Upload
umi-hanum
View
154
Download
25
Embed Size (px)
DESCRIPTION
proyek fishe estrus
Citation preview
LAPORAN PROYEK FISIOLOGI HEWAN
ANALISIS PERBANDINGAN EFEKTIFITAS REBUSAN DAUN MENIRAN
(Phyllanthus niruri L) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA
DARAH MENCIT
disusun guna memenuhi nilai semester mata kuliah Fisiologi Hewan
Dosen Pengampu : Dra. Aditya Marianti, M.Si
drh. Wulan Christijanti, M.Si
Anggota Kelompok IV :
1. Enggar Hero Istoto (441 141 0010)
2. Ida Ayu Surina (441 141 0020)
3. Galih Jul Prasetyo (441 141 0030)
4. Mukhammad Angga Saputro (441 141 0004)
5. Siti Nur Jannah (441 141 0039)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012
ANALISIS PERBANDINGAN EFEKTIFITAS REBUSAN DAUN MENIRAN
(Phyllanthus niruri L) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH
MENCIT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Saat ini di negara berkembang telah terjadi pergeseran penyebab kematian utama yaitu
dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Kecenderungan transisi ini dipengaruhi oleh
adanya berubahnya gaya hidup, urbanisasi, dan globalisasi. Penyakit yang tergolong dalam
penyakit dalam penyakit tidak menular yang mengiringi proses penuaan usia (degeneratif)
diantaranya: Neoplasma (kanker), gangguan mental, penyakit jantung dan pembuluh darah,
Diabetes Melitus dan lain-lain (profil kesehatan Kota Semarang,2009). Diabetus Melitus (DM)
merupakan kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang mengalami peningkatan kadar
gula (glukosa) darah akibat kekurangan hormon insulin secara absolut dan relatif(Almaitser
S,2008:137).
Menurut WHO lebih dari 220 juta orang di seluruh dunia mengidap diabetes. Pada tahun
2004,diperkirakan 3,4 juta orang meninggal dari konsekuensi gula darah tinggi, lebih dari 80%
kematian karena diabetes terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah. Badan Kesehatan
Dunia memprediksi kenaikan jumlahnpenyandang diabetes melitus di indonesia lebih dari 8,4
juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Dari data diabetes nasional 2011
yang diluncurkan pada tanggal 26 januari 2011 oleh American Diabetes Association,bahwa
jumlah total prevalensi diabetes 25,8 juta anak-anak dan orang dewasa di Amerika serikat
sebesar 8,3% dari populasi memiliki diabetes. Terdapat kasus baru yaitu 1.9 juta didiagnosa
diabetes pada orang berusia 20 tahun dan lebih tua pada tahun 2010. Bada Federasi Diabetes
Internasional (IDF) pada tahun 2009,memperkirakan kenaikan jumlah penyandang diabetes
melitus dari 7,0 juta tahun 2009 menjadi 12,0 juta tahun 2030. Meskipun terdapat perbedaan
angka prevalansi ,laporan keduanya menunjukan adanya peningkatan jumlah penyandang
diabetes sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030.Di dunia,Indonesia menduduki rangking ke 4
(empat) dunia setelah amerika Serikat,China,dan India dalam prevalensi diabetes (Departemen
Kesehatan,2011).
Pengetahuan tentang khasiat dan keamanan tananaman obat di Indonesia biasanya hanya
berdasarkan pengalaman empiris yang biasanya diwariskan secara turun temurun dan belum
teruji secara ilmiah. Untuk itu diperlukan penelitian tentang obat tradisional,sehingga nantinya
obat tradisional dapat digunakan dengan aman dan efektif. Meniran (Phyllanthus niruri L),
merupakan tumbuhan liar suku euporbiaceae yang hidup di daerah beriklim tropis.Di Indonesia
tanaman ini sangat mudah ditemukan jalan,tanah kosong,kebun,sungai bahkan di pekarangan
rumah. Zat yang terkandung dalam meniran seperti flavonoid, filantin, hipofilantin, damar dan
tanin dipercaya barkhasiat sebagai diuretik, antioksidan, antiinflamasi, antidiabetes, antipiretik
dan penambah nafsu makan. Dalam herba Meniran terdapat kandungan flavonoid yang berperan
sebagai antioksidan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Widowati (2008) dijelaskan
bahwa antioksidan vitamin bermanfaat dapat mengurangi kerusakan oksidatif pada penderita
diabetes. Hasil penelitian di Turki menunjukan pada tiga puluh penderita DM-2 ditemukan
adanya kesetimbangan oksidan dan antioksidan dalam plasma penderita diabetes dibanding
kontrol.
Penelitian mengenai khasiat ekstrak meniran (Phyllanthus niruri L) sudah sering
dilakukan, dan peneliti melihat khasiat dari setiap bagian herba meniran mempunyai potensi
yang dapat digunakan untuk mengontrol DM dan harganya lebih murah jika dibandingkan
dengan obat-obat kimiawi, meskipun ada kandungan zat aktif yang belum diketahui. Okloli et all
(2010) menyebutkan bahwa ekstrak methanol dari seluruh bagian Phylllanthus niruri memilki
potensi besar sebagai antidiabetes. Selain itu, hasil penelitian tentang penurunan kadar glukosa
darah pada tikus setelah pemberian ekstrak metanol akar meniran (Phylllanthus niruri) yang
dilakukan oleh fahri dkk (2005) menunjukkan aktivitas penurunan kadar glukosa darah pada
seluruh dosis perlakuan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh wijaya (2007) menunjukan
bahwa presentase penurunan kadar glukosa darah mencit setelah pemberian ekstrak meniran 1
DMct (3,40 %) dan DMct (3,09 %) yang berbeda bermakna secara statistik (p<0.05) jika
dibandingkan dengan kontrol. Sedangkan bila dibandingkan dengan pembanding, tidak
menunjukan perbedaan yang bermakna (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak herba
meniran dapat menurunkan kadar glukosa darah pada mencit.
