Upload
susan-insani
View
214
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
Laporan Tutorial
Sistem Pencernaan
Tutor : Dra. Elizabeth Bahar, M.Kes
Ketua : Ismail Fajri
Sekretaris : Bunga Saridewi Nurmansyah
Susan Insani Putri
Anggota : Ashima Sonita
Ayu Andrian Putri
Fadhila Aini
Maressya Silvia Eszy
Melati Setia Ningsih
Rinaldi Syahputra
Wina Hidayati
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
2011
MODUL 1
SKENARIO 1 : DARI MULUT SAMPAI KE ANUS
Dokter Rianti (24 tahun) sedang menjalani internship di RSU Daerah sangat terenyuh
melihat wanita cantik yang baru saja melahirkan menangis tersedu-sedu. Ia tampak syok sekali
dan seakan-akan tidak ikhlas menerima bayi yang baru saja dilahirkannya. Bayi ini menderita
sumbing pada labium, palatum durum sampai ke palatum molenya. Ketika dr. Rianti berusaha
menghibur wanita cantik tersebut, tiba-tiba datang bidan yang baru saja menolong persalinan
yang lain. Bidan ini mengatakan bahwa dia tidak dapat memasukkan termometer kedalam anus
bayi yang baru lahir tersebut.“Oh, ini pasti atresia ani. Ternyata kelainan traktus digestivus ini
memang bisa terjadi dari mulut sampai ke anus,” gumam dr. Rianti.
Dokter Rianti segera berencana mengirim kedua bayi ini ke dokter bedah digestif supaya
traktus digestivus bayi ini normal kembali. Bagaimanakah anda menerangkan keadaan bayi ini?
Step 1. Mengklarifikasi terminology dan konsep
1. Labium
Bibir.
2. Palatum durum
Bagian anterior palatum ,Bagian anterior palatum, ditandai dengan kerangka tulang,
dilapisi selaput lender rongga hidung dan mulut, terdiri dari tulang keras di sebelah
anterior dan bagian daging lunak di anterior.
3. Palatum mole
Bagian berdaging atap mulut, membentang dari tepi posterior palatum durum.
4. Atresia ani
Menetapnya membrane anus hingga anus tertutup.
5. Traktus digestivus
Saluran pencernaan.
6. Digestif
Berhubungan dengan pencernaan.
7. Sumbing
Kelainan formasi bibir akibat terganggunya fusi selama masa intrauterine pada trimester
pertama kelahiran.
Step 2. Menentukan masalah
1. Apa penyebab terjadinya bibir sumbing?
2. Apa penyebab dari atresia ani?
3. Apa saja jenis bibir sumbing?
4. Apa saja jenis atresia ani?
5. Apa akibat dari bibir sumbing?
6. Apa saja bagian dari traktus digestivus?
7. Bagaimana penanganan medis pada atreia ani?
8. Bagaimana penanganan medis bibir sumbing?
9. Bagaimana gejala atresia ani?
10. Apa saja jaringan traktus digestivus?
11. Bagaimana penbentukan traktus digestivus secara normal?
Step 3. Menganalis masalah melalui brainstorming dengan menggunakan prior knowledge
1. Penyebab terjadinya bibir sumbing adalah ketidaksempurnaan menyatunya prominensia
nasalin medialis kanan dan kiri.
2. Penyebab atresia ani
Etiologi secara pasti atresia ani belum diketahui· Putusnya saluran pencernaan dari atas
dengan daerah dubur, sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur. Gangguan pertumbuhan,
fusi, dan pembentukan anus dari tonjolan embriogenik.
3. Beberapa jenis bibir sumbing yang diketahui adalah :
Unilateral Incomplete
Apabila celah sumbing terjadi hanya disalah satu sisi bibir dan tidak memanjang hingga
ke hidung.
Unilateral Complete
Apabila celah sumbing terjadi hanya disalah satu sisi bibir dan memanjang hingga ke
hidung.
Bilateral Complete
Apabila celah sumbing terjadi dikedua sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.
Bibir Sumbing & Celah Langit-langit Mulut bisa terjadi bersamaan ataupunterpisah.
Tingkat keseriusan celah ini mempengaruhi proses pemberian makanan pada pasien.
4. Jenis atresia ani
Menurut Ladd dan Gross (1966) anus imperforata dalam 4 golongan, yaitu:
1. Stenosis rektum yang lebih rendah atau pada anus
2. Membran anus yang menetap
3. Anus imperforata dan ujung rektum yang buntu terletak pada bermacam-macam jarak
dari peritoneum
4. Lubang anus yang terpisah dengan ujung rektum
MELBOURNE membagi berdasarkan garis pubocoxigeus dan garis yang melewati ischii
kelainan disebut :
•Letak tinggi ? rectum berakir diatas m.levator ani (m.pubo coxigeus)
•Letak intermediet ? akiran rectum terletak di m.levator ani
•Letak rendah ? akhiran rectum berakhir bawah m.levator ani
5. Akibat dari bibir sumbing
- Infeksi saluran pernafasan
- Infeksi telinga tengah
- Suit bicara
- Pertumbuhan gigi tidak sempurna
- Gangguan psikologis
6. Bagian dari traktus digestivus?
- mulut – faring – esofagus – lambung – duodenum – jejenum - ileum – kolon – rektum-
anus.
7. Penanganan medis pada atresia ani?
Leape(1987) menganjurkan pada :
• Atresia letak tinggi & intermediet ? sigmoid kolostomi atau TCD dahulu, setelah 6 –12
bulan baru dikerjakan tindakan definitive (PSARP)
• Atresia letak rendah ? perineal anoplasti, dimana sebelumnya dilakukan tes provokasi
dengan stimulator otot untukidentifikasi batas otot sfingter ani ekternus,
• Bila terdapat fistula ? cut back incicion
• Stenosis ani cukup dilakukan dilatasi rutin , berbeda dengan Pena dimana dikerjakan
minimal PSARP tanpa kolostomi.
8. Penanganan medis bibir sumbing
Operasi bisa dilakukan umur 3 bulan, juga diperlukan konsultasi dengan bagiab gigi.
