56
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TERMODINAMIKA PROSES TERMAL PADA SISTEM PENGKONDISIAN UDARA Kelompok 15 Evita Wahyundari NRP. 2411100031 Muhammad Iqbal Baikhaqi NRP. 2411100044 Reza Arrafi NRP. 2411100063 Ramadhan Agung Saputro NRP. 2411100106 Albertus Randy NRP. 2411100122 Asisten : Naili Dahliyah NRP. 2410100046 PROGRAM STUDI S1 TEKNIK FISIKA JURUSAN TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOVEMBER SURABAYA 2012

lapresp2fixseru p2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: lapresp2fixseru p2

1

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TERMODINAMIKA

PROSES TERMAL PADA SISTEM PENGKONDISIAN

UDARA

Kelompok 15

Evita Wahyundari NRP. 2411100031

Muhammad Iqbal Baikhaqi NRP. 2411100044

Reza Arrafi NRP. 2411100063

Ramadhan Agung Saputro NRP. 2411100106

Albertus Randy NRP. 2411100122

Asisten :

Naili Dahliyah NRP. 2410100046

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK FISIKA

JURUSAN TEKNIK FISIKA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOVEMBER

SURABAYA

2012

Page 2: lapresp2fixseru p2
Page 3: lapresp2fixseru p2
Page 4: lapresp2fixseru p2
Page 5: lapresp2fixseru p2

i

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TERMODINAMIKA

SIKLUS REFRIGERASI

Kelompok 15

Evita Wahyundari NRP. 2411100031

Muhammad Iqbal Baikhaqi NRP. 2411100044

Reza Arrafi NRP. 2411100063

Ramadhan Agung Saputro NRP. 2411100106

Albertus Randy NRP. 2411100122

Asisten :

Nailil Dahliyah NRP. 2410100046

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK FISIKA

JURUSAN TEKNIK FISIKA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOVEMBER

SURABAYA

2012

Page 6: lapresp2fixseru p2
Page 7: lapresp2fixseru p2

iii

ABSTRAK

Pada praktikum Proses Termal dan Pengkondisian

Termal membahas tentang analisa proses termal dan

pengkondisian udara dalam suatu ruangan dengan

menggunakan AC. Pengkondisian udara merupakan proses

untuk mengatur udara hingga mencapai keadaan nyaman

atau ideal. Prosedur yang digunakan dalam praktikum ini

antara lain pengujian suhu ruangan dengan menggunakan

thermometer bola basah dan thermometer bola kering serta

penunjukan plot suhu dari masing-masing termometer pada

Psychometric Chart . Pada percobaan kali ini didapatkan

data yang akan membantu untuk penunjukan panas yang

dibuang dalam proses termal. Pada pengukuran diperoleh

penunjukkan suhu yang berbeda antara termometer basah

dan termometer kering. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

ruangan yang dipakai pada praktikum kali ini masih ideal

atau tidak untuk digunakan.

Dari hasil praktikum tersebut kami mendapatkan

bawah thermometer kering steady pada suhu 25C sehingga

entalphinya 0, nilai H dan Q nya semakin kecil .Selain itu

penurunan suhu pada thermometer kering lebih terlihat

dibandingkan dengan thermometer basah.Kami juga

menggunakan persamaan hmQ . , m menggunakan laju

aliran R134a yaitu 0.014 dan nilai entalpi diperoleh dari

Psychometric Chart.

Kata kunci : Pengkodisian udara, suhu ruangan, temperatur

Page 8: lapresp2fixseru p2
Page 9: lapresp2fixseru p2

v

ABSTRACT

In practicum, the conditioning Thermal Thermal

Processes discusses the analysis of thermal processes and

air conditioning in a room by using AC. Air conditioning is

a process to adjust the air until it reaches a state of

discomfort or ideal. The procedure used in this lab include

testing at room temperature using a wet bulb thermometer

and a dry bulb thermometer and the temperature plot

designation of each thermometer on the Psychometric

Chart. At this time the experiment obtained data that will

help to appointment of heat removed in the thermal process.

Measurements are obtained at different temperatures

appointment between thermometer wet and dry

thermometer. It can be concluded that the rooms were used

in practice this time is ideal or not to use.

From the results of the lab work we get the dry

thermometer temperature steady at 25C and entalphi that

we get is 0, H and Q values its getting smaller.Beside that,

decrease in temperature on the thermometer dry more

visible than the thermometer basah.We also use equations,

using R134a flow rate is 0014 and enthalpy values obtained

from Psychametric Chart.

Keywords: Conditioning of water, at room temperature, the

temperature

Page 10: lapresp2fixseru p2
Page 11: lapresp2fixseru p2

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

limpahan rahmat serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan

laporan resmi Praktikum Termodinamika dengan judul Proses

Termal Pada Sistem Pengkondisian Udara.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang

telah membantu dalam pembuatan laporan ini, sehingga laporan

ini bisa terselesaikan.

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas pasca

Praktikum Termodinamika. Laporan ini berisi tentang siklus

refrigerasi. Kami berharap agar laporan resmi ini dapat

memberikan manfaat bagi pembaca dan dapat diimplementasikan

dalam kehidupan sehari-hari.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan

ini, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami

harapkan dari para pembaca, sehingga kami dapat melakukan

perbaikan di waktu yang akan datang.

Surabaya, 7 Desember 2012

Penyusun

Page 12: lapresp2fixseru p2
Page 13: lapresp2fixseru p2

ix

DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................... i

Abstrak .......................................................................... iii

Abstract ............................................................................ v

Kata Pengantar .............................................................vii

Daftar Isi ........................................................................ ix

Daftar Gambar .............................................................. xi

Daftar Tabel ................................................................ xiii

Bab I Pendahuluan ......................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................... 1

1.2 Permasalahan ....................................................... 1

1.3 Tujuan ................................................................. 2

1.4 Sistematika Laporan ............................................ 2

Bab II Dasar Teori ......................................................... 3

2.1 Sistem Pengondisian Udara ................................. 3

2.2 Komponen-komponen Siklus Refrigerasi ........... 4

2.3 Proses pada Siklus Refrigerasi ............................ 6

Bab III Metodologi Percobaan ...................................... 9

3.1 Alat dan Bahan .................................................... 9

3.2 Prosedur Percobaan ............................................. 9

Bab IV Analisa Data dan Pembahasan ...................... 11

4.1 Analisa Data ...................................................... 11

4.2 Pembahasan ....................................................... 14

Bab V Penutup .............................................................. 19

5.1 Kesimpulan ....................................................... 19

5.2 Saran .................................................................. 19

Daftar Pustaka .............................................................. 21

Lampiran

Page 14: lapresp2fixseru p2
Page 15: lapresp2fixseru p2

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Skema sistem tata udara ......................................... 11

