41
LAPORAN KASUS PENATALAKSANAAN GANGREN PULPA PADA GIGI MOLAR RAHANG ATAS DISERTAI DENGAN PENYULIT Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh Program pendidikan Profesi Dokter Gigi (PPPDG) Bagian Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulut RSUD Tugurejo Semarang Dosen Pembimbing : drg. Rosiyatul Baroroh Oleh : Nur Khamilatusy S FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

Lapsus Rsud Tugu Tusy

Embed Size (px)

DESCRIPTION

LAPORAN KASUS

Citation preview

LAPORAN KASUSPENATALAKSANAAN GANGREN PULPA PADA GIGI MOLAR RAHANG ATAS DISERTAI DENGAN PENYULITDiajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh Program pendidikan Profesi Dokter Gigi (PPPDG)Bagian Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulut RSUD Tugurejo Semarang

Dosen Pembimbing :drg. Rosiyatul BarorohOleh :Nur Khamilatusy S

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNGSEMARANG2015Kata Pengantar

Puji dam syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul Penatalaksanaan Gangren Pulpa pada Gigi Molar Rahang Atas Disertai Dengan Penyulit. Laporan ini merupakan kasus pasien yang disusun dengan observasi melalui rekam medis umum dan pemeriksaan rongga mulut yang di lakukan oleh penulis. Observasi dilakukan di RSUD Tugurejo Semarang pada Juni 2015.Penulis menyampaikan terima kasih atas bimbingan yang telah diberikan oleh drg. Rosiyatul Baroroh selama penulis menyelesaikan tugas. Penulis juga menyampaikan terima kasih atas segala bantuan yang diberikan oleh dokter gigi dan perawat di poli gigi RSUD Tugurejo Semarang.Penulis berharap semoga laporan ini dapat membantu menambah pengetahuan bagi pembaca mengenai penatalaksanaan kasus gangren pulpa pada gigi molar rahang atas disertai dengan penyulit. Penulis berharap pembaca dapat memberikan saran untuk memperbaiki bentuk maupun isi laporan ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.Semarang, Juli 2015

PenulisDaftar Isi

HALAMAN JUDUL.................................................................................................iHALAMAN PENGESAHAN.................................................................................iiKATA PENGANTAR............................................................................................iiiDAFTAR ISI...........................................................................................................ivLAPORAN KASUSI. Identitas penderita..................................... ............................................1II. Pemeriksaan subyektif ................................... ......................................1a. Keluhan utama ................................................................................1b. Riwayat penyakit sekarang .............................................................1c. Riwayat penyakit gigi .................................................................... 1d. Riwaya penyakit dahulu ................................................................. 2e. Riwayat penyakit keluarga ............................................................. 3III. Pemeriksaan Objektif ..................................... ......................................3a. Keadaan umum ............................ .................................................. 3b. Status present ................................................................................. 3c. Pemeriksaan Ekstraoral .................................................................. 3d. Pemeriksaan Intraoral ..................................................................... 3e. Odontogram .................................................................................... 3f. Oral Hygiene .................................................................................. 4g. Diagnosa ......................................................................................... 4h. Differential Diagnosa ..................................................................... 4i. Pemeriksaan penunjang ................................................................. 4IV. Rencana perawatan ............................................................................... 5V. Tata laksana .......................................................................................... 5VI. Komplikasi ............................................................................................7VII. Prognosis ...............................................................................................7VIII. Medikasi ................................................................................................7IX. Dasar teori ................................................. ...........................................9A. Gangren Pulpa ..............................................................................111. Gejala Gangren Pulpa... ......................................................... 12B. Ekstraksi Gigi ........................................................ ...................... 121) Hal yang harus diperhatikan.................................................... 132) Indikasi ................................................................................... 143) Kontraindikasi..........................................................................154) Komplikasi ............................................................................. 16C. Ekstraksi Gigi Disertai Dengan Penyulit...191) Hubungan Gangren Pulpa dengan Infeksi periapikal...............202) Hubungan Gangren Pulpa dengan Gigi Rapuh........................20X. Kesimpulan 20XI. Daftar pustaka .................................................................................... 23

