25
LAPOTAN TUTORIAL MODUL II SKENARIO 2 : “GARA-GARA MINUM VITAMIN B KOMPLEKS?Kelompok 21-C Tutor : Drs. Endrinaldi, MS Ketua : Reza Ekatama Rajasa Sekretaris I : Arzia Rahmi Sekretaris II : Indah Paradifa Sari Anggota : Fadil Alfino Irza Haicha Pratama Gusti Rati Virgi Anggia Lubis Vika Rahma Velina Ando Amadino FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

Lapotan Tutorial Blok 1 5 Minggu 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas tutorial

Citation preview

Page 1: Lapotan Tutorial Blok 1 5 Minggu 2

LAPOTAN TUTORIAL

MODUL II

SKENARIO 2 : “GARA-GARA MINUM VITAMIN B KOMPLEKS?”

Kelompok 21-C

Tutor : Drs. Endrinaldi, MS

Ketua : Reza Ekatama Rajasa

Sekretaris I : Arzia Rahmi

Sekretaris II : Indah Paradifa Sari

Anggota :

Fadil Alfino

Irza Haicha Pratama

Gusti Rati

Virgi Anggia Lubis

Vika Rahma Velina

Ando Amadino

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

Page 2: Lapotan Tutorial Blok 1 5 Minggu 2

MODUL 2

SKENARIO 2 : NIKMATNYA AYAM GORENG

Hari ini kegiatan Sasa, seorang murid kelas 6 SD sangat banyak mulai

jam 7.00 pagi sampai siang ini jam 15.00, karena Sasa akan segera menghadapi

UAN. Tadi pagi Sasa terlambat bangun,sehingga tidak sempat sarapan pagi,

akibatnya siang ini perut Sasa “keroncongan” karena sangat lapar.

Dalam perjalanan pulang dari sekolah diatas mobil, Sasa duduk

membayangkan nikmatnya makan dengan ayam goreng masakan ibunya,

salivanya sampai keluar. Sasa dijemput oleh kakaknya ke sekolah. Kakak Sasa,

ini adalah mahasiswa kedokteran, dia tertawa melihat kelakuan Sasa. Kebetulan

kakak Sasa sedang mempelajari modul fungsi pencernaan tentang bagaimana

setiap jenis makanan itu bisa diproses dalam saluran pencernaan sampai dapat

diabsorpsi dalam usus halus serta peranan enzim dalam proses tersebut. Selain

itu, dia juga mempelajari pembentukan feses dan peran bakteri yang terdapat

dalam usus besar.

Sasa dinasehati kakaknya supaya selalu sarapan sebelum berangkat

sekolah, karena kalau tidak, Sasa bisa sakit perut, mual, muntah akibat

peningkatan asam lambung. Bagaimana anda menjelaskan masalah yang

dialami Sasa?

Page 3: Lapotan Tutorial Blok 1 5 Minggu 2

1. TERMINOLOGI

1. Gagal Ginjal Kronik : Gangguan ginjal kronik yang bersifat menahun,

progresif, dan irreversible disebabkan hilangnya beberapa nefron

sehingga terjadi penimbunan metabolik di dalam darah dan

menurunkan GFR.

2. Cuci darah : pembuangan elemen tertentu dari darah dengan

memanfaatkan laju difusi pada membran semipermiabel untuk

menggantikan fungsi ginjal yang rusak.

3. Urin : hasil sekresi daei ginjal yang menghasilkan cairan kuning

jernih.

4. Ngompol : pengeluaran urin yang tidak disadari oleh seseorang.

Page 4: Lapotan Tutorial Blok 1 5 Minggu 2

2. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Mengapa kakak Lisa yang mengalami Gagal Ginjal Kronis

harus cuci darah setiap minggu?

2. Hal-hal apa saja yang menyebabkan terjadinya Gagal Ginjal

Kronis?

3. Bagaimana proses pembentukan urine?

4. Bagaimana proses pengeluaran urine?

5. Bagaimana proses pencucian darah?

6. Mengapa dengan mengkonsumsi Vit.B kompleks dapat

menyebabkan urine menjadi lebih kuning dari yang biasanya?

7. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengeluaran urin?

