Upload
chaliq-akbar
View
35
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tugas tutorial
Citation preview
LAPOTAN TUTORIAL
MODUL II
SKENARIO 2 : “GARA-GARA MINUM VITAMIN B KOMPLEKS?”
Kelompok 21-C
Tutor : Drs. Endrinaldi, MS
Ketua : Reza Ekatama Rajasa
Sekretaris I : Arzia Rahmi
Sekretaris II : Indah Paradifa Sari
Anggota :
Fadil Alfino
Irza Haicha Pratama
Gusti Rati
Virgi Anggia Lubis
Vika Rahma Velina
Ando Amadino
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
MODUL 2
SKENARIO 2 : NIKMATNYA AYAM GORENG
Hari ini kegiatan Sasa, seorang murid kelas 6 SD sangat banyak mulai
jam 7.00 pagi sampai siang ini jam 15.00, karena Sasa akan segera menghadapi
UAN. Tadi pagi Sasa terlambat bangun,sehingga tidak sempat sarapan pagi,
akibatnya siang ini perut Sasa “keroncongan” karena sangat lapar.
Dalam perjalanan pulang dari sekolah diatas mobil, Sasa duduk
membayangkan nikmatnya makan dengan ayam goreng masakan ibunya,
salivanya sampai keluar. Sasa dijemput oleh kakaknya ke sekolah. Kakak Sasa,
ini adalah mahasiswa kedokteran, dia tertawa melihat kelakuan Sasa. Kebetulan
kakak Sasa sedang mempelajari modul fungsi pencernaan tentang bagaimana
setiap jenis makanan itu bisa diproses dalam saluran pencernaan sampai dapat
diabsorpsi dalam usus halus serta peranan enzim dalam proses tersebut. Selain
itu, dia juga mempelajari pembentukan feses dan peran bakteri yang terdapat
dalam usus besar.
Sasa dinasehati kakaknya supaya selalu sarapan sebelum berangkat
sekolah, karena kalau tidak, Sasa bisa sakit perut, mual, muntah akibat
peningkatan asam lambung. Bagaimana anda menjelaskan masalah yang
dialami Sasa?
1. TERMINOLOGI
1. Gagal Ginjal Kronik : Gangguan ginjal kronik yang bersifat menahun,
progresif, dan irreversible disebabkan hilangnya beberapa nefron
sehingga terjadi penimbunan metabolik di dalam darah dan
menurunkan GFR.
2. Cuci darah : pembuangan elemen tertentu dari darah dengan
memanfaatkan laju difusi pada membran semipermiabel untuk
menggantikan fungsi ginjal yang rusak.
3. Urin : hasil sekresi daei ginjal yang menghasilkan cairan kuning
jernih.
4. Ngompol : pengeluaran urin yang tidak disadari oleh seseorang.
2. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Mengapa kakak Lisa yang mengalami Gagal Ginjal Kronis
harus cuci darah setiap minggu?
2. Hal-hal apa saja yang menyebabkan terjadinya Gagal Ginjal
Kronis?
3. Bagaimana proses pembentukan urine?
4. Bagaimana proses pengeluaran urine?
5. Bagaimana proses pencucian darah?
6. Mengapa dengan mengkonsumsi Vit.B kompleks dapat
menyebabkan urine menjadi lebih kuning dari yang biasanya?
7. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengeluaran urin?
8. Hal-hal apa saja yang mempengaruhi filtrasi urine?
9. Mengapa anak kecil sering ngompol?
10. Bagaimana peranan ginjal selain dari pembentukan urine ?
11. Apa saja komposisi dari urin yang normal?
12. Apa saja yang dapat mempengaruhi kepekatan urine?
C. ANALISA MASALAH
1. Cuci darah atau dialisis merupakan suatu proses dimana saat seseorang
mengalami kerusakan ginjal harus melakukan proses penyaringan darah
yang dilakukan oleh sebuah mesin untuk menggantikan fungsi ginjal
yang rusak. Lalu saat seseorang mengalami GGK (Gagal Ginjal Kronik)
akan menyebabkan kerja ginjal menurun bahkan tidak bisa bekerja sama
sekali. Dalam tubuh terdapat banyak zat sisa yang harus dikeluarkan
dalam tubuh, untuk mengeluarkan itu kakak Lisa harus melakukan cuci
darah supaya zat sisa yang terdapat dalam tubuh tidak menjadi toksik dan
menetap dalam tubuh. Saat seseorang mengalami GGK otomatis
seseorang akan kehilangan fungsi nefron. Untuk menggantikan fungsi
nefron itu harus dilakukan cuci darah sehingga tidak akan menimbulkan
toksik.