LAPORAN KASUSPENATALAKSANAAN GANGREN PULPA PADA GIGI MOLAR RAHANG ATAS DISERTAI DENGAN PENYULIT

I. IDENTITAS PENDERITA Nama: Ny. FM Jenis Kelamin: Perempuan Umur: 16 tahun Agama: Islam Pekerjaan: Pelajar Alamat: Ngaliyan, Semarang No. CM: 471201 Tanggal Diperiksa: 30 Juni 2015II. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF DAN ANAMNESAa. Keluhan Utama: Pasien mengeluhkan gigi belakang atas sebelah kiri berlubang sejak 2 tahun yang lalu. Awalnya gigi berlubang kecil kemudian lama-kelamaan berlubang besar. Dulu gigi pernah sakit seperti ditusuk-tusuk 3 bulan yang lalu, tetapi sekarang tidak sakit. Kalau gigi sakit pasien minum obat anti nyeri yaitu asam mefenamat. Pasien belum pernah berobat ke dokter gigi. Pasien ingin giginya dicabut.

b. Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien perempuan berusia 16 tahun datang dengan keluhan gigi belakang atas kiri terdapat gigi berlubang dan ingin pasien dicabut giginya.c. Riwayat Penyakit Gigi: Kunjungan pertama (25 Juni 2015) datang ke poli gigi Tugurejo.Perkusi (-)Palpasi (-)CE (-)D/ gangren pulpa Pemeriksaan Penunjang: Foto RontgenPerawatan : Rontgen Foto, Program 30 Juni 2015 Pro ekstraksi Kunjungan Ke-Dua (30 Juni 2015) datang ke poli gigi Tugurejo Perkusi (-)Palpasi (-)CE (-)D/ gangren pulpaPemeriksaan: ekstraksi gigi 26Perawatan: Penundaan ekstraksi gigi 26 selama 2 minggu untuk menghilangkan infeksi periapikal

d. Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat Alergi: Disangkal Riwayat DM: Disangkal Riwayat Hipertensi: Disangkal Riwayat Jantung: Disangkal Riwayat lain: Disangkale. Riwayat Penyakit Keluarga: DisangkalIII. PEMERIKSAAN OBJEKTIFa. Keadaan umum: BaikKesadaran: Compose MentisKeadaan Gizi: BaikDerajat Sakit: Disangkalb. Status PresentTD: 110/70Nadi: 80c. Pemeriksaan EkstraoralAsimetri Muka: (-) Tanda-tanda radang: Kalor (-), Rubor (-), Dolor (-), Fungsiolesa (-), Tumor (-)d. Pemeriksaan IntraoralGigi: ditemukan gangren pulpa gigi 26Gingiva: normalMukosa: normalLidah: normalPalatum: normalDasar Mulut: normalHubungan Rahang: normale. Odontogram

Keterangan:= Non VitalInspeksi: terdapat gigi non vital pada gigi 26Sondasi: (-)Perkusi: (-)Tekanan: (-)Thermal Test: (-)f. Oral Hygiene: Baikg. Diagnosa: Gangren pulpah. Differential Diagnosis: (-)i. Gambaran Klinis

j. Pemeriksaan PenunjangDilakukan rontgen foto panoramikTerdapat gangren pulpa pada gigi 26

IV. RENCANA PERAWATANEkstraksi gigi 26 dengan menggunakan anastesi infiltrasi.V. TATA LAKSANA1. Mempersiapkan foto rontgen untuk mengetahui posisi gigi, bentuk akar, posisi gigi dengan letak anatomis penting di dekatnya, dan jaringan periodontal di sekitar gigi.2. EkstraksiVI. KOMPLIKASIPerdarahanVII. PROGNOSISSedangVIII. KESIMPULANSeorang wanita berusia 16 tahun datang ke RSUD Tugurejo atas kemauan sendiri. Pasien mengeluh gigi geraham atas kiri berlubang tapi sudah tidak sakit. Saat pemeriksaan didapatkan gigi 26 terdapat gangren pulpa. Perkusi (-), palpasi (-), tekanan (-), thermal test (-). Dilakukan foto rontgen panoramik untuk selanjutnya akan di lakukan perawatan ekstraksi gigi 26.

