Upload
ganda-kusuma-asari
View
175
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit diare atau gastroenteritis merupakan suatu penyakit penting
disekitar masyarakat yang masih merupakan sebab utama kesakitan dan kematian
seseorang terutama pada anak. Hal ini tercemin banyak orang yang menderita
penyakit diare atau gastroenteritis yang masuk keluar dari Rumah Sakit. Akibat
dari penyakit diare banyak faktor diantaranya kesehatan lingkungan, higene
perorangan, keadaan gizi, faktor sosial ekonomi, menentukan serangan penyakit
diare, walaupun banyak kasus diare yang mengalami dehidrasi namun banyak
yang meninggal bila tidak dilakukan tindakan-tindakan yang tepat.
Masyarakat pada umumnya selalu menganggap suatu hal penyakit diare
adalah sepele, sedangkan jika mengetahui yang terjadi sebenarnya banyak
penderita diare yang mengalami kematian.Penyakit gastrointeritis merupakan
penyakit yang harus sege ra ditangani karena dapat mengalami dehidrasi berat
yang mengakibatkan syok hipovolemik dan mengalami kematian.
Masalah pada penyakit gastrointeritis atau diare yang dapat mengakibatkan
kematian berupa komplikasi lain dan masalah lain yang berkaitan dengan diare
belum sepenuhnya ditanggulangi secara memadai, namun berbagai peran untuk
mencegah kematian yang berupa komplikasi dan masalah lain seperti pelayanan
kesehatan yang baik dan terpenuhi, dalam mencegah penyakit diare dengan
memberikan pendidikan kesehatan kepada semua warga masyarakat tentang
penyakit gastroenteriritis serta peran keluarga dan warga sekitarnya sangat
1
mendorong turunnya terjadinya penyakit gastroenteritis karena dari keluargalah
pola hidup seseorang terbentuk. Dengan pola hidup yang sehat dan bersih dapat
mencegah terjadinya penyakit gastrointeritis.
Berikut ini dilaporkan sebuah kasus gastroenteritis akut di ruang Penyakit
Dalam kelas III RSUD Kanjuruhan Kepajen
2
BAB II
STATUS PENDERITA
2.1 Identitas Penderita
- Nama : Ny.G
- Umur : 55 tahun
- Jeniskelamin : Perempuan
- Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
- Pendidikan : SD
- Alamat : Kepanjen
- Status : Menikah
- Suku : Jawa
2.2 Anamnesis
1. Keluhan utama : Diare
2. Riwayat penyakit sekarang :
Seorang pasien usia 55 tahun datang ke IGD RSUD Kanjuruhan
dengan keluhan diare sebanyak 7x/hari, demam(+), lendir (+),ampas (+)
nyeri perut (+), mual (+), muntah (+) muntah terutama setalah makan ,
pasien selalu merasa haus,pasien datang dengan diantar keluarga dalam
keadaan pucat (+) ,mata cekung (+), dan kedua tangan serta kaki teraba
dingin,badan terasa lemas, keluarga pasien mengatakan bahwa sejak
sakit nafsu makan menurun sehingga BAK sedikit dan menurun dari
biasanya. Keluarga pasien mengaku sebelumya berat badan pasien
adalah 47 kg, namun sekarang setelah ditimbang menjadi 45 kg.
3. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat sakit serupa :pasien sering mengalami diare
tetapi biasannya hanya sehari dan sembuh dengan sendirinnya.
Riwayat mondok : -
Riwayat sakit gula : -
Riwayat penyakit jantung : -
3
Riwayat hipertensi : -
Riwayat kejang : -
Riwayat alergi obat : -
Riwayat alergi makanan : -
4. Riwayat sakit keluarga
Riwayat sakit serupa : -
Riwayat mondok : -
Riwayat sakit gula : -
Riwayat penyakit jantung : -
Riwayat hipertensi : -
Riwayat kejang : -
Riwayat alergi obat : -
Riwayat alergi makanan : -
5. Riwayat kebiasaan
Riwayat merokok : -
Riwayat minum alkohol : -
Riwayat olah raga : -
Riwayat pengisian waktu luang :pasien biasanya mengisi waktu
luang dengan tidur dan menontot tv.
6. Riwayat sosial ekonomi:
Pasien sudah tidak bekerja,pasien tinggal satu rumah dengan
dua anak dan menntunya dengan keadaan sosial ekonomi yang
cukup.