Tabel 4.2 Psycometric chart ................................................... 11

Page 16: lapresp2fixseru p2
Page 17: lapresp2fixseru p2

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Praktikum .............................................. 11

Tabel 4.2 Hasil perhitungan Entalpi dan Kalor .............. 11

Page 18: lapresp2fixseru p2
Page 19: lapresp2fixseru p2

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terkait dengan hukum termodinamika dua muncul

istilah refrigerasi dan pengkondisian udara. Bidang

refrigerasi dan pengkondisian udara adalah saling berkaitan,

tetapi masing-masing mempunyai ruang lingkup yang

berbeda. Pengkondisian udara berupa pengaturan suhu,

pengaturan kelembaban dan kualitas udara. Pengkondisian

udara dan refrigerasi juga mempunyai ruang lingkup yang

sama yakni dalam hal pendinginan dan pengurangan

kelembaban.[1]

Tujuan penggunaan AC bagi tempat tinggal adalah

untuk kenyamanan sehingga dapat mencapai temperatur

dan kelembaban yang sesuai dengan yang dipersyaratkan,

sehingga orang yang berada dalam ruangan merasa nyaman.

Guna mengetahui karakteristik psychometric udara serta

COP (Coefficient Of Performance) dari AC tersebut, dapat

dilakukan dengan memodifikasi atau mendesain AC (air

conditioning test-bed). Modifikasi/desain air conditioning

testbed ini merupakan alat yang dirancang sedemikian rupa,

dengan pemisah/sekat yang diletakkan diantara saluran

masuk (inlet) dan keluar (outlet) sehingga tidak terjadi

percampuran udara, yaitu antara udara masuk dan keluar

(cooling coil).

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari praktikum proses termal pada

pengkondisian udara adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana analisa pada sebuah proses termal pada

pengkondisian udara di suatu ruangan?

Page 20: lapresp2fixseru p2

2

2.Bagaiamana cara membaca diagram psychometric

chart?

1.3 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah :

1. Praktikan memahami cara membaca psychometric

chart

2. Praktikan mampu menganalisa proses termal pada

pengkondisian udara di suatu ruangan.

1.4 Sistematika laporan

Sistematika laporan pada praktikum kali ini yaitu terdiri

dari beberapa bab. Bab I berisi pendahuluan yang

didalamnya terdapat latar belakang, rumusan masalah,

tujuan praktikum, dan sistematika laporan. Bab II berisikan

dasar teori yang menujang kegiatan praktikum. Untuk bab

III berisi metodologi praktikum, seperti alat dan langkah

kerjanya. Bab IV menjelaskan analisa data yang diperoleh

sewaktu praktikum, selain itu pada bab ini juga terdapat

pembahasan yang dari hasil praktikum. Bab V berisi

penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran selama

melaksanakan praktikum

Page 21: lapresp2fixseru p2

3

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Sistem Pengkondisian Udara Sistem pengkondisian udara adalah usaha untuk

mengatur temperatur dan kelembabanudara agar

menghasilkan kenyamanan termal (thermal comfort ) bagi

manusia. Kenyamanan termal menurut standar ISO, adalah

hubungan yang kompleks antara temperatur,kelembaban,

dan kecepatan udara, ditambah dengan jenis pakaian dan

aktivitas serta tingkatmetabolisme manusia.

Sistem tata udara pada umumnya dibagi menjadi

tiga, diantaranya,

1. Sistem tata udara untuk kenyamananMengkondisikan

udara dari ruangan untuk memberikan kenyamanan bagi

orang yangmelakukan kegiatan.

2. Sistem tata udara untuk industriMengkondisikan udara

dari ruangan karena diperlukan oleh proses bahan,

peralatan dan barang yang ada di dalamnya.

3. Sistem tata udara untuk penggunaan khususMengkondisikan

udara dari ruangan karena diperlukan untuk kondisi

khusus, seperti ruang bedah, ruang optik, ruang

perawatan, dan lain - lain.

Sasaran dari pengkondisian udaraadalah agar temperatur,

kelembaban, kebersihan dan distribusi udara dalam ruangan

dapatdipertahankan pada tingkat keadaan yang

diinginkan.Untuk mencapai hal tersebut, dapat dirancang

dan digunakan beberapa macam sistem pendinginan,

pemanasan, dan ventilasi yang sesuai.

Beberapa faktor pertimbangan pemilihansistem pengkondisian

udara meliputi ,

1. Faktor Kenyamanan

Page 22: lapresp2fixseru p2

4

Kenyamanan dalam ruangan pada umumnya ditentukan

oleh beberapa parameter sebagai berikut,

a. Temperatur dan kelembaban relatif. Secara umum

manusia akan merasa nyaman padalingkungan dengan

temperatur 250C dan kelembaban relatif 50% ± 60%

b. Kebersihan dan laju aliran udara. Manusia umumnya akan

merasa nyaman jikakecepatan udara kurang dari 50 fpm.

c. Distribusi udara.

d. Tingkat kebisingan

2. Faktor Ekonomi

Dalam proses pemilihan sistem pengkondisian udara

yang akan dipergunakan, haruslah diperhitungkan segi-

segi ekonominya.

2.2 Fungsi Sistem Pengkondisian Udara

Untuk memberikan kenyamanan bagi orang yang

berada dalam suatu ruangan dengan cara menyerap kalor

yang dikeluarkan oleh manusia, lampu penerangan,

peralatan listrik dan matahari. Selain itu juga berguna untuk

menjaga peralatan atau barang yang kondisi oprasionalnya

meembutuhkan persyaratan temperatur dan kelembapan

tertentu. [2]

Pada gambar di bawah ini merupakan komponen dalam

sistem tata udara sentral, sebagai dasar seperti yang

ditunjukkan gambar.

Page 23: lapresp2fixseru p2

5

Gambar 2.1 skema sistem tata udara

Komponen-komponen tersebut adalah,

a. Sistem refrigerasi

b. Sistem pemipaan : pipa air, pipa refrigerasi dan

pompa

c. Penyegar udara, saringan udara, pendingin udara,

pemanas udara dan pelembab udara

d. Sistem saluran udara : kipas udara, saluran udara,

difuser, dan register. [1]

Beberapa komponen pendukung sistem pengolah udara:

a. Ducting: saluran udara yang terbuat dari bahan seng.

