27
1 LAPORAN ANAMNESA KASUS KONSERVASI GIGI Oleh Arbi Wijaya 1106001145 Pembimbing Drg. Dini Asrianti, SpKG

Lapsus Arbi 4

  • Upload
    bie2x

  • View
    104

  • Download
    5

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Konservasi Gigi

Citation preview

1

LAPORAN ANAMNESA KASUS KONSERVASI GIGI

OlehArbi Wijaya1106001145

PembimbingDrg. Dini Asrianti, SpKG

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS INDONESIATAHUN 2015

DAFTAR ISI

Foto Intraoral (sebelum perawatan)......................................................................2Foto Radiograf (sebelum perawatan)......................................................................4

BAB IPengenalan Masalah Umum......................................................................5I.1 Temuan Masalah ......................................................................................5I.2 Hubungan Antar Masalah .........................................................................7I.3 Strategi Perawatan Umum ........................................................................8I.4 Prioritas Perawatan Umum ......................................................................9BAB II Pengenalan Masalah Konservasi ..........................................................11II.1 Rekam Medik Konservasi ........................................................................11II.2 Prioritas Rencana Perawatan ...................................................................12II.3 Diagnosis dan Rencana Perawatan ..........................................................12BAB III Terapi Konservasi ...............................................................................16III.1 Terapi Non Invasif ...................................................................................16III.2 Terapi Invasif ..........................................................................................16

Prognosis ..........................................................................................................22Daftar Referensi ...............................................................................................23

Foto Intraoral Sebelum Perawatan

Foto Radiograf sebelum perawatan:

Gambar 1. Foto dental elemen 36

BAB IPENGENALAN MASALAH UMUM

I.1Temuan MasalahPasien wanita 18 tahun datang ke RSGM FKG UI dengan keluhan gigi belakang kiri bawah berlubang besar dan berwarna kehitaman. Gigi tersebut belum pernah dirawat sebelumnya. Pasien menjelaskan bahwa, gigi tersebut terasa berlubang sejak pasien duduk di bangku SMP. Kurang lebih satu tahun yang lalu, pasien pernah merasakan nyeri hebat pada gigi tersebut, nyeri yang dirasakan adalah berdenyut dengan durasi kurang lebih 3 jam. Pada saat itu juga disertai demam tinggi. Rasa nyeri tersebut bermula saat pasien memakan mangga yang rasanya sangat asam. Pada saat datang ke RSGM FKG UI, pasien tidak merasa sakit lagi pada gigi tersebut. Pasien juga mengeluhkan adanya gigi berlubang kecil pada belakang kanan bawah.Pada pemeriksaan ekstraoral ditemukan wajah pasien simetris, bibir sehat, kelenjar getah bening submandibula kanan dan kiri tidak teraba dan tidak sakit. Pada pemeriksaan intraoral ditemukan plak dan kalkulus pada regio 1, 2, 3, dan 4 dengan skor OHIS 1,14 (sedang). Tidak ditemukan kelainan pada mukosa, gingiva, palatum, lidah, dasar mulut, dan hubungan rahang. Hubungan rahang pasien orthognati. Pada regio 36 ditemukan adanya karies D6 (Nekrosis Parsial) 1.2 dengan perkusi (+), palpasi (-), vitalitas (+). Kemudian, pada regio 46 dan 47 juga ditemukan adanya karies D3 1.1.Dari anamnesa, diketahui pasien menyikat gigi 2 kali sehari, walaupun belum dengan cara yang benar, untuk menyikat gigi depan pasien hanya menyikat gigi dengan arah horizontal. Pada pemeriksaan faktor resiko karies ditemukan saliva pasien jernih dan cair, tetapi hidrasi pasien 30-60 detik, diakui bahwa pasien jarang minum air putih. Pasien mengaku aplikasi fluor hanya dari sikat gigi. Pasien sering mengkonsumsi gula dan cemilan ( lebih dari 1x/hari ) tetapi tidak langsung membersihkan gigi setelah mengkonsumsinya. Secara keseluruhan, penilaian faktor resiko karies berada pada zona hijau dengan status pasien a2. Setelah diberi penjelasan mengenai pentingnya kesehatan gigi dan mulut, tumbuh kesadaran pasien untuk memperbaiki kesehatan gigi dan mulutnya. Tingkat kekooperatifan pasien baik dan pasien ingin dirawat.