8. Hal-hal apa saja yang mempengaruhi filtrasi urine?

9. Mengapa anak kecil sering ngompol?

10. Bagaimana peranan ginjal selain dari pembentukan urine ?

11. Apa saja komposisi dari urin yang normal?

12. Apa saja yang dapat mempengaruhi kepekatan urine?

Page 5: Lapotan Tutorial Blok 1 5 Minggu 2

C. ANALISA MASALAH

1. Cuci darah atau dialisis merupakan suatu proses dimana saat seseorang

mengalami kerusakan ginjal harus melakukan proses penyaringan darah

yang dilakukan oleh sebuah mesin untuk menggantikan fungsi ginjal

yang rusak. Lalu saat seseorang mengalami GGK (Gagal Ginjal Kronik)

akan menyebabkan kerja ginjal menurun bahkan tidak bisa bekerja sama

sekali. Dalam tubuh terdapat banyak zat sisa yang harus dikeluarkan

dalam tubuh, untuk mengeluarkan itu kakak Lisa harus melakukan cuci

darah supaya zat sisa yang terdapat dalam tubuh tidak menjadi toksik dan

menetap dalam tubuh. Saat seseorang mengalami GGK otomatis

seseorang akan kehilangan fungsi nefron. Untuk menggantikan fungsi

nefron itu harus dilakukan cuci darah sehingga tidak akan menimbulkan

toksik.

2. Penyebab GGK umumnya adalah karena adanya penyakit sebelumnya

yang memicu terjadinya GGK tersebut.

Tekanan darah tinggi

Saat seseorang mengalami tekanan darah tinggi (Hipertensi)

otomatis kerja ginjal akan meningkat. Karena kerja ginjal yang

tidak semestinya ini bisa memicu terjadinya GGK.

Penyumbatan ureter

Kalau ureter itu telah tersumbat, tentu tidak akan ada jalan lewat

urin untuk menuju kandung kemih. Sehingga urin yang seharusnya

disalurkan akan tertahan atau bahkan kembali ke ginjal.

Radang glomerulus

Radang glomerulus akan menyebabkan kerusakan pada nefron

yang merupakan bagian utama dalam memfiltrasi. Kalau nefron itu

Page 6: Lapotan Tutorial Blok 1 5 Minggu 2

sendiri telah rusak maka nanti akan sangat mempengaruhi kerja

ginjal.

Kelainan ginjal

Misalnya seseorang yang mengalami ginjal polikista, di ginjal itu

nanti akan banyak terdapat kista yang nanti juga bisa menyebabkan

kerusakan pada nefron.

Bisa juga karena DM (Deabetes Melitus), kelainan anatomi

ataupun karena kerusakan pada pembuluh darah.

3. Awalnya nanti cairan yang masuk ke ginjal akan filtrasi di glomerulus

kemudian akan masuk ke tubulus ginjal. Tubulus pertama yang di lewati

adalah tubulus proksimal yang nanti akan terjadi penyerapan air yang

paling banyak. Kemudian urin akan melewati ansa henle baik itu yang

desendens maupun asendens. Dari ansa henle nanti akan di lanjutkan ke

tubulus distal dan kemudian masuk ke dalam duktus koligentes yang

berfungsi sebagai duktus pengumpul.

4. Urin yang sudah terbentuk dalam ginjal nanti akan disalurkan ke kandung

kemih melalui ureter. Semakin lama tentu urin akan semakin banyak

terkumpul di kandung kemih, karena banyaknya urin akan meregang akan

merangsang kontraksi otot detrusor. Kemudian barulah urin akan

dikeluarkan melalui uretra.

5. Dalam proses pencucian darah, akan menggunakan sebuah alat yang

namanya Dializer yang nanti di dalamnya akan terdapat sebuah saringan.

Sebelumnya, sebuah slang kecil akan di masukkan kepembuluh darah di

ginjal sehingga darah masuk ke dalam dializer dan nanti akan terjadi

penyaringan di dalamnya. Hasil akhirnya nanti adalah darah bersih yang

akan dimasukkan lagi ke dalam tubuh. Sedangkan sisa-sisa yang tersaring

akan di buang serta di tambahkan dengan sebuah bahan kimia yang

namanya dialit.

Page 7: Lapotan Tutorial Blok 1 5 Minggu 2

Kemudian ada lagi beberapa cara pembersihan darah, yaitu;

Hemodialisis

Yang nanti akan terjadi difusi zat atau elektrolit.

Dialisis peritoneal

Akan langsung dihubungkan ke peritoneum melalui v. Jugularis

dan v. Sclavia menggunakan alat yang namanya Vistula.

6. Vit. B kompleks sangat mudah larut dalam elektrolit. Terutama vit. B2

yang merupakan urokrom sebagai zat yang berfungsi dalam pewarnaan

urin sehingga nanti akan membuat urin berwarna lebih kuning. Apalagi

mengkonsumsi vit. B yang berlebihan akan menyebabkan urin akan lebih

berwarna kuning.

7. Faktor yang mempengaruhi urin bisa berasal dari luar maupun dalam

tubuh manusia.

Cuaca

Saat cuaca panas nanti akan menyebabkan ADH naik sehingga urin

yang keluar lebih sedikit, dan saat cuaca dingin ADH akan turun

sehingga urin akan lebih banyak keluar.