Melihat dari penelitian terdahulu yang menyebutkan bahwa seluruh bagian herba meniran
terbukti dapat menurunkan kadar glukosa darah jadi peneliti mengambil sampel daun dan batang
dari herba meniran yang nentinya peneliti ingin melihat perbandingan efektivitasnya dalam
menurunkan kadar glukosa darah yang dimanfaatkan sebagai obat alternatif. Berdasarkan uraian
diatas,maka penyusun tertarik untuk mengambil judul “Analisis perbandingan efektivitas
rebusan air daun meniran (Phyllanthus niruri) dalam menurunkan kadar glukosa darah mencit”.
1.2.RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah perbandingan efektivitas rebusan air daun dan batang herba meniran
(Phyllanthus niruri) dalam menurunkan kadar glukosa darah
1.3 TUJUAN
Untuk mengetahui perbandingan efektivitas rebusan air daun meniran (Phyllanthus niruri) dalam
menurunkan kadar glukosa mencit.
1.4.MANFAAT
1. Untuk peneliti
Untuk meningkatkan pengembangan ilmu dan teori ilmiah tentang pengolahan herba
Meniran terhadap kadar gllukosa darah pada faktor risiko penyakit diabetes melitus.
2. Untuk Masyarakat
memberikan informasi ilmiah mengenai pengaruh herba meniran tentang manfaat heba
Meniran sebagai obat untuk terapi hiperglikemik.
3. Untuk Sains
Hasl penelitian dapat digunakan atau dijadikan referensi dan dasar pengembagan
penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 LANDASAN TEORI
2.1.1 Tinjauan tentang Diabetus Melitus
2.1.1.1 Definisi Diabetus Melitus
Diabetes melitus (DM) atau disingkat Diabetes adalah gangguan kesehatan yang berupa
kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan ataupun resistensi insulin (Bustan MN,2007:100).
Diabetes Melitus adalah Suatu kelainan metabolik kronis serius yang memiliki dampak
signifikan terhadap kesehatan seseorang,kualitas hidup, harapan hidup pasien, dan pada sistem
pelayanan kesehatan. DM adalah kondisi dimana konsentrasi glukosa dalam darah secara kronis
lebih tinggi dari pada nilai normal (hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin atau fungsi
insulin tidak efektif (Subroto MA,2006):5).
DM keadadaan dimana terjadi kesalahan kadar gula darah dalam darah. Kencing manis dapat
disebabkan oleh fakor lingkungan seperti kegemukan, makan makanan yang berlebihan, penyakit
infeksi atau juga dapat disebabkan oleh faktor keturunan yang mengganggu homon insulin
(profil Kesehatan Kota Semarang,2010).
2.1.1.2 Klasifikasi Diabetes Melitus
Menurut konsensus diabetes Melitus Tahun 2006, klasifikasi DM adalah :
a) Tipe 1 : Destruksi sel beta,umunya difisiensi insulin absolute
Autoimun
Idiopatik
b) Tipe 2 : Bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi insulin disertai
difisiensi insulin
c) Tipe lain :
Efek genetik fungsi sel beta
Efek genetilk kerja insulin
Penyakit eksokrin pankreas
Endokrinopati
Karena obat atau zat kimia
infeksi
Sebab imunologi yang jarang
Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM
d) DM Gestasional : Diabetes karena dampak kehamilan
Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan metabolisme karbohidrat, di mana glukosa darah
tidak dapat digunakan dengan baik, sehingga menyebabkan keadaan hiperglikemia. DM
merupakan kelainan endokrin yang terbanyak dijumpai. Diabetes Melitus dengan kehamilan
(Diabetes Mellitus Gestational – DMG) adalah kehamilan normal yang disertai dengan
peningkatan insulin resistance (ibu hamil gagal mempertahankan euglycemia). Pada
golongan ini, kondisi diabetes dialami sementara selama masa kehamilan. Artinya kondisi
diabetes atau intoleransi glukosa pertama kali didapati selama masa kehamilan, biasanya
pada trimester kedua atau ketiga.
2.1.1.3 Tanda dan Gejala Penyakit Diabetes Melitus
Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis
yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula
dalam darah mencapai nilai 160 – 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang
mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.
Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun tidak
semua dialami oleh penderita :
1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10.Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
2.1.2. Tinjauan tentang Herba Meniran (Phylanthus niruri L.)
Menurut Harizul Rivai, et. al (2011) yang dikutip dalam Sudibyo (1998) meniran
(Phylanthus niruri Linn) adalah salah satu tumbuhan obat Indonesia yang telah lama digunakan
secara turun temurun untuk pengobtan berbagai penyakit diuretic, ekspektoran dan pelancar haid.
2.1.2.1 Nama Sinonim
Pgyllanthus urinaria L.
2.1.2.2 Nama lokal
Berikut merupakan nama local dari herba meniran:
Indonesia : Meniran
Melayu : Dukung anak
Philiphina : Sampa Samplukan
2.1.2.3 Klasifikasi Tumbuhan
Dalam taksonomi tumbuhan, meniran diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Super Devisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Devisi : Magnoliophyta (menghasilkan biji)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Eupobiaceae
Genus : Phyllanthus
Spesies : Phyllanthus niruri L.