1.2. Hubungan Antar MasalahFaktor LokalAnatomi Pit dan Fissure dalam ->Retensi MakananFaktor Kebersihan Mulut Skor OHIS 1,14 (oral hygiene sedang) Pasien menyikat gigi 2x/hari (pagi hari dan malam hari sebelum tidur)

Faktor Risiko Karies Hidrasi saliva tanpa stimulasi 30-60 detik Viskositas saliva jernih cair Diet glukosa >1x sehari Diet asam >1x sehari Fluor hanya pada pasta gigi Faktor modifikasi OS terdapat karies aktif dan mau memperbaiki sikap

Status Umum Jenis Kelamin perempuan usia 18 th Keadaan umum compos mentis Latar belakang sosial dan ekonomi menengah dan pasien merupakan seorang mahasiswi

Karies D3 (1.1) pada oklusal gigi 46 dan 47

Karies D6 (1.2) pada oklusal gigi 36 vitalitas (+), perkusi (+), palpasi (-)

Rencana perawatan:-Pembersihan karang gigi-36 PSA vital + onlay-46 dan 47 Restorasi GIC

I.3Strategi Perawatan UmumBerdasarkan pengumpulan informasi dan pemeriksaan kondisi klinis pasien, masalah yang ditemukan dalam rongga mulut pasien disebabkan oleh berbagai faktor. Tingkat kesadaran dan pengetahuan pasien untuk memelihara kesehatan rongga mulut yang rendah mengakibatkan beberapa masalah dalam rongga mulutnya. Dalam penilaian faktor risiko karies, diketahui bahwa pasien jarang mengonsumsi air putih. Padahal, kurangnya konsumsi air mineral pasien sehingga hidrasinya lebih dari 30 detik dan mulut serta bibir pasien menjadi kering. Hal ini menyebabkan kurangnya faktor perlindungan saliva. Saliva mempunyai peran penting dalam perlindungan terhadap karies, sebagai pendukung remineralisasi. Selain itu, pasien juga tidak mengetahui waktu dan teknik menyikat gigi yang baik dan benar. Pasien juga sering mengonsumsi makanan manis yakni >2x sehari serta hanya mendapatkan asupan fluor dari pasta gigi. Makanan manis yang mengandung karbohidrat dapat difermentasikan oleh bakteri yang kemudian menghasilkan asam, sehingga mengakibatkan demineralisasi pada email gigi. Kurangnya faktor yang mendukung remineralisasi terjadi, menyebabkan dominasi proses remineralisasi sehingga terjadi karies pada rongga mulut pasien. Anatomi pit & fissure gigi pasien yang dalam dapat meningkatkan risiko retensi makanan, sehingga risiko terjadinya karies menjadi lebih besar. Agar tercapainya keberhasilan perawatan pasien, faktor predisposisi yang mendukung terbentuknya plak yang mengandung bakteri sebagai etiologi utama karies harus dihilangkan. Tahap awal yang dapat diberikan pada pasien adalah perawatan non invasif berupa Dental Health Education (DHE) yaitu mengenai cara dan waktu menyikat gigi yang baik dan benar. Waktu menyikat gigi yang benar adalah 2x sehari pagi 30 menit setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Saat tidur laju saliva berkurang sehingga fungsi proteksi saliva sebagai larutan buffer menjadi menurun. Sikat gigi dilakukan 30 menit setelah makan, karena setelah makan saliva akan bekerja untuk menetralkan asam di dalam mulut, memberikan waktu bagi gigi untuk remineralisasi. Selain itu, diperlukan juga pemahaman kepada pasien tentang cara menyikat gigi yang benar yaitu dengan bulu sikat lembut yang diganti setiap 3 bulan sekali atau ketika bulu sikat sudah tidak layak untuk digunakan. Sikat gigi dilakukan dengan metode Bass yang dimodifikasi, yaitu dengan cara membentuk sudut 45 antara sikat gigi dengan gusi dan gigi, sikat diarahkan ke bawah pada gigi geligi rahang atas dan sikat diarahkan ke atas pada gigi geligi rahang bawah untuk membersihkan gigi dari plak. Penyikatan gigi dilakukan pada permukaan luar, dalam, dan permukaan kunyah gigi.Selanjutnya, asupan air pasien juga harus ditingkatkan, minimal 8 gelas/hari. Pasien juga dianjurkan untuk mengunyah permen karet xylitol karena xylitol dapat membantu saliva pasien dapat berfungsi dengan baik dalam menjalankan pertahanannya terhadap karies. Modifikasi diet juga diperlukan untuk mengurangi konsumsi gula dan cemilan diantara waktu makan utama, serta mengurangi konsumsi minuman bersoda. Makanan/minuman manis (cemilan) hendaknya dikonsumsi bersamaan saat waktu makan utama atau anjuran pada pasien untuk berkumur atau untuk menyikat gigi 30 menit setelahnya. Hal ini bertujuan ada kesempatan untuk remineralisasi setelah proses demineralisasi akibat fermentasi karbohidrat oleh bakteri terjadi. Setelah seluruh perawatan non invasif dilakukan, maka dapat dilakukan perawatan invasif. Perawatan invasif yang dapat diberikan pertama kali pada pasien adalah perawatan periodonsia berupa pembersihan karang gigi (skeling) untuk membersihan plak dan kalkulus yang terdapat pada mulut pasien dan menjaga kesehatan jaringan periodontal pasien. Setelah perawatan periodonsia selesai, maka dapat dilanjutkan dengan perawatan konservasi gigi. Pasien memiliki keluhan utama berupa gigi 36 berlubang besar. Gigi 36 yang sudah non vital dapat dilakukan perawatan saluran akar vital dikarenakan pasien masih dapat merangsang dingin saat tes vitalitas. Setelah perawatan saluran akar vital dilakukan, dapat dilanjutkan dengan perawatan restorasi onlay untuk mengganti struktur gigi yang hilang akibat karies. Gigi 46 dan 47 yang memiliki karies D3 1.1. dapat dilakukan restorasi menggunakan GIC.1.4. Prioritas Perawatan UmumI.4.1 Perawatan Non Invasifa. Mengevaluasi & meningkatkan kebersihan mulut Sikat gigi 2 kali sehari (perbaikan waktu menyikat gigi yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur). Sikat gigi dengan cara yang benar (gerakan atas bawah / vertikal dan gerakan memutar) pada semua permukaan gigi. Penjelasan kepada pasien bahwa menyikat gigi tidak perlu dengan tekanan yang kuat karena dapat meningkatkan resiko terjadinya abrasi pada gigi.