IX. DASAR TEORIA. GANGREN PULPAGangren Pulpa adalah keadaan gigi dimana jarigan pulpa sudah mati sebagai sistem pertahanan pulpa sudah tidak dapat menahan rangsangan sehingga jumlah sel pulpa yang rusak menjadi semakin banyak dan menempati sebagian besar ruang pulpa. Sel-sel pulpa yang rusak tersebut akan mati dan menjadi antigen sel-sel sebagian besar pulpa yang masih hidup. Proses terjadinya gangrene pulpa diawali oleh proses karies. Karies dentis adalah suatu penghancuran struktur gigi (email, dentin dan cementum) oleh aktivitas sel jasad renik (mikro-organisme) dalam dental plak. Jadi proses karies hanya dapat terbentuk apabila terdapat 4 faktor yang saling tumpang tindih. Adapun faktor-faktor tersebut adalah bakteri, karbohidrat makanan, kerentanan permukaan gigi serta waktu. Perjalanan gangrene pulpa dimulai dengan adanya karies yang mengenai email (karies superfisialis), dimana terdapat lubang dangkal, tidak lebih dari 1mm. selanjutnya proses berlanjut menjadi karies pada dentin (karies media) yang disertai dengan rasa nyeri yang spontan pada saat pulpa terangsang oleh suhu dingin atau makanan yang manis dan segera hilang jika rangsangan dihilangkan. Karies dentin kemudian berlanjut menjadi karies pada pulpa yang didiagnosa sebagai pulpitis. Pada pulpitis terdapat lubang lebih dari 1mm. pada pulpitis terjadi peradangan kamar pulpa yang berisi saraf, pembuluh darah, dan pempuluh limfe, sehingga timbul rasa nyeri yang hebat, jika proses karies berlanjut dan mencapai bagian yang lebih dalam (karies profunda). Maka akan menyebabkan terjadinya gangrene pulpa yang ditandai dengan perubahan warna gigi terlihat berwarna kecoklatan atau keabu-abuan, dan pada lubang perforasi tersebut tercium bau busuk akibat dari proses pembusukan dari toksin kuman.1) Gejala KlinikGejala yang didapat dari pulpa yang gangrene bisa terjadi tanpa keluhan sakit, dalam keadaan demikian terjadi perubahan warna gigi, dimana gigi terlihat berwarna kecoklatan atau keabu-abuan Pada gangrene pulpa dapat disebut juga gigi non vital dimana pada gigi tersebut sudah tidak memberikan reaksi pada cavity test (tes dengan panas atau dingin) dan pada lubang perforasi tercium bau busuk, gigi tersebut baru akan memberikan rasa sakit apabila penderita minum atau makan benda yang panas yang menyebabkan pemuaian gas dalam rongga pulpa tersebut yang menekan ujung saraf akar gigi sebelahnya yang masih vital.