7. Riwayat gizi
Pasien tampak kurus,dengan kesan gizi kurang
A. Anamnesa Sistem
1. Kulit : kulit gatal (-), turgor kulit menurun.
2. Kepala : sakit kepala(-), pusing(-),rambut kepala rontok
(-),luka pada kepala (-), benjolan atau borok (-)
4
3. Mata : pandangan mata berkunang – kunang, cekung
(+), (-/-),pengelihatan kabur(-/-) , ketajaman
mata dalam batas normal (+/+)
4. Hidung : tersumbat (-/-), mimisan (-/-)
5. Telinga : pendengaran berkurang (-/-), berdengung (-/-),
keluar cairan (-/-)
6. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-)
7. Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-)
8. Pernafasan : sesak nafas (-), batuk lama(-)
9. Kardiovaskular : berdebar – debar (-), nyeri dada (-), ampeg (-)
10. Gastrointestinal : mual (+), muntah(+), diare(-),nafsu makan
meningkat (-), nyeri perut(+),diare (5x)
11. Genitouria : BAK lancer, jumlah dalam batas normal, nyeri
BAK (-)
12. Neurologik : kejang (-),kumpuh(-),kesemutan(-),dan rasa tebal
(-)
13. Psikiatrik : emosi stabil, mudah marah(-)
14. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki(-),nyeri
otot(-)
15. Ekstremitas atas :
Kanan: bengkak (-), sakit(-),luka(-)
Kiri: bengkak (-), sakit(-),luka(-)
16. Ekstremitas bawah:
Kanan: bengkak (-), sakit(-),luka(-)
Kiri: bengkak (-), sakit(-),luka(-)
B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Lemas dan Pucat GCS 456
2. Tanda vital :
BB : 45kg
TB : 158cm
Tensi : 110/80
5
Nadi : 76 x//menit
Pernafasan : vesikuler
Suhu : 38,2ºC
3. Kulit
Turgor menurun,ikterik -, sianosis -,venektasi(-), ptekie (-), spidernavi(-)
4. Kepala
Bentuk kepala mesocephal, luka (-), rambut tdk mudah dicabut, keriput
(-),makula(-),papula(-),nodula(-)
5. Mata
Konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, pupil isokor (3mm/3mm),
reflek cahaya (+/+), katarak -/-, tanda radang -/-,mata cowong (+/+)
6. Hidung
Nafas cuping hidung (-/-),secret(-/-),epistaksis (-/-),deformitas
hidung(-/-), hiperpigmentasi(-/-)
7. Mulut
Bibir pucat(+), bibir kering(-), lidah kotor (-), tremor(-)
8. Telinga
Nyeri tekan mastoid (-/-), secret(-/-), pendengaran berkurang(-/-),
cuping telinga dalam batas normal
9. Tenggorokan
Tonsil membesar (-/-), hiperemi faring(-/-)
10. Leher
JVP meningkat (-). Trakea ditengah, pembesaran KGB (-), pembesaran
kel.tiroid(-), lesi pada kulit (-).
6
11. Toraks
Simetris, normochest, retraksi intercostals (-), retraksi
subcostal(-),spider navi(-), venectasi (-),pembesaran kel. Limfe (-)
COR
I : iktus kordis tak tampak
P : iktus kordis tak kuat angkat
P : batas kiri atas : SIC II 1 cm lateral LPSS
batas kanan atas : SIC II LPSD
batas kiri bawah : SIC V 1 cm lateral LMCS
batas kanan bawah: SIC IV LPSD
batas jantung kesan tidak membesar
A : BJ I-II intensitas normal, regular, bising (-)
PULMO
I : pengembangan dada kanan sama dengan dada kiri
P : fremitus raba kanan sama dengan kiri
P :
A : suara
dasarvesikular (+/+),
suara tambahan (-/-),
dinamis depan
belakang
+ +
+
+ +
7
Sonor Sonor
Sonor
Sonor Sonor
12. Abdomen
I : jejas diperut bagian tengah ,dinding perut sejajar dengan dinding
dada, venektasi (-)
P : BU (+) meningkat
P : hipertimpani seluruh lapang perut
A : nyeri tekan (+)di perut bagian tengah, hepar dan lien tidak teraba
13. Ekstremitas
Palmar eritema (-/-)
Akral dingin Oedem Ulkus
14. Sistem genitalia
Dalam batas normal
15. Pemeriksaan neurologik
Kesadaran : GCS 4 5 6
Fungsi Luhur : dlm batas normal
16. Pemeriksaan psikiatrik
Penampilan : perawatan diri baik
Kesadaran : kualitatif tidak berubah; kuantitatif CM
Afek : appropriate
Psikomotor : normoaktif
Proses Pikir : realistis
C. Resume
Seorang pasien usia 55 tahun datang ke IGD RSUD Kanjuruhan
dengan keluhan diare sebanyak 7x/hari, demam(+), lendir
(+),ampas (+) nyeri perut (+), mual (+), muntah (+) muntah
terutama setalah makan , pasien selalu merasa haus,pasien
8
+ +
+ +
- -
- -
- -
- -
datang dengan diantar keluarga dalam keadaan pucat (+) ,mata
cekung (+), dan kedua tangan serta kaki teraba dingin,badan
terasa lemas, keluarga pasien mengatakan bahwa sejak sakit
nafsu makan menurun sehingga frekuensi BAK menurun dari
biasanya. Keluarga pasien mengaku sebelumya berat badan
pasien adalah 47 kg, namun sekarang setelah ditimbang menjadi
45 kg. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan BB 45 kg,TB
158 cm, Tekanan darah 110/80, pernafasan vesikuler dan suhu
axila 38,2ºC. Bising usus meningkat dan hipertimpani.
