LAPORAN SUPO Metronidazole

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/18/2019 LAPORAN SUPO Metronidazole

    1/24

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang

    Farmasi merupakan sistem pengetahuan yang mengupayakan dan

    menyelenggarakan jasa kesehatan dengan melibatkan dirinya dalam

    mendalami, memperluas, menghasilkan, dan mengembangkan pengetahuan

    tentang obat dalam arti yang seluas-luasnya serta efek dan pengaruh obat

    terhadap hewan dan manusia. Pengetahuan ilmu farmasi yang jangkauannya

    sangat luas, namun dari semua cabang ilmu profesi kefarmasian bertujuan

    untuk menciptakan racikan obat yang rasional, baik dan cocok bagi

    masyarakat untuk digunakan atau dikonsumsi, yang memberikan efek

    teraupetik.

    Untuk mempelajari cara peracikan obat ini ditemukan dalam salah satu

    matakuliah wajib dilingkungan farmasi yaitu teknologi sediaan farmasi.

    Dimana teknologi sediaan farmasi adalah penerapan teknologi dalam

     pengembangan produksi sediaan farmasi solida, liquida, semi solida dan

    sediaan steril. Dalam mata kuliah ini diharapkan mahasiswa mampu

    mengembangkan formulasi suatu sediaan farmasi. Sediaan yang dipelajari

    dalam matakuliah ini diantaranya sediaan serbuk, tablet, dan suppositoria.

    Bentuk-bentuk sediaan tersebut memiliki fungsi dan kegunaannya masing-

    masing sesuai dengan kebutuhan obat yang digunakan.

    Salah satu bentuk sediaan yang jarang dijumpai dipasaran yaitu sediaan

    suppositoria. Kebanyakan orang lebih memilih obat yang dikonsumsi secara

    oral karena difikir lebih aman dan praktis dibandingkan sediaan suppositoria

    yang penggunaannya tidak melalui organ pencernaan. Namun suppositoria

    memiliki beberapa fungsi yang tidak dimiliki oleh sediaan oral pada

    umumnya, seperti suppositoria tidak dapat dirusak oleh enzim pada sistem

     pencernaan karena suppositoria tidak melewati sistem pencernaan,

    suppositoria juga dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat dan

    sebagai zat pembawa terapeutik yang bersifat lokal atau sistemik, ketika

  • 8/18/2019 LAPORAN SUPO Metronidazole

    2/24

     bahan obat diberikan dalam bentuk suppositoria dapat menghasilkan aksi

    terapeutik setelah waktu yang lama (Scoville’s, 1957). 

    Pada beberapa infeksi khususnya yang terjadi di lingkungan vagina

    yang harus segera ditangani dengan efek lokal yang cepat dan kerja zat aktif

    yang dilepas perlahan sehingga dibuatlah sediaan suppositoria vaginal dengan

    zat aktif metronidazole yang berkhasiat sebagai antiseptik untuk infeksi

    vagina (candida albicans).

    I.2 Maksud Percobaan

    Untuk mengetahui dan memahami cara memformulasi suppositoria

    vaginal dengan metronidazole sebagai zat aktifnya. 

    I.3 Tujuan Percobaan

    1. Mampu memformulasikan sediaan suppositoria metronidazole

    2. Mampu memproduksi atau membuat sediaan suppositoria metronidazole

    3. Mampu menentukan apakah suppositoria memenuhi syarat atau tidak

    dengan melakukan evaluasi

  • 8/18/2019 LAPORAN SUPO Metronidazole

    3/24

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 Teori Umum

    II.1.1 Pengertian suppositoria

    Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur,

    umumnya berbentuk torpedo dapat melarut, melunak atau memeleh pada

    suhu tubuh (FI III, 32).

    Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk

    yang diberikan melalui rectal, vagina, atau uretra. Umumnya meleleh,

    melunak, atau melarut pada suhu tubuh (FI IV, 16).

    Suppositoria adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak

    melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa, atau sediaan

     padat terdiri dari obat salam bentuk serbuk sangat halus, dengan atau tanpa

    zat tambahan yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa

    yang ditetapkan (Formularium Nasional, 333).

    Suppositoria umumnya dimasukkan melalui rectum, vagina, kadang-

    kadang melalui urin dan jarang melalui telinga dan hidung. Bentuk dan

     beratnya berbeda-beda. Bentuk dan ukurannya harus sedemikian rupa

    sehingga dapat dengan mudah dimasukkan kedalam lubang atau celah

    yang diingikan tanpa menimbulkan kejanggalan dan penggelembungan

     begitu masuk, harus dapat bertahan untuk suatu waktu tertentu.

    Suppositoria untuk rectum umumnya dimasukkan dengan jari tangan,

    tetapi untuk vagina khususnya viginal insert/atau tablet vagina yang diolah

    dengan cara kompresi dapat dimasukkan lebih jauh kedalam saluran

    vagina dengan bantuan alat khusus.