2. Penyebab GGK umumnya adalah karena adanya penyakit sebelumnya
yang memicu terjadinya GGK tersebut.
Tekanan darah tinggi
Saat seseorang mengalami tekanan darah tinggi (Hipertensi)
otomatis kerja ginjal akan meningkat. Karena kerja ginjal yang
tidak semestinya ini bisa memicu terjadinya GGK.
Penyumbatan ureter
Kalau ureter itu telah tersumbat, tentu tidak akan ada jalan lewat
urin untuk menuju kandung kemih. Sehingga urin yang seharusnya
disalurkan akan tertahan atau bahkan kembali ke ginjal.
Radang glomerulus
Radang glomerulus akan menyebabkan kerusakan pada nefron
yang merupakan bagian utama dalam memfiltrasi. Kalau nefron itu
sendiri telah rusak maka nanti akan sangat mempengaruhi kerja
ginjal.
Kelainan ginjal
Misalnya seseorang yang mengalami ginjal polikista, di ginjal itu
nanti akan banyak terdapat kista yang nanti juga bisa menyebabkan
kerusakan pada nefron.
Bisa juga karena DM (Deabetes Melitus), kelainan anatomi
ataupun karena kerusakan pada pembuluh darah.
3. Awalnya nanti cairan yang masuk ke ginjal akan filtrasi di glomerulus
kemudian akan masuk ke tubulus ginjal. Tubulus pertama yang di lewati
adalah tubulus proksimal yang nanti akan terjadi penyerapan air yang
paling banyak. Kemudian urin akan melewati ansa henle baik itu yang
desendens maupun asendens. Dari ansa henle nanti akan di lanjutkan ke
tubulus distal dan kemudian masuk ke dalam duktus koligentes yang
berfungsi sebagai duktus pengumpul.
4. Urin yang sudah terbentuk dalam ginjal nanti akan disalurkan ke kandung
kemih melalui ureter. Semakin lama tentu urin akan semakin banyak
terkumpul di kandung kemih, karena banyaknya urin akan meregang akan
merangsang kontraksi otot detrusor. Kemudian barulah urin akan
dikeluarkan melalui uretra.
5. Dalam proses pencucian darah, akan menggunakan sebuah alat yang
namanya Dializer yang nanti di dalamnya akan terdapat sebuah saringan.
Sebelumnya, sebuah slang kecil akan di masukkan kepembuluh darah di
ginjal sehingga darah masuk ke dalam dializer dan nanti akan terjadi
penyaringan di dalamnya. Hasil akhirnya nanti adalah darah bersih yang
akan dimasukkan lagi ke dalam tubuh. Sedangkan sisa-sisa yang tersaring
akan di buang serta di tambahkan dengan sebuah bahan kimia yang
namanya dialit.
Kemudian ada lagi beberapa cara pembersihan darah, yaitu;
Hemodialisis
Yang nanti akan terjadi difusi zat atau elektrolit.
Dialisis peritoneal
Akan langsung dihubungkan ke peritoneum melalui v. Jugularis
dan v. Sclavia menggunakan alat yang namanya Vistula.
6. Vit. B kompleks sangat mudah larut dalam elektrolit. Terutama vit. B2
yang merupakan urokrom sebagai zat yang berfungsi dalam pewarnaan
urin sehingga nanti akan membuat urin berwarna lebih kuning. Apalagi
mengkonsumsi vit. B yang berlebihan akan menyebabkan urin akan lebih
berwarna kuning.
7. Faktor yang mempengaruhi urin bisa berasal dari luar maupun dalam
tubuh manusia.
Cuaca
Saat cuaca panas nanti akan menyebabkan ADH naik sehingga urin
yang keluar lebih sedikit, dan saat cuaca dingin ADH akan turun
sehingga urin akan lebih banyak keluar.
Stres
Kita misalkan saat kita akan mau tampil dalam sebuah acara yang
dilihat banyak orang, secara otomatis nanti kita akan merasakak
ingin BAK dan BAK lagi. Dari contoh tersebut bisa kita
menyimpulkan bahwa stres sangat mempengaruhi pengeluaran
urin.
Aktivitas
Aktivitas yang banyak akan mnegurangi pengeluaran urin karena
air dalam tubuh banyak dikeluarkan melalui keringat.