b. Menggunakan dental floss untuk membersihkan sisa makanan di sela gigi yang sulit dijangkau oleh sikat gigi agar tidak terjadi karies proksimal.

c. Scaling untuk menghilangkan kalkulus yang ada di rongga mulut. Serta dilakukan pembersihan plak. Scaling juga dilakukan untuk mencegah terjadinya karies baru pada gigi geligi karena deposit kalkulus yang besar merupakan tempat ideal bagi retensi bakteri yang terus memproduksi asam sehingga mempercepat demineralisasi.

I.4.2 Perawatan Invasifa. Gigi 36 pro perawatan saluran akar vital dengan restorasi pasca endodontik onlay.b. Gigi 46 dan 47 dengan GIC

BAB IIPENGENALAN MASALAH KONSERVASI

II.1 Rekam Medik Status Konservasi (Rabu, 29 April 2015)Perawatan Invasif

ElemenKTVDiagnosisRencana PerawatanElemenKTVDiagnosisRencana Perawatan

182161

172262

16 2363

1555 2464

1454 2565

1353 26

125227

115128

418138

428237

438336D6+Nekrosis Parsial disertai Periodontitis Apikalis KronisPSA Vital + onlay

4484 3575

45853474

46D3+Site 1 Size 1GIC3373

47D3+Site 1 size 1GIC3272

48 3171

Elemen yang tidak ada K : Karies D1-D6 /KS ; TV: Tes Vitalitas : +/- RK = Resin Komposit

II.2 Prioritas Rencana PerawatanNo.MasalahDiagnosisAlternatif PerawatanPerawatan yang DipilihPrognosis

1.Gigi 36D6 Nekrosis Parsial disertai Periodontitis Apikalis Kronis PSA vital + onlay