2.1.2.4 Deskripsi Tanaman
Tumbuhan berhabitus terna, tumbuh tegak, tinggi 0,5-1 m, bercabang terpencar, cabang
mempunyai daun tunggal yang berseling dan tumbuh mendatar dari batang pokok. Batang
bewarna hijau pucat atau hijau kemerahan. Bentuk daun bundar telur sampai bundar memanjang,
panjang daun 5-10 mm, lebar 2,5-5 mm, ujung bundar atau runcing, permukaan daun bagian
bawah berbintik-bintik kelenjar. Bunga keluar dari ketiak daun, bunga jantan terletak di bawah
ketiak daun, berkumpul 2-4 bunga, tangkai bunga 0,5-1 mm, helaian mahkota bunga berbentuk
bundar telur terbalik, panjang 0,75-1 mm, bewarna merah pucat, bunga betina sendiri, letaknya
di bagian atas ketiak daun, tangkai bunga 0,75-1 mm, helaian mahkota bunga berbentuk bundar
telur sampai bundar memanjang, tepi bewarna hijau muda, panjang 1,25-2,5 mm. Buah licin,
garis tengah 2-2,5 mm, panjang tangkai buah 1,5-2 mm. Dikenal ada dua varietas, yaitu a
javanicus panjang helai daun 5-10 mm, lebar 2,5-5 mm; pada variets a genuinus panjang helai
daun 7-20 mm, lebar 3-5 mm. Tanaman ini tumbuh tersebar hamper di seluruh Indonesia pada
ketinggian tempat antara 1-1000 m dpl. Tumbuh baik di tempat terbuka, pada tanah gembur yang
mengandung pasir, di ldang, di tepi sungai dan di pantai. Tanaman ini terdapat juga di India,
Cina, Malaysia, Filiphina, dan Australia. Meniran tidak menimbulkan toksisitas pada hati dan
tidak menimbulkan kerusakan sel hati secara permanen serta dapat dikategorikan relative tidak
toksik. Pada uji toksisitas akut, menunjukkan LD50 ekstrak air daun meniran adalah 516,2 mg/kg
BB pada tikus secara i.p. (BPOM RI, 2010:55-57)
2.1.2.5 Kandungan Herba Meniran
Herba meniran ini memiliki beberapa kandungan, diantaranya adalah
a. Flavonoid
Dalam herba meniran terdapat berbagai zat-zat penting yang sangat bermanfaat oleh
tubuh, salah satunya adalah flavonoid. Flavonoid merupakan salah satu dari sekian banyak
senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh suatu tanaman, yang bisa dijumpai pada
bagian akar, batang, daun, kulit, tepung sari, bunga dan biji. Senyawa flavonoid ini telah terbukti
secara invitro mempunyai efek biologis yang sangat kuat sebagai antioksidan.
Pemberian antioksidan berupa vitamin dapat mengurangi stress oksidatif bagi penderita
DM-1 baik kronis maupun akut. Sebagian besar antioksidan dalam plasma dapat berkurang pada
pasien DM-2 dikarenakan komplikasi diabetes yang menyebabkan berbagai komplikasi antara
lain ateroklerosis dan penyakit jantung koroner.
b. Filantin
Filantin merupakan salah satu komponen utama Phylanthus niruri Linn yang memiliki
aktivitas melindungi hati dati zat toksik (antihepatotoksik) baik berupa parasit, obat-obatan, virus
maupun bakteri.
c. Kalium
Kalium memiliki peranan penting dalam metabolis glukosa. Kekurangan kalium dapat
menyebabkan peningkatan kadar gula darah dan menurunnya respons insulin terhadap muatan
glukosa. Asupan kalium yang cukup dapat membantu mengurangi komplikasi pembuluh darah
pada penderita diabetes (Subroto MA, 2006).
d. Lignan
Lignan digunakan sebagai antioksidan dalam makanan. Selain itu lignin juga merupakan
kandungan kimia yang aktif dalam tumbuhan obat tertentu. Lignan diekstraksi dengan aseton
atau etanol dan seringkali diendapkan sebagai garam kalium yang sukar larut (Anonim, 2011)
e. Tanin
Tanin tersebar dalam setiap tanaman berbatang. Salah satu fungsi utama tannin yaitu
sebagai penolak hewan pemakan tumbuhan karena rasanya yang sepat. Tannin dapat
meringankan diare dengan menciutkan selaput lender usus (Anonim, 2011)
f. Alkaloid
Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang tersebar. Alkaloid termasuk
senyawa basa yang mengandung satu atom nitrogen dan berbentuk Kristal. Alkaloid dalam daun
atau buah segar menjadikan rasa pahit di lidah serta mempunyai efek fisiologis kuat atau keras
terhadap manusia. Sifat lain yaitu sukar larut dalam air dengan suatu asam akan membentuk
garam alkaloid yang lebih mudah larut (Anonim, 2011)
g. Saponin
Saponin adalah senyawa aktif yang menimbulkan busa jika dikocok dengan air. Pada
konsentrasi rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah. Saponin dapat bekerja sebagai
antimikroba. Kelarutan saponin dalam air dan etanol tetapi tidak larut dalam eter (Anonim,
20110.
2.1.2.6 Pengaruh Herba Meniran terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah
Ekstrak alcohol herba meniran (Phyllanthus niruri L.) secara signifikan dapat
mengurangi gula darah pada tikus yang normal dan dapat diinduksi alloksan (Damle MC,2008).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Okoli et. al (2010) menyebutkan bahwa seluruh
bagian herba Meniran (Phyllanthus niruri) memiliki potensi sebagai anti diabetes. Beberapa zat
yang telah diketahui berpotensi untuk menurunkan kadar glukosa darah adalah Filantin,
Hipofilantin, Tannin, dammar, Vitamin K, Flavonoid, Kalium (Junieva PN,2006)
Jadi, terbukti bahwa seluruh bagian dari herba meniran (Phyllanthus niruri) yaitu akar,
batang, dan daun dapat berfungsi menurunkan kadar glukosa darah.