Stres

Kita misalkan saat kita akan mau tampil dalam sebuah acara yang

dilihat banyak orang, secara otomatis nanti kita akan merasakak

ingin BAK dan BAK lagi. Dari contoh tersebut bisa kita

menyimpulkan bahwa stres sangat mempengaruhi pengeluaran

urin.

Aktivitas

Aktivitas yang banyak akan mnegurangi pengeluaran urin karena

air dalam tubuh banyak dikeluarkan melalui keringat.

8. Banyak hal yang mempengaruhi urin diantaranya adalah kapiler yang

terdapat pada ginjal, GFR, kemudian bisa juga dipengaruhi oleh hormon

epinefrin dan norepinefrin.

Page 8: Lapotan Tutorial Blok 1 5 Minggu 2

9. Enuresis atau ngompol itu bisa dibedakan dalam dua bentuk, yaitu

enuresis primer dan sekunder.

Enuresis primer

Enuresis primer ini tergolong anak-anak yang berumur 6tahun

kebawah.

Enuresis sekunder

Enuresis ini tergolong orang yang di atas umur 6tahun yang masih

mengalami enuresis.

Dari paparan di atas berarti anak kecil yang suka ngompol itu

termasuk dalam enuresis primer. Ini biasanya disebabkan karena

pembentukan SSP yang belum sempurna. Saat anak kecil yang

pembentukan SSP telah sempurna ingin BAK langsung impuls ke

pusat otak untuk membuka celana dan pergi ke kamar mandi. Tapi

pada anak-anak yang sering mengalami enuresis, saat merasa ingin

pipis impuls yang di sampaikan lambat sehingga sang anak BAK

terlanjur BAK. Selain itu bisa juga karena pembentukan otot pada

vesika urinaria yang belum terlalu kuat sehingga tidak bisa

menahan urin.

10. Ginjal kita yang sempurna ini tidak hanya berperan dalam pembentukan

urin, akan tetapi juga memiliki beberapa fungsi lain seperti :

Pengaturan komposisi darah oleh hormon aldosteron.

Pengaturan volume darah oleh angiotensin 2.

Pengaturan keseimbangan asam basa pada tubulus ginjal.

Pembentukan eritroproetin.

Pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit.

11. Komposisi urin yang normal itu adalah :

Sekitar 90% berupa air.

Page 9: Lapotan Tutorial Blok 1 5 Minggu 2

Kemudian ada elektrolit (Na, K, Cl)

Sisa metabolisme (urea, asam urat, benda keton)

Urobilin dan kreatin.

12. Pekat atau tidaknya urin tergantung dari volume cairan yang akan

dikeluarkan dari tubuh itu sendiri.

Page 10: Lapotan Tutorial Blok 1 5 Minggu 2

D. SISTEMATIKA

Ginjal (Nefron)

GFR

Fungsi lain

Faktor mempengaruhi

Kelainan

Filtrasi (Glomerulus)

Faktor mempengaruhi

Mikturisi

Faktor mempengaruhi

Faktor mempengaruhi

Urine keluar

Reabsorpsi dan Sekresi

(tubulus)

Faktor mempengaruhi

Ekskresi

Urine

Darah (a. aferen)

Urin normal

(komposisi, konsentrasi,

volume, dan warna)

Page 11: Lapotan Tutorial Blok 1 5 Minggu 2

E. LEARNING OBJECTIVE

1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang proses pembentukan

urin.

2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi pembentukan urin.

3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang proses pengeluaran

urin.

4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi pengeluaran urin.

5. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang sifat urin yang

normal (komposisi, konsistensi, volume dan warna).

6. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang fungsi lain ginjal.

7. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang korelasi klinis

sistem urinarius.

Page 12: Lapotan Tutorial Blok 1 5 Minggu 2

F. PEMBAHASAN LEARNING OBJECTIVE

1. Proses pembentukan urin.

Filtrasi glomerulus

Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi sejumlah besar cairan dari

kapiler glomerulus ke dalam kapsula Bowman. Seperti kebanyakan

kapiler, kapiler glomerulus juga relative impermeable terhadap

protein, sehingg cairan hasil filtrasi (disebut filtrate glomerulus) pada

dasarnya bersifat bebas protein dan tidak mengandung elemen selular,

termasuk sel darah merah.

Konsentrasi isi filtrat glomerulus lainnya, termasuk sebagian besar

garam dan molekul organik, serupa dengan konsentrasinya dalam

plasma, kecuali beberapa zat dengan berat molekul ringan, seperti

kalsium dan asam lemak. Zat-zat tersebut tidak difiltrasi secara bebas

karena zat tersebut sebagian terikat pada protein plasma.

Proses filtrasi dibantu oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Membran kapiler glomerular lebih permeable dibandingkan

kapiler lain dalam tubuh sehingga filtrasi berjalan dengan sangat

cepat.