8. Banyak hal yang mempengaruhi urin diantaranya adalah kapiler yang
terdapat pada ginjal, GFR, kemudian bisa juga dipengaruhi oleh hormon
epinefrin dan norepinefrin.
9. Enuresis atau ngompol itu bisa dibedakan dalam dua bentuk, yaitu
enuresis primer dan sekunder.
Enuresis primer
Enuresis primer ini tergolong anak-anak yang berumur 6tahun
kebawah.
Enuresis sekunder
Enuresis ini tergolong orang yang di atas umur 6tahun yang masih
mengalami enuresis.
Dari paparan di atas berarti anak kecil yang suka ngompol itu
termasuk dalam enuresis primer. Ini biasanya disebabkan karena
pembentukan SSP yang belum sempurna. Saat anak kecil yang
pembentukan SSP telah sempurna ingin BAK langsung impuls ke
pusat otak untuk membuka celana dan pergi ke kamar mandi. Tapi
pada anak-anak yang sering mengalami enuresis, saat merasa ingin
pipis impuls yang di sampaikan lambat sehingga sang anak BAK
terlanjur BAK. Selain itu bisa juga karena pembentukan otot pada
vesika urinaria yang belum terlalu kuat sehingga tidak bisa
menahan urin.
10. Ginjal kita yang sempurna ini tidak hanya berperan dalam pembentukan
urin, akan tetapi juga memiliki beberapa fungsi lain seperti :
Pengaturan komposisi darah oleh hormon aldosteron.
Pengaturan volume darah oleh angiotensin 2.
Pengaturan keseimbangan asam basa pada tubulus ginjal.
Pembentukan eritroproetin.
Pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit.
11. Komposisi urin yang normal itu adalah :
Sekitar 90% berupa air.
Kemudian ada elektrolit (Na, K, Cl)
Sisa metabolisme (urea, asam urat, benda keton)
Urobilin dan kreatin.
12. Pekat atau tidaknya urin tergantung dari volume cairan yang akan
dikeluarkan dari tubuh itu sendiri.
D. SISTEMATIKA
Ginjal (Nefron)
GFR
Fungsi lain
Faktor mempengaruhi
Kelainan
Filtrasi (Glomerulus)
Faktor mempengaruhi
Mikturisi
Faktor mempengaruhi
Faktor mempengaruhi
Urine keluar
Reabsorpsi dan Sekresi
(tubulus)
Faktor mempengaruhi
Ekskresi
Urine
Darah (a. aferen)
Urin normal
(komposisi, konsentrasi,
volume, dan warna)
E. LEARNING OBJECTIVE
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang proses pembentukan
urin.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi pembentukan urin.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang proses pengeluaran
urin.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi pengeluaran urin.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang sifat urin yang
normal (komposisi, konsistensi, volume dan warna).
6. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang fungsi lain ginjal.
7. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang korelasi klinis
sistem urinarius.
F. PEMBAHASAN LEARNING OBJECTIVE
1. Proses pembentukan urin.
Filtrasi glomerulus
Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi sejumlah besar cairan dari
kapiler glomerulus ke dalam kapsula Bowman. Seperti kebanyakan
kapiler, kapiler glomerulus juga relative impermeable terhadap
protein, sehingg cairan hasil filtrasi (disebut filtrate glomerulus) pada
dasarnya bersifat bebas protein dan tidak mengandung elemen selular,
termasuk sel darah merah.
Konsentrasi isi filtrat glomerulus lainnya, termasuk sebagian besar
garam dan molekul organik, serupa dengan konsentrasinya dalam
plasma, kecuali beberapa zat dengan berat molekul ringan, seperti
kalsium dan asam lemak. Zat-zat tersebut tidak difiltrasi secara bebas
karena zat tersebut sebagian terikat pada protein plasma.
Proses filtrasi dibantu oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Membran kapiler glomerular lebih permeable dibandingkan
kapiler lain dalam tubuh sehingga filtrasi berjalan dengan sangat
cepat.
2. Tekanan darah dalam kapiler glomerular lebih tinggi
dibandingkan tekanan darah dalam kapiler lain karena diameter
arteriol eferen lebih kecil dibandingkan diameter arteriol aferen.
Berikut adalah mekanisme terjadinya filtrasi glomerular:
1. Tekanan hidrostatik (darah) glomerular mendorong cairan dan
zat terlarut keluar dari darah dan masuk ke ruang kapsul
Bowman.