PSA vital + onlay

Baik

2.Gigi 46

D3 1.1

GIC

Resin Komposit

Baik

5.Gigi 47

D3 1.1

GIC

Resin Komposit

Baik

II.3Diagnosis dan Rencana Perawatan1. Gigi 36Diagnosis : Nekrosis Parsial disertai periodontitis kronisDD : Periodontitis Apikalis Kronis et causa Nekrosis PulpaPemeriksaan : Pemeriksaan subjektif:Gigi bawah kiri belakang berlubang besar, sering merasakan sakit berdenyut spontan. Saat ini tidak terasa sakit Pemeriksaan objektif:Gigi berlubang dengan kavitas dentin luas pada area oklusal. Pemeriksaan tes vitalitas dengan tes termal (dengan ethyl chloride) dan stimulasi dentin langsung(tes kavitas) peka (saat tes dengan ethyl chloride pasien merasa dingin), menunjukkan pulpa vital. Tes perkusi peka menunjukan adanya kelainan periapikal. Tes palpasi tidak peka. Radiograf:Terlihat karies sudah mencapai pulpa, kamar pulpa normal, saluran akar normal, terdapat radiolusensi berbatas jelas berdiameter kurang lebih 1 mm pada bagian apikal akar distal.Rencana perawatan: PSA Vital Rencana restorasi: OnlayAlasan: Pada kasus ini, karies sudah sampai ke kamar pulpa sehingga toksisitas bakteri dan produknya telah mencapai jaringan pulpa, mengakibatkan terjadinya iritasi pulpa. PSA dilakukan untuk membersihkan ruang pulpa dan saluran akar dari bakteri dan produknya. Apeks gigi sudah terbentuk sempurna, foramen apikal sudah terbentuk sempurna, dan gigi masih dapat direstorasi pasca endodontik.Adapun restorasi pasca endodontik yang dipilih adalah onlay, hal ini karena gigi telah kehilangan struktur mahkota dan atap pulpa. Diperlukan restorasi yang dapat menyatukan keempat dinding axial, dinding bukal lingual dan mesial masih cukup tinggi untuk pembuatan restorasi onlay. 2. Gigi 46 dan 47Diagnosis :gigi 46 Karies D3 Site 1 Size 1gigi 47 Karies D1 Site 1 Size 1Pemeriksaan : Pemeriksaan subjektif : jika makanan manis menyangkut pada area untuk mengunyah pada gigi tersebut sulit dibersihkan Pemeriksaan objektif: : Pada pemeriksaan awal terdapat kavitas pada area oklusal berwarna kehitaman, tersangkut sonde. Pemeriksaan dengan sondasi (-).

Rencana Perawatan :Gigi 46, 47 GICAlasan :Untuk kavitas ini, karies baru mencapai email dan dentin terbatas serta perluasan lesi hanya mencapai fisur gigi molar. Jika direstorasi dengan resin komposit akan lebih mengambil jaringan yang masih sehat. GIC yang memiliki ikatan kimiawi, lebih retensi tanpa dibutuhkan preparasi juga melepaskan fluor yang membantu proses demineralisasi merupakan bahan tambal yang lebih baik pada kasus ini.

BAB IIITERAPI KONSERVASI

III.1 Terapi Non Invasif0. Pembersihan gigi dan mulut:0. Sikat gigi 2x/hari dengan cara yang benar dan efektifPembersihan gigi dan mulut dengan menyikat gigi setiap hari dilakukan untuk membersihkan plak yang menempel pada gigi. Pasien diajarkan gerakan menyikat gigi yang benar (gerakan atas bawah / vertikal dan gerakan memutar) pada semua permukaan gigi. Serta penggunaan dental floss.

0. Scaling untuk menghilangkan kalkulus yang ada di rongga mulut serta kontrol plakScaling dilakukan untuk menghilangkan kalkulus baik supragingiva maupun subgingiva. Scaling dilakukan untuk mencegah terjadinya karies baru pada gigi geligi karena kalkulus merupakan tempat bagi retensi bakteri yang memproduksi asam sehingga mempercepat demineralisasi.III.2 Terapi Invasif

