36
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mikroba di alam hampir terdapat di semua tempat. Masuknya mikroba ke dalam jaringan tubuh, kemudian berkembang biak dan menimbulkan gejala penyakit disebut infeksi. Bakteri adalah organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas dibandingkan makhluk hidup yang lain. Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di darat hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim. Bakteri ada yang menguntungkan tetapi ada pula yang merugikan. Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan makhluk hidup yang lain. Bakteri adalah organisme uniselluler dan prokariot serta umumnya tidak memiliki klorofil dan berukuran renik atau mikroskopik. Bakteri terdapat ditempat dimana manusia hidup. Terdapat pada udara yang kita hirup, pada makanan yang kita makan, juga terdapat pada permukaan kulit, pada jari tangan, pada rambut, dalam rongga mulut, usus, dalam saluran pernafasan dan pada seluruh permukaan yang terbuka dan dianggap sebagai flora normal. Salah satu jenis bakteri adalah Vibrio cholerae dimana bakteri ini merupakan bakteri berbentuk batang bengkok seperti koma dan berukuran 2-4 μm. Pada tahun 1883, Robert Koch

LAPORAN TCBS

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bakteri TCBS

Citation preview

Page 1: LAPORAN TCBS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mikroba di alam hampir terdapat di semua tempat. Masuknya mikroba ke

dalam jaringan tubuh, kemudian berkembang biak dan menimbulkan gejala penyakit

disebut infeksi. Bakteri adalah organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih

tersebar luas dibandingkan makhluk hidup yang lain. Bakteri memiliki ratusan ribu

spesies yang hidup di darat hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim.

Bakteri ada yang menguntungkan tetapi ada pula yang merugikan. Bakteri memiliki

ciri-ciri yang membedakannya dengan makhluk hidup yang lain. Bakteri adalah

organisme uniselluler dan prokariot serta umumnya tidak memiliki klorofil dan

berukuran renik atau mikroskopik.

Bakteri terdapat ditempat dimana manusia hidup. Terdapat pada udara yang

kita hirup, pada makanan yang kita makan, juga terdapat pada permukaan kulit, pada

jari tangan, pada rambut, dalam rongga mulut, usus, dalam saluran pernafasan dan

pada seluruh permukaan yang terbuka dan dianggap sebagai flora normal. Salah satu

jenis bakteri adalah Vibrio cholerae dimana bakteri ini merupakan bakteri berbentuk

batang bengkok seperti koma dan berukuran 2-4 μm. Pada tahun 1883, Robert Koch

berhasil mengisolasi Vibrio cholerae dari saluran cerna penderita kolera dan

membuktikan bahwa spesies ini merupakan penyebab penyakit kolera.

Penyakit kolera (cholera) adalah penyakit infeksi saluran usus bersifat akut

yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae, bakteri ini masuk ke dalam tubuh

seseorang melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Bakteri tersebut

mengeluarkan enterotoksin (racunnya) pada saluran usus sehingga terjadilah diare

(diarrhoea) disertai muntah yang akut dan hebat, akibatnya seseorang dalam waktu

hanya beberapa hari kehilangan banyak cairan tubuh dan masuk pada kondisi

dehidrasi.

Diagnosa ditegakkan dengan mengisolasi Vibrio cholerae dari serogrup O1

atau O139 dari tinja. Jika fasilitas laboratorium tidak tersedia, media transport carry

and blair dapat digunakan untuk membawa atau menyimpan spesimen apus dubur

Page 2: LAPORAN TCBS

(Rectal Swab). Berdasarkan uraian di atas penting untuk kita mengetahui teknik

pemeriksaan bakteri Vibrio cholerae menggunakan sampel rectal swab.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana teknik pemeriksaan bakteri Vibrio cholerae dari sampel

rectal swab pada media Thiosulfate Citrate Bile Salt Sucrose (TCBS)

agar?

1.2.2 Bagaimana hasil pemeriksaan bakteri Vibrio cholerae dari sampel

rectal swab pada media Thiosulfate Citrate Bile Salt Sucrose (TCBS)

agar?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui teknik pemeriksaan bakteri Vibrio cholerae dari

sampel rectal swab pada media Thiosulfate Citrate Bile Salt Sucrose

(TCBS).

1.3.2 Untuk mengetahui hasil pemeriksaan bakteri Vibrio cholerae dari

sampel rectal swab pada media Thiosulfate Citrate Bile Salt Sucrose

(TCBS) agar.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1.4.1 Manfaat praktis :

Sebagai sarana informasi untuk mengetahui bagaimana teknik

pemeriksaan bakteri Vibrio cholerae melalui pemeriksaan sampel

rectal swab pada media Thiosulfate Citrate Bile Salt Sucrose (TCBS)

agar.

