38
1 LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN BIOEKOLOGI TUNGAU DAN GEJALA KERUSAKANNYA Oleh : Golongan E/Kelompok 5A 1. Arya Widya Kunthi S. (161510501277) 2. Renjana Dyahpastika A. (161510501281) 3. Taufiq Iradah (161510501289) LABORATORIUM HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2017

LAPORAN PRAKTIKUM · LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN BIOEKOLOGI TUNGAU DAN GEJALA KERUSAKANNYA Oleh : Golongan E/Kelompok 5A 1. Arya Widya Kunthi S. (161510501277) 2. Renjana Dyahpastika

  • Upload
    others

  • View
    34

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN PRAKTIKUM · LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN BIOEKOLOGI TUNGAU DAN GEJALA KERUSAKANNYA Oleh : Golongan E/Kelompok 5A 1. Arya Widya Kunthi S. (161510501277) 2. Renjana Dyahpastika

1

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGENALAN BIOEKOLOGI TUNGAU DAN GEJALA

KERUSAKANNYA

Oleh :

Golongan E/Kelompok 5A

1. Arya Widya Kunthi S. (161510501277)

2. Renjana Dyahpastika A. (161510501281)

3. Taufiq Iradah (161510501289)

LABORATORIUM HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER

2017

Page 2: LAPORAN PRAKTIKUM · LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN BIOEKOLOGI TUNGAU DAN GEJALA KERUSAKANNYA Oleh : Golongan E/Kelompok 5A 1. Arya Widya Kunthi S. (161510501277) 2. Renjana Dyahpastika

2

BAB 1. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Tungau merupakan sekelompok jenis laba-laba yang memiliki ukuran tubuh

kecil dan juga tidak bersegmen. Tungau merupakan salah satu jenis hewan yang

tergolong dalam filum arthropoda dengan kelas Arachnida. Binatang jenis ini

memiliki struktur badan yang menyatu dengan kata lain bagian kepala, thoraks

dan abdomen gabung menjadi satu.

Morfologi yang dapat dilihat dari hewan jenis tungau yaitu memliki 4

pasang kaki yang terdapat bulu yang melekat. Bulu yang melekat tersebut

berfungsi untuk memudahkan tungau dalam berjalan. Tungau memiliki tipe mulut

penusuk dan penghisap yang digunakan untuk menghisap cairan yang terdapat

pada tanaman inang. Tipe mulut tungau memiliki banyak variasi tergantung pada

jenis hewan itu sendiri. Alat pernafasan tungau menggunakan trakea pada spirakel

atau melalui dinding tubuh. Bagian tungau antara lain gnathosoma, hysterosoma,

prodosoma, opisthoshoma dan juga idiosoma.

Hewan ini ada yang yang tergolong predator dan ada pula yang tergolong

parasit. Tungau parasit menimbulkan banyak kerusakan pada tanaman sehingga

dapat merugikan petani. Gejala kerusakan yang diakibatkan oleh tungau parasit

tanaman dapat terlihat pada bagian tanaman seperti daun. Gejala serangan tungau

pada daun seperti terdapat bercak-bercak yang terlihat pada daun, perubahan

warna daun dan bentuk daun yang berubah menjadi keriting dan menggulung ke

arah bawah.

Salah satu contoh tungau yang menjadi parasit tanaman yaitu tungau

kuning. Tungau ini biasanya menyerang tanaman terong, cabai, dll. Akibat dari

serangan tungau yaitu dapat merusak tanaman seperti meninggalkan bercak-

bercak kuning pada daun, sehingga menurunkan kualitas dan produktivitas dari

komoditas tanaman tertentu.

Penangan perlu dilakukan dalam pencegahan serangan tungau pada

tanaman. Pencegahan dapat melalui dengan alami seperti melakukan rotasi

tanaman, melakukan pengamatan rutin pada tanaman, dan juga meminimalisir

Page 3: LAPORAN PRAKTIKUM · LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN BIOEKOLOGI TUNGAU DAN GEJALA KERUSAKANNYA Oleh : Golongan E/Kelompok 5A 1. Arya Widya Kunthi S. (161510501277) 2. Renjana Dyahpastika

3

tungau dengan tidak menanam komoditas yang sama pada lahan yang sama.

Pencegahan secara kimia dapat dilakukan dengan memberikan insektisida atau

pestisida.

1.2 Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengenali morfologi tungau secara umum.