2. Tekanan darah dalam kapiler glomerular lebih tinggi

dibandingkan tekanan darah dalam kapiler lain karena diameter

arteriol eferen lebih kecil dibandingkan diameter arteriol aferen.

Berikut adalah mekanisme terjadinya filtrasi glomerular:

1. Tekanan hidrostatik (darah) glomerular mendorong cairan dan

zat terlarut keluar dari darah dan masuk ke ruang kapsul

Bowman.

2. Dua tekanan yang berlawanan dengan tekanan hidrostatik

glomerular:

Page 13: Lapotan Tutorial Blok 1 5 Minggu 2

1. Tekanan hidrostatik dihasilkan oleh cairan dalam kapsul

Bowman. Tekanan ini cenderung untuk menggerakkan

cairan keluar dari kapsul menuju glomerulus.

2. Tekanan osmotic koloid dalam glomerulus yang dihasilkan

oleh protein plasma adalah tekanan yang menarik cairan

dari kapsul Bowman untuk memasuki glomerulus.

3. Tekanan filtrasi efektif (effective filtration presure [EFP])

adalah tekanan dorong netto. Tekanan ini adalah selisih

antara tekanan yang cenderung mendorong cairan keluar

glomerulus menuju kapsul Bowman dan tekanan yang

cenderung menggerakkan cairan ke dalam glomerulus dari

kapsul Bowman.

EFP = (tekanan hidrostatik glomerular) – (tekanan kapsular) +

(tekanan somotik koloid glomerular)

Reabsorpsi Tubulus

Ketika cairan yang telah difiltrasi ini meninggalkan kapsula Bowman

dan mengalir melewati tubulus, cairan ini mengalami perubahan

akibat adanya reabsorpsi air dan zat terlarut spesifik kembali ke darah.

Sebagian besar filtrat (99%) secara selektif direabsorpsi dalam

tubulus ginjal melalui difusi pasif gradient kimia atau listrik, transport

aktif terhadap gradient tersebut, atau difusi terfasilitasi. Sekitar 85%

natrium klorida dan air serta semua glukosa dan asam amino pada

filtrate glomerulus diabsorpsi dalam tubulus kontortus proximal (TC

I), walaupun reabsorpsi berlangsung pada semua bagian mefron.

(i) Reabsorpsi ion natrium

1. Ion-ion natrium ditransport secara pasif melalui difusi

terfasilitasi (dengan arrier) dari lumen tubulus konkortus

proximal ke dalam sel-sel epitel tubulus yang konsentrasi ion

natriumnya lebih rendah.

2. Ion-ion natrium yang ditransport secara aktif dengan pompa

natrium-kalium, akan keluar dari sel-sel epitel untuk masuk ke

cairan interstitial di dekat kapiler peritubular.

(ii) Reabsorpsi ion klor dan ion negatif lain

Page 14: Lapotan Tutorial Blok 1 5 Minggu 2

1. Karena ion natrium positif bergerak secara pasif dari cairan

tubulus ke sel dan secara aktif dari sel ke cairan interstitial

peritubuluar, akan terbentuk ketidakseimbangan listrik yang

justru membantu pergerakan pasif ion-ion negatif.

2. Dengan demikian, ion klor, dan bikarbonat negatif secara pasif

berdifusi ke dalam sel-sel epitel dari lumen dan mengikuti

pergerakan natrium yang keluar menuju cairan peritubular dan

kapiler tubular.

(iii) Reabsorpsi glukosa, fruktosa, dan asam amino

1. Carrier glukosa dan asam amino sama dengan carrier ion

natrium dan digerakkan melalui cotransport.

2. Carrier pada membrane sel tubulus memiliki kapasitas

reabsorpsi maksimum untuk glukosa, berbagai jenis asam

amino, dan beberapa zat terabsorpsi lainnya. Jumlah ini

dinyatakan dalam maksimum transport (transport maximum

[Tm]).

3. Tm untuk glukosa adalah julah maksimum yang dapat

ditranspor (reabsopsi) per menit, yaitu sekitar 200 mg

glukos/100 ml plasma. Jika kadar glukosa darah melebihi nilai

Tm-nya, berarti melewati ambang plasma ginjal sehingga

glukosa muncul di urin (gulosuria).

(iv) Reabsorpsi air

Air bergerak bersama ion natrium melalui osmosis. Ion natrium

berpindah dari area berkonsentrasi tinggi dalam lumen tubule

konkortus proximal ke area berkonsentrasi air rendah dalam cairan

interstitial dan kapiler peritubular.

(v) Reabsorpsi urea

Seluruh urea yang terbentuk setiap hari difiltrasi oleh glomerulus.

Sekitar 50% urea secara pasif direabsorpsi akibat gradien difusi yang

terbetuk saat air direabsorpsi. Dengan demikian, 50% urea yang

difiltrasi akan diekskresikan dalam urin.