Ducting dibutuhkan jika terdapat jarak yang cukup

jauh antara tempat sistem pengolah udara dengan

ruangan yang hendak dikondisikan.

b. Preheater

alat pemanas

c. Humidifier/dehumidifier

alat pelembab/pengering

d. Filter: alat penyaring yang digunakan untuk menjaga

kebersihan udara.

Page 24: lapresp2fixseru p2

6

2.3 Psychometric chart

Psychometric chart adalah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan bidang teknik yang berkaitan dengan

penentuan dan sifat termodinamika dari campuran uap air

dan gas. Prinsip-prinsip psikrometri berlaku untuk setiap

sistem fisik yang terdiri dari campuran uap air dan gas,

psikrometri pada umumnya diterapkan dalam pemanasan,

pendinginan, dan penambahan kelembaban.

Gambar 2.2 Psycometric chart

Beberapa parameter dalam psychometric chart antara lain :

1. Dry bulb Temperature

Menyatakan derajat kandungan panas sensible dari suatu

substansi

2. Wet bulb temperature

Temperature udara yang didapatkan dengan membaca

temperature yang bulb-nya dibungkus dengan kain basah

untuk menghilangkan radiasi panas.

3. Dew point temperature

Page 25: lapresp2fixseru p2

7

Temperature dimana uap air mulai mengembun ketika

campuran udara dan uap didinginkan.

4. Relative Humidity

Perbandingan antara tekanan actual uap air dalam udara

terhadap tekanan uap jenuh pada dry bulb temperature yang

sama.

5. Humidity Ratio

Menyatakan massa air yang terkandung dalam setiap

kilogram udara kering.

6. Enthalpy Menyatakan jumlah energi internal dari suatu sistem

termodinamika ditambah energi yang digunakan untuk

melakukan kerja.

Page 26: lapresp2fixseru p2
Page 27: lapresp2fixseru p2

11

Halaman Ini sengaja dikosongkan

Page 28: lapresp2fixseru p2
Page 29: lapresp2fixseru p2

9

9

BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan bahan Peralatan dan bahan yang digunakan pada praktikum

kali ini antara lain :

a. Dry bulb thermometer dan wet bulb thermometer

b. Stopwatch

c. Psychometric chart untuk sea level

3.2 Petunjuk Teknis Praktikum

Petunjuk Teknis pada praktikum kali ini adalah

sebagai berikut :

a. Posisi dry bulb thermometer dan wet bulb thermometer

diletakkan pada tempat pengamatan yang sudah

ditentukan.

b. Nilai yang ditunjukkan temperatur bola kering dan

temperatur bola basah selang waktu 10 menit dicatat

pada tabel.

c. AC (Air Conditioning) dinayalakan

Percobaan diulang sampai menit ke – 28 dengan interval 2

menit

Page 30: lapresp2fixseru p2

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 31: lapresp2fixseru p2

11

11

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Data

Tabel 4.1 HasilPraktikum

Menit

(s)

Termometer

basah(oC)

Termometer

Kering(oC)

Entalphy

(

5 27.1 29.2 87.25

7 27 28.8 86,825

9 27 28.2 86,825

11 27 27.6 86,825

13 26.9 27 86,4

15 26.2 26.7 84,425

17 26 25.8 87,25

19 25.8 25.8 83

21 25.7 26.1 80,875

23 25.6 26.2 80,875

25 25.5 25.6 80875

Dengan menggunkan interpolasi didapatkan data entalpi dari

data pada tabel 4.1.

Entalpi pada suhu kering dan suhu basah 30oC adalah 100

kj/kg

Entalpi pada suhu kering dan suhu basah 30oC adalah 57.5

kj/kg

Menit ke-5

25,87

5,57))2030(

)5.57100()2027((

H

H

Menit ke-7

Page 32: lapresp2fixseru p2

12

825,86

5,57))2030(

)5.57100()209.26((

H

H

Menit ke-9

825,86

5,57))2030(

)5.57100()209.26((

H

H

Menit ke-11

825,86

5,57))2030(

)5.57100()209.26((

H

H

Menit ke-13

4,86

5,57))2030(

)5.57100()2028((

H

H

Menit ke-15

425,84

5,57))2030(

)5.57100()20261((

H

H

Menit ke-17

25,87

5,57))2030(

)5.57100()2027((

H

H

Menit ke-19

83

5,57))2030(

)5.57100()2026((

H

H

Menit ke-21

Page 33: lapresp2fixseru p2

13

875,80

5,57))2030(

)5.57100()205.25((

H

H

Menit ke-23

875,80

5,57))2030(

)5.57100()205.25((

H

H

Menit ke-25

875,80

5,57))2030(

)5.57100()205.25((

H

H

Gambar 4.1 Posisi Steady

Dengan persamaan hmQ .

m menggunkan laju aliran R134a yaitu 0.014 dan nilai

entalpi diperoleh dari Psychametric Chart

Page 34: lapresp2fixseru p2

14

1,1501

)15,82).(014,0(

.

Q

Q

hmQ

Humidity

% Humidity =100%

4.2 Pembahasan

4.1.1 Evita Wahyundari/2411100031

Dari hasil percobaan, didapatkan nilai yang naikturun

pada temometer bola basah dan termometer bola kering.

Dimana naik turun ini yang paling kelihatan adalah hasil

termometer kering, dimana hasilnya naik turun dari 25oC ke

26 o

C dan kembali ke 25 o

C naik 26 o

C lagi baru naik lagi.

Naik turun ini karena pegaruh dari lingkungan. Yakni saat

pengambilan data ada penambahan jumlah orang di

dalalmnya sehingga suhu pada ruanagn tersebut bertambah

naik. selain itu akibat suhu an dipengaruh oleh efek

suarayang dihasilkan praktikan saat pengambilan data.

Suhu juga dapat mempengaruhi nilai entalpi. Semakin

tinggi suhu maka semakin kecil entalpi yang didapat. Begitu

sebaliknya. Bila suhu rendah maka semakin besar angka

entalpi dapat. Artinya entalpi berbanding terbalik dengan

suhu. Selanjutnya adalah kalor (Q),kalor berbanding lurus

dengan temperatur.