2. Mahasiswa dapat memahami gejala yang diakibatkan oleh tungau.

Page 4: LAPORAN PRAKTIKUM · LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN BIOEKOLOGI TUNGAU DAN GEJALA KERUSAKANNYA Oleh : Golongan E/Kelompok 5A 1. Arya Widya Kunthi S. (161510501277) 2. Renjana Dyahpastika

4

BAB 2. TIJAUAN PUSTAKA

Tungau merupakan organisme mikroskopis yang termasuk dalam ordo

Acarina famili Tarsonemidae, Tetranychidae, dan Eriophidae, ketiga family

tersebut merupakan famili tungau yang berperan sebagai hama pada tanaman.

Ukuran tungau kurang lebih 0,5 mm dan memiliki warna yang bermacam macam

ada yang hijau, kuning atau merah. Tungau tidak memiliki ruas pada tubuhnya

sehingga mulai dari mulut hingga badannya menjadi satu dan bentuknya seperti

kantung. Tipe alat mulut tungau bermacam-macam yaitu menggigit, menggergaji,

mengisap, dan menusuk (Pracaya, 2007).

Tungau dibagi menjadi dua macam yaitu tungau parasit dan tungau

predator. Tungau yang berperan sebagai pemangsa atau predator dikategorikan ke

dalam tiga tipe yaitu tipe I, tipe II, dan tipe III. Tungau predator tipe I dibagi

menjadi tiga subtype yaitu IA, IB, dan IC. Subtipe IA merupakan tipe tungau yang

memangsa tungau berspesies Tetranychus, subtipe IB merupakan tungau predator

yang cara memangsanya dengan menggunakan sarang (seperti laba-laba) dan

subtipe IC merupakan pemangsa tungau berspesies Tydeoidea. Tipe tungau yang

lain yaitu tipe II dan dijuluki sebagai tipe predator selektif. Tipe berikutnya yaitu

tipe III yang disebut sebagai predator umum atau generalis (McMurtry et

al.,2013).

Tungau menyerang berbagai tanaman salah satunya yaitu ubi kayu. Jenis

tungau yang menyerang ubi kayu yaitu tungau merah (Tetranychus urticae).

Tungau merah menyerang ubi kayu kemudian berkembang pesat pada keadaan

daerah yang kering. Salah satu solusi yang dapat dipakai untuk menghindari

serangan tungau merah adalah dengan menggunakan varietas tahan yang dinilai

efisien karena murah, mudah, dan tidak mencemari lingkungan (Indiati, 2012).

Tungau merah pada ubi kayu memerlukan suhu yang sedikit rendah yaitu

berkisar 150C agar telurnya dapat menetas. Tahap selanjutnya setelah menetas

yaitu fase larva yang membutuhkan suhu antara 20-250C. Setelah menyelesaikan

siklus hidupnya yaitu sekitar 35-40 hari maka tugau merah akan mati. Gejala yang

Page 5: LAPORAN PRAKTIKUM · LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN BIOEKOLOGI TUNGAU DAN GEJALA KERUSAKANNYA Oleh : Golongan E/Kelompok 5A 1. Arya Widya Kunthi S. (161510501277) 2. Renjana Dyahpastika

5

ditimbulkan tungau merah yaitu adanya bercak-bercak pada daun yang diserang

(Kaur and Zalom, 2017).

Setiap gejala dan serangan yang disebabkan oleh tungau bergantung pada

jenis tungau yang menyerang. Seekor tungau dapat mengkondisikan alat mulutnya

sesuai dengan kondisi tanaman yang akan diserangnya. Terutama bagian

epidermis suatu tanaman akan berpengaruh pada pengondisian alat mulut pada

tungau. Hal ini dapat disebut dengan proses evolusi (Chetverikov dan Craemer,

2015).

Tubuh tungau terdiri dari dua bagian yaitu gnathosoma dan idiosoma.

Gnathosoma merupakan bagian yang meliputi mulut sedangkan idiosoma

merupakan bagian yang terdiri dari kepala, dada, dan perut. Bentuk pada tungau

merah betina berbentuk elips, memiliki panjang 0,4 mm dan memiliki duri

sebayak 12 pasang. Tungau merah jantan berbentuk elips pula dan pada ujung

ekornya berbentuk runcing dan memiliki ukuran lebih kecil daripada tungau

merah betina (Pramudianto dan Kurnia, 2016).