1.4.2 Manfaat teoritis :

Dengan pembuatan laporan ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

tambahan referensi di bidang mikrobiologi khususnya mengenai

pemeriksaan bakteri Vibrio cholerae dengan sampel rectal swab.

Page 3: LAPORAN TCBS

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Vibrio cholerae

2.1.1 Morfologi

Vibrio cholerae merupakan bakteri gram negatif, berbentuk basil

(batang) dan bersifat motil (dapat bergerak), memiliki struktur antogenik

dari antigen flagelar H dan antigen somatik O, gamma-

proteobacteria, mesofilik dan kemoorganotrof, berhabitat alami di

lingkungan akuatik dan umumnya berasosiasi dengan eukariot.

Spesies Vibrio kerap dikaitkan dengan sifat patogenisitasnya pada manusia,

terutama V. cholerae penyebab penyakit kolera di negara berkembang yang

memiliki keterbatasan akan air bersih dan memiliki sanitasi yang buruk.

V.cholerae ditemukan pertama kali oleh ahli anatomi dari Italia

bernama Filippo Pacini pada tahun 1854. Namun, penemuan awal ini baru

dikenal luas setelah Robert Koch, yang mempelajari penyakit kolera di

Mesir, pada tahun 1883 berhasil membuktikan bahwa bakteri tersebut

adalah penyebab kolera (Wikipedia, 2013).

Gambar Vibrio colerae

(http://adhinningtyasrachmawati.blogspot.com/2011/03/tugas-mata-kuliah-dasar-

pemberantasan.html)

Klasifikasi dari Vibrio cholerae (Jawetz, 1996) :

Page 4: LAPORAN TCBS

Kingdom : Bacteria

Phylum : Proteobacteria

Class : Gamma Proteobacteria

Ordo : Vibrionales

Famili : Vibrionaceae

Genus : Vibrio

Spesies : Vibrio cholerae

Morfologi dari bakteri Vibrio cholera adalah bakteri ini bersifat gram

negatif (-) , fakultatif anaerobik, bentuk sel batang dengan ukuran panjang antara

2-3 µm, menghasilkan katalase dan oksidase ,dan bergerak dengan satu flagel

pada ujung sel. Tidak memiliki kapsul dan tidak berspora (Anonim, 2012).

2.1.2 Kolera

Kolera adalah penyakit infeksi yang terjadi di saluran pencernaan yang

disebabkan oleh bakteri gram negative Vibrio cholera. Kolera adalah penyakit

infeksi yang disebabkan oleh Vibrio cholerae dengan manifestasi diare disertai

muntah yang akut dan hebat akibat enterotoksin yang dihasilkan bakteri tersebut.

Bentuk manifestasi klinisnya yang khas adalah dehidrasi, berlanjut dengan

renjatan hipovolemik dan asidosis metabolik yang terjadi dalam waktu yang

sangat singkat akibat diare sekretorik dan dapat berakhir dengan kematian bila tak

ditanggulangi dengan adekuat. Kolera dapat menyebar sebagai penyakit endemik,

epidemik atau pandemik (Soemarsono, 2006).

Penyakit kolera (cholera) adalah penyakit infeksi saluran usus bersifat akut

yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae, bakteri ini masuk kedalam tubuh

seseorang melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Bakteri tersebut

mengeluarkan enterotoksin (racunnya) pada saluran usus sehingga terjadilah diare

(diarrhoea) disertai muntah yang akut dan hebat, akibatnya seseorang dalam

waktu hanya beberapa hari kehilangan banyak cairan tubuh dan masuk pada

kondisi dehidrasi (Dunia Kesehatan, 2008).

Page 5: LAPORAN TCBS

Gejala dan tanda penyakit kolera adalah dimana pada orang yang feacesnya

ditemukan bakteri kolera mungkin selama 1-2 minggu belum merasakan keluhan

berarti, Tetapi saat terjadinya serangan infeksi maka tiba-tiba terjadi diare dan

muntah dengan kondisi cukup serius sebagai serangan akut yang menyebabkan

samarnya jenis diare yg dialami (Dunia Kesehatan, 2008).

Akan tetapi pada penderita penyakit kolera ada beberapa hal tanda dan

gejala yang ditampakkan, antara lain ialah (Dunia Kesehatan, 2008) :

1. Diare yang encer dan berlimpah tanpa didahului oleh rasa mulas atau

tenesmus.

2. Feaces atau kotoran (tinja) yang semula berwarna dan berbau berubah

menjadi cairan putih keruh (seperti air cucian beras) tanpa bau busuk ataupun

amis, tetapi seperti manis yang menusuk.

3. Feaces (cairan) yang menyerupai air cucian beras ini bila diendapkan akan

mengeluarkan gumpalan-gumpalan putih.