9. Gejala atresia ani
1. Perut kembung
2. Muntah
3. Tidak bisa buang air besar
4. Pada pemeriksaan radiologis dengan posisi tegak serta terbalik (jungkir) dapat dilihat
sampai dimana terdapat penyumbatan (foto dilakukan pada umur lebih dari 24 jam, oleh
karena pada umur tersebut dalam keadaan normal, seluruh traktus digestivus sudah berisi
udara dan bayi dibalik selama 5 menit).
5. Pemasukan termometer melalui anus
6. Pemeriksaan urin untuk mengetahui apakah terdapat meconeum di dalamnya, sehingga
fistula dapat diketahui lebih dini.
10. Jaringan traktus digestivus
- Mukosa
- Epitel
- Submukosa
- Serosa
11. Pembentukan traktus digestivus secara normal?
Pelipatan mudigah kea rah sefalokaudal dan sefalolateral sehingga terbentuk usus sederhana
yang disebut firegut, midgut daan hindgut yang nantinya akan berkembang menjadi system
pencernaan.
Step 4. Membuat pengkajian yang sistematik dari berbagai penjelasan yang didapat pada
langkah 3
Sumbing, atresia ani
Sumbing, atresia ani Penanganan
medis
Penanganan medis
Anatomi Anatomi
Histology Histology
Kelainan kongenital
Kelainan kongenital
Traktus digestivus
Traktus digestivus
EmbriologiEmbriologi
Step 5. Memformulasikan tujuan pembelajaran
Menjelaskan tentang embriologi system pencernaan
Menjelaskan tentang anatomi system pencernaan
Menjelaskan tentang histology sistem pencernaan
Menjelaskan tentang kelainan pada sistem pencernaan
Step 6. Mengumpulkan Informasi sesuai dengan Learning Objective
Step 7. Sintesa Informasi dari Learning Objective
1. Embriologi Sistem Pencernaan
Tabung usus primitif (primitive gut) terbentuk dari masuknya sebagian rongga yolk sac (yang
dilapisi endoderm) ke dalam mudigah. Hal ini merupakan efek dari pelipatan mudigah ke
sefalokaudal dan lateral. Bagian-bagian tabung usus dan mudigah-mudigahnya tergantung pada
dinding tubuh dorsal dan ventral oleh mesenterium, yaitu lapisan ganda peritoneum yang
membungkus suatu organ dan menghubungkannya ke dinding tubuh.
Mesenterium dorsal di bagian lambung membentuk mesogastrium dorsal atau omentum mayus.
Di daerah duodenum membentuk mesoduodenum dorsal. Dan di colon membentuk mesocolon
dorsal. Mesenterium dorsal di lengkung ileum dan jejunum membentuk mesenterium propia.
Mesenterium ventral hanya terdapat di daerah bagian terminal esofagus, lambung, dan bagian
atas duodenum. Mesenterium ini terbentuk dari septum transversum. Akibat pertumbuhan hati
menembus septum ini, mesenterium ventral terbagi menjadi omentum minus dan ligamentum
falsiformis.
Perkembangan usus primitif dan turunan-turunannya biasanya dibagi menjadi empat bagian,
yaitu: usus faring, usus depan (foregut), usus tengah (midgut), dan usus belakang (hindgut).
a. Usus Faring
Bagian ini membentang dari membrana bukofaringeal hingga divertikulum trakeobronkus.
Bagian ini sangat penting untuk pembentukan kepala dan leher.
b. Usus Depan
Usus depan terletak kaudal dari tabung faring dan berjalan ke kaudal sejauh tunas hati. Usus
depan akan membentuk organ-organ berikut: esofagus, lambung, duodenum, hati, kantung
empedu, dan pankreas.
Esofagus
Esofagus terbentuk sebagai hasil pemisahan divertikulum respiratorius dari usus depan.
Divertikulum respiratorius tersebut muncul pada minggu ke-4 perkembangan dan
semakin lama semakin berkembang dan kemudian dihubungkan dengan bagian utama
usus depan oleh septum trakeoesofageal. Seiring dengan perkembangan primordium
pernafasan ini, septum trakeoesofageal kemudian memisahkan diri dari usus depan,
sehingga usus depan terbagi menjadi dua bagian, yaitu: bagian ventral (primordium
respiratorius) dan bagian dorsal (esofagus).
Pada mulanya, esofagus berukuran pendek. Namun dengan turunnya jantung dan paru-
paru, esofagus kemudian cepat memanjang sampai ke diafragma. Lapisan otot esofagus
terbentuk dari mesenkim splanknik di sekitarnya. Dua per tiga bagian atas esofagus
merupakan otot lurik dan diinervasi oleh nervus vagus. Sementara sepertiga bawah
esofagus merupakan otot polos yang diinervasi oleh pleksus splanknikus.
Lambung
Lambung muncul sebagai suatu pelebaran fusiform usus depan pada minggu ke-4
perkembangan. Selama masa perkembangannya, lambung mengalami dua rotasi, yaitu
rotasi pada sumbu longitudinal dan rotasi pada sumbu anterolateral. Oleh karena kedua
rotasi inilah, lambung kemudian memeroleh bentuk dan posisi normalnya seperti pada
masa pasca kelahiran.
Rotasi terhadap sumbu longitudinal adalah sebesar 90 derajat searah jarum jam. Sehingga
sisi kiri lambung yang awal sekarang terletak pada sisi anterior, dan sisi kanan lambung
yang awal sekarang terletak pada sisi posterior. Selama pemutaran ini, dinding posterior
lambung yang awal (yang sekarang terletak pada sisi kiri lambung) tumbuh lebih pesat
daripada sisi anteriornya. Sisi posterior awal tersebut kemudian membentuk kurvatura
mayor di sisi kiri lambung, dan sisi anterior awal tersebut membentuk kurvatura minor di
sisi kanan lambung.
Rotasi terhadap sumbu anteroposterior mengakibatkan bagian kaudal (pilorus) bergerak
ke kanan atas, dan bagian sefalik (kardia) bergerak ke kiri bawah. Dengan demikian,
lambung memperoleh posisi akhirnya, dengan sumbunya berjalan dari atas kiri ke bawah
kanan.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, lambung tergantung ke dinding dorsal tubuh
melalui mesogastrium dorsal dan ke dinding ventral tubuh melalui mesogatrium ventral.
