48
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL HOLTIKULTURA Teknologi Pengalengan Produk Olahan Hortikultura (Chutney) Oleh : Naila Fauzia 1307342 Sari Nurmayani 1305544 Tiara Rismayanti 1305772 Utari Nuramalia 1300751 Kelompok 6 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI FAKULTAS PENDIDIKAN DAN TEKNOLOGI KEJURUAN

Laporan Praktikum_Sari Nurmayani dkk_Hortikultura_Pengalengan Chutney.docx

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUMTEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL HOLTIKULTURATeknologi Pengalengan Produk Olahan Hortikultura (Chutney)

Oleh :Naila Fauzia1307342Sari Nurmayani1305544Tiara Rismayanti1305772Utari Nuramalia 1300751Kelompok 6

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRIFAKULTAS PENDIDIKAN DAN TEKNOLOGI KEJURUANUNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA2015

I. TEORI

I.1 TomatA. Morfologi Tomat Tomat mempunyai akar tunggang yang tumbuh menembus kedua tanah dan akar serabut yang tumbuh menyebar kearah samping. Tetapi dangkal. Batang tanaman tomat berbentuk persegi empat hingga bulat, berbatang lunak tetapi cukup kuat, berbulu atau berambut halus dan diantara bulu-bulu tersebut terdapat rambut kelenjar. Batang tanaman berwama hijau. Pada ruas batang mengalami penebalan dan pada ruas bagian bawah tumbuh akar-akar pendek. Selain itu batang tamanan tomat dapat bercabang dan diameter cabang lebih besar jika dibanding dengan jenis tanaman sayur lainya. Daun tanaman tomat berbentuk oval bagian tepi daun bergerigi dan membentuk celah-celah yang menyirip serta agak melengkung kedalam. Daun berwama hijau dan merupakan daun majemuk ganjil yang berjumlah sekitar 3-6 cm. Diantara daun yang berukuran besar biasanya tumbuh 1-2 daun yang berukuran kecil. Daun majemuk pada tanaman tomat tumbuh berselang-seling atau tersusun spiral mengelilingi batang tanaman. Bunga tomat berukuran kecil, diameternya sekitar 2 cm dan berwama kuning cerah, kelopak bunga berjumlah 5 buah dan berwarna hijau terdapat pada bagian terindah dari bunga tomat warnanya kuning cerah berjumlah 6 buah. Bunga tomat merupakan bunga sempurna karena benang sari atau tepung sari dan kepala putik atau kepala benang sari terbentuk pada bunga yang sama. Bentuk buah tomat bervariasi, tergantung varietasnya ada yang berbentuk bulat, agak bulat, agak lonjong dan bulat telur (oval). Ukuran buahnya juga bervariasi, yang paling kecil memiliki berat 8 gram dan yang besar memiliki berat 180 gram. Buah yang masih muda berwama hijau muda, bila telah matang menjadi merah (Cahyono, 1998). Tanaman tomat memiliki beberapa jenis yaitu ; a. Tomat biasa (L. commune) Bentuk buahnya bulat pipih dan beralur-alur didekat tangkainya serta lunak. Tomat ini banyak ditanam oleh petani dan mudah didapat di pasar. b. Tomat apel (L. pyriforme) Bentuk buahnya bulat, kokoh dan agak keras sedikit seperti buah apel. Tomat apel ini merupakan blasteran dari berbagai jenis tomat menghasilkan buah yang besar dan lebat. c. Tomat kentang (L. grandiforlum) Bentuk bualmya agak lonjong dan keras, daunya keriting, rimbun dan berwama hijau kelam. Varietas-varietas tomat yang besar di antaranya Geraldton smooth skin dan Indian river, varietas ini banyak ditanam ditanah dataran tinggi-Varietas tomat yang berbuah sedang diantaranya: Money maker, liar yang agak tahan terhadap penyakit layu dan air hujan (Soewito, 1987). B. Kandungan zat gizi buah tomat Tomat merupakan salah satu makanan yang bergizi tinggi, kandungan gizi tomat masak dapat dilihat pada tabel 1.