4. Diare terjadi berkali-kali dan dalam jumlah yang cukup banyak

5. Terjadinya muntah setelah didahului dengan diare yang terjadi, penderita

tidaklah merasakan mual sebelumnya.

6. Kejang otot perut bisa juga dirasakan dengan disertai nyeri yang hebat.

7. Banyaknya cairan yang keluar akan menyebabkan terjadinya dehidrasi dengan

tanda-tandanya seperti ; detak jantung cepat, mulut kering, lemah fisik, mata

cekung, hypotensi dan lain-lain yang bila tidak segera mendapatkan penangan

pengganti cairan tubuh yang hilang dapat mengakibatkan kematian.

2.1.3 Patogenitas dan Patologi

V. cholerae  adalah bakteri patogen terhadap manusia. Jika mediator adalah

makanan sebanyak 102-104 organisme diperlukan, karena kapasitas bufer yang

cukup dari makanan. Beberapa pengobatan dapat menurunkan kadar asam dalam

perut membuat seseorang lebih sensitif terhadap infeksiV. Cholerae (Nophie,

2013).

Page 6: LAPORAN TCBS

Kolera bukan merupakan infeksi yang invasif. Tidak mencapai aliran darah

tetapi tetap di dalam saluran usus. V. Cholerae yang virulen menempel pada

mikrovili permukaan sel epitelial. Disana mereka akan memperbanyak dan

melepaskan racun kolera (Nophie, 2013).

Toksin dari V. cholerae ditularkan melalui jalur oral. Bila Vibrio berhasil

lolos dari pertahanan primer dalam mulut dan tertelan, bakteri ini akan cepat

terbunuh dalam asam lambung. Bila Vibrio dapat selamat melalui asam lambung,

maka ia akan berkembang di usus halus, ini merupakan medium yang

menguntungkan baginya. Untuk hidup dan memperbanyak diri. Jumlahnya bisa

mencapai 10 per ml cairan tinja. Langkah awal dari pathogenesis terjadinya

kolera yaitu menempelnya vibrio pada mukosa usus halus. Penempelan ini dapat

terjadi karena adanya membrane protein terluar membrane dan adhesion flagella

(Nophie, 2013).

Vibrio cholerae merupakan bakteri non-invasif, pathogenesis yang

mendasari terjadinya penyakit ini disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan V.

cholerae yang menyebabkan hilangnya cairan dan elektrolit yang massif yang

disebabkan oleh kerja toxin pada sel epitel usus halus, terutama pada jejunum

(Nophie, 2013).

Enterotoxin adalah suatu protein, yang tahan panas dan tak tahan asam,

resisten terhadap tripsin tapi dirusak oleh protease. Patologi penyakit ini

dihubungkan dengan enterotoksin yang dihasilkan V.cholerae. Toksin

Cholera mempunyai sub unit A (bersifat toksin) dan sub unit B yang berikatan

dengan sel. Sub unit B akan berikatan dengan reseptor GM1, yang terdapat pada

sel epitel usus halus. Sub unit A kemudian dapat masuk menembus membrane sel

epitel. Sub unit ini memiliki aktifitas Adenosine diphospate (ADP)

ribosyltransferase dan menyebabkan transfer ADP ribose dari nicotinamide-

adenine dinucleotide (NAD) ke sebuahguanosine triphospate (GTP) binding

protein yang mengatur aktifitasadenilat siklase. Hal ini menyebabkan

peningkatan produksi cAMP, yang menghambat absorbs NaCl dan merangsang

Page 7: LAPORAN TCBS

ekskresi klorida, yang menyebabkan hilangnya air, kalium dan bikarbonat

(Nophie, 2013).

Beberapa toxin yang berperan (Nophie, 2013) :

1. Zonula occludens toxin (Zot) meningkatkan permeabilitas mukosa usus halus

dengan mempengaruhi struktur tight junction interseluler.

2. Accessory cholera exotoxin (Ace) ditemukan pada tahun 1993 dan diketahui

meningkatkan transport ion trans membrane.

2.2 Media Biakan

Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan

(nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Syarat

media yaitu (Hada, 2011) :

1. Media harus mengandung semua nutrisi yang mudah digunakan oleh mikroba 

2. Media harus mempunyai tekanan osmosa, tegangan permukaan dan pH yang

sesuai dengan pertumbuhannya 

3. Media tidak mengandung zat penghambat kecuali yang sengaja ditambahkan

pada media selektif atau one purpose media

4. Media harus steril

5. Temperatur atau suhunya sesuai

Klasifikasi Media (Hada, 2011) antara lain :

1. Media berdasarkan konsistensi yaitu :

a. Media padat 

Media yang mengandung agar 15% sehingga setelah dingin media

menjadi padat. Contohnya : Urea, KIA, Citrat, TSIA

b. Media setengah padat 

Media yang mengandung agar 0,3-0,4% sehingga menjadi sedikit kenyal,

tidak padat, tidak begitu cair. Media semisolid dibuat dengan tujuan

supaya pertumbuhan mikroba dapat menyebar ke seluruh media tetapi

tidak mengalami percampuran sempurna jika tergoyang. Contohnya: SIM,

Carry and Blair

c. Media cair 

Page 8: LAPORAN TCBS

Media yang tidak mengandung agar, contohnya adalah NB (Nutrient

Broth), LB (Lactose Broth), TSB (Trypticase Soy Broth).