B. EKSTRAKSI GIGIEkstraksi gigi adalah cabang dari ilmu kedokteran gigi yang menyangkut pencabutan gigi dari soketnya pada tulang alveolar. Ekstraksi gigi yang ideal yaitu penghilangan seluruh gigi atau akar gigi dengan minimal trauma atau nyeri yang seminimal mungkin sehingga jaringan yang terdapat luka dapat sembuh dengan baik dan masalah prostetik setelahnya yang seminimal mungkin.Hal-hal yang perlu diperhatikan selama ekstraksi gigi menurut Gupta (2012) adalah:a. Anastesib. Elevasi mukogingival flapc. Penghilangan tulangd. Bagian tulang yang terlibate. Pengangkatan gigi bersama akarnyaf. Kontrol perdarahang. Alveoplasty jika dibutuhkanh. Penutupan soket alveolari. Penjahitan flapDibawah ini adalah beberapa indikasi dari pencabutan gigi:a. Karies yang parahSejauh ini gigi yang karies merupakan alasan yang tepat bagi dokter gigi dan pasien untuk dilakukan tindakan pencabutan.b. Nekrosis pulpaAdanya nekrosis pulpa atau pulpa irreversibel yang tidak diindikasikan untuk perawatan endodontik, perawatan endodontik yang telah dilakukan ternyata gagal untuk menghilangkan rasa sakit sehingga diindikasikan untuk pencabutan.c. Penyakit periodontal yang parahJika priodontitis dewasa yang parah telah ada selama beberapa waktu, maka akan nampak kehilangan tulang yang berlebihan dan mobilitas gigi yang irreversible. Dalam situasi seperti ini gigi yang mengalami mobilitas yang tinggi harus dicabut. d. Alasan orthodontikPasien yang akan menjalani perawatan orthodonsi sering membutuhkan pencabutan gigi untuk memberikan ruang untuk keselarasan gigi. Yang paling sering di ekstraksi adalah premolar satu rahang atas dan bawah, tetapi premolar kedua dan gigi incisivus juga kadang-kadang memerlukan pencabutan dengan alasan yang sama. e. Pra-prostetik ekstraksiTerkadang gigi mengganggu desain dan penempatan yang tepat dari peralatan prostetik seperti gigi tiruan penuh, gigi tiruan sebagian lepasan atau gigi tiruan cekat sehingga perlu dicabut f. Gigi impaksiGigi yang impaksi harus dipertimbangkan untuk dilakukan pencabutan. Jika terdapat sebagian gigi yang impaksi maka oklusi fungsional tidak akan optimal karena ruang yang tidak memadai, maka harus dilakukan bedah pengangkatan gigi impaksi tersebut. g. Supernumery gigiGigi ynag mengalami supernumery biasanya merupakan gigi impaksi yang harus dicabut. Gigi supernumery dapat mengganggu erupsi gigi dan memiliki potensi untuk menyebabkan resorpsi gigi tersebut. h. Gigi yang terkait dengan lesi patologisGigi yang terkait dengan lesi patologis mungkin memerlukan pencabutan. Dalam beberapa situasi, gigi dapat dipertahankan dan terapi endodontik dapat dilakukan. i. Gigi yang mengalami fraktur rahangDalam sebagian besar kondisi gigi yang terlibat dalam garis fraktur dapat dipertahankan, tetapi jika gigi terluka maka pencabutan mungkin diperlukan untuk mencegah infeksi.j. EstetikTerkadang pasien memerlukan pencabutan gigi untuk alasan estetik. Contoh kondisi seperti ini adalah yang berwarna karena tetrasiklin atau fluorosis atau mungkin malposisi yang berlebihan sangat menonjol Dibawah ini adalah beberapa kontraindikasi dari pencabutan gigi:a. Diabetes tidak terkontrol, pasien diabetes lebih rentan terhadap infeksi dan proses penyembuhan lukanya akan lebih lama. Pencabutan gigi harus dilakukan setelah melakukan diagnosis pencegahan yang tepat pada penyakit diabetes pasien dan dibawah antibiotik profilaksisb. Penyakit jantung, seperti hipertensi, gagal jantung, infark miokard, dan penyakit arteri koroner.c. Dyscrasias darah, pasien anemia, hemofilik dan dengan gangguan perdarahan harus ditangani dengan sangat hati-hati untuk mencegah perdarahan pasca operasi yang berlebihan.

Komplikasi pasca ekstraksi:KomplikasiGejala atau tandaTindakan

Dry SocketSocket kering kosong, kadang ada jaringan nekrosis, rasa nyeri sekali, tepi socket oedematusSpulling dengan NaCl atau larutan fisiologis, buat perlukaan baru (tidak selalu), aplikasi alvogyl, ganti antibiotik

Perdarahan1. Perdarahan primer 2. Perdarahan reaksioner 3. Perdarahan sekunder

Keluarnya darah dari pembuluh darah secara berlebihan dan bahkan dapat berarti pula suatu perdarahan yang berlebihan dan tidak terkontrol.1. Terjadi ketik injury pada jaringan sebagai akibat langsung dari ruusaknya pembuluh darah.

2. Terjadi akibat tergesernya benang jahit atau pergeseran bekuan darah dan mengakibatkan meningkatnya tekanan darah yang menyebabkan terjadinya perdarahan. Biasaya terjadi pada 24 jam setelah injuri.

