Upload
phungdung
View
238
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
LAPORAN TUGAS AKHIR
KETUAAN
SEBAGAI SUMBER INSPIRASI DALAM PENCIPTAAN
KARYA SENI LUKIS
Oleh :
HERI SUPRIYATNO
NIM K3204014
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
LAPORAN TUGAS AKHIR
KETUAAN
SEBAGAI SUMBER INSPIRASI DALAM PENCIPTAAN
KARYA SENI LUKIS
Oleh :
HERI SUPRIYATNO
NIM K3204014
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Seni Rupa
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Tugas Akhir ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim
Penguji Tugas Akhir Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta,......................2011
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Tjahjo Prabowo, M. Sn Adam Wahida, S. Pd., M. Sn
NIP. 195304291985031001 NIP. 197309062005011001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
Tugas Akhir ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Tugas
Akhir Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan
Pada hari :.............................
Tanggal :.............................
Tim Penguji Tugas Akhir
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Margana, M. Sn. ................................................
Sekretaris : Lili Hartono, S. Sn., M. Hum. ...............................................
Anggota I : Drs. Tjahjo Prabowo, M.Sn. ................................................
Anggota II : Adam Wahida, S. Pd., M. Sn. ................................................
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd.
NIP 19600 727 198702 1001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
HERI SUPRIYATNO. KETUAAN SEBAGAI SUMBER INSPIRASI
DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS. Tugas Akhir, Surakarta:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret
Surakarta, Maret 2011
Tugas akhir ini bertujuan untuk mengetahui apa yang melatar belakangi
dalam penciptaan karya tugas akhir yang bertemakan tentang ketuaan, serta
bagaimana eksplorasi teknik dan medium yang digunakan untuk memberi efek
kesan tua.
Dalam pembuatan karya tugas akhir ini digunakan dua metode
pendekatan yaitu: Pertama dengan pendekatan empiris, berdasarkan pengalaman
dan pengamatan langsung berinteraksi dengan orangtua di masyarakat, Kedua
dengan pendekatan estetis, pendekatan ini merupakan pendekatan yang dilakukan
dengan cara pencarian referensi-referensi mulai dari buku, membaca koran,
mendengarkan radio, melihat berita televisi, artikel majalah, dokumentasi foto
yang berhubungan dengan ketuaan dan pencarian data maupun gambar lewat
internet.
Dari karya Tugas Akhir ini, dapat disimpulkan bahwa, ketuaan
memberikan arti penting, yaitu memberikan inspirasi dan dorongan untuk
penciptaan karya tugas akhir. Dari karya-karya tugas akhir ini cenderung
mengarah pada unsur tua. Misalnya untuk menampilkan kesan kasar pada
bebatuan, yaitu pada karya yang berjudul arca digunakan teknik pointilisme atau
titik-titik. Kemudian untuk memberikan efek tua dengan digunakan warna-warna
yang cenderung mendekati warna tanah atau tua, misalnya coklat, merah hati,
keabu-abuan, dan juga hitam. Unsur rapuh, retak, serta keropos dapat juga
digunakan sebagai kesan tua. Contohnya, pada batang pohon tua dan bangunan-
bangunan kuno atau tua.
Selain itu dalam memberi efek angker dan menakutkan digunakan warna-
warna panas dan diikuti dengan warna gelap. Meskipun warna panas sifatnya
emosi atau marah bahkan sebagai simbol kematian atau maut. Akan tetapi dengan
pengolahan warna yang matang dan penggabungan warna yang tepat akan
menimbulkan efek angker, misalnya pada karya yang berjudul “bangkit” yaitu
dengan mengoptimalkan obyek manusia dan backgroundnya diberi obyek
bangunan candi yang retak-retak yang dikelilingi langit-langit dan mendung yang
cenderung kearah warna gelap menjadikan efek angker. Begitu pula dengan karya
yang berjudul “tiada lagi sang legenda” yaitu dengan menggabungkan warna
background kearah gelap atau hitam dan juga frame yang penuh retak-retak dapat
mendukung untuk dijadikan efek angker.
Di samping itu karyanya beragam dan tidak monothon, baik dari
ketehnikannya maupun warna dan coraknya juga bervariasi. Begitu pula dengan
media dan alat yang digunakan tidak cukup dengan oil on kanvas pada umumnya,
melainkan ada pula dengan menggunakan ink on paper ataupun media dan alat
pelengkap lainnya, misalnya: lem fox, papan triplek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
Jalani hidup dengan kejujuran untuk menuju kebenaran, karena
kebahagiaan akan hadir di atas kejujuran
Peganglah suatu prinsip yang kita anggap benar tetapi ingatlah baik
dan benar menurut cara pandang kita belum tentu benar menurut
cara pandang orang lain
Teruslah bermimpi dan wujudkan mimpi-mimpi itu menjadi
kenyataan
(penulis)
PERSEMBAHAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
Kepada
o Bapak dan Ibu tercinta yang sebagai bukti kelulusan
o Istriku tercinta yang selalu sabar menemaniku disaat suka
maupun duka serta yang selalu memberikan semangat
o Saudara, kakak, adik dan keponakan yang telah memberikan
bantuan, baik material maupun spiritual
o Teman-teman seperjuangan, kakak-kakak, dan adik-adik
tingkatku di FKIP UNS yang banyak memberi dukungan
o Bagi semua orang yang membutuhkan penulisan tugas akhir
ini
KATA PENGANTAR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, atas rahmat dan hidayat-Nya sehingga penyusunan Tugas Akhir yang
berjudul “Ketuaan Sebagai Sumber Inspirasi Dalam Penciptaan Karya Seni
Lukis” ini dapat terselesaikan sebagaimana yang diharapkan. Tugas akhir ini
merupakan syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Seni Rupa pada
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Banyak hambatan dan kesulitan dalam penulisan ini, namun dengan
bantuan dari berbagai pihak akhirnya hambatan yang timbul dapat diatasi. Untuk
itu atas segala bentuk bantuannya penulis mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat :
1. Drs. Tjahjo Prabowo, M. Sn. selaku ketua Program Pendidikan Seni Rupa
sekaligus pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan
dalam tugas akhir.
2. Adam Wahida, S. Pd., M. Sn. selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dalam tugas akhir.
3. Drs. Sudarsono, M. Hum. selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan banyak motifasi dan dukungan dari awal perkuliahan hingga
proses tugas akhir ini selesai.
4. Drs. Suparno, M. Pd. selaku ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni yang
telah menyetujui permohonan pelaksanaan tugas akhir.
5. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. selaku dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan ijin untuk melaksanakan Tugas Akhir ini.
6. Seluruh dosen FKIP UNS yang mengajar dan membimbing.
7. Ayah, Ibu tercinta, dan keluarga yang telah banyak memberikan bantuan, baik
yang berupa material maupun yang spiritual.
8. Sahabat-sahabatku yang telah memberikan dukungan dan bantuannya.
9. Semua pihak yang telah membantu untuk kelancaran dalam pelaksanaan
Tugas Akhir ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis berharap penulisan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu Pengetahuan Seni Rupa pada khususnya dan pembaca pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
umumnya.
Surakarta,.................2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
ABSTRAK........................................................................................................ v
MOTTO............................................................................................................ vii
PERSEMBAHAN............................................................................................ viii
KATA PENGANTAR..................................................................................... ix
DAFTAR ISI.................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang Penciptaan ....................................................... 1
B. Rumusan Masalah Penciptaan.................................................. 3
C. Tujuan Penciptaan................................. ................................... 3
D. Manfaat Penciptaan....................................................... ........... 4
BAB II KAJIAN TEORI............................................................ .............. 5
A. Sumber Penciptaan............................................................. ...... 5
B. Kajian Seni..................................................................... .......... 9
C. Kajian Tentang Seni Rupa........................................... ............ 11
D. Kajian Tentang Seni Lukis................................................... .... 12
1. Pengertian Seni Lukis............................................... ......... 12
2. ElemenVisual Seni lukis................................................ .... 15
a. Garis........................................................................ ...... 15
b. Shape ..................................................... ....................... 17
c. Warna ........................................................................... 17
d. Tekstur .......................................................................... 18
e. Gelap Terang................................................................. 18
3. Prinsip-Prinsip Visual Seni................................................. 19
a. Komposisi ..................................................................... 19
b. Dominasi .............................................................. ........ 19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
c. Kesatuan ....................................................................... 20
d. Keseimbangan atau Balance ......................................... 20
e. Distorsi dan Deformasi dalam Penciptaan Seni Lukis.. 20
4. Tema dalam Seni Lukis....................................................... 21
5. Medium............................................................................... 21
a. Kertas .......................................................... ................. 21
b. Kanvas .......................................................................... 21
E. Landasan Penciptaan................................................................. 22
BAB III METODE PENCIPTAAN............................................................ 24
A. Metode Penciptaan.................................................................... 24
B. Jadwal Pelaksanaan................................................................... 25
BAB IV DESKRIPSI KARYA…................................................................. 26
1. Konsep Karya........................................................................... 26
1. Karya pertama berjudul “ Sosok ”............................... ......... 26
2. Karya kedua berjudul “ Kepedihan ”.................................... 27
3. Karya ketiga berjudul “ Peminta-Minta ”............. ................ 28
4. Karya keempat berjudul “ Monas...? ”.................................. 30
5. Karya kelima berjudul “ Bangkit ”.................. ..................... 31
6. Karya keenam berjudul “ Arca ”........................................... 33
7. Karya ketujuh berjudul “ Kerut Wajah 1 ”............. .............. 36
8. Karya kesembilan berjudul “ tiada lagi sang legenda ”... ..... 37
2. Proses Penciptaan..................................................................... 38
1. Persiapan atau Eksplorasi............................ ......................... 38
2. Inkubasi................................................................................. 38
3. Ilumunasi atau Perwujudan................................................... 39
a. Teknik Penciptaan Karya................. ................................ 39
b. Penciptaan Karya...................................... ....................... 40
4. Verivikasi atau Evaluasi................................................ ....... 48
BAB V PENUTUP........................................................................................ 49
1.Kesimpulan.................................................................................... 49
2.Saran............................................................................................... 50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ .......... 51
DAFTAR GAMBAR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
Halaman
Gambar 1. Referensi Foto Batang Pohon Randu............................................. 6
Gambar 2. Referensi Foto Orang Tua/Nenek I................................................ 6
Gambar 3. Referensi Foto Bencana Banjir...................................................... 7
Gambar 4. Referensi Foto Orang Tua/Nenek II.............................................. 7
Gambar 5. Referensi Foto Candi Borobudur................................................... 8
Gambar 6. Referensi Foto Arca....................................................................... 8
Gambar 7. Referensi Foto Tugu Monas.......................................................... 9
Gambar 8. Referensi Karya Seniman.............................................................. 23
Gambar 9. Referensi Karya Seniman............................................................. 23
Gambar 10. Jadwal Pelaksanaan....................................................................... 25
Gambar 11. Foto Karya Berjudul “Sosok”........................................................ 26
Gambar 12. Foto Karya Berjudul “Kepedihan”................................................ 27
Gambar 13. Foto Karya Berjudul “Peminta-minta”.......................................... 28
Gambar 14. Foto Karya Berjudul “Monas”....................................................... 30
Gambar 15. Foto Karya Berjudul “Bangkit”..................................................... 31
Gambar 16. Foto Karya Berjudul “Arca”.......................................................... 33
Gambar 17. Foto Karya Berjudul “Kerut Wajah I”........................................... 35
Gambar 18. Foto Karya Berjudul “Kerut Wajah II”.......................................... 36
Gambar 19. Foto Karya Berjudul “Tiada Lagi Sang Legenda”........................ 37
DAFTAR LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Halaman
Lampiran 1. Surat Ijin Menyusun Skripsi/Tugas akhir..................................... 52
Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi/Tugas akhir................ 53
Lampiran 3. Surat Peminjaman Alat Untuk Ujian Skripsi/Tugas Akhir........... 54
Lampiran 4. Surat Bebas Perpustakaan............................................................. 55
Lampiran 5. Surat Permohonan Transkip Nilai................................................. 56
Lampiran 6. Laporan Ujian Skripsi/Tugas akhir............................................... 57
Lampiran 7. Lembar Berita Acara/Rekapitulasi Ujian...................................... 58
Lampiran 8. Lembar Presensi/Rekapitulasi Ujian............................................. 59
Lampiran 9. Sketsa Karya Tugas Akhir............................................................ 60
Lampiran 10. Foto Proses Berkarya.................................................................. 62
Lampiran 11. Foto Pameran Tugas Akhir......................................................... 69
Lampiran 12. Desain Katalog Pameran............................................................. 74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penciptaan
Manusia sebagai makhluk hidup menyadari sepenuhnya bahwa dirinya,
alam serta segala isinya di muka bumi ini merupakan perwujudan karya agung
Tuhan Yang Maha Esa. Manusia diciptakan untuk hidup bersama, saling
membangun serta mengisi kehidupan sebagai makhluk ciptaan Allah di dunia.
