Lapsus KPD Fadil

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Lapsus KPD Fadil

Citation preview

  • 5/20/2018 Lapsus KPD Fadil

    1/31

    1

    LAPORAN KASUS OBSTETRI

    KETUBAN PECAH DINI

    OLEH :

    Muhammad FadillahH1A 007 041

    PEMBIMBING :

    dr. I Made Putra Juliawan, Sp.OG

    KEPANITERAAN KLINIK SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

    RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NTB

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

    2014

  • 5/20/2018 Lapsus KPD Fadil

    2/31

    2

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan

    karuniaNya sehingga laporan kasus ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

    Laporan kasus yang berjudul Ketuban Pecah Dini ini disusun untuk memenuhi salah

    satu persyaratan kelulusan dari SMF Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Provinsi

    NTB.

    Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

    kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis:

    1. dr.I Made P. Juliawan, Sp.OG, selaku pembimbing laporan kasus ini.

    2. dr. Agus Thoriq, Sp.OG, selaku Kepala Bagian/ SMF Obstetri dan Ginekologi RSUP

    NTB.

    3. dr. H. Doddy A.K., Sp.OG (K), selaku supervisor.

    4. dr. Edi Prasetyo Wibowo, Sp.OG, selaku supervisor.

    5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan

    kepada penulis.

    Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih banyak

    kekurangan.Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan

    demi kesempurnaan laporan kasus ini.Semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan

    khususnya kepada penulis dan kepada pembaca dalam menjalankan praktek sehari-hari sebagai

    dokter.

    Mataram, Agustus 2014

    Penulis

  • 5/20/2018 Lapsus KPD Fadil

    3/31

    3

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Angka Kematian Ibu waktu melahirkan (AKI) di Indonesia sangat tinggi sekali yaitu 307

    per 100.000 kelahiran. AKI yang tinggi ini membuat Indonesia berada di peringkat atas di Asia.

    Beberapa negara ASEAN kondisinya jauh lebih baik yaitu Vietnam 160 per 100.000 kelahiran

    hidup; Malaysia 36 dan Singapura 6. Tingginya AKI di Indonesia ternyata sebagian besar

    karena perdarahan (40%), kekurangan gizi, infeksi dan masalah akses pelayanan kesehatan1.

    Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan masalah yang masih kontroversial dalam

    kebidanan. KPD sering kali menimbulkan morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun bayi,

    terutama kematian perinatal yang cukup tinggi. Kematian perinatal yang cukup tinggi ini antara

    lain disebabkan karena kematian akibat kurang bulan, dan kejadian infeksi yang meningkat

    karena partus tak maju, partus lama, dan partus buatan yang sering dijumpai pada pengelolaan

    kasus KPD terutama pada pengelolaan konservatif2.

    Beberapa hasil penelitian menunjukkan insiden KPD yang bervariasi, yakni berkisar

    antara 8-10% dari semua kehamilan3,4

    . Dilaporkan juga bahwa angka kejadian KPD lebih

    banyak terjadi pada kehamilan yang cukup bulan dari pada yang kurang bulan, yaitu sekitar 95%,

    sedangkan pada kehamilan tidak cukup bulan atau KPD pada kehamilan preterm terjadi sekitar

    34% semua kekahiran prematur

    5

    .Sering terjadi dilemma pada pengelolaan KPD, dimana harus segera bersikap aktif

    terutama pada kehamilan yang cukup bulan, atau harus menunggu sampai terjadinya proses

    persalinan, sehingga masa tunggu akan memanjang berikutnya akan meningkatkan kemungkinan

    terjadinya infeksi. Sedangkan sikap konservatif ini sebaiknya dilakukan pada KPD kehamilan

    kurang bulan dengan harapan tercapainya pematangan paru dan berat badan janin yang cukup

    5,6,7.

    Protokol pengelolaan yang optimal harus mempertimbangkan pencegahan infeksi, umur

    kehamilan, dan faktor-faktor lain seperti fasilitas serta kemampuan untuk merawat bayi yang

    kurang bulan. Meskipun tidak ada satu protokol pengelolaan yang dapat untuk semua kasus

    KPD, tetapi harus ada panduan pengelolaan yang strategis, yang dapat mengurangi mortalitas

    perinatal dan dapat menghilangkan komplikasi yang berat baik pada anak maupun pada ibu1.

  • 5/20/2018 Lapsus KPD Fadil

    4/31

    4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Anatomi Selaput Ketuban

    Setelah minggu pertama (hari 7-8), sel-sel trofoblas yang terletak di atas embrioblas yangberimplantasi di endometrium dinding uterus, mengadakan proliferasi dan berdiferensiasi

    menjadi dua lapis yang berbeda3:

    1. Sitotrofoblas

    Sitotrofoblas terdiri dari selapis sel kuboid, batas jelas, inti tunggal, di sebelah dalam (dekat

    embrioblas)

    2. Sinsitiotrofoblas

    Sinsitiotrofoblas terdiri dari selapis sel tanpa batas jelas, di sebelah luar (berhubungan

    dengan stroma endometrium).

    Di antara massa embrioblas dengan lapisan sitotrofoblas terbentuk suatu celah yang

    makin lama makin besar, yang nantinya akan menjadi rongga amnion. Dengan berlanjutnya

    kehamilan, rongga ini tertutup akibat persatuan membran amnion dan membran korion3.

    Membran amnion berasal dari ektoderm yang melapisi cavitas amniotica, merupakan

    lapisan epitel monoselular dengan ketebalan 0,02-0,05 mm dan avaskular. Jaringan ikat dibawah

    epitel ini mengandung kolagen yang padat. Korion merupakan lapisan epitel tersusun atas sel-sel

    kuboid dengan ketebalan 2-10 mm, menempel dan mendapat vaskularisasi dari desidua basalis.