3. Terjadi setelah 7-10 hari setelah luka atau operasi. Terjadi akibat infeksi yang menhancurkan bekuan darah atau mengullserasi dinding pembuluh darah.Aplikasi bahan anti perdarahan (spongostan), heacting (bila perlu), berikan obat anti perdarahan sistemik (anti fibrinolitik: asam traneksamat atau vitamin K)

Fraktur AkarPengambilan langsung odontotomi odontektomi

Fraktur AlveolarPenghalusan tulang yang runcing

SyokHipotensi, denyut nadi lemah, dan cepat, sianosis pada bibir, laju pernafasan meningkatMemperbaiki jalan nafas, periksa fungsi kardiovaskuler, amati tingkat kesadaran, catat tekanan darah dan denyut nadi

Prolongned AnastesiCedera saraf akibat anastesi lokal dan atau pencabutan gigi terutama ujung akar molar tiga bawah terkena bur atau instrument lainObat roburansia saraf, vitamin B1, B6, B12, fisioterapi

C. EKSTRAKSI GIGI DENGAN PENYULIT

Pencabutan gigi dikatakan ideal jika tidak menimbulkan rasa sakit, dengan trauma minimal pada jaringan sekitar, sehingga luka bekas pencabutan akan sembuh secara normal dan tidak menimbulkan permasalahan pasca pencabutan. Pencabutan gigi dapat dilakukan bilamana keadaan lokal maupun keadaan umum pasien dalam keadaan yang sehat. Jika keadaan umum pasien kurang baik, kemungkinan dapat terjadi suatu komplikasi yang serius setelah pencabutan.Beberapa faktor penyulit pada kasus ini yaitu keadaan gigi yang non vital dan akses gigi yang sempit. Pada gigi dengan keadaan pulpa sudah mati lebih rentan terhadap fraktur, karena Pulpa terdiri atas jaringan ikat, di dalamnya terdapat pembuluh darah arteri, vena, sistem limfatik, dan saraf. Fungsi pulpa memberi nutrisi pada gigi dan membentuk dentin. Sehingga nutrisi untuk gigi akan berkurang dan gigi menjadi rapuh. Dan dengan adanya akses gigi yang sempit menyebabkan instrument untuk pencabutan seperti bein dan tang tidak bisa menjangkau gigi yang akan dilakukan pencabutan. Pencabutan gigi seharusnya dilakukan hanya jika semua alternatif perawatan tidak memungkinkan untuk dilakukan. Hal ini disebabkan karena pencabutan gigi bersifat irreversible dan terkadang menimbulkan komplikasi. Walaupun gigi telah memenuhi persyaratan untuk dilakukan pencabutan, namun ada beberapa keadaan yang tidak boleh dilakukan pencabutan gigi. Hal ini disebabkan oleh karena beberapa faktor yang disebut kontraindikasi pencabutan gigi.Kontraindikasi ini bisa bersifat mutlak atau relatif tergantung pada kondisi umum pasien. Sifat dari suatu kontraindikasi berperan penting dalam penundaan pencabutan gigi. Sehubungan dengan hal ini, pengetahuan lebih dan keterampilan khusus dituntut dari seorang dokter gigi. Ketika seorang dokter gigi merasa pengetahuan atau keterampilan yang dimilikinya tidak cukup untuk menangani komplikasi yang mungkin terjadi, biasanya dokter gigi akan membatalkan atau menunda pencabutan gigi.Pada masa penundaan ini, pasien biasanya diberikan obat premedikasi dan jika perlu pasien akan dirujuk ke internis. Obat premedikasi diberikan dengan harapan dapat memberikan prognosis yang baik pada pencabutan giginya nanti. Penundaan berlangsung sampai pasien dianggap sudah bisa menerima suatu tindakan bedah tanpa menyebabkan komplikasi yang membahayakan bagi pasien.Beberapa referensi dan penelitian terdahulu telah menyinggung mengenai penundaan pada pencabutan gigi. Penundaan tersebut ditujukan untuk menghindari komplikasi pencabutan gigi yang sifatnya fatal. Hal ini disebabkan karena banyak kasus pencabutan gigi yang menimbulkan komplikasi berat setelahnya. bahkan ada yang menyebabkan kematian pasien. Namun, informasi tersebut belum cukup.