D. Diferential Diagnostic
Gaetroenteritis akut dengan dehidrasi ringan
Disentri Basiler
Disentri Ameoba
Colitis
2.3 Pemeriksaan laboratorium (Penunjang)
Darah lengkap:
Hb : 14,1 (N: 12-15)
Hematokrit : 41,0 (N: 37-48)
Eritrosit : 5,1 juta (N: 4,2 juta-5,5 juta)
Leukosit : 14.900 (N: 4.000-10.000)
Hitung jenis neutrofil stab : -
Hitung jenis neutrofil segmen : 80 (N: 50-70)
Hitung jenis lymphosit : 10 (N: 20-40)
Hitung jenis monosit : 7 (N: 2-8)
LED : 45
Trombosit : 238.000 (N: 150.000-400.000)
DL :
SGOT 40
SGPT 35
Ureum 150
9
Kreatinin 5,20
DL :
Ureum 90
Kreatinin 1,62
FL :
Makroskopis
Warna : coklat
Konsistensi : cair
Darah : (-)
Lendir : (+)
Mikroskopis
Eritrosit : (+)
Leukosit : (+)
Amuba : (+) E. Hystolitika
Telur : (-)
Sisa makanan: (-)
Larva : (-)
Bakteri : (-)
Lain-lain : (-)
2.4 Working Diagnosa
Gaetroenteritis akut dengan dehidrasi ringan ec E. Hystolitica
10
2.5 Penatalaksanaan
Non medikamentosa
a. Edukasi
Edukasi terhadap pasien dan keluarga mengenai :
- Makna perlunya pemantauan dan pengendalian penyakit
- Komplikasi dari diare akut maupun kronis
- Intervensi Farmakologi dan non- Farmakologi
b.Cukup Istirahat dan tidur
Penderita sebaiknya tidur yang cukup 6-8 jam setiap harinya
dan tidak memaksakan diri dalam melakukan aktivitas sehari- hari.
c. Mengurangi stres dan beban pikiran
Mengurangi/menghindari stres dengan lebih mendekatkan diri
kepada allah dengan menyerahkan segala sesutunya kembali pada allah.
2. Medikamentosa :
Infus :
RL (20 tetes/menit)
Injeksi :
Ranitidin 2 x 1amp IV
Cefotaxim 3 x 1gr IV
Metronidazole 3x1
Loperamid 3x1 IV
Tomit 1x1 ampul IV
PO:
New Diatab 2 tab/BAB
Parasetamol 3x500mg
11
2.6 Follow up
Tanggal 06 Juli 2013
S : lemas (+),BAB (+ 5x/ hari) konsistensi cair, lendir (+), demam (+)
mual (+), nyeri abdomen (+)
O : KU baik,tampak lemas dan pucat
Tanda vital :
T : 120/70
N : 68x/ menit
BB : 45kg
RR : 24x/menit
S : 37,8ºC
Status Generalis : dalam batas normal
Status Neurologis : dalam batas normal
Status Mentalis : dalam batas normal
A : Gaetroenteritis akut dengan dehidrasi ringan
P : terapi medikamentosa dilanjutkan, selain itu di berikan pula terapi
non medikamentosa.
Tanggal 07 Juli 2013
S : Mual (+), muntah (-), BAB dan BAK lancar, demam(-),
O : KU baik,tampak lemas dan pucat, gizi kesan baik
Tanda vital : T : 120/60
N : 72x/ menit
BB : 45kg
RR : 20x/menit
S : 36,6ºC
Status Generalis : dalam batas normal
Status Lokakis : ROM terbatas karena nyeri
Status Neurologis : dalam batas normal
Status Mentalis : dalam batas normal
12
A : Gaetroenteritis akut dengan dehidrasi ringan
P : terapi medikamentosa dilanjutkan, selain itu di berikan pula terapi
non medikamentosa.
Tanggal 08 Juli 2013
S : nyeri abdomen (-),lemas (+),BAB dan BAK lancar
O : KU baik,tampak lemas dan pucat
Tanda vital :
T : 130/80
N : 80x/ menit
BB : 45kg
RR : 20x/menit
S : 36ºC
Status Generalis : dalam batas normal
Status Neurologis : dalam batas normal
Status Mentalis : dalam batas normal
A : Gaetroenteritis akut dengan dehidrasi ringan
P : terapi medikamentosa dilanjutkan, selain itu diberikan pula terapi non
medikamentosa.
Kesimpulan :
- Ada perbaikan pada tanda vital
- Ada perbaikan pada masalah diare
13
2.7 .Flow Sheet
NO Tanggal Vital
Sign
BB/TB BMI Keluhan Rencana
1 05-07-13
T :110/80
N:80x/menit
RR:20
S: 38ºC
45/158 18 Mual,muntah, nyeri perut,badan lemas dan ngilu,.diare 5x/hari,demam
1.Penyuluhan tentang gaya hidup sehat,teratur minum obat dan istirahat yang cukup
2.penyuluhan tentang penyakit pasien pada keluarga.