Page 15: Lapotan Tutorial Blok 1 5 Minggu 2

(vi) Reabsorpsi ion anorganik lain, seperti kalium, kalsium, fosfat,

dan sulfat, serta sejumlah ion organik adaalah melalui transport aktif.

Sekresi Tubulus

Mekanisme sekresi tubular adalah proses aktif yang memindahkan zat

keluar dari darah dalam kapilar peritubular yang melewati sel-sel

tubular menuju cairan tubular untuk dikeluarkan dalam urin.

1. Zat-zat seperti hidrogen, kalium, dan amonium, produk akhir

metabolik kreatinin dan asam hipurat serta obat-obatan tertentu

(penisilin) ecara aktif disekresikan ke dalam tubulus.

2. Ion hidrogen dan amonium diganti dengan ion natrium dlam

tubulus kontortus distal dan tubulus pengumpul. Sekresi tubular

yang selektif terhadap ion hidrogen dan amonium membantu

dalam pengaturan pH plasma dan keseimbangan asam basa

cairan tubuh.ss

3. Sekresi tubular merupakan suatu mekanisme yang penting untuk

mengeluarkan zat-zat kimia asing atau tidak diinginkan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan urin

adalah :

Gramerular Filtrat Rate (GFR)

GFR adalah jumlah filtrat yang terbentuk per menit pada

semua nefron dari kedua ginjal. Pada laki-laki, laju

filtrasi ini sekitar 125 ml/menit atau 180 L dalam 24

jam. Pada perempuan, sekitar 110 ml/menit.

Faktor-faktor yang memengaruhi GFR, antara lain:

1. Tekanan Filtrasi Efektif

GFR berbanding lurus dengan EFP dan perubahan

tekanan yang terjadi akan memengaruhi GFR. Derajat

konstriksi arteriol aferen dan eferen menentukan aliran

darah ginjal dan juga tekanan hidrostatik glomerular.

a. Konstriksi arteriol aferen menurunkan aliran darah

dan mengurangi laju filtrasi glomerular.

Page 16: Lapotan Tutorial Blok 1 5 Minggu 2

b. Konstriksi arteriol eferen menyebabkan terjadinya

tekanan darah tambahan dalam glomerulus dan

meningktakan GFR.

2. Autoregulasi Ginjal

Mekanisme autoregulasiintrinsik ginjal mencegah

perubahan aliran darah ginjal dan GFR akibat variasi

fisiologis rerata tekanan darah arteri. Autoregulasi

seperti ini berlangsung pada rentang tekanan darah yang

lebar (antara 80 mmHg dan 180 mmHg).

a. Jika rerata tekanan daraj arteri (normalnya 100

mmHg) meningkat, arteriol aferen berkontriksi untuk

menurunkan aliran darah ginjal dan mengurangi GFR.

Jika rerata tekanan darah arteri menurun, terjadi

vasodilatasi arteriol aferen untuk meningkatkan GFR.

Dengan demikian, perubahan-perubahan mayor pada

GFR dapat dicegah.

b. Autoregulasi melibatkan mekanisme umpan balik

dari reseptor-reseptor peregang dalam dinding arteriol

dan dari aparatus jukstaglomerular.

Di samping mekanisme autoregulasi ini, peningkatan

tekanan arteri dapat sedikit meningkatkan GFR. Karena

begitu banyak filtart glomerular yang dihasilkan sehari,

perubahan yang terkecil pun dapat meningkatkan

haluaran urin.

3. Stimulasi Simpatis

Suatu peningkatan impuls simpatis, seperti saat stres,

akan menyebabkan konstriksi arteriol aferen,

menurunkan aliran darah ke dalam glomerulus, dan

mnyebabkan penurunan GFR.

Page 17: Lapotan Tutorial Blok 1 5 Minggu 2

4. Obstruksi Aliran Urinaria

Obstruksi aliran urinaria oleh batu ginjal atau batu

dalam ureter akan meningkatkan tekanan hidrostatik

dalam kapsl Bowman dan menurunkan GFR.

5. Kelaparan, Diet Sangat Rendah Protein, atau Penyakit

Hati akan menurunkan tekanan osmotik koloid darah

sehingga meningkatkan GFR.

6. Berbagai Penyakit Ginjal dapat meningkatkan

permeabilitas kapiler gomerular dan meningkatkan

GFR.

Aliran Darah Ginjal

Pada laki-laki dengan berat adan 70 kg, gabungan

aliran darah yang melalui kedua ginjal kira-kira 1100

ml/menit, atau kira-kira 22 persen dari curah jantung.

Dengan memperhitungkan fakta bahwa kedua ginjal

hanya mencakup 0,4% dari total berat badan, kita dapat

segera melihat bahwa ginjal menerima aliran darah yang

sangat tinggi dibandingkan dengan organ lain.