C. Kerusakan pada tomatTomat merupakan komoditi yang mudah rusak karena kandungan airnya yang cukup tinggi, bila penyimpanan tidak diperhatikan maka dapat menimbulkan kerusakan yang akan mempercepat proses pembusukan. Kerusakan itu diantaranya kerusakan mekanis, biologis dan mikrobiologis. Tomat sebaiknya disimpan pada suhu rendah karena dengan penurunan suhu akan menghambat proses kerusakan-kerusakan. Tapi penyimpanan dalam waktu yang lama di suhu rendah juga menyebabkan buah menjadi keriput oleh karena terjadi kerusakaan sel dan struktur jaringan pada buah. Maka penyimpanan sebaiknya tidak untuk waktu yang lama (Desrosier,1998).I.2 SirsakTanaman sirsak termasuk tanaman tahunan yang dapat tumbuh dan berbuah sepanjang tahun, apabila air tanah mencukupi selama pertumbuhannya. Di Indonesia tanaman sirsak menyebar dan tumbuh baik mulai dari daratan rendah beriklim kering sampai daerah basah dengan ketinggian 1.000 meter dari permukaan laut (Septiatin, 2009 dan Radi, 1998). Daun sirsak berwarna hijau muda sampai hijau tua memiliki panjang 6-18 cm, lebar 3-7 cm, bertekstur kasar, berbentuk bulat telur, ujungnya lancip pendek, daun bagian atas mengkilap hijau dan gundul pucat kusam di bagian bawah daun, berbentuk lateral saraf. Daun sirsak memiliki bau tajam menyengat dengan tangkai daun pendek sekitar 3-10 mm. (Radi, 1998). Daun yang berkualitas adalah daun sirsak dengan kandungan antioksidan yang tinggi terdapat pada daun yang tumbuh pada urutan ke-3 sampai urutan ke-5 dari pangkal batang daun dan dipetik pukul 5-6 pagi (Zuhud, 2011). Komposisi daun sirsak meliputi: Alkaloid, acetogenin, Asam amino, Karbohidrat, Protein, Lemak, Polifenol (termasuk di dalamnya flavonoid), Minyak esensial, Terpen dan Senyawa aromatik (Vega dkk., 2007).Bunga pada tanaman sirsak berbentuk tunggal (flos simplex) yaitu satu bunga terdapat banyak putik sehingga dinamakan bunga berpistil majemuk. Bagian bunga tersusun secara hemicylis, yaitu sebagian terdapat dalam lingkaran yang lain spiral atau terpencar. Mahkota bunga berjumlah 6 sepalum yang terdiri atas 2 lingkaran, bentuknya hampir segi tiga, tebal dan kaku, berwarna kuning keputih-putihan, dan setelah tua mekar, kemudian lepas dari dasar bunganya. Putik dan benang sari lebar dengan banyak karpel (bakal buah). Bunga keluar dari ketiak daun, cabang, ranting, atau pohon. bunga umumnya sempurna, tetapi terkadang hanya bunga jantan dan bunga betina saja dalam satu pohon. Bunga melakukan penyerbukan silang, karena umumnya tepung sari matang lebih dahulu sebelum putiknya (Radi, 1998). Buah sirsak memiliki bentuk sejati berganda (agregat fruit) yaitu buah yang berasal dari satu bunga dengan banyak bakal buah tetapi membentuk satu buah. buah memiliki duri sisik halus. Apabila sudah tua daging buah berwarna putih, lembek, dan berserat dengan banyak biji berwarna coklat kehitaman (Radi, 1998). Biji buah sirsak berwarna coklat agak kehitaman dan keras, berujung tumpul, permukaan halus mengkilat dengan ukuran panjang kira-kira 16,8 mm dan lebar 9,6 mm. jumlah biji dalam satu buah bervariasi, berkisar antara 20-70 butir biji normal, sedangkan yang tidak normal berwarna putih kecoklatan dan tidak berisi (Radi, 1998). Tanaman sirsak (Annona muricata Linn.) termasuk tanaman tahunan dengan sistematik sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Ordo : Dicotyldonae Classis : Ranunculales Familia : Annonaceae Genus : Annona Species : Annona muricata Linn. (Depkes RI, 2001) I.3 Rempah-rempahBumbu dan rempah-rempah merupakan bahan hasil pertanian yang digunakan sebagai sumber citarasa (aroma, warna dan rasa). Rempah-rempah ini sebagian mengandung oleoresin sehingga mempunyai aroma dan rasa yang tajam dan spesifik. Bumbu dan rempah-rempah biasanya digunakan untuk bahan penyedap masakan dan banyak juga yang menjadikan serta menggunakan bumbu dan rempah-rempah sebagai bahan baku pembuatan obat dan jamu. Banyak manfaat yang dapat diambil dari bumbu dan rempah-rempah untuk berbagai keperluan, misalnya untuk keperluan industry yang menggunakan bumbu dan rempah sebagai bahan baku pembuatan jamu, farmasi yang menggunakan bumbu dan rempah sebagai bahan tambahan yang alami untuk pembuatan obat, dan pada rumah tangga yang paling banyak menggunakan bumbu dan rempah sebagai bahan penyedap masakan. (Anonim, 2006)I.4 Olahan buah tomat dan buah sirsakNilai ekonomis dari buah tomat dan buah sirsak ini menjadikan modal untuk pengusaha industri yang bergerak dibidang makanan. Bagaimama cara mengembangkan dan mengubah buah tomat ini menjadi bentuk olahan yang tahan lama, lebih menarik untuk di konsumsi dan memiliki nilai daya jual yang tinggi. Sekarang ini telah banyak dihasilkan produk yang berbahan dasar tomat seperti saus, jam, jelly, dodol tomat, dan manisan tomat baik yang kering maupun basah. Karena pada dasarnya masyarakat lebih menyukai dan tertarik untuk mengkonsumsi tomat dalam bentuk olahan daripada segar. Dan kali ini buah tomat dan buah sirsak di jadikan produk chutney (Anonim,1994). I.5 ChutneyChutney adalah sejenis saos yang dibuat dari campuran berbagai bumbu yang mempunyai rasa pedas dan merangsang. Cara pembuatan chutney ini tidak sulit dan dilakukan dengan menggunakan alat-alat yang biasa terdapat di dapur. Definisi lain dari chutney adalah sebutan untuk berbagai penyedap dan saus berbumbu rempah-rempah yang dibuat dari sayuran segar atau buah-buahan yang dilumatkan. Chutney bisa dalam bentuk basah atau kering (biasanya berbentuk bubuk). Di India, chutney dibuat untuk segera dikonsumsi sewaktu masih segar. Bahan-bahannya berasal dari daun-daun atau buah-buahan yang sedang musim. Bumbu dapat berupa gula pasir, garam, bawang putih, bawang bombay, asam jawa, atau jahe. Rempah-rempah yang umum dipakai adalah biji klabet, ketumbar, jintan, atau asafetida.Chutney secara tradisional dibuat memakai alu dan lumpang batu. Di India, lumpang untuk menumbuk chutney disebut (kharalataukhaldalam bahasa Hindi,) atau batu datar yang disebutsil. Sebagai alu dipakai kayu atau batu berbentuk silinder yang disebutbatta. Katachutneyberasal dari bahasa Persiachshniyang berasal darishnikdalam bahasa Parthia. Keduanya merupakan akar kata yang sama untuk kata-kata dalam bahasa Persia seperti chsht yang berartibagian dari makanan. Pada awal tahun 1600, chutney mulai dikirim ke Inggris dan Perancis, dan diperlakukan sebagai makanan mewah. Bahan untuk chutney waktu itu berupa buah-buahan seperti mangga, apel, persik, dan asam jawa. Dimasak bersama cuka, gula, dan rempah-rempah, chutney dibuat manis seperti selai dan dikemas dalam botol. Pada abad ke-19, di merek-merek chutney kemasan sepertiMajor GreysatauBengal Clubdibuat di India dengan mengikuti selera orang Barat untuk dikapalkan ke Eropa. Di Eropa, chutney antara lain dipakai sebagai saus untuk salad.Bahan utama chutney umumnya dibuat dari cabai hijau segar dalam takaran yang cukup banyak. Pada zaman sekarang, chutney sayuran segar dibuat dengan menggunakan blender, dan tersedia chutney kemasan botol. Chutney diberi nama berdasarkan bahan utama; chutney dari daun ketumbar, misalnya, disebut chutney ketumbar. Daun ketumbar Daun mint (chutney dari daun ketumbar dan mint disebuthari chutney; dalam bahasa Hindi,hariberartihijau) Asam jawa (imli chutney ataumeethhi chutney; meethhi dalam bahasa Hindi berartimanis). Kelapa Bawang bombay Tomat, tomat yang masih hijau Mangga muda Jeruk limau (berikut kulitnya, ditumbuk) Bawang putih (dicampur kelapa dan kacang giling) tomat yang masih hijau. Kacang tanah (shenga chutney) Jahe (terutama dimakan bersama dosa khas masakan Udup) Di negara-negara beriklim sedang, chutney kadang-kadang dibuat dari bahan-bahan lokal seperti buah apel dan persik.I.6 PengalenganMetode pengawetan dengan pengalengan ditemukan oleh Nicolas Appert, seorang ilmuwan Prancis. Menurut Murniyati dan Sunarman (2000),pengalengan merupakan cara pengawetan bahan pangan dalam wadah yang tertutup rapat dan disterilkan dengan panas yang dalam pengolahannya merupakan pengawetan bahan pangan yang dipak secara hermetis(kedap terhadap udara, air, mikroba, dan benda asing lainnya) dalam suatu wadah, yang kemudian disterilkan secara komersial untuk membunuh semua mikroba patogen (penyebab penyakit) dan pembusuk.Pengalengan secara hermetis bertujuanagar makanan dapat terhindar dari kebusukan, perubahan kadar air, kerusakan akibat oksidasi, atau perubahan cita rasa.Keuntungan dan kerugian metode pengalenganmenurutCholes (2003),sebagai berikut:Keuntungan: Dapat memformulasi dan mengalengkan berbagai jenis makanan. Mutunya baik dan stabil ( tetap ) baik pada skala besar dan kecil Kemasan kaleng melindungi isi dari segala bentuk benturan fisik sehingga bentuk isi tetap utuh Daya awet makanan menjadi lebih lagi. Dapat dikonsumsi kapan saja dan dimana saja (cocok untuk makanan siap saji)Kerugian: Hydrogen Swell : Hydrogen swell terjadi karena adanya tekanan gas hidrogen yang dihasilkan dari reaksi antara asam pada makanan dengan logam pada kaleng kemasan. Interaksi antara bahan dasar kaleng dengan makanan. Kerusakan makanan kaleng akibat interaksi antara logam pembuat kaleng dengan makanan kehilangan zat gizi yang menyebabkan tercampurnya zat tersebut dengan makanan. Kerusakan biologis Botulisme (kontaminasi oleh spora C. botulinum) Berpengaruh pada kandungan senyawa

II. TujuanPraktikum ini bertujuan untuk mengetahui prinsip pengalengan pada produk olahan sayur dan buah, menerapkan prosedur dan teknologi pengalengan yang tepat pada produk olahan sayur dan buah (chutney) serta menganalisis pengaruh pengalengan terhadap karakteristik produk olahan sayur dan buah (chutney) selama penyimpanan

III. Alat dan BahanPeralatan yang digunakan selama praktikum antara lain Jar, autoclave, timbangan, pisau, talenan, kompor, panci, baskom, dan blender.Sedangkan Bahan yang digunakan yaitu tomat atau sirsak, bumbu & rempah (bawang merah, bawang putih, garam, merica, gula putih, cabe rawit hijau kecil, kayumanis) dan asam sitrat.