2. Media berdasarkan susunan kimia yaitu (Hada, 2011) :

a. Media sintesis 

Media yang komposisi zat kimianya diketahui jenis dan takarannya secara

pasti, misalnya Glucose Agar, Mac Conkey Agar.

b. Media semi sintesis 

Media yang sebagian komposisinya diketahui secara pasti, misanya PDA

(Potato Dextrose Agar) yang mengandung agar, dekstrosa dan ekstrak

kentang. Untuk bahan ekstrak kentang, kita tidak dapat mengetahui secara

detail tentang komposisi senyawa penyusunnya.

c. Media non sintesis

Media yang dibuat dengan komposisi yang tidak dapat diketahui secara

pasti dan biasanya langsung diekstrak dari bahan dasarnya, misalnya

Tomato Juice Agar, Brain Heart Infusion Agar, Pancreatic Extract.

3. Media berdasarkan fungsi yaitu (Hada, 2011):

a. Media selektif/penghambat

Media yang selain mengandung nutrisi juga ditambah suatu zat tertentu

sehingga media tersebut dapat menekan pertumbuhan mikroba lain dan

merangsang pertumbuhan mikroba yang diinginkan. Contohnya adalah

TCBS,Thayer Martin,SS,BSA

b. Media diperkaya (enrichment)

Media diperkaya adalah media yang mengandung komponen dasar untuk

pertumbuhan mikroba dan ditambah komponen kompleks seperti

darah,serum, kuning telur. Media diperkaya juga bersifat selektif untuk

mikroba tertentu. Misalnya Blood Tellurite Agar, Bile Agar, Serum Agar.

c. Media identifikasi

Media ini bertujuan untuk mengidentifikasi mikroba dari bakteri lainnya

yang sama-sama tumbuh dalam media perbenihan berdasar karakter

Page 9: LAPORAN TCBS

spesifik yang ditunjukkan pada media diferensial,misalnya TSIA , media

uji biokimia.

d. Media penyubur

Media yang menguntungkan pertumbuhan mikroorganisme tertentu

karena mengandung bahan-bahan tambahan ataupun bahan penghambat

yang menekan tumbuhnya kompetitor. Jenis media ini juga bertujuan

untuk meningkatkan jumlah mikroorganisme yang diduga terlalu sedikit

dalam bahan sampel, sehingga akan mudah untuk dihitung atau dianalisa

lebih lanjut. Misalnya APW 1%,KPD,BHI.

2.3 Sifat Biakan Vibrio cholera

Untuk melakukan isolasi Vibrio, dapat menggunakan media Thiosulfate-

Citrate Bile Salts Agar (TCBS) yang merupakan media selektif untuk isolasi dan

pemurnian Vibrio cholera. Vibrio mampu menggunakan sukrosa sebagai

sumber karbon akan berwarna kuning, sedangkan yang lainnya berwarna hijau.

Akan tetapi terdapat beberapa mikroba yang juga dapat tumbuh pada media ini,

seperti Staphylococcus, Flavobacterium, Pseudoalteromonas, dan Shewanella.

Sedangkan untuk perbanyakan Vibrio cholerae, dapat digunakan media Alkaline

Peptone Water (APW) yang memiliki pH relatif tinggi, yaitu berkisar 8.4 dan

mengandung NaCl sebesar 1-2%. Adapun pertumbuhan optimum Vibrio adalah

pada suhu berkisar antara 20-350C (Anonim, 2012).

Vibrio cholerae membentuk koloni yang konveks, halus, bulat, opak, dan

bergranula pada sinar cahaya. Vibrio cholera tumbuh dengan baik pada suhu

370C. Pada berbagai pembenihan, termasuk pembenihan khusus yang

mengandung garam-garam mineral dan asparagin sebagai sumber karbon dan

nitrogen. Vibrio cholera tumbuh baik pada media Thiosulfate-Citrate Bile Salts

Agar (TCBS), yang akan menghasilkan koloni berwarna kuning. Bersifat

oksidase positif. Ciri khasnya, organisme ini tumbuh pada pH (8,5 – 9,5) dan

dengan cepat dibunuh oleh asam. Oleh karena itu, biakan yang mengandung

karbohidrat yang dapat diragikan akan cepat menjadi steril (Anonim, 2012).