    Pada umur kehamilan lanjut, karena fetus yang sedang berkembang bertumbuh besar maka

    cavitas amniotica didorong keluar terus-menerus sampai cavitas uteri terisi sehingga akan terjadi

    penyatuan amnion dan korion membentuk membran amniokorion. Produksi rata-rata air ketuban

    16-42 ml per jam. Struktur membran ini menjadi lebih kuat terhadap kerusakan dan akan pecah

    pada saat proses persalinan berlangsung akibat kontraksi uterus.

    Amnion aterm berupa membran yang tipis dan transparan (bening) tetapi sangat kuat,

    yang dapat dikelupas dari korion sampai daerah insersi funiculus umbilicalis. Membran amnion

    terssebut melanjutkan diri untuk menutupi funiculus umbilicalis sampai seluruh panjangnya dan

    kemudian melanjutkan diri dengan kulit fetus pada umbilicus.

  • 5/20/2018 Lapsus KPD Fadil

    5/31

    5

    Gambar 2.1. Lapisan-lapisan (mikroskopik) selaput ketuban

    2.2. Cairan Ketuban

    Di dalam ruang yang diliputi oleh selaput janin yang terdiri dari lapisan amnion dan

    korion terdapat liquor amnii (= air ketuban). Cairan amnion disekresikan ke dalam kantong

    amnion oleh sel-sel amnion yang terletak pada plasenta. Cairan ini mengandung 99% air dan

    kuantitas meningkat selama kehamilan. pada kantong amnion cairan ini ditelan oleh janin.

    Kebanyakan cairan yang tertelan diabsorpsi oleh villi usus janin dan masuk kedalam sirkulasi

    janin. Dalam sirkulasi pertukaran cairan ini kebanyakan dilakukan plasenta, tetapi sejumlah

    kecil kembali ke dalam kantong amnion dengan cara transudasi melalui kulit janin. Pada

    kehamilan trimester III urinasi janin menambah jumlah cairan amnion dalam kehamilan8.

    Menurut Lehn, jumlah air ketuban yang normal pada primigravida adalah 1 liter; pada

    multigravida sebanyak 1,5 liter; dan sebanyak-banyaknya yang masih dalam batas normal

    adalah 2 liter berat jenis: 1,007 - 1,025. warna: putih kekeruhan karena adanya lanugo dan

    verniks kaseosa. Asal air ketuban adalah dari fetal urin, transudasi dari darah ibu, sekresi dari

    epitel amnion, dan a mixed origin.

    http://content.nejm.org/content/vol338/issue10/images/large/06f1.jpeg
  • 5/20/2018 Lapsus KPD Fadil

    6/31

    6

    Air ketuban mempunyai fungsi: (1) melindungi janin terhadap trauma dari luar; (2)

    memungkinkan janin bergerak dengan bebas; (3) melindungi suhu tubuh janin; (4) meratakan

    tekanan di dalam uterus pada partus, sehingga serviks membuka; dan (5) membersihkan jalan

    lahir jika ketuban pecah dengan cairan yang steril, dan mempengaruhi keadaan di dalam

    vagina, sehingga bayi kurang mengalami infeksi.

    Pecah ketuban merupakan proses yang pasti akan dilalui setiap wanita yang melahirkan.

    Ada dua macam pecah ketuban:

    1. Pecah ketuban posisi atas

    Pada pecah ketuban posisi atas, selaput yang robek adalah yang jauh dari mulut rahim, dan

    hanya menyebabkan basahnya celana dalam, dan sulit membedakan apakah ini air seni yang

    bocor atau air ketuban.

    2.

    Pecah ketuban total

    Pada pecah ketuban total, selaput yang robek adalah yang berada dekat mulut rahim, dan

    banyak air ketuban yang keluar.

    Gambar 2.2. Lokasi Ketuban Pecah

    Cairan ketuban dapat didentifikasi dengan mengukur PH-nya (dengan kertas lakmus atau

    test strip pengukur PH). PH vagina 4.5-5.5, PH air ketuban (7-7,5) gabungan keduanya terukur

  • 5/20/2018 Lapsus KPD Fadil

    7/31

    7

    dengan PH 6-6.2. Dengan kertas lakmus warna merahnya akan berubah jadi biru. Pemeriksaan

    dibawah mikroskop memperlihatkan gambaran pakis.

  • 5/20/2018 Lapsus KPD Fadil

    8/31

    8

    2.3. Definisi Ketuban Pecah Dini (KPD)

    Ketuban pecah dini (KPD) atau spontaneous/early/premature rupture of the membrane

    (PROM) adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan pada saat sebelum inpartu atau selaput

    ketuban pecah 1 jam kemudian tidak diikuti tanda-tanda awal persalinan (tanpa melihat umur

    kehamilan).3

    Ketuban pecah dini (KPD) dapat merangsang onset persalinan preterm, dengan atau

    tanpa faktor-faktor penyebab lainnya (Derek). Sekitar 5-8% kejadian ketuban pecah dini, lima

    persen diantaranya segera diikuti oleh persalinan dalam 5-6 jam, sekitar 95% diikuti oleh

    persalinan dalam 72-95 jam, dan selebihnya memerlukan tindakan konsersatif atau aktif

    dengan menginduksi persalinan atau operatif (Maman). Bila periode laten terlalu panjang dan

    ketuban sudah pecah, maka dapat terjadi infeksi yang dapat meningkatkan angka kematian ibu

    dan anak (mochtar):

    2.4. Etiologi Dan Faktor Resiko Ketuban Pecah Dini (KPD)

    Etiologi KPD tidak diketahui secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor

    yang berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit

    diketahui. Berikut beberapa faktor yang dapat mengakibatkan kejadian ketuban pecah dini :

    1. Faktor umum

    a. Infeksi STD

    b.

