20
x PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan meningkatnya laju pembangunan, penambahan penduduk, serta aktifitas dan tingkat sosial ekonomi masyarakat telah memicu terjadinya peningkatan jumlah timbunan sampah dari hari ke hari. Sampah – sampah tersebut terbagi menjadi sampah organik dan anorganik. (Hadiwiyoto,1983) Timbulan sampah selain dapat mempersempit lahan dan mengganggu aktivitas penduduk, juga dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan, seperti mengganggu keseimbangan alam dan merusak estetika. Sehingga berakibat buruk bagi kesehatan dimana sampah adalah tempat yang sangat potensial bagi perkembangan vektor dan sumber persebaran berbagai penyakit. Berbagai macam teknologi dan metode telah diusulkan untuk mengatasi permasalahan sampah. Metode yang umum digunakan dan diterapkan di Kabupaten-Kabupaten di Indonesia saat ini adalah metode landfill dengan cara mengumpulkan dan mengalihkan sampah pada suatu tempat atau daerah tertentu yang biasa disebut Tempat Pengolahan Akhir (TPA). TPA dirancang sebagai tempat dimana sampah akan diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan. Semua sampah yang dihasilkan pada akhinya akan bermuara pada TPA ini sehingga persebaran sampah dapat terkontrol. 1

laporan ptpa

Embed Size (px)

DESCRIPTION

field trip tpa magelang

Citation preview

xPENDAHULUAN1.1. Latar BelakangDengan meningkatnya laju pembangunan, penambahan penduduk, serta aktifitas dan tingkat sosial ekonomi masyarakat telah memicu terjadinya peningkatan jumlah timbunan sampah dari hari ke hari. Sampah sampah tersebut terbagi menjadi sampah organik dan anorganik. (Hadiwiyoto,1983)Timbulan sampah selain dapat mempersempit lahan dan mengganggu aktivitas penduduk, juga dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan, seperti mengganggu keseimbangan alam dan merusak estetika. Sehingga berakibat buruk bagi kesehatan dimana sampah adalah tempat yang sangat potensial bagi perkembangan vektor dan sumber persebaran berbagai penyakit.Berbagai macam teknologi dan metode telah diusulkan untuk mengatasi permasalahan sampah. Metode yang umum digunakan dan diterapkan di Kabupaten-Kabupaten di Indonesia saat ini adalah metode landfill dengan cara mengumpulkan dan mengalihkan sampah pada suatu tempat atau daerah tertentu yang biasa disebut Tempat Pengolahan Akhir (TPA). TPA dirancang sebagai tempat dimana sampah akan diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan. Semua sampah yang dihasilkan pada akhinya akan bermuara pada TPA ini sehingga persebaran sampah dapat terkontrol. 1.2. Tujuan Mengetahui tentang sistem pengelohan sampah di kabupaten Magelang1.3. Manfaat Memahami system pengelolaan sampah di Kabupaten Magelang.