    II.1.2 Bobot dan bentuk suppositoria 

      Suppositoria rektal

    Berbentuk silindris dan kedua uungnya tajam, bentuk peluru,

    torpedo, dan berjari-jari kecil. Ukuran panjangnya sekitar 32 mm (1,5

    inchi). Beratnya 2 gram untuk orang dewasa bila oleum cacao

  • 8/18/2019 LAPORAN SUPO Metronidazole

    4/24

    digunakan sebagai basis. Sedangkan untuk bayi dan anak-anak ukuran

    dan beratnya ½ dari ukuran dan berat orang dewasa (Ansel, 2008).

    Berat suppositoria rectal untuk orang dewasa kira-kira 2 gram dan

     biasanya lonjong seperti torpedo. Suppositoria ini untuk anak-anak

     beratnya kira-kira 1 gram dan ukurannya lebih kecil (Lachman, 2008).

    Untuk dewasa berbentuk lonjong pada satu atau kedua ujungnya

    dan biasanya berbobot sekitar 2 gram (FI IV, 1995).

      Suppositoria vaginal

    Berbentuk bola lonjong atau seperti kerucut, sesuai dengan

    kompendiks resmi beratnya 5 gram, apabila basisnya oleum cacao.

    Tergantung pada basis berat untuk vagina ini berbeda-beda (Ansel,

    2008).

    Berat suppositoria vaginal kira-kira 3-5 gram, berbentuk bulat

    atau bulat telur (Lachman, 2008)

    Umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan berbobot sekitar 5

    gram (FI IV, 1995).

     

    Suppositoria uretra

    Suppositoria uretra ramping seperti pensil, gunanya untuk

    dimasukkan kedalam saluran urin pria atau wanita. Suppositoria

    saluran urin pria bergaris tengah 3-6 mm dengan panjang sekitar 140

    mm, walaupun ukuran ini bervariasi. Apabila basisnya oleum cacao

    maka beratnya sekitar 4 gram. Suppositoria saluran urin wanita

     panjang dan beratnya 2 gram. Jika menggunakan basis oleum cacao

    (Ansel, 2008).

    Bebentuk pensil dan meruncing pada salah satu ujungnya.

    Suppositoria uretra yang digunakan untuk laki-laki beratnya kira-kira

    4 gram dan panjangnya 100-150 mm. sedangkan untuk wanita, berat

    masing-masing suppositoria 2 gram dan biasanya mempunyai panjang

    60-70 mm (Lachman, 2008).

  • 8/18/2019 LAPORAN SUPO Metronidazole

    5/24

    II.1.3 Penggunaan jenis-jenis suppositoria

      Suppositoria rektal

    Suppositoria rectal dimaksudkan untuk kerja lokal dan paling

    sering digunakan untuk menghilangkan konstipasi dan rasa sakit, iritasi,

    rasa gatal, radang serta wasiratau kondisi anorektal lainnya.

    Suppositoria rektal sering kali mengandung sejumlah zat termasuk

    anastetik lokal, vasokontriktor, adstrigen, analgesik, pelunak yang

    menyejukkan dan pelindung

      Suppositoria vaginal

    Suppositoria vaginal dimaksudkan untuk efek lokal, digunakan

    terutama sebagai antiseptic pada hygiene wanita dan sebagai zat khusu

    untuk memerangi penyebab penyakit (bakteri patogen)

      Suppositoria uretra

    Suppositoria uretra biasanya digunakan sebagai antibakteri dan

    sebagai sediaan anastetik lokal untuk pengujian uretra

    (Ansel, 2008).

    II.1.4 Metode pembuatan suppositoria

    a.  Dengan tangan

    Pembuatan dengan tangan hanya dapat dikerjakan untuk

    suppositoria yang mengguanakan bahan dasar oleum cacao skala kecil,

    dan jika bahan obat tidak tahan terhadap pemanasan. Metode ini kurang

    cocok untuk iklim panas (Lachman, 2008).

     b.  Dengan mencetak hasil leburan

    Cetakan harus dibasahi terlebih dahulu dengan paraffin cair bagi

    yang memakai bahan dasar gliserin/gelatin. Tetapi untuk oleum cacao

    dan PEG tidak dibasahi karena akan mengerut pada proses pendinginan

    dan mudah dilepas dari cetakan (Lachman, 2008).

    c. 

    Dengan kompresi

    Pada metode ini proses penuangan, pendinginan, dn pelepasan

    suppositoria dilakukan dengan mesin secara otomatis kapasitas bisa

    sampai 3500-6000 suppositoria perjam (Lachman, 2008).

  • 8/18/2019 LAPORAN SUPO Metronidazole

    6/24

    II.1.5 Keuntungan dan kerugian suppositoria

    a.  Keuntungan suppositoria (Lachman, 2008).

    -  Dapat menghindari terjadinya iritasi lambung

    -  Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan dan asam

    lambung

    Obat dapat masuk langsung kedalam saluran darah sehingga obat

    memiliki efek lebih cepat daripada penggunaan obat peroral

    -  Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar

     b. Kerugian suppositoria (Lachman, 2008)

    -  Meleleh pada udara yang panas, jika menggunakan basis oleum

    cacao.