Seperti pada jaringan lainnya, aliran darah menyplai

ginjal dengan nutrisi dan mengeluarkan produk sisa.

Namun, aliran tinggi yang menuju ginjal tersebut sangat

melebihi kebutuhan ini. Tujuan penambahan aliran ini

adalah untuk menyuplai cukup plasma untuk GFR yang

tinggi yang penting untuk pengaturan volume cairan

tubuh dan konsentrasi zat terlarut secara tepat.

Berikut adalah pembuluh-pembuluh darah menyuplai darah ke ginjal:

1. Arteri renalis. Arteri ini merupakan percabangan aorta abdomen

yang menyuplai masing-masing ginjal dan masuk ke hillus

melalui cabang anterior dan posterior.

Page 18: Lapotan Tutorial Blok 1 5 Minggu 2

2. Cabang anterior dan posterior arteri renalis membentuk arteri-

arteri interlobaris yang mengalir di antara piramida-piramida

ginjal.

3. Arteri arkuata berasal dari arteri interobaris pada area pertemuan

antara korteks dan medula.

4. Arteri interlobularis merupakan percabangan arteri arkuata di

sudut kanan dan melewati korteks.

5. Arteriol aferen berasal dari arteri interlobularis. Satu arteriol

aferen membentuk sekitar 50 kapilar yang membentuk

glomerulus.

6. Arteriol eferen meniggalkan setiap glomerulus dan membentuk

jaring-jaring kapiler lain, kapilar peritubular yang mengelilingi

tubulus proksimal dan distal untuk meberi nutrien pada tubulus

tersebut dan mengeluarkan zat-zat yang direabsorpsi.

1. Arteriol eferen dari glomerulus nefron korteks memasuki

karing-jaring kapiler peritubular yang mengelilingi TC I

dan II pada nefron tersebut.

2. Arteriol eferen dari glomerulus pada nefron

jukstaglomerular memiliki perpanjangan pembuluh kapiler

panjang yang lurus disebut vasa recta yang berdesenden ke

dalam piramida medula. Lekukan vasa recta membentuk

lengkungan jepit yang melewati ansa Henle. Lengkungan

ini meungkinkan terjadinya pertukaran zat antara ansa

Henle dan kapiler serta memegang peranan dalam

kosentrasi urin.

3. Kapiler peritubular mengalir ke dalam vena korteks yang

kemudian menyatu dan membentuk vena interlobularis.

4. Vena arkuata menerima darah dari vena interlobularis.

Vena arkuata bermuara ke dalam vena interlobaris yang

bergabung untuk bermuara ke dalam vena renalis. Vena ini

meninggalkan ginjal untuk bersatu dengan vena kava

inferior.

Page 19: Lapotan Tutorial Blok 1 5 Minggu 2

3. Proses pengeluaran urin atau yang kita kenal dengan mikturisi

merupakan proses pengosongan kandung kemih setelah terisi

dengan urin. Mikturisi melibatkan dua tahap utama, yaitu:

(i) Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan

pada dindingnya meningkat melampaui nilai ambang batas.

Keadaan ini akan mencetuskan tahap kedua.

(ii) Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan

mengosongkan kandung kemih atau, jika gagal, setidaknya akan

menyebabkan keinginan berkemih yang disadari. Meskipun

refleks mikturisi adalah refleks medula spinalis yang bersifat

autonom, refleks ini dapat dihambat atau difasilitasi oleh pusat-

pusat di korteks serebri atau batang otak.

Transpor Urin dari Ginjal Melalui Ureter Menuju Kandung

Kemih

Urin mengalir dari duktus koligentes menuju kalises

ginjal. Urin meregangkan kalises dan meningkatkan aktivitas

pecemaker, yang kemudian akan memicu kontraksi peristaltik

yang menyebar ke pelvis ginjal dan ke arah bawah di sepanjang

ureter. Dengan demikian, hal ini akan memaksa urin mengalir

dari pelvis ginjal ke arah kandung kemih.

Ureter memasuki kandung kemih melalui otot detrusor di

dalam area trigonum kandung kemih. Biasanya, ureter berjalan

miring sepanjang beberapa sentimeter ketika melewati dinding

kandung kemih. Tonus normal otot dtrusor di dalam kandung

kemih cenderung akan menekan ureter, sehingga mencegah

aliran balik urin dari kandung kemih ketika terbentuk tekanan di

dalam kandung kemih selama mikturisi atau selama kompresi

kandung kemih. Setiap gelombang peristaltik di sepanjang

ureter meningkatkan tekanan di dalam ureter sehingga daerah

yang menuju kandung kemih membuka dan memungkinkan

aliran urin ke dalam kandung kemih.