IV. Prosedur1. Persiapan pengalenganMenyiapkan jar bertutup dan lakukan sterilisasi dengan menggunakan autoclave pada suhu 121Cselama 1 jam.

2. Persiapan SampelMencuci bersih buah tomat / sirsak lalu meniriskan agar bahan kering, selanjutnya yaitu membuang bagian yang tidak dimakan/ digunakan, kemudian melakukan perajangan pada buah, kemudian menghitung berat buah yang telah dirajang.

3. Pembuatan ChutneyMenyiapkan semua bahan pembuatan chutney lalu menghaluskan bumbu-bumbu dan rempah-rempah (bawang merah, bawang putih, garam, merica, gula putih, cabe rawit hijau kecil, kayumanis) sesuai dengan selera lalu mencampurkan bumbu halus kedalam rajangan buah dan menambahkan 10% air (dari rajangan buah), menambahkan pula asam sitrat hingga pH tidak lebih dari 4.6. proses selanjutnya yaitu melakukan pemasakan pada suhu kecil selama 15-30 menit hingga terbentuk chutney

4. Proses Pengalengan Memasukkan chutney dalam kondisi steril ke dalam jar yang telah disterilisasi, kemudian menyisakan head space2,5 cm dari bagian atas jar, selanjutnya melakukan exhausting untuk membuang sisa udara dengan cara masukkan jar dalam panci berisi air mendidih (waterbath mendidih atau sampai bagian tengah jar/ kaleng mencapai suhu 85oC atau dengan uap panas selama 10 menit), setelah itu melakukan penutupan pada jar/ botol/ toples secara hermetis, processing dalam retort atau autoclave pada suhu 100 C selama 15 menit, kemudian melakukan pendinginan segera dalam air mengalir, kemudian beri label dan menyimpan jar pada suhu ruang (kelompok ganjil) dan suhu dingin (kelompok genap), setelah itu mengamati karakteristik sensori (warna, aroma, kenampakan), pH, total padatan terlarut pada harike-0 dan ke-7 setelah penyimpananII. HASIL PENGAMATANChutney TomatChutney Sirsak

Hari ke-0

WarnaMerah kecoklatanCoklat

AromaRempahKayu manis

Kenampakan KeseluruhanAgak kental, berseratKental, lembut

RasaAgak asam, agak pedas, kayu manisKayu manis, pedas, asam

Ph44

Total Padatan Terlarut24 brixFp = 50/10 = 5 x 5 =25 brix

Foto

Hari Ke-7 Suhu Dingin

WarnaMerah bataCoklat muda

AromaRempahKayu manis menyengat

Kenampakan KeseluruhanAgak kental, berseratKental, lemmbut, terdapat sedikit gelembung

pH3,993,46

Total Padatan Terlarut24 brixFp = 50/10 = 5 x 3 = 15 brix

Foto

Nama: Naila Fauzia Tanggal Praktikum: 27 April 2015NIM: 1307342Tanggal Laporan : 04 Mei 2015Judul Praktikum: Teknologi Pengalengan Produk Hortikultura (Chutney)