Perkembangan yang terjadi dalam kebudayaan akan membawa pengaruh
terhadap perkembangan kesenian-kesenian akhirnya merupakan bagian yang
integral dari kebudayaan. Bahkan ada yang berpendapat kebudayaan kesenian itu
sendiri (Koentjaraningrat,1987). Dua unsur itu tidak dapat dipisahkan satu sama
lain. Dalam hal ini manusia sebagai obyek atau menjadi faktor penentu
berkembang tidaknya kebudayaan maupun kesenian.
Selaras dengan perkembangan jaman disertai dengan semakin majunya
peradaban manusia maka bentuk-bentuk kesenian mengalami perubahan pula.
Perubahan itu tidak hanya terletak pada bentuk visualnya dan media yang
digunakan, akan tetapi perubahan dalam hal maksud dan tujuannya, tetapi juga
menyangkut aspek pikiran seniman. Dengan demikian akan nampak lebih jelas
bahwa bagaimanapun juga seniman atau pencipta sangat berperan dalam maksud
dan tujuan membuat karya seni. Sebab pada dasarnya karya seni itu akan
mengekspresikan atau menggambarkan kehidupan jiwa seniman secara total (Rudi
S. Bardi, 1976:54).
Dalam proses penciptaan karya seni lukis, setiap seniman memiliki
pandangan dalam mengambil suatu tema atau pokok permasalahan. Untuk itu
dalam tugas akhir ini diambil pokok permasalahan tentang ketuaan yang dijadikan
sebagai sumber inspirasi dalam penciptaan karya akhir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Melukis adalah sebagai salah satu sarana berekspresi, penuangan ide atau
gagasan, penyaluran energi batin yang terpendam dan memupuk dalam diri yang
dituangkan kedalam media rupa dengan teknik tertentu dan menggunakan elemen-
elemen seni rupa, serta tidak lupa memperhatikan prinsip-prinsip seni rupa.
Dalam melukis diambil obyek yang berhubungan dengan “Ketuaan”
sebagai tema, karena merupakan sesuatu yang artistik, berwibawa, misterius
bahkan menakutkan atau mengerikan. Dalam hal ini bisa dilihat misteri tua dalam
tingkah laku orang tua yang sudah lanjut usia, terkadang diluar dugaan. Terkadang
hal yang sudah dilakukan diulangi lagi. Hal ini bagi masyarakat umum
menjadikan sesuatu yang aneh atau tidak wajar. Akan tetapi sebagai orang yang
berpendidikan harus bisa menyadari bahwa tingkah laku orang yang sudah lanjut
usia atau tua, itu akan kembali seperti waktu kecil atau bayi. Ada pula yang di luar
dugaan, karena daya fikir atau daya kerja otak yang bekerja sudah melemah atau
berkurang tidak seperti waktu mudanya.
Selain itu misteri ketuaan bisa dilihat atau dirasakan saat berada di
gedung atau bangunan kuno yang umurnya sudah ratusan, bahkan ribuan tahun.
Adanya rasa takut, kagum, bahkan menjadikan penasaran. Karena keagungan
Tuhan Yang Maha Esa yang begitu besar dan megah dan usia bangunannya yang
sudah lama menjadikan suasana yang sepi, gelap dan membuat rasa takut atau
angker itu muncul. Akan tetapi dari situlah muncul daya tarik yang lebih untuk
divisualisasikan ke dalam karya lukis. Dengan teknik tertentu dan dengan
berbagai alternatif perwujudan, baik dari sisi warna, tekstur, ataupun makna yang
tersirat didalamnya
Dengan pernyataan-pernyataan di atas nampak jelas bahwa pendekatan
terhadap karya seni tidak hanya terbatas pada fisiknya saja tetapi tinjauan bersifat
filosofis sering kali lebih mampu mengungkapkan karya seni lebih dalam.
Jika hanya melihat visualnya dari ketuaan tanpa melihat keistimewaan,
filosofi, warna, dan tekstur yang nampak, orang tidak akan mengetahui apa yang
terkandung didalamnya. Oleh karena itu dicoba untuk berfikir kreatif agar
diperoleh sesuatu hal yang baru dari “Ketuaan” tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Dalam hal ini tidak hanya melukis orang tua saja, melainkan lebih dari
pada itu. Misalnya dari orang tua itu bisa diambil bagian tertentu saja sebagai poin
interest atau pusat perhatian. Misalnya kerutannya saja, ekspresinya atau bisa juga
teksturnya. Selain orang tua obyek yang diambil adalah bangunan kuno, batang
pohon tua yang sudah rapuh, ada juga seperti peninggalan-peninggalan sejarah
yaitu candi dan arca. Karena obyek-obyek itulah yang membuat tertarik untuk
didokumentasikan lewat karya seni, baik dari sisi visual (nilai artistik, unik, dan
langka) maupun nilai-nilai sejarah yang terkandung didalamnya (peninggalan
sejarah)
B. Rumusan Masalah Penciptaan
Beberapa permasalahan yang berkaitan dengan judul karya tugas akhir
ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang mendorong penulis mengambil tema tentang “Ketuaan” ?
2. Sejauh mana mengekspresikan ketuaan dalam penciptaan karya tugas akhir
khususnya seni lukis ?
3. Teknik dan medium yang digunakan dalam penciptaan karya seni lukis ?
C. Tujuan Penciptaan
Bersumber dari permasalahan mengenai ketuaan tujuan pembuatan karya
seni lukis ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa yang melatar belakangi penulis dalam penciptaan karya
Tugas Akhir yang bertemakan tentang ketuaan.
2. Berusaha memahami image ketuaan lewat karya dua dimensi.
3. Mengeksplorasi teknik dan medium yang sesuai untuk memberi efek kesan
tua.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
D. Manfaat Penciptaan
Pembuatan karya tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat
antara lain :
1. Dengan penciptaan ini diharapkan menambah atau meningkatkan apresiasi
pembaca terhadap karya seni lukis & proses kreasi seniman
2. Sebagai wacana baru untuk menambah pengetahuan khususnya tentang
ketuaan dalam bidang seni lukis
3. Sebagai referensi bagi apresian atau pemula untuk berkarya seni baik dari
keteknikan maupun medium yang digunakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Sumber Penciptaan
Referensi atau sumber penciptaan diambil dari kehidupan sehari-hari, baik
melalui pengamatan secara langsung ataupun tidak langsung seperti dari internet
dan media massa. Salah satunya adalah pada saat berinteraksi secara langsung di
masyarakat. Terutama pada orang tua atau orang yang sudah lanjut usia seperti
kakek atau nenek. Dari segi penyampaiannya selalu hati-hati, pelan-pelan dan
penuh pertimbangan. Sikap dan perilakunya selalu berwibawa dan memiliki
maksud dan tujuan tertentu. Begitu pula ekspresi wajahnya yang sangat menjiwai
pada saat berinteraksi. Ketertarikan itu mendorong untuk mengkaji atau
mendalami dan pada akhirnya untuk dilukis. Berbagai pengalaman yang terjadi
dalam kehidupan sehari-hari terutama yang berhubungan dengan ketuaan
merupakan sesuatu yang menarik untuk dijadikan sebagai dasar-dasar ide dalam
pembuatan karya seni lukis. Bertolak dari keadaan dan pengalaman jiwa muncul
tuntutan dari dalam diri untuk mendokumentasikan sosok dari orang tua yang
hendak dituangkan dalam sebuah karya yaitu lukisan
Di bawah ini adalah potret sebuah batang pohon tua yang sudah rapuh
secara alamiah menjadikan salah satu sumber ide dalam penciptaan karya tugas
akhir. Dari referensi foto batang pohon tua di bawah tertarik dari sisi fisiknya
yaitu tektur, kerapuhannya, serta warna yang nampak. Dari ketertarikan itu
muncul keinginan untuk mendalami dan menggabungkan dengan referensi/obyek
yang lain, untuk diolah dan pada akhirnya dituangkan ke dalam media rupa yaitu
kanvas (lukisan).
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Gambar 1
Batang Pohon Randu
( Dokumentasi : Heri Supriyatno, 2009 )
Selain itu ketika membuka web internet tentang gambar orang tua,
ditemukan gambar atau potret seorang nenek yang ekspresinya sangat
mengesankan dan penuh artistik seperti gambar dibawah ini. Disini tertarik
dengan kerutan orang tua atau nenek yang muncul baik dari dahi, leher, tangan
maupun dari berbagai tempat. Serta ekspresi wajah yang terfokus pada satu titik
pusat perhatian, membuat orang yang melihat menjadi luluh dan merintih kasihan
akan ekspresi wajah tersebut.
Gambar 2
( Sumber : http://www.google.com/images/orang tua.jpg )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Kemudian setelah melalui proses muncul ide atau gagasan untuk
menggabungkan atau merubah background yang sudah ada dengan background
yang lainnya, seperti gambar bencana banjir di bawah ini, agar lebih berfikir
kreatif dan juga merupakan hasil jerih payah sendiri.
Gambar 3
( Sumber : http://www.google.com/images/banjir.jpg )
Selanjutnya masih terinspirasi oleh ekspresi wajah orang tua atau nenek
yang sumbernya dari internet pula. Dari Gambar dibawah yang membuat tertarik
adalah ekpresi atau visual wajah yang penuh kesedihan serta kerut-kerutan yang
muncul dari gambar tersebut.
Gambar 4
( Sumber : http://www.google.com/images/nenek tua.jpg )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Sumber yang selanjutnya adalah bangunan tua, yaitu candi. Disini
tertarik dengan tekstur dan warna yang ada dalam relief candi, selain itu sejarah
yang terkandung didalamnya.
Gambar 5
( Sumber : http://www.google.com/imgres?borobudur.jpg )
Masih mengulas tentang candi, yang membuat tertarik disini adalah
tekstur yang muncul pada arca atau patungnya, serta warna alamiah yang muncul
yaitu hitam-putih agak keabu-abuan menjadi nilai lebih.
Gambar 6
( Sumber : http://www.google.com/imgres?arca.jpg )
Referensi yang selanjutnya terinspirasi oleh bangunan-bangunan tua atau
gedung-gedung megah, yang mana disini dambil obyek monas karena Monas
melambangkan semangat juang bangsa Indonesia dalam perang kemerdekaan,
yang dilambangkan pada tugu dan api abadi di puncaknya. Desain dan rencana
Monas dibuat oleh arsitek Indonesia terkemuka saat itu, Soedarsono. Sedangkan
penasihat konstruksi adalah Prof. Dr. Ir. Roosseno.
Ada tiga bagian penting dari Monas yang tampak jelas bahkan dari
kejauhan. Yaitu yang pertama adalah tugu melambangkan lingga, alu atau antan,
yaitu penumbuk beras.
Kedua pelataran cawan melambangkan yoni dan juga lumpang, yaitu
wadah beras yang sudah ditumbuk oleh lingga dalam bentuk raksasa. Saat ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
memang kedua alat tersebut sudah sangat jarang ditemukan di kota besar seperti
Jakarta, akan tetapi masih bisa ditemui di desa-desa. Dulunya kedua alat rumah
tangga tersebut bisa ditemukan hampir disetiap rumah tangga pribumi Indonesia.