Setiap makhluk hidup mempunyai tahap pertumbuhan dalam hidupnya,

tungau merah juga memiliki tahapan tersebut. Tahapan pertumbuhan pada tungau

merah dibagi menjadi empat yaitu telur, larva, protonimfa, dan deutonimfa. Tahap

ini memiliki ciri khusus yaitu terdapat fase istirahat diantara larva dan protonimfa.

Fase istirahat ini dinamakan protochtysalis sedangkan fase istirahat antara

protonimfa dengan deutonimfa disebut deutochrysalis (Santoso et al., 2014).

Page 6: LAPORAN PRAKTIKUM · LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN BIOEKOLOGI TUNGAU DAN GEJALA KERUSAKANNYA Oleh : Golongan E/Kelompok 5A 1. Arya Widya Kunthi S. (161510501277) 2. Renjana Dyahpastika

6

BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Bioekologi Opt Acara 5 Tentang “Pengenalan Bioekologi

Tungau dan Gejala Kerusakannya” dilaksanakan pada hari Kamis, 02 November

2017 pukul 06.30-08.00 WIB di Laboratorium Ilmu Hama Tumbuhan Jurusan

Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

1. Contoh tungau dan gejala pada tanaman yang ditimbulkannya

3.2.2 Bahan

1. Compound

2. Mikroskop

3. Jarum

3.3 Pelaksanaan Praktikum

1. Menggambar bentuk tungau serta menyebutkan bagian tubunya secara

umum.

2. Memfoto dan mengamati beberapa contoh tungau serta gejala pada

tanaman yang di timbulkannya.

3.4 Variabel Pengamatan

1. Indentifikasi tungau

2. Gejala serangan

3.5 Analisis Data

Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan analisis statistika deskriptif.

Page 7: LAPORAN PRAKTIKUM · LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN BIOEKOLOGI TUNGAU DAN GEJALA KERUSAKANNYA Oleh : Golongan E/Kelompok 5A 1. Arya Widya Kunthi S. (161510501277) 2. Renjana Dyahpastika

7

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Macam-Macam Tungau Dan Gejala Kerusakan Pada Tanaman

KELOMPOK

DAN

KOMODITAS

GAMBAR KETERANGAN

1. Tungau

(Pholyphogustarsonemus

latus)

1. Tungau Kuning

2. Bagian Tubuh :

Memiliki 4 pasang kaki

Berwarna kuning

transparan

Ukuran tubuh <0,5 cm

3. Menyerang bagian daun

Gejala

1. Daun keriting menggulug

ke dalam adanya benang-

benang halus dipermukaan

bawah daun terdapat

bercak kuning pucat

2. Pertumbuhan tunas

terhenti, bunga cabai

menguning dan gugur,

pada serangan berat cabai

tidak dapat berbuah.

3. Bagian yang diserang

yaitu daun.

Page 8: LAPORAN PRAKTIKUM · LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN BIOEKOLOGI TUNGAU DAN GEJALA KERUSAKANNYA Oleh : Golongan E/Kelompok 5A 1. Arya Widya Kunthi S. (161510501277) 2. Renjana Dyahpastika

8

2. Tungau

(Pholyphogustarsonemus

latus)

1. Bagian tubuh tungau :

Gnatosoma : terletak di

bagian anterior yang

terdiri dari semua

bagian alat mulut.

Prodosoma : Segmen

tungkai 1-2

Hyterosoma : Bagian

metapodesoma terdapat

3-4 tungkai.

2. Jenis tungau = tungau

kuning

Gejala

1. Daun cabai menggelintir

dan menguning.

2. Daun berlubang.

3. Tanaman layu dan

mengkerut.

4. Daun kuning akibat

serangan tungau dan

menebal terdapat benang

halus.

3. Tungau (Tetranychus

cinnabarinus boisd)

1. Tungau merah

(Tetranychus cinnabarinus

boisd).

2. Kepala menjadi satu

dengan dada, berkaki 8

dengan panjang tubuh 0,3-

0,5 mm, kaki dan mulut

tungau merah berwarna

Page 9: LAPORAN PRAKTIKUM · LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN BIOEKOLOGI TUNGAU DAN GEJALA KERUSAKANNYA Oleh : Golongan E/Kelompok 5A 1. Arya Widya Kunthi S. (161510501277) 2. Renjana Dyahpastika

9

putih transparan.