Page 20: Lapotan Tutorial Blok 1 5 Minggu 2

Pengisian Kandung Kemih dan Tous Dinding Kandung Kemih

Pada saat tidak ada urin di dalam kandung kemih, tekanan

intravesikularnya sekitar 0, tetapi setelah terisi urin sebanyak

30-50 ml, tekanan meningkat menjadi 5-10 cm air. Tambahan

urin sebanyak 200-300 ml hanya sedikit menambah peningkatan

tekanan. Nilai tekanan yang konstan ini disebabkan oleh tonus

intrinsik pada dinding kandung kemih sendiri. Bila urin yang

terkumpul di dalam kandung kemih lebih banyak dari 300-400

ml, akan menyebabkan peningkatan tekanan secara cepat.

Bertambahnya perubahan tekanan tonus selama pengisian

kandung kemih merupakan peningkatan tekanan akut periodik

yang terjadi selama beberapa detik hingga lebih dari semenit.

Puncak tekanan dapat meningkat hanya beberapa sentimeter air,

atau mungkin meningkat hingga lebih dari 100 sentimeter air.

Puncak tekanan ini disebut gelombang mikturisi pada

sistometrogram dan disebabkan oleh refleks mikturisi.

Refleks Mikturisi

Seiring dengan pengisian kandung kemih, mulai tampak

peningkatan kontraksi mikturisi. Kontraksi ini dihasilkan dari

refleks regang yang dipicu oleh reseptor regang sensorik di

dalam dinding kandung kemih, terutama oleh reseptor di uretra

posterior ketika area ini mulai terisi dengan urin pada tekanan

kandung kemih yang lebih tinggi. Sinyal sensorik dari reseptor

regang kandung kemih dikirimkan ke segmen sakralis dari

medula spinalis melalui saraf pelvis dan kemudian dikembalikan

secara refleks ke kandung kemih melalui serabut saraf

parasimpatis dengan menggunakan persarafan yang sama.

Bila kandung kemih hanya terisi sebagian, kontraksi

mikturisi ini biasanya akan berelaksasi secara spontan. Dalam

waktu kurang dari semenit, otot detrusor berhenti berkontraksi,

Page 21: Lapotan Tutorial Blok 1 5 Minggu 2

dan tekanan turun kembali ke nilai dasar. Ketika kandung kemih

terus terisi, refleks mikturisi menjadi semakin sering dan

menyebabkan kontraksi oto detrusor yang lebih kuat.

Sekali refleks mikturisi dimulai,, refleks ini bersifat

“regenerasi sendiri”. Yang artinya, kontraksi awal kandung

kemih akan mengaktifkan reeptor regang yang menyebabkan

peningkatan impuls sensorik yang lebih banyak ke kandung

kemih dan uretra posterior, sehingga menyebabkan peningkatan

refleks kontraksi kandung kemih selanjutnya. Jadi, siklus ini

berulang terus menerus sampai kandung kemih mencapai derajat

kontraksi yang cukup kuat. Kemudian, setelah beberapa detik

sampai lebih dari semenit, refleks yang beregenerasi sendiri ini

mulai kelelahan dan siklus regeneratif pada refleks mikturisi

menjadi terhenti, sehingga memungkinkan kandung kemih

berelaksasi.

Jadi, refleks mikturisi merupakan sebuah siklus yang

lengkap yang terdiri dari (1) kenaikan tekanan secara cepat dan

progresif, (2) periode tekanan menetap, dan (3) kembalinya

tekanan kandung kemih ke nilai tonus basal. Bila refleks

mikturisi yang telah terjadi tidak mampu mengosongkan

kandung kemih, elemen persarafan pada refleks ini biasanya

akan tetap dalam keadaan terinhibisi selama beberapa menit

hingga 1 jam atau lebih, sebelum terjadi refleks mikturisi

berikutnya. Bila kandung kemih terus-menerus diisi, akan

terjadi refleks mikturisi yang semakin sering dan semakin kuat.

Bila refleks mikturisi sudah cukup kuat, akan memicu

refleks lain yang berjalan melalui saraf pudendus ke sfingter

eksterna untuk menghambatnya. Jika inhibisi ini lebih kuat di

dalam otak daripada sinyal konstriktor volunter ke sfingter

eksterna, maka akan terjadi pengeluaran urin. Jika tidak,

pengeluaran urin tidak akan tejadi hingga kandung kemih terus

terisi dan refleks mikturisi menjadi lebih kuat lagi.

Page 22: Lapotan Tutorial Blok 1 5 Minggu 2

4. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengeluaran urin,

diantaranya adalah:

Jumlah air yang diminum

Makin banyak air yang diminum otomatis akan

mempengaruhi pengeluaran urin, apabila air yang di

minum banyak maka akan memperbanyak jumlah urin

yang keluar.