Yoni dan lingga melambangkan negatif dan positif seperti halnya siang dan
malam, lelaki dan perempuan, air dan api, bumi dan langit, lambang dari alam
yang abadi.
Poin yang terakhir yaitu api yang menyala di puncak tugu melambangkan
tekad bangsa Indonesia untuk berjuang dan membangun takkan surut sepanjang
masa.
Gambar 7
( Sumber : http://www.google.com/imgres?monas.jpg )
B. Kajian Seni
Kajian teori tentang seni yang dimaksud adalah mempelajari atau
mengkaji lebih dalam tentang seni secara umum. Wawasan seni mempunyai arti
tinjauan, pandangan, dan penalaran mengenai bidang-bidang seni yang
mempunyai ruang lingkup, sebagai berikut pengenalan tentang pengertian seni
adalah seni mempunyai sinonim atau persamaan kata techne (Yunani), ars
(Latin), kuns (Jerman), dan art dalam bahasa (Inggris). Kesemuanya mempunyai
pengertian yang sama yakni ketrampilan dan kemampuan ini dikaitkan dengan
tinjauan dalam seni misalnya nilai estetis (keindahan), etis dan nilai praktis.
Tujuan-tujuan tersebut nampaknya seni cenderung dikaitkan dengan nilai estetis
sehingga ada pendapat bahwa seni sama dengan keindahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Seni rupa adalah segala manifestasi batin dan pengalaman estetik dengan
elemen garis, warna, bidang, tekstur, dan gelap terang (Edy Tri Sulistyo, 2005:
90). Untuk melakukan pengkajian terhadap berbagi persoalan mengenai seni rupa
maka tidaklah terlepas dari apa yang disebut komponen seni, antara lain: tema
(subject matter), bentuk (form), dan isi (content), (Mulyadi, 2000: 14).
Menurut Denis Husiman pengertian seni adalah mencipta dalam arti luas
(dalam Human Sahman, 1993:11) lebih jauh mengatakan bahwa dalam mencipta
atau kegiatan seni mempunyai tiga sasaran utama yaitu: Pertama, nilai filosofis
perangi dasar maksudnya latar belakang atau konsep mencipta merupakan hal
yang utama dan pokok dalam penciptaan, kedua nilai psikologis sasarannya ialah
aktivitas menghayati seni dan ketiga, mempunyai sarana yang berkaitan dengan
fungsi seni. Dari pendapat ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan timbal
balik antara seniman sebagai pencipta seni, dan masyarakat sebagai pengamat.
Hubungan timbal balik inilah bahwa seni disamping sebagai aktivitas seni juga
sebagai media komunikasi. Selaras dengan pengertian ini Sudarso SP memberikan
batasan tentang seni sebagai berikut, seni adalah hasil karya manusia yang
mengkomunikasikan pengalaman-pengalaman batinnya, disajikan secara indah
dan menarik sehingga merangsang timbulnya pengalaman batin manusia yang
menghayatinya (Mulyadi, 1984:3)
Seni adalah hasil karya atau kegiatan manusia yang telah dikenal
kehadirannya semenjak jaman prasejarah. Pencipta suatu karya seni selain
dimasudkan untuk memenuhi kebutuhan praktis dimaksudkan pula untuk
memenuhi kebutuhan estetis. Apabila seseorang menciptakan rumah, mebel,
pakaian dan sebagainya tentulah tidak hanya sekedar agar benda-benda tersebut
dapat dipakai tetapi lebih dari itu mereka berharap agar benda-benda tersebut
memiliki keindahan. Hal ini biasa dikatakan bahwa seni dan minat estetik benar-
benar merupakan suatu fenomena dalam kehidupan manusia.
Karya seni diciptakan bukan hanya memenuhi kepentingan penciptanya
tetapi agar juga bermanfaat bagi orang lain yang disebut penghayat atau
konsumen seni. Konsumen seni dalam hal ini dapat dibedakan menjadi: konsumen
seni yang bermaksud karya, dan konsumen seni yang bermaksud mengevaluasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
atau memberikan penjelasan tentang baik buruknya suatu karya selain itu jenis
konsumen seni yang terakhir adalah senimannya itu sendiri. Dengan demikian
dapat dikatakan disini bahwa aktivitas evaluasi yang memberikan putusan tentang
baik buruknya suatu karya seni, yang dinamakan aktivitas kritik. (R.C
Kwant,1975)
Menurut Ki Hajar Dewantara, “Seni yaitu segala perbuatan manusia yang
timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah hingga dapat menggerakkan jiwa
perasaan manusia. Dalam hal ini seni juga merupakan produk keindahan yang
dapat menggerakkan perasaan indah orang lain yang melihatnya”. (P.
Mulyadi,2000: 5).
Sedang menurut Sudarso SP, “Seni adalah hasil karya manusia yang
mengkomunikasikan pengalaman-pengalaman batinnya; pengalaman batin
tersebut disajikan secara indah dan menarik sehingga memberikan atau
merangsang timbulnya pengalaman batin pula kepada manusia lain yang
menghayatinya. Kelahiran tidak didorong oleh hasrat memenuhi kebutuhan
manusia yang pokok, melainkan merupakan usaha untuk melengkapi dan
menyempurnakan derajad kemanusiaannya, memenuhi kebutuhan yang spiritual
sifatnya. (P. Mulyadi,2000: 6).
Sedangkan menurut Sujoko (dalam Sudjoko, 2001:163) seni adalah
kemahiran membuat atau melakukan sesuatu yang dipakai perangsang
pengalaman estetik yang memuaskan. Pengertian puas disini masih dalam
pengertian luas, sebuah perasaan puas bisa meliputi rasa senang, sedih, muak,
jijik, terharu dan sebagainya. Rasa puas diperlukan oleh seorang seniman (si
pencipta) tanpa rasa puas ia tidak akan menciptakan hasil seni yang baik. Jadi,
kesimpulannya seni adalah hasil karya yang dibuat manusia yang dituangkan
kedalam media rupa dengan memperhatikan prinsip-prinsip seni rupa, serta
mengandung maksud dan tujuan tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
C. Kajian Tentang Seni Rupa
Seni rupa ditinjau dari segi fungsi bagi masyarakat dibagi menjadi
kelompok, yaitu seni murni (fine art) dan seni terapan (applied art). Seni murni
(fine art) adalah kelompok karya seni rupa yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan spiritual. Artinya bahwa kelahiran karya seni tersebut lahir dari adanya
ungkapan atau ekspresi jiwa, tanpa adanya faktor pendorong untuk tujuan
kegunaan praktis. Dengan kata lain seni tersebut bukan lagi merupakan kebuhan
praktis bagi masyarakat tetapi hanya mengejar nilai untuk kepentingan estetika
seni yang dimanfaatkan dalam lingkungan seni itu sendiri atau disebut sebagai
seni untuk seni (Soedarso Sp, 1990:21).
D. Kajian Tentang Seni Lukis
1. Pengertian Seni Lukis
Seni lukis adalah suatu ungkapan pengalaman estetik seseorang yang
dituangkan dalam bidang dua dimensi (dwi matra), dengan menggunakan medium
rupa dapat dijangkau melalui berbagai macam jenis material seperti tinta, cat, atau
pigmen, tanah liat, semen dan berbagai aplikasi yang memberi kemungkinan
untuk mewujudkan medium rupa. Pengertian dan definisi seni lukis sangat
beragam, namun kadang terjadi kesimpang siuran pengertian antara seni lukis dan
menggambar atau seni gambar. Lukisan dan gambar tidak dapat dibedakan dengan
sekedar memilahkan material yang digunakan, tetapi lebih jauh dari itu yang lebih
memerlukan pertimbangan tentang estetik, latar belakang pembuatan karya dan
sebagainya.
Menurut Edy Tri Sulistyo, (2005:1) pengertian umum tentang seni lukis
adalah merupakan salah satu hasil karya seni rupa dwi matra, disamping seni
grafis ilustrasi, desain komunikasi visual, gambar dan sketsa. Seni gambar dan
sketsa permasalahannya hampir sama dengan seni lukis, meskipun demikian
kedua karya tersebut dapat dirinci pengertiannya dan memiliki kekhususan yang
berbeda. Lukisan, kadangkala disebut gambar, karena didalam lukisan kadang
terdapat gambar. Sketsa, juga memiliki ciri yang sama dengan lukisan, karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
di dalam karya sketsa unsur ekspresinya sangat dominan. Melukis dapat dikatakan
sebagai kegiatan menggambar, jika ungkapan perasaan (ekspresi) merupakan
aspek yang paling dominan, oleh karenanya melukis dapat dikatakan dengan
istilah menggambar ekspresi. Jadi, melukis menggunakan media seni rupa
lazimnya berupa media cat minyak diatas kanvas atau cat air diatas kertas.
Untuk lebih jelasnya pengertian antara sketsa, gambar, dan lukisan,
simak keterangan di bawah ini:
Sketsa (menurut kamus bahasa Inggris: sketch) yang artinya rencana,
bagan, atau denah. Merupakan gambaran atau lukisan pendahuluan yang kasar,
ringan semata-mata garis besar ataupun sebagai percobaan ataupun sebagai tanda
mengingat-ingat, yang digunakan dalam gambar biasa catatan singkat tanpa
bagian-bagian kecil yang mengengemukakan gagasan sesuatu.
Gambar merupakan bahasa yang universal dan telah berkembang
sebelum ditemukannya bahasa tulisan. Sejak zaman prasejarah manusia primitif
telah mengenal gambar sebagai bahasa rupa. Pada dasarnya, menggambar
merupakan wujud pengeksplorasian teknis dan gaya, penggalian gagasan dan
kreativitas, bahkan bisa menjadi sebuah ekspresi dan aktualisasi diri. Hal ini
karena selain memiliki fungsi praktis, menggambar juga memiliki fungsi untuk
terapi secara psikologis.
Lukisan merupakan karya seni lukis yang dituangkan kedalam media
rupa (kanvas) dengan menggunakan unsur atau elemen desain dan memperhatikan
prinsip-prinsip desain, serta mengandung maksud dan tujuan tertentu.
Di dalam seni lukis, pada hakekatnya adalah penuangan ide kreatif yang
didalamnya terdapat unsur ekspresi dan kreativitas. Warna didalam seni lukis
menjadi elemen yang sangat penting, karena kehadiran warna didalam seni lukis
menjadi daya tarik bagi penikmatnya. Ditinjau dari tujuan penciptanya, seni lukis
tergolong seni rupa murni (fine art) karena penciptanya tidak terikat oleh
persyaratan yang berhubungan dengan kegunaanya. Selain itu didalam seni lukis
tidak terlepas dari komponen seni, antara lain: tema (subject matter), bentuk
(form), dan isi (content). Di bawah ini penjelasan masing-masing komponen
sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
a. Tema
Subject matter atau tema pokok ialah rangsangan cipta seniman dalam
usahanya untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan. Bentuk
menyenangkan adalah bentuk yang dapat memberikan konsumsi batin
manusia secara utuh, dan perasaan keindahan kita dapat menangkap hormoni
bentuk yang disajikan serta mampu merasakan lewat sensitifnya. Subject
matter sebagai stimulus atau rangsangan yang ditimbulkan oleh objek. Dalam
sebuah karya seni hampir dapat dipastikan adanya subject matter, yaitu inti
atau pokok persoalan yang akan dihasilkan sebagai akibat adanya pengolahan
objek, baik objek dalam maupun yang terjadi dalam ide seseorang seniman
dengan pengalaman pribadinya. Ada kalanya seseorang seniman mengambil
alam sebagai objek karyanya, tetapi karena adanya pengolahan dalam diri
seniman tersebut maka tidaklah mengherankan apabila bentuk (wujud)
terakhir dari karya ciptaanya akan berbeda dengan objek semua. Subject
matter merupakan bentuk dalam ide sang seniman, artinya bentuk yang belum
dituangkan dalam media belum lahir sebagai bentuk fisik.
b. Bentuk
Bentuk bermakna memiliki dimensi tertentu. Dua dimensi (dimensi
ketiga tidak diperhitungkan), namun masih mungkin menampilkan wujud tiga
dimensi yang bersifat semu (seperti lukisan dengan lapisan cat yang tebal,
relief, lukisan pada pot, piring atau lainnya). Dua dimensi secara fakta hanya
diserap melalui indera mata dengan berbagai macam tipuan optik yang
mengekploitasikan keberadaan ruang dan volume ke dalam bentuk.
c. Isi
Isi atau sebenarnya adalah bentuk psikis dari seseorang penghayat yang
baik. Perbedaan bentuk dan isi hanya terletak pada diri penghayat. Bentuk
hanya cukup dihayati secara indrawi tetapi isi atau arti dihayati dengan mata
batin seorang penghayat secara kontenplasi, sehingga dapat disimpulkan
bahwa isi disamakan dengan subject matter seorang penghayat. Disini
persamaan antara pencipta dan penghayat, seorang seniman pencipta adalah
penghayat yang pertama yang punya bentuk psikis didalam dunia idenya yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
berhak atas karyanya dalam mengubah atau menambah. Bentuk psikis
seorang seniman pencipta merupakan bentuk yang disebut subject matter
yang setiap saat dapat dibabarkan, sedang seniman penghayat adalah
penghayat yang mempunyai bentuk psikis yang dihasilkan dari proses hayati
oleh dunia idenya yang merupakan hasil proses imajinasi atau proses
kreativitas (Dharsono Sony Kartika, 2004:30).