Dan dari hasil humidity ratio yang didapatkan adalah

100%, dimana angka 100% didapatkan dari ploting

psychametric chart yang berhimpitan dalam segaris. Hal ini

menujukkan ruangan c-125 merupakan ruangan dengan

kondisi yang tidak nyaman karena ruangan yang nyaman

rentang humidity rationya adalah 50-60%.

4.2.2 Muhammad Iqbal Baikhaqie/2411100044

Praktikum pada kali ini adalah untuk memahani

prinsip pengkondisian udara pada suatu ruangan. Ada

Page 35: lapresp2fixseru p2

15

beberapa parameter yang ingin diukur dalam ruangan yang

ingin dianalisa pengkondisian udaranya. Dalam

menganalisa,parameter suhu tentulah wajib diketahui.

Dalam praktikum ini kami menggunakan dua jenis

temperatur untuk mengetahui analisis pengkondisian

udaranya. Yaitu temperatur bola kering dan temperatur bola

basah. Dalam mengukur suhu kami mengukur dengan

ketentuan pengukuran setiap dua menit sekali mulai saat

menit ke 5 hingga menit ke 29 saat AC(air conditioning)

mulai dinyalakan. Pada temperatur bola kering kami

mendapatkan hasil 29.2o

C, 29.20 C,28.2

0 C,27.6

0 C,27

0

C,26.70 C,25.8

0 C,25.8

0 C,26.1

0 C,26.2

0 C,25.6

0 C berturut-

turut dari menit ke 2 hingga menit ke 29 saat AC dinyalakan

dalam selang dua menitan. Temperatur bola kering

merupakan temperatur yang terbaca pada termometer sensor

kering dan terbuka, namun penunjukan dari temperatur ini

tidak tepat karena adanya pengaruh radiasi panas. Dalam

proses kesetimbangan kalor, suhu bola kering berpengaruh

terhadap intensitas kalor yang diproduksi melalui penguapan

maupun konveksi. Dari hasil yang kami dapat,kami

menemukan suhu yang tidak bisa konstan turun dalam

selang dua menitan pengukuran,hingga ada yang naik dalam

pengukuran tersebut. Hal itu terjadi karena adanya efek dari

lingkungan luar seperti bertambahnya orang yang memasuki

ruangan serta saat melihat sekala atau saat memegan

thermometer yang membauat suhu badan si pengukur juga

ikut terukur. Selanjutnya yang kami dapatkan adalah suhu

temperature bola basah. Kami mendapatkan hasil, 27.1o

C,

270 C, 27

0 C, 27

0 C, 26.9

0 C, 26.2

0 C, 26

0 C, 25.8

0 C, 25.7

0

C, 25.60 C, 25.5

0 C berturut-turut dari menit ke 2 hingga

menit ke 29 saat AC dinyalakan dalam selang dua menitan.

Saat menit-menit awal pengukuran terlihat hasil yang

ditunjukkan thermometer tidak berubah. Hal ini dikarenakan

Page 36: lapresp2fixseru p2

16

bahwa kondisi suhu awal sudah steady. Sesuai dengan

namanya wet bulb, suhu ini diukur dengan menggunakan

termometer yang bagian bawah termometer diisi

air.Temperature yang ditunjukkan oleh thermometer ini

adalah temperatur udara kering dengan memperhitungkan

kandungan uap air yang terdapat pada udara

tersebutTemperatur udara basah erat hubungannya dengan

relative humadity (RH) dengan mengetahui suhu bola basah

dan suhu bola kering suatu lingkungan atau daerah, maka

relative humadity dapat dicari dengan table atau dilihat

melalui diagram psikometrik. Dalam penerapannya untuk

cooling tower semakin kecil harga RH maka temperatur

bola basahnya akan semakin rendah dan hal ini akan

berpengaruh besar untuk menurunkan temperatur air

masukan cooling tower menjadi rendah pada temperatur air

keluaran cooling tower. Dari praktikum yang kami

lakukan,kami mendapat RH sebesar 100%. Dari suhu yang

kami dapatkan,maka kita bisa mendapatkan nilai entalpinya.

Suhu juga dapat mempengaruhi nilai entalpi. Semakin tinggi

suhu maka semakin kecil entalpi yang didapat. Begitu

sebaliknya. Bila suhu rendah maka semakin besar angka

entalpi dapat. Artinya entalpi berbanding terbalik dengan

suhu. Selanjutnya adalah kalor (Q),kalor berbanding lurus

dengan temperatur. Dari keseluruhan percobaan,kami

mendapat kalor sebesar + 1,1501 kJ/s. tanda plus disini

menunjukkan besar energi yang dibutuhkan dari sistem tiap

sekonnya.

Dan dari hasil humidity ratio yang didapatkan adalah

100%, hal ini menujukkan ruangan c-125 merupakan

ruangan dengan kondisi yang tidak nyaman karena ruangan

yang nyaman rentang hudity rationya 50-60%.

4.2.3 Reza Arrafi/2411100063

Page 37: lapresp2fixseru p2

17

Pada praktkum kali ini diperoleh data suhu kering dan

suhu basah suatu ruangan yaitu ruangan C-124. Suhu kering

dan suhu basah suhu awalnya lebih tinggi suhu kering

karena suhu basah ditambahkan air. Perubahan suhu kering

lebih cepat dari suhu kering sehingga suhu akhirnya tidak

jauh beda yaitu suhu basah 25.5 oC dan suhu kering 25.6

oC.

Entalpi yang diperoleh Secara umum menurun setiap

pertambahan waktu. nilai Dalam mencari kalor pada system

ini dibutuhkan nilai entalpi dan laju aliran dari sebuah

fluida. Nilai h diperoleh dari psychometric chart dan laju

aliran, aliran yang dipakai diasumsikan R134a yaitu 0,014.

Nilaikalor yang diperoleh adalah 1,1501kJ .

Humidity yang diperoleh dalam kondisi steady

adalah100% sehingga ruangan ini kurang nyaman dari segi

humidity karena kondisi humidity agar ruangan itu nyaman

adalah 50% -60%.

4.2.4 Derivani Nur Widodo/2411100115

Pada praktikum ini kami mengukur tentang bagaimana

pengkondisian udara dalam suatu ruangan dapat mencapai

temperatur dan kelembapan yang ideal dengan

menggunakan Dry Bulb Temperature, Wet Bulb

Temperatur, dan Psychometric chart.