3. Tungau merah menyerang

daun, sehingga daun

nampak bercak merah

karat.

4. Ketela pohon, jeruk.

Gejala

1. Daun berwarna kuning dan

menjadi karat.

2. Daun yang terserang akan

tampak benang halus yang

menjadi sarang tungau

pada bagian balik daun,

tanaman menjadi kering

kerdil.

3. Bagian yang diserang yaitu

pada daun.

4. Tungau (Tetranychus

cinnabarinus boisd).

1. Tubuh berwarna merah.

2. Kaki 4 pasang.

3. Menyerang daun

4. Panjang tubuh <0,3-0,5

mm

Page 10: LAPORAN PRAKTIKUM · LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN BIOEKOLOGI TUNGAU DAN GEJALA KERUSAKANNYA Oleh : Golongan E/Kelompok 5A 1. Arya Widya Kunthi S. (161510501277) 2. Renjana Dyahpastika

10

Gejala

1. Menyebabkan bercak

merah karat pada daun.

2. Serangan hebat membuat

tanaman kerdil.

5. Tungau

(Pholyphogustarsonemus

latus)

1. Memiliki 4 pasang kaki

2. Warna kuning transparan

3. Ukuran tubuh <0,5 cm

4. Menyerang bagian daun

Gejala

1. Muncul bintik kuning di

permukaan daun kemudian

menyebar keseluruh

bagian daun dan berwarna

coklat dan menghitam

2. Daun keriting, daun

menggulung ke arah

bawah, menebal

Page 11: LAPORAN PRAKTIKUM · LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN BIOEKOLOGI TUNGAU DAN GEJALA KERUSAKANNYA Oleh : Golongan E/Kelompok 5A 1. Arya Widya Kunthi S. (161510501277) 2. Renjana Dyahpastika

11

membentuk sendok

terbalik.

6. Tungau (Tetranychus

urticae koch).

1. Bagian tungau bercak dua

:

Alat mulut penusuk dan

penghisap.

Memiliki 4 pasang

kaki.

Terdapat kapitulum

Mempunyai dorsal

Tidak mempunyai

rambut di seluruh

tubuh.

Berbentuk oval,

panjang 0,3-0,4 mm.

Berwarna kuning pucat

dengan bercak hitam.

2. Tanaman yang diserang

yaitu tanaman terong.

Gejala

1. Warna daun dan tunas

kuning.

2. Selanjutnya coklat dan

kering.

3. Menularkan virus saat

kemarau.

Page 12: LAPORAN PRAKTIKUM · LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN BIOEKOLOGI TUNGAU DAN GEJALA KERUSAKANNYA Oleh : Golongan E/Kelompok 5A 1. Arya Widya Kunthi S. (161510501277) 2. Renjana Dyahpastika

12

4.1.1 Data Kelompok

Berdasarkan tabel diatas tungau yang menyerang pada tanaman terong

yaitu tungau kuning (Pholyphogustarsonemus latus). Tungau ini memiliki ukuran

tubuh <0,5 mm, memiliki 4 pasang kaki, berwarna kuning transparan dan

menyerang pada bagian daun. Gejala yang diserang pada tanaman ini yaitu

muncul bintik kuning di permukaan daun yang kemudian menyebar keseluruh

bagian daun dan berwarna coklat dan menghitam, daun pada tanaman akan

keriting dan menggulung ke arah bawah, menebal membentuk sendok terbalik.

4.1.2 Data Golongan

Berdasarkan tabel diatas pada kelompok 1 dan 2 mengamati tungau pada

tanaman cabai. Tungau yang ditemukan adalah tungau kuning yang memiliki

ukuran tubuh <0,5 mm, memiliki 4 pasang kaki, berwarna kuning transparan dan

menyerang pada bagian daun. Gejala yang diserang pada tanaman ini yaitu

muncul bintik kuning di permukaan daun yang kemudian menyebar keseluruh

bagian daun dan berwarna coklat dan menghitam, daun pada tanaman akan

keriting dan menggulung ke arah bawah, menebal membentuk sendok terbalik.