    Faktor sosial : perokok, peminum, keadaan sosial ekonomi rendah

    2. Faktor keturunan

    a. Kelainan genetik

    b. Faktor rendahnya vitamin C dan ion Cu dalam serum

    3. Faktor obstetrik

    a. Overdistensi uterus: kehamilan kembar, hidramnion

    b. Faktor obstetrik : serviks inkompeten, serviks konisasi, CPD

    4.

    Tidak diketahui

  • 5/20/2018 Lapsus KPD Fadil

    9/31

    9

    2.5 Mekanisme Ketuban Pecah Dini

    Ketuban pecah dalan persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan

    berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang

    menyebabkan selaput ketuban inferior mudah pecah, bukan karena seluruh selaput ketubanrapuh.

    Terdapat keseimbangan antara sintesus dan degradasi ekstraseluler matriks. Perubahan struktur,

    jumlah sel, dan katabolisme kolsgen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebaibkan

    selaput ketuban pecah.

    Faktor risiko untuk terjadinya ketuban pecah dini adalah :

    - Berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen

    - Kekurangan tembaga dan adam askorbik yang berakibat pertumbuhan struktur abnormal

    karena antara lain merokok.

    Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metaloproteinase (MMP) yang dihambat oleh inhibitor

    jaringan spesifikdan inhibitor protease.

    Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antara MMP dan TIMP-1 mengarah pada degradasi

    proteolitik dari matriks ekstraselulerdan membran janin. Aktivitas degradasi proteolitik ini

    meningkat menjelang persalinan. Pada penyakit periodontitis di mana terdapat peningkatan

    MMP, cenderung terjadi ketuban pecah dini.

    Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga selaput ketuban mudah

    pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan pembesaran uterus,

    kontraksi rahim, dan gerakan janin. Pada trimester terakhirterjadi perubahan biokimia pada

    selaput ketuban. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis. Ketuban

    pecah dini pada kehamilan prematur disebabkan oleh fakyor-faktor eksternal, misalnya infeksi

    yang menjalar dari vagina. Ketuban pecah dini prematur sering terjadi pada polihidroamnion,

    inkompetensi serviks, solusio plasenta.6

    2.6 Diagnosis Ketuban Pecah Dini (KPD)

    Diagnosis KPD didasarkan pada riwayat hilangnya cairan vagina dan pemastian adanya

    cairan amnion dalam vagina. Inkontinensi urine episodik, leukorea, atau hilangnya sumbat

    lendir harus disingkirkan. Penanganan pada pasien yang memiliki riwayat ini bergantung pada

  • 5/20/2018 Lapsus KPD Fadil

    10/31

    10

    umur gestasi. Untuk pasien yang tidak dalam persalinan, apakah kurang bulan atau cukup

    bulan, tangan pemeriksa tidak boleh dimasukkan ke dalam vagina karena terdapat risiko

    masuknya infeksi dan periode masa laten yang biasanya lama dari waktu pemeriksaan hingga

    kelahiran. Pemeriksaan spekulum vagina yang steril harus dilakukan untuk memastikan

    diagnosis, menilai dilatasi dan panjang serviks, memperoleh biakan servikal dan contoh cairan

    amnion untuk uji kematangan paru (pada pasien kurang bulan)6.

    Pemastian diagnosis dapat dilakukan dengan: (1) Menguji cairan dengan kertas lakmus

    (litmus), yang akan berubah biru bila terdapat cairan amnion, dan (2) menempatkan contoh

    bahan pada suatu kaca objek mikroskopik, dikeringkan di udara, dan memeriksa untuk mencari

    ada tidaknya gambaran seperti pakis6.

    Gambar 2.3. Gambaran pakis pada pemeriksaan Mikroskopis air ketuban

    Hasil-hasil positif palsu dari uji lakmus terjadi bila terdapat urine, darah, atau lendir

    serviks. Bila terdapat darah, biasanya ditemukan pada pasien yang juga dalam persalinan

    dini, polanya mungkin tampak berupa skeleonisasi. Seperti pada persalinan kurang bulan

    dengan selaput ketuban yang utuh, pemeriksaan ultrasonik lengkap harus dilakukan untuk

    menyingkirkan anomali janin dan untuk menilai umur gestasi dan volume cairan amnion6.

    http://www.endotext.org/female/female7/figures/figure3.jpg
  • 5/20/2018 Lapsus KPD Fadil

    11/31

    11

    2.7 Diagnosis Banding Ketuban Pecah Dini (KPD)

    Diferensial diagnosis KPD dijelaskan dalam tabel 2.1 dibawah ini

    Tabel 2.1. Diferensial diagnosis ketuban pecah dini (KPD)

    Gejala dan Tanda yangSelalu ada

    Gejala dan Tanda yang

    Kadang ada

    Diagnosis

    mungkin

    Keluar cairan ketuban Ketuban pecah tiba-tibaCairan tampak di introitus

    Tidak ada his dlm 1 jam

    KPD

    Cairan vagina berbau

    Demam/menggigilNyeri perut

    Riwayat keluar air

    Uterus menyempitDJJ cepat

    Perdarahan pervaginam sedikit-

    sedikit

    Amnionitis

    Cairan vagina berbau

    Tidak ada riwayat ketubanpecah

    Gatal, keputihan, Nyeri perut,

    Disuria

    Vaginitis/

    Servisitis

    Cairan vagina berdarah Nyeri perut, gerak janin berkurang,perdarahan banyak

    Perdarahan antepartum

    2.8 Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini (KPD)

    A. KPD dengan kehamilan aterm.3

    1. diberikan antibiotik (Injeksi Ampicilin 1 g/6 jam IV, tes dulu).