III. PEMBAHASANChutney adalah buah-buahan yang diolah dengan bumbu-bumbu (bawang bombay, bawang putih dan jahe) dan rempah (kayu manis dan cengkeh), sehingga chutney akan mempunyai rasa asam dan beraroma rempah. Produk chutney dapat di buat dari berbagai macam buah yang mempunyai rasa asam. Buah sirsak merupakan buah yang mempunyai rasa asam yang sesuai dengan rasa yang diharapkan pada pembuatan chutney.Sedangkan menurut Tarwiyah (2001). Chutney tomat merupakan produk pangan yang terbuat dari tomat mengandung air dalam jumlah besar tetapi mempunyai daya simpan yang panjang karena mengandung asam, gula, garam, asam, dan pengawet. Dalam kondisi setengah basah, produk chutney ini menjadi lebih mudah rusak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengemasan agar awet dalam jangka waktu yang relatif lama serta mempermudah pendistribusiannya. Dalam keadaan tertutup rapat, chutney dapat terlindung dari segala pengaruh yang berasal dari luar seperti mikroba penyebab kebusukan (Suprapti, 2000).Pada praktikum kali ini akan di lakukan pembuatan chutney yang berbahan baku tomat dan sirsak, pembuatan chutney ini pertama-tama harus di lakukannya sterilisasi terhadap jar pada suhu dan waktu yang sudah di tentukan yang di gunakan untuk pengemasan chutney tersebut fungsinya yaitu untuk membunuh berbagai jenis mikroba perusak chutney. Memilih buah sebagai bahan baku, pilihlah buah dengan kualitas yang bagus yaitu buah yang sehat, tidak terdapat cacat atau kerusakan dan buah yang tingkat kematangannya merata. Lalu buah yang sudah di pilih tersebut di cuci (untuk tomat) atau di bersihkan dari bijinya (untuk sirsak) agar terhindar dari kotoran yang melekat pada sampel buah, kemudian di lakukan pengecilan ukuran pada buah agar mudah pada proses pemasakan. Setelah itu di lakukan penghancuran dan pencampuran terhadap bumbu-bumbu yang digunakan untuk penambahan citarasa pada chutneylalu tambahkan 10% air dari berat keseluruhan chutney. Kemudian di lakukan pemasakan pada chutney yang berfungsiuntuk mengurangi jumlah mikroba pada tomat/sirsak dan sekaligus menonaktifkan enzim penyebab perubahan warna, lalu setelah di lakukan pemasakan dengan waktu yang sudah di tentukan di berikan penambahan asam sitrat hingga pHnya menjadi turun atau untuk mengasamkan chutney, karena dalam keadaan pH yang rendah pertumbuhan mikroba akan tertekan dan sel generatif serta spora bakteri sangat sensitif terhadap panas. Pengemasan pada chutney menggunakan jar kaca. Wadah pengemas dipastikan bebas dari cemaran mikroorganisme sehingga dilakukan sterilisasi sebelumya. Setelah dilakukan pengemasan lalu di lakukan proses exhausting berfungsi untuk memperkecil terjadinya korosi pada jar dan mencegah kontaminasi. Penutupan jari di lanjutkan dengan sterilisasi kembali.Pada proses pembuatan chutney tomat dan sirsak pada penyimpanan suhu dingin ini maka di hasilkan karakteristik pada hari ke-0 dan pada hari ke-7 sebagai berikut;Warna Warna pada chutney tomat pada hari ke-0merah kecoklatan dan untuk chutney sirsak berwarna coklat, sedangkan chutney pada hari ke-0 untuk tomat berwarna merah bata dan untuk chutney sirsak berwarna coklat muda.Penerimaan warna suatu bahan berbeda-beda tergantung dari faktor alam, geografis dan aspek sosial masyarakat penerima.Selain sebagai faktor yang ikut menentukan mutu, warna juga dapat digunakan sebagai indikator kesegaran atau kematangan. Warna sangat perlu untuk bahan pangan sebagai daya tarik. Perbedaan warna dari setiap chutney ini di karenakan warna asli dari bahan baku chutney yang berbeda. Proses pendinginan juga berfungsi untuk tetap menjaga dan tidak merubah warna pada chutney saat dilakukan proses penyimpanan.Aroma Aroma yang di hasilkan pada chutney hari ke-0 untuk tomat yaitu beraroma rempah dan untuk sirsak beraroma kayu manis, sedangkan chutney pada hari ke-7 untuk tomat beraroma rempah dan untuk sirsak beraroma kayu manis yang lebih menyengat di bandingkan dengan hari ke-0. Aroma ini di hasilkan dari uap proses pengolahan chutney, uap ini tercipta dari bahan-bahan makanan yang diolah seperti aroma rempah yang digunakan, tiap bahan memiliki aroma yang berbeda sehingga aroma yang dihasilkanpun berbeda, proses dan metode memasak juga akan menentukan hasil dari aroma yang akan tercium. Tetapi karena rempah memiliki aroma yang kuat dan menyengat rata-rata dari aroma yang di hasilkan oleh chutney tomat dan sirsak ini memiliki aroma rempah-rempah.Kenampakan KeseluruhanKenampakan keseluruhan yang di hasilkan pada chutney tomat hari ke-0 yaitu agak kental dan berserat dan untuk chutney sirsak yaitu kental dan lembut, sedangkan kenampakan keseluruhan yang di hasilkan pada chutney tomat hari ke-7 yaitu agak kental dan berserat dan untuk chutney sirsak yaitu kental lembut dan muunculnya gelembung. Tidak terjadi perubahan yang signifikan pada kenampakan keseluruhan dan juga tidak terjadinya kerusakan pada chutney ini, di karenakan chutney ini di simpan pada suhu dingin sehingga tekstur dan kenampakan keseluruhannya masih tetap terjaga. Sehingga chutney yang di simpan pada suhu dingin lebih awet dan tetap memiliki mutu yang baik karena dapat menghambat pertumbuhan mikroorganis yang dapat merusak chutney.Rasa Rasa yang di hasilkan pada chutney tomat hari ke-0 yaitu agak asam, agak pedas, rasa kayu manis yang kuat dan untuk chutney sirsak yaitu memiliki rasa yang sama. Penentuan mutu bahan makanan pada umumnya sangat tergantung pada beberapa faktor diantaranya citarasa, sehingga rasa yang di dapatkan ini tergantung dari bahan baku dan bahan penambah rasa seperti rempah yang di gunakan sebagai bahan baku chutney ini. Rasa yang di hasilkan pada chutney ini kuat pada rempahnya. pHpH yang di hasilkan pada chutney tomat hari ke-0 yaitu 4 dan untuk chutney sirsak yaitu memiliki pH 4, sedangkan pH yang di hasilkan pada chutney tomat hari ke-7 yaitu 3,99 dan untuk chutney sirsak yaitu memiliki pH 3,46. Untuk jumlah kadar pH, chutney memang harus memiliki kadar pH yang asam sehinnga di gunakan asam sitrat, dan asam asetat untuk mengatur kandungan pH pada level tidak lebih dari 4,6. Penggunaan asam di sini juga berperan dalam memperpanjang umur simpan chutney. Karena mikroba pembusuk dan pathogen tidak dapat berkembang pada pH rendah.Total Padatan TerlarutKadar total padatan terlarut untuk chutney tomat pada hari ke-0 yaitu 24 brix dan untuk chutney sirsak yaitu 25 brix, sedangkan untuk kadar total padatan terlarut untuk chutney tomat hari ke-7 yaitu 24 brix dan untuk chutney sirsak yaitu 15 brix. Kadar total padatan terlarut pada chutney yang ada berbanding lurus dengan kekentalan. Artinya semakin besar total padatan terlarut pada chutney maka akan semakin tinggi pula kekentalan chutneyyang dihasilkan.

IV. KESIMPULAN Pada produk chutneytomat dan chutney sirsak yang dihasilkan, berdasarkan karakteristiknya kedua chutneytersebut menunjukan hasil yang tidak terlalu jauh.Tidak terjadi perubahan yang signifikan pada kenampakan keseluruhan dan juga tidak terjadinya kerusakan pada chutney ini, di karenakan chutney ini di simpan pada suhu dingin sehingga tekstur dan kenampakan keseluruhannya masih tetap terjaga. Sehingga chutney yang di simpan pada suhu dingin lebih awet dan tetap memiliki mutu yang baik karena dapat menghambat pertumbuhan mikroorganis yang dapat merusak chutney. Perbedaan warna dari setiap chutney ini di karenakan warna asli dari bahan baku chutney yang berbeda. Proses pendinginan juga berfungsi untuk tetap menjaga dan tidak merubah warna pada chutney, perubahan warna yang terjadi juga di akibatkan karena masih terjadinya kontak antara chutney dengan O2.Aroma chutney di hasilkan dari uap proses pengolahan chutney, uap ini tercipta dari bahan-bahan makanan yang diolah seperti aroma rempah yang digunakan, tiap bahan memiliki aroma yang berbeda sehingga aroma yang dihasilkanpun berbeda. Rasa chutney yang di dapatkan ini tergantung dari bahan baku dan bahan penambah rasa seperti rempah yang di gunakan sebagai bahan baku chutney ini. Untuk jumlah kadar pH, chutney memang harus memiliki kadar pH yang asam sehinnga di gunakan asam sitrat untuk mengatur kandungan pH pada level tidak lebih dari 4,6. Penggunaan asam di sini juga berperan dalam memperpanjang umur simpan chutney. Karena mikroba pembusuk dan pathogen tidak dapat berkembang pada pH rendah.

V. DAFTAR PUSTAKABuckle, K.A., Edwards, R.A., Fleet, G.H., and Wootton, M., (1987). Ilmu Pangan. Diterjemahkan oleh Hari Purnomo dan Adiono, UI Press, Jakarta.Winarno, F.G. 2008.Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka, Jakarta.Respati. 1986. Dasar-dasar Ilmu Kimia. Jakarta: Aksara BaruMuljohardjo, M.1987.Teknologi Pengolahan Pati, PAU Pangan dan Gizi UGM : Yogyakarta.Nopianto, Eko. 2009. Pengujian Organoleptik, Pengawasan Mutu Fisik. BogorMuryati dan Sunarman . 2000. Pendinginan , Pembekuan , dan Pengawetan Ikan .Kanisius. Yogyakarta .