Page 10: LAPORAN TCBS

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilakukan melalui 3 (tiga) tahap sebagai berikut :

No. Hari / Tanggal Kegiatan Tempat

1. Rabu / 5 Juni

2013

Pembuatan media TCBS

agar, TSI Agar, Simmons

Citrate Agar dan SIM

Lab.

Bakteriologi

Jurusan Analis

Kesehatan,

Poltekkes

Denpasar

2. Rabu / 12 Juni

2013

Penanaman sampel rectal

swab pada media TCBS agar

Lab.

Bakteriologi

Jurusan Analis

Kesehatan ,

Poltekkes

Denpasar

3. Kamis / 15 Juni

2013

Pengamatan Spesimen rectal

swab pada media TCBS agar

setelah diinkubasi 1x 24 jam

Lab.

Bakteriologi

Jurusan Analis

Kesehatan,

Poltekkes

Denpasar

3.2 Alat dan Bahan :

a. Alat :

1. Erlenmeyer 250 ml

Page 11: LAPORAN TCBS

2. Lampu spiritus

3. Pinset

4. Aluminium foil

5. Spatel/sendok

6. Neraca Analitik

7. Plate

8. Tabung reaksi 10 ml dan 15 ml

9. Pipet ukur 5 ml

10. Ball pipet

11. Gelas ukur 250 ml

12. Batang pengaduk

13. Gelas beaker 50 ml

14. Kompor listrik

15. Autoclave

16. Kapas lemak

17. Lap

18. Tissue

b. Bahan :

1. Sampel rectal swab

2. Bubuk TCBS OXOID CM 0333

3. Bubuk Sulfite Indole Motility OXOID

4. Bubuk Simmons Citrate Agar OXOID

5. Bubuk Triple Sugar Iron Agar OXOID

6. Aquades steril

3.3 Prosedur Kerja :

a. Pembuatan Media TCBS

1. Ditimbang 17.6 gr bubuk TCBS OXOID CM0333 dalam gelas

beaker dengan menggunakan neraca analitik

Page 12: LAPORAN TCBS

2. Dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang sudah berisi 200 ml

aquades steril.

3. Diaduk sampai larut sempurna

4. Erlenmeyer ditutup rapat dengan alumunium foil

5. Dipanaskan sampai larut sempurna (sampai mendidih) dengan

menggunakan kompor listrik.

6. Ditunggu hingga suhu media 40-45oC.

7. Dituangkan media ke dalam plate.

8. Media siap digunakan.

Pengerjaan dilakukan dengan alat-alat yang steril.

b. Pembuatan Media TSI Agar

1. Dipersiapkan alat dan bahan yang diperlukan, lalu diberi label

erlenmeyer dan tabung reaksi yang akan digunakan.

2. Ditimbang bubuk media TSI sebanyak 3,9 g dengan neraca

analitik.

3. Dilarutkan dengan 60 ml aquadest di dalam erlenmeyer sambil

diaduk hingga homogen.

4. Ditutup dengan kapas berlemak, lalu dipanaskan dengan kompor

listrik hingga media larut sempurna.

5. Dipipet media TSI dengan pipet ukur sebanyak 5 ml, dimasukkan

ke dalam tabung reaksi lalu ditutup dengan kapas lemak

6. Media disterilisasi dengan autoclave pada suhu 121oC selama 15

menit.

7. Media dalam tabung reaksi diletakkan pada posisi slant, dibiarkan

hingga memadat.

8. Media TSI Agar siap digunakan.

c. Pembuatan Media SIM (Sulfite Indole Motility)

Page 13: LAPORAN TCBS

1. Dipersiapkan alat dan bahan yang diperlukan, lalu diberi label

erlenmeyer dan tabung reaksi yang akan digunakan.

2. Ditimbang bubuk media SIM sebanyak 1,8 gram dengan neraca

analitik.

3. Dilarutkan dengan 60 ml aquadest di dalam erlenmeyer sambil

diaduk hingga homogen.

4. Ditutup dengan kapas berlemak, lalu dipanaskan dengan kompor

listrik hingga media larut sempurna.

5. Dipipet media SIM dengan pipet ukur sebanyak 5 ml, dimasukkan

ke dalam tabung reaksi lalu ditutup dengan kapas lemak.

6. Media disterilisasi dengan autoclave pada suhu 121 0C selama 15

menit.

7. Media SIM siap digunakan.

d. Pembuatan Media Simmons Citrate Agar

1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan, lalu diberi label

erlenmeyer dan tabung reaksi yang akan digunakan.

2. Ditimbang bubuk media Simmons Citrate Agar sebanyak 3,25 g

dengan neraca analitik.

3. Dilarutkan dengan aquadest sebanyak 50 ml di dalam erlenmeyer

sambil diaduk hingga homogen.