Pada kelompok 3 dan 4 mengamati tungau pada tanaman singkong. Tungau yang

ditemukan yaitu tungau merah, tungau ini memiliki ciri kepala, thorak dan

abdomen menyatu menjadi badan, dan mulut tungau yang berwarna putih

transparan. Pada kelompok 6 yang diamati yaitu tungau bercak dua yang memiliki

ciri yang berbeda dengan tungau yang disebutkan sebelumnya yaitu pada bagian

sisi samping tungau ini berwarna kuning pucat dengan bercak hitam. Tungau ini

menyerang pada saat musim kemarau.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Indiati (2012), tanaman ubi

kayu yang diletakkan pada rumah kaca diserang pada umur enam minggu dan

gejala yang ditimbulkan mulai muncul. Tungau merah merupakan tungau yang

menyerang tanaman singkong dan sejenis ubi lainnya. Tungau ini memiliki ciri-

ciri kepala yang satu dengan dada, memiliki kaki 8 dengan panjang tubuh <0,5

Page 13: LAPORAN PRAKTIKUM · LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN BIOEKOLOGI TUNGAU DAN GEJALA KERUSAKANNYA Oleh : Golongan E/Kelompok 5A 1. Arya Widya Kunthi S. (161510501277) 2. Renjana Dyahpastika

13

mm, kaki dan mulut berwarna putih transparan. Tipe mulut tungau yang mampu

menusuk dan menghisap cairan pada tanaman mengakibatkan tanaman menjadi

kering karena kekurangan cairan sel. Serangan tungau merah pada tanaman ubi

terjadi pada saat musim kemarau. Gejala serangan dari tungau merah berupa

bintik-bintik merah pada tulang daun ubi kayu kemudian bintik-bintik tersebut

menyebar ke seluruh bagian daun sehingga menyebabkan nekrosis dan warna

daun berubah menjadi warna coklat. Gejala yang ditimbulkan mempunyai tahap

mulai dari muncul bintik, hingga jika sudah parah dapat menyebabkan daun

kering dan rontok.

Menurut Moekasan dan Prabaningrum (2012), iklim yang mengalami

perubahan tidak menentu mempengaruhi budidaya tanaman salah satunya

budidaya tanaman cabai merah. Kemunculan organisme pengganggu tanaman

menjadi salah satu dampak yang diakibatkan oleh perubahan iklim yang tidak

menentu. Salah satu organisme parasit yang menyerang tanaman cabai pada saat

penelitian yaitu tungau Polyphagotarsonemus latus atau dapat disebut tungau teh

kuning dan dapat ditemukan pada daun pucuk. Sama halnya tungau merah, tungau

kuning memiliki bentuk tubuh oval dan memiliki panjang tubuh <0,5 mm. Gejala

yang disebabkan oleh tungau teh kuning adalah terdapat bercak kuning pada daun

dan akan mengarah ke bercak coklat nantinya, selain itu gejala lainnya adalah

pertumbuhan tanaman cabai menjadi terhambat sehingga akan menjadikan

tanaman cabai tersebut menjadi tanaman kerdil. Tungau kuning dapat

bereproduksi sangat cepat sehingga sangat sulit untuk membasmi tungau ini.

Tanaman terong merupakan jenis sayuran yang termasuk dalam tanaman

musiman. Penurunan produktivitas terong dapat terjadi jika tanaman tersebut

rusak atau mati. Penyebab terjadinya penurunan dari hasil produktivitas tanaman

terong salah satunya adalah terserang oleh tungau. Tungau yang menyerang

tanaman terong antara lain tungau kuning, tungau bercak dua dan tungau merah.

Suhu lingkungan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan serta

reproduksi tungau. Tungau bercak dua (Tetranychus urticae koch) memiliki ciri

mulut yang dapat menusuk dan menghisap cairan tanaman, memiliki bentuk

badan oval dan berkaki 8, yang membedakan tungau bercak dua dengan tungau

Page 14: LAPORAN PRAKTIKUM · LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN BIOEKOLOGI TUNGAU DAN GEJALA KERUSAKANNYA Oleh : Golongan E/Kelompok 5A 1. Arya Widya Kunthi S. (161510501277) 2. Renjana Dyahpastika

14

lainnya yaitu pada kedua sisi badannya yang berwarna kuning pucat dengan

bercak hitam. Gejala yang ditimbulkan akibat serangan ini adalah terdapat bercak

kuning pada daun yang diserang, pada bagian bawah daun akan tampak seperti

warna tembaga dan terdapat benang-benang halus. Tungau bercak dua dapat

berkembang lebih cepat saat suhu mencapai 25˚C, namun perkembangan tungau

dapat terhambat bila suhu lingkungan mengalami kenaikan (Kaur and Zalom,

2017).