Nama: Sari NurmayaniTanggal Praktikum : 27 April 2015NIM: 1305544Tanggal Laporan : 04 Mei 2015Judul Praktikum : Pengalengan produk olahan hortikultura (chutney)

VI. PEMBAHASANSayuran dan buah merupakan produk hortikultura yang bersifat perishable karena aktivitas fisiologis yang masih dilakukannya setelah pemanenan oleh membutuhkan penanganan pasca panen sehingga kualitas mutunya terjaga. Selain itu, untuk menambah masa simpan dan nilai ekonomi, sayur dan buah dapat diolah menjadi produk turunannya. Salah satunya yaitu saus atau chutney yang dikemas dalam jar dengan prinsip pengalengan.Pada saat praktikum, produk olahan yang dibuat adalah chutney dari tomat, menurut Tarwiyah (2001) Chutney adalah sejenis saus yang dibuat dari campuran berbagai bumbu yang mempunyai rasa pedas dan merangsang. Pada saat praktikum, rempah yang digunakan yaitu cabai hijau, bawang putih, bawang merah dan bubuk kayu manis, yang kemudian ditambahkan asam sitrat untuk menciptakan rasa asam yang merangsang. Setelah itu dilakukan pengalengan dengan tempatnya berupa jar atau toples kaca dengan penutup kaleng. Menurut Koswara (2009) Pengalengan merupakan cara pengolahan untuk mendapatkan produk awet yang tahan lama dengan perlakuan panas. Selain pengalengan suatu jenis komoditi di dalam larutan garam, sayuran dapat diolah bersama dengan sayuran lain menjadi suatu produk siap makan.Prinsip pengalengan ialah menempatkan produk dalam wadah yang tahan panas serta dapat ditutup rapat, kemudian diberi perlakuan pemanasan pada temperatur tertentu dalam jangka waktu tertentu pula dengan tujuan membunuh mikroba yang merugikan. (Koswara : 2009) pada saat praktikum, tutup jar di sterilisasi terlebih dahulu dengan cara direbus sedangkan jar disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121oC selama 30 menit. Hal tersebut bertujuan untuk membunuh mikroorganisme yang mungkin ada pada jar dan tutupnya. Kemudian pengisian chutney dilakukan dengan metode hot feeling yakni dengan memasukan produk chutney selagi panas. Kemudian dilakukan sterilisasi komersial pada autoklaf. Menurut Utami (2012) sterilisasi adalah operasi yang paling penting dalam pengalengan makanan. Sterilisasi tidak hanya bertujuan untuk menghancurkan mikroba pembusuk dan patogen, tetapi juga berguna untuk membuat produk menjadi cukup masak, yaitu dilihat dari penampilannya, teksturnya, dan citarasa sesuai yang diinginkan. Oleh karena itu, proses pemanasan ini harus dilakukan pada suhu yang cukup tinggi untuk menghancurkan mikroba, tetapi tidak boleh terlalu tinggi sehingga membuat produk menjadi terlalu masak.Kemudian dilakukan proses exhausting dengan cara men-steam kaleng berisi chutney selama 15 menit, hal ini bertujuan untuk menciptakan kondisi vakum, kemudian dilakukan penutupan secara hermetic yakni penutupan jar selagi panas. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya uap air, kontaminasi dari tutup dan mencegah terbawanya mikroorganisme dari udara.Pada saat praktikum, kemasan pengalengan yang digunakan adalah jar atau toples gelas. Berikut ini merupakan keunggulan dari kemasan gelas (1) inert (tidak bereaksi dengan bahan yang dikemas, tahan asam dan basa, dan tahan lingkungan); (2) gelas dapat dibuat tembus pandang/transparan atau gelap.; (3) selama pemakaian, bentuknya tetap (4) tidak berbau dan tidak berpengaruh terhadap bahan yang dikemas (tidak ada migrasi); (5) barrier yang baik terhadap uap air, air dan gas-gas lain. (Koswara : 2007)Pada saat praktikum, chutney dibuat dari tomat yang sudah matang sebanyak 200 gram. sebelum dibuat, tomat dicuci terlebih dahulu dan kemudian di sawut. Proses tersebut bertujuan untuk membersihkan tomat dari pengotor dan kmudian mengecilkan ukurannya dan memperluas permukaan, untuk memudahkan proses pemanasan. Kemudian tomat yang telah disawut dicampur dengan bumbu yang dihluskan, adapun banyaknya penambahan bumbu dapat ditambahkan sesuai selera, namun tetap disesuaikan dengan karakteristik sensori chutney yang sebenarnya yakni asam, pedas dan merangsang. Sehingga pada stelah proses pencampuran dilakukan pengukuran pH menggunakan pH meter hingga diproleh pH 4. Kemudian dilakukan proses pemasakan selama 30 menit dengan api sedang. Lama dan tingginya suhu pemanasan akan sangat berpengaruh pada tekstur chutney sehingga harus sangat diperhatikan agar dapat diperoleh teksur chutney yang masih memiliki gumpalan-gumpalan tomat dan tidak terlalu kental. Pada saat praktikum diperoleh chutey tomat yang kemudian diamati karakteristik fisik, sensori dan kimianya. Kemudian dilakukan pengemasan dan pengalengan pada jar dan disimpan pada suhu dingin yaitu dalan chiller selama 7 hari. Berikut ini merupakan karakteristik chutney sebelum dan sesudah penyimpanan.a. Warna Berdasarkan hasil praktikum, warna chutney pada hari ke-0 adalah merah kecoklatan dan setelah penyimpanan selama 7 hari warnanya tidak berubah yakni tetap merah kecoklatan atau merah bata. Warna chutney yang diperoleh tidak secerah warna tomat segar, hal tersebut dapat dipengarhui oleh penguraian likopen pada tomat akibat pemanasan, meskipun demikian likopen pada tomat akan teraktivasi oleh pemberian panas saat pemasakan chutney sehingga akan meningkatkan daya cernanya sebagai bentuk lain dari vitamin A. setelah penyimpanan pada suhu dingin selama 7 hari tidak ada penyimpangan warna dan masih seperti sebelum dikalengkan yakni merah bata. Hal tersebut menandakan proses pengalengan berhasil dan tidak ada kontaminasi dari mikroorganisme. Adapun salah satu tanda kontaminasi mikroorganisme adalah timbulnya warna hitam atau putih pada permukaan saus atau chutney yang dikalengkan dimana warna hitam menandakan spora dari kapang atau khamir sedangkan warna putih menandakan misselia kapang.b. AromaBerdasarkan Hasil praktikum, aroma chutney yang diperoleh sangat khas yakni campuran dari bawang putih, bawang merah, cabai dan kayu manis. Saat praktikum, jumlah bawang merah yang digunakan adalah setengah dari jumlah bawang putih, jumlah cabai hijau sama dengan jumlah bawang merah dan banyaknya kayu manis disesuaikan dengan selera. Dalam pembuatan chutney tomat, banyaknya rempah yang digunakan harus diperhatikan terutama dalam penambahan bawang putih yang jika terlalu banyak akan menghasilkan aroma yang menyengat dan aroma rempah lainnya tidak tercium. Setelah penyimpanan dalam suhu dingin juga tidak terjadi penyimpangan aroma dan aromnya masih sama seperti sebelum dikalengkan, hal tersebut mengindikasikan bahwa proses pengalengan yang dilakukan telah berhasil.c. Kenampakan KeseluruhanKenampakan keseluruhan adari chutney yang diperoleh saat praktikum yakni sangat baik dan terlihat seperti saus pasta, saus yang erlihat bertekstur yakni dari gumpalan tomat yang tidak dihaluskan melainkan hanya disawut. Selain itu tampak warna sedikit warna hijau dari cabai hijau dan warna putih dari bawang putih sehingga lebih terlihat menarik. Setelah disimpan selama 7 hari dalam chiller tidak terjadi perubahan kenapmakan keseluruhan dan tidak terjadi penyimpangan warna atau kemuculan tanda-tanada kontaminasi seperti timbulnya warna hitam, putih atau timbulnya gelembung udara.d. RasaBerdasarkan hasil praktikum, rasa chutney yang diperoleh tidak seperti saus tomat melainkan lebih asam dan lebih pedas akibat penmabahan asam sitrat dan penambahan cabai hijau. Berdasarkan deskripsi rasa chutney yag digambarkan oleh Tarwiyah (2001) yakni berasa pedas, asam dan merangsang. Chutney yang diperoleh dari praktikum sudah memiliki karakteristik rasa seperti itu. Hingga kini belum ada standar baku baik yang diterbitkan oleh SNI maupun standar lainnya sehingga lebih sulit untuk membandingkan kualitas chutney yang diperoleh dengan chutney yang ada dipasaran.e. pH atau Tingkat KeasamanBerdasarkan hasil praktikum, pH chutney yang diperoleh berada pada kisaran 3,9 sampai 4 dan setelah penyimpanan selama 7 hari tidak mengalami perubahan pH. Hal tersebut menunjukan bahwa proses pengalengan yang dilakukan telah berhasil dan tidak mengindikasikan terjadinya kontaminasi dari mikroorganisme. Rasa asam pada chutney tomat yang diperoleh saat praktikum berasal dari asam sitrat. tujuan dari penambahan asam tersebut selain untuk meningkatkan cita rasa juga untuk mengawetkan chutney Selama penyimpanan, dimana kondisi optimum untuk mekanisme pangawetan dari asam sitra adalah pada pH 4. Sehingga produk chutney akan lebih awet selain karena perlakuan pengalengan juga karena kondisi keasaman pada chutney yang akan mencegah pertumbuhan mikroorganisme kontaminan.