1. Gigi 36: Nekrosis Parsial disertai Periodontitis Apikalis Kronis PSA Non-Vital + onlayTahapan perawatan:a. Preparasi / akses kamar pulpa Ragangan kavitas disesuaikan dengan bentuk internal kamar pulpa, untuk gigi 36 maka ragangan kavitas dibuat berbentuk segiempat di daerah mesial, dan disesuaikan dengan kavitas yang telah terbentuk. Lakukan ekskavasi jaringan karies menggunakan bur metal bulat low speed. Disertai dengan pengangkatan kamar pulpa. Setelah kamar pulpa dibersihkan maka akan orifis akan terlihat dengan jelas. Akses dikatakan selesai bila:-tidak lagi tersisa jaringan karies-atap pulpa telah terangkat semua, ketika diperiksa dengan menggunakan sonde lurus tidak ada hambatan.- orifis terlihat lebih besar (pandangan jelas dan lebih jauh ke apikal)b. AnestesiAnestesi menggunakan Pehacain (Lidocain 20mg+Adrenalin 0,0125mg/ml) menggunakan teknik injeksi intrapulpa untuk menghindari rasa sakit saat perawatan. c. Ekstirpasi Jaringan PulpaDikarenakan jaringan pulpa pada akar Mesiobukal dan Mesiodistal masih vital, maka perlu dilakukan ekstirpasi jaringan pulpa untuk mengangkat jaringan pulpa yang masih tersisa. Ekstirpasi jaringan pulpa dilakukan menggunakan jarum ekstirpasi atau barbed croach dimasukkan 2/3 panjang saluran akar kemudian diputar 180 derajat searah jarum jam lalu ditarik keluar.d. Penentuan panjang kerja Alat yang digunakan dapat berupa jarum (minimal no. 20 agar terlihat jelas di foto radiograf) atau guttap percha. Tentukan titik yang akan dijadian acuan selama preparasi atau pengisian saluran akar, yang stabil dan tidak berubah pada bidang insisal yang paling mudah terlihat dan menyentuh stopper selama perawatan. Ukur panjang gigi pada radiograf praoperatif, lalu kurangi 2-3 mm untuk toleransi kesalahan pemotretan Letakkan stopper pada jarum endodontik dengan panjang yang telah dihitung tersebut. Masukkan jarum tersebut ke dalam saluran akar sampai stopper menyentuh titik acuan Lakukan foto radiograf Panjang kerja yang tepat ditentukan dengan mengukur perbedaan antara ujung file dan apeks radiograf dan menjumlahkan dengan panjang kerja diagnosis dari radiograf awal, lalu panjang kerja dikurangi 1 mm agar panjang kerja mencapai konstriksi apikal.e. Preparasi orifisDapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :1. Lebarkan orifis dengan mendigunakan gates glidden drill, dimulai dari nomor yang dapat masuk hingga 2mm, lalu dilanjutkan dengan nomor yang lebih kecil berturut-turut hingga paling jauh mencapai 2/3 dari panjang kerja kemudian irigasi dengan NaOCl 2,5%. 2. Perbesar daerah koronal dengan protaper S1, diikuti dengan SX hingga panjang file #15 tercapai. File selalu diolesi dengan EDTA.f. Preparasi saluran akar dengan menggunakan Protaper Setelah panjang kerja telah ditetapkan, gunakan protaper S1 sampai sepanjang panjang kerja, kemudian S2 sampai sepanjang panjang kerja. Gunakan protaper F1 sepanjang panjang kerja. Untuk akar yang lebih besar, gunakan F2, F3, F4, dan F5 jika memungkinkan. Protoaper digunakan secara perlahan dan hati-hati untuk mengangkat dentin dengan cara memutar handle searah jarum jam hingga protaper terasa pas. Lepaskan protaper dengan cara memutar handle berlawanan arah jarum jam, 45-90. Haluskan dentin dengan cara memutar hanadle searah jarum jam sambil mengangkat file tersebut. Ulangi gerakan tersebut hingga panjang yang diinginkan tercapai. Tergantung anatominya, protaper juga dapat digunakan dengan gerakan maju mundur. Cantumkan nama setiap saluran akar panjang dan nomor alat terakhir di status. Selalu irigasi saluran akar pada setiap tahapan. Gunakan instrumen protaper pada saluran akar yang teririgasi dengan baik dan terlubrikasi.g. Pemeriksaan hasil preparasi Seluruh dinding saluran akar telah halus Terdapat apical stop dan tug back.h. Medikamen antar kunjunganSetelah dilakukan preparasi saluran akar, saluran akar diberikan medikasi antar kunjungan berupa ChKM, lalu kemudian ditumpat sementara dengan Cavit.i. Pengisian saluran akar Saluran akar telah bersih dan kering. Kon yang sesuai dengan nomor protaper dicobakan dalam saluran akar sepanjang panjang kerja dan terasa ada tug-back. Buat radiograf untuk melihat ketepatan ujung kon. Campurkan semen saluran akar dan masukkan ke saluran akar dengan menggunakan jarum lentulo. Kon guttap percha khusus protaper steril dimasukkan ke dalam saluran akar perlahan-lahan agar udara dan kelebihan semen dapat keluar, kemudian kon utama ditarik sedikit satu dua kali kemudian dimasukkan kembali sampai panjang kerja. Bahan pengisi dipotong sebatas orifis dengan instrumen yang ujungnya telah dipanaskan. Kemudian lakukan kondensasi vertikal dengan alat pemampat bahan pengisi, sampai kira-kira 1 mm di bawah orifis. Buat radiograf untuk evaluasi pengisian saluran akar. Kamar pulpa dibersihkan dengan cotton pelet yang dibasahi alkohol kemudian tutup dengan tumpatan sementara. Pasien diminta untuk datang kontrol yang bertujuan untuk melihat adaptasi bahan pengisian terhadap jaringan periapikal kemudian direncanakan pembuatan restorasi tetap yang sesuai.j. Restorasi onlay Bongkar restorasi sementara dengan scaller dan ekskavator Preparasi kavitas seminimal mungkin mengikuti ragangan yang telah ada. Preparasi kavitas dengan menggunakan tappered bur mengikuti ragangan kavitas sejajar atau divergen ke oklusal. Bevel seluruh tepi kavitas luar (reverse bevel). Bersihkan kavitas dan biarkan tetap lembab. Cetak kavitas dengan menggunakan bahan cetak double impression Polysiloxane Impression. Buat catatan gigit pada malam. Cetakan rubber base di cor menjadi model kerja, tandai batas tepi preparasi/bevel pada model kerja menggunakan pensil. Kirimkan hasil cetakan kavitas, catatan gigit, dan surat permohonan untuk pembuatan onlay kepada laboratorium. Setelah hasil didapat dari lab, dapat dilakukan insersi onlay. Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat pemasangan onlay adalah pengecekan terhadap retensi, resistensi, integritas marginal, oklusi, dan artikulasi harus semuanya baik. Jika semuanya telah sesuai dan baik, maka dapat dilakukan sementasi onlay.