Page 15: LAPORAN PRAKTIKUM · LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN BIOEKOLOGI TUNGAU DAN GEJALA KERUSAKANNYA Oleh : Golongan E/Kelompok 5A 1. Arya Widya Kunthi S. (161510501277) 2. Renjana Dyahpastika

15

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Tungau adalah sejenis laba-laba yang memiliki ciri morfologi tidak

bersegmen,memiliki bentuk tubuh bulat atau oval, memiliki 4 pasang kaki,

memiliki kepala, thoraks dan abdomen yang menyatu menjadi badan, dan

memiliki alat pernafasan pada dinding tubuh.

2. Tanaman yang terserang oleh tungau akan memiliki gejala terdapat bercak

kuning atau merah pada daun disertai lubang, daun menggulung ke arah

bawah dan menebal, dan juga membuat daun menjadi kering. Pada

serangan yang parah akan membuat tanaman menjadi kerdil sehingga

dapat menurunkan produktivitas tanaman tersebut,.

5.2 Saran

Pelaksanaan praktikum Pengenalan Biekologi Tungau dan Gejala

Kerusakannya berjalan dengan baik, kekurangan dalam pelaksanaan acara ini

yaitu peralatan yang tersedia di laboratorium minim jumlahnya sehingga

praktikan harus bergantian menggunakannya dan memakan waktu yang lebih

lama. Sebaiknya untuk peralatan yang akan digunakan dalam praktikum lebih

diperbanyak lagi.

Page 16: LAPORAN PRAKTIKUM · LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN BIOEKOLOGI TUNGAU DAN GEJALA KERUSAKANNYA Oleh : Golongan E/Kelompok 5A 1. Arya Widya Kunthi S. (161510501277) 2. Renjana Dyahpastika

16

DAFTAR PUSTAKA

Chetverikov, Philipp E., dan Charnie Craemer. 2015. Gnthosomal Interlocking

Apparatus and Remarks on Functional Morphology of Frontal Lobes of

Eriophyoid Mites (Acariformes, Eriophyoidea). Crossmark. 1(3) : 32-48.

Indiati, S.W. 2012. Ketahanan Varietas/Klon Ubikayu Umur Genjah terhadap

Tungau Merah. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, 31(1): 53 – 59.

Kaur, P and F. G. Zalom. 2017. Effect of temperature on the development of

Tetranychus urticae and Eotetranychus on strawberry. Entomologi and

Zoology Studies, 5(4): 441-444.

Moekasan, T.K dan Prabaningrum L. 2012. Penggunaan Rumah Kasa untuk

Mengatasi Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan pada Tanaman

Cabai Merah di Dataran Rendah,J Hort, 22(1): 66-76.

McMurtry, J. A., Gilberto J. D. M and Nazer F. S. 2013. Revision of The Lifestyle

of Phytoseiid Mites (Acari : Phytoseiidae) and Implications for Biological

Control Strategies. Systematic & Applied Acarologi, 18(4): 297-320.

Pracaya. 2007. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya.

Pramurdianto dan Kurnia P. S. 2016. Tungau Merah (Tetranychus Urticae Koch)

pada Tanaman Ubikayu dan Cara Pengendaliannya. Buletin Palawija, 14(1):

36 – 48.

Santoso, S., Aunu R., Nelly M. G., Elna K dan Widi R. 2014. Biologi dan

Kelimpahan Tungau Merah Tetranychus sp. (Acari : Tetranychidae) pada

Dua Kultivar Jarak Pagar (Jatropha curcas). Jurnal Entomologi Indonesia,

11(1): 34 – 42.

Page 17: LAPORAN PRAKTIKUM · LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN BIOEKOLOGI TUNGAU DAN GEJALA KERUSAKANNYA Oleh : Golongan E/Kelompok 5A 1. Arya Widya Kunthi S. (161510501277) 2. Renjana Dyahpastika

17

LAMPIRAN

1. Lembar ACC dan Flowchart

Gambar 1. Tabel ACC

Page 18: LAPORAN PRAKTIKUM · LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN BIOEKOLOGI TUNGAU DAN GEJALA KERUSAKANNYA Oleh : Golongan E/Kelompok 5A 1. Arya Widya Kunthi S. (161510501277) 2. Renjana Dyahpastika