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Variable penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa variable penelitian yang meliputi:
a. Variable bebas: status pemberian perlakuan infusa daun dan batang meniran dan
pemberian glibenklamida.
b. Variable terikat: penurunan kadar glukosa mencit yang di bebani glukosa.
2. Populasi penelitian
Populasi target pada penelitian ini adalah mencit jantan. Populasi terjangkau dalam
pnelitian ini adalah mencit jantan umur 2-3 bulan dan berat badan mencit kurang lebih
20-32 gram.
3. Prosedur penelitian
a. Persiapan awal
Memilih hewan uji sejumlah 12 ekor
Umur hewan uji 2-3 bulan dan berat 20-32 gram.
Menyiapkan kandang mencit lengkap.
Menyiapkan infusa daun meniran
b. Persiapan Glukosa
Dosis yang dipakai untuk uji glukosa oral manusia dewasa (70 kg) adalah 75 gram.
Dengan factor konfersi 0,0026 maka perhitungan dosis glukosa pada mencit (20
gram) adalah sebagai berikut:
Dosis glukosa mencit = 75 x 0,0026
= 0,195 gram/20 gram BB = 9,75 mg/kgBB
c. Persiapan glibenklamida
Dosis pemakaian glibenklamida pada manusia dewasa (50 kg) adalam 5 g. pada
penelitian ini digunakan glibenklamida tablet 5 mg, dengan konversi dosis dara
manusian dewasa (70kg) adalah 0,0026, maka perhitungan dosis glibenklamida untuk
mencit (20 gram):
Dosis glibenklamida mencit = 70/50 x 5 x 0,0026
= 0,0182 mg/kgBB
d. Persiapan infusa meniran
Dosis infusa daun maupun batang meniran yang diberikan adalah dengan volume 1
ml per 20 gram berat badan mencit, maka perhitungannya adalah:
Dosis mencit = 70/50 x 200 x 0,0026
= 0,728 mg/kgBB
Dosis tersebut tidak melebihi LD50 (lethal dose) pemakaian meniran.
4. Langkah Kerja Penelitian
1) Sebanyak 12 ekor mencit di bagi menjadi 4 kelompok, masing-masing 3 ekor mencit
dan letakkan ke dalam satu kandang.
2) Sebelum di berikan perlakuan, mencit di puasakan 12-16 jam agar glukosa darah
stabil dan tidak berubah kadar glukosa darah oleh asupan makanan.
3) Kemudian diambil sampel darah mencit untuk menentukan kadar glukosa darah awal
sebelum pemberian kadar glukosa.
4) Kemudian tikus diberi beban glukosa dengan dosis 9,75 mg/kgBB untuk semua
kelompok. Setelah 30 menit, di ambil sampel darah dari ekor mencit sebelumnya di
sediakan sedimen uji dan di ukur kadar glukosa darah awalnya untuk memastikan
bahwa semua mencit sudah dalam kondisi hiperglikemik (> 200 mg/dl).
5) Kemudian diberikan perlakuan. Kelompok pertama adalah control 11ariable yaitu
tanpa perlakuan, kelompok kedua adalah control positif yaitu dengan pemberian
glibenklamida dengan dosis 0,0182 mg/kgBB, kelompok ketiga adalah pemberian
daun meniran dosis 100%, dan kelompok keempat adalah pemberian daun meniran
dosis 50%.
6) Pemeriksaaan kadar glukosa darah mencit setelah pemberian infusa di lakukan pada
menit ke-30 dan 120 (post test) untuk melihat grafik penurunan kadar glukosa mencit
di ukur menggunakan blood glucose stick meter.
5. Bagan Kerja Penelitian
K 1 K 2 K 3 K 4 @ 3 ekor mencit
(-) (+) (100%) (50%)
Mencit dipuasakan 12-16 jam
Mengukur kadar glukosa darah awal
Pemberian beban glukosa dengan dosis 9,75 mg/kgBB untuk semua kelompok
Mengukur kadar glukosa darah tahap II setelah 30 menit
Pemberian dosis perlakuan pada tiap kelompok
Mengukur kadar penurunan glukosa darah setiap 30, 60, dan 120 menit
Analisis data dengan anava, uji F, dan uji T
6. Analisis Data
1. Pengolahan data
Data yang sudah terkumpul sebelum di analisis harus melalui pengolahan data
terlebih dahulu, data yang dianalisis adalah data yang diperoleh langsung dari mencit
yaitu kadar glukosa darah sebelum dan sesudah perlakuan.
2. Analisis univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan dan mendiskripdikan karakteristik
setiap variable penelitian. Pada umumnya pada analisis ini hanya menghasilkan
distribusi frekuensi dan presentase dari tiap 13ariable (Notoadmodjo S, 2010: 182)
pada penelitian ini analisis univariat untuk mengetahui dan mendiskripsikan berat
badan mencit pada masing-masing kelompok, kadar glukosa darah pada masa adaptasi,
kadar glukosa darah awal setelah diberi beban glukosa (sebelum pemberian infusa
daun/batang) pada masing-masing kelompok, dan setelah pemberian infusa batang dan
daun meniran.