1) Faktor Penyebab Penundaan Ekstraksi

Penundaan pencabutan gigi erat hubungannya dengan kontraindikasi relative pencabutan gigi. Pencabutan gigi dapat dilakukan bilamana keadaan local maupun keadaan umum (sistemik) pasien dalam keadaan yang sehat. Jika keadaan umum pasien kurang baik, kemungkinan dapat terjadi suatu komplikasi yang serius setelah pencabutan. Kelompok kontraindikasi ini disebut bersifat relatif sebab pada beberapa kasus tetap dapat dilakukan pencabutan, meskipun banyak hal yang harus dipertimbangkan sebelum melakukan tindakan operasi. Ketika seorang dokter gigi merasa pengetahuan atau keterampilan yang dimilikinya tidak cukup untuk menangani komplikasi yang mungkin terjadi, biasanya dokter gigi akan membatalkan atau menunda pencabutan gigi tersebut.a. Infeksi Periapikal

Pencabutan gigi hanya akan dilakukan jika telah dilakukan pemeriksaan yang mendetail dan pertimbangan yang matang. Ada berbagai hal yang harus diperhatikan sebelum prosedur dental ini dilaksanakan. Salah satunya adalah alasan dilakukannya pencabutan gigi. Pencabutan gigi karena alas an karies sudah melibatkan jaringan periapikal merupakan yang paling umum ditemukan.Pencabutan gigi karena penyakit periapikal juga harus melalui pertimbangan pertimbangan tertentu. Jika kondisi gigi dan jaringan sekitarnya masih memenuhi persyaratan untuk dilakukan perawatan endontitik, sebaiknya gigi tidak dicabut.

b. Rasa sakit

Rasa sakit didefinisikan sebagai pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan terkait dengan kerusakan jaringan. Pengalaman nyeri bersifat subjektif dan dibangun dari pengalaman masa lalu seseorang. Rasa sakit merupakan suatu bentuk respon fisiologis.Sebagaimana yang telah diketahui, pencabutan gigi umumnya dilakukan dibawah pengaruh anestesi lokal. Anestesi ini berfungsi mengontrol rasa sakit atau nyeri selama prosedur operasi. Pada beberapa kasus, rasa sakit dapat muncul sebagai reaksi terhadap efek anastesi yang sudah mulai habis atau anestesi tidak bekerja sebagaimana mestinya.Prosedur dental umumnya dianggap sebagai keadaan yang penuh tekanan, sehingga tidak jarang pasien mengalami kecemasan atau rasa takut yang berlebihan terhadap prosedur dental. Kecemasan dan ketakutan dental telah terbukti memiliki pengaruh terhadap derajat rasa sakit yang dirasakan pasien. Semakin cemas atau takut seorang pasien, maka semakin kuat rasa sakit yang dirasakan pasien ketika menjalani prosedur pencabutan gigi.