2. Dua tekanan yang berlawanan dengan tekanan hidrostatik
glomerular:
1. Tekanan hidrostatik dihasilkan oleh cairan dalam kapsul
Bowman. Tekanan ini cenderung untuk menggerakkan
cairan keluar dari kapsul menuju glomerulus.
2. Tekanan osmotic koloid dalam glomerulus yang dihasilkan
oleh protein plasma adalah tekanan yang menarik cairan
dari kapsul Bowman untuk memasuki glomerulus.
3. Tekanan filtrasi efektif (effective filtration presure [EFP])
adalah tekanan dorong netto. Tekanan ini adalah selisih
antara tekanan yang cenderung mendorong cairan keluar
glomerulus menuju kapsul Bowman dan tekanan yang
cenderung menggerakkan cairan ke dalam glomerulus dari
kapsul Bowman.
EFP = (tekanan hidrostatik glomerular) – (tekanan kapsular) +
(tekanan somotik koloid glomerular)
Reabsorpsi Tubulus
Ketika cairan yang telah difiltrasi ini meninggalkan kapsula Bowman
dan mengalir melewati tubulus, cairan ini mengalami perubahan
akibat adanya reabsorpsi air dan zat terlarut spesifik kembali ke darah.
Sebagian besar filtrat (99%) secara selektif direabsorpsi dalam
tubulus ginjal melalui difusi pasif gradient kimia atau listrik, transport
aktif terhadap gradient tersebut, atau difusi terfasilitasi. Sekitar 85%
natrium klorida dan air serta semua glukosa dan asam amino pada
filtrate glomerulus diabsorpsi dalam tubulus kontortus proximal (TC
I), walaupun reabsorpsi berlangsung pada semua bagian mefron.
(i) Reabsorpsi ion natrium
1. Ion-ion natrium ditransport secara pasif melalui difusi
terfasilitasi (dengan arrier) dari lumen tubulus konkortus
proximal ke dalam sel-sel epitel tubulus yang konsentrasi ion
natriumnya lebih rendah.
2. Ion-ion natrium yang ditransport secara aktif dengan pompa
natrium-kalium, akan keluar dari sel-sel epitel untuk masuk ke
cairan interstitial di dekat kapiler peritubular.
(ii) Reabsorpsi ion klor dan ion negatif lain
1. Karena ion natrium positif bergerak secara pasif dari cairan
tubulus ke sel dan secara aktif dari sel ke cairan interstitial
peritubuluar, akan terbentuk ketidakseimbangan listrik yang
justru membantu pergerakan pasif ion-ion negatif.
2. Dengan demikian, ion klor, dan bikarbonat negatif secara pasif
berdifusi ke dalam sel-sel epitel dari lumen dan mengikuti
pergerakan natrium yang keluar menuju cairan peritubular dan
kapiler tubular.
(iii) Reabsorpsi glukosa, fruktosa, dan asam amino
1. Carrier glukosa dan asam amino sama dengan carrier ion
natrium dan digerakkan melalui cotransport.
2. Carrier pada membrane sel tubulus memiliki kapasitas
reabsorpsi maksimum untuk glukosa, berbagai jenis asam
amino, dan beberapa zat terabsorpsi lainnya. Jumlah ini
dinyatakan dalam maksimum transport (transport maximum
[Tm]).
3. Tm untuk glukosa adalah julah maksimum yang dapat
ditranspor (reabsopsi) per menit, yaitu sekitar 200 mg
glukos/100 ml plasma. Jika kadar glukosa darah melebihi nilai
Tm-nya, berarti melewati ambang plasma ginjal sehingga
glukosa muncul di urin (gulosuria).
(iv) Reabsorpsi air
Air bergerak bersama ion natrium melalui osmosis. Ion natrium
berpindah dari area berkonsentrasi tinggi dalam lumen tubule
konkortus proximal ke area berkonsentrasi air rendah dalam cairan
interstitial dan kapiler peritubular.
(v) Reabsorpsi urea
Seluruh urea yang terbentuk setiap hari difiltrasi oleh glomerulus.
Sekitar 50% urea secara pasif direabsorpsi akibat gradien difusi yang
terbetuk saat air direabsorpsi. Dengan demikian, 50% urea yang
difiltrasi akan diekskresikan dalam urin.
(vi) Reabsorpsi ion anorganik lain, seperti kalium, kalsium, fosfat,
dan sulfat, serta sejumlah ion organik adaalah melalui transport aktif.
Sekresi Tubulus
Mekanisme sekresi tubular adalah proses aktif yang memindahkan zat
keluar dari darah dalam kapilar peritubular yang melewati sel-sel
tubular menuju cairan tubular untuk dikeluarkan dalam urin.