Tema atau pokok isi adalah hal-hal yang perlu dan hendak diketengahkan
karya seni (subject matter). Menurut, The Marriem Webster Dictionary berarti
a subject or topic of artistic representation. Tema dapat berasal dari berbagai
masalah, mulai dari kehidupan perasaan (emosi), kisah atau cerita, kehidupan
keagamaan, sejarah, pengalaman intelektual, perlambangan-perlambanagan,
atau peristiwa meta fisik lainnya. (Mikke Susanto, 2003:22).
2. Elemen Visual Seni Lukis
Dalam karya seni lukis terdapat elemen-elemen visual seperti garis,
warna, bidang, tekstur, dan gelap terang, yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Garis
Di dalam seni rupa (sebut saja seni lukis) pengertian garis bisa jadi titik-
titik yang berhimpit berkelanjutan, kemungkinan lain merupakan pertemuan
atau persilangan dari dua buah bidang atau warna, atau dapat pula sesuatu
yang berdimensi memanjang atau sesuatu yang membatasi ruang dan bidang.
Melihat bentuknya, garis dapat kita bagi dalam tiga macam yakni pertama
garis lurus; horizontal dan vertikal (tegak lurus dan mendatar). Kedua garis
lengkung atau bergelombang; bisa pendek atau panjang. Dan ketiga garis
patah-patah; bentuk zig-zag, siku-siku atau membentuk sudut tajam.
Dari ketiga bentuk dasar tadi garis dapat memberikan kesan sifat simbol
yang bermacam-macam antara lain:
1) Membentuk kesan kekuatan, misalnya pada bentuk-bentuk piramida,
ka’bah, vertikal, diagonal. Bentuk-bentuk demikian disebut juga sebagai
raunded arches.
2) Membentuk kesan berirama, dapat dinyatakan bentuk lengkung berurutan
serta bentuk-bentuk memutar (spiral.).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
3) Bentuk bola-bola yang mengembang sebagai bentuk yang memberi sugesti,
kegembiraan, riang, spirit pada jenis enpending spheres.
4) Bentuk garis tegak yang bagian ujungnya melengkung memberi kesan
kelesuan, kesedihan, kedukaan atau disebut juga bending upright line.
5) Kesan sugesti dari garis yang berkobar, bersemangat atau berkekuatan
spiritual yang disebut upward swirls. Dari bentuk ini memberi kesan sugesti
ketenangan, kemalasan, berirama atau disebut dengan rhytmic horizontal.
6) Bentuk garis yang memberi kesan pancaran keatas sugesti pertumbuhan,
idealisme atau bisa juga spontanitas. Bentuk ini disebut upward sprays.
7) Jenis garis yang secara ilusif memberi kesan melenyap, memperlihatkan
jarak kejauhan, kerinduan disebut Diminisshing Perspective.
8) Penggambaran garis yang memberi kesan perluasan terbatas, pelebaran
ruang disebut Inverted Perspective.
9) Bentuk garis yang secara ilusif memberi kesan pandangan tentang keadaan,
ledakan, memusat, disebut Radiation Line.
10) Bentuk lain yang disebut dengan waterfall adalah bentuk garis yang
memberi kesan gaya bebas, penurunan yang berirama.
11) Penggambaran garis-garis yang bertumpuk yang memberi kesan konflik,
sesuatu peperangan disebut Conflicting Diagonals. ( Soegeng Toekio. M,
1983:18 )
Selain tersebut diatas, sifat garis yang cenderung mempunyai bentuk
simbol ini antara lain juga termasuk: rythme curve, zig-zag line, rythmic
horizontal, vertikal, diagonal, raunded arches, dan gothic arch. Kehadiran garis
dalam seni lukis dapat menentukan kualitas suatu karya, misalnya kita pada karya
Albert Durer yang menonjolkan satu olahan garis halus pada karyanya. Begitu
pula garis-garis yang dibuat Michael Angelo, setiap goresan mampu memberikan
kesan yang berbeda.
Menurut Edy Tri Sulistyo (2005:90), dipandang dari sudut ilmu eksakta,
pengertian garis adalah rentetan (rangkaian) titik yang mempunyai deretan
memanjang dan punya arah tertentu. terjadinya garis disini biasanya dilakukan
dengan pertolongan kontruksi. Artinya dengan alat bantu seperti jadi titik yang
berkelanjutan, pertemuan atau persilangan dari dua buah bidang atau warna, atau
bisa jadi sesuatu yang membatasi ruang atau bidang, atau sesuatu yang berdimensi
memanjang. Berdasarkan arahnya garis mempunyai sifat dasar yaitu garis
lengkung. Garis lurus bisa dibuat variasinya misalnya garis lurus pendek dan
panjang, garis patah-patah dan garis bengkok, garis bergelombang, garis lengkung
menyudut, dan sebagainya. Konon dengan sifat ini dapat menunjukkan karakter
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
yang berbeda-beda. Garis lurus, patah, bengkok bisa menyarankan suasana marah,
tegang, dan bisa menunjukkan watak kejantanan. Garis lengkung menggambarkan
ketenangan, kedamaian, kehalusan, dan bisa menggambarkan kewanitaan.
Kehadiran garis pada seni rupa, memang perlu diperhatikan karena dengan
kekuatan garis dapat menentukan bobot (kualitas) suatu karya, baik garis tersebut
pada seni lukis, seni patung, atau seni rupa lainnya, bahkan anak kecil yang suka
melukis atau menggambar sebelum tertarik pada warna dalam penuangan
emosinya ia lebih banyak-banyak bermain dengan pensil, pena, spidol, atau
sejenisnya untuk membuat garis diatas kertasnya. Dengan begitu jelaslah sekarang
bahwa garis mempunyai peran penting untuk menciptakan sebuah karya seni rupa.
b. Shape
Shape adalah suatu bidang kecil yang terjadi karena dibatasi oleh sebuah
kontur (garis) dan atau dibatasi oleh adanya warna yang berbeda atau oleh
gelap terang pada arsiran atau karena adanya tekstur. Di dalam karya seni,
shape digunakan sebagai simbol perasaan seniman didalam menggambarkan
obyek hasil subyek matter, maka tidak heran apabila seseorang kurang dapat
menangkap atau mengetahui secara pasti tentang obyek hasil pengolahannya.
c. Warna
Suatu benda dapat dikenali dengan berbagai warna seperti merah, kuning,
hijau, dan sebagainya, karena secara alami mata kita dapat menangkap cahaya
yang dipantulkan dari permukaan benda tersebut. Warna sebagai salah satu
elemen atau medium seni rupa, merupakan unsur-unsur yang sangat penting,
baik dalam seni murni maupun didalam seni terapan. Bahkan warna sangat
berperan dalam segala aspek kehidupan manusia.
Dari sekian banyak elemen visual pada karya seni lukis, warna
mempunyai daya tarik tersendiri. Mengamati lukisan yang berwarna rasa-
rasanya lebih tertarik jika dibanding lukisan hitam putih. Warna, kecuali
dapat merangsang indera mata juga besar pengaruhnya terhadap jiwa atau
pribadi seseorang. Warna pada sebuah lukisan disamping memberikan nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
fisik, estetis juga memberikan pengaruh jiwa pelukisnya. Tiap-tiap pelukis
berusaha memilih jenis warna sebagai kekhasan dalam karyanya. Sebagai
contoh lukisan Affandi banyak ditandai warna hijau kusam dengan bersitan
warna merah dan kuning di sana-sini. Lain halnya dengan karya Sapto
Handoyo, hasil karyanya banyak ditandai warna-warna primitif seperti warna
coklat bata, merah kecoklatan, putih, oker dengan kontur-kontur hitam.
Warna-warna yang dipilihnya tersebut dapat merupakan medium kearah
penemuan dirinya sendiri sehingga dapat menunjukkan ciri khas atau
identitasnya.
d. Tekstur
Tekstur dalam seni lukis adalah sifat-sifat (kualitas) pemukaan bidang.
Didalam menghasilkan tekstur, banyak cara yang ditempuh, tetapi pada garis
besarnya ada dua macam. Pertama, tekstur nyata, artinya kesan yang diterima
dengan pemukaan bidangnya memang sesuai. Misalnya sebuah lukisan jika
dilihat dan diraba merasa kasar, timbulnya wujud kasar tersebut memang
sudah disengaja oleh penciptanya, yakni dengan mencampurkan pasir atau
serbuk lain dengan catnya sewaktu masih basah sehingga hasilnya menjadi
kasar. Contoh tekstur nyata yang lain yakni plototan langsung cat dari tube
yang selalu dilakukan pelukis Affandi.
Kedua adalah tekstur semu, artinya sifat kesan permukaan sesuatu bidang
pada seni lukis hanya merupakan tipuan. Maksudnya, hasil penglihatan
dengan dengan wujud yang sebenarnya adalah tidak sesuai. Timbulnya
tekstur semu, karena hanya penguasaan teknik gelap terang didalam seni
lukis. Kenyataannya jika diraba bidang tersebut halus saja, tetapi jika dilihat
nampaknya kasar.
e. Gelap Terang
Adanya gelap dan terang merupakan akibat dari suatu cahaya yang jatuh
pada suatu benda sehingga mengakibatkan kesan gelap terang. Secara luas
gelap terang dapat diartikan sebagai perbedaan pencerahan warna atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
perbedaan tingkat kegelapan antara bagian-bagian yang berdekatan pada
bagian detail sebuah lukisan atau gambar (Suryo Suradjijo, 2000:71).
3. Prinsip-Prinsip Visual atau Seni Rupa
a. Komposisi
Komposisi secara sederhana adalah susunan (keseimbangan). Berhasil
dan tidaknya suatu karya seni lukis atau seni rupa pada umumnya sangat
ditentukan oleh susunan unsur-unsur sehingga susunan itu dapat membentuk
ungkapan sesuai dengan yang dikehendaki penciptanya. Susunan unsur-unsur
tersebut mencakup pada mengenai keseimbangan (balance) dapat
terwujudkan apabila unsur-unsur garis, bidang, warna, dan sebagainya
memberi rasa seimbang serta memuaskan kepada kita yang melihat atau
merasakannya.
