    software PhotoModeler Scanner V6 dan berikut hasil yang diperoleh

  • 12

    4.1.2 Project Status Camera Caliberation Report

    Berikut adalah laporan kalibrasi yang terdapat pada software PhotoModeler Scanner V6 :

    Status Report Tree

    Project Name: *** Project has not yet been saved ***

    Problems and Suggestions (1)

    Project Problems (1)

    Problem: A large percentage of your points are sub-pixel marked so it is assumed you are

    striving for a high accuracy result. The largest residual (Point88 - 6.710104) is greater than 1.00

    pixels.

    Suggestion: In high accuracy projects, strive to get all point residuals under 1.00 pixels. If

    you have just a few high residual points, study them on each photo to ensure they are marked and

    referenced correctly. If many of your points have high residuals then make sure the camera

    stations are solving correctly. Ensure that you are using the best calibrated camera possible.

    Remove points that have been manually marked unless you need them.

    Problems related to most recent processing (0)

    Information from most recent processing

    Last Processing Attempt: Thu Mar 26 15:05:45 2015

    PhotoModeler Version: 6.2.2.596 - final,full

  • 13

    Status: successful

    Processing Options

    Orientation: off

    Global Optimization: on

    Calibration: on (full calibration)

    Constraints: off

    Total Error

    Number of Processing Iterations: 4

    Number of Processing Stages: 2

    First Error: 15.388

    Last Error: 15.384

    Precisions / Standard Deviations

    Camera Calibration Standard Deviations

    Camera1: [3.50]

    Focal Length

    Value: 3.511496 mm

    Deviation: Focal: 0.003 mm

    Xp - principal point x

    Value: 1.764123 mm

    Deviation: Xp: 0.005 mm

    Yp - principal point y

    Value: 1.294823 mm

    Deviation: Yp: 0.002 mm

    Fw - format width

    Value: 3.523043 mm

    Deviation: Fw: 0.001 mm

    Fh - format height

    Value: 2.644499 mm

    K1 - radial distortion 1

    Value: 4.431e-003

    Deviation: K1: 2.9e-004

    K2 - radial distortion 2

    Value: 0.000e+000

    K3 - radial distortion 3

    Value: 0.000e+000

    P1 - decentering distortion 1

    Value: 6.237e-004

    Deviation: P1: 1.2e-004

    P2 - decentering distortion 2

    Value: 0.000e+000

  • 14

    Quality

    Photographs

    Total Number: 12

    Bad Photos: 3

    Weak Photos: 0

    OK Photos: 9

    Number Oriented: 9

    Number with inverse camera flags set: 0

    Cameras

    Camera1: [3.50]

    Calibration: yes

    Number of photos using camera: 12

    Average Photo Point Coverage: 81%

    Photo Coverage

    Number of referenced points outside of the Camera's calibrated coverage: 0

    Point Marking Residuals

    Overall RMS: 1.926 pixels

    Maximum: 6.710 pixels

    Point 88 on Photo 8

    Minimum: 1.116 pixels

    Point 75 on Photo 1

    Maximum RMS: 3.877 pixels

    Point 88

    Minimum RMS: 0.778 pixels

    Point 75

    Point Tightness

    Maximum: 0.0061 m

    Point 7

    Minimum: 0.0014 m

    Point 23

    Point Precisions

    Overall RMS Vector Length: 0.000785 m

    Maximum Vector Length: 0.000875 m

    Point 88

    Minimum Vector Length: 0.000769 m

    Point 13

    Maximum X: 0.000438 m

    Maximum Y: 0.00046 m

    Maximum Z: 0.000616 m

  • 15

    Minimum X: 0.000357 m

    Minimum Y: 0.000351 m

    Minimum Z: 0.000545 m

    4.1.4 camera viewer

    Hasil dari kamera adalah sebagai berikut :

    4.2 Analisa

    Berikut adalah analisa dari project camera calibration. Berdasarkan hasil data yang

    pertama, yaitu Automarking Camera Caliberation, seharusnya jumlah titik yang tertangkap oleh

    kamera adalah 10 kolom x 10 baris, yaitu 100 point, namun dari data yang didapat melebihi 100

    point. Kalibrasi kamera dengan sempurna memiliki 4 kontrol point dan 100 titik terdapat pada

    foto no : 2, 4, 5, 8, 9, 10, dan 11. Sedangkan foto yang tidak sempurna dengan titik diatas 100

    adalah terdapat pada foto : 1, 3, dan 7. Foto yang memiliki titik kontrol dibawah r yaitu terdapat

    pada foto no 6, 7, dan 11, sehingga foto tersebut tidak bisa digunakan dalam melakukan kalibrasi

    secara otomatis.

    Pada saat pengambilan gambar, usahakan agar 100 point pada grid tepat di pojok layar

    pada kemera atau jika kalau tidak bisa maka usahakan semua grid tercover dalam pandangan

    kamera dan usahakan permukaan kertas grid bersih dari partikel yang mengganggu.