18

Gambar 2. Tabel ACC

Page 19: LAPORAN PRAKTIKUM · LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN BIOEKOLOGI TUNGAU DAN GEJALA KERUSAKANNYA Oleh : Golongan E/Kelompok 5A 1. Arya Widya Kunthi S. (161510501277) 2. Renjana Dyahpastika

19

Gambar 3. Tabel ACC

Page 20: LAPORAN PRAKTIKUM · LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN BIOEKOLOGI TUNGAU DAN GEJALA KERUSAKANNYA Oleh : Golongan E/Kelompok 5A 1. Arya Widya Kunthi S. (161510501277) 2. Renjana Dyahpastika

20

Gambar 4. Tabel ACC

Page 21: LAPORAN PRAKTIKUM · LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN BIOEKOLOGI TUNGAU DAN GEJALA KERUSAKANNYA Oleh : Golongan E/Kelompok 5A 1. Arya Widya Kunthi S. (161510501277) 2. Renjana Dyahpastika

21

Gambar 5. Tabel ACC

Page 22: LAPORAN PRAKTIKUM · LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN BIOEKOLOGI TUNGAU DAN GEJALA KERUSAKANNYA Oleh : Golongan E/Kelompok 5A 1. Arya Widya Kunthi S. (161510501277) 2. Renjana Dyahpastika

22

Gambar 6. Tabel ACC

Page 23: LAPORAN PRAKTIKUM · LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN BIOEKOLOGI TUNGAU DAN GEJALA KERUSAKANNYA Oleh : Golongan E/Kelompok 5A 1. Arya Widya Kunthi S. (161510501277) 2. Renjana Dyahpastika

23

Gambar 7. Tabel ACC

Page 24: LAPORAN PRAKTIKUM · LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN BIOEKOLOGI TUNGAU DAN GEJALA KERUSAKANNYA Oleh : Golongan E/Kelompok 5A 1. Arya Widya Kunthi S. (161510501277) 2. Renjana Dyahpastika

24

Gambar 8. Tabel ACC

Page 25: LAPORAN PRAKTIKUM · LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN BIOEKOLOGI TUNGAU DAN GEJALA KERUSAKANNYA Oleh : Golongan E/Kelompok 5A 1. Arya Widya Kunthi S. (161510501277) 2. Renjana Dyahpastika

25

Gambar 9. Flowchart Arya Widya (16-1277)

Page 26: LAPORAN PRAKTIKUM · LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN BIOEKOLOGI TUNGAU DAN GEJALA KERUSAKANNYA Oleh : Golongan E/Kelompok 5A 1. Arya Widya Kunthi S. (161510501277) 2. Renjana Dyahpastika

26

Gambar 10. Flowchart Renjana D. A (16-1281)

Page 27: LAPORAN PRAKTIKUM · LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN BIOEKOLOGI TUNGAU DAN GEJALA KERUSAKANNYA Oleh : Golongan E/Kelompok 5A 1. Arya Widya Kunthi S. (161510501277) 2. Renjana Dyahpastika

27

Gambar 11. Flowchart Taufiq Iradah (16-1289)

Page 28: LAPORAN PRAKTIKUM · LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN BIOEKOLOGI TUNGAU DAN GEJALA KERUSAKANNYA Oleh : Golongan E/Kelompok 5A 1. Arya Widya Kunthi S. (161510501277) 2. Renjana Dyahpastika

28

DOKUMENTASI

Gambar 12. Tungau Kuning (Pholyphogustarsonemus latus) pada cabai

Gambar 13. Gejala yang diakibatkan oleh tungau kuning

Page 29: LAPORAN PRAKTIKUM · LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN BIOEKOLOGI TUNGAU DAN GEJALA KERUSAKANNYA Oleh : Golongan E/Kelompok 5A 1. Arya Widya Kunthi S. (161510501277) 2. Renjana Dyahpastika

29

Gambar 14. Tungau merah (Tetranychus cinnabarinus boisd) pada tanaman

singkong

Gambar 15. Gejala yang diakibat oleh serangan tungau merah

Page 30: LAPORAN PRAKTIKUM · LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN BIOEKOLOGI TUNGAU DAN GEJALA KERUSAKANNYA Oleh : Golongan E/Kelompok 5A 1. Arya Widya Kunthi S. (161510501277) 2. Renjana Dyahpastika

30

Gambar 15. Tungau bercak dua (Tetranychus urticae koch) pada tanaman terong

Gambar 16. Gejala yang diakibat oleh serangan tungau bercak dua

Page 31: LAPORAN PRAKTIKUM · LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN BIOEKOLOGI TUNGAU DAN GEJALA KERUSAKANNYA Oleh : Golongan E/Kelompok 5A 1. Arya Widya Kunthi S. (161510501277) 2. Renjana Dyahpastika

31

LITERATUR

Indiati, S.W. 2012. Ketahanan Varietas/Klon Ubikayu Umur Genjah terhadap

Tungau Merah. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, 31(1): 53 – 59.