Untuk mencapai keseimbangan dalam seni lukis banyak cara
ditempuhnya. Misalnya dengan jalan mengatur unsur-unsur secara simetris
ataupun a-simetris. Keseimbangan simetris maksuknya ialah, apabila bagian
kiri dan kanan atau bagian bawah dan atas dari sebuah desain sama besar
(kekuatannya), sedangkan keseimbangan a-simetris maksudnya ialah, apabila
bagian kiri dan kanan bagian atas dan bawah dari sebuah desain tidak sama
besar (kuat), tetapi jika dilihat atau dirasakan masih terasa seimbang.
b. Dominasi
Secara keseluruhan elemen-elemen visual sebuah lukisan harus
mempunyai hubungan yang baik, agar lukisan tersebut lebih menarik
perhatian bagi apresian, maka dominasi (center of interest) perlu
dihadirkannya. Kehadiran dominasi atau pusat perhatian di sini ditujukan
untuk menonjolkan bagian tertentu yang sekiranya perlu disampaikan.
Penempatan dominasi tersebut tidak mudah dilakukannya. Dimana harus
ditempatkan, dan bila mana diperlukan adalah merupakan suatu masalah yang
harus dipertimbangkan secara mendalam. Biasanya, penempatan dominasi
diletakkan dibagian tengah permukaan bidang dan tepat pada sasaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
pandangan mata jika pemirsa melihatnya.
Ada kalanya center of interest hanya ditandai dengan warna yang
mencolok dan menarik (warna terang) jika latar belakangnya warna-warna
gelap, dan sebaliknya dengan warna gelap, jika latar belakang (background)
nya warna-warna terang, atau dengan cara lain misalnya dengan menonjolkan
salah satu bentuk dengan penggarapan secara detail.
c. Kesatuan (Totalitas)
Kesatuan (totalitas) adalah perpaduan atau keselarasan antara unsur-
unsur visual menjadi satu kesatuan ungkapan dan kesatuan makna. Kesatuan
ungkapan dan kesatuan makna inilah yang merupakan kesan keseluruhan dari
karya seni. Demikian jelasnya dalam sebuah lukisan bila unsur-unsur tersebut
diatas berpadu selaras dan membentuk suatu pernyataan atau ungkapan maka
kita katakan lukisan itu berhasil. Jika tidak, karya itu hanyalah merupakan
penyampaian elemen yang tidak memiliki kekuatan. Jadi pernyataan atau
ungkapan yang terbentuk oleh paduan unsur-unsur merupakan kekuatan
dalam karya seni.
Bicara masalah totalitas, tentu saja kehadiran atau keberhasilan suatu
karya seni tidak bisa lepas dengan unsur lainnya. Tema atau isi, juga
kreativitas dan gaya pribadi serta teknik tidak lepas dengan unsur visualnya.
Karena itu unsur yang terakhir ini harus selaras dengan unsur visualnya. Jika
hal itu terlaksana maka akan menghasilkan karya yang baik.
d. Keseimbangan (Balance)
Pengertian komposisi harus mencakup keseimbangan yang dimaksud
(balance) adalah beberapa unsur karya seni dapat memberi rasa seimbang
serta memuaskan kepada kita yang melihat dan merasakannya (Edy Tri
Sulistyo, 2005:98).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
e. Distorsi dan Deformasi Dalam Penciptaan Seni Lukis
Pada dasarnya distorsi adalah mengubah suatu bentuk dengan tujuan
untuk lebih menampilkan karakter, atau watak dari bentuk tersebut. Sedang
deformasi adalah mengubah bentuk dari bentuk aslinya. Pengertian distorsi
dalam seni lukis, termasuk pula hal melebih-melebihkan warna dari obyek
sesungguhnya dan juga perbedaan-perbedaan yang bersifat tekstural atau
kualitas sesuatu permukaan (Sunarto, 1994:5-6).
Seperti halnya pada karya ketiga yaitu karya yang penulis beri judul
“Pengemis”. Pada awalnya disini sumber ide yang ada tidak seperti hasil
jadinya, yaitu yang awalnya tanpa ada tangannya kemudian dalam karya tugas
akhir ini penulis menambahkan sebuah tangan yang menyimbolkan meminta
atau mengemis agar unsur pengemis dapat tercapai.
4. Tema Dalam Seni Lukis
Dalam penciptaan karya tugas diambil tema tentang “ketuaan” yaitu
sesuatu yang ada hubungan dengan tua, baik dari wujud, tekstur, maupun
warnanya. Terutama disini lebih cenderung tertarik akan visualnya atau wujud
nyatanya.
5. Medium
Pengertian media adalah sesuatu (bahan baku) yang dibutuhkan untuk
media seni lukis, sedang alat adalah barang atau peralatan yang dipergunakan
untuk menerapkan bahan dan teknik. Media yang lazim digunakan dalam seni
lukis berupa kertas dan kanvas.
1) Kertas
Semua jenis kertas pada umumnya dapat digunakan untuk media lukis,
yang diutamakan kertas tersebut polos atau tidak bergaris. Kertas yang
berwarna ataupun tidak (putih) keduanya dapat dipergunakan sebagai media
untuk melukis. Dalam hal ini dipilih kertas linen, karena tekstur dari pada
kertas ini menyerupai kain sehingga tanpa diolah dengan teknik tertentu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
hasilnya sudah bertekstur. Disamping itu daya tahan tehadap air lebih kuat dari
kertas biasa.
2) Kanvas
Disamping kertas dan karton, kain kanvas yang sudah jadi sering
digunakan dalam media seni lukis. Jika kertas cocoknya dengan pewarna cat
air, pastel atau krayon, maka kanvas cocok bila digunakan dengan cat minyak
(oil colour) atau akrilic. Sedangkan untuk kain kanvas disini penulis memakai
kain kanvas buatan sendiri. Yaitu dengan menggunakan kain blaco atau kain
seadanya yang sekiranya masih dapat dimanfaatkan kemudian dibentangkan
dalam sebuah kayu spanram lalu dicat dengan cat tembok yang sudah dicampur
dengan lem fox sebagai perekat kain hingga rata dan kering. Disamping
menghemat uang juga menambah kretivitas seniman.
E. Landasan Penciptaan
Seorang seniman dipastikan mempunyai kondisi latar belakang yang
berbeda, sehingga akan berpengaruh terhadap perkembangan hasil karya yang
diciptakan. Dalam hal ini tidak mengacu atau mengarah pada satu seniman saja,
melainkan tak terbatas. Artinya dalam penciptaan karya tugas akhir ini
diekspresikan dari berbagai sumber, referensi, corak, ragam, maupun dalam hal
keteknikan.
Karena kalau mengacu pada satu seniman atau satu gaya tertentu, hal itu
menjadi suatu keterikatan saja, serta mempersempit ruang lingkup dalam proses
kreativitas. Sehingga dengan kebebasan dan tanpa ikatan tertentu, gagasan dapat
diekspresikan dalam media rupa dengan mudah.
Salah satu karya seniman terkenal yaitu karya Leonardo Da Vinci yang
dijadikan landasan dalam penciptaan karya tugas akhir ini bukan konsep atau isi
yang dicermati, akan tetapi corak, gaya, maupun warna yang klasik yang
ditampilkan dari karya seniman tersebut. Karena dari visual yang nampak,
menimbulkan daya tarik tersendiri dan membuat orang yang melihat kagum.
Salah satunya adalah sebuah referensi yang sumbernya dari internet yang
dijadikan landasan penciptaan karya tugas akhir, yaitu karya potret diri Leonardo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Da Vinci dalam sebuah kapur merah, sekitar tahun 1512-1515. Warna dan goresan
yang muncul dari lukisan itu begitu kuat, tegas, dan terarah seakan-akan tidak ada
istilah salah atau keliru. Hal tersebut menjadikan rasa percaya diri untuk berkarya.
Kemudian Mona Lisa, yaitu lukisan minyak di atas kayu poplar yang
dibuat oleh Leonardo da Vinci pada abad ke-16. Lukisan itu sering dianggap
sebagai salah satu lukisan paling terkenal di dunia dan hanya sedikit karya seni
lain yang menjadi pusat perhatian, studi, mitologi, dan parodi. Lukisan itu dimiliki
oleh pemerintah Perancis dan dipamerkan di Musée du Louvre di Paris.
Begitu pula Sketsa Leonardo Da Vinci yang masih tersimpan hingga kini,
setiap goresannya sangat indah, goresan penanya juga jelas, hal ini jarang
dijumpai pada saat itu. Terutama pada bagian mata dan rambut, tidak saja lembut,
juga mengandung suatu daya tarik. Ini menunjukan kematangan, kemampuan
lukis tingkat tinggi.
Pemilihan obyek, warna, dan tekstur yang digunakan seniman itu dalam
lukisannya, serta penekanan alat yang digunakan begitu tegas, yakin dan
proporsional menjadikan hasil karyanya mempunyai nilai lebih. Sehingga hal ini
dijadikan sebagai landasan dalam penciptaan karya tugas akhir yang dituangkan
dalam media rupa, yaitu dua dimensi atau lukisan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
BAB III
METODE PENCIPTAAN
A. Metode Penciptaan
Dalam proses penciptaan karya seni lukis ini, diperlukan suatu metode
untuk menguraikan secara rinci tahapan-tahapan yang di lakukan dalam proses
penciptaan, sebagai upaya dalam mewujudkan karya seni, yaitu:
1. Pendekatan Empiris
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan langsung berinteraksi dengan
orang tua di masyarakat, karena pengalaman dan pengamatan tersebut sangat
penting sekali. Di dalam kehidupan bermasyarakat, apalagi dengan orang-
orang yang sudah tua dan berpengalaman. Banyak fenomena-fenomena
beragam yang terjadi didalam masyarakat luas secara umumnya dan sesuatu
yang berhubungan dengan ketuaan khususnya, baik dari bentuk, warna,
maupun sifatnya merupakan kajian pokok dalam konsep pembuatan karya
tugas akhir ini. Dari pengalaman itu muncul ide untuk divisualisasikan
kedalam media rupa yaitu lukisan.
2. Pendekatan Estetik
Dari rasa ingin tahu tentang ketuaan, ketertarikan, berpikir, berimajinasi,
merasakan dan merespon objek yang dijadikan sumber penciptaan kemudian
sampai proses pemahaman dan penghayatan melalui panca indra, banyak hal-
hal yang diperoleh di masyarakat, misalnya: dari sesuatu yang sudah tidak
berharga bahkan bisa dikatakan sampah, dapat dijadikan sumber ide atau
inspirasi berkarya. Dengan melakukan berbagai macam percobaan-percobaan
(eksperimentasi) dengan berbagai seleksi material dan penemuan bentuk-
bentuk artistik, untuk mencapai integritas dari hasil percobaan yang telah
dilakukan yang pada akhirnya akan menjadi sesuatu yang sangat berharga
indah, menarik dan memiliki nilai seni yang tinggi yaitu karya seni.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
B. Jadwal Pelaksanaan
Tugas akhir ini dilaksanakan pada Bulan April 2009 sampai dengan November 2010. Kegiatan yang dilakukan mulai dari
pengajuan judul sampai dengan ujian atau persentasi karya. Untuk menjelaskan kegiatan secara terperinci, di bawah ini terdapat tabel
tentang jadwal pelaksanaan kegiatan.
No Kegiatan Tahun 2009/2010 April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan judul
2 Pembuatan proposal
3 Pengadaan bahan dan alat
4 Proses pengerjaan karya
5 Finishing
6 Pembuatan laporan
7 Persiapan pameran
8 Pameran
9 Ujian
10 Revisi
No Kegiatan Tahun 2010/2011 April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan judul
2 Pembuatan proposal
3 Pengadaan bahan dan alat
4 Proses pengerjaan karya
5 Finishing
6 Pembuatan laporan
7 Persiapan pameran
8 Pameran
9 Ujian
10 Revisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
BAB IV
DESKRIPSI KARYA
A. Konsep Karya
1. Karya Pertama Berjudul “Sosok”
Terkadang apa yang kita lihat, kita rasakan, maupun kita dengar sehari-
hari akan menjadi sebuah referensi atau inspirasi. Seperti halnya batang pohon tua
yang sudah mati dan rapuh ini menjadi sebuah inspirasi dalam berkarya seni.