f. Total Padatan TerlarutBerdasarkan hasil pengamatan, total padatan terlarut dari chutney tomat pada hari ke-0 adalah 24 brix dan tidak berubah setelah 7 hari penympanan pada suhu dingin. Padatan terlarut pada pengukuran karakteristik chutney dinyatakan dalam satuan Brix dan diukur menggunakan alat refraktometer. Pengukuran total padatan terlarut dengan satuan Brix menunjukan banyaknya gula yang terlarut dalam chutney diukur. semakin besar derajat Brix yang terbaca maka kandungan gula pada chutney semakin besar.Padatan terlarut erat kaitannya dengan kandungan karbohidrat dalam bahan, padatan tersebut dapat dihasilkan dari penamabahan gula saaat proses pemasakan maupun berasal adari gula alami dari tomat, dimana menurut Tjahjadi (2008) karbohidrat dalam sayur dan buah terdiri dari monosakarida, oligosakarida dan polisakarida yang terlarut dalam cairan sel sayuran dan buah. Monosakarida utama adalah glukosa, fruktosa, manosa, xylosa dan arabinosa. Oligosakarida berupa sukrosa dan selain itu karbohidrat juga ditemukan dalam bentuk pati yang selama penyimpanan akan terurai menjadi gula sederhana.

Proses pengalengan mrupakan salah satu proses termal yang diterapkan pada teknologi pengolahan pangan dimaa menurut Hariyadi (2000), Keuntungan dari proses pemanasan atau pemasakan ini adalah sebagai berikut :a. terbentuknya tekstur dan cita rasa yang khas dan disukai,b. rusak atau hilangnya beberapa komponen anti gizi,c. peningkatan ketersediaan beberapa zat gizi, misalnya peningkatan daya cerna protein dan karbohidrat,d. terbunuhnya mikroorganisme sehingga meningkatkan keamanan dan keawetan pangan, dane. menyebabkan inaktifnya enzim-enzim perusak, sehingga mutu produk lebih stabil selama penyimpanan.Namun, ada pula kerugian yang diakibatkan oleh proses pemanasan. Menurut Utami (2012) kerugian dari proses termal yaitu adanya kemungkinan rusaknya beberapa zat gizi dan mutu (umumnya yang berkaitan dengan mutu organoleptik, seperti tekstur, warna, dan lain-lain), terutama jika proses pemanasan tidak terkontrol dengan baik. Oleh karena itu, proses pengolahan dengan suhu tinggi perlu dikendalikan dengan baik. Kontrol terpenting dalam pemanasan adalah kontrol suhu dan waktu.Selama pemanasan terdapat dua hal penting yang terjadi, yaitu destruksi atau reduksi mikroba dan inaktivasi enzim yang tidak dikehendaki. Proses pemanasan untuk meningkatkan daya simpan, yang kemudian diikuti dengan penympanan pada suhu dingin, maka produk chutney yang diwaetkan akan memiliki masa simpan yang lebih panjang.

VII. KESIMPULAN1. Chutney adalah sejenis saus yang dibuat dari campuran berbagai bumbu yang mempunyai rasa pedas dan merangsang2. Pengalengan merupakan cara pengolahan untuk mendapatkan produk awet yang tahan lama dengan perlakuan panas. Selain pengalengan suatu jenis komoditi di dalam larutan garam, sayuran dapat diolah bersama dengan sayuran lain menjadi suatu produk siap makan.3. Prinsip pengalengan ialah menempatkan produk dalam wadah yang tahan panas serta dapat ditutup rapat, kemudian diberi perlakuan pemanasan pada temperatur tertentu dalam jangka waktu tertentu pula dengan tujuan membunuh mikroba yang merugikan.4. Chutney tomat yang dikalengkan kemudian disimpan pada suhu dingin akan memiliki masa simpan yang lebih lama, dan selama penyimpaan tidak terjadi kerusakan apapun baik dari segi fisik, kimia dan sensori.5. Dalam pengalengan produk olahan hortikultura, proses ini akan lebih optimal dalam mempertahankan masa simpan apabila diikuti dengan penyimpanan suhu dingin pada chiller yakni pada suhu dibawah 15oC.

VIII. DAFTAR PUSTAKAHaryadi, Purnama. (2000) Dasar-dasar teori dan praktek proses termal. Pusat sudi pangan dan Gizi IPB, BogorKoswara, Sutrisno. 2007. Pengemasan Bahan Pangan. Ebook.pangan.comKoswara, Sutrisno. 2009. Teknologi pengolahan Sayuran dan buah-buahan (teori dan praktek). Ebook.pangan.comTjahjadi, Carmencita. 2008. Teknologi Pengolahan Sayur dan Buah. Bandung : Widya Padjadjaran.Utami, Rahma. 20012. Karakteristik Pemanasan Pada Proses Pengalengan Gel Cincau Hitam (Mesona palustris).[Skripsi]. FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN, INSTITUT PERTANIAN BOGOR, BOGOR.

Nama: Tiara RismayantiTanggal Praktikum : 27 April 2015NIM: 1305772Tanggal Laporan: 4 Mei 2015Judul Praktikum : Pengalengan Produk olahan hortikultura (chutney)

