Upload
deonardo-hermawan
View
186
Download
25
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM
PERCOBAAN - 02
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT PADAT
Rekristalisasi dan Titik Leleh
Nama/NIM : Yulia Lie Yanda / 10711107
Kelompok : VII 2
Nama/NIM asisten : Bill / 20511015
Hari, tanggal praktikum : Rabu, 19 September 2012
LABORATORIUM KIMIA ORGANIK
PROGRAM STUDI KIMIA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BANDUNG
2012
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT PADAT
Rekristalisasi dan Titik Leleh
I. Tujuan Percobaan
Menentukan pelarut yang cocok untuk rekristalisasi
Menentukan massa zat padat murni dan pengotor dan persen rendemennya
Menentukan titik leleh kristal hasil kalibrasi dan sublimasi
II. Prinsip Percobaan
Prinsip pemisahan atau pemurnian zat padat dengan teknik rekristalisasi didasarkan pada
adanya perbedaan kelarutan zat-zat padat dalam pelarut tertentu, baik dalam pelarut
murni atau dalam pelarut campuran. Pelarut yang baik adalah pelarut yang tidak bereaksi
dengan zat padat yang akan direkristalisasi, zat padatnya harus mempunyai kelarutan
terbatas, zat padatnya mempunyai kelarutan yang tinggi dalam suhu didih pelarutnya,
titik didih pelarut tidak melebihi titik leleh zat padat yang akan direkristalisasi, zat
pengotor yang tidak diinginkan harus sangat larut dalam pelarut pada suhu kamar, dan
pelarut harus cukup volatile. Titik leleh senyawa murni adalah suhu dimana fasa padat
dan fasa cair senyawa tersebut, berada dalam kesetimbangan pada 1 atm. Cara lain untuk
memisahkan zat padat adalah dengan teknik sublimasi, yaitu analog dengan proses
distilasi dimana zat padat berubah langsung menjadi gasnya dalam fasa cair, kemudian
terkondensasi menjadi padatan.
III. Data Pengamatan
1. Kristalisasi Asam Benzoat dalam air
As. benzoat kotor As. Benzoat bersih
Titik leleh 118-119 °C 116-117 °C
massa 1,5 gram 0,232 gram
bentuk Butiran putih kebiruan Bubuk halus putih
2. Sublimasi
Naftalen kotor Naftalen bersih
Titik leleh 75 °C 78-79 °C
Massa 1 gram 0,235 gram
Bentuk serbuk Lembaran halus
IV. Pengolahan Data
1. Kristalisasi asam benzoat
Massa as. Benzoat kotor: 1,5 gram
Massa as. Benzoat bersih: 0,232 gram
% asambenzoat=0,2321,5
x100%=15.467 %
2. Sublimasi naftalen
Massa naftalen kotor : 1 gram
Massa naftalen bersih : 0,235 gram
% naftalen=0,2351
x100 %=23,5 %
V. Pembahasan
Teknik pemisahan dan pemurnian zat padat yang dilakukan pada percobaan ini adalah
rekristalisasi dan sublimasi. Rekristalisasi adalah proses pembentukan kembali kristal
yang sebelumnya telah dilarutkan dengan tujuan mendapatkan kristal yang lebih murni.
Sedangkan sublimasi adalah analog dengan proses distilasi dimana zat padat berubah
langsung menjadi gasnya tanpa melalui fasa cair, kemudian terkondensasi menjadi
padatan.
Pada percobaan pertama, rekristalisasi asam benzoat dalam air, digunakan pelarut panas
untuk melarutkan asam benzoat karena senyawa padat akan lebih mudah larut dalam
pelarut panas daripada pelarut dingin. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi suhu,
energi atau kereaktifan dalam menguraikan molekul-molekul padat supaya larut semakin
tinggi. Pelarut panas yang digunakan pada percobaan ini adalah air karena sifatnya yang
sama seperti asam benzoat, yaitu bersifat polar. Kemudian larutan kembali dipanaskan
untuk mempermudah pelarutan asam benzoat. Penambahan norit pada larutan bertujuan
untuk menyerap zat warna dan mengikat zat pengotor yang ada yang dikenal dengan
istilah absorben. Kemudian disaring dan dikeringkan sehingga diperoleh kristal asam
benzoat murni berbentuk serbuk halus dengan berat 0,232 gram atau sekitar 15,47 % dari
berat awal.