    Berdasarkan data yang kedua, Project Status Camera Caliberation Report, total dari area

    foto yang tercover dengan titik adalah 81%, sedangkan yang direkomendasikan oleh software

    adalah adalah 80%.Panjang focus lensa kamera Cross A7S sebenarnya adalah 4,000 mm

    sedangkan kamera yang digunakan panjang fokusnya adalah 3,511496 mm. Ada selisih 0,488504

    mm, dengan standar deviasi untuk focal length adalah 0,003 mm.

    Jika ditinjau dari qualitas foto yang berjumlah 12, dapat dikatergorikan 3 Bad Photos,

    dan 9 Ok Photo. Artinya adalah ada 3 buah foto yang tidak digunakan karena tidak bisa dibaca

    oleh software. Data image yang tidak bisa terbaca disebabkan kesalahan pengambilan gambar

    seperti sudut yang terlalu luas, kurang pencahayaan, maupun terdapat blur pada foto.

    Dari pengamatan, didapatkan beberapa parameter dari kalibrasi kamera, yaitu:

  • 16

    Focal Length

    Value: 3.511496 mm

    Deviation: Focal: 0.003 mm

    Xp - principal point x

    Value: 1.764123 mm

    Deviation: Xp: 0.005 mm

    Yp - principal point y

    Value: 1.294823 mm

    Deviation: Yp: 0.002 mm

    Fw - format width

    Value: 3.523043 mm

    Deviation: Fw: 0.001 mm

    Fh - format height

    Value: 2.644499 mm

    K1 - radial distortion 1

    Value: 4.431e-003

    Deviation: K1: 2.9e-004

    K2 - radial distortion 2

    Value: 0.000e+000

    K3 - radial distortion 3

    Value: 0.000e+000

    P1 - decentering distortion 1

    Value: 6.237e-004

    Deviation: P1: 1.2e-004

    P2 - decentering distortion 2

    Value: 0.000e+000

    Dilihat dari principal point (Xp,Yp), ada nilai deviasi untuk koordinat tersebut, sehingga

    ada perubahan posisi terhadap eksposure. Sedangkan jika dilihat dari Presisi titik dapat

    disimpulkan sebagai berikut :

    Overall RMS Vector Length: 0.000785 m

    Maximum Vector Length: 0.000875 m

    Point 88

    Minimum Vector Length: 0.000769 m

    Point 13

    Maximum X: 0.000438 m

    Maximum Y: 0.00046 m

    Maximum Z: 0.000616 m

    Minimum X: 0.000357 m

    Minimum Y: 0.000351 m

    Minimum Z: 0.000545 m

  • 17

    BAB V

    KESIMPULAN

    5.1 Kesimpulan

    Kesimpulan yang didapat dari praktikum ini adalah:

    Dengan menggunakan kamera Cross A7S, jumlah titik yang tertangkap kamera persis 100

    dengan 4 titik kontrol berjumlah 7 buah foto, titik yang teridentifikasi diatas 100 dengan 4

    titik kontrol berjumlah 2 buah foto, sedangkan foto yang tidak digunakan berjumlah 2 buah

    foto yang disebabkan tidak teridentifikasi dengan baik. Kesalahan terjadi karena sudut

    yang terlalu lebar, tedapat blur pada kamera serta kurangnya pencahayaan pada saat

    pemotretan.

    Berdasarkan Project Status Camera Caliberation Report, total dari area foto yang tercover

    dengan titik adalah 81%, sedangkan yang direkomendasikan oleh software adalah adalah

    80%.

    Panjang focus lensa kamera Cross A7S sebenarnya adalah 4,0000 mm sedangkan kamera

    yang digunakan panjang fokusnya adalah 3,511496 mm. Ada selisih 0,488504 mm, dengan

    standar deviasi untuk focal length adalah 0,003 mm.

    Nilai Principal Poitn hasil kalibrasi Xp 1.764123 mm dengan deviasi 0,005 mm dan Yp

    bernilai 1,294823 mm dengan deviasi 0,002 mm.

    Adapun parameter distorsi radial K1 bernilai 0,004431 dengan deviasi 0,00029, K2 dan K3

    bernilai 0, sedangkan distorsi tangensial P1 benilai 0,0006237 dengan deviasi 0,00012

    Nilai Overall RMS Point Residual 1.926 pixel, dan nilai Overal RMS Point Precision

    dengan panjang vektor 0,000785 m. Menandakan bahwa hasil foto kamera tidak memiliki

    kulitas yang bagus

    5.2 Saran

    Saran yang dapat dari praktikum ini adalah :

    Dalam melakukan kalibrasi kamera hendaknya memperhatikan pencahayaan, serta fokus

    kamera yaang stabil pada saat melakukan pemotretan.

  • 18

    Lampiran

    Hasil Pemotretan