ADH

Apabila cairan dalam tubuh banyak maka ADH akan

melakukan banyak penyerapan sehingga aur yang keluar

akan banyak dan begitu pula sebaliknya.

Saraf

rangsang saraf renalis akan menyempitkan arteriole

aferent,aliran darah berkurang,filtrasi kurang

afektif,urine sedikit

Zat-zat antidiuretika

ex: kopi the,alkohol menghambat reabsorpsi Na

akibatnya ADH berkurang sehingga urin meningkat.

Pada penderita diabetes mellitus,pengeluaran glukosa

juga diikuti kenaikan volume urine

Emosi

Ketika kita dalam keadaa emosi, sistem saraf yang

paling dominan bekerja adalah sistem saraf simpatis.

Sistem saraf ini akan menghambat kontraksi kandung

kemih sehingga otot – otot kandung kemih menjadi

relaksasi (mengembang) dan urine yang ada di

dalamnya menjadi tidak dapat keluar. Dengan begitu

pengeluaran urine menjadi lebih sedikit. Sistem saraf

simpatis akan mengaktifkan berbagai hormone dan

Page 23: Lapotan Tutorial Blok 1 5 Minggu 2

neurotransmitter yang akan mempengaruhi berbagai

kerja orngan tubuh, termasuk kandung kemih. Sistem

saraf simpatis akan merangsang pengeluaran

adrenalin/epinefrin dan noradrenalin/norepinefrin yang

mana kerja hormone ini pada ginjal adalah

meningkatkan retensi/penyerapan air kembali ke dalam

tubuh pada ginjal sehingga volume urine yang

dikeluarkan juga akan berkurang.

5. Komposisi urin

Urin terdiri dari 95% air dan mengandung zat terlarut berikut:

1. Zat buangan nitrogen

Zat ini meliputi urea dari deaminasi protein, asan urat dari

katabolisme asam nukleat, dan kreatinin dari proses penguraian

kreatin fosfat dalam jaringan otot.

2. Asam hipurat

Asam hipurat adalah produk sampingan pencernaan sayuran dan

buah.

3. Badan keton

Badan keton yang dihasilkan dalam metabolisme lemak adalah

konstituen normal dalam jumlah kecil.

4. Elektrolit

Meliputi ion natrium, klor, kalium, amonium, sulfat, fosfat,

kalsium, dan magnesium

5. Hormon atau katabolit hormon

6. Toksin, Pigmen, Vitamin, atau Enzim

7. Konstituen Abnormal

Page 24: Lapotan Tutorial Blok 1 5 Minggu 2

Meliputi albumin, glukosa, sel darah merah, sejumlah besar

badan keton, zat kapur, dan batu ginjal atau kalkuli.

Bila terdapat kelebihan air dalam tubuh, ginjal dapat

mengeluarkan urin encer sebanyak 20 L/hari, dengan konsentrasi

sebesar 50 mOsm/L. Ginjal melakukan tuas yang hebat ini dengan

mereabsorpsi zat terlarut terus menerus dan pada saat yang sama,

tidak mereabsorpsi sejumlah besar air di nefron bagian distal, yang

meliputi tubulus distal akhir dan duktus koligentes.

Bila terdapat kekurangan air dalam tubuh, ginjal membntuk urin

pekat dan pada saat yang bersamaan juga meningkatkan reabsorpsi air

dan menurunkan volume urin yang terbentuk. Ginjal manusia dapat

memroduksi urin pekat dengan konsentrasi maksimal sebesar 1200-

1400 mOsm/L, yaitu 4-5 kali osmolaritas plasma.

6. Jhgffkufd

7. Korelasi klinis yang dapat terjadi pada sistem urinarius

diantaranya adalah,

Inkontinensia Urin

Merupakan ketidakmampuan mencegah pengeluaran urin yang

disebabkan oleh gangguan jalur desenden di korda spinalis.

Pada sebagian orang, gangguan ini juga dapat dirangsang oleh

batuk atau bersin, karena kedua aktivitas tersebut dapat

meningkatkan tekanan kandung kemih secara mendadak.

Diabetes Insipidus

Merupakan gangguan yang disebabkan oleh kegagalan hipofisis

posterior untuk menghasilkan ADH sehingga banyak air yang

tidak direabsorpsi di tubulus distal dan duktus koligentes. Hal

Page 25: Lapotan Tutorial Blok 1 5 Minggu 2

ini mengakibatkan volume urin yang dikeluarkan menjadi

sangat banyak dan encer.

Proteinuria (Albuminuria)

Adanya protein pada urin yang disebabkan oleh kerusakan

glomerulus.

Glukosuria

Adanya glukosa dalam urin karena konsentrasi glukos melebihi

Tm (ambang batas ginjal), yaitu 200 mg glukos/100 mL plasma.