Praktikum ini kami melakukan 10 kali pengambilan

suhu dengan rentan waktu 2 menit di ruangan C-125.Pada

pengambilan ini Wet Bulb Temperatur diambil dengan

thermometer basah yang telah diberikan air diabwah

temperatur.Sehingga data yang didapat selama 10 kali

pengambilan suhu kenaikannya tidak terlalu singnifikan

dibandingkan dengan Dry Bulb Temperature dimana kami

menggunakan termometer tanpa diberikan subject

apapun.Sehingga kenaikan suhu yang dihasilkan terlihat

jelas.Hasil pada Dry Bulb Temperature terdapat keadaan

Page 38: lapresp2fixseru p2

18

steady pada suhu 25C.Kami mendapat kan data juga dari

thermometer kering suhu tertinggi 29.2 dan suhu terendah

25.6, sedangkan pada thermometer basah suhu tertinggi 27.1

dan suhu terendah 25.5.Pada 10 kali pengambilan suhu ini

kami menggambar titik-titik dan kemudian

menghubungakannya pada Psycometric chart. Perpotongan

dari data tersebut tersebar, tidak membentuk satu pola naik

atau turun.

Untuk nilai enthalpy dan kalornya juga menurun

bertahap akan tetapi dikarenakan pada thermometer kering

terjadi suhu steady sehingga pada menit ke 17 enthalpy dan

suhu nya 0. Praktikum ini juga dipengaruhi oleh keadaan

ruangan yang tidak stabil, dan suhu badan yang

mempengaruhi termometer sehingga error mudah terjadi.

Dan dari hasil humidity ratio yang didapatkan adalah

100%, hal ini menujukkan ruangan c-125 merupakan

ruangan dengan kondisi yang tidak nyaman.

4.2.5 Albertus Randy/2411100122

Pada praktikum Termodinamika-P2 ini, praktikan

diharapkan mampu memahami bagaimana cara membaca

dan menggunakan Psychometric Chart dan mampu

menganalisa pengkondisian termal udara di suatu ruangan.

Pada praktikum kali ini alat yang digunakan adalah

thermometer bola kering dan thermometer bola basah.

Lokasi ruangan yang digunakan adalah C-125. Jumlah AC

yang digunakan selama praktikum ada 2 buah. Dan jenis

refrigerant pada AC dianggap R-134a yang memiliki laju

aliran 0.014 kg/s.Langkah awal praktikum yaitu dibiarkan

kedua jenis termometer tersebut pada titik tertentu selama 5

menit dan didapatkan nilai steady state dari suhu ruangan.

Pada termometer bola kering didapat 29˚C dan pada

termometer bola basah didapat 27˚C.

Page 39: lapresp2fixseru p2

19

Kedua, AC dinyalakan dan diambil data dari kedua

termometer setiap interval 2 menit, sampai pada menit ke-25

(10 kali pengambilan saat AC dinyalakan). Selama itu

didapat data pada termometer bola kering adalah 29.2˚C,

28.8˚C, 28.2˚C, 27.6˚C, 27˚C, 26.7˚C 25.8˚C, 25.8˚C,

25.1˚C, 26.2˚C, dan 25.6˚C. Dan data pada termometer bola

basah adalah 27.1˚C, 27.0˚C, 27.0˚C, 27˚C, 26.9˚C, 26.2˚C

26.0˚C, 25.8˚C, 25.7˚C, 25.6˚C, dan 25.5˚C.

Berdasarkan data yang telah didapatkan ada

beberapa kemungkinan – kemungkinan yang terjadi,

sehingga menyebabkan prosedur praktikum tidak bisa

berjalan dengan baik. Kemungkinan-kemungkinan tersebut

antara lain banyaknya praktikan yang melakukan percobaan

di dalam ruangan tidak sesuai dengan volume ruangan. Jadi,

suhu dalam ruangan cenderung mempengaruhi pembacaan

suhu dari alat. Kemungkinan selanjutnya terkait komponen

pengatur suhu ruangan (AC) yang sudah tidak berjalan

efisien. Hal itu dibuktikan dengan nyala AC yang kurang

maksimal/tidak ada pengkontrolnya.

Dan dari hasil humidity ratio yang didapatkan adalah

100%, hal ini menujukkan ruangan c-125 merupakan

ruangan dengan kondisi yang tidak nyaman .

Page 40: lapresp2fixseru p2

20

20

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 41: lapresp2fixseru p2

21

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari Praktikum ini adalah Pembacaan

Psychrometric Chart dapat dilakukan dengan plot suhu dari

termometer bola basah dan termometer bola kering kemudian

dihubungkan pada sebuah titik yang sekaligus menunjukkan

kelembapan dan entalpinya.

Analisa proses termal dan pengkondisian udara pada suatu

ruangan dapat dilakukan dengan menggunakan data pengukuran

suhu dari termometer bola basah dan termometer bola kering

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan selama praktikum ini adalah:

1. Penempatan masing-masing thermometer harus berjarak

sama dari AC yang diukur.

2. Pengondisian AC harus kontinu dari awal hingga akhir

praktikum.

3. Pengondisian jumlah orang atau praktikan dalam ruang

harus sama selama praktikum.

Page 42: lapresp2fixseru p2

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 43: lapresp2fixseru p2

23

DAFTAR PUSTAKA

[1] Kurniady Raddy , 07-10-2011. id.scrib.com

[2] ww.library.upnjv.ac.id

Page 44: lapresp2fixseru p2

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 45: lapresp2fixseru p2

LAMPIRAN

EVITA WAHYUNDARI/2411100031

Analisa Performansi Pengkondisian Udara Tipe

Window dengan Penambahan Alat Penukar Kalor

I Ketut Gede Wirawan

Jurusan Teknik Mesin, Universitas Udayana, Kampus Bukit

Jimbaran Badung

e-mail: [email protected]

Prinsip dari pengkondisian udara adalah proses

penyerapan panas dan proses pembuangan panas dengan

cara memberikan kerja terhadap sistem. Banyak usaha

dilakukan untuk meningkatkan performansi dari sistem

pengkondisian udara dimana tujuannya adalah untuk

mendapatkan efek refrigerasi yang besar tetapi kerja yang

diberikan ke system sedikit. Salah satunya adalah dengan

penambahan alat penukar kalor yang di pasang pada pipa

discharge dari kondensor diintegrasikan dengan pipa

discharge yang keluar dari evaporator. Sistem penukar kalor

ini akan menyerap sisa panas dari kondensor kemudian

panas tersebut digunakan untuk memanaskan kembali

refrigeran yang keluar dari evaporator sebelum masuk ke

kompresor. Alasan praktis penggunaan alat penukar kalor

pada sistem pendingin adalah untuk menjaga agar

refrigeran dalam fase uap-cair tidak masuk ke dalam

kompresor (tidak terjadi kompresi basah) serta pendinginan

lanjut (subcooling) cairan dari kondensor untuk mencegah

terbentuknya gelembung uap yang melewati katup ekspansi.