Dengan terjadi kedua rotasi di atas, terjadi pula perbubahan posisi dan bentuk dari kedua
mesogastrium di atas.
Rotasi terhadap sumbu longitudinal menarik mesogastrium dorsal ke arah kiri,
menciptakan suatu ruangan di bagian belakang lambung, yang disebut dengan bursa
omentalis (ruang peritoneum minor). Rotasi ini juga menarik mesogastrium ventral ke
arah kanan.
Rotasi lambung terhadap sumbu anteroposterior mengakibatkan mesogastrium dorsal
menonjol ke bawah. Seiring dengan semakin besarnya pertumbuhannya, mesogastrium
ini akan membentuk suatu kantong berlapis ganda (yang nantinya akan bersatu
membentuk satu lembaran tunggal) yang memanjang hingga kolon transversum dan
lengkung usus halus seperti sebuah celemek. Lembaran ini disebut dengan omentum
mayus.
Duodenum
Duodenum terbentuk dari bagian kaudal usus depan dan bagian sefal usus tengah.
Tepatnya, pertemuan kedua usus ini terdapat pada distal tunas hati.
Sewaktu lambung berotasi, duodenum mengambil bentuk lengkung C dan berputas ke
kanan. Perputaran ini bersama dengan pertumbuhan pesat kaput pankreas, menggeser
duodenum dari posisinya yang semula di garis tengah menjadi ke sisi kiri rongga
abdomen.
Duodenum dan kaput pankreas menekan dinding tubuh dorsal, dan permukaan kanan
mesoduodenum menyatu dengan peritoneum di dekatnya. Sehingga kedua lapisan
kemudian lenyap dan duodenum serta kaput pankreas tefiksasi dalam posisi
retroperitoneum. Selama bulan ke-2, lumen duodenum mengalami obliterasi akibat
proliferasi sel-sel dindingnya. Namun, setelah itu mengalami rekanalisasi.
Hati
Primordium hati muncul pada pertengahan minggu ke-3 sebagai suatu tonjolan epitel
endodermis di ujung distal usus depan. Divertikulum hati terdiri dari sel-sel yang
berproliferasi secara cepat menembus septum transversum, yaitu suatu lempeng
mesoderm di antara rongga perikardium dan tangkai yolk sac.
Selama perkembangan selanjutnya, korda-korda hati epitel bercampur dengan vena
umbilikalis dan vena vitelina yang membentuk sinusoid hati. Korda-korda hati
berdiferensiasi menjadi parenkim (sel hati) dan membentuk lapisan saluran empedu. Sel
hematopoietik, sel Kupffer, dan sel jaringan ikat berasal dari mesoderm septum
transversum.
Ketika sel-sel hati menginvasi septum transversum sehingga organ ini menonjol ke arah
kaudal ke dalam rongga abdomen, mesoderm septum transversum yang terletak antara
hati dan usus depan serta hati dan dinding abdomen ventral menjadi membranosa.
Masing-masing membentuk omentum minus dan ligamentum falsiformis. Kedua
membran inilah yang disebut dengan mesenterium ventral.
Kantung Empedu
Sementara hati terus tumbuh menembus septum transversum, hubungan antara
divertikulum hati dengan usus depan semakin menyempit, membentuk ductus billiaris
(saluran empedu). Dari ductus billiaris ini tumbuh suatu penonjolan ventral kecil yang
kemudian akan membentuk kantung empedu
Pankreas
Pankreas dibentuk oleh dua tunas, yaitu tunas ventral dan dorsal, yang berasal dari
endoderm yang melapisi duodenum. Tunas pankreas dorsal terletak di mesenterium
dorsal, sementara tunas pankreas ventral terletak dekat dengan duktus billiaris.
Ketika duodenum berputar ke kanan dan menjadi berbentuk C, tunas pankreas ventral
bergerak ke arah dorsal dengan cara serupa seperti bergesernya muara ductus billiaris.
Akhirnya, tunas ventral berada tepat di bawah dan belakang tunas dorsal.
Kemudian parenkim dan sistem duktus tunas pankreas ventral dan dorsal menyatu. Tunan
ventral membentuk prosesus unsinatus dan bagian inferior kaput pankreas. Bagian
pankreas yang lainnya dibentuk oleh tunas dorsal. Duktus pankreatikus utama (Wirsung)
dibentuk oleh bagian distal duktus pankreatikus dorsalis dan seluruh duktus pankreatikus
ventralis.
c. Usus Tengah
Usus tengah merupakan bagian tabung usus yang masih berhubungan dengan yolk sac atau
duktus vitellinus. Pada orang dewasa, usus tengah dimulai di sebelah distal muara duktus billiaris
ke dalam duodenum (papila duodenum) dan berakhir pada dua per tiga proximal colon
transversum.
Perkembangan usus tengah ditandai oleh pemanjangan cepat usus dan mesenteriumnya sehingga
terbentuk lengkung usus primer. Perkembangan usus tengah yang cepat ini mengakibatkan
rongga abdomen menjadi terlalu kecil untuk menampung semua lengkung usus tersebut. Apalagi
dengan adanya juga desakan dari pertumbuhan hati yang semakin besar. Oleh karena kedua hal
di atas, pada minggu ke-6, terjadilah herniasi umbilikalis fisiologis, yaitu keluarnya lengkung
usus dari ringga abdomen ke dalam rongga ekstraembrional di tali pusat. Lengkung usus ini akan
kembali ke dalam rongga abdomen seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan rongga
abdomen itu sehingga sudah cukup besar untuk menampung semua lengkung usus. Kembalinya
lengkung usus tersebut terjadi pada minggu ke-10 perkembangan.
Bagian proximal jejunum merupakan bagian pertama yang masuk kembali ke dalam rongga
abdomen, dan kemudian terletak di sisi kiri rongga abdomen. Lengkung-lengkung yang masuk
belakangan secara bertahap menetap semakin ke kanan. Tunas saekum merupakan bagian
terakhir usus yang masuk kembali ke rongga abdomen.