2. 06-07-13
T :110/70
N:80x/menit
Rr:24
S: 37,8ºC
45/158 18 nyeri perut,badan lemas dan ngilu.,diare sudah mulai berkurang ,demam mulai turun
1.Penyuluhan tentang gaya hidup sehat,teratur minum obat dan istirahat yang cukup
2.penyuluhan tentang penyakit pasien pada keluarga.
3. 07-07-13
T :110/60
N:80x/menit
Rr:20
S: 36,5ºC
45/158 18 Badan masih terasa lemas dan sakit- sakit,frekuansi BAB sudah mulai normal
1.Penyuluhan tentang gaya hidup sehat,teratur minum obat dan istirahat yang cukup
2.penyuluhan tentang penyakit pasien pada keluarga.
4. 08-07-13
T :120/70
N:80x/menit
Rr:18
S: 36ºC
45/158 18 BAB sudah mulai normal ,diare (-),demam (-)nyeri perut sudah mulai berkurang.
1.Penyuluhan tentang gaya hidup sehat,teratur minum obat dan istirahat yang cukup
2.penyuluhan tentang penyakit pasien pada keluarga.
14
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 GASTROENTERITIS AKUT
A. Definisi
Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari
( WHO, 1980),Diare juga merupakan suatu gejala klinis dari gangguan saluran
pencernaan (usus) yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih
dari biasanya (berulang-ulang) disertai adanya perubahan bentuk dan konsistensi
dari feses menjadi lembek atau cair. (Bambang Subagyo, 1997). Jadi dari kesemua
pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa gastroenteritis adalah
peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare
dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus
dan parasit yang pathogen.
B. Patofisiologi
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus,
Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter,
Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia,
Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan
infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana
merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut.
Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu klien ke klien
yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan
makanan dan minuman yang terkontaminasi.Mekanisme dasar penyebab
timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan yang tidak dapat diserap
akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga
15
terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus
berlebihan sehingga timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi
akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat
kemudian terjadi diare. Gangguan motilitas usus yang mengakibatkan
hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah
kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam
basa (asidosis metabolik dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang,
output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.
16
C. Gejala Klinis
a. Diare.
b. Muntah.
c. Demam.
d. Nyeri abdomen
e. Membran mukosa mulut dan bibir kering
g. Kehilangan berat badan
h. Tidak nafsu makan
i. Badan terasa lemas
D. Komplikasi
a. Dehidrasi
b. Renjatan hipovolemik
c. Kejang
d. Bakterimia
e. Mal nutrisi
f. Hipoglikemia
g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
E. Tingkat Dehidrasi Gastroenteritis
a. Dehidrasi Ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor
kulit kurang elastis, suara serak, klien belum jatuh pada keadaan syok.
b. Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor
kulit jelek, suara serak, presyok nadi cepat dan dalam.
17
c. Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 – 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik
seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun,
apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.
Kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan memakai cara:
BD plasma, dengan memakai rumus :
Kebutuhan cairan = BD Plasma – 1,025 X Berat badan (Kg) X 4 ml 0,001
Metode Pierce berdasarkan keadaan klinis :
- Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan 5% X KgBB
- Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan 8% X KgBB
- Dehidrasi berat, kebutuhan cairan 10% X KgBB
Metode Daldiyono berdasarkan keadaan klinis yang diberi penilaian/skor:
18
Kebutuhan cairan = Skor X 10% X KgBB X 1 liter
15
Goldbeger (1980) mengemukakan beberapa cara menghitung kebutuhan cairan:
Cara I :
Jika ada rasa haus dan tidak ada tanda-tanda klinis dehidrasi
lainnya, maka kehilangan cairan kira-kira 2% dari berat badan pada
waktu itu.
Bila disertai mulut kering, oliguri, maka defisit cairan sekitar 6%
dari berat badan saat itu.
Bila ada tanda-tanda diatas disertai kelemahan fisik yang
jelas, perubahan mental seperti bingung atau delirium,
maka defisit cairan sekitar 7 -14% atau sekitar 3,5 – 7 liter
pada orang dewasa dengan berat badan 50 Kg.
Cara II :
Jika penderita dapat ditimbang tiap hari, maka kehilangan berat badan 4
Kg pada fase akut sama dengan defisit air sebanyak 4 liter.
Cara III :
Dengan menggunakan rumus :
Na2 X BW2 = Na1 X BW1, dimana :
19
Na1 = Kadar Natrium plasma normal;
BW1 = Volume air badan normal, biasanya 60% dari berat badan untuk
pria dan 50% untuk wanita ;
Na2 = Kadar natrium plasma sekarang ;
BW2 = volume air badan sekarang.
F. Penatalaksanaan Medis
a. Pemberian cairan.
b. Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada klien dengan
tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu
diperhatikan :
Memberikan asi.
Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin,
mineral dan makanan yang bersih.
Obat-obatan.
Kelompok antisekresi selektif
Terobosan terbaru dalam milenium ini adalah mulai tersedianya secara luas
racecadotril yang bermanfaat sekali sebagai penghambat enzim
enkephalinase sehingga enkephalin dapat bekerja kembali secara normal.
Perbaikan fungsi akan menormalkan sekresi dari elektrolit sehingga
keseimbangan cairan dapat dikembalikan secara normal. Di Indonesia saat ini
tersedia di bawah nama hidrasec sebagai generasi pertama jenis obat baru anti
diare yang dapat pula digunakan lebih aman pada anak.
Kelompok opiat
20
Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, loperamid HCl serta
kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil). Penggunaan kodein
adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2 – 4 mg/ 3 – 4x sehari dan lomotil 5mg
3 – 4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan propulsi,
peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses
dan mengurangi frekwensi diare.Bila diberikan dengan cara yang benar obat
ini cukup aman dan dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila
diare akut dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak
dianjurkan.
Kelompok absorbent
Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin, atau smektit
diberikan atas dasar argumentasi bahwa zat ini dapat menyeap bahan
infeksius atau toksin-toksin. Melalui efek tersebut maka sel mukosa usus
terhindar kontak langsung dengan zat-zat yang dapat merangsang sekresi
elektrolit.
Zat Hidrofilik
Ekstrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dari Plantago oveta, Psyllium,
Karaya (Strerculia), Ispraghulla, Coptidis dan Catechu dapat membentuk
kolloid dengan cairan dalam lumen usus dan akan mengurangi frekwensi dan
konsistensi feses tetapi tidak dapat mengurangi kehilangan cairan dan
elektrolit. Pemakaiannya adalah 5-10 cc/ 2x sehari dilarutkan dalam air atau
diberikan dalam bentuk kapsul atau tablet.
21
Probiotik
Kelompok probiotik yang terdiri dari Lactobacillus dan
Bifidobacteria atau Saccharomyces boulardii, bila mengalami peningkatan
jumlahnya di saluran cerna akan memiliki efek yang positif karena
berkompetisi untuk nutrisi dan reseptor saluran cerna. Syarat penggunaan dan
keberhasilan mengurangi/menghilangkan diare harus diberikan dalam jumlah
yang adekuat.Pedoman sederhana pemberian antibiotik pada diare akut
dewasa seperti terlihat pada table.
22
G. Pemberian cairan, pada klien Diare dengan memperhatikan derajat
dehidrasinya dan keadaan umum
a. Cairan per oral.
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan peroral berupa
cairan yang berisikan NaCl dan Na, HCO, K dan Glukosa, untuk Diare akut
diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan, atau sedang kadar natrium 50-60
Meq/l dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan gula ) atau air tajin
yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk pengobatan
dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut.
b. Cairan parenteral.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat
badan atau ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai
dengan umur dan berat badannya.
1. Dehidrasi ringan.
1jam pertama 25 – 50 ml / Kg BB / hari, kemudian 125 ml / Kg BB / oral
2. Dehidrasi sedang.
1jam pertama 50 – 100 ml / Kg BB / oral, kemudian 125 ml / kg BB / hari.
3. Dehidrasi berat.
Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3 – 10 kg
· 1 jam pertama : 40 ml / kg BB / jam = 10 tetes / kg BB / menit (infus set 1
ml = 15 tetes atau 13 tetes / kg BB / menit.
· 7 jam berikutnya 12 ml / kg BB / jam = 3 tetes / kg BB / menit ( infus set 1
ml = 20 tetes ).
23
· 16 jam berikutnya 125 ml / kg BB oralit per oral bila anak mau
minum,teruskan dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes /
kg BB / menit.
Untuk anak lebih dari 2 – 5 tahun dengan berat badan 10 – 15 kg.
- 1 jam pertama 30 ml / kg BB / jam atau 8 tetes / kg BB / menit ( infus set 1
ml = 15 tetes ) atau 10 tetes / kg BB / menit ( 1 ml = 20 tetes ).
- 7 jam kemudian 127 ml / kg BB oralit per oral,bila anak tidak mau minum
dapat diteruskan dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes /
kg BB / menit.
Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan berat badan 15 – 25 kg.
-1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit ( infus set 1
ml = 20 tetes ).
-16 jam berikutnya 105 ml / kg BB oralit per oral.
c. Diatetik ( pemberian makanan ).
Terapi diatetik adalah pemberian makan dan minum khusus kepada klien
dengan tujuan meringankan, menyembuhkan serta menjaga kesehatan klien.
Hal – hal yang perlu diperhatikan :
· Memberikan ASI
· Memberikan bahan makanan yang mengandung cukup
kalori,protein,mineral dan vitamin, makanan harus bersih.
d. Obat-obatan.
· Obat anti sekresi.
· Obat anti spasmolitik.
24
· Obat antibiotik.
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium.
· Pemeriksaan tinja.
· Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau
astrup, bila memungkinkan.
· Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
a. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad
renik atau parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare
kronik.
I. Komplikasi
Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama,
terutama pada usia lanjut dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera
kehilangan cairan secara mendadak sehingga terjadi shock hipovolemik yang
cepat. Kehilangan elektrolit melalui feses potensial mengarah ke hipokalemia
dan asidosis metabolik.
Pada kasus-kasus yang terlambat meminta pertolongan medis,
sehingga syok hipovolemik yang terjadi sudah tidak dapat diatasi lagi maka
dapat timbul Tubular Nekrosis Akut pada ginjal yang selanjutnya terjadi gagal
multi organ. Komplikasi ini dapat juga terjadi bila penanganan pemberian
cairan tidak adekuat sehingga tidak tecapai rehidrasi yang optimal.
25
Haemolityc uremic Syndrome (HUS) adalah komplikasi yang
disebabkan terbanyak oleh EHEC. Pasien dengan HUS menderita gagal ginjal,
anemia hemolisis, dan trombositopeni 12-14 hari setelah diare. Risiko HUS
akan meningkat setelah infeksi EHEC dengan penggunaan obat anti diare,
tetapi penggunaan antibiotik untuk terjadinya HUS masih kontroversi.
Sindrom Guillain – Barre, suatu demielinasi polineuropati akut, adalah
merupakan komplikasi potensial lainnya dari infeksi enterik, khususnya
setelah infeksi C. jejuni. Dari pasien dengan Guillain – Barre, 20 – 40 % nya
menderita infeksi C. jejuni beberapa minggu sebelumnya. Biasanya pasien
menderita kelemahan motorik dan memerlukan ventilasi mekanis untuk
mengaktifkan otot pernafasan. Mekanisme dimana infeksi menyebabkan
Sindrom Guillain – Barre tetap belum diketahui. Artritis pasca infeksi dapat
terjadi beberapa minggu setelah penyakit diare karena Campylobakter,
Shigella, Salmonella, atau Yersinia spp.
J.Prognosa
Dengan penggantian Cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung,
dan terapi antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya
sangat baik dengan morbiditas dan mortalitas yang minimal. Seperti
kebanyakan penyakit, morbiditas dan mortalitas ditujukan pada anak-anak dan
pada lanjut usia. Di Amerika Serikat, mortalits berhubungan dengan diare
infeksius < 1,0 %. Pengecualiannya pada infeksi EHEC dengan mortalitas 1,2
% yang berhubungan dengan sindrom uremik hemolitik.
26
K.Pencegahan
Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral,
penularannya dapat dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik. Ini
termasuk sering mencuci tangan setelah keluar dari toilet dan khususnya
selama mengolah makanan. Kotoran manusia harus diasingkan dari daerah
pemukiman, dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran manusia. Karena
makanan dan air merupakan penularan yang utama, ini harus diberikan
perhatian khusus. Minum air, air yang digunakan untuk membersihkan
makanan, atau air yang digunakan untuk memasak harus disaring dan
diklorinasi. Jika ada kecurigaan tentang keamanan air atau air yang tidak
dimurnikan yang diambil dari danau atau air, harus direbus dahulu beberapa
menit sebelum dikonsumsi. Ketika berenang di danau atau sungai, harus
diperingatkan untuk tidak menelan air. Semua buah dan sayuran harus
dibersihkan menyeluruh dengan air yang bersih (air rebusan, saringan, atau
olahan) sebelum dikonsumsi. Limbah manusia atau hewan yang tidak diolah
tidak dapat digunakan sebagai pupuk pada buah-buahan dan sayuran. Semua
daging dan makanan laut harus dimasak. Hanya produk susu yang
dipasteurisasi dan jus yang boleh dikonsumsi.
Wabah EHEC terakhir berhubungan dengan meminum jus apel
yang tidak dipasteurisasi yang dibuat dari apel terkontaminasi, setelah jatuh
dan terkena kotoran ternak. Vaksinasi cukup menjanjikan dalam mencegah
diare infeksius, tetapi efektivitas dan ketersediaan vaksin sangat terbatas. Pada
saat ini, vaksin yang tersedia adalah untuk V. colera, dan demam tipoid.
27
Vaksin kolera parenteral kini tidak begitu efektif dan tidak direkomendasikan
untuk digunakan. Vaksin oral kolera terbaru lebih efektif, dan durasi
imunitasnya lebih panjang. Vaksin tipoid parenteral yang lama hanya 70 %
efektif dan sering memberikan efek samping. Vaksin parenteral terbaru juga
melindungi 70 %, tetapi hanya memerlukan 1 dosis dan memberikan efek
samping yang lebih sedikit. Vaksin tipoid oral telah tersedia, hanya diperlukan
1 kapsul setiap dua hari selama 4 kali dan memberikan efikasi yang mirip
dengan dua vaksin lainnya.