Kristal yang telah terbentuk diuji kemurniannya dengan trayek titik leleh. Semakin dekat
trayek yang diperoleh dengan literatur artinya Kristal yang diperoleh semakin murni.
Pada literatur, titik leleh asam benzoat adalah 121°C sedangkan dari praktikum diperoleh
trayek titik leleh 116-117°C. hal ini berarti Kristal mulai meleleh pada suhu 116°C dan
meleleh seutuhnya pada suhu 117°C. perbedaan trayek titik leleh disebabkan karena
masih adanya zat pengotor pada kristal akibat proses penyaringan yang tidak sempurna.
Zat pengotor menyebabkan ikatan-ikatan pada struktur asam benzoat melemah sehingga
mudah diputus. Hal ini menyebabkan titik leleh lebih rendah. Selain itu, kristal mungkin
masih mengandung air akibat proses pengeringan yang tidak sempurna sehingga titik
leleh lebih rendah dan juga disebabkan karena kesalahan praktikan dalam membaca
termometer saat mengamati kapan kristal pertama kali meleleh dan meleleh seutuhnya.
Percobaan kedua adalah sublimasi naftalen. Pemurnian naftalen menggunakan teknik
sublimasi karena sifatnya yang mudah menyublim dan merupakan padatan kristal yang
tidak berwarna. Pada proses pemurnian, cawan ditutup dengan kaca arloji untuk melihat
perubahan warna pada kamper tapi tetap mengisolasi massa naftalen didalam sistem dan
diatasnya diberi bongkahan es yang berfungsi untuk mendinginkan uap kamper sehingga
kamper yang menyublim bisa langsung berubah menjadi fasa padat tanpa melalui fasa
cair dan dapat langsung dipisahkan dari pengotornya. Dari hasil percobaan, diperoleh
0,235 gram naftalen murni atau sekitar 23,5 % berat semula.
Trayek titik leleh yang diperoleh dari hasil percobaan adalah 78-79°C. artinya, zat mulai
meleleh pada suhu 78°C dan seluruhnya meleleh pada suhu 79° C. sedangkan menurut
literatur, titik leleh naftalen adalah 80,2°C. berarti hasil naftalen yang didapat belum
murni. Terdapat perbedaan titik leleh yang disebabkan karena pemanasan yang terlalu
lama, kesalahan pembacaan skala oleh praktikan, tutup cawan tidak terlalu rapat pada
saat diuapkan. Kristal naftalen yang didapat berbentuk jarum dengan bentuk yang lebih
tipis dan jernih daripada kristal sebelum sublimasi.
VI. Kesimpulan
Pelarut yang cocok untuk rekristalisasi adalah pelarut panas karena padatan lebih
mudah larut pada pelarut panas daripada pelarut dingin. Semakin tinggi suhu, energi
atau kereaktifan dalam menguraikan molekul-molekul padat supaya larut semakin
tinggi. Untuk asam benzoat, pelarut panas yang digunakan adalah air.
Massa asam benzoat murni yang diperoleh dari proses rekristalisasi adalah 0,232 gram
atau sekitar 15,47 % dan massa naftalen yang diperoleh dari proses sublimasi adalah
0,235 gram atau sekitar 23,5 %
Trayek titik leleh asam benzoat yang telah direkristalisasi adalah 116-117°C
sedangkan menurut literatur adalah 121°C. hal ini disebabkan masih adanya zat
pengotor pada kristal akibat proses penyaringan yang tidak sempurna, kristal masih
mengandung air akibat proses pengeringan yang tidak sempurna, dan kesalahan
praktikan dalam membaca termometer saat mengamati kapan kristal pertama kali
meleleh dan meleleh seutuhnya.
Trayek titik leleh naftalen adalah 78-79°C sedangkan menurut literatur adalah 80,2°C.
perbedaan trayek titik leleh disebabkan karena pemanasan yang terlalu lama,
kesalahan pembacaan skala oleh praktikan, dan tutup cawan tidak terlalu rapat pada
saat diuapkan.
VII.Daftar Pustaka
http://en.wikipedia.org/wiki/Naphthalene (29 September 2012 pukul 20.10)
http://en.wikipedia.org/wiki/Benzoic_acid (29 September 2012 pukul 20.05)
http://siti-khairun-nisa.blogspot.com/2012/03/pemisahan-dan-pemurnian-zat.html
(29 September 2012, pukul 20.18)