2) Hubungan Gangren Pulpa dengan Infeksi Periapikal

Penyebab penyakit pulpa dan kelainan periapikal sangat berhubungan dengan bakteri. Bakteri yang terdapat pada jaringan pulpa akan mengakibatkan peradangan dan berlanjut kejaringan periapikal. Sumber utama bakteri dalam pulpa adalah karies. Bakteri pada karies akan memproduksi toksin yang akan berpenetrasi ke dalam pulpa melalui tubulus. Akibatnya, jaringan pulpa akan terinflamasi secara lokal pada basis tubulus yang terkena karies terutama oleh sel-sel inflamasi kronik seperti makrofag, limfosit, dan sel plasma. Jika pulpa terbuka, jaringan pulpa akan terinfiltrasi secara lokal oleh leukosit polimorfonukleus untuk membentuk suatu daerah nekrosis pada lokasi terbukanya pulpa. Jaringan pulpa bisa tetap terinflamasi untuk waktu yang lama sampai akhirnya menjadi nekrosis atau bisa dengan cepat menjadi nekrosis. Hal ini bergantung pada virulensi bakteri, kemampuan untuk mengeluarkan cairan inflamasi guna mencegah peningkatan tekanan intrapulpa yang besar, ketahanan host, jumlah sirkulasi, dan drainase limfe.Setelah nekrosis pulpa, reaksi inflamasi dari jaringan pulpa akan berlanjut kejaringan periapikal. Jaringan pulpa yang mengandung bateri serta toksinnya akan keluar melalui foramen apikal, yang mana foramen apikal ini merupakan penghubung pulpa dan jaringan peridonsium. Bakteri serta toksinnya dan mediator inflamasi dalam pulpa yang terinflamsi dapat keluar dengan mudah melalui foramen apikal sehingga menyebabkan kerusakan periapikal, hal ini dikarnakan dibagian foramen apikal terdapat bagian yang lunak untuk tempat keluarnya bakteri dan produknya. Peradangan yang meluas ke jaringan periapikal menyebabkan respon inflamasi lokal sehingga akan mengakibatkan kerusakan tulang dan resorpsi akar.3) Pengaruh Gangren Pulpa Dengan Rapuhnya GigiGangren Pulpa adalah keadaan gigi dimana jarigan pulpa sudah mati sebagai sistem pertahanan pulpa sudah tidak dapat menahan rangsangan sehingga jumlah sel pulpa yang rusak menjadi semakin banyak dan menempati sebagian besar ruang pulpa. Sel-sel pulpa yang rusak tersebut akan mati dan menjadi antigen sel-sel sebagian besar pulpa yang masih hidup. Pada gigi dengan keadaan pulpa sudah mati lebih rentan terhadap fraktur, karena Pulpa terdiri atas jaringan ikat, di dalamnya terdapat pembuluh darah arteri, vena, sistem limfatik, dan saraf. Fungsi pulpa memberi nutrisi pada gigi dan membentuk dentin. Sehingga nutrisi untuk gigi akan berkurang dan gigi menjadi rapuh..X. KESIMPULANGangren Pulpa adalah keadaan gigi dimana jarigan pulpa sudah mati sebagai sistem pertahanan pulpa sudah tidak dapat menahan rangsangan sehingga jumlah sel pulpa yang rusak menjadi semakin banyak dan menempati sebagian besar ruang pulpa.Pencabutan gigi seharusnya dilakukan hanya jika semua alternatif perawatan tidak memungkinkan untuk dilakukan. Hal ini disebabkan karena pencabutan gigi bersifat irreversible dan terkadang menimbulkan komplikasi.Beberapa faktor penyulit pada kasus ini yaitu keadaan gigi yang non vital dan akses gigi yang sempit. Pada gigi dengan keadaan pulpa sudah mati lebih rentan terhadap fraktur.Pencabutan gigi karena penyakit periapikal juga harus melalui pertimbangan pertimbangan tertentu. Jika kondisi gigi dan jaringan sekitarnya masih memenuhi persyaratan untuk dilakukan perawatan endontitik, sebaiknya gigi tidak dicabut. pencabutan gigi umumnya dilakukan dibawah pengaruh anestesi lokal. Anestesi ini berfungsi mengontrol rasa sakit atau nyeri selama prosedur operasi. Pada beberapa kasus, rasa sakit dapat muncul sebagai reaksi terhadap efek anastesi yang sudah mulai habis atau anestesi tidak bekerja sebagaimana mestinya.

XI. DAFTAR PUSTAKA1. Bakar Abu, 2012. Kedokteran Gigi Klinis. CV. Quantum Sinergis Media: Yogyakarta2. Walton E. R & Torabinejad Mahmoud, 2008. Prinsip & Praktik Ilmu Endodonsia. EGC: Jakarta3. Sonis ST., Fazio RC., Fang L. Principles and Practice of Oral Medicine 2nd Edition. WB Saunders. Phyladelphia. 19954. Tarigan, M.U. 2003. Diabetes Mellitus dan Hubungannya dengan Perawatan Gigi. Jurnal Kedokteran Gigi USU, 8 (1): 17-225. Penyakit gigi dan mulut, bursa buku senat mahasiswa fakultas kedokteran UNDIP, Semarang, 20076. Prosedur tetap pelayanan medis penyakit gigi dan mulut, RS.DR.Kariadi/ Fakultas kedokteran UNDIP, Semarang, 19937. Walton and Torabinajed. 1996. Prinsip dan Praktik Endodonsi. Edisi ke-2. Jakarta: EGC.

HALAMAN PENGESAHANLAPORAN KASUSPENATALAKSANAAN GANGREN PULPA PADA GIGI MOLAR RAHANG ATAS DISERTAI DENGAN PENYULIT

Studi Kasus di Poli Bagian Gigi dan Mulut RSUD Tugurejo SemarangOleh :Nur Khamilatusy S112100156Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Gigi (PPPDG)Fakultas Kedokteran GigiUniversitas Islam Sultan Agung SemaranDisetujui dan disahkan:Tanggal Juli 2015MengetahuiKetua KSM Ilmu Kesehatan Gigi dan MulutRSUD Tugurejo SemarangPembimbing

(drg. Evalina) (drg. Rosiyatul Baroroh)