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 UmumPedoman umumnya adalah Undangundang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Tata cara pemilihan lokasi tempat pemrosesan akhir sampah menggunakan ketentuan SNI 03-3241-1991 SK SNI T-11-1991-03 Definis tempat pemrosesan akhir sampah berdasarkan Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah adalah sarana fisik untuk berlangsungnya kegiatan pemrosesan akhir sampah, yang selanjutnya disebut TPA; pemrosesan akhir sampah adalah tempat untuk memroses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan. Pemilihan lokasi TPA harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : 1. TPA sampah tidak boleh berlokasi di danau, sungai dan laut; 2. disusun berdasarkan 3 tahapan yaitu : a) tahap regional yang merupakan tahapan untuk menghasilkan peta yang berisi daerah atau tempat dalam wilayah tersebut yang terbagi menjadi beberapa zona kelayakan;b) tahap penyisih yang merupakan tahapan untuk menghasilkan satu atau dua lokasi terbaik diantara beberapa lokasi yang dipilih dari zona-zona kelayakan pada tahap regional; c) tahap penetapan yang merupakan tahap penentuan lokasi, berdasarkan hasil analisis dari tahap regional dan tahap penyisih2.2 KhususKriteria pemilihan lokasi TPA sampah dibagi menjadi tiga bagian :1. kriteria regional, yaitu kriteria yang digunakan untuk menentukan zona layak atau zona tidak layak sebagai berikut :a) kondisi geologi; tidak berlokasi di zona holocene fault; tidak boleh di zona bahaya geologib) kondisi hidrogeologi; tidak boleh mempunyai muka air tanah kurang dari 3 m; tidak boleh kelulusan tanah lebih besar dari 10-6cm/det; jarak terhadap sumber air minum harus lebih besar dari 100 m di hilir aliran; dalam hal tidak ada zona yang memenuhi kriteria-kriteria tersebut di atas, maka harus diadakan masukan teknologi;c) kemiringan zona harus kurang dari 20% jarak dari lapangan terbang harus lebih d) dari 3.000 m untuk penerbangan turbo jet dan harus lebih besar dari 1.500 m untuk jenis laine) tidak boleh ada daerah lindung/ cagar alam dan daerah banjir dengan periode ulang 25 tahun. 2. kriteria penyisih yaitu kriteria yang digunakan untuk memilih lokasi terbaik terdiri dari kriteria regional ditambah dengan kriteria berikut a. kriteria penyisih yaitu kriteria yang digunakan untuk memilih lokasi terbaik terdiri dari kriteria regional ditambah dengan kriteria berikut: hujan intensitas hujan makin kecil dinilai makin baik; angin arah angin dominan tidak menuju ke permukiman dinilai makin baik;b. utilitas: tersedia lebih lengkap dinilai makin baik;c. lingkungan biologi: habitat kurang bervariasi, dinilai makin baik; daya dukung kurang menunjang kehidupan flora dan fauna, dinilai makin baik;d. kondisi tanah: produktifitas tanah: tidak produktif dinilai lebih baik; kapasitas dan umur: dapat menampung lahan lebih banyak dan lebih lama dinilai lebih baik; ketersediaan tanah penutup: mempunyai tanah penutup yang cukup, dinilai lebih baik; status tanah: makin bervariasi dinilai tidak baike. demografi: kepadatan penduduk lebih rendah, dinilai makin baik;f. batas administrasi: dalam batas adminitrasi dinilai semakin baik;g. kebisingan: semakin banyak zona penyangga dinilai semakin baikh. bau: semakin banyak zona penyangga dinilai semakin baiki. estetika: semakin tidak telihat dari luar dinilai semakin baik;j. ekonomi: semakin kecil biaya satuan pengelolaan sampah (per m3/ton) dinilai semakin baik;