VII. PEMBAHASANPengalengan merupakan metode pengawetan makanan dengan memanaskannya dalam suhu yang akan membunuh mikroorganisme, dan kemudian menutupinya dalam stoples maupun kaleng. Karena adanya bahaya botulisme, satu-satunya metode yang aman untuk mengalengkan sebagian besar makanan adalah dalam panas dan tekanan tinggi. Makanan yang bisa dikalengkan yaitu produk sayur-mayur, buah buahan, daging, makanan laut, susu, dan lain - lain. Satu-satunya makanan yang mungkin bisa dikalengkan dalam wadah air masak (tanpa tekanan tinggi) adalah makanan asam seperti buah, sayur asin, atau makanan lain yang ditambahi asam. Salah satu cara pengalengan produk yaitu dengan cara exhausting, exhausting merupakan proses untuk membuang udara yang terdapat pada head space (ruang antara tutup botol dengan permukaan isi), sehingga dapat mencegah terjadinya perubahan warna, maupun kontaminasi mikroba aerob. Exhausting juga bertujuan untuk memperkecil terjadinya korosi pada kaleng dan menghilangkan kontaminasi. Proses exhausting yaitu :Memanaskan botol/kaleng beserta isinya dalam air mendidih, sehingga mencapai cold point, yaitu titik terlambat menerima panas mencapai 70C; Setelah itu, botol langsung ditutup rapat. Prinsipnya adalah menarik oksigen dan gas-gas lain dari dalam kaleng dan kemudian segera dilakukan penutupan wadah. Penghampaan juga bermanfaat untuk: Mengurangi tekanan di dalam kaleng, sehinggakaleng tidak pecah selama sterilisasi Menghilangkan oksigen untuk mengurangi kemungkinan oksidasi isi kaleng dan korosi pada bagian dalam kaleng karena dapat menyebabkan kebocoran pada kaleng Menjaga kandungan gizi yang dimiliki sausSalah satu produk olahan dari sayur atau buah yang dapat di kalengkan yaitu chutney, chutney merupakan produk olahan buah-buahan sejenis saus yang diolah dengan bumbu-bumbu (cabe, bawang bombay, bawang putih, jahe dan sebagainya) dan rempah (kayu manis, cengkeh dan lainnya), sehingga chutney memiliki rasa manis, asam, pedas dan beraroma rempah. Prinsip pembuatan chutney yaitu pemanasan baik itu pemanasan saat bahan bahan dimasak maupun pada saat pemanasaan saat pengalengan. Pada praktikum mata kuliah teknologi pengolahan hasil holtikultura dilakukan percobaan pembuatan chutney dengan bahan dasar tomat dan sirsak. Adapun karakteristik chutney yang diamati yaitu warna, aroma, kenampakan keseluruhan, rasa, pH, total padatan terlarut pada hari ke 0 dan hari ke 7 setelah penyimpanan dalam jar. WarnaWarna chutney tomat berwarna merah dan chutney sirsak berwarna coklat pada hari ke -0 sedangkan pada hari ke- 7 setelah pengalengan warna chutney tomat menjadi berwarna merah bata dan chutney sirsak berwarna coklat muda, warna pada chutney ini dipengaruhi oleh warna bahan baku yang digunakan serta pada saat pemasakan dan penyimpananAroma Aroma pada chutney tomat menunjukkan aroma rempah yang sangat kuat sedangkan pada chutney sirsak beraroma kayu manis yang sangat kuat pula, semakin lama penyimpanan aroma pada chutney berkurang hal ini karena terjadi proses penguapan aroma pada chutneyRasaPengujian rasa pada chutney ini hanya dilakukan pada hari ke 0 dan rasa pada chutney tomat ini berasa asam, sedikit pedas dan terasa kayu manis dan mirip seperti sambal sedangkan pada chutney sirsak rasanya manis , sedikit pedas dan asam. Rasa chutney ini menunjukkan rasa rempah yang berarti penambahan rempah pada chutney berpengaruh pada rasa

Pengukuran pHPengukuran pH dilakukan dengan dua alat yaitu dengan menggunakan pH meter dan kertas pH universal.Perbedaan metode ini dapat mempengaruhi tingkat ketelitian pengukuran pH dimana pengukurann pH dengan menggunakan pH meter akan lebih teliti daripada menggunakan kertas pH universal. Nilai pH yang terukur menunjukan tingkat keasaman dari chutney. Dimana nilai pH atau tingkat keasaman ditentukan oleh kandungan asam organik yang ada dalam sayur atau buah. Pada hari ke -0 didapatkan pH untuk chutney tomat dan chutney sirsak yaitu 4 sedangkan setelah hari ke 7 pH untuk chutney tomat yaitu 3,99 dan chutney untuk sirsak yaitu 3,46. Penurunan pH tersebut bisa terjadi karena pertumbuhan mikroorganisme selama penyimpanan, dimana pada proses pertumbuhannya mikroorganisme akan menghasilkan asam.Dalam proses pengolahan chutney terjadi perubahan secara fisik mulai dari warna, rasa, aroma, dan kekentalan serta tekstur karena dalam pengolahan dilakukan dengan pemanasan atau dengan suhu tinggi sehingga dapat mengakibtakan perubahan perubahan serta rasa yang berbeda karena penambahan bumbu bumbu didalam chutney .Padatan TerlarutPadatan terlarut merupakan refleksi rasa manis, yang juga menunjukan derajat ketuaan dan kematangan. Padatan terlarut dalam filtrat dapat diukur dengan menggunakan alat refraktometer. Alat ini biasa digunakan untuk menentukan ketuaan atau kematangan dari buah yang secara kontinu kadar gula meningkat sejalan dengan proses penuaan. Padatan terlarut biasanya dilakukan dalam pembuatan jus, untuk mengetahui serat, mengetahui kadar gula kasar, mengetahui kadar gula kasar.Aplikasinya biasanya digunakan dalam makanan berkaleng, dimana dengan mengetahui tingkat keasamannya maka asam tidak akan bereaksi dengan kaleng yang dapat menyebabkan kerusakan (Muchtadi, 2011).Pada pengukuran padatan terlarut dilakukan dengan cara menteskan filtrat sampel pada alat refraktometer dan setelah dilihat pada chutney tomat hari ke 0 menunjukkan 24 brix sedangkan pada chutney sirsak menunjukkan angka 25 brix sedangkan pada pengujian hari ke 7 setelah penyimpanan padatan terlarut pada chutney tomat yaitu masih 24 brix sedangkan pada chutney sirsak sebesar 15 brix, pada chutney sirsak terjadi penurunan total padatan terlarut hal tersebut bisa terjadi kesalahan disaat pengujian filtrate yang diuji tidak homogen.Penggunaan suhu dan waktu pemanasan menentukan chutney yang dihasilkan. Menurut Desrosier ( 1999), suhu yang digunakan dibawah titik didih, dilakukan pengadukan yang kontinu atau terus menerus agar tidak terjadi karamel yang mempengaruhi warna chutney yang dihasilkanKerusakan chutney dapat terjadi karena adanya aktivitas mikroba selama penyimpanan yang disebabkan karena chutney kurang asam atau pH masih tinggi, kadar air relatif tinggi atau lebih dari 40 % yang ditunjukkan chutney yang encer, atau pada saat pengemasan kurang steril sehingga wadah dan saus terkontaminasi mikroba. Untuk menghindari kerusakan selama penyimpanan tersebut maka pH chutney dapat diturunkan dengan menambahkan asam, dan kontaminasi mikroba dapat dihindari dengan menggunakan wadah steril dan dituang ke dalam wadah saat masih panas ( > 80 0C).

VII. KESIMPULAN Pengalegan merupakan metode pengawetan makanan dengan memanaskannya dalam suhu yang akan membunuh mikroorganisme, dan kemudian menutupinya dalam stoples maupun kaleng Metode exhausting pada pengalengan untuk memperkecil terjadinya korosi pada kaleng dan menghilangkan kontaminasi. Chutney merupakan produk olahan buah-buahan sejenis saus yang diolah dengan bumbu-bumbu ataupun rempah Karakteristik sensori chutney tomat yaitu berwarna merah, aroma rempah, pH 3 4 dan total padatan terlarutnya 24 brix Karakteristik sensori chutney sirsak yaitu berwarna coklat, aroma kayu manis dengan pH 3,6 4

VIII. DAFTAR PUSTAKA

BPPHP. 2002. Penanganan Pascapanen dan Pengemasan Sayuran. http://agribisnis.deptan.go.id/web/teknopro/Leaflet%20Teknopro%20No.%2020.htm. Diakses 2 Mei 2015