    2. observasi suhu rektal tiap 3 jam, bila meningkat > 37.6C segera terminasi.

    3. bila suhu rectal tidak meningkat ditunggu 12 jam, bila belum ada tanda-tanda inpartu

    dilakukan terminasi.

    B. KPD dengan kehamilan preterm.

    I. Perkiraan Berat Badan Janin >1500 gram.

    1. diberikan antibiotik, injeksi Ampicilin 1 g/6 jam IV, tes dulu selama 2 hari dilanjutkan

    amoxicillin 3x500 mg/hari per os selama 3 hari.

    2.

    diberikan kortikosteroid untuk merangsang maturasi paru yaitu injeksi Deksametason10 mg IV, 2x selama 24 jam atau injeksi Betametason 12 mg IV, 2x selama 24 jam.

    3. observasi 2x24 jam, bila belum inpartu segera terminasi.

    4. observasi suhu rektal tiap 3 jam, bila ada kecenderungan meningkat > 37.6C segera

    terminasi.

  • 5/20/2018 Lapsus KPD Fadil

    12/31

    12

    II. Perkiraan Berat Badan Janin 37.6C segera terminasi.

    4. bila 2x24 jam air ketuban tidak keluar dilakukan USG:

    a. bila jumlah air ketuban cukup, kehamilan dilanjutkan (konservatif).

    b. bila jumlah air ketuban sedikit, segera terminasi.

    5. bila 2x24 jam air ketuban masih tetap keluar, segera terminasi.

    6. bila konservatif, sebelum penderita pulang diberi nasehat.

    a. segera kembali ke RS bila ada tanda-tanda demam atau keluar air ketuban lagi.

    b.

    tidak boleh koitus.

    c. tidak boleh manipulasi vagina.

    Yang dimaksud terminasi adalah

    1. Induksi persalinan dengan Oksitosin drip 5 IU dalam 500 cc Dekstrose 5% dimulai 8

    tetes permenit, dinaikkan 4 tetes tiap 30 menit sampai his adekuat, maksimal 40 tetes per

    menit.

    2. Seksio sesarea bila syarat oksitosin drip tidak terpenuhi atau oksitosin drip gagal.

    3.

    induksi persalinan dinyatakan gagal bila dengan 2 botol ( masing-masing 5 IU dalam 500cc Dekstrose 5%) belum ada tanda-tanda awal persalinan atau bila 12 jam belum keluar

    dari fase laten dengan tetesan maksimal.

    2.9 Komplikasi

    Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usai kehamilan. Dapat

    terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali

    pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden seksio sesarea, atau gagalnya persalinan normal.

    a.

    Persalinan prematur

    Setelah ketuban pecah biasanya segera disusuloleh persalinan. Periode laten tergantung umur

    kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada

    kehamilan diantara 28-34 minggu 50% persalinan dlam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari

    26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.

  • 5/20/2018 Lapsus KPD Fadil

    13/31

    13

    b. Infeksi

    risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini. Pada ibu terjadi

    korioamnionitis. Pada bayi dpat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi

    korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketubah pecah dini prematur, infeksi lebih

    sering daripada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada ketuban pecah dini

    meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.

    c. Hipoksia dan asfiksia

    Dengan pecahanya ketuban terjadi oligohidroamnion yang menekan tali pusat sehingga terjadi

    asfiksia dan hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat

    oligohidroamnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.

    d. Sindrom deformitas janin

    Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhabat,

    kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta hipoplasia pulmoner.

    2.10 Prognosis

    Prognosis ketuban pecah dini (KPD) Sangat variatif bergantung maturitas paru dan ada

    atau tidaknya infeksi, pada usia kehamilan < 32 minggu semakin muda kelahiran semakin buruk

    prognosisnya.

  • 5/20/2018 Lapsus KPD Fadil

    14/31

    14

    BAB III

    LAPORAN KASUS

    Masuk Rumah Sakit : 02 Agustus 2014 pukul 09.00 Wita

    Nomor Rekam Medis : 543641

    I. IDENTITAS

    Nama : Nyonya H

    Umur : 23 tahun

    Agama : Islam

    Suku/Bangsa : Sasak

    Pendidikan : SMA

    Pekerjaan : IRT

    Nama Suami : Tuan S

    Suku/Bangsa : 25 tahun

    Pendidikan : SMA

    Pekerjaan : Wiraswasta

    Alamat : Sigerongan, Lombok Barat

    II. ANAMNESIS

    Keluhan utama : Pasien datang dengan keluhan keluar air dari jalan lahirnya

    Riwayat Penyakit Sekarang

    Pasien rujukan puskesmas Sigerongan dengan G1P0A0L0 37 minggu/T/H/IU presentasi kepala

    dengan obs.inpartu + KPD. Pasien mengeluh keluar air dari jalan lahir sejak tanggal 1-8-2014(20.00). pasien mengeluh nyeri perut sejak 02-08-2014 (03.00), keluar lendir dan darah dari jalan

    hair (-), dan pasien masih merasakan pergerakan janinnya.