1. Zat-zat seperti hidrogen, kalium, dan amonium, produk akhir
metabolik kreatinin dan asam hipurat serta obat-obatan tertentu
(penisilin) ecara aktif disekresikan ke dalam tubulus.
2. Ion hidrogen dan amonium diganti dengan ion natrium dlam
tubulus kontortus distal dan tubulus pengumpul. Sekresi tubular
yang selektif terhadap ion hidrogen dan amonium membantu
dalam pengaturan pH plasma dan keseimbangan asam basa
cairan tubuh.ss
3. Sekresi tubular merupakan suatu mekanisme yang penting untuk
mengeluarkan zat-zat kimia asing atau tidak diinginkan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan urin
adalah :
Gramerular Filtrat Rate (GFR)
GFR adalah jumlah filtrat yang terbentuk per menit pada
semua nefron dari kedua ginjal. Pada laki-laki, laju
filtrasi ini sekitar 125 ml/menit atau 180 L dalam 24
jam. Pada perempuan, sekitar 110 ml/menit.
Faktor-faktor yang memengaruhi GFR, antara lain:
1. Tekanan Filtrasi Efektif
GFR berbanding lurus dengan EFP dan perubahan
tekanan yang terjadi akan memengaruhi GFR. Derajat
konstriksi arteriol aferen dan eferen menentukan aliran
darah ginjal dan juga tekanan hidrostatik glomerular.
a. Konstriksi arteriol aferen menurunkan aliran darah
dan mengurangi laju filtrasi glomerular.
b. Konstriksi arteriol eferen menyebabkan terjadinya
tekanan darah tambahan dalam glomerulus dan
meningktakan GFR.
2. Autoregulasi Ginjal
Mekanisme autoregulasiintrinsik ginjal mencegah
perubahan aliran darah ginjal dan GFR akibat variasi
fisiologis rerata tekanan darah arteri. Autoregulasi
seperti ini berlangsung pada rentang tekanan darah yang
lebar (antara 80 mmHg dan 180 mmHg).
a. Jika rerata tekanan daraj arteri (normalnya 100
mmHg) meningkat, arteriol aferen berkontriksi untuk
menurunkan aliran darah ginjal dan mengurangi GFR.
Jika rerata tekanan darah arteri menurun, terjadi
vasodilatasi arteriol aferen untuk meningkatkan GFR.
Dengan demikian, perubahan-perubahan mayor pada
GFR dapat dicegah.
b. Autoregulasi melibatkan mekanisme umpan balik
dari reseptor-reseptor peregang dalam dinding arteriol
dan dari aparatus jukstaglomerular.
Di samping mekanisme autoregulasi ini, peningkatan
tekanan arteri dapat sedikit meningkatkan GFR. Karena
begitu banyak filtart glomerular yang dihasilkan sehari,
perubahan yang terkecil pun dapat meningkatkan
haluaran urin.
3. Stimulasi Simpatis
Suatu peningkatan impuls simpatis, seperti saat stres,
akan menyebabkan konstriksi arteriol aferen,
menurunkan aliran darah ke dalam glomerulus, dan
mnyebabkan penurunan GFR.
4. Obstruksi Aliran Urinaria
Obstruksi aliran urinaria oleh batu ginjal atau batu
dalam ureter akan meningkatkan tekanan hidrostatik
dalam kapsl Bowman dan menurunkan GFR.
5. Kelaparan, Diet Sangat Rendah Protein, atau Penyakit
Hati akan menurunkan tekanan osmotik koloid darah
sehingga meningkatkan GFR.
6. Berbagai Penyakit Ginjal dapat meningkatkan
permeabilitas kapiler gomerular dan meningkatkan
GFR.
Aliran Darah Ginjal
Pada laki-laki dengan berat adan 70 kg, gabungan
aliran darah yang melalui kedua ginjal kira-kira 1100
ml/menit, atau kira-kira 22 persen dari curah jantung.
Dengan memperhitungkan fakta bahwa kedua ginjal
hanya mencakup 0,4% dari total berat badan, kita dapat
segera melihat bahwa ginjal menerima aliran darah yang
sangat tinggi dibandingkan dengan organ lain.
Seperti pada jaringan lainnya, aliran darah menyplai
ginjal dengan nutrisi dan mengeluarkan produk sisa.