Sehingga diharapkan dengan penambahan alat penukar kalor

ini dapat meningkatkan efek refrigerasi serta meningkatkan

Coefficient Of Performansi (COP) sistem pendingin.

Page 46: lapresp2fixseru p2

Untuk penelitian ini dilakukan dengan dua metode,

dengan modifikasi alat penukar kalor dan tanpa modifikasi

alat penukar kalor. Sebelumnya penelitian ini telah

dilakukan oleh Abraham (2006) menggunakan modifikasi

penambahan alat penukar kalor dengan pipa dari evaporator

yang dililitkan di dalam pipa yang berasal dari kondensor

didapatkan kenaikan laju pendinginan ruangan sebesar 5%

dari yang tanpa dimodifikasi dengan alat penukar kalor

tetapi kerja kompresor lebih besar dari yang tanpa

dimodifikasi. Hal ini disebabkan karena adanya losses

tekanan yang terlalu besar akibat dari aliran refrigeran yang

keluar dari evaporator melalui belokan/lilitan pipa dari

kondensor sehingga tekanan awal (P1) masuk kompresor

menjadi relatif kecil sehingga kerja kompresor menjadi

lebih berat.

Dari hasil pengujian, pengolahan data, analisa grafik dan

pembahasan dapat disimpulkan, sebagai berikut :

a. Performansi sistem pengkondisian udara dengan

modifikasi penambahan alat penukar kalor lebih tinggi

daripada sistem pengkondisian udara yang tanpa

dimodifikasi. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan

kerja kompresi, dampak refrigerasi, dan COP masing-

masing sistem.

b. Rata-rata laju pendinginan ruangan yang dihasilkan dari

sistem pengkondisian udara modifikasi lebih besar yaitu

sebesar 11,79 J/s sedangkan pada sistem pengkondisian

udara tanpa modifikasi didapatkan rata-rata laju

pendinginan ruangan sebesar 11,60 J/s (kenaikan sebesar

1,63%).

Page 47: lapresp2fixseru p2

MUHAMMAD IQBAL BAIKHAQI/2411100044

Analisa Performansi Sistem Air Conditioning Mobil tipe

ET 450 dengan Variasi Tekanan Kerja Kompresor

Mobil merupakan alat transportasi darat yang kini

banyak memakainya. Hingga kini manusia sudah

memikirkan Kenyamanan dan kesejukan pada saat

berkendara khususnya pada mobil sangat diperlukan.

Berbagai cara dan upaya yang dilakukan manusia sehingga

kenyamanan berkendara dicapai. Salah satu cara yang lebih

efektif untuk mendapatkan kenyamanan di dalam mobil

yaitu dengan memasang pengkondisi udara (air

conditioning). Performansi sistem air conditioning sangat

dipengaruhi oleh kerja kompresor. Sehingga tekanan kerja

kompresor (suction) sangat berperan pada performansi

sistem air conditioning yang akan berdampak bagi kerja

kompresor, daya kompresor, dampak refrigerasi, efficiency

isentropis dan coefficient of performance (COP) dari sistem

AC mobil.

Siklus atau sirkulasi refrigeran pada sistem ac mobil

bisa di jelaskan dengan beberapa tahap,yaitu dimulai

kompresor ac berputar menghisap freon pada sisi tekanan

rendah dan memompa gas refrigeran menuju kondensor ac

dalam kondisi bertekanan dan bertemperatur tinggi,

selanjutnya freon yang bertekanan tinggi dan berupa gas di

rubah menjadi cair oleh kondensor ac. Freon yang berbentuk

cair melewati receiver drier untuk di saring atau difilter jika

terdapat kotoran. Setelah melewati receiver drier freon cair

bertekanan tinggi menuju expansi valve melewati saluran

sempit pada expansi valve dan di kabutkan pada evaporator

atau di rubah wujudnya dari cair menjadi gas. Dari

evaporator selanjutnya gas refrigeran atau freon kembali

Page 48: lapresp2fixseru p2

dihisap oleh kompressor dan siklus berulang dari awal.

Komponen utama pada ac mobil dan Fungsinya adalah

kompressor ac bekerja atau berputar bersama putaran mesin

menghisap gas freon dari evaporator dan memompa atau

menekan gas refrigeran menuju kondensor ac. Kondensor

ac berfungsi untuk merubah gas freon bersuhu dan

bertekanan tinggi yang di pompa oleh kompressor ac

menjadi cair dengan cara mendinginkan atau membuang

panas dengan bantuan extra fan atau motor cooling fan.