    Kronologi di Puskesmas Sigerongan

    Pasien datang ke Puskesmas Sigerongan pada tanggal 2 Agustus 2014 2012 pukul 01.30

  • 5/20/2018 Lapsus KPD Fadil

    15/31

    15

    Subjektif

    Pasien mengeluh nyeri perut dan nyeri pinggang sejak 02-8-2014 pukul 00.30. pasien juga

    mengeluh keluar lendir dan darah dari jalan lahir. Riwayat keluar air dari jalan lahir (+).

    Pergerakan janin (+).

    Objektif

    Status generalis: Baik

    Tekanan darah 120/70 mmHg

    Nadi 84 kali/menit

    Pernapasan 20 kali/menit

    Suhu 36.8C

    Status obstetri

    Pemeriksaan Leopold

    L1 : bokong

    L2 : punggung di sebelah kiri

    L3 : kepala

    L4 : 4/5

    TFU : 25 cm

    His : 1x10-25

    DJJ : 12-11-11 (136 kali/menit)

    VT : : 2cm, eff 25%, ketuban (-), teraba kepala, HI, tidak teraba bagian terkecil janin dan tali

    pusat.

    Assessment

    G1P0A0 UK 37 minggu T/H/IU dengan obs.in partu + KPD

    Planning

    - Injeksi Ampisilin 1 gram/IV

    -

    Rujuk ke RSUP NTB

  • 5/20/2018 Lapsus KPD Fadil

    16/31

    16

    HPHT: 13122013

    HTP: 20082014

    ANC: 7x, di Polindes dan ANC terakhir tanggal 03/07/2014.

    USG: Tidak Pernah

    Riwayat Penyakit Dahulu

    Riwayat tekanan darah tinggi (-)

    Riwayat kencing manis (-)

    Riwayat penyakit paru (-)

    Riwayat penyakit ginjal (-)

    Riwayat penyakit keluarga

    Tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti yang diderita pasien. Tidak ada riwayat

    hipertensi, DM, dan penyakit turunan lainnya.

    Riwayat kontrasepsi

    Pasien tidak pernah menggunakan metode kontrasepsi apapun sebelumnya. Rencana kontrasepsi

    selanjutnya menggunakanIUD.

    Riwayat ginekologi

    Pasien mendapatkan haid pertama pada usia 14 tahun, dengan siklus menstruasi teratur tiap

    bulan. Pasien telah menikah selama 1 tahun, dan ini merupakan pernikahan pertamanya. Pasien

    menikah pada usia 22 tahun.

    Riwayat obstetri

    I. Ini

    II. PEMERIKSAAN FISIK DI RSU MATARAM

    1. Status Generalis :

    Keadaan umum: baik

    Kesadaran: CM

    Vital Sign

    TD: 120/80 mmHg

    RR: 20 x/mnt

    Nadi : 80x/mnt

    T: 36,7C

  • 5/20/2018 Lapsus KPD Fadil

    17/31

    17

    Mata : An -/-, Ikterus -/-

    Jantung : S1, S2 tunggal,regular, murmur (-), gallop (-)

    Paru : vesikuler (+/+), ronchi (-/-), wheezing (-/-)

    Ekstremitas : akral hangat, edema (-)

    2. Status Obstetri:

    L1 : Bokong TFU : 30cm

    L2 : Punggung kanan

    L3 :Kepala

    L4 : 4/5

    TBJ : 2945 g

    His: 2x / 10 10

    DJJ: 12-12-12 (144 kali/menit)

    VT : 2 cm, penipisan. 25% ketuban (-) kering, teraba kepala, penurunan HI, denominator

    tidak jelas, tidak teraba bagian terkecil janin dan tali pusat.

    Pelvic examination:

    - Promontorium tidak teraba

    - Spina ischiadica not prominent

    -

    Os coccygeus mobile- Arcus pubic > 90

    o

    PS :

    - Cervic dilatation 2 cm : 1

    -

    Cerviks length 3cm: 1

    - cerviks consistency soft: 1

    - Cerviks position mid: 1

    - Station H I: 1

    - Total: 5

  • 5/20/2018 Lapsus KPD Fadil

    18/31

    18

    3. Hasil pemeriksaan laboratorium

    Hb: 9,9g/dL

    HCT: 29.6%

    RBC: 3.79/uL WBC: 12.34 /uL

    PLT: 426.000

    HBsAg: ( - )

    4. Diagnosis :

    G1P0A0H0 UK 37-38 minggu/T/H/IU presentasi kepala dengan KPD>12 jam.

    5.

    Rencana tindakan:

    Observasi kesra ibu dan janin.

    Injeksi Ampisilin 1gram/6jam

    DM konsul ke dokter umum: pro terminasi kehamilan drip oksitosin. Supervisor acc

    terminasi dengan drip oksitosin bila CTG reaktif.

    Lakukan pemeriksaan CTG

    6. Proses Persalinan

    Akselerasi dengan drip oksitosin dimulai pukul 11.00 dengan tetesan 8 tpm..

    Bayi

    - Lahir tgl / jam : 2 Agustus 2014 / 18.50 WITA

    - Jenis Kelamin : Perempuan

    - Macam Persalinan : Partus Spontan

    - Apgar Score : 7-9

    - Indikasi : KPD>12 jam.