3. Analisis Bivariat
Analisis ini dilakuakan untuk mengetahui hubungan antara 13ariable bebas dan
variable terikat (Notoadmodjo S, 2010: 182). Dalam penelitian ini variable
penelitiannya meliputi:
a.Variable bebas: status pemberian perlakuan infusa daun dan batang meniran dan
pemberian glibenklamida.
b.Variable terikat: penurunan kadar glukosa mencit yang di bebani glukosa.
Analisis yang utama untuk mengetahui perbandingan efektifitas kelompok
pemberian oral infusa batang dan daun meniran, kelompok control dan kelompok
pembanding terhadap penurunan kadar glukosa darah mencit.
Kemudian analisis dilanjutkan dengan one way annava untuk mengetahui:
i. Ada tidaknya perbedaan kadar glukosa darah sebelum perlakuan antar kelompok
perlakuan.
ii. Perbedaan kadar glukosa darah mencit sebelum da sesudah perlakuan Glibenklamida
(+) dengan uji T.
iii. Mengetahui perbedaan kadar glukosa darah mencit sebelum da sesudah perlakuan
pemberian infusa batang dab daun meniran, menggunakan uji T.
Untuk melihat adanya perbedaan penurunan kadar glukosa darah antar kelompok perlakuan.
BAB IV
HASIL, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Tabel 1. Hasil Pengamatan Kadar Glukosa Darah Mencit
Kelompok No.Berat Badan
(gr)
Kadar Glukosa Darah (mg / dl)
Sebelum
30
menit
60
menit
120
menit
Kontrol (-)
1 38 55 544 166 147
2 29 107 421 175 132
3 27 65 310 183 125
Kontrol
(+)
1 34 89 444 52 71
2 31 107 263 93 129
3 27.5 83 299 107 105
Daun
(100%)
1 27 58 272 177 128
2 27 82 387 582 126
3 29.5 109 185 218 155
Daun
(50%)
1 29 81 465 172 92
2 27 71 409 250 156
3 26 94 336 195 64
B. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Pada penelitian ini, diketahui bahwa berat badan mencit berkisar antara 26-38
gram. Umur mencit sendiri berkisar antara 2-3 bulan. Umur mencit segitu sudah
termasuk mencit dewasa sehingga dapat dilakukan penelitian. Pada tiap kelompok
berat mencit berkisar antara 26-29 gram, tetapi ada satu ekor mencit yang memiliki
berat yang cukup besar pada kelompok kontrol (-) sebesar 38 gram.
Selain berat badan, kadar glukosa darah awal juga diukur. Kadar glukosa awal
tercatat berkisar antara 58-109 mg/dl. Kondisi tersebut masih tergolong normal kadar
glukosa darahnya. Setelah diberi perlakuan beban glukosa, lalu diukur 30 menit
kemudian ternyata kadar glukosa darah mencit berkisar antara 185-544 mg/dl. Hal
tersebut menandakan bahwa mencit mengalami diabetes mellitus karena kebanyakan
kadar glukosa darahnya >200 mg/dl.
Setelah pemberian beban glukosa, dilakukan pemberian air rebusan daun meniran
dengan kadar daun 100% dan daun 50%. Hasilnya cukup variatif, tetapi rata-rata kadar
glukosa darah mencit kembali di kisaran normal meskipun ada beberapa ekor yang
kadar glukosa darahnya menjadi fluktuatif. Pada kelompok kontrol (-) terjadi
penurunan meskipun tidak sejauh yang dialami mencit kelompok kontrol (+).
2. Analisis Bivariat
a. Pengaruh berat badan mencit terhadap pemberian air rebusan daun meniran
F= 27,08 (105.625) – 2 / 3 (325)
= 926.357,33
83,45 (1.002.001) –
2
/
3
(1001) 27.538.327,48
= 0,03 F tabel 5% = 7,71
F tabel 1 % = 21,20
F hitung < F tabel = 0,03 < 21,20 maka Ho ditolak, Ha diterima
BB Sebelum∑x 325 1001
∑x2 105,625 1,002,001
Xrata-rata 27.08 83.45
Jadi tidak ada pengaruh yang signifikan antara berat badan mencit dengan
pemberian kadar air rebusan daun meniran.
b. Pengaruh kadar glukosa darah sebelum dan sesudah perlakuan Glibenklamid
b.1. Uji Homogenesis
Ho : σ22 = σ2
2 (homogen) n = 3
H1 : σ22 = σ2
2 (heterogen) n (n-1) = 3 (2) = 6
F = S1
2 =
(Xrat ∑Xi2 – (∑Xi)2)/ n (n-1)
S22 (Xrat ∑Xi
2 – (∑Xi)2) / n (n-1))
= (335,33 (355.706) – (1006)2) / 6
(92,84 (17.392,79) – (185,67)2) / 6
= 19.711.142,83 / 263.378,88 = 74,83
F tabel 5 % = 7,71
→ F hitung > F tabel = 74,83 > 7,71
Maka Ho diterima dan Ha ditolak
Jadi tidak ada perbedaan signifikan antara kedua kelompok yang homogeny.