Gambar desain onlay :

2. Gigi 46 dan 47 GIC1. Pembersihan jaringan karies dan preparasi Ekskavasi jaringan karies dengan ekskavator atau bur metal bulat no. 10 hingga tersisa affected dentin. Haluskan tepi-tepi kavitas. 2. Penumpatan dengan GIC Siapkan powder dan liquid GIC tipe 2, aduk melipat Aplikasikan GIC dalam kavitas dengan instrumen berujung bulat, biarkan flow GIC mengisi fisur gigi molar Rapikan tumpatan dengan plastic filling 3. Pemolesan Pemolesan dilakukan 1x 24 jam setelah penumpatan Pemolesan dilakukan dengan menggunakan enhance dengan tekanan ringan, putaran rendah, secara intermiten dan dalam keadaan basah. Pemolesan dilakukan agar tumpatan halus dan mengkilap sehingga mencegah terjadinya retensi makanan yang dapat menyebabkan terjadinya karies sekunder

BAB IVPROGNOSIS

1. Prognosis UmumBaik. Alasan :1. Keadaan umum pasien baik (tidak ada penyakit sistemik)2. Pasien memiliki sikap yang kooperatif, serta motivasi yang tinggi untuk memperbaiki dan meningkatkan kebersihan dan kesehatan mulutnya.

2. Prognosis Lokal 1.Gigi 36 prognosis baik Gigi masih dapat dirawat saluran akar dan sisa jaringan masih dapat direstorasi paska endodontik2. Gigi 46 dan 47 prognosis baik Karies aktif terbatas mencapai email, sisa jaringan memiliki retensi dan resistensi yang adekuat untuk menerima restorasi.

DAFTAR REFERENSI

Cohen s, Hargreaves KM. Pathways of the Pulp. 9th ed: Elsevier; 2006.Nursasongko B, buku pegangan Endodontik Praklinik Edisi II. Jakarta: Departemen Ilmu Konservasi Gigi FKG UI; 2007. Newman MG, Takei HH, Carranza FA. Carranza's clinical periodontology. 11th ed. Philadephia: W B Saunders Company; 2012.Mount GJ, Hume WR. Preservation and restoration of tooth structure. 2nd ed. Queensland: Knowledge books and software; 2005.