    Dapat menjadi tengik pada penyimpanan yang lama

    II.1.5 Bahan dasar suppositoria

    Bahan dasar atau basis yang digunakan untuk membuat suppositoria

    harus dapat larut dalam air atau meleleh pada suhu tubuh. Bahan dasar

    yang sering digunakan adalah lemak coklat (oleum cacao), polietilen glikol

    (PEG), lemak tengkawang (oleum shoreae) atau gelatin.

    1. 

    Lemak coklat

    Lemak ini merupaka senyawa trigliserida, berwarna kekuningan

    dan baunya khas. Jika dipanaskan sekitar 300 C, lemak coklat mulai

    mencair dan biasanya meleleh pada suhu 340-35

    0C. bila dibawah suhu

    300  C, zat ini merupakan massa semipadat yang mengandung lebih

     banyak Kristal polimorfisme daripada trigliserida padat. Bila

    dipanaskan pada suhu tinggi, lemak coklat emncair sempurna seperti

    minyak tetapi akan kehilangan semua inti kristalnya yang berguna

    untuk memadat. Lemak coklat akan mengkristal dalam bentuk kristal

    metastabil bila didinginkan dibawah 150.  Oleh karena itu pemanasan

    lemak coklat sebaiknya dilakukan sampai melelh dan bisa dituang

    sehingga tetap memiliki inti Kristal bentuk stabil.

  • 8/18/2019 LAPORAN SUPO Metronidazole

    7/24

    2.  PEG (Polietilen glikol)

    PEG merupakan polimerisasi etilen glikol dengan bobot molekul

    300-6000 (dalam perdagangan tersedia karboaks) 400, 1000, 1500,

    4000, 6000. Karoaks yang bobot molekulnya dibawah 1000 berupa

    cairan, sedangkan yang bobot molekulnya diatas 1000 berupa padatan

    lunak seperti malam. Bila dibandingkan lemak coklat suppositoria

     berbahan dasar PEG memiliki keuntungan mudah larut dalam cairan

    rectum, tidak ada modifikasi titik lebutr yang berarti, dan tidak mudah

    meleleh pada suhu kamar. Pembuatan suppositoria dengan bahan dasar

    PEG sama seperti pembuatan suppositoria dengan lemak coklat.

    3.  Gelatin

    Dalam pharmakopea Belanda V terdapat jenis suppositoria

    dnegan bahan dasar gelatin. Cara pembuatan suppositoria tersebut,

    yaitu,

    a.  Panaskan dua bagian gelatin dalam 4 bagian air dan 5 bagian gliserin

    sampai diperoleh massa homogeny.

     b. 

    Tambahkan air panas sampai diperoleh 11 bagian dan biarkan massa

    sampai cukup dingin.

    c.  Obat yang ditambahkan tersebut dilarutkan atau digerus dengan

    sedikit air atau gliserin yang disisakan, kemudian dicampurkan pada

    massa yang sudah dingin bila obatnya sedikit, banyaknya obat

    dikurangkan dari berat air dan bila obatnya banyak, dikurangkan dari

    massa dasarnya.

    d. 

    Tuangkan massa yang telah cukup dingin kedalam cetakan hingga

    diperoleh suppositoria dengan bobot 4 gram

    (Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, 2006).

    II.1.5 Masalah-masalah dalam suppositoria

    1.  Air dalam suppositoria

    Penggunaan air sebagai pelarut untuk mencampurkan zat-zat

    dalam basis suppositoria harus dihindari, karena,

    Air mempercepat oksidasi lemak

  • 8/18/2019 LAPORAN SUPO Metronidazole

    8/24

    -  Jika air menguap zat-zat yang terlarut akan membentuk Kristal-

    kristal

    -  Reaksi antara bahan-bahan yang terdapat dalam suppositoria lebih

    sering terjadi dengan adanya air

    -  Pemasukan air atau zat-zat lain yang dapat dikontaminasi oleh

     pertumbuhan bakteri dan fungi.

    2.  Ketidakcampuran

    Basis-basis PEG ternyata tidak dapat bercampur dengan garam-

    garam perak, asam tanat, aminopilin, kinin, lehtamfod, aspirin,

     benzokain, iodoklorhidrat, sikin, dan sulfonamide.

    3.  Higroskopisitas

    Higroskopisitas yang dapat terjadi contohnya pada suppositoria

    gelatin yang mengandung gluerin kehilangan lembab oleh penguapan

    dalam iklim kering dan mengabsorpsi lembab dalam kelembaban yang

    tinggi.

    4.  Viskositas

    Viskositas massa suppositoria yang mencair adalah penting

    dalam pembuatan suppositoria dan perlakuannya dalam rectum setelah

    mencair.

    5.  Kerapuhan

    Pecahnya suppositoria yang dibuat dengan basis-basis seperti ini

    seringkali disebabkan oleh pendinginan yang cepat dari basis yang

    mencair.