No. Xi 30' Xi 60' Xi 120 Xi2 30' Xi 60', 120' Xi2 60', 120'2 444 52 71 197,136 84 7,0563 263 93 129 69,169 101.67 10,336.794 299 107 105 89,401
∑x 1,006 252 305 185.67
∑x2 355,706 17,392.79Xrata-
rata 335.33 84 101.67 92.84
b.2. Uji banding 2 sampel kelompok homogen
Bentuk hipotesis :
Ho : μ1 = μ2 (rataan 2 sampel sama)
H1 : μ1 ≠ μ2 (rataan 2 sampel tidak sama)
Rancangan analisis :
T = Xrata1 – Xrata2
S √1/n1 + 1/n2
= 335,33 – 92,84
= 242,16
/ 7,02
8,65. √1/3 + 1/3
= 34,50
T tabel = 4,30
T tabel < T hitung = 4,30 < 34,50 → Ho ditolak
Jadi kedua kelompok yang homogen member pengaruh yang berarti.
c. Kadar daun 100 % dalam air rebusan
c.1. Uji Homogenitas
No. Xi 30' Xi 60' Xi 120 Xi2 30' Xi 60', 120' Xi2 60', 120'2 272 177 128 73,984 192.33 36,9913 387 182 126 149,769 136.33 18,585.894 185 218 155 34,225
∑x 884 577 109 328.66
∑x2 257,978 55,576.70Xrata-
rata 281.33 192.33 136,33 164.33
Ho : σ22 = σ2
2 (homogen) n = 3
H1 : σ22 = σ2
2 (heterogen) n (n-1) = 3 (2) = 6
F = S1
2 =
(Xrat ∑Xi2 – (∑Xi)2)/ n (n-1)
S22 (Xrat ∑Xi
2 – (∑Xi)2) / n (n-1))
= (281,33 (257.978) – (844)2) / 6
(164,33 (55.576,70) – (328,66)2) / 6
= 11.977.435,79 / 1.504.150,28 = 7,96
F tabel 5 % = 7,71
→ F hitung > F tabel = 74,83 > 7,71
Maka Ho diterima dan Ha ditolak
Jadi tak ada perbedaan yang signifikan terhadap 2 kelompok yang homogen.
c.2. Uji banding 2 sampel kelompok homogen
Bentuk hipotesis :
Ho : μ1 = μ2 (rataan 2 sampel sama)
H1 : μ1 ≠ μ2 (rataan 2 sampel tidak sama)
Rancangan analisis :
T = Xrata1 – Xrata2
S √1/n1 + 1/n2
= 281,33 – 164,33
= 117
/ 2,28
2,82. √1/3 + 1/3
= 51,32
T tabel = 4,30
T tabel < T hitung = 4,30 < 51,32 → Ho ditolak
Jadi kedua kelompok yang homogen member pengaruh yang berarti.
d. Kadar daun 50 % dalam air rebusan
d.1. Uji homogenitas
No. Xi 30' Xi 60' Xi 120 Xi2 30' Xi 60', 120' Xi2 60', 120'2 465 172 92 216,225 205.66 42,2963 489 250 156 167,281 104 10,816.004 336 195 64 112,896
∑x 1,210 617 312 309.66
∑x2 257,978 53,112.04Xrata-
rata 403.33 205.66 104 154.83
Ho : σ22 = σ2
2 (homogen) n = 3
H1 : σ22 = σ2
2 (heterogen) n (n-1) = 3 (2) = 6
F = S1
2 =
(Xrat ∑Xi2 – (∑Xi)2)/ n (n-1)
S22 (Xrat ∑Xi
2 – (∑Xi)2) / n (n-1))
= (403,33 (496.402) – (1.210)2) / 6
(154,83 (53.112,04) – (309,66)2) / 6
= 33.124.953,11 / 1.354.574,64 = 24,45
F tabel 5 % = 7,71
→ F hitung > F tabel = 24,45 > 7,71
Maka Ho diterima dan Ha ditolak
Jadi tak ada perbedaan yang signifikan terhadap 2 kelompok yang homogen.
c.2. Uji banding 2 sampel kelompok homogen
Bentuk hipotesis :
Ho : μ1 = μ2 (rataan 2 sampel sama)
H1 : μ1 ≠ μ2 (rataan 2 sampel tidak sama)
Rancangan analisis :
T = Xrata1 – Xrata2
S √1/n1 + 1/n2
= 403,33 – 154,83
= 248,5
/ 4,00
4,94. √1/3 + 1/3
= 62,13
T tabel = 4,30
T tabel < T hitung = 4,30 < 51,32 → Ho ditolak
Jadi kedua kelompok yang homogen member pengaruh yang berarti.
e. Perbandingan kadar daun 100 % dan daun 50 % dalam air rebusan
e.1. Uji homogenitas
Ho : σ22 = σ2
2 (homogen) n = 2
H1 : σ22 = σ2
2 (heterogen) n (n-1) = 2(1) = 2
F = S1
2 =
(Xrat ∑Xi2 – (∑Xi)2)/ n (n-1)
S22 (Xrat ∑Xi
2 – (∑Xi)2) / n (n-1))
= (164,33 (55.576,70) – (328,66)2) / 2
(154,84 (53.112,04) – (309,66)2) / 2
= 4.512.456,86 / 4.063.989,47 = 1,11
F tabel 5 % = 1.05
→ F hitung > F tabel = 1,11 > 7,71
Maka Ho diterima dan Ha ditolak
Jadi tak ada perbedaan yang signifikan terhadap 2 kelompok yang homogen.
c.2. Uji banding 2 sampel kelompok homogen
Bentuk hipotesis :
100% 50%192.3 205.66136.3 104
Ho : μ1 = μ2 (rataan 2 sampel sama)
H1 : μ1 ≠ μ2 (rataan 2 sampel tidak sama)
Rancangan analisis :
T = Xrata1 – Xrata2
S √1/n1 + 1/n2
= 9,5
= 9,5
/ 1,05
105. √1/2 + 1/2
= 9,04
T tabel = 4,30
T tabel < T hitung = 4,30 < 51,32 → Ho ditolak
Jadi kedua kelompok yang homogen member pengaruh yang berarti.