BAB IIIMETODOLOGI3.1. Waktu dan Tempat Hari : Senin Tanggal : 8 Juni 2015 Jam : 10.00 12.00 WIB3.2. Tempat PengamatanDesa Banyuurip Kecamatan Tegalrejo , Kabupaten Magelang

Gambar 3.1 Pintu Gerbang TPA Banyuurip3.3. Cara Kerja Mendengarkan dan mencatat narasumber memberikan materi tentang pengolahan sampah di kabupaten Magelang. Mencatat lokasi pengolahan sampah serta didokumentasikan dengan mengambil gambar.

BAB IVHASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

Pengolahan Kompos , Bongkar Muatan Sampah

Instalasi Air Lindi

Zona AktifZona Pasif

Kota Magelang memiliki Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) di Desa Banyuurip Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang dengan luas 5 Ha. Masa operasional TPA Banyuurip habis pada akhir tahun 2008, karena 5 sel yang ada saat ini hampir penuh Setiap hari ada 200 m sampah yang dibuang ke TPA ini. Sistem operasionalnya menggunakan sistem open dumping dengan peralatan 1 unit Bulldozer; 1 unit Wheel Loader dan 1 unit Excavator. Sistem open dumping (lahan urug terbuka) adalah sistem pengolahan persampahan di TPA dengan cara limbah dibuang langsung ke lahan terbuka tanpa perlakuan lebih lanjut. Luas daerah pelayanan persampahan Kota Magelang mencapai 100% dari seluruh wilayah Kota Magelang (seluas 18,12 Km). Jumlah penduduk pada tahun 2007 yang terlayani mencapai 99.200 jiwa (84,62%) dari seluruh jumlah penduduk Kota Magelang (117.233 jiwa) Permasalahan yang muncul dalam pengelolaan persampahan Kota Magelang adalah akan habisnya masa operasional TPA Banyuurip; bila mencari lokasi TPA baru sangat sulit mengingat Kota Magelang tidak mempunyai lahan (TPA Banyuurip masuk wilayah Kabupaten Magelang); proteksi masyarakat sangat kuat terhadap pembangunan TPA baru; mau tidak mau lahan untuk TPA baru. Luas daerah pelayanan persampahan Kabupaten Magelang mencakup wilayah Kota Mertoyudan, Kota Mungkid, Kota Muntilan, Kota Borobudur dan Kota Salaman, yang kesemuanya dilayani TPA Pasuruhan. TPA Klegen melayani wilayah Kota Grabag dan Kota Secang. Bidang Kebersihan Secara institusional pengelolaan sampah kota dikelola oleh DKPT Pengelolaan sampah dari tingkat rumah tangga untuk dikumpulkan di TPS oleh RT/RW Pengelolaan sampah kota dilakukanoleh DKPT Pengelolaan sampah pasar dilakukan oleh Dinas Pasar Sampah yang terkumpul di TPA /transfer depo langsung diangkut hari itu jugaKebijakan Pemerintah Daerah Kota Magelang dalam Pengelolaan KebersihanDi tindak lanjuti dengan : Perda .7 th 2006, tgl 24 Nop 2006 tentang Pengelolaan Kebersihan. Perda No.8 th 2006, tgl 24 Nop 2006 tentang Retribusi Pengelolaan Kebersihan Perda No.17 thn 2011 tentang Retribusi Jasa Umum Perda 4 th 2008 tgl 4 Mei 2008,Tentang Susunan , Kedudukan dan Tugas Pokok DKPT Kota MglBidangTPA Banyuputih menggunakan system controlled landfill. Sistem Controlled LandfillPrinsip pembuangan akhir dengan sistem ini yaitu penutupan sampah dengan lapisan tanah dilakukan setelah TPA penuh dengan timbulan sampah yang dipadatkan atau setelah mencapai tahap (periode) tertentu. Proses perataan dan pemadatan sampah tetap dilakukan untuk memudahkan pembongkaran sampah serta penggunaan TPA semaksimal mungkin. Sistem ini sebenarnya tidak termasuk sistem sanitary landfill, tapi merupakan perbaikan dari sistem open dumping. Untuk menghindari perkembangan vektor penyakit seperti lalat sebaiknya dilakukan penyemprotan dengan pestisida dan sedapat mungkin lokasinya jauh dari pemukiman.A. Pemusnahan Sampah1. Pembuangan sampah yang diturunkan dari truk sampah ke lahan yang telah disediakan.2. Penyebaran sampah dengan tenaga manusia atau alat lainnya.3. Pemadatan sampah dengan alat-alat berat.4. Pekerjaan pelapisan akhir sampah dengan tanah penutup.Menurut Bahar (1986), kebaikan dan kelemahan sistem controlled landfill adalah : Kebaikan Sistem Controlled Landfill :1. Mudah dilaksanakan karena menggunakan metode yang sederhana2. Lahan yang tersedia tidak memerlukan konstruksi.3. Murah dalam operasi dan pemeliharaan karena sistem dan peralatan yang digunakan tidak terlalu kompleks.4. Tidak menimbulkan dampak negatif bagi estetika kota karena sampah tidak tersebar sembarangan.5. Tidak mengakibatkan dampak negatif bagi kesehatan lingkungan karena gangguan bau sampah dan penyebaran vektor penyakit dapat dihindari dengan adanya tanah penutup. Kelemahan Sistem Controlled Landfill :1.Memerlukan luas lahan yang cukup besar untuk lokasi Tempat Pembuangan Akhir.2. Memerlukan anggaran biaya khusus untuk pembayaran tenaga operasional serta operasi dan pemeliharaan peralatan.3. Kurang memperhatikan segi perlindungan kualitas lingkungan karena air luruhan hasil dekomposisi sampah (lindi) tidak mengalami pengolahan karena belum adanya penanganan khusus untuk lindi dan gas hasil dekomposisi sampah.