    6. 

    Kerapatan

    Jika terjadi penyusutan volume dalam cetakan selama

     pendinginan, penambahan pengganti harus dibuat untuk mendapatkan

     berat suppositoria yang tepat.

    7.  Penyusustan volume

    Penyusutan dapat dihilangkan dengan mengguanakan massa

    sedikit diatas temperatur bekunya kedalam suatu cetakan yang

    dihangatkan sampai temperature yang sama.

  • 8/18/2019 LAPORAN SUPO Metronidazole

    9/24

    8.  Pelumas atau zat penglepas dari cetakan

    Suppositoria yang sukar dilepaskan dari cetakan memerlukan

     berbagai pelumas cetakan atau zat-zat pengelupas dari cetakan harus

    digunakan untuk menanggulangi kesulitan ini.

    9.  Faktor pengganti

    Jumlah basis yang diganti oleh bahan-bahan aktif dalam

    formulasi suppositoria dihitung dengan persamaan,

    F = 100 (E-G) + 1

    (G) (X)

    10.  Bobot dan volume

    Jumlah bahan aktif dari masing-masing suppositoria tergantung

     pada:

    -  Konsentrasinya dalam massa tersebut

    -  Volume ruang cetakan

    -  Bobot jenis basis

    -  Variasi volume antara cetakan

    Variasi bobot antara suppositoria

    11. 

    Ketengikan dan antioksidan

    Ketengikan disebabkan oleh autooksidasi dan penguraian

     berturut-tururt lemak tidak jenuh menjadi aldehid jenuh dan tidak

     jenuh, berbagai keton dan asam yang mempunyai bau kuat dan tidak

    menyenangkan.

    (Lachman, 2008).

    II.1.6 Masalah-masalah dalam suppositoria

    1.  Uji sikap lebur/kisaran leleh

    Waktu lebur dapat diperoleh melalui metode yang amat

    sederhana yaitu meletakkan sebuah suppositoria dalam sebuah pingan

    terkristalisasi terisis dengan air bersuhu 370 C dalam suatu penangas

    air. Waktu yang diperlukan suppositoria untuk melebur disebut waktu

    lebur.

  • 8/18/2019 LAPORAN SUPO Metronidazole

    10/24

    2.  Uji keseragaman bobot

    Ditimbang 20 suppositoria dan dihitung rata-rata dari

    suppositoria, kemudian dihitung persen penyimpangan.

    % Penyimpangan = bobot tiap suppo –  bobot rata-rata suppo x 100%

     bobot rata-rata suppo

    syarat: tidak satupun suppositoria yang bobotnya menyimpang lebih

    dari 5% dari bobot rata-ratanya dan tidak lebih dari 2

    suppositoria yang menyimpang tidak lebih dari 7,5% dari

     bobot rata-ratanya.

    3.  Uji keseragaman bentuk

    Suppositoria dipotong memanjang dan diamati secara visual

     bagian luar dan dalam dari masing-masing suppositoria dan harus

    tampak homogen.

    4.  Uji waktu lunak

    Dimasukkan suppositoria kedalam pipa U yang dicelupkan pada

     penangas air dengan suhu 370 C, kemudian dimasukkan batang

     pengaduk dan waktu sampai batang pengaduk menembus suppositoria

    disebut waktu lunak.

    5.  Uji kehancuran

    Alat yang digunakan terdiri dari ruang berdinding rangkap

    dimana suppositoria yang diuji ditempatkan, dirancang untuk

    mengukur kerapuhan suppositoria

    6. 

    Uji disolusi

    Digunakan untuk menahan sampel ditempatnya dengan kapas,

    kawat, dan manik-manik gelas.

    (Voight, 1994; Lachman, 2008).

    II.2 Rancangan Formula

    Metronidazole 500 mg

    PEG 1000 75 %

    PEG 6000 25 %

    Gelatin 2 %

  • 8/18/2019 LAPORAN SUPO Metronidazole

    11/24

    II.3 Master Formula

    1. 

     Nama Produk : Metzolax

    ®

    Ovulae

    2.  Jumlah Produk : 10 ovulae

    3.  Tanggal Formulasi : 12- 4 - 2014

    4.  Tanggal Produksi : 19- 4 - 2014

    5. 

    Expired Date : 19- 4- 2015

    6. 

     No. Registrasi : DKL 1400400150A1

    7.   No. Batch : K 004001

    II.4 Alasan PenambahanII.3.1 Alasan formulasi

    a.  Metronidazole ovulae

    Metronidazole diindikasikan untuk pengobatan lokal kandidiasis

    vulvovaginal (keputihan). Pada formula ini, metronidazole dibuat dalam

     bentuk sediaan suppositoria vaginal, karena :

      Tidak mempengaruhi lambung dan dapat melindungi zat aktif dari efek

    enzimatik pada saluran pencernaan (Voight, 282).

      Untuk memberikan efek lokal yang cepat dan segera (Ansel, 579).