Gambar 11
Ukuran : 125cm X 125cm
Media : Oil On Kanvas
Didalam karya ini mempunyai banyak kenangan dan pesan yang
tersimpan. Salah satunya adalah siklus kehidupan. Begitu pula sesuatu yang ada
dalam angan-angan ataupun hanya ilusi semata akan memperkuat daya imajinasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
kita dalam berkarya, dan pada akhirnya muncul ide atau gagasan. Berawal dari
tidak ada menjadi ada atau lahir, kemudian tumbuh lama-kelamaan menjadi
dewasa dan pada akhirnya tua. Setelah tua, maka akan mati dan rapuh menjadi
makhluk yang tidak bernyawa dan akhirnya akan menghilang menjadi tanah yaitu
kembali pada Sang Pencipta yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
2. Karya Kedua Berjudul “Kepedihan”
Gambar 12
Ukuran : 125cm X 125cm
Media : Oil On Kanvas
Ketika manusia mendapatkan suatu kenikmatan yang lebih banyak yang
melalaikannya. Lalai akan bersyukur kepada yang telah memberikan kenikmatan,
yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga orang itu menjadi kufur dan murka.
Sebaliknya ketika musibah datang menghampirinya, orang baru merasakan betapa
perih, sedih bahkan kebingungan dengan bencana yang menimpanya. Manusia itu
baru menyadari bahwa begitu dahsyatnya kuasa Tuhan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Begitu pula dalam karya ini memberikan pesan dan kesan bahwa hidup
didunia ini hanyalah sebentar, maka untuk itu agar digunakan dengan sebaik-
baiknya.
3. Karya Ketiga Berjudul “Peminta-minta”
Gambar 13
Ukuran : 125cm X 175cm
Media : Acrilik on Kanvas
Demi kelangsungan hidupnya, seseorang rela menjalani kesehariannya
dengan berbagai cara yang di tempuh. Kadang dimata orang lain pekerjaan itu
tidak layak untuk dilakukan, akan tetapi bagi mereka mungkin itulah jalan yang
terakhir untuk bertahan hidup. Betapa perihnya demi menghidupi anak-anaknya
seorang ibu terpaksa rela menggendong anaknya kesana-kemari, pagi, siang
mungkin sampai malam, demi mendapatkan uang. Akan tetapi masih banyak juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
yang menyalahgunakan pekerjaan ini walaupun pekerjaan ini tidak layak
dilakukan, padahal dilain pihak orang tersebut masih mampu untuk bekerja keras
selain meminta-minta.
Dalam karya ini sengaja dibuat extrime atau dengan teknik yang agak
kasar. Karena dari unsur keropos, kotor dan warna tua yang nampak akan
melambangkan sebuah pengorbanan yang besar, tak pernah lelah dan tidak
mengenal rasa malu meskipun dalam keadaan kotor atau kumuh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
4. Karya Keempat Berjudul “Monas...?”
Gambar 14
Ukuran : 150cm X 200cm
Media : Acrilik on Kanvas
Sesuatu hal tidak dapat dinilai atau dinikmati hanya melihat fisiknya saja.
Akan tetapi lihatlah secara menyeluruh, baik dari proses pembuatannya,
filosofinya, maupun tujuan atau manfaatnya. Salah satunya dalam hal ini adalah
Monas. Dimana monas itu tidak sekedar tugu, melainkan apabila ita telusuri
didalamnya masih banyak hal yang lebih penting lagi, baik dari sejarahnya, latar
belakangnya sampai hal-hal yang terkandung didalamnya.
Monas melambangkan semangat juang bangsa Indonesia dalam perang
kemerdekaan, yang dilambangkan pada tugu dan api abadi di puncaknya. Seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
halnya dalam karya keempat ini, tugu monas yang sengaja dibuat retak-retak dan
rapuh, bertujuan agar kita selaku pemuda generasi bangsa harus menjaga dan
melestarikan budaya dan sejarah yang sudah dirintis para pejuang sebelumnya
agar tidak punah dan hancur termakan waktu.
Bangunan semegah apapun kalau tidak dirawat dan dijaga dengan baik
lama-kelamaan akan mengalami masa tua dan pada akhirnya akan rapuh dan
hancur. Untuk itu peran pemuda sangat penting demi masa depan yang lebih baik.
Karena kalau kita malas-malasan, mudah putus asa dan tidak semangat lama-
kelamaan bangsa ini akan hancur dan tertinggal dari bangsa lainnya.
5. Karya Kelima Berjudul “Bangkit”
Gambar 15
Ukuran : 130cm X 120cm
Media : Mix Media
Candi selain menjadi obyek wisata yang ramai dikunjungi, juga menjadi
pusat ibadat bagi penganut Buddha di Indonesia khususnya pada setiap perayaan
Waisak. Satu-satunya dokumen tertua yang menunjukkan keberadaan bahwa
candi digunakan sebagai tempat meditasi penganut Budha.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Dalam hal ini ingin rasanya membangkitkan kepedulian terhadap
bangunan-bangunan kuno, salah satunya disini adalah candi. Yang mana
peninggalan sejarah ini kalau tidak dirawat dan dijaga kelestariannya lama-
kelamaan akan punah. Suatu musibah atau bencana dapat dicegah atau dihindari
apabila jauh-jauh hari sebelumnya sudah diperhitungkan dari resiko terburuk yang
akan terjadi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
6. Karya Keenam Berjudul “Arca”
Kemudian yang selanjutnya dalam karya selanjutnya menggunakan
media kertas, dan menggunakan spidol sebagai alat untuk melukisnya. Dibantu
dengan cat air untuk mengimbangi pada sisi-sisi tertentu. Dan dalam karya ini
digunakan teknik pointilisme atau dot, karena dengan teknik ini akan lebih
muncul pada keteksturannya. Awalnya hanya melihat-lihat gambar pada buku
bacaan tentang candi. Kemudian semakin lama muncul ide untuk menuangkan
sebuah karya yaitu Arca.
Gambar 16
Ukuran : 100cm X 120 cm
Media : Ink On Paper
Arca berasal dari bahasa India pada zaman dahulu adalah patung yang
dibuat dengan tujuan utama sebagai media keagamaan dalam memuja tuhan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
dewa-dewinya. Arca berbeda dengan patung pada umumnya, yang merupakan
hasil seni yang dimaksudkan sebagai sebuah keindahan. Oleh karena itu, membuat
sebuah arca tidaklah sesederhana membuat sebuah patung.
Dalam agama Hindu, arca adalah sama dengan Murti (Dewanagari), atau
murthi, yang merujuk kepada citra yang menggambarkan Roh atau Jiwa
Ketuhanan (murta). Berarti "penubuhan", murti adalah perwujudan aspek
ketuhanan (dewa-dewi), biasanya terbuat dari batu, kayu, atau logam (kuningan,
tembaga, emas), yang berfungsi sebagai sarana dan sasaran konsentrasi kepada
Tuhan dalam pemujaan
Arca tidak selalu ditemukan di dekat sebuah candi. Candi bisa jadi
memiliki sebuah arca, namun sebuah arca belum tentu ada dalam sebuah candi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
7. Karya Ketujuh Berjudul “Kerut Wajah 1”
Gambar 17
Ukuran : 40cm X 60cm
Media : Ink On Paper
Kerut adalah lipatan yang letaknya di kulit. Kulit keriput biasanya
muncul sebagai akibat dari penuaan proses seperti glikasi. Kerutan di kulit
disebabkan oleh kebiasaan ekspresi wajah, penuaan, kerusakan akibat sinar
matahari, merokok, hidrasi miskin, dan berbagai faktor lain. Kulit tidak
berkembang secara merata, menyebabkan ia keriput.
Karya ini terinspirasi oleh kerutan pada nenek yang sudah sangat tua,
waktu itu saat melihat sebuah sinetron di televisi. Kemudian lain waktu mencoba
mencari insprirasi dan referensi lain yaitu dari internet. Akhirnya tercapailah
hingga mendapat obyek wajah seorang nenek yang kerutannya sangat jelas dan
ekspresif. Untuk karya ini dituangkan kedalam media kertas dengan menggunakan
cat air atau akrilik.
Disamping itu masih banyak hal yang tersimpan dibalik kerutan tersebut.
Terutama pada kulit orang tua yang sudah lanjut usia (nenek atau kakek), yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
mengagumkan, baik dari visualisainya, warnanya, maupun tekstur yang muncul.
Untuk itu dari setiap kerutan dicoba didokumentasikan kedalam karya seni dua
dimensi yaitu lukisan.
8. Karya Kedelapan Berjudul “Kerut Wajah 2”
Gambar 18
Ukuran : 120cm X 150cm
Media : Mix Media
Kejahatan dan kebohongan seseorang di dunia masih bisa dibuat-buat
atau direkayasa. Akan tetapi di akhirat nanti semua kesalahan, kebohongan dan
kejahatan akan nampak jelas. Bahwa semua organ tubuh itu akan menjadi
saksinya. Seperti halnya mata tidak akan berbohong ketika melihat keindahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
akan merasa nyaman, sebaliknya apabila mata itu terkena duri akan merasakan
sakit. Itulah kuasa Tuhan, untuk itu dalam karya ini mata dijadikan suatu poin
interest yang bertujuan sebagai teropong kehidupan. Yang mana semua kejadian
yang dialami semasa hidupnya akan terekam dan terdokumentasikan.
9. Karya Kesembilan Berjudul “Tiada Lagi Sang Legenda”
Gambar 19
Ukuran : 120cm X 150cm
Media : Mix Media
Karya ini awal mulanya dari membaca majalah, kemudian pada halaman
tertentu mengulas tentang icon seni lukis Bali yang bernama Ida Bagus Made
Poleng wafat. Ia meninggalkan warisan : harga diri melukis diantara kesibukan
bertani. Yang sekarang tinggal nama atau kenangan dan legenda. Dalam hal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
yang membuat penulis tertarik dan kagum adalah komitmen atau prinsip seniman
ini tentang karya seni. Begitu menghargai atau menghormati dengan hasil karya
seni. Bahkan hal yang sampai sekarang masih melekat dalam benak penulis dari
seniman ini adalah bahwa beliau selalu menekankan kepada banyak orang bahwa
pelukis Bali sesungguhnya bukanlah tukang. Dan seni lukis Bali diciptakan bukan
sekedar hiasan. Ia memiliki “roh”
Dari situlah bisa diambil suatu pelajaran bahwa sepandai-pandai tupai
melompat pasti akan jatuh juga. Manusia hidup di dunia sudah ditentukan oleh
Sang Pencipta, dari hidup-matinya seseorang sampai dengan lika-liku kehidupan
yang dilalui sehari-hari, seperti halnya ada kaya ada juga yang miskin, ada yang
pintar dan ada juga yang bodoh dan seterusnya. Akan tetapi ketika orang itu sudah
mendekati ajal dan bahkan sampai meninggal, semuanya akan berubah menjadi
kenangan saja.
B. Proses Penciptaan
1. Persiapan atau Eksplorasi
Proses penciptaan karya seni adalah satu usaha untuk mewujudkan suatu
karya dengan cara berimajinasi atau mencari ide-ide dengan melihat langsung,
obyek tersebut yang ditangkap dalam satu pengindraan kedalam suatu bentuk.
Sebelum dimulai berkarya langkah yang utama adalah mempersiapkan
alat, bahan, dan media yang harus digunakan terlebih dahulu. Kemudian baru
pengolahan ide atau eksplorasi dengan didukung dari referensi-referensi yang
ada. Dalam hal ini eksplorasi yang dilakukan adalah dengan memperbanyak
membuat sketsa alternatif, baik hitam putih maupun warna. Kemudian ada
juga dengan bereksplorasi pemanfaatan barang bekas untuk dijadikan figura
yaitu triplek bekas. Disamping itu eksplorasi yang lain dengan memperdalam
keteknikan, yaitu dengan sering-sering mencoba dan bereksperimen.
2. Inkubasi
Dalam pembuatan karya tugas akhir diperlukan penghayatan atau
pengendapan terhadap apa yang akan dibuat dari konsep. Setelah benar-benar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
dihayati, maka akan timbul rasa emosi, pemikiran dan seluruh kemampuan
untuk menguasai pengolahan media melalui bahan, alat, dan teknik tertentu.