Untuk menghadapi permasalahan sampah,maka mengunakan cara yang lebih baik dalam pengelolaan sampah melalui PROGRAM 3R : (Reduce, Reuse, Recycle) (Kurangi sampah, Gunakan Kembali, Olah Kembali)Pengelolaan sampah 3R (Reduce, Reuse, Recycle) berbasis masyarakat merupakan paradigma baru dalam pengelolaan sampah. Paradigma baru tersebut lebih ditekankan kepada pengurangan sampah yang lebih arif dan ramah lingkungan. Metode tersebut menekankan kepada tingkat perilaku konsumtif dari masyarakat serta kedasaran terhadap kerusakan lingkungan akibat bahan tidak terpakai lagi yang berbentuk sampah.Pengurangan sampah dengan metode 3R berbasis masyarakat lebih menekankan kepada cara pengurangan sampah yang dibuang oleh individu, rumah, atau kawasan seperti RT ataupun RW. Dari pendekatan tersebut, maka di dalam pelaksanaan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat yakni: Proses pengelolaan sampah sejak dikeluarkan oleh masyarakat Proses pemahaman masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan metoda 3R. Proses pendampingan kepada masyarakat pelaku 3R.PUPUK GRANUL Pupuk Organik granul adalah pupuk yang berasal dri pelapukan beberapa bahan rganik yang berupa sisa-sisa tanaman, hewan, kotoran hewan dan batuan organik yang terbentuk dari tumpukan kotoran hewan. Pupuk organik dapat juga berasal dari limbah industri pertanian, seperti industri jamu, industri minyak astiri, rumah ptong hewan yang sudah tidak mengandung bahan beracun. Pupuk organik yang sudah banyak dikenal oleh petani adalah pupuk kandang, kompos, humus dan lain-lain..MANFAAT1. Memperbaiki dan menjaga struktur tanah tetap gembur, sehingga pertumbuan akar tanaman menjadi lebih baik.2. Meningkatkan Daya serap dan daya ikat tanah terhadap air, sehingga ketersediaan air yang dibutuhkan tanamanmencukupi. Bahan organik dapat mengikat air lebih banyak dan lebih lama3. Menaikan kondisi kehidupan di dalam tanah. Bahan organik menjadi makanan utama bagi organisme dalam tanah seperti cacing, mikroorganisme tanah. Jasad renik dalam tanah amat berperan dalam mengubah pupukorganik menjadisenyawa yang dapat diserap tanaman.4. Megurangi keterikatan fosfat dan meningkatkan ketersediaan unsur-unsur hara bermanfaat.Pupuk kompos yang telah matang di cacah dan diayak untuk mendapatkan ukuran yang seragam.Pupuk kompos selanjutnya dibentuk menjadi granul dengan proses sebagai berikut :1.Persiapan BahanBakuPersiapan bahanbakudilakukan sendiri-sendiri. Jadi jika bahanbakuterdiri dari tiga bahan, maka proses ini juga terbagi menjadi tiga bagian. Bahan untuk membuat pupuk organik granul harus dalam bentuk tepung. Sebagian bahanbakubisa diperoleh atau dibeli dalam bentuk tepung, seperti: kaptan, zeolit, dolomit, atau fosfat alam. Sebagian bahan kemungkinan diperoleh dalam bentuk bongkahan ukuran yang besar. Bahan-bahan ini harus diolah terlebih dahulu hingga berbentuk tepung. Proses persiapan bahanbakuterdiri dari tiga tahap, yaitu: pengeringan, penghalusan, dan pengayakan.2.PengeringanProses pertama adalah pengeringan bahan. Bahanbaku, kompos misalnya, dikeringkan terlebih dahulu. Pengeringan bisa dilakukan dengan cara dijemur atau dengan menggunakan mesin