C. Pembahasan
Berdasarkan data penelitian di atas, diketahui berat badan mencit cukup
bervariasi. Variasi berat badan tersebut berkisar antara 26-38 gram. Setelah dilakukan
analisis data menunjukkan bahwa dengan adanya variasi berat badan pada mencit tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pemberian dosis dari glibenklamid dan
kadar daun meniran di dalam air rebusan yang diberikan mencit. Pengaruh yang
kemungkinan besar sangat berpengaruh terhadap dosis yang diberikan adalah umur
mencit. Hal tersebut dikarenakan umur sangat berkaitan dengan tumbuh dan kembang
dari fisik mencit, organ mencit, maupun secara psikologisnya siap untuk dilakukan sebagi
bahan percobaan.
Selain variasi berat badan, berdasarkan data di atas diketahui bahwa kelompok
mencit kontrol (-) rata-rata mengalami penurunan kadar glukosa darah setelah puasa
selama 12-16 jam. Pada saat pemberian beban glukosa, 30 menit pertama glukosa darah
mencit tercatat >200 mg/dl. Hal tersebut menandakan mencit mengalami Diabetes
Mellitus. Namun secara normal hingga menit ke-120 kadar glukosa darah menjadi normal
meskipun masih tergolong cukup tinggi yaitu rata-rata >100 mg/dl. Apabila
penurunannya secara alami masih bisa dilakukan, maka mengindikasikan bahwa pankreas
mencit masih berfungsi secara optimal dalam mensekresikan insulin meskipun sempat
mengalami Diabetes Mellitus.
Pada kelompok mencit kontrol (+) yaitu kelompok yang diberi dosis
glibenklamid. Saat setelah dilakukan puasa, kadar glukosa darah mencit menjadi rendah
(rata-rata <100 mg/dl). Setelah diberi beban glukosa, 30 menit pertama glukosa darah
mencit tercatat >200 mg/dl. Hal tersebut menandakan mencit mengalami Diabetes
Mellitus. Saat memasuki menit ke-60, kadar glukosa darah mencit turn drastis yaitu 2
ekor < 100 mg/dl dan 1 ekor yang lain 107 mg/dl. Namun, ketika memasuki menit ke-120
kondisi kadar glukosa mencit berbalik, 2 ekor menjadi naik dan 1 ekor yang lain hanya
turun 2 angka saja. Hal tersebut kemungkinan besar dikarenakan pankreas pada mencit
kelompok kontrol (+) telah mengalami kerusakan yang cukup serius sehingga tidak
optimal dalam sekresi insulin atau dikarenakan zat glibenklamid hanya efektif
menurunkan kadar glukosa darah setelah rentang waktu 60 menit pertama saja. Pada
analisis data juga terbukti demikian, memberikan hasil akhir tidak memberikan pengaruh
yang signifikan.
Kelompok ketiga adalah kelompok mencit dengan dosis 100% daun meniran di
dalam air rebusan. Saat setelah dilakukan puasa, kadar glukosa darah mencit menjadi
rendah (rata-rata <100 mg/dl). Setelah diberi beban glukosa, 30 menit pertama glukosa
darah mencit tercatat >200 mg/dl. Hal tersebut menandakan mencit mengalami Diabetes
Mellitus. Hasil kadar glukosa darah pada 60 menit pertama 2 ekor mencit mengalami
kenaikan kadar glukosa darah (masih masuk kategori DM), 1 ekor mengalami penurunan
tetapi masih cukup tinggi kadarnya. Namun pada menit ke-120 terjadi penurunan kadar
glukosa darah yang efektif yaitu < 200 mg/dl untuk ketiga ekor mencit. Hal tersebut
menandakan bahwa kadar daun meniran 100% dalam air rebusan memberikan hasil
positif mulai menit 120. Peristiwa tersebut juga dibuktikan dengan analisis data bahwa
kadar daun 100% di dalam air rebusan memberikan hasil yang signifikan dalam
penurunan kadar glukosa darah.
Kelompok terakhir adalah kelompok mencit dengan dosis 50% daun meniran di
dalam air rebusan. Saat setelah dilakukan puasa, kadar glukosa darah mencit menjadi
rendah (rata-rata <100 mg/dl). Setelah diberi beban glukosa, 30 menit pertama glukosa
darah mencit tercatat >200 mg/dl. Hal tersebut menandakan mencit mengalami Diabetes
Mellitus. Pada 60 menit pertama ketiga ekor mencit mengalami penurunan kadar glukosa
darah meskipun belum optimal (masih ada yang >200 mg/dl). Saat memasuki menit ke-
120, ketiga ekor mencit dalam kelompok tersebut ternyata memberikan hasil yang
optimal dalam menurunkan kadar glukosa darah (rata-rata mendekati di bawah 100
mg/dl). Hal tersebut juga dibuktikan dengan analisis data yang menyimpulkan pada kadar
daun 50% di dalam air rebusan memberikan hasil yang signifikan dalam menurunkan
kadar glukosa darah.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan :
Dalam kegiatan penelitian ini dapat ditarik kesimpulan antara lain :
1. Kadar daun meniran 50% paling efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah.
2. Daun meniran terbukti efektif dan tidak kalah efektifnya dengan senyawa
glibenklamid dalam menurunkan kadar glukosa darah.
3. Senyawa glibenklamid hanya efektif menurunkan kadar glukosa darah pada 60 menit
pertama saja, selebihnya senyawa Filantin, Hipofilantin, Tannin, dammar, Vitamin K,
Flavonoid, Kalium pada daun meniran lebih efektif untuk menurunkan kadar glukosa
darah.