3.2 DEHIDRASI
A. Definisi
Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air dalam
tubuh. Hal ini terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada
pemasukan (contoh: minum). Dehidrasi dapat berupa :
1. Hilangnya air lebih banyak dari zat natrium (dehidrasi hipertonik),
2. Hilangnya air dan zat natrium dalam jumlah yang sama (dehidrasi
isotonik),
3. Hilangnya zat natrium yang lebih banyak dari pada air (dehidrasi
hipotonik).
Gangguan kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan gangguan
keseimbangan zat elektrolit tubuh. Namun karena mekanisme yang terdapat
pada tubuh manusia sudah sangat unik dan dinamis maka tidak setiap
kehilangan cairan akan menyebabkan tubuh dehidrasi.
Beberapa mekanisme bekerja sama untuk mempertahankan
keseimbangan cairan dalam tubuh. Salah satu yang terpenting adalah
mekanisme haus. Jika tubuh memerlukan lebih banyak air, maka pusat saraf
di otak dirangsang sehingga timbul rasa haus. Rasa haus akan bertambah kuat
28
jika kebutuhan tubuh akan air meningkat, mendorong seseorang untuk minum
dan memenuhi kebutuhannya akan cairan.
Mekanisme lainnya untuk mengendalikan jumlah cairan dalam tubuh
melibatkan kelenjar hipofisa di dasar otak. Jika tubuh kekurangan air,
kelenjar hipofisa akan mengeluarkan suatu zat ke dalam aliran darah yang
disebut hormon antidiuretik. Hormon antidiuretik merangsang ginjal untuk
menahan air sebanyak mungkin.
Jika tubuh kekurangan air, ginjal akan menahan air yang secara
otomatis dipindahkan dari cadangan dalam sel ke dalam aliran darah untuk
mempertahankan volume darah dan tekanan darah, sampai cairan dapat
digantikan melalui penambahan asupan cairan. Jika tubuh kelebihan air, rasa
haus ditekan dan kelenjar hipofisa hanya menghasilkan sedikit hormon
antidiuretik, yang memungkinkan ginjal untuk membuang kelebihan air
melalui air kemih.
A. KLASIFIKASI DEHIDRASI
Berdasarkan klasifikasi dehidrasi WHO, maka dehidrasi dibagi tiga menjadi
dehidrasi ringan, sedang, atau berat.
1. Dehidrasi Ringan (jika penurunan cairan tubuh 5 persen dari berat badan)
Gejala :
Muka memerah
Rasa sangat haus
Kulit kering dan pecah-pecah
Volume urine berkurang dengan warna lebih gelap dari biasanya
Pusing dan lemah
Kram otot terutama pada kaki dan tangan
Kelenjar air mata berkurang kelembabannya
Sering mengantuk
Mulut dan lidah kering dan air liur berkurang
29
2. Dehidrasi Sedang (jika penurunan cairan tubuh antara 5-10 persen dari
berat badan)
Gejala:
Gelisah, cengeng
Kehausan
Mata cekung
Kulit keriput, misalnya kita cubit kulit dinding perut, kulit tidak
segera kembali ke posisi semula.
Tekanan darah menurun
Pingsan
Kontraksi kuat pada otot lengan, kaki, perut, dan punggung
Kejang
Perut kembung
Gagal jantung
Ubun-ubun cekung
Denyut nadi cepat dan lemah
3. Dehidrasi berat (jika penurunan cairan tubuh lebih dari 10 persen dari
berat badan)
Gejala:
Berak cair terus-menerus
Muntah terus-menerus
Kesadaran menurun, lemas luar biasa dan terus mengantuk
Tidak bisa minum, tidak mau makan
30
Mata cekung, bibir kering dan biru
Cubitan kulit baru kembali setelah lebih dari 2 detik
Kesadaran berkurang
Tidak buang air kecil
Tangan dan kaki menjadi dingin dan lembab
Denyut nadi semakin cepat dan lemah hingga tidak teraba
Tekanan darah menurun drastis hingga tidak dapat diukur
Ujung kuku, mulut, dan lidah berwarna kebiruan
Tidak kencing 6 jam atau lebih/frekuensi buang air kecil
berkurang/kurang dari 6 popok/hari.
Kadang-kadang dengan kejang dan panas tinggi
B. FAKTOR PENYEBAB DEHIDRASI
Ada 3 hal yang dapat menyebabkan dehidrasi:
1. Pemasukan cairan yang kurang.
Setiap harinya tubuh manusia memerlukan cairan, baik melalui
makanan ataupun minuman. Tubuh kita tidak hanya membutuhkan
cairan tetapi juga elektrolit seperti natrium, kalium, dan lain-lain.
Apabila pemasukan cairan kurang, maka dapatterjadi dehidrasi.
2. Pengeluaran cairan yang berlebihan.
Pengeluaran cairan yang berlebihan juga dapat menimbulkan dehidrasi.
Pada keadaan normal, setiap harinya bayi dan anak mengeluarkan
cairan dalam bentuk keringat, urin, tinja.