Bersamaan dengan pertambahan panjang ini, lengkung usus primer berputar mengelilingi suatu
sumbu yang dibentuk oleh arteri mesenterika superior. Rotasi terjadi selama herniasi (sebesar 90
derajat berlawanan arah jarum jam) dan selama kembalinya lengkung usus ke dalam rongga
abdomen (sebesar 180 derajat berlawanan arah jarum jam). Sehingga total seluruhnya adalah 270
derajat berlawanan arah jarum jam.
d. Usus Belakang
Usus belakang menghasilkan sepertiga distal kolon transversum, kolon desenden, dan bagian
kanalis analis. Endoderm usus belakang juga membentuk lapisan dalam kandung kemih dan
uretra.
Bagian terminal usus belakang masuk ke dalam daerah posterior kloaka, kanalis anorektalis
primitif. Alantois masuk ke dalam bagian anterior, sinus urogenitalis primitif. Kloaka itu sendiri
merupakan suatu rongga yang dilapisi oleh endoderm dan dibungkus di batas ventralnya oleh
ektoderm permukaan. Batas antara endoderm dan ektoderm ini membentuk membrana kloakalis.
Suatu lapisan mesoderm, septum urorektale, memisahkan regio antara alantois dan usus
belakang. Septum ini berasal dari penyatuan mesoderm yang menutupi yolk sac dan alantois di
sekitarnya. Seiring dengan pertumbuhan mudigah dan berlanjutnya lipatan di kaudal, ujung
septum urorektale akhirnya berada dekat dengan membrana kloakalis, meskipun kedua struktur
tidak pernah berkontak.
Pada akhir minggu ke-7, membrana kloakalis pecah dan menciptakan lubang anus untuk usus
belakang dan lubang ventral untuk sinus urogenitalis. Di antara keduanya, ujung septum
urorektale membentuk badan perineal. Pada saat ini, proliferasi ektoderm menutup bagian paling
kaudal kanalis analis.
Selama minggu ke-9, regio ini mengalami rekanalisasi. Karena itu, bagian kaudal kanalis analis
berasal dari ektoderm, dan didarahi oleh arteri rektalis inferior, cabang dari arteri pudenda
interna.
Taut antara regio endoderm dan ektoderm kanalis analis ditandai oleh linea pektinata, tepat di
bawah kolumna analis. Di garis ini, epitel berubah dari epitel silindris selapis menjadi epitel
gepeng berlapis.
II. Anatomi Sistem Pencernaan
Rongga Oral
Rongga oral adalah jalan masuk menuju sistem pencernaan dan berisi organ asesoris yang
berfungsi dalam proses awal pencernaan. Rongga vestibulum (bukal) terletak antara gigi dan
bibir/pipi sebagai batas luarnya. Rongga oral utama dibatasi gigi dan gusi di bagian depan,
palatum durum dan palatum moleh di bagian atas, lidah di bagian bawah, dan orofaring di bagian
belakang.
1. Lidah
Lidah dilekatkan pada dasar mulut oleh frenulumm lingua. Lidah berfungsi untuk menggerakkan
makanan saat dikunyah atau ditelan, untuk pengecapan, dan dalam produksi wicara.
Lidah terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian radiks yang terletak di pangkal lidah dan peka
terhadap rasa pahit, bagian corpus atau bagian badan lidah, serta bagian apeks atau bagian ujung
lidah yang peka terhadap rasa manis.
Sisi dorsum lidah berkontur kasar karena terdiri dari papila-papila lidah. Papila-papila ini terbagi
atas tiga jenis, dan akan dijelaskan lebih lanjut pada LO histologi.
Di bagian tengah lidah, terdapat suatu lekukan dari arah radiks sampai apeks dn membagi lidah
menjadi bagian kiri dan kanan lidah. Lekukan ini disebut dengan sulcus mediana. Di bagian
belakang lidah juga terdapat sulcus terminalis, yang berbentuk seperti huruf V, dengan ujung
dari huruf V tersebut mengarah ke orofaring. Pada sulcus terminalis tersebut terdapat banyak
papila sirkumvalata.
2. Gigi
Setiap lengkung barisan gigi pada rahang membentuk lengkung gigi. Lengkung bagian atas lebih
besar daripada lengkung bagian bawah sehingga gigi-gigi atas secara normal akan menutup
(overlap) gigi bawah.
Secara susunan vertikal, gigi terbagi atas bagian korona (mahkota) yang merupakan bagian gigi
yang terlihat, serviks (leher) yang menghubungkan bagian mahkota dengan akar, serta bagian
radiks (akar) yang tertanam ke dalam prosesus alveolar maksila/mandibula.
Secara lapisan, gigi terdiri atas:
a. Email
Email merupaka lapisan terluar dari mahkota gigi dan berfungsi untuk melindungi gigi. Namun,
email ini dapat tererosi oleh enzim dan asam yang diproduksi bakteri mulut dan mengakibatkan
karies gigi. Fluorida dalam air minum atau yang sengaja dikenakan pada gigi dapat memperkuat
email.
b. Dentin
Dentin merupakan bagian gigi yang menyelubungi rongga pulpa dan membentuk bagian terbesar
gigi.
c. Rongga Pulpa
Rongga pulpa dalam mahkota melebar ke dalam saluran akar. Pulpa ini berisi pembuluh darah
dan saraf. Saluran akar membuka ke tulang melalui foramen apikal.
3. Kelenjar Saliva
Kelenjar saliva ada yang terdapat di luar cavum oris (masing-masing sepasang), di dalam dinding
cavum oris, dan di dalam cavum oris.
Kelenjar saliva yang terdapat di luar cavum oris, yaitu:
a. Kelenjar Parotid
Merupakan kelenjar saliva terbesar. Terletak agak ke bawah dan di depan telinga. Membuka
melalui duktus parotid (Stensen) menuju suatu elevasi kecil (papila) yang terletak berhadapan
dengan gigi molar kedua pada kedua sisi.
b. Kelenjar Sublingualis
Terletak di dasar mulut dan membuka melalui duktus sublingua kecil menuju ke dasar mulut.
c. Kelenjar Submandibularis
Berukuran kurang lebih sebesar kacang kenari. Terletak di permukaan dalam pada mandibula
serta membuka melalui duktus Wharton menuju ke dasar mulut pada kedua sisi frenulum ligua.
b. Faring
Faring terbentang dari basis cranii sampai dengan tulang vertebra segmen cervikal 6, dengan
panjang kurang lebih 12 cm. Faring terdiri atas bagian nasofaring, orofaring, dan laringofaring.