Receiver drier,refrigeran cair dari kondensor ac masuk ke

inlet receiver drier melewati deciscant atau filter untuk

menyaring kalau terdapat kotoran. Beberapa sistem ac mobil

tidak di perlukan receiver drier karena proses pelepasan

panas atau pendinginan yang baik terjadi di kondensor

sehingga proses kondensasi di kondensor terjadi dengan

sempurna. Expansi valve,merupakan saluran sempit tempat

mengalirnya refrigeran cair bertekanan tinggi dari receiver

drier menuju evaporator. Refrigeran cair bertekanan tinggi

ketika melewati saluran expansi valve yang sempit dan

terjadi pengabutan. Evaporator,pengabutan yang terjadi di

expansi valve atau katup expansi kemudian di salurkan di

dalam evaporator dan terbentuk udara dingin di kisi-kisi

evaporator, kemudian hembusan angin dari blower melewati

kisi evaporator sehingga udara dingin bisa di rasakan di

dalam kabin. Jika kisi-kisi evaporator tersumbat oleh

kotoran akan menyebabkan evaporator beku atau angin

hembusan blower tersumbat. Heater,merupakan pemanas

atau menghembuskan udara panas ketika angin blower

melewati heater, heater mendapatkan panas dari saluran air

pendingin mesin atau air radiator. semakin besar tekanan

kerja kompresor (suction) maka semakin besar pula

Coeffisient Of Performance (COP) nya semakin besar

tekanan kerja kompresor (suction) maka dampak

Page 49: lapresp2fixseru p2

refrigerasinya semakin besar pula, akibat dari peningkatan

enthalpi pada titik isap kompresor atau titik pada keluaran

evaporator dan penurunan enthalpi pada titik sebelum

masuk evaporator, yang disebabkan oleh perningkatan

tekanan suction kompresor. tekanan kerja kompresor

(suction) berbanding terbalik dengan kerja kompresor. Dan

dapat dilihat pula terjadi penurunan kerja kompresor secara

drastis, baik secara teoritis (ideal) maupun aktual,

diakibatkan oleh semakin kecil perubahan tekanan

menyebabkan kerja kompresor yang dihasilkan semakin

kecil sehingga besarnya entalpi pada sisi isap dan sisi tekan

juga berubah, enthalpi pada sisi masuk kompresor

meningkat sejalan dengan peningkatan tekanan suction

kompresor dan entalpi sisi keluaran kompresor terjadi

penurunan. tekanan kerja kompresor (suction) berbanding

terbalik dengan daya kompresor. Dan dapat dilihat juga

tejadi penurunan daya kompresor secara drastis, baik secara

teoritis (ideal) maupun aktual,diakibatkan oleh semakin

kecil perubahan tekanan sehingga menyebabkan perubahan

enthalpi dan perubahan penurunan laju aliran massa

sehingga daya kompresor yang semakin kecil. Dari hasil

penelitian dapat disimpulkan, peningkatan tekanan suction

kompresor, menyebabkan kerja kompresi yang dibutuhkan

lebih menurun. Kerja kompresi aktual lebih besar dari pada

kerja kompresi teoritis pada tekanan suction yang sama.

Besarnya kapasitas refrigerasi yang dihasilkan relatif

konstan terhadap peningkatan tekanan suction kompresor.

Peningkatan tekanan suction meyebabkan peningkatan COP.

Pada tekanan suction yang sama, COP ideal (teoritis) sistem

yang dihasilkan lebih besar dari COP aktual.

Page 50: lapresp2fixseru p2

REZA ARRAFI/2411100063

ASPEK KENYAMANAN TERMAL PADA

PENGKONDISIAN RUANG DALAM

James Rilatupa

Dalam jurnal ini dibaha mengenai tingkat

kenyamanan termal dari sebuah ruangan. Metodologi

percobaan yang dilakukan adalah dengan mengukur suhu

udara kering (DBT), suhu udara basah (WBT), dan

kecepatan udara. Berdasarkan hasil pengukuran data

diperoleh suhu efektif dari diagram suhu efektif dan

kelembaban relatif dari diagram psikometri. Hasil

penelitian menunjukkan Ruang Perpustakaan dan Ruang

Kelas I memiliki kondisi nyaman, sedangkan untuk

Ruang Klelas II dan Ruang Sekretariat Mahasiswa

kondinya kurang/tidak nyaman. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mendisai sebuah ruanngan yang dapat

meminimaliskan ketidaknyamanan termal yang dipengaruhi

oleh iklim sekarang.

Kenyamanan termal merupakan salah satu unsur

kenyamanan yang sangat penting, karena menyangkut

kondisi suhu ruangan yang nyaman. Seperti diketahui,

manusia merasakan panas atau dingin dengn sensor suhu

yaitu kulit kemudian ditransmisikan ke otak setelah itu otak

akan memerintahakan organ tubuh ntuuk mepertahankan

tubuh sekitar 37ºC. Hal ini diperlukan organ tubuh agar

dapat menjalankan fungsinya secara baik.

Dalam kaitannya dengan bangunan, kenyamanan

didefinisikan sebagai suatu kondisi tertentu yang dapat

memberikan sensasi yang menyenangkan bagi pengguna

bangunan. Kenyamanan termal didefinisikan sebagai suatu

Page 51: lapresp2fixseru p2

kondisi tertentu yang dapat memberikan sensasi yang

menyenangkan bagi pengguna bangunan.

Selain suhu udara, suhu radiasi matahari dari

sekeliling permukaan (plafon, dinding, pintu, jendela dan

lantai) juga ikut mempengaruhi kenyamanan ruang.

Sementara itu, pengaruh kelembaban udara pada

kenyamanan ruang tidak sebesar pengaruh suhu udara.

Faktor kecepatan udara juga mempengaruhi kenyamanan

termal, dimana semakin besar kecepatan udara akan

berpengaruh terhadap semakin rendahnya suhu kulit

manusia.

Metode penelitian yang dilakukan adalah

Pengukuran langsung dilakukan pada ruang-rung yang

dijadikan penelitian dengan menggunakan 7 – 9 titik ukur

untuk mendapatkan keakuratan data. Penelitian ini

menggunakan sling termometer untuk mendapatkan suhu

udara kering dan suhu udara basah dan anemometer

untuk mendapatkan data kecepatan udara. Data yang yang

diperoleh kemudian akan dirata-ratakan untuk

mendapatkan suhu efektif pada ruang-ruang penelitian

dengan menggunakan diagram suhu efektif. Data rata-rata

suhu udara kering dan suhu udara basah yang diperoleh

berdasarkan hasil pengukuran sling thermometer dianalisa

dengan menggunakan diagram psikometri untuk

mendapatkan kelembaban udara pada ruang penelitian.

Data yang diperoleh berdasarkan pengukuran pada

Fakultas Teknik Uniersitas Contoh ini menggambarkan,

bahwa kenyamanan termal suatu ruang sangat

dibutuhkan dalam aktivitas pengguna ruang-ruang

tersebut. Dari penilaian yang diperoleh ternyata luas dan

arah bukaan mempengaruhi kondisi kenyamanan ruang.

Semakin luas ruang dan arah bukaan yang tepat membantu

kondisi kenyamanan ruang.

Page 52: lapresp2fixseru p2

ALBERTUS RANDY/2411100122

ASPEK KENYAMANAN TERMAL PADA

PENGKONDISIAN RUANG DALAM

James Rilatupa

Jurnal ini menjelaskan tentang kenyamanan termal

ruang sebagai bagian dari prinsip-prinsip kenyamanan

dalam desain arsitektur. Penelitian ini dilakukan di Fakultas

Teknik Universitas Tarumanagara dengan mengukur suhu

udara kering (DBT), suhu udara basah (WBT), dan

kecepatan udara. Berdasarkan hasil pengukuran data

diperoleh suhu efektif dari diagram suhu efektif dan

kelembaban relatif dari diagram psikometri. Hasil penelitian

menunjukkan Ruang Perpustakaan dan Ruang Kelas I

memiliki kondisi nyaman, sedangkan untuk Ruang Klelas II

dan Ruang Sekretariat Mahasiswa kondinya kurang/tidak

nyaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

menjelaskan peran arsitektur dalam desain bangunan yang

harus memperhatikan kondisi iklim dan alam untuk

meminimalkan kondisi ketidaknyamanan.