3. Karena sebab lain.
Anak juga bisa mengalami dehidrasi akibat demam tinggi karena
infeksi. Demam menyebabkan tubuh mengeluarkan banyak keringat.
Pada keadaan-keadaan lainnya seperti diabetes atau gangguan ginjal,
dehidrasi juga dapat terjadi
31
C. PENCEGAHAN
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan orangtua maupun guru, antara lain:
Biasakan anak minum teratur setiap hari, terutama bila dia banyak
beraktivitas paling tidak 8 gelas sehari. Anda dapat memberinya dalam
bentuk kombinasi aneka jenis cairan, seperti jus buah, buah segar, sup,
dan lain-lain.
Berilah minuman sebelum anak mulai beraktivitas, seperti bermain di
halaman dan tetaplah beri minuman, sekalipun dia tidak begitu haus.
Jangan beri anak minuman yang mengandung kafein, misalnya es teh dan
minuman jenis softdrink yang mengandung soda, terutama ketika ia
sedang giat-giatnya beraktivitas dan banyak mengeluarkan keringat.
Kafein dapat menambah beban pada aliran darah. Akibatnya, darah jadi
kental dan produksi keringat pun berkurang.
Bila udara panas dan cuaca terik, ingatkan anak yang sedang asyik
bermain untuk menghentikan aktivitasnya sejenak di tempat yang sejuk
sambil mengonsumsi berbagai cairan.
Anak yang mengalami dehidrasi dengan gangguan gastroenteritis maka sebaiknya berikan minuman khusus yaitu cairan rehidrasi oral (ORS) yang mangandung kombinasi gula dan garam.
Beri pertolongan pertama, berupa larutan oralit, bila balita muntah atau
diare
Jika memungkinkan, aturlah jadwal kegiatan atau aktifitas fisik yang
sesuai dengan kondisi lingkungan. Jangan melakukan aktifitas berlebihan
pada siang hari.
Setelah anak rehidrasi, kembali ke pola makan normal, tapi tetap hindari makanan berlemak dan minuman jus/bersoda.
Jangan terpengaruh dengan mitos penangan dehidrasi dengan berpuasa selama lebih dari 24 jam dan menggantinya dengan diet khusus (pisang,
32
buah, jus apel, dan roti bakar).
Jangan berikan sembarang obat.
Bila dehidrasi masih berlanjut maka segera bawa ke dokte
DAFTAR PUSTAKA
Goldfinger SE : Constipation, Diarrhea, and Disturbances of Anorectal Function, In : Braunwald, E, Isselbacher, K.J, Petersdorf, R.G, Wilson, J.D, Martin, J.B, Fauci AS (Eds) : Harrison’s Principles of Internal Medicine, 11th Ed. McGraw-Hill Book Company, New York, 1987, 177 – 80.
Ilnyckyj A : Clinical Evaluation and Management of Acute Infectious Diarrhea in Adult, Gastroenterology Clinics, Volume 30, No.3, WB Saunders Company, September 2001.
Turgeon DK, Fritsche, T.R : Laboratory Approachs to Infectious Diarrhea, Gastroenterology Clinics, Volume 30, No.3, WB Saunders Company, September 2001.
Schiller LR : Diarrhea, Medical Clinics of North America, Vol.84, No.5, September 2000.
Suthisarnsuntorn U : Bacteria Causing Diarrheal Diseases & Food Poisoning, DTM&H Course 2002, Faculty of Tropical Medicine, Mahidol University, Bangkok, Thailand.
Montgomery L : What is the best way to evaluate acute diarrhea ?, Journal of Family Practice, June, 2002, From : http://www.cebm.jr2.ox.ac.uk/docs/levels.html
33
Goroll AH, Mulley AG : Acute and Traveler’s Diarrheas, In : Primary Care Medicine, 4th ed. Lippincort Eilliams & Wilkin, A Walter Kluwer Company, Philadepihia, 2000 Bookmark URL : /das/book/view/24549268/920/1.html/top
Tantivanich S : Viruses Causing Diarrhea, DTM&H Course 2002, Faculty of Tropical Medicine, Mahidol University, Bangkok, Thailand.
Sirivichayakul C : Acute Diarrhea in Children, In : Tropical Pediatrics for DTM&H 2002, Faculty of Tropical Medicine, Mahidol Univesity, Bangkok, Thailand,1-13.
10.Pitisuttithum P : Acute Dysentry, DTM&H Course 2002, Faculty of Tropical Medicine, Mahidol University, Bangkok, Thailand.
Waikagul J, Thairungroj M, Nontasut PA et al : Medical Helminthology, Department of Helminthology, Faculty of Tropical Medicine, Mahidol University, Bangkok, Thailand, 2002.
12. Wingate D, Phillips SP, Lewis SJ, et al : Guidelines for adults on self-medication for the treatment of acute diarrhoea, Aliment Pharmacol Ther, 2001: 15;771-82.
13. DuPont HL : Guidelines on Acute Infectious Diarrhea in Adults, American Journal of Gastroenterology, Vol.92, No.11, November 1997.
34