4. Ditutup dengan kapas berlemak, lalu dipanaskan dengan kompor

listrik hingga media larut sempurna.

5. Dipipet media Simmons Citrate dengan pipet ukur sebanyak 5 ml

lalu dimasukkan kedalam tabung reaksi.

6. Media disterilisasi dengan autoclave pada suhu 121 0C selama 15

menit.

7. Media diletakkan pada posisi slant, dibiarkan hingga memadat.

8. Media simmons citrate agar siap digunakan.

Page 14: LAPORAN TCBS

e. Penanaman Sampel Rektal Swab ke Dalam Media TCBS Agar :

1. Alat dan bahan yang diperlukan disiapkan terlebih dahulu

2. Media TCBS agar plate diberi label sesuai nama pasien dan

tanggal penanaman.

3. Api Bunsen dinyalakan

4. Lidi kapas yang berisi specimen rectal swab diambil dari dalam

botol fial dengan menggunakan pinset lalu dioleskan satu titik pada

media TCBS agar.

5. Olesan tersebut kemudian diratakan dengan cara digores

menggunakan ose disposible pada media TCBS Agar dengan

teknik 4 kuadran.

6. Media TCBS yang telah dioleskan specimen rectal swab

diinkubasi mengguakan incubator selama 1 x 24 jam pada suhu

37oC

f. Pembacaan hasil penanaman

1. Alat dan bahan yang diperlukan disiapkan terlebih dahulu

2. Spesimen yang telah diinkubasi diambil dari incubator

3. Media TCBS diamati, dicatat apakah terbentuk pertumbuhan

koloni dan diamati ciri-ciri morfologi koloni yang terbentuk secara

makroskopis.

Page 15: LAPORAN TCBS

Media TCBS Agar, TSI Agar, SIM, dan Simmons Citrate Agar disiapkan untuk media penanaman dan sebagai media uji biokimia

Media TCBS yang telah dioleskan specimen rectal swab diinkubasi selama 1 x 24 jam pada suhu 37oC

Media diamati secara makroskopis

Penanaman sampel pada media TCBS dengan metode gores

3.4 Skema Langkah Kerja Pemeriksaan Vibrio cholera dari Sampel Rectal Swab

Page 16: LAPORAN TCBS

BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

SAMPEL I

Sampel Gambar Keterangan

Sampel 1a,

1b, dan 1 c

- Hasil pengamatan

pada media TCBS,

tidak terdapat

koloni bakteri yang

tumbuh.

- Interpretasi : ( - )

SAMPEL 2

Sampel Gambar Keterangan

Sampel 2a,

2b, dan 2c

- Hasil pengamatan

pada media TCBS,

tidak terdapat

koloni bakteri yang

tumbuh.

- Interpretasi : ( - )

SAMPEL 3

Page 17: LAPORAN TCBS

Sampel Gambar Keterangan

Sampel 3a, 3b

- Hasil pengamatan

pada media TCBS,

tidak terdapat

koloni bakteri yang

tumbuh

- Interpretasi : ( - )

4.2 Pembahasan

Vibrio cholerae merupakan bakteri gram negatif, berbentuk basil

(batang) dan bersifat motil (dapat bergerak), memiliki struktur antogenik dari

antigen flagelar H dan antigen somatik O, gamma-proteobacteria, mesofilik dan

kemoorganotrof, berhabitat alami di lingkungan akuatik dan umumnya

berasosiasi dengan eukariot.

Vibrio cholerae mempunyai ciri-ciri yaitu berwarna kuning, datar,

diameter 2-3 mm, warna media berubah menjadi kuning. Karakteristik biokimia

adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, methyl red dan H2S,

glukosa, laktosa, galaktosa dan manitol positif. Sedangkan sellobiosa, fruktosa,

bersifat negatif.

Bakteri Vibrio umumnya memerlukan faktor pertumbuhan yang relatif

sedehana dan dapat tumbuh dengan baik dalam media yang mengandung garam

mineral dan asparagin sebagai sumber karbon dan nitrogen. Beberapa media

pertumbuhan yang sering digunakan adalah Alkaline Taurocholate Tellurite

Agar (ATTA) dan Thiosulfate Citrate Bile Salt Sucrose (TCBS) agar.

Page 18: LAPORAN TCBS

Vibrio cholerae tidak tahan asam dan hidup pada pH optimum 8,5-9,5.

Suhu pertumbuhan optimum 370C. Koloni Vibrio cholerae berbentuk cembung,

bulat, halus, dan tampak bergranul. Spesies ini meragi laktosa dan manosa tanpa

menghasilkan gas. Dalam media pepton, bakteri ini akan membentuk indol, yang

dengan asam sulfat akan membentuk warna merah.