Data yang diperoleh berdasarkan pengukuran pada

Fakultas Teknik Uniersitas Contoh ini menggambarkan

bahwa kenyamanan termal suatu ruang sangat dibutuhkan

dalam aktivitas pengguna ruang-ruang tersebut. Dari

penilaian yang diperoleh ternyata luas dan arah bukaan

mempengaruhi kondisi kenyamanan ruang. Semakin luas

ruang dan arah bukaan yang tepat membantu kondisi

kenyamanan ruang. Ruang Perpustakaan dan Ruang Kelas I

memiliki kondisi yang nyaman, karena suhu efektifnya

masih masuk dalam kategori nyaman; demikian juga dengan

kelembaban udara pada kedua ruang tersebut masih

termasuk dalam kondisi nyaman. Sementara itu untuk

Page 53: lapresp2fixseru p2

Ruang Kelas II dengan luas 72 m² ternyata masuk dalam

kategori kurang nyaman, meskipun memiliki banyak

bukaan. Hal ini dipengaruhi oleh arah bukaan yang

mendapatkan radiasi matahari secara langsung, sehingga

memungkinkan masuknya udara panas yang menyebabkan

kondisi suhu efektif dan kelembaban udara juga semakin

tinggi. Hal sebaliknya terjadi untuk Ruang Sekretariat

Mahasiswa yang tidak mempunyai pendingin ruangan.

Kondisi kurang nyaman pada ruang ini dihasilkan akibat

sirkulasi udara yang kurang baik, karena minimnya bukaan

pada ruang ini. Berdasarkan hasil penelitian ini, ternyata

peran arsitektur sangat mendukung kenyamanan termal

ruang. Penataan bangunan dan ruang sebaiknya

memperhatikan kondisi iklim dan alam setempat sehingga

dapat meminimalkan ketidaknyaman ruang.

DERIVANI NUR WIDODO/2411100115

UPAYA PENINGKATAN EFISIENSI KONSUMSI

DAYA LISTRIK PADA SISTEM PENGKONDISIAN

UDARA DI GEDUNG KANTOR PUSAT

POLITEKNIK NEGERI BALI

Ida Bagus Ketut Sugirianta

Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Bali

Bukit Jimbaran, Tuban Badung - BALI

Politeknik Negeri Bali sebagai salah satu lembaga

penyelenggara pendidikan dalam naungan Departemen

Pendidikan Nasional saat ini sedang menjalankan program

konservasi energi. Gedung kantor pusat PNB merupakan

gedung yang mempunyai intensitas konsumsi energi (IKE)

yang paling besar yaitu 2,49 Kwh/M2/bln, dengan beban

Page 54: lapresp2fixseru p2

listrik terbesar adalah sistem pengkondisian udara yaitu

70,80%.

Konsumsi daya listrik dari unit AC yang terpasang

masih mempunyai peluang untuk diefisienkan.Persamaan

matematis menunjukkan bahwa konsumsi energi listrik unit

AC di pengaruhi oleh besarnya konsumsi daya dan lamanya

waktu operasi, sehingga peluang hemat energinya adalah

dengan memperkecil konsumsi daya listrik dan atau dengan

memperpendek waktu operasi. Peluang hemat energi yang

punya pengaruh cukup besar adalah mengganti unit AC

dengan kapasitas yang sesuai dengan perhitungan beban

dingin ruangan, mengganti zat refrigerant R22 dengan HC

22 yang hemat energi, memasang panel kontrol waktu untuk

mengontrol on-off unit AC secara otomatis Analisis

ekonomi dengan metode net present value (NPV), internal

rate of return (IRR), dan payback period (PBP)

mendapatkan hasil bahwa peluang hemat energi yang layak

dilaksanakan adalah dengan mengganti zat refrigerant R22

menjadi HC22 akan mampu meningkatkan efisiensi

konsumsi daya listrik

sebesar 19,1403%, atau penghematan Rp. 4.851.872,-/tahun.

TK AC SPLIT

Page 55: lapresp2fixseru p2

Di lihat dari segi bentuknya AC Split ini memiliki dua

bagian yaitu indoor dan uotdoor, compressor pada AC Split

in terletak pada bagian outdoornya dan memiliki kipas

sebagai alat untuk mengurangi panas yang ada pada pipa

kondensornya.

Sedangkan pada bagian indoornya terdapat pipa

evaporator dan motor listrik yang berfungsi memutar blower

dan kemudian di keluarkan pada ruangan yang telah di

tentukan sehingga ruangan tersebut menjadi dingin

Prinsip kerja pada AC Split adalah dimulai dari

kompresor. Kompresor memompa gas yang bertekanan

tinggi dan bersuhu tinggi melalui pipa tekan (Discharge) ke

Page 56: lapresp2fixseru p2

kondensor. Di dalam kondensor suhu gas yang tinggi

dibuang oleh Fan yang terletak pada Outdoor unit, sehingga

suhu gas refrigerant menjadi dingin. Setelah melalui

Condensor gas refrigerant masuk ke Filter Dryer untuk

disaring, agar gas yang mengalir tidak terdapat kotoran.

Setelah disaring gas (Freon) masuk ke pipa kapiler yang

lubangnya begitu kecil, di dalam pipa ini freon saling

bertubrukan dan berdesak-desakan disini freon telah

berubah wujud menjadi cair yang sebelumnya berupa gas.

Setelah melewati pipa kapiler freon akan menguap dan

mengambil panas didalam Evaporator yang hampa udara.

Sehingga pipa-pipa di evaporator menjadi dingin dan

dihembuskan oleh fan motor yang ada dalam Indoor unit.

Setelah melakukan proses pendinginan freon di dalam

evaporator, freon kembali disedot masuk kembali melalui

pipa hisap (suction) ke dalam Kompresor. Begitulah cara

kerja AC, singkatnya freon dipompa oleh kompresor keluar

melalui pipa tekan lalu masuk ke condensor lalu ke filter

dryer kemudian masuk melalui pipa kapiler menuju

evaporator dan kembali ke kompresor melalui pipa hisap

(Suction). Proses ini terus berulang ketika AC digunakan.