Nasofaring merupakan bagian faring yang terletak posterior dari nares posterior (coana) dan
terbentang dari bagian belakang cavum nasi tersebut sampai dengan palatum mole. Orofaring
terbentang dari palatum mole sampai ke epiglotis. Sedangkan laringofaring terbentang dari
posterior epiglotis sampai esofagus.
c. Esofagus
Esofagus adalah tuba muskularis dengan panjang sekitar 9 sampai 10 inci (25 cm) dan
berdiameter 1 inci (2,54 cm). Esofagus berawal pada area laringofaring, melewati diafragma dan
hiatus esofagus (lubang) pada area sekitar vertebra toraks ke-10, dan membuka ke arah lambung.
Esofagus terbagi menjadi esofagus pars cervikalis, pars thorakalis, dan pars abdominalis.
Esofagus mendapatkan suplai darah dari A. Thyroidea Inferior, cabang Aorta Thoracalis, dan A.
Dastrica Sinistra.
Esofagus berfungsi untuk menggerakkan makanan dari faring ke lambung melalui gerak
peristaltik. Mukosa esofagus memproduksi sejumlah besar mukus untuk melumasi dan
melindungi esofagus. Namun, esofagus tidak memroduksi enzim pencernaan.
d. Lambung
Lambung adalah organ berbentuk J, terletak di bagian superior kiri rongga abdomen di bawah
diafragma. Semua bagian, kecuali sebagian kecil, terletak pada bagian kiri garis tengah. Regia-
regia lambung terdiri dari bagian kardia, fundus, corpus, dan pilorus.
1. Kardia
Merupakan perbatasan antara esofagus dengan lambung. Di bagian ini terdapat musculus
sphincter kardia.
2. Fundus
Fundus merupakan bagian atas lambung yang menonjol ke sisi kiri atas mulut esofagus.
3. Corpus
Corpus merupakan bagian yang terdilatasi di bawah fundus, membentuk dua per tiga bagian
lambung. Tepi medial corpus lambung yang konkaf disebut kurvatura minor, dan yang terdapat
di tepi lateral yang konveks disebut dengan kurvatura mayor.
4. Pilorus
Bagian pilorus lambung merupakan bagian yang menyempit di ujung bawah lambung dan
membuka ke duodenum. Antrum pilorus mengarah ke mulut pilorus yang dikelilingi muskulus
sphincter pilorus tebal.
Lambung diperdarahi oleh A. Gastrica Sinistra, A. Gastroepiploica, dan A. Gastrica Brevis.
e. Intestinum Tenue
Intestinum Tenue terdiri atas tiga bagian, yaitu duodenum, jejunum, dan ileum.
Duodenum berbentuk seperti huruf C. Terdiri atas empat bagian, yaitu pars superior, descenden,
inferior, dan ascenden. Pada bagian duodenum pars descenden terdapat muara dari duktus
choledochus (billiaris) dan ductus pancreaticus.
Duodenum diperdarahi oleh A. Gastroepoploica Sinistra, A. Pancreatico Duodenale (cabang A.
Mesenterica Superior).
Duodenum terletak di belakang lapisan peritoneum parietal dorsalis, sehingga disebut juga
sebagai organ retroperitoneum.
Jejunum dan ileum mengisi sebagian besar rongga abdomen. Kedua saluran pencernaan ini
memiliki panjang kurang lebih 6 m. Keduanya diperdarahi oleh cabang A. Mesenterica Superior
yang kemudian akan bercabang lagi menjadi A. Jejunalis dan A. Ilealis.
Perbedaan keduanya terletak pada struktur, letak, panjang, dan jaringan limphoidnya. Jejunum
terletak lebih proximal dan lebih pendek. Perbedaan lainnya akan lebih diterangkan pada
pembahasan LO histologi.
f. Intestinum Crasum
Intestinum crasum terdiri atas colon ascenden, colon transversum, dan colon descenden.
Karakteristik utama dari intestium crassum ini adalah adanya haustra, appendix epiploica, dan
taenia. Haustra merupakan bentuk bersegmen-segmen yang dimiliki oleh usus besar. Appendix
epiploica merupakan suatu lapisan lemak yang terdapat pada usus besar. Sedangkan tenia
merupakan suatu struktur berbentuk seperti tali yang terdapat di tengah-tengah haustra.
Usus besar terbagi atas:
1. Caecum
Caecum merupakan bagian usus esar yang paling proximal dan merupakan tempat bermuaranya
hasil pencernaan ileum melalui valvula ileocecal. Pada area caecum ini terdapat suatu struktur
yang disebut dengan appendix atau umbai cacing. Jika appendix mengalami peradangan, disebut
dengan appendicitis atau usus buntu dan biasa ditangani dengan jalan operasi pengangkatan usus
buntu tersebut. Fungsi dari usus buntu belum diketahui secara pasti, namun diduga appendix ini
merupakan suatu struktur limfoid.
2. Colon Ascenden
Bagian usus besar lanjutan dari caecum yang mengarah ke ata (naik) dan kemudian menjadi
colon transversum. Lipatan antara colon ascenden dengan colon transversum yang terletak di
regio hipochondria kanan disebut dengan fleksura coli dekstra atau fleksura hepatica (karena
dekat dengan lokasi hati).
3. Colon Transversum
Bagian usus besar lanjutan dari colon ascenden dan akan diteruskan menjadi colon descenden.
Pada pertemuan colon transversum dengan colon descenden di regio hipochonria kiri terdapat
lipatan yang disebut dengan fleksura coli sinistra atau fleksura splenika (karena dekat dengan
limpa).