Pada praktikum, pemeriksaan bakteri Vibrio dilakukan pada sampel

rectal swab yang telah disimpan dan media yang digunakan sebagai media

pertumbuhannya adalah media Thiosulfate Citrate Bile Salt Sucrose Agar

(TCBS). Thiosulfate Citrate Bile Salts Sucrose Agar (TCBS) merupakan media

selektif untuk isolasi dan pemurnian Vibrio. Vibrio mampu menggunakan

sukrosa sebagai sumber karbon akan berwarna kuning, sedangkan yang lainnya

berwarna hijau. Akan tetapi terdapat beberapa mikroba yang juga dapat tumbuh

pada media ini, seperti Staphylococcus, Flavobacterium, Pseudoalteromonas,

and Shewanella. Adapun pertumbuhan optimum Vibrio adalah pada suhu

berkisar antara 20- 35oC.

Pemeriksaan dinyatakan positif Vibrio cholerae apabila pada media

Thiosulfate Citrate Bile Salts Sucrose Agar (TCBS) ditemukan koloni sedang

sampai besar, berwarna kuning, jernih, smooth, keping, tepinya tipis, dilingkari

oleh zona yang berwarna kuning. Adapula koloninya yang berwarna hijau.

Dalam penanaman sampel rectal swab ke media TCBS, sampel lidi

kapas pada media carry and blair diambil dengan pinset secara aseptik lalu

dioleskan pada agar TCBS. Metode yang digunakan dalam penanaman sampel

ini adalah metode cawan gores (streak plate). Penanaman dilakukan dengan cara

menghapuskan kapas rectal swab yang telah berisi sampel pada permukaan

media dengan membentuk satu lingkaran hapusan pada bagian pinggir media.

Kemudian dengan menggunakan ose, hapusan diteruskan ke seluruh bagian

media menggunakan teknik penggoresan empat kuadran. Penanaman dilakukan

dengan teknik tersebut bertujuan untuk memperkecil adanya pertumbuhan

bakteri yang menumpuk pada media sehingga tidak mempersulit dalam

pengamatan koloni bakteri yang tumbuh karena pada praktikum sebelum-

Page 19: LAPORAN TCBS

sebelumnya dimana penanaman bakteri dilakukan dengan menghapuskan kapas

rectal swab ke seluruh bagian permukaan media yang mana dihasilkan

pertumbuhan koloni bakteri yang sangat banyak dan bertumpuk sehingga

mempersulit pengamatan. Media yang telah diinokulasi kemudian diinkubasi

pada inkubator pada suhu 37 oC selama 1 x 24 jam.

Hal yang perlu diperhatikan dalam penanaman sampel antara lain :

1. Penanaman sampel ke dalam media TCBS harus dilakukan secara aseptis.

Pengerjaan dilakukan di dekat api bunsen dan dengan APD lengkap.

2. Dalam penanaman, sampel diambil secara aseptis dari media carry and blair

dengan pengerjaaan di dekat api bunsen. Lidi kapas diambil dengan pinset

dan saat penggoresan juga dilakukan dekat api bunsen.

Setelah proses inkubasi media selama 1 x 24 jam, pengamatan

terhadap pertumbuhan bakteri pada media dilakukan. Dari hasil pengamatan

secara makroskopis terhadap pertumbuhan koloni sampel rectal swab pada media

Thiosulfate Citrate Bile Salts Agar (TCBS) yang diinkubasi selama 1x24 jam

diperoleh hasil negatif terhadap bakteri Vibrio cholerae. Pertumbuhan sampel 1,

2, dan 3 pada media Thiosulfate Citrate Bile Salts Agar (TCBS) tidak

menunjukkan adanya ciri-ciri pertumbuhan koloni Vibrio cholera. Media tampak

sama seperti media sebelum penanaman bakteri dilakuakan, dimana tidak

terdapat adanya pertumbuhan bakteri sama sekali.

Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti :

1. Pertumbuhan bakteri Vibrio cholerae pada media agar secara optimal,

tumbuh pada hari ketiga setelah penanaman. Pada praktikum hanya

dilakukan inkubasi selama 1 x 24 jam karena waktu praktikum yang tidak

mendukung sehingga bakteri kemungkinan belum tumbuh secara optimal

pada media.

2. Sampel rectal swab yang diperiksa pada pemeriksaan Vibrio cholera ini

merupakan sampel yang telah disimpan pada jangka waktu tertentu pada

kulkas dan sampel ini telah pernah diuji sebelumnya dengan metode gores.

Dari kondisi ini kemungkinan sampel yang diuji sudah tidak stabil.

Page 20: LAPORAN TCBS

3. Dari teknik penggoresan, ose yang digunakan untuk

menggoreskan/menginokulasikan sampel rectal swab sebelumnya

didesinfeksi dengan alkohol 70% dan langsung digunakan. Desinfeksi ini

mungkin saja masih menyisakan alkohol pada ose, sehingga bakteri yang

diinokulasikan tidak dapat tumbuh.