Page 32: LAPORAN PRAKTIKUM · LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN BIOEKOLOGI TUNGAU DAN GEJALA KERUSAKANNYA Oleh : Golongan E/Kelompok 5A 1. Arya Widya Kunthi S. (161510501277) 2. Renjana Dyahpastika

32

Kaur, P and F. G. Zalom. 2017. Effect of temperature on the development of

Tetranychus urticae and Eotetranychus on strawberry. Entomologi and

Zoology Studies, 5(4): 441-444.

Page 33: LAPORAN PRAKTIKUM · LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN BIOEKOLOGI TUNGAU DAN GEJALA KERUSAKANNYA Oleh : Golongan E/Kelompok 5A 1. Arya Widya Kunthi S. (161510501277) 2. Renjana Dyahpastika

33

Moekasan, T.K dan Prabaningrum L. 2012. Penggunaan Rumah Kasa untuk

Mengatasi Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan pada Tanaman

Cabai Merah di Dataran Rendah,J Hort, 22(1): 66-76.

Page 34: LAPORAN PRAKTIKUM · LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN BIOEKOLOGI TUNGAU DAN GEJALA KERUSAKANNYA Oleh : Golongan E/Kelompok 5A 1. Arya Widya Kunthi S. (161510501277) 2. Renjana Dyahpastika

34

Santoso, S., Aunu R., Nelly M. G., Elna K dan Widi R. 2014. Biologi dan

Kelimpahan Tungau Merah Tetranychus sp. (Acari : Tetranychidae) pada

Dua Kultivar Jarak Pagar (Jatropha curcas). Jurnal Entomologi Indonesia,

11(1): 34 – 42.

Page 35: LAPORAN PRAKTIKUM · LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN BIOEKOLOGI TUNGAU DAN GEJALA KERUSAKANNYA Oleh : Golongan E/Kelompok 5A 1. Arya Widya Kunthi S. (161510501277) 2. Renjana Dyahpastika

35

Pracaya. 2007. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya.

Pramurdianto dan Kurnia P. S. 2016. Tungau Merah (Tetranychus Urticae Koch)

pada Tanaman Ubikayu dan Cara Pengendaliannya. Buletin Palawija, 14(1):

36 – 48.

Page 36: LAPORAN PRAKTIKUM · LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN BIOEKOLOGI TUNGAU DAN GEJALA KERUSAKANNYA Oleh : Golongan E/Kelompok 5A 1. Arya Widya Kunthi S. (161510501277) 2. Renjana Dyahpastika

36

McMurtry, J. A., Gilberto J. D. M and Nazer F. S. 2013. Revision of The Lifestyle

of Phytoseiid Mites (Acari : Phytoseiidae) and Implications for Biological

Control Strategies. Systematic & Applied Acarologi, 18(4): 297-320.

Page 37: LAPORAN PRAKTIKUM · LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN BIOEKOLOGI TUNGAU DAN GEJALA KERUSAKANNYA Oleh : Golongan E/Kelompok 5A 1. Arya Widya Kunthi S. (161510501277) 2. Renjana Dyahpastika

37

Kaur, P., dan F. G. Zalom. 2017. Effect of Temperature on The Development of

Tetranychus urticae and Eotetranychus lewisi on Strawberry. Entomology

and Zoology Studies, 5(4): 441-444.

Page 38: LAPORAN PRAKTIKUM · LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN BIOEKOLOGI TUNGAU DAN GEJALA KERUSAKANNYA Oleh : Golongan E/Kelompok 5A 1. Arya Widya Kunthi S. (161510501277) 2. Renjana Dyahpastika

38

Chetverikov, Philipp E., dan Charnie Craemer. 2015. Gnthosomal Interlocking

Apparatus and Remarks on Functional Morphology of Frontal Lobes of

Eriophyoid Mites (Acariformes, Eriophyoidea). Crossmark. 1(3) : 32-48