Namun, aliran tinggi yang menuju ginjal tersebut sangat
melebihi kebutuhan ini. Tujuan penambahan aliran ini
adalah untuk menyuplai cukup plasma untuk GFR yang
tinggi yang penting untuk pengaturan volume cairan
tubuh dan konsentrasi zat terlarut secara tepat.
Berikut adalah pembuluh-pembuluh darah menyuplai darah ke ginjal:
1. Arteri renalis. Arteri ini merupakan percabangan aorta abdomen
yang menyuplai masing-masing ginjal dan masuk ke hillus
melalui cabang anterior dan posterior.
2. Cabang anterior dan posterior arteri renalis membentuk arteri-
arteri interlobaris yang mengalir di antara piramida-piramida
ginjal.
3. Arteri arkuata berasal dari arteri interobaris pada area pertemuan
antara korteks dan medula.
4. Arteri interlobularis merupakan percabangan arteri arkuata di
sudut kanan dan melewati korteks.
5. Arteriol aferen berasal dari arteri interlobularis. Satu arteriol
aferen membentuk sekitar 50 kapilar yang membentuk
glomerulus.
6. Arteriol eferen meniggalkan setiap glomerulus dan membentuk
jaring-jaring kapiler lain, kapilar peritubular yang mengelilingi
tubulus proksimal dan distal untuk meberi nutrien pada tubulus
tersebut dan mengeluarkan zat-zat yang direabsorpsi.
1. Arteriol eferen dari glomerulus nefron korteks memasuki
karing-jaring kapiler peritubular yang mengelilingi TC I
dan II pada nefron tersebut.
2. Arteriol eferen dari glomerulus pada nefron
jukstaglomerular memiliki perpanjangan pembuluh kapiler
panjang yang lurus disebut vasa recta yang berdesenden ke
dalam piramida medula. Lekukan vasa recta membentuk
lengkungan jepit yang melewati ansa Henle. Lengkungan
ini meungkinkan terjadinya pertukaran zat antara ansa
Henle dan kapiler serta memegang peranan dalam
kosentrasi urin.
3. Kapiler peritubular mengalir ke dalam vena korteks yang
kemudian menyatu dan membentuk vena interlobularis.
4. Vena arkuata menerima darah dari vena interlobularis.
Vena arkuata bermuara ke dalam vena interlobaris yang
bergabung untuk bermuara ke dalam vena renalis. Vena ini
meninggalkan ginjal untuk bersatu dengan vena kava
inferior.
3. Proses pengeluaran urin atau yang kita kenal dengan mikturisi
merupakan proses pengosongan kandung kemih setelah terisi
dengan urin. Mikturisi melibatkan dua tahap utama, yaitu:
(i) Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan
pada dindingnya meningkat melampaui nilai ambang batas.
Keadaan ini akan mencetuskan tahap kedua.
(ii) Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan
mengosongkan kandung kemih atau, jika gagal, setidaknya akan
menyebabkan keinginan berkemih yang disadari. Meskipun
refleks mikturisi adalah refleks medula spinalis yang bersifat
autonom, refleks ini dapat dihambat atau difasilitasi oleh pusat-
pusat di korteks serebri atau batang otak.
Transpor Urin dari Ginjal Melalui Ureter Menuju Kandung
Kemih
Urin mengalir dari duktus koligentes menuju kalises
ginjal. Urin meregangkan kalises dan meningkatkan aktivitas
pecemaker, yang kemudian akan memicu kontraksi peristaltik
yang menyebar ke pelvis ginjal dan ke arah bawah di sepanjang
ureter. Dengan demikian, hal ini akan memaksa urin mengalir
dari pelvis ginjal ke arah kandung kemih.
Ureter memasuki kandung kemih melalui otot detrusor di
dalam area trigonum kandung kemih. Biasanya, ureter berjalan
miring sepanjang beberapa sentimeter ketika melewati dinding
kandung kemih. Tonus normal otot dtrusor di dalam kandung
kemih cenderung akan menekan ureter, sehingga mencegah
aliran balik urin dari kandung kemih ketika terbentuk tekanan di
dalam kandung kemih selama mikturisi atau selama kompresi
kandung kemih. Setiap gelombang peristaltik di sepanjang
ureter meningkatkan tekanan di dalam ureter sehingga daerah
yang menuju kandung kemih membuka dan memungkinkan
aliran urin ke dalam kandung kemih.