      Dalam bentuk sediaan supositoria, obat yang tidak dapat ditoleransi

    dengan mulut seperti metronidazole lebih baik karena tidak akan

    menimbulkan mual atau muntah (scoville’s, 3086). 

      Sediaan ovula (supositoria vagina) bertujuan melawan infeksi yang

    terjadi pada sekitar alat kelamin wanita dan untuk memperbaiki dan

    mengembalikan keadaan normal mukosa vagina, hal ini sejalan dengan

    metronidazole yang berkhasiat sebagai antibiotik (ansel, 596 ; IAI,

    195).

    b. Metode pembuatan

      Metode yang digunakan adalah metode cetak tuang, dimana metode ini

     paling umum digunakan untuk pembuatan supositoria skala kecil dan

    skala besar (Lachman, 1179).

  • 8/18/2019 LAPORAN SUPO Metronidazole

    12/24

      Metode cetak tuang menjamin suatu pembekuan yang cepat untuk

    mengurangi suatu sedimentasi dari bahan obat lebih lanjut (Voight,

    291).

      Metode cetak tuang akan menghasilkan bentuk supositoria yang lebih

     pada dan seragam (Voight, 292).

    II.3.2 Alasan penambahan zat tambahan

    a.  PEG

      Keuntungan penggunaan PEG yaitu tidak mengiritasi/ merangsang,

    dapat disimpan diluar lemari es, tidak ada kesulitan dengan titik

    leburnya, tetap kontak dengan lapisan mukosa karena tidak meleleh

     pada suhu tubuh dan bercampur dengan cairan visiologi vagina (Ansel,

    377).

      Polietilen glikolsecara kimiawi stabil di udara dan dalam larutan, serta

    tidak mendukung pertumbuhan mikroba dan tidak menjadi tengik (FI

    IV, 1193).

      PEG tidak terhidrolisa atau terurai secara fisiologis, inert, dan tidak

    membantu pertumbuhan jamur dan secara kimia lebih reaktif daripada

     basis lemak (Lachman, 1179).

      Polimer PEG tidak mudah terurai (HOPE, 455).

      Pengunaan PEG 6000 dan PEG 1000 karena jenis PEG ini merupakan

     jenis PEG yang umum dan sering digunakan dan dapat dicampur

    dengan berbagai perbandingann untuk memperoleh basis supositoria

    dengan konsistensi dan karakteristik yang diinginkan (Ansel, 377).

      Jenis PEG 1000 dan PEG 6000 merupakan kombinasi PEG yang sering

    digunakan untuk pembuatan sistem dispersi padat (Pharmaceutical

    Information, 5).

      Kombinasi PEG dimaksudkan untuk mempertahankan suhu lebur

    sehingga tidak cepat meleleh pada suhu kamar

      PEG 6000 dan PEG 1000 memberikan pelepasan lambat untuk zat aktif

    sehingga cocok untuk sediaan ovulae yang diharapkan kerjanya lama

     bertahan pada tempat pemberian dengan dosis yang terkontrol.

  • 8/18/2019 LAPORAN SUPO Metronidazole

    13/24

    b. Glyserin

      Kategori fungsional gliserin yaitu dapat digunakan sebagai emolien

    dalam formulasi untuk menjaga iritasi serta digunakan sebagai agen

    terapeutik dalam berbagai aplikasi klinis (Rowe, 283).

      Emolien adalah bahan-bahan yang digunakan untuk mencegah atau

    mengurangi kekeringan, sebagai perlindungan bagi kulit dari sudut

     biokimia kekeringan merupakan ukuran dari kandungan air kulit dan

    aksi emolien merupakan fenomena yang berhubungan dengan

    konservasi air. Emolien dibutuhkan dalam ovulae atau supositoria

    vagina karena ovula ini menggunakan PEG yang akan mengabsorbsi

    cairan fisiologi, sehingga untuk memudahkan penggunaan ditambahkan

    emolien sebagai pelumas untuk mencegah hidrasi kulit pada daerah

    vagina (Balsam, 1975).

    II.4 Uraian Bahan

    a.  Metronidazole (Martindale, 837)

     Nama resmi : Metronidazole

     Nama lain : Metronidatsoli, metronidazolas, metronidazolum

    RM/BM : C6H9 N3O3/ 171,2

    Kelarutan : Sedikit larut dalam air, etanol, aseton,

    dikolorometana, tidak larut dalam eter

    Pemerian : Serbuk putih atau kekuningan, kristal bubuk

    Stabilitas : stabil dibawah suhu normal dan tekanan; titik leleh

    1260-1290 C

    Kegunaan : sebagai zat aktif

    Incompatibilitas : inkom dengan aluminium murni

    Penyimpanan : pada suhu ruangan (150-30

    0  C); terhindar dari

    cahaya

    DM : 500 mg

    b.  PEG (Excipient, 571)