BAB V

PENUTUP

Page 21: LAPORAN TCBS

5.1 Simpulan

1. Pemeriksaan bakteri Vibrio cholera dapat dilakukan dengan sampel rectal

swab. Pemeriksaa dilakukan melalui pembiakan/penanaman sampel rectal

swab pada media selektif Vibrio cholera yaitu media Thiosulfate Citrate

Bile Salt Agar (TCBS Agar), yang kemudian diikuti dengan melakukan

serangkaian uji biokimia dengan media SIM, TSI Agar dan media Simmons

Citrate Agar untuk mendukung/konfirmasi bakteri Vibrio cholera melalui

uji sifat-sifat dan bakteri yang tumbuh pada media TCBS.

2. Dari pemeriksaan Vibrio cholera yang dilakukan pada sampel rectal swab X

diperoleh hasil negative, dimana tidak terjadi pertumbuhan bakteri Vibrio

cholera pada media selektif TCBS setelah dilakukan inkubasi pada

incubator selama 1 x 24 jam pada suhu 37 oC.

5.2 Saran

Dalam pelaksanaan praktikum ini sebaiknya praktikan selalu mengutamakan

kebersihan dan kesterilan alat yang digunakan. Pemeriksaan bakteri Vibrio

cholera hendaknya dilakukan dengan sampel yang terjaga stabilitasnya sehingga

diperoleh hasil pemeriksaan yang akurat. Serta pengerjaan dilakukan secara

aseptis sehingga tidak terjadi kontaminasi yang nantinya akan berpengaruh

terhadap hasil pemeriksaan sampel.

DAFTAR PUSTAKA

Page 22: LAPORAN TCBS

Anonim. 2010. Pemeriksaan Rectal Swab. Diakses di :

http://www.scribd.com/doc/45639174/Bakteri-Uas-Pemeriksaan-Rectal-Swab.

Diakses pada : Minggu, 13 Mei 2012

Anonim. 2011. Isolasi Mikroorganisme. Diakses di :

http://healthtecnical.blogspot.com/ Diakses pada : Minggu, 13 Mei 2012

Dyane. 2011. Vibrio cholera. Diakses di :

http://dyanelekkodhog.blogspot.com/2011/06/vibrio-cholera.html. Diakses

pada : Minggu, 13 Mei 2012

Food Info. 2009. Vibrio Cholerae. Diakses di :

http://www.food-info.net/id/bact/vichol.htm. Diakses pada : Selasa, 22 Mei

2012

Haruya, Ryumaki. TT. Virus Vibrio. Diakses di :

http://ml.scribd.com/doc/57215311/virus-vibrio. Diakses pada : Minggu, 13

Mei 2012

Info Penyakit. 2007. Penyakit Kolera. Diakses di :

http://www.infopenyakit.com/2007/12/penyakit-kolera-cholera.html. Diakses

pada : Selasa, 22 Mei 2012

Lesmana, Murad. 2004. Perkembangan Mutakhir Infeksi Kolera. Diakses di :

http://www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/MURAD.pdf. Jurusan

Kedokteran Trisakti. Diakses pada : Selasa, 22 Mei 2012

Putri, Ayu Niti Rahayu. 2010. Pemeriksaan Rectal Swab. Diakses di :

http://www.scribd.com/doc/50851666/LAPORAN-BAKTERIO.  Diakses pada :

Minggu, 13 Mei 2012

Wikipedia. Diakses di : http://id.wikipedia.org/wiki/Vibrio_cholerae. Diakses pada:

Minggu, 13 Mei 2012

Wikipedia. Diakses di : http://id.wikipedia.org/wiki/Kolera. Diakses pada : Selasa,

22 Mei 2012.

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI

Page 23: LAPORAN TCBS

Pemeriksaan Bakteri Vibrio cholerae

dari Sampel Rectal Swab

KELOMPOK III :

1. Luh Made Ari Mas Purnamasari (P07134011005)2. Ni Wayan Febi Suantari (P07134011009)3. Ni Luh Arnitasari (P07134011011)4. Ni Luh Komang Ita Purnama Sari (P07134011029)5. I Putu Mahendra (P07134011033)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN ANALIS KESEHATAN 2013

LEMBAR PENGESAHAN

Page 24: LAPORAN TCBS

Denpasar, 20 Juni 2013

1. Luh Made Ari Mas Purnamasari 1.........................

2. Ni Wayan Febi Suantari 2.........................

3. Ni Luh Arnitasari 3.........................

4. Ni Luh Komang Ita Purnama Sari 4.........................

5. I Putu Mahendra 5.........................

Penanggungjawab Pembimbing IMata Kuliah Bakteriologi

(Nyoman Mastra, S.KM.,S.Pd.,M.Si.) ( )