4. Colon Descenden
5. Colon Sigmoid
Bagian dari usus besar sebelum masuk ke rectum. Berbentuk seperti S.
g. Rectum
Rectum merupakan saluran pencernaan lanjutan dari colon sigmoig dengan panjang sekitar 12-
15 cm. Rectum menembus diafragma pelvis hingga sampai ke canalis analis.
h. Canalis Analis
Lanjutan dari rectum.
i. Anus
Lubang bawah canalis analis yang berwarna coklat kemerahan dan berkerut. Pada anus terdapat
M. Sphincter Ani Externa dan Interna yang kontraksinya dapat membantu proses defekasi.
j. Hati (Hepar)
Hati terdiri atas empat lobus, yaitu lobus dekstra (lobus terbesar), lobus sinistra, lobus caudatus,
dan lobus kuadratus. Di bagian posterior hepar, terdapat porta hepatica atau bagian pusat dari
hati, yang menjadi tempat lewat tiga saluran, yaitu Arteri Hepatica, Vena Porta Hepatica, dan
Ductus Hepatica.
k. Kantung Empedu
Di bagian posterior hati juga terdapat kantung empedu yang berbentuk seperti buah jambu.
Kantung empedu atau vesica fellea ini mengalirkan hasil sekresinya (cairan empedu) melalui
ductus systicus. Ductus systicus kemudian akan bergabung dengan ductus hepatica dan
membentuk ductus choledocus atau ductus billiaris yang kemudian akan bermuara di papila
duodenum.
l. Pankreas
Pankreas memiliki struktur seperti huruf J dan terletak serong. Terdiri dari capur, collum, corpus,
dan cauda. Pada daerah corpus berjalan A. Lienalis, dan di caudanya kita dapat menemukan lien
(ginjal). Pankreas merupakan salah satu organ retroperitoneum.
Pankreas berfungsi sebagai penghasil enzim-enzim pencernaan yang akan mengkatalis proses
pemecahan molekul makro dari makanan yang kita makan menjadi mikromolekul yang dapat
diserab oleh tubuh kita. Enzim-enzim pencernaan tersebut disalurkan dari pankreas ke papila
duodenum melalui ductus pankreaticus.
III. Histologi Sistem Pencernaan
Secara garis besar, dinding saluran pencernaan terdiri atas empat lapisan yang sama. Namun
tentu pada masing-masing organ akan ada variasi yang akan memberikan ciri khas bagi setiap
organnya. Empat lapisan tersebut dimulai dari yang paling dalam (paling dekat dengan lumen),
antara lain: lapisan mukosa, lapisan submukosa, lapisan muskularis eksterna, dan lapisan serosa
(adventisia).
a. Lapisan Mukosa
Lapisan mukosa saluran pencernaa terbagi lagi menjadi tiga lapisan, yaitu:
1. Epitel
Epitel dinding saluran pencernaan bagian ujung (rongga mulut, esofagus, dan anus) terdiri dari
epitel berlapis gepeng tidak bertanduk. Epitel jenis ini berfungsi sebagai protektor atau untuk
perlindungan bagi dinding saluran pencernaan tersebut dari trauma.
Sementara epitel bagian saluran pencernaan lain selain tiga bagian di atas, terdiri dari epitel
selapis gepeng. Epitel jenis ini lebih ditujukan untuk fungsi sekresi dan juga absorpsi.
2. Lamina Propia
Lamina propia terdiri atas jaringan ikat longgar atau disebut juga sebagai jaringan ikat areolar.
Lamina propia ini mengikatkan lapisan epitel ke lapisan muskularis mukosa.
Pada lamina propia ini terdapat pembuluh darah, pembuluh limfe, nodulus limfe, dan juga
kelenjar linfe.
3. Muskularis Mukosa
Lapisan muskularis mukosa merupakan lapisan serabut otot polos tipis yang terdiri dari lapisan
otot sirkuler di bagian dalam dan lapisan otot longitudinal di bagian luar.
b. Lapisan Submukosa
Lapisan submukosa merupakan suatu lapisan jarigan ikat areolar yang mengandung pembuluh
darah, pembuluh limfe, dan juga suatu struktur persarafan beserta sel-sel ganglionnya yang
disebut dengan pleksus submucosa atau pleksus Meissner. Lapisan submucosa mengikatkan
lapisan mukosa ke lapisan muskularis eksterna.
c. Lapisan Muskularis Eksterna
Lapisan muskularis eksterna terdiri atas lapisan otot sirkuler di bagian dalam dan lapisan otot
longitudinal di bagian luar. Kontraksi otot sirkuler akan mengakibatkan berkontraksinya
(mengecilnya) lumen saluran pencernaan. Sementara kontraksi otot longitudinal akan
memperpendek dinding saluran pencernaan sehingga lumennya semakin besar. Kontraksi kedua
otot ini berperan dalam terjadinya gerakan peristaltik pada saluran pencernaan yang
mengakibatkan “berjalannya” makanan dari mulut sampai ke lambung dan bagian saluran
pencernaan lainnya.
Di antara lapisan otot sirkularis dengan lapisan otot longitudinal ini terdapat serabut-serabut saraf
beserta sel-sel ganglionnya yang disebut dengan pleksus mienterik atau pleksus Auerbach.
d. Lapisan Serosa
Lapisan serosa merupakan lapisan terluar dari dinding saluran pencernaan. Lapisan serosa ini
biasanya dilindungi oleh selapis sel mesothelium. Lapisan serosa pada dasarnya terdiri dari
jaringan ikat. Pada lapisan serosa yang tidak diliputi oleh mesotel, jaringan ikatnya akan
langsung berhubungan dengan jaringan ikat lain yang terdapat di sekitarnya sehingga
membentuk struktur yang disebut lapisan adventisia.
Terdapat beberapa variasi pada setiap segmen saluran pencernaan dan organ-organ asesoris
pencernaan. Berikut adalah penjelasan selengkapnya:
a. Lidah
Pada permukaan dorsum lidah terdapat banyak sekali papila lidah yang terdiri atas tiga jenis
utama, yaitu:
1. Papila Filiformis
Papila filiformis berbentuk kerucut dan tersebar merata di seluruh permukaan dorsum lidah.
Papila jenis ini tidak memiliki kuncup pengecap. Ujung-ujung papila ini mengandung epitel
berkeratin.
2. Papila Fungiformis
Papila fungiformis berbentuk seperti jamur. Tersebar di antara papila-papila filliformis.