     Nama resmi : Polietilen glikol

     Nama lain : maliragol

  • 8/18/2019 LAPORAN SUPO Metronidazole

    14/24

    RM/BM : (HOCH2CCH2OCH2)2 CH2 

    Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, sedikit larut dalam

    alcohol, larut dalam aseton, sangat larut dalam

    diklorometana

    Pemerian : bubuk putih atau hamper putih

    Stabilitas : stabil dibawah suhu normal dan tekanan; titik leleh

    1260-129

    0 C

    Kegunaan : sebagai basia

    Incompatibilitas : inkom dengan zat pengoksida kuat, basa kuat

    Penyimpanan : pada suhu ruangan (150-30

    0  C); terhindar dari

    cahaya

    DM : 80 mg

    Titik leleh : PEG 1000 = 35-490 , PEG 6000 =

  • 8/18/2019 LAPORAN SUPO Metronidazole

    15/24

    BAB III

    METODE KERJA

    III.1 Alat yang Digunakan

    1.  Alu 

    2.  Batang pengaduk  

    3. 

    Cawan porselin 

    4.  Hot plate 

    5.  Kaca arloji 

    6.  Lemari pendingin 

    7.  Lumpang

    8.   Neraca analitik

    9. 

    Sendok tanduk

    III.2 Bahan yang Digunakan

    1.  Alkohol 70% 

    2.  Aluminium foil 

    3.  Kertas perkamen 

    4. 

    PEG 4000 

    5. 

    Metronidazole 500 mg 

    6.  Tissue

    III.3 Cara Kerja

    1.  Ditimbang metronidazole sebanyak 0,5 gram dan PEG 4000 sebanyak

    10gram.

    2. 

    Dimasukkan metronidazole ke dalam lumpang kemudian digerus

    sampai halus

    3.  Dilebur PEG 4000 diatas hot plate menggunakan cawan porselin

    4.  Dimasukkan metronidazole ke dalam leburan PEG 4000 kemudian

    diaduk hingga homogen

    5.  Dituangkan campuran yang telah homogen ke atas telapak tangan

    6. 

    Dibentuk leburan menjadi bentuk bulat telur

    7. 

    Dibungkus dengan aluminium foil

    8. 

    Dimasukkan kedalam lemari pendingin selama 10 menit

  • 8/18/2019 LAPORAN SUPO Metronidazole

    16/24

    9.  Dikeluarkan dari lemari pendingin

    10.  Dilakukan uji evaluasi

    a.  Uji keseragaman bobot

      Ditimbang 2 suppositoria

      Dihitung rata-rata dari suppositoria

      Dihitung % penyimpangan

     b.  Uji keseragaman bentuk

      Dibelah suppositoria secara memanjang menjadi 2 bagian

      Diamati secara visual bagian luar dan dalam dari masing-masing

    suppositoria

    11.  Dimasukkan kedalam kemasan

    12.  Diberi etiket

  • 8/18/2019 LAPORAN SUPO Metronidazole

    17/24

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    IV.1 Hasil Pengamatan (Semua rumus dan perhitungan)

    Keterangan Suppositoria 1 Suppositoria 2

    Berat 3,95 gram 3,8 gram

    Warna Putih Putih

    Keseragaman bobot 1,935 % 1,935 %

    Penampilan umum Terdapat pori-pori Terdapat pori-pori

    a.  Perhitungan bahan

    1 ovulae = 5 gram = 5000 mg

    Metronidazole = 500 mg = 0,5 gram

    PEG 4000 75% =

     x 5000 mg = 3750 mg = 3,75 gram

    PEG 4000 25% =

     x 5000 mg = 1250 mg = 1,25 gram

    PEG 4000 yang digunakan = 3,75 + 1,25 = 5 gram

    b.  Untuk 2 suppositoria

    Metronidazole = 0.5 gram x 2 = 1 gram

    PEG 4000 = 5 gram x 2 = 10 gram

    c.  Evaluasi (Uji keseragaman bobot)

    Bobot supositoria 1 = 3,95 gram

    Bobot supositoria 2 = 3,8 gram

  • 8/18/2019 LAPORAN SUPO Metronidazole

    18/24

      Bobot rata-rata 2 supo =

     = 3, 875 gram

    % penyimpangan 1 =

     x 100%

    =

     x 100%

    = 1,935 %

    % penyimpangan 1 =

     x 100%

    =

     x 100%

    = 1,935 %

    IV.2 Pembahasan

    Pada percobaan kali ini kami merancang suatu formula untuk sediaan

     padat dalam hal ini pembuatan suppositoria vaginal. Dimana yang dimaksud

    dengan suppositoria vaginal adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan

     bentuk yang diberikan melalui vagina dan umumnya melarut dalam cairan

    fisiologi tubuh (Lachman, 2008).

    Suppositoria ini dapat diserap secara lokal ataupun sistemik di daerah

    vagina dengan konsentrasi yang diserap 65% (Martindale, 2009). Dimana

    dalam rancangan formula zat aktif yang kami gunakan adalah metronidazole

    yang diindikasikan untuk pengobatan lokal pada vulvovaginal candidiasis.