CHUTNEY TOMAT http://www.ristek.go.id (online) Diakses 2 Mei 2015

Hermiati, E., A. Saepudin dan N. Ilyas. 1999. Pengaruh Konsentrasi Oksigen dan Karbon dioksida terhadap Daya Tahan Simpan Buah Tomat pada Penyimpanan dengan Atmosfir Terkendali. Teknologi Indonesia 22(1 - 2): 15 23

www.iskcondesiretree.com (online) Diakses 2 Mei 2015

Nama: Utari Nur AmaliaTanggal Praktikum: 27 April 2015NIM: 1300751Tanggal Laporan : 04 Mei 2015Judul Praktikum: Pengalengan Produk olahan hortikultura (chutney)VI. PEMBAHASANPraktikum kali ini diakukan untuk mengetahui prinsip pengalengan pada produk buah dan sayur, serta menerapkan prosedur dan teknologi yang tepat pada produk olahan sayur dan buah, kemudian dianalisis bagaimana pengaruh pengalengan tersebut pada karakteristik produk olahan sayur dan buah selama penyimpanan. Pada praktikum ini dilakukan pembuatan chutney sebagai produk olahan sayur buah yang akan diamati.Chutney adalah buah-buahan yang diolah dengan bumbu-bumbu (bawang bombay, bawang putih dan jahe) dan rempah (kayu manis dan cengkeh), sehingga chutney akan mempunyai rasa asam dan beraroma rempah. Produk chutney dapat di buat dari berbagai macam buah yang mempunyai rasa asam. Buah yang digunakan dalam praktikum ini adalah buah tomat dan buah sirsak. Prinsip pengalengan yaitu mensterilkan bahan makanan dalam suatu wadah yang tertutup rapat. Pengalengan merupakan suatu proses pengawetan makanan dengan mengemas bahan pangan tersebut dalam wadah toples, jar atau kaleng yang dapat ditutup secara hermetic ( kedap udara ), dipanaskan sampai suhu tertentu, kemudian didinginkan dengan cepat untuk mencegah terjadinya over cooking pada makanan dan tumbuhnya kembali bakteri termofilik.Tahapan pertama yang dilakukan pada praktikum ini yaitu, menyiapkan jar bertutup kemudian dilakukan sterilisasi dengan menggunakan autoclave pada suhu 121C selama 1 jam. Setelah itu, dilakukan proses pembuatan chutney. Chutney, dimasukan dalam kondisi steril ke dalam jar yang telah disterilisasi, sisakan head space 2,5 cm dari bagian atas jar, lalu dilakukan exhausting. Penghampaan udara (exhausting) adalah proses pengeluaran sebagian besar oksigen dan gas-gas lain dari dalam wadah agar tidak bereaksi dengan produk sehingga dapat mempengaruhi mutu, nilai gizi, dan umur simpan produk kalengan. Exhausting dilakukan untuk memberikan ruang bagi pengembangan produk selama proses sterilisasi sehingga kerusakan wadah akibat tekanan dapat dihindari dan untuk meningkatkan suhu produk di dalam wadah sampaimencapai suhu awal. Exhausting juga dilakukan untk mencegah pertumbuhan mikroorganisme selama penyimpananPengisian bahan pangan ke dalam wadah harus memperhatikan ruangan pada bagian dalam atas jar (head space). Head space adalah ruang kosong antara permukaan produk dengan tutup yang berfungsi sebagai ruang cadangan untuk pengembangan produk selama disterilisasi, agar tidak menekan wadah. Besarnya head space bervariasi tergantung jenis produk dan jenis wadah. Penutupan pada jar / toples harus dilakukan secara hermetic. Chuntney yang sudah dimasukan pada jar/toples tersebut kemudian di masukan kedalam autoclave pada suhu 100 C selama 15 menit. Setelah itu disimpan pada suhu ruang dan suhu dingin untuk diamati di hari ke-7.Chutney yang dibuat oleh kelompok kami adalah chutney dari buah tomat yang disimpan pada suhu dingin. Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui karakteristik chutney pada hari ke-0 dan hari ke-7. Pada hari ke-0, warna chutney yaitu merah-orange, aroma yang tercium adalah aroma rempah yaitu kayu manis yang menyengat, rasa chutney yaitu sedikit pedas, sedikit asam, dan terasa rempah-rempah, pH yaitu 4 dan total padatan terlarut yakni 24 brix. Pada hari ke-7 warna chutney yaitu merah bata, aroma tomat dan rempah, dengan pH dan padatan terlarut yang sama dengan hari ke-0 yaitu pH 4, total padatan terlarut 24 brixKami melakukan pengamatan pada beberapa chutney yang dibuat oleh kelompok lain, yaitu chutney sirsak yang dibuat oleh kelompok 11, pada hari ke 7 terlihat terdapat gelembung-gelembung pada chutney serta aroma asam yang menyengat. Selain itu, chutney tomat yang dibuat oleh kelompok 1, pada hari ke-7 terlihat ada jamur pada chutney yang disman pada suhu ruang tersebut. Jika dibandingkan dengan chutney kelompok kami, chutney kelompok kami tidak terdapat gelembung-gelembung udara ataupun jamur. Adanya gelembung pada chutney menunjukan adanya aktifitas mikroorganisme. Dan apabila produk dalam toples/jar sudah rusak, kerusakan tersebut dapat disebabkan oleh aktivitas spora bakteri ahan panas yang tidak terhancurkan selama proses sterilisasi.Sterilisasi tidak hanya bertujuan untuk menghancurkan mikroba pembusuk dan patogen, tetapi juga berguna untuk membuat produk menjadi cukup masak, yaitu dilihat dari penampilannya, teksturnya, dan citarasa sesuai yang diinginkan. Oleh karena itu, proses pemanasan ini harus dilakukan pada suhu yang cukup tinggi untuk menghancurkan mikroba, tetapi tidak boleh terlalu tinggi sehingga membuat produk menjadi terlalu masak.Teknologi pengalengan dan sterilisasi dilakukan untuk membunuh semua mikroorganisme pembusuk. Namun, pada praktikum ini masih ditemukan tumbuhnya mikroorganisme pada chutney, hal tersebut dapat disebabkan karena pengalengan yang dilakukan masih kurang tepat atau menyalahi ketentuan dan prosedur sehingga menimbulkan tumbuhnya mikroorganisme pembusuk dan penurunan kualitas chutney. Beberapa faktor yang menyebabkan kerusakan pada chutney adalah operasi autoklaf yang salah, exhausting yang kurang dan pengisian berlebih akan memberi akibat berlebihna tekanan selama pemanasan, pemanasan yang kurang sempurna, pencemaran mikroorganisme sesudah produk diolah, suhu dan waktu pemanasan yang tidak memadai selama sterilisasi.

VII. KESIMPULAN

1. Prinsip pengalengan yaitu mensterilkan bahan makanan dalam suatu wadah yang tertutup rapat2. Pengalengan dengan pengemasan yang hemetis dapat menjaga produk dari kontaminasi mikroorganisme, memperpanjang masa simpan produk olahan (chutney)3. Proses Pengalengan yang kurang tepat dapat memicu tumbuhnya mikroba, dan penurunan kualitas produk olahan (chutney)VIII. DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2013. Pengertian Dasar Pengalengan. Tersedia (Online) Http://Www.Slideshare.Net/Wmarayani/Pengalenganwulan-Marayaniuniversitas-Pasundan-Kota-Bandung#. Accessed: 4 Mei 2015

Utari, Rustiani Dwi. 2011. Pembuatan Chutney Berbahan Dasar Buah Sirsak: Malang. Universitas Negeri Malang

Utami, Rahma. 2012. Karakteristik Pemanasan Pada Proses Pengalengan Mesona Palustris; Bogor. Institut Pertanian Bogor

Wibowo, Marlia Singgih. Food Microbiology; Bandung. Institut Teknologi Bandung