Sehingga inspirasi atau gagasan mudah terpecahkan dan pada akhirnya dapat
divisualisasikan lewat karya. Dari hasil eksplorasi yang sudah dilakukan
kemudian diendapkan atau dipilih yang sesuai dengan konsep yang ada agar
lebih terfokus.
3. Ilumunasi atau Proses Penciptaan karya
Setelah melewati tahap persiapan dan inkubasi atau pemecahan masalah
mulailah tahap berikutnya proses perwujudan atau membuat lukisan. Yang
pertama sketsa dasar harus dipindahkan di atas kertas ke kanvas dengan
menggunakan cat minyak. Pada langkah berikutnya sebagai dasar penciptaan
dibutuhkan teknik yang memadai serta alat dan bahan yang dibutuhkan untuk
membuat suatu karya seni lukis, tidak cuma alat dan bahan saja untuk
memunculkan ide-ide kedalam media, dipilih obyek-obyek sesuai dengan
konsep dan tema yang telah dibuat atau ditentukan yaitu tentang ketuaan.
a. Teknik Penciptaan Karya
Dalam karya tugas akhir ini teknik yang digunakan tidak terfokus
pada satu teknik saja, melainkan tidak terbatas. Misalnya dalam karya
yang berjudul peminta-minta, dikerjakan dengan menggunakan teknik
yang terkesan kasar, kotor, dan tidak beraturan atau bebas yaitu ada
sebagian oyek yang dikerjakan dengan teknik plototan tinta atau cat yang
dibuat agak encer, sehingga akan mudah meleleh atau cat tersebut dapat
dengan mudah menyebar kesegala arah yang diinginkan. Disamping itu
pada bagian tertentu disapu dengan kuas lukis dan ada juga dengan
menggunakan alat lainnya, seperti sikat dengan cara dipercikan atau
teknik pointilisme. Dalam hal ini sengaja untuk melambangkan pengemis
atau peminta-minta yang terkesan kotor, kumuh bahkan tidak mengenal
rasa malu demi untuk bertahan hidup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Kemudian dalam karya yang berjudul arca dibuat dengan teknik
pointilisme atau dengan kata lain titik-titik (dot). Dalam candi atau
bangunan kuno cenderung banyak unsur kasar dan retak. Teknik
pointilisme ini bertujuan agar unsur bebatuan atau pasir yang kasar dalam
arca ini dapat nampak terlihat kuno dan pada akhirnya memberi efek tua.
Selanjutnya dalam karya tang berjudul kerut I menggunakan teknik
basah dengan menggunakan cat acrilic di atas kertas gambar. Sedangkan
karya kerut II menggunakan teknik kering dengan memakai Bolpen dan
tinta di atas kanvas. Dan pada bagian-bagian tertentu ada juga yang
diarsir dengan dusel atau jari tangan.
Disamping itu ada juga yang menggunakan mix media yaitu pada
karya yang berjudul Bangkit, tiada lagi sang legenda, merupakan karya
lukis diatas kanvas yang dilengkapi dengan media pendukung yaitu
figura dengan menggunakan triplek bekas agar terkesan alami dan
bertektur. Di atas triplek itu juga dilukis sebagaimana lanjutan dari
lukisan didalam kanvas, Sehingga mempeluas ruang dalam berkarya.
Dalam karya monas ada teknik tertentu yang lain dari karya-karya
sebelumnya, yaitu dengan menggunakan teknik airbrush pada
background, agar gradasi warnanya terkesan rapi, rata, dan lebih
kelihatan bertekstur (tekstur semu)
b. Proses Penciptaan Karya
(1) Proses Penciptaan Karya Yang Pertama Berjudul “Sosok”
Karya ini adalah karya yang pertama dibuat dengan media
kanvas berukuran 125x125cm dengan menggunakan cat minyak
(lukis) dan dikerjakan tidak hanya pada satu tempat saja melainkan
berpindah-pindah. Yaitu awalnya di kampus SGO Ngoresan,
kemudian lama-kelamaan rasa jenuh atau bosan itu muncul dan
motivasi berkaryapun berkurang. Oleh karena itu dibawa pulang dan
dikerjakan dirumah. Dengan berjalannya waktu rasa bosan itu
muncul lagi. Kemudian yang terakhir karya ini dilanjutkan dan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
akhirnya selesai juga di sanggar lukis yang berada di pasar klodran
pada waktu itu.
Awal mula karya ini tercipta pada saat melihat batang pohon
yang sudah tua dan sudah keropos. Yang pada saat itu berada di
persawahan yang tepatnya di daerah Malang pada saat berkunjung di
rumah saudara. Dari setiap sudut dan detail pohon itu dicermati dan
dihayati terlintas sesosok wajah manusia yang dilihat dari samping.
Dan dari situlah muncul ide untuk divisualisasikan dalam karya
lukis.
Proses awal yang dilakukan adalah kain kanvas yang masih
lembaran atau gulungan dibentangkan dulu di atas spanram kayu
yang sudah disiapkan. Setelah itu baru memindahkan sketsa gambar
ke dalam media kanvas, kemudian setelah globalnya sudah terlihat,
maka langkah yang selanjutnya mulailah menggoreskan cat atau
warna di tas kanvas yang sudah disket. Untuk penuangan cat yang
pertama dilakukan dengan warya yang dianggap muda dulu tau
warna dasar. Kemudian sedikit demi sedikit mulai proses detail.
Dalam proses pengerjaan tidak lepas dari referensi, karena
referensi adalah sumber inspirasi tau ide yang utama. Proses detail
inilah ang banyak memerlukan waktu yang lama. Dari setiap sisi,
letak, maupun sudut pandang harus tahap demi tahap untuk proses
pendetailan. Setelah proses detai semuanya terlewati, langkah yang
selanjutnya adalah proses finishing.
Dalam tahap ini yaitu finishing secara keseluruhan harus sudah
selesai dalam detailnya, karena tahap inilah tahap yang paling akhir.
Setelah itu baru dapat dievaluasi dari proses awal hingga karya itu
jadi. Dimana letak kekurangan atau kelebihan karya dapat dilihat,
sehingga pesan dan kesan yang disampaikan dapat terealisasi.
Dalam finishing ini tidak semua karya harus diberi figura,
karena figura itu hanyalah faktor pendukung bilamana diperlukan
figura itu dapat digunakan. Dan sebaliknya apabila karya itu sudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
cukup tanpa figura maka tidak perlu diberi figura, karena dapat
mempengaruhi sudut pandang apresian.
(2) Proses Penciptaan Karya Yang Kedua Berjudul “Kepedihan”
Karya ini dibuat dengan ukuran 125x125cm dan dikerjakan
dengan menggunakan cat mnyak di atas kanvas. Karya ini dibuat di
sanggar lukis, ide itu muncul pada saat membuka situs di internet
tentang orang tua. Pada waktu itu ditemukan potret seorang nenek
yang begitu mengesankan ekspresi wajahnya. Pada saat itu juga ada
keinginan untuk mendokumentasikan ekspresi nenek tersebut dalam
media lukis. Dengan berbagai alternatif dan referensi muncul ide
untuk menggabungkan dengan obyek lain.
Dalam proses berkarya ini langkah yang pertama yang
dilakukan adalah memindahkan sketsa gambar yang sudah ada ke
dalam media kanvas. Setelah itu langkah yang kedua memulai
menggoreskan kuas pada bagian yang disukai atau yang mudah dulu.
Untuk karya ini dimulai pada bagian wajah, karena ekspresi yang
muncul dari gambar nenek tersebut merupakan faktor utama yang
mendorong untuk mendokumentasikan dalam karya lukis.
Kemudian langkah berikutnya baru mengerjakan bagian lainnya,
seperti tangan, selendang, dan langkah yang terakhir pewarnaan pada
bagian background, yaitu dikerjakan secara global dulu dengan
pewarnaan dasar. Kemudian selanjutnya pemberian efek ombak
sampai terkesan seperti ombak betulan. Kemudian baru pemberian
efek percikan air yang berada didekat obyek orang tua atau nenek.
(3) Proses Penciptaan Karya Yang Ketiga Berjudul “Peminta-minta”
Proses awal dalam karya ini adalah penuangan ide atau gagasan
diwujudkan di atas kertas gambar melalui sketsa. Kemudian setelah
bereksplorasi dengan sketsa yang terpilih baru dipindahkan ke dalam
kanvas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Dalam karya ini dikerjakan dengan teknik yang berbeda dari
yang lainnya, begitu pula dalam pewarnaanya. Yaitu dengan
ekspresif atau spontanitas dan cenderung kearah abstrak. Disamping
itu hasilnya lebih terkesan kasar, kotor, dan tidak beraturan atau
bebas. Karena kebebasan merupakan kepuasan tersendiri dalam
berkarya.
Karya ini di lukis dalam sebuah kain kanvas dengan
menggunakan cat acrilik dengan ukuran 125x175cm. Proses
pengerjaan karya ini dilakukan di rumah, baik dari pemindahan
sketsa gambar hingga proses pengerjaan karya.
Langkah pertama yang dilakukan adalah pembuatan sketsa
gambar di atas kanvas hingga global gambar secara keseluruhan
dapat terlihat. Setelah itu baru mengerjakan proses detail yaitu pada
bagian wajah. Kemudian setelah obyek yang dirasa mudah atau lebih
disenangi selesai baru mengerjakan pada bentuk lainnya.
(4) Proses Penciptaan Karya Yang Keempat Berjudul “Monas...?”
Karya ini dilukis dalam sebuah kain kanvas dengan ukuran
150x200cm dan menggunakan bahan mix media, antara lain dengan
cat pigmen, cat tembok, bahkan dengan menggunakan cat minyak
juga.
Proses penciptaannya diawali dengan memindahkan sketsa
gambar, kemudian setelah selesai pemindahan sketsa baru
mengerjakan tugu monasnya secara global. Semua global sudah
terlihat langkah yang selanjutnya memberi warna gelap terang atau
pencahayaan. Kemudian setelah gelap terangnya semua obyek sudah
terlihat baru langkah yang selanjutnya memberi efek retak-retak
pada tugu monas.
Setelah itu pewarnaan pada bagian tanah atau bebatuan yang
berada di bawah tugu monas sampai proses detail selesai. Kemudian
langkah yang terakhir pewarnaan pada bagian background. Dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
pewarnaan pada bagian background ini dimulai dari warna yang
gelap dulu, agar warna muda atau pencahayaannya bisa terlihat.
Dalam pewarnaan background ini dilakukan dengan menggunakan
alat airbrush, agar efek gradasi warnanya bisa muncul dengan teratur
dan terkesan rapi.
(5) Proses Penciptaan Karya Yang Kelima Berjudul “Bangkit”
Karya ini terinspirasi oleh karya seniman wanita atau seniwati
lewat katalog yang menampilkan karakter seseorang yang ingin
mengungkap jati dirinya yang sebenarnya, kemudian distilasi dan
doperbaharui dalam sebuah konsep tentang ketuaan. Karya ini dibuat
dalam mix media yaitu media kanvas dan triplek.
Disamping itu dalam pewarnaannya dengan menggunakan bahan
cat minyak (lukis), pigmen, dan juga dalam finisingnya diberi vernis
agar daya tahan karya ini dapat lebih terjaga. Dan karya ini dibuat
dengan ukuran 130x120cm.
Langkah awal yang dilakukan adalah penuangan ide yang
dikerjakan langsung kedalam media kanvas. Kemudian setelah
semua global sudah tergambar, langkah yang selanjutnya pemberian
warna dasar pada semua obyek. Dan diawali pada obyek yang
disukai dahulu atau yang dianggap mudah. Yaitu dalam karya ini
pada bagian background awan atau mendung sampai pada proses
gelap terangnya selesai.
Setelah itu penekanan warna pada bagian yang paling utama
yaitu pada obyek manusia, karena obyek ini adalah poin interestnya,
sehingga harus hati-hati dan lebih teliti agar hasilnya dapat
maksimal. Kemudian langkah yang selanjutnya pengerjaan pada
bagian background candi.