    Candidiasis merupakan infeksi jamur dari genus candida, biasanya C.

    albians yang menyerang kulit, mukosa mulut, saluran pernapasan, dan

    vagina. Candidiasis albians (monilia) adalah jamur yang terdiri dari sel-sel

    oval seperti ragi dan sel-sel yang memanjang sambung-menyambung

    hyphae dan disebut pseudomycelium. Sedangkan vulvovaginal berhubungan

    dengan vulvo dan vaginal, yakni daerah organ kelamin luar pada wanita.

    Jadi, vulvovaginal candidiasis adalah infeksi pada alat kelamin luar wanita

     bergejala iritasi, keputihan, gatal-gatal dan rasa terbakar (Dorland, 1998;

    Obat-obat penting, 2008).

    Bahan dasar yang digunakan dalam suppositoria juga sangat

     berpengaruh pada pelepasan zat terapeutik. Pada percobaan kali ini kami

    menggunakan basis PEG 4000 karena jika dilihat dari zat aktif yang

  • 8/18/2019 LAPORAN SUPO Metronidazole

    19/24

    digunakan, metronidazole memiliki sifat sedikit larut dalam air dan

    diindikasikan untuk pengobatan lokal pada vulvovaginal (Martindale, 2012).

    Sedangkan jika dilihat dari basisnya, digunakan PEG 4000 karena basis ini

    memiliki penglepasan zat aktif yang lambat (Lachman, 2008). Tidak

    menggunakan surfaktan karena sifat dari zat aktif yang sedikit larut air

    sudah tepa untuk controlled released sehingga tidak diperlukan untuk

    menambah kelarutan (Martindale, 548; Janssen, 2012). 

    Untuk membuat sediaan suppositoria metronidazole, langkah awal

    yang dilakukan adalah menimbang bahan yang akan digunakan, yaitu

    metronidazole sebanyak 0,5 gram dan PEG 4000 sebanyak 10 gram.

    Dimasukkan metronidazole kedalam lumpang kemudian digerus sampai

    halus, sedangkan PEG 4000 dilebur diatas hot plate menggunakan cawan

     porselin. Kemudian dimasukkan terconazole kedalam leburan PEG 4000

    dan diaduk hingga homogen. Dituangkan campuran yang telah homogen ke

    atas telapak tangan dan dibentuk leburan menjadi bentuk bulat telur.

    Selanjutnya suppositoria yang telah dibentuk kemudian dibungkus dengan

    aluminium foil dan dimasukkan kedalam lemari pendingin selama 15 menit.

    Setelah 15 menit, suppositoria tersebut dikeluarkan dari lemari pendingin

    dan dilakukan uji evaluasi.

    Uji evaluasi dilakukan untuk mengetahui atau memeriksa kualitas dari

    sediaan yang telah dibuat, untuk memastikan suppositoria memenuhi sifat

    fisiko kimia dan telah layak untuk dipasarkan. Uji evaluasi yang dilakukan

    antara lain uji keseragaman bobot dan uji penampilan umum disesuaikan

    dengan skala laboratorium. Dalam uji keseragaman bobot, masing-masing

    suppositoria ditimbang dan dihitung nilai rata-rata dari kedua suppositoria

    tersebut. Bobot suppositoria 1 adalah 3,95 gram dan suppositoria 2 adalah

    3,8 gram. Bobot yang diperoleh menunjukkan perbedaan yang signifikan

    terhadap bobot yang seharusnya yaitu 5 gram. Kemudian dihitung persen

     penyimpangan menggunakan rumus penyimpangan. Syarat dari uji

    keseragaman bobot ini adalah tidak satupun suppositoria yang bobotnya

    menyimpang lebih dari 5% dari bobot rata-ratanya dan tidak lebih dari 2

  • 8/18/2019 LAPORAN SUPO Metronidazole

    20/24

    suppositoria yang menyimpang tidak lebih dari 7,5% dari bobot rata-

    ratanya. Setelah dilakukan uji keseragaman bobot, didapatkan persen

     penyimpangan dari masing-masing suppositoria 1,935% dan 1,935%. Hasil

    yang diperoleh menunjukkan bahwa kedua suppositoria memiliki

     penyimpangan bobot yang seragam dan memenuhi syarat karena tidak lebih

    dari 5% dan keduanya tidak lebih dari 7,5% .

    Uji evaluasi selanjutnya yaitu uji keseragaman bentuk. Dilakukannya

    uji keseragaman bentuk untuk mengetahui homogenitas dari sediaan

    suppositoria yang telah kita buat (Voight, 1994). Untuk menguji

    homogenitas dari sediaan ini, suppositoria dipotong memanjang dan diamati

    secara visual bagian luar dan dalam dari masing-masing suppositoria. Hasil

    yang diperoleh, suppossitoria yang dibuat tampak tidak homogen, dimana

    suppositoria yang dihasilkan tidak padat dan terdapat banyak pori-pori.