Warnanya merah karena banyak mengandung pembuluh darah.
3. Papila Sirkumvalata
Papila sirkumvalata adalah papila dengan kuncup pengecap (taste bud) terbanyak di lidah. Papila
sirkumvalata biasa terdapat berderet-deret di sulcus terminalis (hingga 10-12 buah). Permukaan
atasnya yang licin lebih rendah daripada permukaan membrana mukosa.
Papila ini dikelilingi oleh celah melingkar. Di dasar celah akan bermuara kelenjar von ebner
yang menyekresikan cairan yang dapat membersihkan celah tersebut dari sisa-sisa makanan yang
larut di celah itu. Dengan demikian, celah dapat menerima makanan baru untuk dideteksi
rasanya.
Terdapat satu jenis papila lagi, yaitu papila foveola, yang terdapat di lipatan-lipatan samping
lidah. Papila ini mengalami rudimenter pada manusia, namun berkembang pesat pada hewan
pengerat.
b. Kelenjar Saliva
Kelenjar saliva ada menghasilkan sekret berupa mukosa murni, serosa murni, atau campuran
mukosa dan serosa. Cairan mukosa mirip dengan musin, lebih kental daripada serosa. Sedangkan
cairan serosa terdiri atas air, enzim, dll sehingga lebih encer daripada cairan mukosa.
c. Esofagus
Sepertiga atas esofagus terdiri dari otot lurik, sepertiga tengah terdiri dari campuran otot lurik
dan otot polos, sedangkan sepertiga bawahnya merupakan otot polos esofagus.
Di dalam lapisan submucosa esofagus terdapat kelenjar esofagus yang menghasilkan mukus.
Pada lamina propia daerah dekat lambung juga terdapat kelenjar kardioesofageal yang
menghasilkan mukus.
d. Lambung
Lapisan submukosa dan mukosa lambung tersusun berlipat-lipat membentuk rugae. Pada lapisan
mukosa, epitel permukaannya mengalami perubahan dari epitel esofagus, yaitu epitel selapis
silindris tanpa sel goblet. Lamina propianya mengandung glandula gastrica yang sekretnya akan
bermuara di sumur-sumur lambung atau foveola gastrica. Terdapat sekitar 15 juta glandula
gastrica akan bermuara pada 3,5 juta foveola gastrica.
Glandula gastrica ini terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian isthmus, leher, dan dasar. Glandula ini
juga terdiri atas beberapa jenis sel, yaitu: sel mukosa leher, sel utama, sel parietal, dan sel entero-
endokrin.
Sel utama/zymogen menempati 1/3 atau ½ bagian bawah pars sekretoria. Sel ini berbentuk
kuboid, dalam sitoplasmanya terdapat butir-butir zymogen, dan intinya bulat terdapat di dasar.
Sel ini akan menghasilkan pepsinogen yang akan diubah menjadi pepsin.
Sel perietal lebih banyak terdapat di bagian atas pars sekretorik. Sitoplasmanya penuh dengan
mitokondria. Sel ini akan menyekresikan HCl dan faktor intrisik lambung untuk absorbsi vitamin
B12 di ileum.
Sel enteroendokrin terdiri atas jenis ECL yang menghasilkan histamin, EC yang menghasilkan
serotonin, dan G yang akan menghasilkan gastrin.
Lapisan muskularis eksterna lambung terdiri atas tiga lapis, yaitu otot longitudingal, sirkuler, dan
obliqum.
e. Intestinum Tenue
Pada usus halus akan terjadi proses penyerapan makanan yang telah dicerna secara mekanik
maupun secara kimiawi. Oleh karena itu, diperlukan suatu teknik perluasan bidang penyerapan
oleh dinding saluran pencernaan. Upaya tersebut telah dilakukan dalam bentuk:
1. Pada tingkat sel
Berupa mikrovili pada permukaan sel epitel.
2. Pada tingkat submucosa
Terbentuknya plica circularis/valvula kerckringi
3. Pada tingkat mucosa
Terbentunya villi intestinalis.
Pada lapisan mukosa intestinum tenue juga dapat ditemukan glandula intestinalis atau disebut
juga dengan crypta lieberkuhn yang berinvaginasi sampai mencapai muskularis mukosa pada
dasar villus. Di bagian dasar crypta lieberkuhn ini terdapat kelompok sel paneth yang fungsinya
diduga untuk menghasilkan lisosin yang berfungsi seperti lisosom.
Jaringan limphoid pada intestinum tenue tersear di seluruh lamina propia dalam bentuk nodulus
limfatikus soliter. Khusus di ileum, jaringan limfoidnya berkelompok-kelompok membentuk
nodulud limfatikus agregatus yang disebut dengan bercak peyer.
f. Intestinum Crassum
Permukaan dalam colon licin, tidak membentuk plica circularis dan villus intestinalis. Pada
lapisan epitelnya terdapat sel absostif. Crypta lieberkuhnnya tidak memeiliki sel paneth. Lapisan
muskularisnya pars longitudinalisnya ada yang bermodifikasi menmbentuk taenia coli.
Appendix yang terdapat pada bagian caecum memiliki ciri-ciri lumennya kecil bersudut, dan
memiliki jaringan limfoid yang mencolok karena memenuhi seluruh lamin propia. Lapisan
muskularis mukosanya kurang berkembang, dan di lapisan submukosanya terdapat jaringan
pengikat yang tebal serta anyaman pembuluh darah.
g. Rectum
Rectum dibagi menjadi bagian ampula recti dan canalis analis. Bagian ampula recti berbentuk
membesar. Membrana mukosanya memiliki struktur yang sama dengan kolon, dengan crypta
lieberkuhn yang lebih panjang.
Canalis analisnya memiliki diameter yang lebih kecil daripada bagian ampula recti (mengecil).
Membranan mukosanya memiliki columna rectalis morgagni, dan epitel silindris selapisnya
berubah menjadi epitel gepeng berlapis.
h. Anus
Epitelnya sudah menjadi epitel berlapis gepeng. Semakin ke bawah, epitelnya akan brubah
menjadi epidermis kulit, pada bagian setinggi M. Sphincter Externa (otot lurik). Di bagian ini
juga terdapat kelenjar sebasea dan kelenjar cirkumanalis (apokrin).