    - Lahir : Hidup

    - Berat : 2900 gram

    - Panjang : 44 cm

    - Kel.kongenital : -

  • 5/20/2018 Lapsus KPD Fadil

    19/31

    19

    Plasenta

    - Lahir tgl / jam : 2 Agustus 2014/ 18.55 (spontan)

    - Berat : 300 gram

    - Panjang tl.pusat : 50 cm

    - Lengkap : Ya

    - Air Ketuban : jernih

    - Perdarahan : 200 cc

    Keadaan Ibu 2 jam post SC

    - Keadaan umum : Baik

    - Tek. Darah : 110/80 mmHg

    -

    Nadi :84x/mnt

    - Nafas : 24x/mnt

    - Suhu : 36,5C

    - Kontraksi Uterus : Baik

    - Tinggi Fundus Uteri : sejajar umbilikus

  • 5/20/2018 Lapsus KPD Fadil

    20/31

    20

    WaktuSubjektif

    Objektif Diagnosis Rencana Tindaka

    02/08/2014

    09.18

    Pasien rujukan puskesmas

    Sigerongan dengan

    G1P0A0L0 37 minggu/T/H/IU

    presentasi kepala dengan

    obs.inpartu + KPD. Pasien

    mengeluh keluar air dari jalan

    lahir sejak tanggal 1-8-2014

    (20.00). pasien mengeluh nyeri

    perut sejak 02-08-2014

    (03.00), keluar lendir dan

    darah dari jalan hair (-), dan

    pasien masih merasakan

    pergerakan janinnya. Riwayat

    kencing manis,tekanan darah

    tinggi, asma dan trauma

    (terjatuh) disangkal.

    HPHT: 13112013

    HTP: 20082014

    ANC: 7x, di Polindes

    ANC terakhir tanggal

    Status Generalis :

    Keadaan umum: baik

    Kesadaran: CM

    Vital Sign

    TD: 120/80 mmHg

    Nadi: 80 x/mnt

    RR: 20 x/mnt

    T: 36,7C

    Mata : An -/-, Ikterus -/-

    Jantung : S1, S2

    tunggal,regular, murmur (-),

    gallop (-)

    Paru : vesikuler (+/+), ronchi

    (-/-), wheezing (-/-)

    Ekstremitas : akral hangat,

    edema (-)

    His: 2x / 10 ketuban (-)

    kering, teraba kepala,

    penurunan HI, denominator

    tidak jelas, tidak teraba

    G1P0A0H0 UK 37-38

    minggu/T/H/IU presentasi

    kepala dengan KPD>12 jam.

    Observasi kesejah

    ibu dan janin

    DM konsul ke

    umum pro CTG

    injeksi Ampisilin

    jam, ACC dokter u

    Injeksi Ampisilin

    dilakukan di PKM

    07.25

    Follow Up Pasien

  • 5/20/2018 Lapsus KPD Fadil

    21/31

    21

    15/08/2012.

    Hasil ANC : TD 110/70, BB

    47,5 kg, UFH 26 cm,

    presentasi kepala

    USG: Tidak Pernah

    KB sebelumnya : -

    Rencana KB selanjutnya :

    AKDR

    Riwayat obstetri

    I.

    Ini

    Kronologi

    Kronologi di Puskesmas

    Sigerongan

    Pasien datang ke Puskesmas

    Sigerongan pada tanggal 2

    Agustus 2014 2012 pukul

    01.30

    Subjektif

    Pasien mengeluh nyeri perut

    dan nyeri pinggang sejak 02-8-

    2014 pukul 00.30. pasien juga

    mengeluh keluar lendir dan

    bagian terkecil janin dan tali

    pusat.

    Pelvic examination:

    - Promontorium tidak

    teraba

    - Spina ischiadica not

    prominent

    - Os coccygeus mobile

    - Arcus pubic > 90o

    PS :

    - Cervic dilatation 2

    cm : 1

    - Cerviks length 3cm:

    1

    - cerviks consistency

    soft: 1

    - Cerviks position mid:

    1

    - Station H I: 1

    Total: 5

  • 5/20/2018 Lapsus KPD Fadil

    22/31

    22

    darah dari jalan lahir. Riwayat

    keluar air dari jalan lahir (+).

    Pergerakan janin (+).

    Objektif

    Status generalis: Baik

    Tekanan darah 120/70 mmHg

    Nadi 84 kali/menit

    Pernapasan 20 kali/menit

    Suhu 36.8C

    Status obstetri

    Pemeriksaan Leopold

    L1 : bokong

    L2 : punggung di sebelah kiri

    L3 : kepala

    L4 : 4/5

    TFU : 25 cm

    His : 1x10-25

    DJJ : 12-11-11 (136

    kali/menit)

    VT : : 2cm, eff 25%,

    ketuban (-), teraba kepala, HI,

    tidak teraba bagian terkecil

    Hasil laboratorium

    Hb: 9,9g/dL

    HCT: 29,6 %

    RBC: 3,79/uL

    WBC: 12,34 /uL

    PLT: 426.000

    HBsAg: ( - )

  • 5/20/2018 Lapsus KPD Fadil

    23/31

    23

    janin dan tali pusat.

    Assessment

    G1P0A0 UK 37 minggu

    T/H/IU dengan obs.in partu +

    KPD

    Planning

    -

    Injeksi Ampisilin 1

    gram/IV

    - Rujuk ke RSUP NTB

    10.15 His: 2x10-10

    DJJ: 12-12-11 (140 kali/menit)

    CTG di lakukan

    10.30 Konsul hasil CT

    dokter umum, ad

    akselerasi d

    oksitosin drip 5IU

    KIE keluarga

    11.00 Nyeri Perut His: 2x10-15

    DJJ: 12-11-11 (136 kali/menit)

    Drip oksitosin 8 tpm

    11.30 Nyeri perut His : 2x10-20

    DJJ : 12-11-12 (140 kali/menit)

    G1P0A0H0 UK 37-38

    minggu/T/H/IU presentasi

    Drip oksitosin 12 tpm

  • 5/20/2018 Lapsus KPD Fadil

    24/31

    24

    VT : 2 cm, Penipisan. 25%

    ketuban (-) kering, teraba kepala,

    HI, tidak teraba bagian terkecil

    janin dan tali pusat.

    kepala kala I fase Laten

    dengan riwayat keluar air.