Pengisian Kandung Kemih dan Tous Dinding Kandung Kemih
Pada saat tidak ada urin di dalam kandung kemih, tekanan
intravesikularnya sekitar 0, tetapi setelah terisi urin sebanyak
30-50 ml, tekanan meningkat menjadi 5-10 cm air. Tambahan
urin sebanyak 200-300 ml hanya sedikit menambah peningkatan
tekanan. Nilai tekanan yang konstan ini disebabkan oleh tonus
intrinsik pada dinding kandung kemih sendiri. Bila urin yang
terkumpul di dalam kandung kemih lebih banyak dari 300-400
ml, akan menyebabkan peningkatan tekanan secara cepat.
Bertambahnya perubahan tekanan tonus selama pengisian
kandung kemih merupakan peningkatan tekanan akut periodik
yang terjadi selama beberapa detik hingga lebih dari semenit.
Puncak tekanan dapat meningkat hanya beberapa sentimeter air,
atau mungkin meningkat hingga lebih dari 100 sentimeter air.
Puncak tekanan ini disebut gelombang mikturisi pada
sistometrogram dan disebabkan oleh refleks mikturisi.
Refleks Mikturisi
Seiring dengan pengisian kandung kemih, mulai tampak
peningkatan kontraksi mikturisi. Kontraksi ini dihasilkan dari
refleks regang yang dipicu oleh reseptor regang sensorik di
dalam dinding kandung kemih, terutama oleh reseptor di uretra
posterior ketika area ini mulai terisi dengan urin pada tekanan
kandung kemih yang lebih tinggi. Sinyal sensorik dari reseptor
regang kandung kemih dikirimkan ke segmen sakralis dari
medula spinalis melalui saraf pelvis dan kemudian dikembalikan
secara refleks ke kandung kemih melalui serabut saraf
parasimpatis dengan menggunakan persarafan yang sama.
Bila kandung kemih hanya terisi sebagian, kontraksi
mikturisi ini biasanya akan berelaksasi secara spontan. Dalam
waktu kurang dari semenit, otot detrusor berhenti berkontraksi,
dan tekanan turun kembali ke nilai dasar. Ketika kandung kemih
terus terisi, refleks mikturisi menjadi semakin sering dan
menyebabkan kontraksi oto detrusor yang lebih kuat.
Sekali refleks mikturisi dimulai,, refleks ini bersifat
“regenerasi sendiri”. Yang artinya, kontraksi awal kandung
kemih akan mengaktifkan reeptor regang yang menyebabkan
peningkatan impuls sensorik yang lebih banyak ke kandung
kemih dan uretra posterior, sehingga menyebabkan peningkatan
refleks kontraksi kandung kemih selanjutnya. Jadi, siklus ini
berulang terus menerus sampai kandung kemih mencapai derajat
kontraksi yang cukup kuat. Kemudian, setelah beberapa detik
sampai lebih dari semenit, refleks yang beregenerasi sendiri ini
mulai kelelahan dan siklus regeneratif pada refleks mikturisi
menjadi terhenti, sehingga memungkinkan kandung kemih
berelaksasi.
Jadi, refleks mikturisi merupakan sebuah siklus yang
lengkap yang terdiri dari (1) kenaikan tekanan secara cepat dan
progresif, (2) periode tekanan menetap, dan (3) kembalinya
tekanan kandung kemih ke nilai tonus basal. Bila refleks
mikturisi yang telah terjadi tidak mampu mengosongkan
kandung kemih, elemen persarafan pada refleks ini biasanya
akan tetap dalam keadaan terinhibisi selama beberapa menit
hingga 1 jam atau lebih, sebelum terjadi refleks mikturisi
berikutnya. Bila kandung kemih terus-menerus diisi, akan
terjadi refleks mikturisi yang semakin sering dan semakin kuat.
Bila refleks mikturisi sudah cukup kuat, akan memicu
refleks lain yang berjalan melalui saraf pudendus ke sfingter
eksterna untuk menghambatnya. Jika inhibisi ini lebih kuat di
dalam otak daripada sinyal konstriktor volunter ke sfingter
eksterna, maka akan terjadi pengeluaran urin. Jika tidak,
pengeluaran urin tidak akan tejadi hingga kandung kemih terus
terisi dan refleks mikturisi menjadi lebih kuat lagi.
4. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengeluaran urin,
diantaranya adalah:
Jumlah air yang diminum
Makin banyak air yang diminum otomatis akan
mempengaruhi pengeluaran urin, apabila air yang di
minum banyak maka akan memperbanyak jumlah urin
yang keluar.