    Kemungkinan kesalahan yang terjadi adalah karena dalam percobaan

    ini hanya menggunakan metode cetak tangan, sehingga bahan-bahan dalam

     pembuatan suppositoria banyak yang menempel pada tangan dan cawan

     porselin, hal ini mengurangi bobot suppositoria dan metode cetak tangan

     juga tidak dapat mengahasilkan suppositoria yang padat dengan ukuran

    yang seragam (Pharmaceutical information, 6).

    Setelah uji evaluasi dilakukan, kemudian suppositoria mertonidazole

    dimasukkan kedalam kemasan yang sesuai dan diberi etiket.

  • 8/18/2019 LAPORAN SUPO Metronidazole

    21/24

    BAB V

    PENUTUP

    V.1 Kesimpulan

    Setelah melakukan percobaan ini disimpulkan bahwa mahasiswa

    mampu untuk membuat suppositoria metronidazole dan melakukan uji

    evaluasi dari suppositoria yang telah dibuat. Dari beberapa uji evaluasi yang

    dilakukan, diperoleh bahwa suppositoria yang dibuat hampir memenuhi uji,

    karena dalam uji keseragaman bobot didapatkan % penyimpangan yang

    memenuhi syarat yaitu tidak lebih dari 5 % tetapi dengan ukuran yang tidak

    homogen serta terdapat banyak pori yang disebabkan oleh metode

     pembuatan yang kurang efektif dan efisien.

    V.2 Saran

    1.  Untuk praktikan agar lebih teliti dalam menimbang dan mengukur agar

    hasil yang didapatkan sesuai yang diinginkan serta lebih hati-hati dalam

    menggunakan alat.

    2.  Untuk laboratorium agar melengkapi alat dan bahan yang masih kurang,

    agar praktikum dapat berjalan dengan baik dan efisien

  • 8/18/2019 LAPORAN SUPO Metronidazole

    22/24

     

    METZOLAX

    Komposisi:

    Tiap 5 gram ovulae mengandung

    Metronidazole 500 mg

    Zat tambahan Q.S

    Indikasi:

    Pengobatan infeksi vaginitis terutama yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis dan

    candida (monilia) albicans

    Kontra Indikasi

    Hipersensitiv terhadap metronidazole atau bahan tambahan lain dalam formula dan

    wanita hamil pada trimester pertama

    Dosis:

    1-2 ovula sehari diberikan selama 5-10 hari

    Cara Pemberian:

    Dimasukan dalam vagina sebelum tidur

    Efek samping:

    Hipersensitivitas (demam), efek hematologi (leukopenia dan trombositopenia), air kemih

    dapat menjadi coklat kemerah-merahan

    Peringatan:

    Jika terjadi iritasi hentikan penggunaan, tidak untuk anak-anak, pasien tidak dianjurkan

    untuk berhubungan secara vaginal

    Perhatian:

    Celupkan dalam air sebelum digunakan

    Kemasan: 1 strip @ 10 ovula

    No.Reg: DKL 14 004 001 50 A1

    No.Batch: E4 004 001

    DIPRODUKSI OLEH

    S

    Sahabat Farma

    GORONTALO-INDONESIA

  • 8/18/2019 LAPORAN SUPO Metronidazole

    23/24

     

    METZOLAXKomposisi:

    Tiap 5 gram ovulae mengandung

    Metronidazole 500 mg

    Zat tambahan Q.S

    Indikasi:

    Pengobatan infeksi vaginitis terutama yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis dan candida (monilia)

    albicans

    Kontra Indikasi

    Hipersensitiv terhadap metronidazole atau bahan tambahan lain dalam formula dan wanita hamil pada

    trimester pertama

    Farmakologi:

    Zat aktif metronidazol bekerja dengan cara merusak membran sel dan juga menghambat sintesis DNA pada

    T.Vaginalis dan clostridum bifermentasis. berdasarkan perintangan sintesis asam nukleat setelah direduksi

    oleh enzim yang terdapat pada bakteri anaerob, efek mutagennya terhambat. efektif melawan gram-positif

    anaerob, gram-negatif anaerib, parasit protozoa

    Dosis:

    1-2 ovula sehari diberikan selama 5-10 hari

    Cara Pemberian:

    Dimasukan dalam vagina sebelum tidur

    Efek samping:

    Hipersensitivitas (demam), efek hematologi (leukopenia dan trombositopenia), air kemih dapat menjadi

    coklat kemerah-merahan

    Interaksi obat:

    Kombinasi dengan disulfiram menyebabkan perilaku psikotik (kelangsungan). dengan antikoagulan dapat

    meningkatkan efek antikoagulan, resiko pendarahan

    Peringatan:

    Jika terjadi iritasi hentikan penggunaan, tidak untuk anak-anak, pasien tidak dianjurkan untuk berhubungan

    secara vaginal

    Perhatian:

    Celupkan dalam air sebelum digunakan

    Kemasan: 1 strip @ 10 ovula

  • 8/18/2019 LAPORAN SUPO Metronidazole

    24/24

     

    DIPRODUKSI OLEH

    S

    Sahabat Farma

    GORONTALO-INDONESIA