3
Latar Belakang Pemanfaatan rumput laut menurut Basmal (2010) banyak dilakukan dalam bidang produk pangan maupun non pangan. Salah satu jenis rumput laut dengan kelimpahan yang banyak ditemukan diperairan indonesia adalah Sargassum sp. Dengan 15 jenis yang belum maksimal pemanfaatannya. Sargassum sp. dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan, bahan bakar (fuels), kosmetik (cream pelembab), obat-obatan, pigment, serta bahan makanan tambahan (suplement). Komponen utama penyusun rumput laut Sargassum sp. meliputi asam guluronat, manuronat, selulosa, protein, zat aktif, mineral hara makro dan mikro. Rumput laut Sargassum sp. banyak mengandung alginat terbentuk karena adanya susunan asam guluronat dan manuronat, semakin tinggi tingkat kekentalan alginat maka semakin tinggi pula jumlah air yang dapat diikat. Adas (Foeniculum vulgare) menurut Kardinan dan Dhalimi (2010) merupakan tanaman herba tahunan. Di Indonesia, tanaman ini banyak dimanfaatkan sebagai bumbu masak, lalapan, obat herbal tradisional, dan juga sebagai bahan obat gosok untuk masuk angin, karena aromanya yang wangi dan minyak atsirinya terasa hangat. Adas banyak tumbuh di dataran tinggi, baik dibudidayakan maupun tumbuh liar atau hanya ditanam di pinggiran sebagai tanaman pelengkap dengan tidak memerlukan pemeliharaan yang intensif, karena mempunyai daya adaptasi yang cukup baik. Adas mengandung minyak atsiri sekitar 6%. Minyak atsirinya mengan-dung bahan utama anethol (50-80%), limonene (5%), fenchone (5%), dan bahan lainnya seperti estragol (methyl chavicol), safrol, alpha pinene, cam-phene, beta pinene, dan beta myrcene. Minyak adas menurut Kardinan dan Dhalimi (2010) dikenal sebagai salah satu allround flavouring agent karena memiliki aroma yang khas, menarik, dan banyak digunakan untuk pewangi dalam industri kosmetik seperti sabun, parfum, detergen, dan lainnya. Minyak adas mengandung bahan aktif utama anethol sebesar 50-60% yang diperoleh melalui penyulingan. Salah satu khasiat anetol adalah sebagai karminatif. Minyak atsiri adas bersifat repellent terhadap serangga, oleh karena itu perlu digali potensi adas, antara lain sebagai bahan aktif lotion anti nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti). Hendri (2013) menyatakan bahwa upaya yang paling populer untuk menghindarkan kontak dengan nyamuk adalah penggunaan racun kimia, diantaranya bahan penolak nyamuk (repellent).

Latar Belakang

Embed Size (px)

DESCRIPTION

LB laporan

Citation preview

Page 1: Latar Belakang

Latar Belakang

Pemanfaatan rumput laut menurut Basmal (2010) banyak dilakukan dalam bidang produk pangan maupun non pangan. Salah satu jenis rumput laut dengan kelimpahan yang banyak ditemukan diperairan indonesia adalah Sargassum sp. Dengan 15 jenis yang belum maksimal pemanfaatannya. Sargassum sp. dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan, bahan bakar (fuels), kosmetik (cream pelembab), obat-obatan, pigment, serta bahan makanan tambahan (suplement). Komponen utama penyusun rumput laut Sargassum sp. meliputi asam guluronat, manuronat, selulosa, protein, zat aktif, mineral hara makro dan mikro. Rumput laut Sargassum sp. banyak mengandung alginat terbentuk karena adanya susunan asam guluronat dan manuronat, semakin tinggi tingkat kekentalan alginat maka semakin tinggi pula jumlah air yang dapat diikat.

Adas (Foeniculum vulgare) menurut Kardinan dan Dhalimi (2010) merupakan tanaman herba tahunan. Di Indonesia, tanaman ini banyak dimanfaatkan sebagai bumbu masak, lalapan, obat herbal tradisional, dan juga sebagai bahan obat gosok untuk masuk angin, karena aromanya yang wangi dan minyak atsirinya terasa hangat. Adas banyak tumbuh di dataran tinggi, baik dibudidayakan maupun tumbuh liar atau hanya ditanam di pinggiran sebagai tanaman pelengkap dengan tidak memerlukan pemeliharaan yang intensif, karena mempunyai daya adaptasi yang cukup baik. Adas mengandung minyak atsiri sekitar 6%. Minyak atsirinya mengan-dung bahan utama anethol (50-80%), limonene (5%), fenchone (5%), dan bahan lainnya seperti estragol (methyl chavicol), safrol, alpha pinene, cam-phene, beta pinene, dan beta myrcene.