    12.00 Nyeri perut His : 2x10-20

    DJJ : 12-11-11 (136 kali/menit)

    Drip Oksitosin 16 tpm

    12.30 Nyeri perut His : 2x10-25

    DJJ : 12-12-12 (144 kali/menit)

    Drip oksitosin 20 tpm

    13.00 Nyeri perut His : 2x10-25

    DJJ : 12-11-12 (140 kali/menit)

    Drip oksitosin 24 tpm

    13.30 Nyeri perut His : 2x10-25

    DJJ : 12-11-12 (140 kali/menit)

    Drip okitosin 28 tpm

    14.00 Nyeri perut His : 3x10-30

    DJJ : 12-12-12 (144 kali/menit)

    Drip oksitosin 32 tpm

    14.30 Nyeri perut His : 3x10-30

    DJJ : 12-11-12 (140 kali/menit)

    Drip oksitosin 36 tpm

    15.00 Nyeri perut His : 3x10-30

    DJJ : 12-11-12 (140 kali/menit)

    Drip oksitosin 40 tpm

    15.30 Nyeri perut His : 3x10-30

    DJJ : 12-11-12 (140 kali/menit)

    Drip oksitosin 40 tpm

    16.00 Nyeri perut His : 4 x10-30

    DJJ : 12-11-12 (140 kali/menit)

    Drip oksitosin 40 tpm

  • 5/20/2018 Lapsus KPD Fadil

    25/31

    25

    16.30 Nyeri perut His : 4x10-30

    DJJ : 12-11-11 (136 kali/menit)

    Drip oksitosin 40 tpm

    17.00 Nyeri perut His : 4x10-40

    DJJ : 12-11-11 (136 kali/menit)

    VT : : 5 cm, eff. 75% amnion

    (-) dry, head palpable, HII,

    denom LOA, unpalpable small

    part of fetus/ umbilikal cord

    G1P0A0H0 UK 37-38

    minggu/T/H/IU

    presentasi kepala kala

    I fase aktif dengan

    riwayat keluar air.

    Drip oksitosin 40 tpm

    17.30 Nyeri perut His : 4x10-40

    DJJ : 12-11-11 (136 kali/menit)

    Drip oksitosin 40 tpm

    Flash kedua

    18.00 Nyeri perut His : 4x10-45

    DJJ : 11-11-11 (132 kali/menit)

    Drip oksitosin 40 tpm

    18.30 Nyeri perut, ibu ingin meneran His : 4x10-40

    DJJ : 12-11-11 (136 kali/menit)

    Inspeksi :vulva membuka,

    perineum menonjol, tekanan

    anus.

    Persalinan kala II Pimpin persalinan

    18.50 Bayi lahir, perempuan

    gram, 44 cm, AS 7-

    anus (+), an

    kongenital (-)

    18.55 Kontraksi uterus baik Persalinan kala III Plasenta lahir sp

  • 5/20/2018 Lapsus KPD Fadil

    26/31

    26

    TFU : 2 jari dibawah umbilikus lengkap, 500

    pendarahan 200cc

    21.15 GC: well cons:E4V5M6

    BP: 120/80 mmHg

    PR: 92x/m

    RR: 20x/m

    T: 380C

    UC: (+) well

    UFH: 2 fingers below

    umbilicus

    2 jam post partum +

    febris

    Observation mothe

    baby well being

    Suggest mother t

    and drink

    Suggest mother

    mobilitation

    Paracetamol oral 3

    Inj ampi 1 gr/IV

    03/08/2014

    07.00

    GC: well cons:E4V5M6

    BP: 120/80 mmHg

    PR: 92x/m

    RR: 20x/m

    T: 380C

    UC: (+) well

    UFH: 2 fingers below

    umbilicus

    post partum hari I Observed mother

    baby well being

    Suggest mother t

    and drink

    suggest mother to

    feeding

    Suggest mother

    mobilisation.

    04-08-2014

    07.00

    GC: well cons:E4V5M6

    BP: 120/80 mmHg

    PR: 92x/m

    RR: 20x/m

    Post partum hari II Observed mother

    baby well being

    Suggest mother t

    and drink

  • 5/20/2018 Lapsus KPD Fadil

    27/31

    27

    T: 38 C

    UC: (+) well

    UFH: 2 fingers below

    umbilicus

    suggest mother to

    feeding

    Suggest mother

    mobilisation.

  • 5/20/2018 Lapsus KPD Fadil

    28/31

    28

    BAB IV

    PEMBAHASAN

    Pada laporan kasus berikut, diajukan suatu kasus seorang wanita berusia 23 tahun

    G1P0A0H0 37-38 minggu, tunggal, hidup intrauterin yang kemudian didiagnosa dengan KPD>12

    jam.Selanjutnya akan dibahas:

    1.Ketepatan Diagnosis

    Pasien ini didiagnosa dengan G0P0A0H0 37-38 minggu, tunggal, hidup, intrauterin dengan

    KPD>12jam. Pasien di diagnosa hamil karena memenuhi beberapa kriteria kehamilan,

    diantaranya tanda-tanda tidak pasti kehamilan yaitu : amenorrhea, perut membesar,

    pigmentasi kulit pada areola mammae, striae gravidarum pada kulit abdomen. Dan tanda pasti

    kehamilan yaitu : adanya gerak janin, pemeriksaan leopold I-IV yang dapat meraba bagian

    besar dan kecil janin, balottement (+), terdapat denyut jantung janin. Usia kehamilan pasien

    ini dapat ditentukan dengan HPHT yaitu 37-38 minggu. Pemeriksaan tinggi fundus uteri 28

    cm dengan taksiran berat janin 2480 gram dengan menggunakan Formula Johnson,

    menunjukkan bahwa kehamilan pasien ini belum cukup bulan. Janin tunggal hidup dinilai dari

    pemeriksaan Leopold yang memberi kesan adanya satu janin dengan letak membujur dimana

    teraba bokong di bagian fundus, punggung di sebelah kanan dan ekstremitas di sebelah kiri,serta kepala berada di bagian bawah dan sudah masuk PAP.