Dalam pewarnaan tembok candi ini sengaja dibuat warna kusam
atau lebih kearah gelap dan dikerjakan dengan teknik yang tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
beraturan agar unsur bebatuan candi itu dapat muncul dan memberi
efek kasar seperti batu.
(6) Proses Penciptaan Karya Yang Keenam Berjudul “Arca”
Proses pembuatan karya ini awalnya terinspirasi oleh ekspresi
yang muncul dari gambar arca. Disamping itu juga tekstur yang
nampak dengan warna hitam dan putih menjadikan unsur alamiah
tetap ada.
Karya ini dibuat dengan media kertas linen, karena kertas linen
itu memiliki daya serat seperti kain. Oleh karena itu dalam membuat
karya ini dipakai kertas linen. Kemudian teknik yang digunakan
adalah teknik kering dengan sistem dot atau pointilisme. Dalam
pengerjaannya karya ini kebanyakan langsung menuangkan idenya
ke dalam media kertas dan tidak lepas dari referensi. Hanya sedikit
menggunakan pensil untuk sketsa global. Kemudian setelah selesai
langsung pada proses detail dengan spidol dengan menggunakan
teknik dot atau pointilisme.
Disini hal yang ingin ditampilkan adalah tekstur yang nampak
dari obyek bebatuan pada arca dengan menggunakan teknik
pointilisme. Kemudian setelah selesai diberi figura polos agar tidak
mempengaruhi arah atau sudut pandang orang yang melihat, yaitu
dengan papan triplek yang diberi warna hitam atau netral. Karya ini
tanpa diberi kaca agar orang yang melihat merasa ada keinginan
untuk meraba atau memegang. Bahwa sebenarnya halus dan rata,
akan tetapi terkesan kasar atau tekstur semu yang nampak.
(7) Proses Penciptaan Karya Yang Ketujuh Berjudul “Kerut Wajah 1”
Karya ini terinspirasi oleh kerutan pada nenek yang sudah
sangat tua, waktu itu saat melihat sebuah sinetron di televisi.
Kemudian lain waktu mencoba mencari insprirasi dan referensi lain
yaitu dari internet. Akhirnya tercapailah hingga mendapat obyek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
wajah seorang nenek yang kerutannya sangat jelas dan ekspresif.
Setelah itu baru mulailah diwujudkan dalam media lukis.
Karya ini dibuat dengan media kertas dan menggunakan cat
acrilic dengan campuran atau bahan pengencer air. Langkah pertama
yang dilakukan adalah memindahkan sketsa gambar kedalam media
kertas karton yang lebih besar. Pada saat itu dalam memindahkan
sketsa gambar dengan menggunakan pensil warna yang warnanya
mendekati warna yang akan dilukis. Karena dengan pensil warna
pada akhirnya akan larut juga dalam air. Apabila menggunakan
pensil H atau B yang bukan warna dapat menjadikan kotor dan bekas
goresan pensil terkadang belum hilang atau bahkan tidak bisa hilang.
Kemudian langkah yang berikutnya sedikit demi sedikit mulai
pada proses detail. Dalam proses detail tidak semua gambar dibuat
detail, melainkan hanya poin-poinnya saja yang di maksimalkan.
Sedangkan pada bagian yang lain atau bagian pendukung dan
background dibuat kabur atau polos. Setelah semua terselesaikan
langkah yang terakhir yaitu finishing.
Dalam finishing karya ini diberi frame atau figura dari potongan
triplek bekas. Disamping menghemat biaya agar unsur alaminya
tetap ada dan tidak hilang. Triplek itu dilapisi dengan vernis agar
daya keawetannya lebih lama dan tidak mudah dimakan serangga
atau rayap. Sedangkan pada bagian karya diberi atau ditutup dengan
kaca bening. Agar karya dengan media kertas ini dapat terjaga
keawetannya.
(8) Penciptaan Karya Yang Kedelapan Berjudul “Kerut Wajah 2”
Untuk karya ini awalnya muncul saat melihat katalog pameran
potografi tentang orang tua atau sepuh. Rasa ketertarikan terfokous
pada kerutannya, yang penuh artistik, serta ekspresi wajahnya yang
ekspresif membuat lebih tertarik. Awalnya mencoba sketsa diatas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
kertas, terus lama-kelamaan akhirnya termotivasi untuk dituangkan
di atas kanvas.
Untuk karya ini agak sedikit berbeda dengan karya lainnya.
Karena dalam pengerjaannya menggunakan bahan pendukung
lainnya, yaitu lem fox. Pada saat sketsa gambar sudah dipindahkan
di tas kanvas kemudian diberi lem fox. Dengan teknik plototan
kemudian diratakan dengan kuas yang ukurannya sesuai keinginan.
Begitu pula tekstur yang diinginkan sesuai dengan arah gambar yang
ada pada desain atau sketsa gambar.
Setelah lem fox sudah rata atau sudah sesuai yang diinginkan
kemudian didiamkan dulu sampai mengering dan bertekstur, baru
melakukan proses selanjutnya, yaitu proses detail. Dalam proses
detail ini arah goresan kuas mengikuti arah tekstur yang ada. Hingga
pada akhirnya seperti goresan cat. Setelah itu langkah yang terakhir
dalam pembuatan karya ini diberi media pendukung atau tambahan
sekaligus sebagai figura, yaitu triplek pula. Di atas triplek ini juga
dibuat bertekstur dengan lem fox, serta dalam pengecatannya. Disini
bertujuan agar dapat mengimbangi atau sebagai faktor pendukung
karya lukisan.
(9) Proses Penciptaan Karya Yang Kesembilan Berjudul “Tiada Lagi
Sang Legenda”
Karya ini awal mulanya dari membaca majalah, kemudian pada
halaman tertentu mengulas tentang icon seni lukis Bali yang
bernama Ida Bagus Made Poleng wafat. Karya ini dibuat dengan
ukuran 120x150 Dalam proses penciptaan karya ini dimulai dari
pembuatan sketsa yang langsung dituangkan di atas kanvas yaitu
pada obyek manusianya dulu. Setelah itu langsung proses detail pada
bagian wajah, seperti bagian mata, hidung, dan mulut.
Kemudian yang selanjutnya pada bagian rambut dan yang
selanjutnya pada bagian lengan dan dada. Setelah itu baru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
dilanjutkan pada background. Dalam background ini masih ada
tambahan media, yaitu triplek. Dan triplek itupun juga diberi
pewarnaan atau dicat sesuai dengan tema yang diambil. Setelah itu
yang terakhir proses detail pada bagian background dan obyek yang
belum tergarap atau belum selesai.
4. Verifikasi atau Evaluasi
Setelah tahap demi tahap dilaksanakan baik dari munculnya ide,
persiapan bahan dan alat, penghayatan, hingga proses perwujudan selesai pada
tahap yang selanjutnya yaitu tujuan akan tercapai dengan sendirinya. Sehingga
hasil akhir dapat dievaluasi dengan mudah dan terperinci. Proses evaluasi ini
dilakukan untuk menyelaraskan dengan konsep pencitaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari karya Tugas Akhir ini, dapat disimpulkan bahwa ketuaan banyak
memberikan pelajaran baru, misalnya untuk menampilkan kesan kasar pada
bebatuan, yaitu pada karya yang berjudul arca digunakan teknik pointilisme
atau titik-titik. Kemudian untuk memberikan efek tua dengan digunakan
warna-warna yang cenderung mendekati warna tanah atau tua, misalnya
coklat, merah hati, keabu-abuan, dan juga warna hitam. Unsur rapuh, retak,
serta keropos dapat juga digunakan sebagai kesan tua. Contohnya, pada
batang pohon tua dan bangunan-bangunan kuno atau tua.
Selain itu dalam memberi efek angker dan menakutkan digunakan warna-
warna panas dan diikuti dengan warna gelap. Meskipun warna panas sifatnya
emosi atau marah bahkan sebagai simbol kematian atau maut. Akan tetapi
dengan pengolahan warna yang matang dapat menimbulkan efek angker.
Misalnya dalam membuat warna coklat, yaitu percampuran antara warna
merah, kuning, dan biru. Perbandingan antara warna satu dengan yang lain
harus sama, karena apabila perbandingan salah satu warna ada yang berbeda
maka hasil warna coklatnyapun tidak sempurna. Jika pencampuran warnanya
kebanyakan warna kuning, maka hasilnya akan menjadi coklat kekuningan
atau muda, begitu pula jika kebanyakan warna biru akan menjadi coklat
kebiruan atau coklat tua cenderung kearah gelap.
Disamping itu karya tugas akhir ini beragam, baik dari tehnik maupun
coraknya juga bervariasi. Begitu pula dengan media dan alat yang digunakan
tidak cukup dengan oil on kanvas pada umumnya, melainkan ada pula dengan
menggunakan ink on paper, akrilic on kanvas ataupun media atau alat
pelengkap lainnya, misalnya: lem fox, papan triplek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
B. Saran
Setelah proses tugas akhir ini selesai ada beberapa saran yang ditujukan
kepada pembaca pada umumnya:
1. Disarankan agar seseorang tidak mudah merasa puas dengan hasil sebuah
karya seni, karena proses pembelajaran merupakan langkah awal yang
ditempuh untuk menuju sesuatu yang lebih baik. Masih banyak cara atau
teknik penciptaan yang di tempuh untuk memperdalam dan mempelajari
aspek ketuaan. Setiap orang atau individu mempunyai Talenta atau
keahlian sendiri-sendiri dan dengan cara atau teknik yang beragam pula
mereka dapat mengekspresikan sebuah karya seni. Dari situlah
keanekaragaman dapat muncul dengan sendirinya. Walaupun dengan
teknik yang digunakan beranekaragam, disarankan agar tidak lepas dari
konsep atau tema yang diambil.
2. Dalam berkarya disarankan agar tidak lepas dari referensi, karena referensi
adalah sumber awal munculnya sebuah ide atau gagasan. Terkadang hal
yang sepele yang mungkin tidak berharga atau tidak berguna, bahkan
diabaikan seperti sampahpun dapat menjadi sebuah referensi.
3. Dalam pembuatan sebuah karya seni dikerjakan dengan semaksimal
mungkin (totalitas), jangan setengah-setengah. Hal itu dapat
mempengaruhi dalam proses berkarya dan menjadikan sebuah kebiasaan
buruk. Sehingga hal sekecil apapun yang mempengaruhi atau dapat
membuat jenuh dan tidak nyaman dalam berkarya hendaknya dihindari
dan dihilangkan. Karena hasil yang diperolehpun akan berpengaruh juga.
4. Apabila dalam penggunaan teknik pointilisme disarankan agar tingkat
ketelitian dan kesabaran harus lebih diperhatikan, karena kesalahan atau
kekeliruan sedikitpun akan perpengaruh pada hasil karya.
5. Dalam pengolahan warna harus lebih diperhatikan perbandingan
warnanya, yaitu antara warna satu dengan warna yang lain harus
seimbang, agar hasil yang dicapai dapat seperti yang diinginkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
DAFTAR PUSTAKA
Agus Sachari. (2004). Senirupa dan Desain Untuk Membangun Kreativitas dan
Kompetensi. Bandung: Erlangga
Ario Kartono. (2004). Berkreasi Seni. Jakarta: Ganeca Exact Bandung
Dharsono Sony Kartika. (2004). Seni Rupa Modern. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret
Edy Tri Sulistyo. (2005). Kaji Dini Pendidikan Seni. Surakarta: UNS.
Mulyadi, P. (2000). “Pengertian Seni” Buku Pegangan Kuliah. Surakarta: UNS.
Narsen Afatara. (1999). “Tinjauan Seni Lukis Modern” Buku Pegangan Kuliah.
Surakarta: UNS.
Soedarso Sp. (1987). Tinjauan Seni, sebuah Pengantar untuk Apresiasi Seni.
Yogyakarta: Sakudayarsana
Very Apriyatno. (2004). Cara Mudah Menggambar Dengan Pencil. Jakarta: PT
Kawan Pustaka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user