ADH
Apabila cairan dalam tubuh banyak maka ADH akan
melakukan banyak penyerapan sehingga aur yang keluar
akan banyak dan begitu pula sebaliknya.
Saraf
rangsang saraf renalis akan menyempitkan arteriole
aferent,aliran darah berkurang,filtrasi kurang
afektif,urine sedikit
Zat-zat antidiuretika
ex: kopi the,alkohol menghambat reabsorpsi Na
akibatnya ADH berkurang sehingga urin meningkat.
Pada penderita diabetes mellitus,pengeluaran glukosa
juga diikuti kenaikan volume urine
Emosi
Ketika kita dalam keadaa emosi, sistem saraf yang
paling dominan bekerja adalah sistem saraf simpatis.
Sistem saraf ini akan menghambat kontraksi kandung
kemih sehingga otot – otot kandung kemih menjadi
relaksasi (mengembang) dan urine yang ada di
dalamnya menjadi tidak dapat keluar. Dengan begitu
pengeluaran urine menjadi lebih sedikit. Sistem saraf
simpatis akan mengaktifkan berbagai hormone dan
neurotransmitter yang akan mempengaruhi berbagai
kerja orngan tubuh, termasuk kandung kemih. Sistem
saraf simpatis akan merangsang pengeluaran
adrenalin/epinefrin dan noradrenalin/norepinefrin yang
mana kerja hormone ini pada ginjal adalah
meningkatkan retensi/penyerapan air kembali ke dalam
tubuh pada ginjal sehingga volume urine yang
dikeluarkan juga akan berkurang.
5. Komposisi urin
Urin terdiri dari 95% air dan mengandung zat terlarut berikut:
1. Zat buangan nitrogen
Zat ini meliputi urea dari deaminasi protein, asan urat dari
katabolisme asam nukleat, dan kreatinin dari proses penguraian
kreatin fosfat dalam jaringan otot.
2. Asam hipurat
Asam hipurat adalah produk sampingan pencernaan sayuran dan
buah.
3. Badan keton
Badan keton yang dihasilkan dalam metabolisme lemak adalah
konstituen normal dalam jumlah kecil.
4. Elektrolit
Meliputi ion natrium, klor, kalium, amonium, sulfat, fosfat,
kalsium, dan magnesium
5. Hormon atau katabolit hormon
6. Toksin, Pigmen, Vitamin, atau Enzim
7. Konstituen Abnormal
Meliputi albumin, glukosa, sel darah merah, sejumlah besar
badan keton, zat kapur, dan batu ginjal atau kalkuli.
Bila terdapat kelebihan air dalam tubuh, ginjal dapat
mengeluarkan urin encer sebanyak 20 L/hari, dengan konsentrasi
sebesar 50 mOsm/L. Ginjal melakukan tuas yang hebat ini dengan
mereabsorpsi zat terlarut terus menerus dan pada saat yang sama,
tidak mereabsorpsi sejumlah besar air di nefron bagian distal, yang
meliputi tubulus distal akhir dan duktus koligentes.
Bila terdapat kekurangan air dalam tubuh, ginjal membntuk urin
pekat dan pada saat yang bersamaan juga meningkatkan reabsorpsi air
dan menurunkan volume urin yang terbentuk. Ginjal manusia dapat
memroduksi urin pekat dengan konsentrasi maksimal sebesar 1200-
1400 mOsm/L, yaitu 4-5 kali osmolaritas plasma.
6. Jhgffkufd
7. Korelasi klinis yang dapat terjadi pada sistem urinarius
diantaranya adalah,
Inkontinensia Urin
Merupakan ketidakmampuan mencegah pengeluaran urin yang
disebabkan oleh gangguan jalur desenden di korda spinalis.
Pada sebagian orang, gangguan ini juga dapat dirangsang oleh
batuk atau bersin, karena kedua aktivitas tersebut dapat
meningkatkan tekanan kandung kemih secara mendadak.
Diabetes Insipidus
Merupakan gangguan yang disebabkan oleh kegagalan hipofisis
posterior untuk menghasilkan ADH sehingga banyak air yang
tidak direabsorpsi di tubulus distal dan duktus koligentes. Hal
ini mengakibatkan volume urin yang dikeluarkan menjadi
sangat banyak dan encer.
Proteinuria (Albuminuria)
Adanya protein pada urin yang disebabkan oleh kerusakan
glomerulus.
Glukosuria
Adanya glukosa dalam urin karena konsentrasi glukos melebihi
Tm (ambang batas ginjal), yaitu 200 mg glukos/100 mL plasma.