B. Saran :
1. Untuk lebih meyakinkan akan hasil penelitian maka diperlukan hewan uji yang lebih
banyak
2. Perlunya penelitian lanjutan agar ditemukan kadar daun meniran yang optimal dalam
penurunan kadar glukosa darah pada 60 menit pertama
3. Perlunya dipastikan ketelitian praktikan saat melakukan pengukuran, karena ada
beberapa data setelah diberi perlakuan masih mengalami kenaikan kadar glukosa
darah.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Amatsier S. 2008. Penuntun Diet. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
American Diabetes Association. http://www.diabetes.org/. Diakses 19 Maret 2012.
Anonim. 2011. http://www.google.com/meniran. Diakses 20 Maret 2012.
Anonim. 1993. Pedoman Pengujian dan Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik. Yayasan Pengembangan Obat. Jakarta: DEPKES RI.
Antioksidan, Resep Sehat dan Umur Panjang. http://www.gizi.net/. Diakses 7 Maret 2012.
Ardhini R. 2006. Pengaruh Pemberian Ekstrak Meniran ( Phyllanthus sp. ) Terhadap Gambaran
Mikroskopik Ginjal Tikus Wistar Yang Diinduksi Karbon Tetraklorida. Artikel Ilmiah:
Universitas Diponegoro.
Aziz Alimul Hidayat. 2009. Metode Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medica.
BPOM RI. 2010. Acuan Sediaan Herbal. Jakarta: Direktorat OAI, Deputi II.
Bustan MN. 2007. Epidermiologi Penyakit Menular. Jakarta: Rineka Cipta.
Dahlan MS. 2009. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika
Davey P. 2005. At Glance Medicine. Jakarta: Penerbit Erlangga.
DEPKES RI. 2011. World Diabetes Day. http://www.pppl.depkes.go.id/. Diakses 27 Mei 2012.
World Health Organization. 2012. Diabetes Media Center. http://www.who.int/. Diakses 19
Maret 2012.
Dinas Kesehatan Kota Semarang. 2012. Profil Kesehatan Kota Semarang. Semarang: Dinkes
Kota Semarang.
Fahri C, Sutarno, Shanti Listyawati. 2005. Kadar Glukosa dan Kolesterol Total Darah Tikus
Putih (Rattus norvegicus L.) Hyperglikemik Setelah Pemberian Ekstrak Metanol Akar
Meniran (Phyllanthus niruni L). Biofarmasi.
Hartati T. 2009. Pengaruh Asupan Serat Makanan, IMT, Usia, Terhadap Kadar Glukosa Darah
Penderita Diabetes Melitus. Semarang: Universitas Diponegoro.
Hidayat AA. 2009. Metode Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisis Data. Jakarta: Salemba
Medika.
Kusumawati D. 2004. Bersahabat Dengan Penelitian Hewan Uji Coba. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada.
Junieva PN. 2006. Pengaruh Pemberian Ekstrak Meniran (Phyllanthus sp.) Terhadap Gambaran
Mikroskopik Paru Tikus Wistar Yang Diinduksi Carbon Tetracloride. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Misnadiarly. 2006. Diabetes Mellitus. Jakarta: Pustaka Populer Obor.
Murray RK, Granner DK, Mayer PA, Rodwell VW. 2003. Biokimia Harper. Jakarta: EGC.
Murugaiyah. 2008. Phytochemical, Pharmacological and Pharmacokinetic Studies of
Phyllanthus niruri Linn. Lignans as Potential Antihyperuricemic Agents.Kuala Lumpur:
Malaysia University.
Nwanjo HU, Oze G, Okafor M.C., Nwosu D, Nwankpa P. 2007. Protective Role of Phyllanthus
niruri Extract on Serum Lipid Profile And Oxidative Stress in Hepatocytes of Diabetic
Rats. African Journal of Biotechnology.
Notoadmodjo S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Oktarini R. 2010. Pengaruh Ekstrak Herba Anting-Anting (Acalypha Australis L.) Terhadap
Kadar Glukosa Darah Mencit Induksi Streptozotocin. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Okoli CO, Ibiam AF, Ezike AC, Akah PA, Okoye TC. 2010. Evaluation of Antidiabetic
Potentials of Phyllanthus niruri in Alloxan Diabetic Rats. Journal of Biotechnology.
PERKENI. 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Type-II di
Indonesia. Jakarta: PB.PERKENI.
Proctor JE. 2005. Joslin’s Diabetes Mellitus. USA: Joslin Diabetes Center.
Rivai H, Hazli Nurdin, Hamzar Suyani dan Amri Bakhtiar. 2011. Pengaruh Cara Pengertian
Terhadap Mutu Herba Meniran (Phyllanthus niruri L.). Majalah Farmasi Indonesia.
Sastroamoso S. 1995. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara.
Soemardji AA. 2004. Penentuan Kadar Gula Darah Mencit Secara Cepat: Untuk Diterapkan
Dalam Penapisan Aktivitas Antidiabetes Invivo. Acta Pharmaceutica Indonesia.
Soeparman. 1990. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI.
Subroto MA. 2006. Ramuan Herbal Untuk Diabetes Militus. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.
Sukestiyarno. 2012. Statistika Dasar. Semarang : Unnes.
Tjokroprawiro HA. 2001. Teknologi Baru Pada Pengelolaan Diabetes Melitus. PDII-LIPI :
Medica.
Widowati W. 2008. Potensi Antioksidan Sebagai Antidiabetes.
Widowati L, B. Dzulkarnaen, Sa’roni. 1997. Tanaman Obat Untuk Diabetes Melitus. Jakarta :
Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian Pengembangan
Kesehatan, Depkes RI.
World Health Organization (WHO). 1993. General Guidelines for Methodologies on Research
and Evaluation of Traditional Medicine. Manila : Regional Office for Western Pacific.
BAB VIII
LAMPIRAN