Minyak adas menurut Kardinan dan Dhalimi (2010) dikenal sebagai salah satu allround flavouring agent karena memiliki aroma yang khas, menarik, dan banyak digunakan untuk pewangi dalam industri kosmetik seperti sabun, parfum, detergen, dan lainnya. Minyak adas mengandung bahan aktif utama anethol sebesar 50-60% yang diperoleh melalui penyulingan. Salah satu khasiat anetol adalah sebagai karminatif. Minyak atsiri adas bersifat repellent terhadap serangga, oleh karena itu perlu digali potensi adas, antara lain sebagai bahan aktif lotion anti nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti).

Hendri (2013) menyatakan bahwa upaya yang paling populer untuk menghindarkan kontak dengan nyamuk adalah penggunaan racun kimia, diantaranya bahan penolak nyamuk (repellent). Repellent berfungsi untuk menghindarkan adanya kontak antara manusia dan nyamuk, namun demikian bahan aktif yang digunakan tidak selamanya aman untuk digunakan tubuh. Terkait kondisi ini, perlu digali potensi bahan alami sebagai bahan penolak nyamuk yang dapat digunakan sebagai pilihan lain untuk pengganti atau penggunaan sementara jika ada masalah dengan repellent sintetik. Salah satu yang dapat berpotensi menjadi repellent adalah kulit jeruk, hal tersebut dikarenakan mengandung minyak atsiri dengan komponen limonene, mirsen, linalool, oktanal, decanal, sitronelol, neral, geraniol, valensen, sinnsial dan sinensial. Linalol, citronellal dan geraniol termasuk senyawa yang bersifat repellent terhadap artropoda.

Sunaryo dan Pramestuti (2014) menyatakan bahwa angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per 100.000 penduduk di Jawa Tengah lima tahun terakhir adalah 59,2 pada tahun 2008; 57,9 pada tahun 2009; 56,8 pada tahun 2010; 15,3 pada tahun 2011; dan 19,29 pada tahun 2012. Penyebarannya tidak hanya terjadi pada daerah perkotaan, tetapi sudah menyebar ke daerah perdesaan. Sejak tahun 2007, 33 kabupaten/kota dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah merupakan daerah endemis DBD. Pada tahun 2008 _ 2009, sudah menyebar ke seluruh kabupaten/kota dengan jumlah kasus yang cukup tinggi. Pada tahun 2010 _ 2011, semua wilayah mengalami penurunan kasus DBD.

Perubahan lingkungan global atau Global Environmental Change (GEC) terutama Global Warming menurut Sunaryo dan Pramestuti (2014) sedikit banyak ikut berperan

Page 2: Latar Belakang

terhadap kejadian DBD. Setiap peralihan musim, terutama dari musim kemarau ke musim penghujan, berbagai masalah kesehatan melanda termasuk yang paling sering terjadi adalah peningkatan kejadian demam berdarah. Faktor risiko lain infeksi dengue diantaranya tingkat imunitas host, kepadatan penduduk, interaksi vektor dan host dan virulensi virus. Kepadatan vektor juga berkontribusi terhadap epidemi DBD.

Permasalahan DBD tersebutlah yang menginspirasi kelompok kami untuk membuat suatu produk kosmetik yaitu body lotion anti nyamuk. Body lotion ini memiliki keunggulan yaitu selain sebagai anti nyamuk atau Repellent yang berasal dari bahan baku daun adas dan kulit jeruk. Selain itu dapat juga sebagai pelembut kulit yang berasal dari rumput laut Sargassum sp.

DAFTAR PUSTAKA

Basmal J. 2010. Teknologi pembuatan pupuk organik cair kombinasi hidrolisat rumput laut Sargassum Sp. dan limbah ikan. Squalen. 6(2):59-66.

Kardinan A, Dhalimi A. 2010. Potensi adas (Foeniculum vulgare) sebagai bahan aktif lotion nyamuk demam berdarah (Aedes aegepty). Bul Littro. 21(1): 61-68.

Hendri J. 2013. Daya proteksi ekstraksi kulit jeruk purut (Citrus hystrix) terhadap nyamuk demam berdarah. Jurnal Sain Veteriner. 31(2): 180-185.

Sunaryo, Pramestuti N. 2014. Surveilans Aedes aegypti di Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 8(8): 423-429.