pengering. Pengering dilakukan hingga kadar air kurang dari antara 10-15% atau sampai kompos bisa ditepungkan.3.PenghalusanPenghalusan bisa dilakukan secara manual atau dengan menggunakan mesin. Penghalusan secara manual misalnya dengan cara ditumbuk. Penghalusan dengan mesin menggunakan mesin cacah khusus. Penggunaan mesin menghasilkan kompos yang lebih halus dengan kapasitas yang lebih besar daripada cara manual.4.PengayakanUntuk mendapatkan ukuran tepung yang seragam, kompos yang telah dihaluskan diayak. Pengayakan menggunakan ayakan (screen) halus. Pengayakan bisa dilakukan secara manual atau menggunakan mesin ayak. Yang perlu diperhatikan adalah mesin ayakan harus tertutup atau dilengkapi dengan penyedot debu, karena tepung bisa terbang ke mana-mana. Bahan yang tidak lolos ayakan dikembalikan ke mesin penghalus/pencacah untuk dihaluskan kembali. Jika bahan perlu bahan tersebut dikeringkan lagi agar mudah ditepungkan. Bahanbahan yang sudah tidak bisa dihaluskan bisa dijadikan pupuk organik curah. Jadi tidak ada bahan yang terbuang.5.PencampuranSemua bahan sesuai dengan resepnya dicampur menjadi satu. Pencampuran harus dilakukan baik agar semua bahan tercampur merata. Dalam skala kecil pencampuran dapat dilakan secara manual dengan menggunakan tenaga manusia dan sekop. Dalam skala besar pencampuran dilakukan dengan menggunakanmixer(mesin pencampur). Apabila perekatnya berbentuk tepung, penambahan perekat dilakukan pada proses ini.6.GranulasiSemua bahan yang telah tercampur selanjutnya dibuat granul dengan menggunakan pan granulator. Perekat (jika dalam bentuk cair) ditambahkan secara perlahan-lahan hingga terbentuk granul.7.PengeringanGranul yang baru keluar dari pan granulator biasanya masih basah. Granul ini perlu dikeringkan hingga kadar air kurang lebih 10-15%. Pengeringan granul bisa dengan cara dijemur di bawah sinar matahari atau dengan menggunaka mesin pengering.8.PengayakanMeskipun dilakukan dengan sebaik-baiknya, umumnya granul tidak benar-benar seragam. Ukuran granul bervariasi dari yang terkecil hingga besar. Ukuran granul yang biasa diinginkan antara 3 5 mm. Memisahkan ukuran granul dilakukan dengan cara pengayakan. Granul yang berukuran kecil digunakan kembali dalam proses granulasi, sedangkan granul yang berukuran besar dihaluskan dan digunakan sebagai bahanbakukembali. Granul yangrejectatau pecah-pecah juga dapat dijual sebagai pupuk organik curah. Jadi sekali lagi tidak ada bahan yang dibuang.

BAB VPENUTUP5.1. Kesimpulan TPA Banyuurip Kabupaten Magelang menggunakan metode pengolahan system controlled landfill. Sampah dimanfaatkan kembali sebagai pupuk granul dan pupuk kompos. Program pemberdayaan masyarakat yang telah dilaksanakan yakni bank sampah.

DAFTAR PUSTAKA

http://ismoyoenny.blogspot.com/2012/11/pembuatan-pupuk-organik-granul.html diakses pada 6/15/2015 pukul 10:42

http://menarailmuku.blogspot.com/2012/11/penerapan-dan-manfaat-pupuk-organik.html

http://alamendah.org/2010/07/01/3r-reuse-reduce-recycle-sampah/

http://lingkunganharmonis.blogspot.com/2013/06/magelang-bebas-dari-sampah.html

http://pdfoioos.org/k-38299533.html

ppt DINAS KEBERSIHAN DAN PERTANAMAN TATA KOTA KABUPATEN MAGELANG1