    Diagnosa ketuban pecah dini ditegakkan karena pasien mengeluh keluar air dari jalan

    lahir. Pasien Ny. H, 23 tahun datang ke RSU Mataram tanggal 02 Agustus 2014 pada pukul

    09.00 wita, didiagnosis KPD (ketuban pecah dini) >12 jam berdasarkan hasil anamnesa

    dimana pasien mengaku keluar air pervaginam sejak jam 20.00 wita (01 agustus 2014), jernih

    seperti air kencing dan tidak berbau. Menanyakan waktu keluarnya air ketuban sangat penting

    karena akan mempengaruhi prognosis, komplikasi infeksi dan penanganan. Dari hasil

    pemeriksaan fisik dapat diketahui 1x10-10, kemudian dilakukan pemeriksaan dalam

    didapatkan pembukaan 2 cm, penipisan 25%, ketuban negatif teraba kepala penurunan HI

    denominator belum jelas serta tidak teraba bag.kecil/ tali pusat janin. Pada kasus ini diagnosis

    KPD sesuai dengan batasan KPD yaitu pecahnya selaput ketuban secara spontan pada saat

    belum inpartu. Idealnya diagnosis KPD diambil berdasarkan pemeriksaan yang lengkap,

  • 5/20/2018 Lapsus KPD Fadil

    29/31

    29

    namun di RSU Mataram diagnosis KPD lebih ditekankan pada hasil anamnesa dan

    pemeriksaan dalam, untuk pemeriksaan laboratorium (kertas lakmus) tidak rutin dilakukan.

    2.

    Ketepatan Penanganan Kasus

    Penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat sesuai dengan penatalaksaaan KPD aterm

    yaitu pasien diberikan injeksi antibiotic ampicilin 1 gr/6 jam sebagai profilaksis dan karena

    ketuban pecah dini telah berlangsung lebih dari 12 jam, maka seegera dilakukan terminasi.

    Untuk mempercepat terminasi kehamilan dilakukan akselerasi oksitosin drip 5 Unit dalam 500 cc

    D 5% dimulai dengan 8 tetes/menit dinaikkan 4 tetets/30 menit sampi his adekuat. Pertimbangan

    terminasi dengan oksitosin drip, karena tidak ditemukan kontra indikasi untuk dilahirkan

    pervaginam, serta nilai pelvic score 5, sehinggs kemungkinan keberhasilan drip oksitasin cukup

    tinggi.

  • 5/20/2018 Lapsus KPD Fadil

    30/31

    30

    BAB V

    KESIMPULAN

    Kesimpulan pada kasus ini adalah:

    1. Diagnosis pada pasien ini sudah tepat sesuai dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

    pemeriksaan penunjang yaitu G1P0A0H0 37-38 minggu/T/H/IU, presentasi kepala, dengan

    KPD>12 jam.

    2. Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini sudah tepat yaitu terapi aktif pada KPD.

  • 5/20/2018 Lapsus KPD Fadil

    31/31

    31

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Dalono. 2000. Stresor Psikologis pada Kehamilan sebagai Petanda terjadinya KPD di

    RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Dalam Majalah Obstetri dan Ginekologi Vol.10 No.1 Juli

    2002. Surabaya: Lab/SMF Obstetri dan Ginekologi Fak.Kedokteran UNAIR RSUD Dr.

    Soetomo.

    2. Dewi P, Irma N, Maria K. Penatalaksanaan Perawatan Inpartu Klien Ketuban Pecah Dini

    di Ruang Bersalin RSUD Swadana Sumedang. 2005.

    3. Doddy AK, Soesbandoro SDA, Damanik H, Edi PW, Agus T. Ketuban Pecah Dini. Dalam

    Standar Pelayanan Medik SMF Obstetri dan Ginekologi. Rumah Sakit Umum Mataram.

    2001: hal 21-22.

    4. Gjoni M. Preterm Premature Rupture of the Membranes. Geneva Foundation for Medical

    Education and Research. Available fromhttp://www.bmj.com.

    5. John. J Sciarra. Management of Premature Rupture of the Membanes in Term Patients. In

    Gynecology and Obstetrics. Lippincott-Raven Publishers. Chicago. 1997

    6. Prawirohardjo S, Winkjosastro H. Plasenta dan Likuor Amnii. Dalam Ilmu Kandungan.

    Jakarta: Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo. 2009.

    7. Sadler TW. Selaput-selaput Janin dan Plasenta. Dalam Embriologi Kedokteran Langmann

    Ed.7. Alih bahasa: Joko Suyono. Jakarta: EGC. 2000: hal 101-121.

    8. Verrals, Sylvia. 2002. Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan Ed.3. Alih bahasa:

    Hartono. Jakarta: EGC.

    http://www.bmj.com/http://www.bmj.com/http://www.bmj.com/http://www.bmj.com/