Lamina propianya mengandung pleksus venosus yang besar. Pada kasus wasir atau ambeyen,
pleksus venosus ini mengalami pembesaran, sehingga disebut juga dengan hemoroid.
i. Hepar
Secara mikroskopik, hepar terdiri atas lobulus hepatis klasik, lobulus portalis, dan acinus hepatis.
Komponen parenkimnya terdiri atas hepatosit (sel hati), sinusoid yang dibatasi oleh sel-sel
endotel Kupffer, dan sel perisinosuidal.
j. Kantung Empedu
Dinding kantung empedu terdiri dari lapisan tunika serosa, tunika subserosa, tunika muskularis,
dan tunika mukosa.
Tunika serosanya merupakan lanjutan tunika serosa dari selubung hati. Terdiri ari jaringan ikat
padat, da terkadang mengandung ductus Lushka. Lapisan ini dilapisi oleh sel-sel mesotel.
Tunika subserosanya juga terdiri dari jaringan pengikat, dan langsung menutupi jaringan otot
polos.
Tunika muskularisnya terdiri dari lapisan tipis jaringan sel-sel otot polos.
Tunika mukosanya melipat-lipat tidak teratur. Epitelnya adala epitel silindris selapis dengan
mikrovili. Lamina propianya merupakan jaringan ikat longgar dengan anyaman serabut elastis
dan retikuler.
k. Pankreas
Pada pankreas terdapat jaringa kelenjar asiner dan pulau-pulau langerhans penghasil insulin.
Jaringan kelenjar pancreas ini terbagi dalam lobulus yang dipisahkan oleh jaringan pengikat
longga tipis. Berisi ductus interlobularis, pembuluh darah, dan saluran limfe, serta serabut saraf.
Lobulus ini tersusun atas beberapa acinus kelenjar yang tersusun oleh 40-50 sel-sel piramidal.
IV. Kelainan Sistem Pencernaan
1. Atresia Esofagus dan Fistula Esofagotrakealis
Kelainan ini terjadi akibat penyimpangan septum esoafagotrakealis ke posterior dan faktor-faktor
mekanik yang mendorong dinding dorsal usus depan ke arah anterior.
Bentuk yang paling sering ditemukan adalah bagian proximal esofagus berakhir sebagai kantong
buntu dan bagian distalnya membentuk hubungan dengan trachea melalui saluran sempit. Bentuk
lain, saluran fistula diganti oleh tali ligamentum. Keadaan yang jarang lainnya adalah kedua
bagian (proximal dan distal) sama-sama bermuara ke dalam trachea.
Anak yang baru lahir dengan atresia, kelihatannya mungkin normal. Tetapi ketika minum susu
untuk pertama kalinya, bagian proximal esofagus akan penuh terisi susu dan anak bisa muntah
atau malah susu akan masuk ke dalam paru-paru (pada jenis kedua bagian bermuara ke trachea).
2. Stenosis Pilorus
Kelainan ini disebabkan oleh otot-otot sirkuler di daerah pilorus yang menebal sehingga terjadi
penyempitan rongga pilorus. Akibatnya, perjalanan makanan tersumbat sehingga anak muntah
hebat dan proyektil.
3. Atresia Kantong Empedu
Pada mulanya, kandung empedu merupakan alat yang berongga. Akibat proliferasi epitel yang
melapisinya, kandung ini menjadi padat untuk sementara waktu. Kemudian akan terjadi
rekanalisasi epitel, sehingga rongga tetap terbentuk. Bila rekanalisasi tida terjadi, kandung
empedu akan tetap padat dan terjadi atresia kandung empedu.
4. Atresia Saluran Empedu
Saluran di dalam dan di luar hati juga mengalami perpadatan. Bila rekanalisasi tidak terjadi, akan
mengalami atresia. Biasanya, hanya terbatas pada hanya sebagian kecil ductus choledocus.
Kantung empedu dan ductus hepaticus proximal terhadap atresia sangat melebar. Anak yang
lahir akan tampak kuning yang tambah lama tambah parah.
5. Bentuk Vesica Felea
6. Pembelahan Sebagian Vesica Felea
7. Divertikula pada Kandung Empedu
8. Pankreas Anular
unas pankreas terdiri atas dua bagian yang dalam keadaan normal, tunas ventral akan berputasr
di sekeliling duodenum (ke belakang), sehingga tunas ventral terletak di belakang tunas dorsal
dan kemudian menyatu.
Kadang-kadang, bagian kanan berputar secara normal, tetapi bagian kiri bergeser ke arah yang
berlawanan. Akibatnya duodenum dikelilingi oleh pankreas yang berbentuk cincin.
Kelainan ini kadang-kadang menjepit duodenum dan menyebabkan penyumbatan.
9. Pankreas Heterotopik
Keadaan dimana jaringan pankreas dapat ditemuka mulai dari ujung distal esofagus sampai
punjak jerat usus sederhana. Yang paling sering ditemukan pada selaput lendir lambung dan
divertikulum Meckel.
10. Omphalocele
Kelainan yang disebabkan oleh kegagalan lengkung usus kembali ke rongga abdomen. Sehingga
lengkung usus tersebut tetap berada di dalam ruang ekstraembrional dari tali pusat. Pada saat
lahir, herniasi lengkung usus ini menyebabkan pembengkakan yang besar pada tali pusat dan
hanya ditutupi oleh amnion.
11. Anus Imperforatus dan Atresia Ani
Pada kasus yang ringan, canalis analis berakhir buntuk pada membran analis yang hanya
dipisahkan oleh sekat pemisah.
Pada kasus yang berat, dapat ditemukan lapisan jaringan ikat yang tebal, yang dapat
menyebabkan kegagalan perkembangan lobang anus dan atresia ani.
12. Fistula Recti
Sering berhubungan dengan anus imperforatus. Pada kelainan ini dapat ditemukan adanya
hubungan antara rectum dengan vagina, rectum dengan vesica
urinaria atau uretra, dan hubungan dengan daerah perineum lainnya. Sehingga feses tidak keluar
melalui anus, namun melalui vagina atau penis.